SlideShare a Scribd company logo
1 of 150
Mengenal
Sifat Material
 Struktur Kristal dan Nonkristal
Teori Pita Energi dan Teori Zona
 Sifat Listrik Metal
 Sifat Listrik Dielektrik
 Sifat Thermal Material
Cakupan Bahasan
Struktur Kristal
Kristal
Kristal merupakan susunan atom-atom yang teratur dalam ruang tiga
dimensi. Keteraturan susunan tersebut timbul karena kondisi geometris
yang dihasilkan oleh ikatan atom yang terarah dan paking yang rapat.
Sesungguhnya tidaklah mudah untuk menyatakan bagaimana atom
tersusun dalam padatan. Namun ada hal-hal yang diharapkan menjadi
faktor penting yang menentukan terbentuknya polihedra koordinasi
atom-atom.
Secara ideal, susunan polihdra koordinasi paling stabil adalah yang
memungkinkan terjadinya energi per satuan volume minimal.
Keadaan tersebut dicapai jika:
1. kenetralan listrik terpenuhi
2. ikatan kovalen yang diskrit dan terarah terpenuhi
3. meminimalkan gaya tolak ion-ion
4. paking atom serapat mungkin
Struktur kristal yang biasa teramati pada padatan dinyatakan dalam konsep
geometris ideal yang disebut kisi-kisi ruang (space lattice) dan menyatakan
cara bagaimana polihedra koordinasi atom-atom tersusun bersama agar
energi dalam padatan menjadi minimal.
Kisi-kisi ruang adalah susunan tiga dimensi titik-titik di mana setiap titik
memiliki lingkungan yang serupa. Titik dengan lingkungan yang serupa itu
disebut titik kisi (Lattice Point).
Titik kisi dapat disusun hanya dalam 14 susunan yang berbeda yang disebut
kisi-kisi Bravais; oleh karena itu atom-atom dalam kristal haruslah tersusun
dalam salah satu dari 14 kemungkinan tersebut.
Kristal
Sel Satuan pada Kisi-Kisi Ruang BRAVAIS [2,5]
Kristal
Setiap titik kisi dapat ditempati oleh satu atau lebih atom, tetapi atom atau
kelompok atom pada satu titik kisi haruslah identik dengan orientasi yang
sama agar memenuhi definisi kisi ruang.
Susunan atom dapat disebutkan secara lengkap dengan menyatakan posisi
atom dalam suatu unit yang secara berulang tersusun dalam kisi ruang. Unit
yang berulang itu disebut sel satuan.
Rusuk sel satuan, yaitu vektor yang menghubungkan dua titik kisi, haruslah
merupakan translasi kisi, dan sel satuan yang identik akan membentuk kisi-
kisi ruang jika mereka disusun bidang sisi ke bidang sisi.
Satu kisi-kisi ruang dapat memiliki beberapa sel satuan berbeda yang
memenuhi kriteria tersebut di atas, akan tetapi biasanya sel satuan dipilih
yang memiliki geometri sederhana dan memuat beberapa titik kisi saja.
Satu sel satuan yang memiliki titik kisi hanya pada sudut-sudutnya, atau
dengan kata lain satu unit sel yang memuat hanya satu titik kisi, disebut sel
primitif.
Kristal
Unsur Metal dan Unsur Mulia
3 sel satuan yang paling banyak dijumpai pada unsur ini adalah:
Bulatan menunjukkan posisi atom yang
juga merupakan lattice points pada FCC
dan BCC
Posisi atom yang ada
dalam sel bukan lattice
points
[2]
Kristal
Unsur ini biasanya memiliki ikatan kovalen sehingga kristal yang terbentuk
akan mengikuti ketentuan ikatan ini.
Jika orbital yang tak terisi digunakan seluruhnya untuk membentuk ikatan,
maka atom ini akan berikatan dengan (8 – N) atom lain, dimana N adalah
jumlah elektron valensi yang dimilikinya.
Elemen Cl, Br, J, kulit terluarnya memuat 7 elektron; oleh karena itu pada
umumnya mereka berikatan dengan hanya 1 atom dari elemen yang sama
membentuk molekul diatomik, Cl2, Br2, J2.
Molekul diatomik tersebut
membangun ikatan dengan
molekul yang lain melalui ikatan
sekunder yang lemah,
membentuk kristal.
Unsur Dengan Lebih Dari 3 Elektron Valensi
[2]
Kristal
Atom Group VI (S, Se, Te) memiliki 6 elektron di kulit terluarnya dan
membentuk molekul rantai atao cincin di mana setiap atom berikatan dengan
dua atom (dengan sudut ikatan tertentu).
Molekul ini berikatan satu sama lain dengan ikatan sekunder yang lemah
membentuk kristal.
Rantai spiral atom
Te bergabung
dengan rantai yang
lain membentuk
kristal hexagonal.
[2]
Atom Group VI (S, Se, Te)
Kristal
Atom Group V (P, As, Sb, Bi)
memiliki 5 elektron di kulit
terluarnya dan setiap atom
berikatan dengan tiga atom
(dengan sudut ikatan tertentu).
[2]
Atom Group V (P, As, Sb, Bi)
Kristal
Kristal Ionik
Walau sangat jarang ditemui kristal yang 100% ionik, namun beberapa
kristal memiliki ikatan ionik yang sangat dominan sehingga dapat disebut
sebagai kristal ionik. Contoh: NaCl, MgO, SiO2, LiF.
Dalam kristal ionik murni, polihedra anion (polihedra koordinasi) tersusun
sedemikian rupa sehingga kenetralan listrik terpenuhi dan energi ikat per
satuan volume menjadi minimum tanpa menyebabkan menguatnya gaya
tolak antar muatan yang bersamaan tanda.
Gaya tolak yang terbesar terjadi antar kation karena muatan listriknya
terkonsentrasi dalam volume yang kecil, oleh karena itu polihedra
koordinasi harus tersusun sedemikian rupa sehingga kation saling
berjauhan.
Kristal
Contoh struktur kristal ionik
Anion
Kation
tetrahedron
oktahedron
Kristal
Kristal Molekul
Jika dua atom terikat dengan ikatan primer, baik berupa ikatan ion ataupun
ikatan kovalen, maka mereka dapat membentuk molekul yang diskrit.
Jika ikatan primer tersebut kuat dalam satu sub-unit, maka ikatan yang terjadi
antar sub-unit akan berupa bentuk ikatan yang berbeda dari ikatan primer.
Kristal yang terbentuk adalah kristal molekuler dengan ikatan antar sub-unit
yang lemah.
Jika ikatan primernya adalah ikatan ion, molekul yang diskrit terbentuk jika
muatan kation sama dengan hasilkali muatan anion dengan bilangan
koordinasi.
Contoh: sub-unit SiF4 terbentuk dengan ikatan ion, polihedra
koordinasi atau polihedra anion berbentuk tetrahedra F mengelilingi
kation Si yang kemudian tersusun dalam kisi-kisi BCC
Kristal
Pada es (H2O), ikatan primernya adalah ikatan kovalen dan ikatan sekunder
antar sub-unit adalah ikatan ionik yang lemah
Hidrogen hanya akan membentuk satu ikatan
kovalen. Oleh karena itu molekul air terdiri
dari 1 atom oksigen dengan 2 ikatan kovalen
yang dipenuhi oleh 2 atom hidrogen dengan
sudut antara dua atom hidrogen adalah 105o.
Dalam bentuk kristal, atom-atom hidrogen
mengikat molekul-molekul air dengan ikatan
ionik atau ikatan dipole hidrogen.
Bola-bola menunjukkan posisi atom O; atom H terletak pada garis yang
menghubungkan atom O yang berdekatan; ada 2 atom H setiap satu atom O.
Kristal
Jika molekul membentuk rantaian panjang dengan penampang melintang
yang mendekati simetris, mereka biasanya mengkristal dalam kisi-kisi
berbentuk orthorhombic atau monoclinic.
Molekul polyethylene dilihat dari depan
Kristal
Kebanyakan polimer yang terbentuk lebih dari dua macam atom, memiliki
ketidak-teraturan yang membuat ia tidak mengkristal. Walaupun demikian ada
yang memiliki penampang simetris dan mudah mengkristal, seperti
polytetrafluoroethylene (Teflon).
Molekul polytetrafluoroethylene
Polimer yang komplekspun masih mungkin memiliki struktur yang simetris dan
dapat mengkristal seperti halnya cellulose.
Kristal
Ketidaksempurnaan Pada Kristal
Kristal
interstitial
(atom sendiri)
kekosongan
substitusi
(atom asing)
 pengotoran
interstitial
(atom asing)
(pengotoran)
Kristal
ketidaksempurnaan Schottky
ketidaksempurnaan Frenkel
pengotoran
interstitial
kekosongan kation
pengotoran
substitusi
Selain ketidak sempurnaan tersebut, yang disebut sebagai ketidak
sempurnaan titik, dapat terjadi pula ketidaksempurnaan garis dan juga
ketidaksempurnaan bidang.
Tugas Bibliografis
tentang
Ketidak Sempurnaan Kristal
Kristal
Teori Pita Energi
nhf
E 
h = 6,63  10-34 joule-sec
mv
h




2

k
bilangan gelombang:
h
mv
k 
2

k
k
h
p 



2
energi kinetik elektron sbg
gelombang : m
k
m
p
Ek
2
2
2
2
2



momentum:
Planck :
energi photon
(partikel)
bilangan bulat frekuensi gelombang cahaya
De Broglie :
Elektron sbg gelombang
Teori Pita Energi
Ulas Ulang Kuantisasi Energi
m
k
m
p
Ek
2
2
2
2
2



E
k
Energi elektron sebagai fungsi k (bilangan gelombang)
Teori Pita Energi
Makin tinggi nomer atom, atom akan makin kompleks,
tingkat energi yang terisi makin banyak.
Teori Pita Energi
s p d f
5,14
3
4
5
6
7
2
3
4
5
6
7
3
4
5
6
7
3
4
5
6 7
4
5
6 7
Sodium Hidrogen
E
[
eV
]
0
1
2
3
4
5
6
Kemungkinan terjadinya transisi elektron dari satu tingkat
ke tingkat yang lain semakin banyak
Teori Pita Energi
[6]
Molekul lebih kompleks dari atom; tingkat-tingkat energi lebih banyak
karena energi potensial elektron yang bergerak dalam medan yang
diberikan oleh banyak inti atom tidaklah sederhana.
Lebih dari itu, energi vibrasi dan rotasi atom secara relatif satu terhadap
lainnya juga terkuantisasi seperti halnya terkuantisasinya energi elektron
pada atom.
Transisi dari satu tingkat ketingkat yang lain semakin banyak
kemungkinannya, sehingga garis-garis spektrum dari molekul semakin
rapat dan membentuk pita.
Timbullah pengertian pita energi yang merupakan
kumpulan tingkat energi yang sangat rapat.
Molekul
Teori Pita Energi
Penggabungan
2 atom H  H2
0
2
4
6
4
2
8
10
E
[
eV
]
1 2 3 Å
stabil
tak stabil
R0
jarak antar atom
Pada
penggabungan dua
atom, tingkat energi
dengan bilangan
kuantum tertinggi
akan terpecah lebih
dulu
Elektron yang berada di tingkat energi terluar disebut elektron valensi; elektron
valensi berpartisipasi dalam pembentukan ikatan atom.
Elektron yang berada pada tingkat energi yang lebih dalam (lebih rendah) disebut
elektron inti;
Teori Pita Energi
Gambaran tentang terbentuknya molekul dapat diperluas untuk sejumlah atom
yang besar yang tersusun secara teratur, yaitu kristal padatan.
n = 1
n = 2
n = 3
Jarak antar atom
Energi
Padatan
Dalam penggabungan N atom identik, setiap tingkat energi terpecah menjadi N
tingkat dan setiap tingkat akan mengakomodasi sepasang elekron dengan spin
yang berlawanan ( ms = ± ½ ).
Teori Pita Energi
0 5 10 15
Å
10
20
30
0
E
[
eV
]
sodium
2p
R0 = 3,67 Å
3s
3p
4s
3d
Teori Pita Energi
[6]
Cara penempatan elektron pada tingkat-tingkat energi mengikuti urutan
sederhana: tingkat energi yang paling rendah akan terisi lebih dulu,
menyusul tingkat di atasnya, dan seterusnya.
EF , tingkat energi tertinggi yang terisi disebut tingkat Fermi,
atau energi Fermi.
Pada 0o K semua tingkat energi sampai ke tingkat EF terisi
penuh, dan semua tingkat energi di atas EF kosong .
Pada temperatur yang lebih tinggi, beberapa tingkat energi di bawah EF
kosong karena elektron mendapat tambahan energi untuk naik ke tingkat di
atas EF .
Teori Pita Energi
Elektron valensi yang berada pada tingkat energi Fermi ataupun di atas
energi Fermi, berada pada salah satu tingkat energi yang dimiliki oleh
kristal.
Jumlah tingkat energi yang dimiliki oleh kristal sangat banyak dan sangat
rapat sehingga hampir merupakan perubahan yang kontinyu. Oleh karena
itu, elektron pada tingkat energi Fermi yang bergerak dalam kristal dapat
dipandang sebagai elektron bebas.
Elektron yang bergerak dengan kecepatan tertentu memiliki energi kinetik
dan bilangan gelombang, k, tertentu.
m
k
m
p
Ek
2
2
2
2
2



Gerakan elektron tersebut mengalami hambatan karena ada celah energi.
Teori Pita Energi
Model Zona
Elektron sebagai gelombang mengikuti hukum defraksi Bragg.

 sin
2d
n 


2

k


sin
d
n
k 
Ada satu seri nilai k yang membuat elektron terdefraksi sehingga tidak dapat
melewati kristal secara bebas.
Untuk elektron dalam kristal, seri nilai k ini terkait dengan celah energi.
Nilai k dari defraksi Bragg memberikan dua set gelombang diam (standing
wave) dengan nilai energi yang berbeda; selisih antara keduanya adalah
lebar celah energi.
d = jarak antar bidang kristal;
θ = sudut datang;
n = bilangan bulat.
Model Zona
Adanya celah energi membuat energi elektron tidak lagi merupakan fungsi
kontinyu dari k 2.
Model elektron bebas yang memberikan energi sebagai fungsi kontinyu dari
k 2 harus dimodifikasi dengan memutus fungsi kontinyu tersebut dengan
celah energi pada nilai k yang memberikan defraksi Bragg.
k
E
Celah energi
Celah energi
k2 +k2
k1 +k1
Model Zona
Zona BRILLOUIN
Zona Brillouin adalah representasi tiga dimensi dari nilai k
yang diperkenankan
Celah energi
Celah energi
zone pertama
zone kedua
Satu Dimensi:
k
E
k2 +k2
k1 +k1
Model Zona
k
E
k2 +k2
k1 +k1
.....
3
,
2
,
1
dengan 



 n
a
n
kn

k tergantung dari arah relatif gerak elektron terhadap kristal
a = jarak antar atom
Model Zona
Dua Dimensi:  
2
2
2
1
2
1 n
n
a
n
k
n
k y
x 









 π/a
 2π/a + π/a + 2π/a
 π/a
+ π/a
+ 2π/a
 2π/a
Zona pertama
Zona kedua
kx
ky
Model Zona
[6]
Tiga Dimensi:  
2
3
2
2
2
1
3
2
1 n
n
n
a
n
k
n
k
n
k z
y
x 











Zone kedua terdiri dari piramida dengan tinggi π/a dan dasar 2π/a
terletak di permukaan kubus dari zone pertama
kx
kz
ky
+π/a
π/a
+π/a
π/a
+π/a
π/a
Zone pertama kristal kubik
Model Zona
[6]
Pada metal dengan kirstal BCC dan FCC, setiap zona memuat
jumlah status kuantum sama dengan jumlah atom yang
membentuknya
Untuk kristal dengan N atom, ada N status di zona pertama
Karena setiap tingkat energi berisi 2 elektron, maka pada kristal
monovalen ada N/2 status kuantum terendah yang terisi; zona
pertama hanya terisi setengahnya.
Di samping mengetahui jumlah status di tiap zona, perlu diketahui
juga jumlah status kuantum untuk setiap energi; yaitu
degenerasi sebagai fungsi energi.
Model Zona
Berdasarkan sifat fisik dan mekanik,
Seitz mengidentifikasi zat padat sebagai
berikut:
Metal : memiliki koefisien temperatur
resistivitas positif, konduktivitas listrik dan
thermal tinggi, bisa dibentuk secara plastis.
Kristal ionik : konduktivitas listrik dan
thermal rendah, tidak plastis. (NaCL)
Kristal kovalen : keras, konduktivitas
listrik dan thermal rendah. (Intan).
Semikonduktor : ikatan kovalen,
konduktivitas listrik rendah, koefisien
temperatur negatif.
Berdasarkan
konduktivitas listriknya
kita membedakan
material sebagai
konduktor
semikonduktor
dielektrik
Material dengan ikatan van der Waals.
Material e [siemens]
Perak 6,3107
Tembaga 5,85107
Emas 4,25107
Aluminium 3,5107
Tungsten 1,82107
Kuningan 1,56107
Besi 1,07107
Nickel 1,03107
Baja 0,7107
Stainless steel 0,14107
Material e [siemens]
Gelas (kaca) 2  3105
Bakelit 1  21011
Gelas
(borosilikat)
1010  1015
Mika 1011  1015
Polyethylene 1015  1017
Konduktor
Isolator
Konduktor
[6]
Model Klasik Sederhana
Jika pada suatu material konduktor terjadi perbedaan potensial, arus listrik
akan mengalir melalui konduktor tersebut
Ε
Ε
J e
e
e 



kerapatan arus
[ampere/meter2]
kuat medan
[volt/meter]
resistivitas
[m]
konduktivitas
[siemens]
Konduktor - Model Klasik Sederhana
Medan listrik E memberikan gaya dan percepatan pada elektron sebesar
E
F e
e 
e
m
e
a
E

Karena elektron tidak terakselerasi secara tak berhingga, maka dapat
dibayangkan bahwa dalam pergerakannya ia harus kehilangan energi pada
waktu menabrak materi pengotor ataupun kerusakan struktur pada zat
padat.
Jika setiap tabrakan membuat elektron kembali berkecepatan nol, dan
waktu antara dua tabrakan berturutan adalah 2 maka kecepatan rata-rata
adalah:
e
m
e
v
E


Konduktor - Model Klasik Sederhana
0 2 4 6
e
e
m
e
v
E


e
maks
m
e
v
E

2

kecepatan
waktu
e
e
m
ne
v
ne

E
J
2

 E
e


e
e
m
ne 

2

kerapatan
elektron
bebas
benturan
Jika tak ada medan listrik, elektron bebas bergerak
cepat pada arah yang acak sehingga tak ada aliran
elektron netto. Medan listrik akan membuat
elektron bergerak pada arah yang sama.
kerapatan
arus
Konduktor - Model Klasik Sederhana
Teori Drude-Lorentz
Tentang Metal
1900: Drude mengusulkan bahwa konduktivitas listrik tinggi pada metal dapat
dijelaskan sebagai kontribusi dari elektron valensi yang dianggap dapat
bergerak bebas dalam metal, seperti halnya molekul gas bergerak bebas dalam
suatu wadah. Gagasan Drude ini dikembangkan lebih lanjut oleh Lorentz.
Elektron dapat bergerak bebas dalam kristal metal pada potensial internal yang
konstan. Ada dinding potensial pada permukaan metal, yang menyebabkan
elektron tidak dapat meninggalkan metal.
Semua elektron bebas berperilaku seperti molekul gas (mengikuti statistik
Maxwell-Boltzmann); elektron ini memiliki distribusi energi yang kontinyu.
Gerakan elektron hanya dibatasi oleh tabrakan dengan ion-ion metal.
Konduktor - Teori Drude-Lorentz Tentang Metal [1]
Medan listrik E memberikan gaya dan percepatan pada elektron sebesar
E
F e
e 
e
m
e
a
E

Integrasi a terhadap waktu memberikan kecepatan elektron, yang disebut
kecepatan drift :
t
m
e
v
e
drift
E

Konduktor - Teori Drude-Lorentz Tentang Metal [1]
t
m
e
v
e
drift
E

Jika jalan bebas rata-rata elektron adalah L maka waktu rata-rata antara
tabrakan dengan tabrakan berikutnya adalah
drift
v
L
t



Kecepatan drift ini berubah dari 0 sampai
vdrift maks , yaitu kecepatan sesaat sebelum
tabrakan dengan ion metal.
t
m
e
v
v
e
drift
drift
2
2
E


kecepatan thermal


drift
v

L
t 
Kecepatan drift rata-rata dapat didekati dengan:
Konduktor - Teori Drude-Lorentz Tentang Metal [1]

L
m
e
t
m
e
v
e
e
drift
2
2
E
E


Kerapatan arus adalah:

e
drift
e
m
L
ne
v
ne
2
2
E
J 


E

L
ne
me
2
2 
 
Konduktor - Teori Drude-Lorentz Tentang Metal [1]
Model Pita Energi
untuk Metal
Jika banyak atom bergabung menjadi padatan, tingkat valensi terluar dari
setiap atom cenderung akan terpecah membentuk pita energi. Tingkat-
tingkat energi yang lebih dalam, yang disebut tingkat inti, tidak terpecah.
Setiap tingkat valensi dari dari suatu padatan yang terdiri dari N atom
berbentuk pita valensi yang terdiri dari N tingkat energi.
Dengan demikian maka tingkat valensi s yang di tiap atom memuat 2
elektron, akan menjadi pita s yang dapat menampung 2N elektron.
Tingkat valensi p yang di tiap atom memuat 6 elektron, akan menjadi pita p
yang dapat menampung 6N elektron.
Gambaran pita-pita energi
pada suatu padatan:
pita s
pita p
celah energi
Konduktor - Model Pita Energi
Pada metal, pita valensi biasanya hanya sebagian terisi
Pita energi paling luar, jika ia hanya sebagian terisi dan padanya terdapat
tingkat Fermi, disebut sebagai pita konduksi.
kosong
celah energi
terisi
kosong
pita valensi
EF
pita konduksi
Sodium
Konduktor - Model Pita Energi
Pada beberapa metal, pita valensi terisi penuh. Akan tetapi pita ini
overlap dengan pita di atanya yang kosong. Pita yang kosong ini
memfasilitasi tingkat energi yang dengan mudah dicapai oleh
elektron yang semula berada di pita valensi.
terisi penuh
kosong
EF
pita valensi
Magnesium
Konduktor - Model Pita Energi
Pada beberapa material, pita valensi terisi penuh dan pita valensi ini
tidak overlap dengan pita di atasnya yang kosong. Jadi antara pita
valensi dan pita di atasnya terdapat celah energi.
celah energi
terisi penuh
kosong
pita
valensi
Intan
celah energi
terisi penuh
kosong
Silikon
isolator semikonduktor
Konduktor - Model Pita Energi
Model Mekanika
Gelombang
Dalam model mekanika gelombang, elektron dipandang sebagai paket
gelombang, bukan partikel.
Kecepatan grup dari
paket gelombang adalah dk
df
vg 
2

f = frekuensi DeBroglie
k = bilangan gelombang
Percepatan yang dialami elektron adalah
dt
dk
dk
E
d
h
dk
dE
dt
d
h
dt
dv
a
g
2
2
2
2 










Karena E = hf , maka:
dk
dE
h
vg

2

Konduktor - Model Mekanika Gelombang
dt
dk
dk
E
d
h
dk
dE
dt
d
h
dt
dv
a
g
2
2
2
2 










dt
dk
dE
h
e
dt
v
e
dx
e
dE g
E
E
E

2


 E
e
h
dt
dk 
2

2
2
2
2
4
dk
E
d
h
e
a

E

Percepatan yang dialami elektron adalah
Percepatan ini terjadi karena ada medan listrik E, yang memberikan
gaya sebesar eE
Gaya sebesar eE memberikan laju perubahan energi kinetik pada
elektron bebas sebesar
sehinggapercepatan elektron menjadi:
Konduktor - Model Mekanika Gelombang
2
2
2
2
4
dk
E
d
h
e
a

E

sehinggapercepatan elektron menjadi:
Bandingkan dengan relasi klasik: a
m
F e
e 
Kita definisikan massa efektif elektron:
1
2
2
2
2
4
*










dk
E
d
h
m
 *
m
e
a
E

Untuk elektron bebas m* = me .
Untuk elektron dalam kristal m* tergantung dari energinya.
Konduktor - Model Mekanika Gelombang
1
2
2
2
2
4
*










dk
E
d
h
m

menurun
dk
dE
negatif
2
2
dk
E
d
negatif
*
m
meningkat
dk
dE
positif
2
2
dk
E
d
k
E
k1 +k1
kecil
*
m
celah energi
sifat klasik
m* = me jika energinya tidak
mendekati batas pita energi
dan kurva E terhadap k
berbentuk parabolik
Pada kebanyakan metal m* = me karena
pita energi tidak terisi penuh. Pada
material yang pita valensinya terisi penuh
m*  me
Konduktor - Model Mekanika Gelombang
Teori Sommerfeld
Tentang Metal
Metal dilihat sebagai benda padat yang kontinyu, homogen, isotropik.
Gambaran tentang elektron seperti pada teori Drude-Lorentz; elektron
bebasa berada pada potensial internal yang konstan.
Perbedaannya adalah bahwa elektron dalam sumur potensial
mengikuti teori kuantum dan bukan mekanika klasik
Berapa statuskah yang tersedia untuk elektron atau dengan
kata lain bagaimanakah kerapatan status?
Bagaimana elektron terdistribusi dalam status yang tersedia
dan bagaimana mereka berpartisipasi dalam proses fisika?
Kita lihat lagi Persamaan Schrödinger
Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
x
z
y
Lx
Ly
Lz
Sumur tiga dimensi
0
2 2
2
2
2
2
2
2






















E
z
y
x
m

)
(
)
(
)
(
)
,
,
( z
Z
y
Y
x
X
z
y
x 

0
)
(
)
(
1
)
(
)
(
1
)
(
)
(
1
2 2
2
2
2
2
2
2


















E
z
z
Z
z
Z
y
y
Y
y
Y
x
x
X
x
X
m

E
m
z
z
Z
z
Z
y
y
Y
y
Y
x
x
X
x
X 2
2
2
2
2
2
2
2
)
(
)
(
1
)
(
)
(
1
)
(
)
(
1











Aplikasi Persamaan Schrödinger: Kasus 3 Dimensi
Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
x
E
m
x
x
X
x
X 2
2
2
2
)
(
)
(
1





y
E
m
y
y
Y
y
Y 2
2
2
2
)
(
)
(
1





z
E
m
z
z
Z
z
Z 2
2
2
2
)
(
)
(
1





0
)
(
2
)
(
2
2
2




x
X
E
m
x
x
X
x

2
x
2
2
L
8m
h
n
E x
x  2
y
2
2
L
8m
h
n
E
y
y  2
z
2
2
L
8m
h
n
E z
z 
x
z
y
Lx
Ly
Lz
Sumur tiga dimensi
Aplikasi Persamaan Schrödinger; Kasus 3 Dimensi
Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
2
x
2
2
L
8m
h
n
E x
x  2
y
2
2
L
8m
h
n
E
y
y  2
z
2
2
L
8m
h
n
E z
z 
Energi elektron :
Energi elektron dinyatakan dalam momentumnya:
m
p
E x
x
2
2

m
p
E
y
y
2
2

m
p
E z
z
2
2

sehingga :
2
x
2
L
2 








h
n
p x
x
2
y
2
L
2 








h
n
p
y
y
2
z
2
L
2 








h
n
p z
z
momentum :
i
L
2
h
n
p i
i 

Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
momentum :
i
L
2
h
n
p i
i 

Tanda ± menunjukkan bahwa arah
momentum bisa positif atau negatif.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa
momentum terkuantisasi.
px, py, pz membentuk ruang momentum tiga dimensi. Jika ruang
momentum berbentuk kubus, maka satuan sisi kubus adalah h/2L
Kwadran pertama ruang momentum (dua dimensi):
px
py
0
setiap titik menunjukkan
status momentum yang
diperkenankan
setiap status momentum
menempati ruang sebesar
h2/4L2 (kasus 2 dimensi).
Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
Kwadran pertama ruang
momentum (dua dimensi)
px
py
0 px
py
0
p
dp
setiap status momentum
menempati ruang sebesar
h2/4L2
 
3
2
L
8
/
8
/
4
)
(
3
h
dp
p
dp
p
N


tiga
dimensi
 
3
V
4
)
(
2
h
dp
p
dp
p
N


Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
px
py
0
p
dp
tiga
dimensi
 
3
V
4
)
(
2
h
dp
p
dp
p
N


Karena   2
/
1
2mE
p    dE
mE
dp
2
/
1
2
2


maka
    dE
mE
m
mE
h
V
dE
E
N
2
/
1
2
2
4
)
(
3





    dN
dE
E
m
h
V
dE
E
N 

 2
/
1
2
/
3
2
2
)
(
3

massa elektron di sini
adalah massa efektif
Inilah kerapatan status. Setiap status mencakup 2 spin
Berapakah yang terisi?
Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
Tingkat Energi FERMI
Densitas Status pada 0 K
    dN
dE
E
m
h
V
dE
E
N 

 2
/
1
2
/
3
2
2
)
(
3

Status energi diisi oleh elektron valensi mulai dari tingkat terendah secra
berurut ke tingkat yang lebih tinggi sampai seluruh elektron terakomodasi.
Elektron pada status energi yang paling tinggi analog dengan elektron pada
tingkat energi paling tinggi di sumur potensial.
Elektron ini memerlukan tambahan energi sebesar work function untuk
meninggalkan sumur potensial.
Status energi paling tinggi, yaitu tingkat yang paling tinggi yang ditempati oleh
elektron pada 0 K secara tentatif didefinsikan sebagai tingkat Fermi, EF.
(Definisi ini sesungguhnya tidak lengkap, tetapi untuk sementara kita
gunakan).
Konduktor - Tingkat Energi FERMI
px
py
0
p
dp
Jika p adalah jarak dari titik pusat ke
momentum paling luar, maka akan
diperoleh status yang terisi.
Status yang terisi adalah:
3
3
3
3
3
3
V
8
2L
3
4
h
p
h
p
N

 


Karena   2
/
1
2mE
p 
 
3
2
/
3
3/2
3
V
2m
8
h
E
N


Energi Fermi: 3
2
/
3
2
/
3
2
1
V
3
8
1
h
m
N
EF 







3
/
2
2
2
3
/
2
V
3
8
2
1
V
3
4
1






















N
m
h
h
m
N
EF
Konduktor - Tingkat Energi FERMI
N(E)
E
EF
 E1/2
Densitas & Status terisi pada 0 K
Densitas Status pada 0 K     dN
dE
E
m
h
V
dE
E
N 

 2
/
1
2
/
3
2
2
)
(
3

Jumlah status yang terisi dihitung dari
jumlah status momentum yang terisi dalam
ruang momentum:
3
3
3
3
3
3h
V
8
L
/
)
3
/
4
(
2
p
h
p
N





Konduktor - Tingkat Energi FERMI
Jika elektron pada tingkat energi EF kita
pandang secara klasik, relasi energi:
Pada tingkat energi EF sekitar 4 eV, sedang
F
B
F T
k
E 
di mana TF adalah temperatur Fermi
eV
10
6
,
8 5



B
k
maka K
TF 10
7
,
4 4


Jadi suatu elektron klasik berada pada sekitar 50.000 K untuk setara dengan
elektron pada tingkat Fermi.
Konduktor - Tingkat Energi FERMI
Hasil Perhitungan
elemen EF
[eV]
TF
[oK10-4]
Li 4,7 5,5
Na 3,1 3,7
K 2,1 2,4
Rb 1,8 2,1
Cs 1,5 1,8
Cu 7,0 8,2
Ag 5,5 6,4
Au 5,5 6,4
F
B
F T
k
E 
[1]
Konduktor - Tingkat Energi FERMI
[1]
Resistivitas
Menurut mekanika gelombang elektron bebas dalam kristal dapat
bergerak tanpa kehilangan energi. Setiap kelainan pada struktur kristal
akan menimbulkan hambatan pada gerakan elektron yang menyebabkan
timbulnya resistansi listrik pada material.
Bahkan pada 0o K, adanya resistansi dapat teramati pada material nyata
sebab pengotoran, dislokasi, kekosongan, dan berbagai
ketidaksempurnaan kristal hadir dalam material.
Pada metal murni, resistivitas total merupakan jumlah dari dua komponen
yaitu komponen thermal T, yang timbul akibat vibrasi kisi-kisi kristal, dan
resistivitas residu r yang disebabkan adanya pengotoran dan
ketidaksempurnaan kristal.
Relasi Matthiessen:
e
r
T




1



resistivitas total
resistivitas thermal resistivitas residu
konduktivitas
Konduktor - Resistivitas
Eksperimen menunjukkan:
200 300 oK
100
| |






Cu
Cu, 1,12% Ni
Cu, 2,16% Ni
Cu, 3.32% Ni

[ohm-m]

10
8
1
2
3
4
5
6 Di atas temperatur Debye
komponen thermal dari resistivitas
hampir linier terhadap temperatur:
frekuensi maks
osilasi
B
D
D
k
hf


D
s
D
f
c


Temperatur Debye:
konstanta Boltzmann
1,381023 joule/oK
kecepatan
rambat suara
panjang gelombang
minimum osilator
[6]
Konduktor - Resistivitas
200 300 oK
100
| |






Cu
Cu, 1,12% Ni
Cu, 2,16% Ni
Cu, 3.32% Ni

[ohm-m]

10
8
1
2
3
4
5
6
 
x
Ax
r 
 1

konstanta tergantung
dai jenis metal dan
pengotoran
konsentrasi
pengotoran
Relasi Nordheim:
Jika x << 1 Ax
r 

2% 3%
1%
| |





r
/

273
0,05
0,10
0,15
0,20
4%
|
In dalam Sn
[6]
Konduktor - Resistivitas
Pengaruh Jenis Pengotoran pada Cu


| | | |
2,0108
2,5108
1,5108

[ohm-meter]
0 0,05 0,10 0,15 0,20
T (293)
Sn
Ag
Cr
Fe
P
% berat
[6]
Konduktor - Resistivitas
Emisi Elektron
Elektron bebas dalam metal tidak meninggalkan metal, kecuali jika
mendapat tambahan energi yang cukup.
+ + + +
x
EF
Energi
Hampa
eF
Emisi Elektron
emitter collector
cahaya
A
V
Sumber
tegangan
variabel
I
V
V0
x lumen
2x lumen
3x lumen
0
Pada tegangan ini semua elektron
kembali ke katoda (emitter)
Laju keluarnya elektron (arus)
tergantung dari intensitas cahaya
tetapi energi kinetiknya tidak
tergantung intensitas cahaya
Energi kinetik elektron = e V0
Peristiwa photolistrik
Emisi Elektron - photolistrik
emitter collector
cahaya
A
V
Sumber
tegangan
variabel
I
V
V01
=5000Å (biru)
V02 V03
=5500Å (hijau)
=6500Å (merah)
Intensitas cahaya konstan tetapi
panjang gelombang berubah
Emisi Elektron - photolistrik
emitter collector
cahaya
A
V
Sumber
tegangan
variabel
Photon dengan energi hf diserap elektron
di permukaan metal sehingga elektron
tersebut mendapat tambahan energi. Jika
pada awalnya elektron menempati tingkat
energi tertinggi di pita konduksi dan
bergerak tegak lurus ke arah permukaan,
ia akan meninggalkan emitter dengan
energi kinetik maksimum
Ek maks= hf  e
Energi yang diterima
Energi untuk mengatasi
hambatan di permukaan
(dinding potensial)
Emisi Elektron - photolistrik
emitter collector
cahaya
A
V
Sumber
tegangan
variabel
tingkat energi
terisi
hf
EF
e
Ek maks
Ek < Ek maks
hf
Emisi Elektron - photolistrik
emitter collector
cahaya
A
V
Sumber
tegangan
variabel
Jika V0 (yang menunjukkan energi
kinetik) di-plot terhadap frekuensi:
Vo
f
1
2
Slope = h/e
Metal 1
Metal 2
Rumus Einstein: 
e
hf
e 

0
V
Emisi Elektron - photolistrik
Peristiwa Emisi Thermal
Pada temperatur tinggi, sebagian elektron memiliki energi kinetik yang
lebih tinggi dari energi rata-rata elektron sehingga dapat melampaui
work function ( e ).
A
V
vakum
pemanas
katoda anoda Jika arus cukup tinggi, terjadi saling tolak
antara elektron di ruangan sehingga
elektron dengan energi rendah tidak
mencapai anoda.
Muatan ruang makin berpengaruh jika arus
makin tinggi. Arus akan mencapai
kejenuhan.
I
V
V
Emisi Elektron – emisi thermal
Makin tinggi temperatur katoda, akan makin tinggi energi elektron
yang keluar dari permukaan katoda, dan kejenuhan terjadi pada nilai
arus yang lebih tinggi.
A
V
vakum
pemanas
katoda anoda
I
V
V
T1
T2
T3
Kejenuhan dapat diatasi dengan
menaikkan V
I
T
V1
V2
V3
Emisi Elektron – emisi thermal
Pada tegangan yang sangat tinggi, dimana efek muatan ruang
teratasi secara total, semua elektron yang keluar dari katoda
akan mencapai anoda.
A
V
vakum
pemanas
katoda anoda
Persamaan Richardson-Dushman
kT
e
e
AT
J /
2 


kerapatan arus konstanta dari material
k = konstanta Boltzman = 1,381023 joule/oK
I
T
V1
V2
V = ∞
Emisi Elektron – emisi thermal
Nilai  tergantung dari temperatur :
A
V
vakum
pemanas
katoda anoda
T


 
 0
pada 0o K
dT
d /

 
koefisien temperatur
K
eV/
10 o
4



e
pada kebanyakan
metal murni
Persamaan Richardson-Dushman
menjadi:
kT
e
k
e
e
e
AT
J /
/
2 0

 


Emisi Elektron – emisi thermal
A
V
vakum
pemanas
katoda anoda
Persamaan Richardson-Dushman
kT
e
k
e
e
e
AT
J /
/
2 0

 


kT
e
k
e
e
Ae
AT
J /
/
2
0

 


kT
e
k
e
A
AT
J 0
2
ln
ln



















2
ln
AT
J
T
1
?
Emisi Elektron – emisi thermal
Material
katoda
titik leleh
[OK]
temp. kerja
[OK]
work
function
[eV]
A
[106amp/m2 oK2
W 3683 2500 4,5 0,060
Ta 3271 2300 4,1 0,4 – 0,6
Mo 2873 2100 4,2 0,55
Th 2123 1500 3,4 0,60
Ba 983 800 2,5 0,60
Cs 303 290 1,9 1,62
[6]
Emisi Elektron – emisi thermal
Jika elektron dengan energi tinggi (yang disebut elektron primer)
ditembakkan ke permukaan metal, elektron dapat keluar dari permukaan
metal (yang disebut elektron sekunder).
Energi kinetik elektron sekunder tidak harus tergantung dari energi kinetik
elektron yang membentur permukaan.
Efisiensi emisi sekunder dinyatakan sebagai rasio jumlah elektron
sekunder, Is terhadap jumlah elektron primer yang membentur permukaan,
Ip. Rasio ini disebut secondary emission yield, , dan merupakan fungsi dari
energi kinetik berkas elektron yang membentur permukaan.
Jika energi kinetik berkas elektron yang membentur permukaan terlalu
rendah hanya sedikit dihasilkan emisi sekunder.
Emisi Elektron – emisi sekunder
Peristiwa Emisi Sekunder
Jika energi kinetik berkas elektron yang membentur permukaan terlalu
tinggi hanya sedikit juga dihasilkan emisi sekunder. Hal ini disebabkan
karena elektron yang membentur permukaan metal sempat masuk
(penetrasi) ke dalam metal sebelum terjadi benturan dengan elektron
bebas dalam metal.
Elektron bebas yang menerima tambahan energi mengalami tabrakan-
tabrakan sebelum mencapai permukaan, dan mereka gagal keluar dari
permukaan metal.
Akibatnya adalah  sebagai
fungsi dari energi berkas
elektron, mempunyai nilai
maksimum.

Ek
0
0
maks
Ek maks
Emisi Elektron – emisi sekunder
emitter maks Ek [eV]
Al 0,97 300
Cu 1,35 600
Cs 0,9 400
Mo 1,25 375
Ni 1,3 550
W 1,43 700
gelas 2,5 400
BeO 10,2 500
Al2O3 4,8 1300
[6]
Emisi Elektron – emisi sekunder
Efek SCHOTTKY
Dalam peristiwa emisi thermal
telah disebutkan bahwa
kenaikan medan listrik antara
emitter dan anoda akan
mengurangi efek muatan ruang.
I
V1
V2
V3
Medan yang tinggi juga
meningkatkan emisi
karena terjadi perubahan
dinding potensial di
permukaan katoda.
+ + + +
x
EF
Energi
x0
e∅
medan listrik tinggi
V = eEx
eΔ∅
Medan E memberikan
potensial eEx pada
jarak x dari permukaan
nilai maks
dinding
potensial
penurunan work function
Emisi Elektron – efek Schottky
Peristiwa Emisi Medan
Hadirnya medan listrik pada permukaan katoda, selain menurunkan
work function juga membuat dinding potensial menjadi lebih tipis.
+ + + +
x
EF
Energi
e∅
medan listrik sangat
tinggi V = eEx
eΔ∅
jarak
tunneling
penurunan work function
Emisi Elektron – emisi medan
Karakteristik Dielektrik
Dielektrik digunakan pada kapasitor dan sebagai bahan isolasi
Permitivitas relatif didefinisikan sebagai rasio permitivitas dielektrik ()
dengan permitivitas ruang hampa (0)
0


 
r
Jika suatu dielektrik yang memiliki permitivitas relatif r disisipkan antara
dua pelat kapasitor yang memiliki luas A dan jarak antara kedua pelat
adalah d , maka kapasitansi yang semula
0
0 
d
A
C  berubah menjadi r
r C
d
A
d
A
C 


 0
0 


dielektrik meningkatkan kapasitansi sebesar r kali
Faktor Desipasi
Sifat Listrik Dielektrik - Karakteristik Dielektrik
Diagram fasor kapasitor
im
re
IRp
IC
Itot

VC

tan
C
C
Rp
C
P I
V
I
V 

Desipasi daya (menjadi panas):
tan : faktor desipasi
(loss tangent)




tan
π
2
tan
ω
2
0
0
0
r
r
C
f
C
P
V
V
V


r tan : faktor kerugian
(loss factor)
Sifat Listrik Dielektrik - Karakteristik Dielektrik
Kekuatan Dielektrik
Gradien tegangan maksimum yang masih dapat
ditahan oleh dielektrik sebelum terjadi tembus listrik
Nilai kekuatan dielektrik secara eksperimen sangat
tergantung dari ukuran spesimen, elektroda, serta
prosedur percobaan
Tembus listrik diawali oleh hdirnya sejumlah elektron di pita konduksi.
Elektron ini mendapat percepatan oleh adanya medan listrik yang
tinggi sehingga memperoleh energi kinetik yang tinggi. Sebagian
energi ini ditransfer ke elektron valensi sehingga elektron valensi naik
ke pita konduksi. Jika jumlah elektron ini cukup banyak maka akan
terjadi avalans elektron di pita konduksi. Arus meningkat dengan cepat
sehingga terjadi peleburan lokal, terbakar, atau penguapan.
Elektron awal bisa hadir oleh beberapa sebab: discharge antara elektroda
tegangan tinggi dengan permukaan dielektrik yang terkontaminasi, pori-
pori berisi gas dalam dielektrik, pengotoran oleh atom asing.
Sifat Listrik Dielektrik - Karakteristik Dielektrik
Jarak elektroda [m] X 102
Tegangan
tembus
[kV]
100 
0
200 
300 
400 
500 
600 
0 0.51 1.03 1.55 2,13 2,54
udara 1 atm
udara 400 psi SF6 100 psi
SF6 1 atm
Porselain
Minyak Trafo
High Vacuum
[6]
Sifat Listrik Dielektrik - Karakteristik Dielektrik
Polarisasi
0
0
0
0
0
0 /







d
d
A
Q
d
C
Q
d
V
E
Tanpa dielektrik :
qr
e 
p
E0
+ + +
  
d
0
+

+

+ + + + + + +
d

E
+

+

+

+

+

+

      
Dipole listrik :
timbul karena terjadi Polarisasi
r
r
d
d
A
Q
d
C
Q
d
V
E




 0
0
/




Dengan dielektrik :
 
1
0
0
0
0 



 r
r E
E
E 






Polarisasi : total dipole momen listrik per satuan volume
P

Sifat Listrik Dielektrik - Polarisasi
Molekul di dalam dielektrik mengalami pengaruh medan listrik yang lebih
besar dari medan listrik yang diberikan dari luar. Medan listrik yang dialami
oleh molekul ini disebut medan lokal.
+

+

+ + + + + + +

E
+

+

+

+

+

+

      
+

+

+

+

+

+

+

+

Induksi momen dipole oleh
medan lokal Elok adalah
lok
mol E


p
polarisabilitas
lok
E
N

P
jumlah molekul per satuan volume
 
1
0 

 r
lok E
E
N 


P  
E
E
N lok
r
0
1


 

Sifat Listrik Dielektrik - Polarisasi
4 macam polarisasi
a. polarisasi elektronik :
tak ada medan
ada medan
E
Teramati pada semua dielektrik.
Terjadi karena pergeseran awan elektron
pada tiap atom terhadap intinya.
Sifat Listrik Dielektrik - Polarisasi
4 macam polarisasi
tak ada medan
ada medan
E
b. polarisasi ionik :
+

+
+
+
+


 +

+
+
+
+



Terjadi karena pergeseran ion-ion
yang berdekatan yang berlawanan
muatan.
Hanya ditemui pada material ionik.
Sifat Listrik Dielektrik - Polarisasi
4 macam polarisasi
tak ada medan
ada medan
E
c. polarisasi orientasi :
+

+

+

+

Terjadi pada material padat dan cair yang
memiliki molekul asimetris yang momen
dipole permanennya dapat diarahkan
oleh medan listrik.
Sifat Listrik Dielektrik - Polarisasi
4 macam polarisasi
tak ada medan
ada medan
E
d. polarisasi muatan ruang :
+ + +
+ +
+ + + +
+ +
+ + +
  




 
   



+ + +
+ +
+
+
+ +
+
+ +
+
+
+
  












Terjadi pengumpulan muatan di
perbatasan dielektrik.
Sifat Listrik Dielektrik - Polarisasi
r Tergantung Pada
Frekuensi Dan Temperatur
Dalam medan bolak-baik, polarisasi total P, polarisabilitas total ,
dan r, tergantung dari kemudahan dipole untuk mengikuti medan
yang selalu berubah arah tersebut.
Dalam proses mengikuti arah medan tersebut, waktu yang
dibutuhkan oleh dipole untuk mencapai orientasi keseimbangan
disebut waktu relaksasi.
Kebalikan dari waktu relaksasi disebut frekuensi relaksasi.
Jika frekuensi dari medan yang diberikan melebihi frekuensi
relaksasi, dipole tidak cukup cepat untuk mengikutinya, dan proses
orientasi berhenti.
Karena frekuensi relaksasi dari empat macam proses polarisasi
berbeda-beda, maka kontribusi dari masing-masing proses pada
polarisasi keseluruhan dapat diamati.
Sifat Listrik Dielektrik - r Tergantung Pada Frekuensi Dan Temperatur
frekuensi listrik frekuensi optik
frekuensi
power audio radio infra
merah
cahaya
tampak
P;
r
absorbsi;
loss factor
muatan ruang
orientasi
ionik
elektronik
orientasi
muatan ruang
ionik
elektronik

Sifat Listrik Dielektrik - r Tergantung Pada Frekuensi Dan Temperatur
r
T
titik
leleh
nitrobenzene [6]
Sifat Listrik Dielektrik - r Tergantung Pada Frekuensi Dan Temperatur
r
oC
5102 cps
104 cps
8102 cps
5 
10 
15 
20 
0
0 100 200 300 400
silica glass [6]
Sifat Listrik Dielektrik - r Tergantung Pada Frekuensi Dan Temperatur
Kehilangan Energi
tan : faktor desipasi
(loss tangent)
im
re
Diagram fasor kapasitor
IRp
IC
Itot

VC

tan
C
C
Rp
C
P I
V
I
V 

Desipasi daya (menjadi panas):




tan
π
2
tan
ω
2
0
0
0
r
r
C
f
C
P
V
V
V


r tan : faktor kerugian
(loss factor)
Sifat Listrik Dielektrik - Kehilangan Energi
Sifat Ferroelectric
Sifat Piezoelectric
Tugas Bibliografis
Dikumpulkan pada hari ………………
Jam : ……….
Sifat Listrik Dielektrik
Sejumlah energi bisa ditambahkan ke dalam material
melalui pemanasan, medan listrik, medan magnit,
bahkan gelombang cahaya seperti pada peristwa photo
listrik yang telah kita kenal.
Pada penambahan energi melalui pemanasan tanggapan
padatan termanifestasikan dalam gejala-gejala kenaikan
temperatur sampai pada emisi thermal tergantung dari besar
energi yang masuk.
Dalam padatan, terdapat dua kemungkinan
penyimpanan energi thermal:
1) penyimpanan dalam bentuk vibrasi atom / ion di
sekitar posisi keseimbangannya
2) energi kinetik yang dikandung oleh elektron-bebas.
Sifat-sifat thermal yang akan kita bahas
adalah
kapasitas panas
panas spesifik
pemuaian
konduktivitas panas
Kapasitas Panas
Kapasitas Panas
Kapasitas Panas (heat capacity)
Kapasitas panas pada volume konstan, Cv
v
v
dT
dE
C 
Kapasitas panas pada tekanan konstan, Cp
p
p
dT
dH
C 
E : energi internal padatan yaitu total
energi yang ada dalam padatan baik
dalam bentuk vibrasi atom maupun
energi kinetik elektron-bebas
T : temperatur
H : enthalpi. Pengertian enthalpi
dimunculkan dalam thermodinamika
karena amat sulit meningkatkan
kandungan energi internal pada tekanan
konstan.
energi yang kita masukkan tidak hanya
meningkatkan energi internal melainkan
juga untuk melakukan kerja pada waktu
pemuaian terjadi.
Kapasitas Panas
volume
PV
E
H 

tekanan
energi internal
T
V
P
T
E
T
P
V
T
V
P
T
E
T
H

















0

Jika perubahan volume terhadap
T cukup kecil suku ini bisa
diabaikan sehingga
v
T
E
T
H





p
v C
C 
Panas Spesifik
Panas Spesifik
Panas Spesifik, Perhitungan klasik
Kapasitas panas per satuan massa per derajat K
dituliskan dengan huruf kecil cv dan cp
Perhitungan Klasik
Molekul gas ideal memiliki tiga derajat kebebasan
energi kinetik rata-rata per derajat kebebasan T
kB
2
1
energi kinetik rata-rata (3 dimensi): T
kB
2
3
energi per mole RT
T
Nk
E B
mole
k
2
3
2
3
/ 

Bilangan Avogadro
Konstanta Boltzman
Atom-atom padatan saling terikat
energi rata-rata per derajat kebebasan T
kB
RT
E padat
mole
tot 3
/  cal/mole
K
cal/mole
96
,
5
3 o


 R
dT
dE
c
v
v
Menurut hukum Dulong-Petit (1820), cv
Hampir sama untuk semua material yaitu
6 cal/mole K
Pada umumnya hukum Dulong-Petit cukup teliti untuk temperatur di
atas temperatur kamar. Namun beberapa unsur memiliki panas
spesifik pada temperatur kamar yang lebih rendah dari angka
Dulong-Petit, misalnya
Be ([He] 2s2), B ([He] 2s2 2p1),
C ([He] 2s2 2p2), Si ([Ne] 3s2 3p2)
Panas Spesifik, Perhitungan klasik
Unsur-unsur ini orbital terluarnya tersisi penuh atau membuat ikatan
kovalen dengan unsur sesamanya.
Oleh karena itu pada temperatur kamar hampir tidak terdapat
elektron bebas dalam material ini. Lebih rendahnya kapasitas panas
yang dimiliki material ini disebabkan oleh tidak adanya kontribusi
elektron bebas dalam peningkatan energi internal.
Sebaliknya pada unsur-unsur yang sangat elektropositif seperti
Na ([Ne] 3s1)
kapasitas panas pada temperatur tinggi melebihi prediksi Dulong-Petit
karena adanya kontribusi elektron bebas dalam penyimpanan energi
internal.
Panas Spesifik, Perhitungan klasik
Panas Spesifik, Perhitungan Einstein
Perhitungan Einstein
Padatan terdiri dari N atom, yang masing-masing bervibrasi (osilator)
secara bebas pada arah tiga dimensi, dengan frekuensi fE
E
n nhf
E 
Frekuensi osilator
Konstanta Planck
bilangan kuantum, n = 0, 1, 2,....
Jika jumlah osilator tiap status energi adalah Nn dan N0 adalah jumlah
asilator pada status 0, maka menuruti fungsi Boltzmann
)
/
(
0
T
k
E
n
B
n
e
N
N 

Jumlah energi per status: n
nE
N
total energi dalam padatan: 

n
n
n E
N
E
sehingga energi rata-rata osilator









n
T
k
nhf
n
E
T
k
nhf
n
n
n
n
n
B
E
B
E
e
N
nhf
e
N
N
E
N
N
E
E
)
/
(
0
)
/
(
0
energi rata-rata osilator









n
T
k
nhf
n
E
T
k
nhf
n
n
n
n
n
B
E
B
E
e
N
nhf
e
N
N
E
N
N
E
E
)
/
(
0
)
/
(
0
Panas Spesifik, Perhitungan Einstein
misalkan T
k
hf
x B
E /


 
.........
1
..........
0
3
2
3
2














x
x
x
x
x
x
E
n
nx
n
E
nx
e
e
e
e
e
e
hf
e
nhf
e
E
Karena turunan dari penyebut, maka dapat ditulis
 
.
..........
1
ln 3
2




 x
x
x
E e
e
e
dx
d
hf
E
x
e


1
1 1
/

  T
k
hf
E
B
e
e
hf
E
Dengan N atom yang masing-masing merupakan osilator bebas yang berosilasi
tiga dimensi, maka didapatkan total energi internal
1
3
3
)
/
(



T
k
hf
E
B
E
e
Nhf
E
N
E
Panas Spesifik, Perhitungan Einstein
Panas spesifik adalah
 2
/
/
2
1
3











T
k
hf
T
k
hf
B
E
B
v
v
B
E
B
E
e
e
T
k
hf
Nk
dt
dE
c
fE : frekuensi Einstein
ditentukan dengan cara mencocokkan
kurva dengan data-data eksperimental.
Hasil yang diperoleh adalah bahwa pada
temperatur rendah kurva Einstein menuju nol
jauh lebih cepat dari data eksperimen
Ketidak cocokan ini dijelaskan oleh Debye
Panas Spesifik, Perhitungan Debye
Perhitungan Debye
Menurut Debye, penyimpangan hasil perhitungan Einstein
disebabkan oleh asumsi yang diambil Einstein bahwa atom-atom
bervibrasi secara bebas dengan frekuensi sama, fE
Analisis yang perlu dilakukan adalah menentukan spektrum
frekuensi g(f) dimana g(f)df didefinisikan sebagai jumlah
frekuensi yang diizinkan yang terletak antara f dan (f + df)
Debye melakukan penyederhanaan perhitungan dengan
menganggap padatan sebagai medium merata yang bervibrasi
dan mengambil pendekatan pada vibrasi atom sebagai
spectrum-gelombang-berdiri sepanjang kristal
3
2
4
)
(
s
c
f
f
g


kecepatan rambat suara dalam padatan
Debye memandang padatan sebagai kumpulan
phonon karena perambatan suara dalam padatan
merupakan gejala gelombang elastis
Postulat Debye: ada frekuensi osilasi maksimum, fD, karena
jumlah keseluruhan frekuensi yang diizinkan tidak akan melebihi 3N
(N adalah jumlah atom yang bervibrasi tiga dimensi).
Panjang gelombang minimum adalah
tidak lebih kecil dari jarak antar atom dalam kristal
D
s
D f
c /


Panas Spesifik, Perhitungan Debye
Energi internal untuk satu mole volume kristal
 

D
B
f
T
k
hf
D
df
f
e
hf
f
N
E
0
2
/
3
1
9
didefinisikan T
T
k
hf D
B
D /
/ 

B
D
D
k
hf

 temperatur Debye
  


















 
 T
x
x
D
B
v
v
D
e
dx
x
e
T
Nk
dT
dE
c
/
0 2
4
3
1
9
Panas Spesifik, Perhitungan Debye
)
/
( T
D D

Didefinisikan fungsi Debye
  



















 
 T
x
x
D
D
D
e
dx
x
e
T
T
D
/
0 2
4
3
1
3
)
/
( )
/
(
3 T
D
Nk
c D
B
v 

Fungsi Debye tidak dapat diintegrasi secara analitis,
namun dapat dicari nilai-nilai limitnya
1
)
/
( 
 T
D D
3
2
5
4
)
/
( 











D
D
T
T
D
jika 

T
jika D
T 

Pada temperatur tinggi cv mendekati nilai yang diperoleh Einstein
R
Nk
c B
v 3
3 

Pada temperatur rendah
3
3
2
5
,
464
5
4
3 




















D
D
B
v
T
T
Nk
c
Kontribusi Elektron
Panas Spesifik – Kontribusi Elektron
Hanya elektron di sekitar energi Fermi yang terpengaruh
oleh kenaikan temperatur dan elektron-elektron inilah yang
bisa berkontribusi pada panas spesifik
Pada temperatur tinggi, elektron menerima energi thermal
sekitar kBT dan berpindah pada tingkat energi yang lebih
tinggi jika tingkat energi yang lebih tinggi kosong
T > 0
T = 0
F(E)
0 E
1
kBT
0
EF
pada kebanyakan metal sekitar 5 eV
pada temperatur kamar kBT sekitar 0,025 eV
kurang dari 1% elektron valensi
yang dapat berkontribusi pada
panas spesifik
kontribusi elektron dalam panas spesifik adalah T
E
Nk
c
F
B
v
3
elektron 








Panas Spesifik Total
Panas Spesifik Total elektron
ion
total v
v
v c
c
c 

untuk temperatur rendah, dapat dituliskan
T
AT
cv 

 3 2
AT
T
cv



atau
T 2
′
slope = A
cv/T
Panas Spesifik Pada Tekanan Konstan, cp
Panas Spesifik, Pada Tekanan Konstan dan Faktor Lain yang Turut Berperan
Hubungan antara cp dan cv diberikan dalam thermodinamika




2
v
v
p TV
c
c
volume molar
koefisien muai volume
kompresibilitas
p
v
dT
dv
v








1
T
dp
dv
v 









1
Faktor-Faktor Lain Yang Turut Berperan
Pemasukan panas pada padatan tertentu dikuti proses-proses lain, misalnya:
perubahan susunan molekul dalam alloy,
pengacakan spin elektron dalam material magnetik,
perubahan distribusi elektron dalam material superkonduktor,
Proses-proses ini akan meningkatkan panas spesifik material
yang bersangkutan
Pemuaian
Pemuaian
Pemuaian
Pada tekanan konstan
p
L
dT
dl
l








1
L
V 


 3
Dengan menggunakan model Debye
V
cv
L
v





 3
 : konstanta Gruneisen
 : kompresibilitas
cp, αL, γ, untuk beberapa material.[6].
Material cp (300 K)
cal/g K
αL (300 K)
1/K106
γ
(konst. Gruneisen)
Al 0,22 24,1 2,17
Cu 0,092 17,6 1,96
Au 0,031 13,8 3,03
Fe 0.11 10,8 1,60
Pb 0,32 28,0 2,73
Ni 0,13 13,3 1.88
Pt 0,031 8,8 2,54
Ag 0,056 19,5 2,40
W 0,034 3,95 1,62
Sn 0,54 23,5 2,14
Tl 0,036 6,7 1,75
Pemuaian
Konduktivitas Panas
Konduktivitas Panas
Konduktivitas Panas
Jika q adalah jumlah kalori yang melewati satu satuan luas (A) per
satuan waktu ke arah x maka
dx
dT
Q
q T




A
Konduktivitas Panas
aliran panas berjalan dari temperatur tinggi ke temperatur rendah
Pada temperatur kamar, metal memiliki konduktivitas thermal yang baik dan
konduktivitas listrik yang baik pula karena elektron-bebas berperan dalam
berlangsungnya transfer panas
Pada material dengan ikatan ion ataupun ikatan kovalen, di mana elektron
kurang dapat bergerak bebas, transfer panas berlangsung melalui phonon
Dalam polimer perpindahan panas terjadi melalui rotasi, vibrasi, dan
translasi molekul
σT untuk beberapa material pada 300 K .[6].
Material σT
cal/(cm sec K)
L=σT/σeT
(volt/K)2108
Al 0,53 2,2
Cu 0,94 2,23
Fe 0,19 2,47
Ag 1,00 2,31
C (Intan) 1,5 -
Ge 0,14 -
Konduktivitas Panas
Lorentz number
Konduktivitas Panas Oleh Elektron
Konduktivitas Panas Oleh Elektron
pengertian klasik gas ideal T
k
E B
2
3

Jika L adalah jalan bebas rata-rata elektron,
maka transmisi energi per elektron adalah
x
T
k
x
E
B





2
3
L
x
T
k
L
x
E
B





2
3
Jumlah energi yang ter-transfer ke arah x L
x
T
k
n
Q B




2
3
3
kerapatan elektron
kecepatan rata-rata
Energi thermal yang ditransfer melalui dua bidang paralel tegak-lurus arah x dengan
jarak x pada perbedaan temperatur T adalah
x
T
E T





x
T
Q
x
T
Q T








/
atau T
L
k
n
B
T
2



Rasio Wiedemann-Franz
Rasio Wiedemann-Franz
Rasio ini adalah rasio antara konduktivitas thermal dan
konduktivitas listrik listrik
2
2
2
2
2
e
k
m
m
L
ne
L
k
n
B
B
e
T 






T
e
T
o
L



Lorentz number
hampir sama untuk
kebanyakan metal
Isolator Panas
Isolator thermal yang baik adalah material yang porous. Rendahnya
konduktivitas thermal disebabkan oleh rendahnya konduktivitas udara
yang terjebak dalam pori-pori
Isolator Panas
Namun penggunaan pada temperatur tinggi yang berkelanjutan
cenderung terjadi pemadatan yang mengurangi kualitasnya
sebagai isolator thermal
Material polimer yang porous bisa mendekati kualitas ruang hampa
pada temperatur sangat rendah; gas dalam pori yang membeku
menyisakan ruang-ruang hampa yang bertindak sebagai isolator
Courseware
Mengenal Sifat Material (2)
Sudaryatno Sudirham

More Related Content

Similar to 1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx

material ,tugas 1 covalent bonding.en.id.pptx
material ,tugas 1 covalent bonding.en.id.pptxmaterial ,tugas 1 covalent bonding.en.id.pptx
material ,tugas 1 covalent bonding.en.id.pptxMalikaAzharFakhriyya
 
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02exson Prakoso
 
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,SetyaAyuAprilia2
 
Ppt ikatan kimia ok
Ppt ikatan kimia okPpt ikatan kimia ok
Ppt ikatan kimia oks4nny
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptDewiMarhelly3
 
IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptIKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptDiyas16
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptSurtini5
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptangga678964
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptRizaUmmami3
 
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnajaZidniAzizati1
 
Materi ikatan kimia doc
Materi ikatan kimia docMateri ikatan kimia doc
Materi ikatan kimia docMimi Yeni
 
Ikatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekulIkatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekulujangsupiandi
 
Ikatan Kimia 1.pdf
Ikatan Kimia 1.pdfIkatan Kimia 1.pdf
Ikatan Kimia 1.pdfCHakun1999
 

Similar to 1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx (20)

material ,tugas 1 covalent bonding.en.id.pptx
material ,tugas 1 covalent bonding.en.id.pptxmaterial ,tugas 1 covalent bonding.en.id.pptx
material ,tugas 1 covalent bonding.en.id.pptx
 
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
Ringkasanzatpadat 131220024632-phpapp02
 
Ringkasan zat padat
Ringkasan zat padatRingkasan zat padat
Ringkasan zat padat
 
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
Ikatan ion dan kovalen tunggal, rangkap,
 
2. struktur atom dan molekul
2. struktur atom dan molekul2. struktur atom dan molekul
2. struktur atom dan molekul
 
struktur kristal
struktur kristalstruktur kristal
struktur kristal
 
Ppt ikatan kimia ok
Ppt ikatan kimia okPpt ikatan kimia ok
Ppt ikatan kimia ok
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
IKATAN KIMIA Tahun 2021.pptIKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
4. IKATAN KIMIA Tahun 2021.ppt
 
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
4. IKATAN KIMIA mkansbsjnajanjanajnajnaja
 
Materi ikatan kimia doc
Materi ikatan kimia docMateri ikatan kimia doc
Materi ikatan kimia doc
 
Padatan ionik
Padatan ionikPadatan ionik
Padatan ionik
 
Ikatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekulIkatan kimia dan struktur molekul
Ikatan kimia dan struktur molekul
 
IKATAN KIMIA.pptx
IKATAN KIMIA.pptxIKATAN KIMIA.pptx
IKATAN KIMIA.pptx
 
Ikatan kimia
Ikatan kimiaIkatan kimia
Ikatan kimia
 
Ikatan Kimia 1.pdf
Ikatan Kimia 1.pdfIkatan Kimia 1.pdf
Ikatan Kimia 1.pdf
 

Recently uploaded

Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsAdePutraTunggali
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASreskosatrio1
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Model Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public RelationsModel Manajemen Strategi Public Relations
Model Manajemen Strategi Public Relations
 
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPASaku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
aku-dan-kebutuhanku-Kelas 4 SD Mapel IPAS
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 

1-1. MENGENAL SIFAT BAHAN_LENGKAP.pptx

  • 2.  Struktur Kristal dan Nonkristal Teori Pita Energi dan Teori Zona  Sifat Listrik Metal  Sifat Listrik Dielektrik  Sifat Thermal Material Cakupan Bahasan
  • 3.
  • 5. Kristal Kristal merupakan susunan atom-atom yang teratur dalam ruang tiga dimensi. Keteraturan susunan tersebut timbul karena kondisi geometris yang dihasilkan oleh ikatan atom yang terarah dan paking yang rapat. Sesungguhnya tidaklah mudah untuk menyatakan bagaimana atom tersusun dalam padatan. Namun ada hal-hal yang diharapkan menjadi faktor penting yang menentukan terbentuknya polihedra koordinasi atom-atom. Secara ideal, susunan polihdra koordinasi paling stabil adalah yang memungkinkan terjadinya energi per satuan volume minimal. Keadaan tersebut dicapai jika: 1. kenetralan listrik terpenuhi 2. ikatan kovalen yang diskrit dan terarah terpenuhi 3. meminimalkan gaya tolak ion-ion 4. paking atom serapat mungkin
  • 6. Struktur kristal yang biasa teramati pada padatan dinyatakan dalam konsep geometris ideal yang disebut kisi-kisi ruang (space lattice) dan menyatakan cara bagaimana polihedra koordinasi atom-atom tersusun bersama agar energi dalam padatan menjadi minimal. Kisi-kisi ruang adalah susunan tiga dimensi titik-titik di mana setiap titik memiliki lingkungan yang serupa. Titik dengan lingkungan yang serupa itu disebut titik kisi (Lattice Point). Titik kisi dapat disusun hanya dalam 14 susunan yang berbeda yang disebut kisi-kisi Bravais; oleh karena itu atom-atom dalam kristal haruslah tersusun dalam salah satu dari 14 kemungkinan tersebut. Kristal
  • 7. Sel Satuan pada Kisi-Kisi Ruang BRAVAIS [2,5] Kristal
  • 8. Setiap titik kisi dapat ditempati oleh satu atau lebih atom, tetapi atom atau kelompok atom pada satu titik kisi haruslah identik dengan orientasi yang sama agar memenuhi definisi kisi ruang. Susunan atom dapat disebutkan secara lengkap dengan menyatakan posisi atom dalam suatu unit yang secara berulang tersusun dalam kisi ruang. Unit yang berulang itu disebut sel satuan. Rusuk sel satuan, yaitu vektor yang menghubungkan dua titik kisi, haruslah merupakan translasi kisi, dan sel satuan yang identik akan membentuk kisi- kisi ruang jika mereka disusun bidang sisi ke bidang sisi. Satu kisi-kisi ruang dapat memiliki beberapa sel satuan berbeda yang memenuhi kriteria tersebut di atas, akan tetapi biasanya sel satuan dipilih yang memiliki geometri sederhana dan memuat beberapa titik kisi saja. Satu sel satuan yang memiliki titik kisi hanya pada sudut-sudutnya, atau dengan kata lain satu unit sel yang memuat hanya satu titik kisi, disebut sel primitif. Kristal
  • 9. Unsur Metal dan Unsur Mulia 3 sel satuan yang paling banyak dijumpai pada unsur ini adalah: Bulatan menunjukkan posisi atom yang juga merupakan lattice points pada FCC dan BCC Posisi atom yang ada dalam sel bukan lattice points [2] Kristal
  • 10. Unsur ini biasanya memiliki ikatan kovalen sehingga kristal yang terbentuk akan mengikuti ketentuan ikatan ini. Jika orbital yang tak terisi digunakan seluruhnya untuk membentuk ikatan, maka atom ini akan berikatan dengan (8 – N) atom lain, dimana N adalah jumlah elektron valensi yang dimilikinya. Elemen Cl, Br, J, kulit terluarnya memuat 7 elektron; oleh karena itu pada umumnya mereka berikatan dengan hanya 1 atom dari elemen yang sama membentuk molekul diatomik, Cl2, Br2, J2. Molekul diatomik tersebut membangun ikatan dengan molekul yang lain melalui ikatan sekunder yang lemah, membentuk kristal. Unsur Dengan Lebih Dari 3 Elektron Valensi [2] Kristal
  • 11. Atom Group VI (S, Se, Te) memiliki 6 elektron di kulit terluarnya dan membentuk molekul rantai atao cincin di mana setiap atom berikatan dengan dua atom (dengan sudut ikatan tertentu). Molekul ini berikatan satu sama lain dengan ikatan sekunder yang lemah membentuk kristal. Rantai spiral atom Te bergabung dengan rantai yang lain membentuk kristal hexagonal. [2] Atom Group VI (S, Se, Te) Kristal
  • 12. Atom Group V (P, As, Sb, Bi) memiliki 5 elektron di kulit terluarnya dan setiap atom berikatan dengan tiga atom (dengan sudut ikatan tertentu). [2] Atom Group V (P, As, Sb, Bi) Kristal
  • 13. Kristal Ionik Walau sangat jarang ditemui kristal yang 100% ionik, namun beberapa kristal memiliki ikatan ionik yang sangat dominan sehingga dapat disebut sebagai kristal ionik. Contoh: NaCl, MgO, SiO2, LiF. Dalam kristal ionik murni, polihedra anion (polihedra koordinasi) tersusun sedemikian rupa sehingga kenetralan listrik terpenuhi dan energi ikat per satuan volume menjadi minimum tanpa menyebabkan menguatnya gaya tolak antar muatan yang bersamaan tanda. Gaya tolak yang terbesar terjadi antar kation karena muatan listriknya terkonsentrasi dalam volume yang kecil, oleh karena itu polihedra koordinasi harus tersusun sedemikian rupa sehingga kation saling berjauhan. Kristal
  • 14. Contoh struktur kristal ionik Anion Kation tetrahedron oktahedron Kristal
  • 15. Kristal Molekul Jika dua atom terikat dengan ikatan primer, baik berupa ikatan ion ataupun ikatan kovalen, maka mereka dapat membentuk molekul yang diskrit. Jika ikatan primer tersebut kuat dalam satu sub-unit, maka ikatan yang terjadi antar sub-unit akan berupa bentuk ikatan yang berbeda dari ikatan primer. Kristal yang terbentuk adalah kristal molekuler dengan ikatan antar sub-unit yang lemah. Jika ikatan primernya adalah ikatan ion, molekul yang diskrit terbentuk jika muatan kation sama dengan hasilkali muatan anion dengan bilangan koordinasi. Contoh: sub-unit SiF4 terbentuk dengan ikatan ion, polihedra koordinasi atau polihedra anion berbentuk tetrahedra F mengelilingi kation Si yang kemudian tersusun dalam kisi-kisi BCC Kristal
  • 16. Pada es (H2O), ikatan primernya adalah ikatan kovalen dan ikatan sekunder antar sub-unit adalah ikatan ionik yang lemah Hidrogen hanya akan membentuk satu ikatan kovalen. Oleh karena itu molekul air terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2 ikatan kovalen yang dipenuhi oleh 2 atom hidrogen dengan sudut antara dua atom hidrogen adalah 105o. Dalam bentuk kristal, atom-atom hidrogen mengikat molekul-molekul air dengan ikatan ionik atau ikatan dipole hidrogen. Bola-bola menunjukkan posisi atom O; atom H terletak pada garis yang menghubungkan atom O yang berdekatan; ada 2 atom H setiap satu atom O. Kristal
  • 17. Jika molekul membentuk rantaian panjang dengan penampang melintang yang mendekati simetris, mereka biasanya mengkristal dalam kisi-kisi berbentuk orthorhombic atau monoclinic. Molekul polyethylene dilihat dari depan Kristal
  • 18. Kebanyakan polimer yang terbentuk lebih dari dua macam atom, memiliki ketidak-teraturan yang membuat ia tidak mengkristal. Walaupun demikian ada yang memiliki penampang simetris dan mudah mengkristal, seperti polytetrafluoroethylene (Teflon). Molekul polytetrafluoroethylene Polimer yang komplekspun masih mungkin memiliki struktur yang simetris dan dapat mengkristal seperti halnya cellulose. Kristal
  • 19. Ketidaksempurnaan Pada Kristal Kristal interstitial (atom sendiri) kekosongan substitusi (atom asing)  pengotoran interstitial (atom asing) (pengotoran)
  • 21. Selain ketidak sempurnaan tersebut, yang disebut sebagai ketidak sempurnaan titik, dapat terjadi pula ketidaksempurnaan garis dan juga ketidaksempurnaan bidang. Tugas Bibliografis tentang Ketidak Sempurnaan Kristal Kristal
  • 22.
  • 24. nhf E  h = 6,63  10-34 joule-sec mv h     2  k bilangan gelombang: h mv k  2  k k h p     2 energi kinetik elektron sbg gelombang : m k m p Ek 2 2 2 2 2    momentum: Planck : energi photon (partikel) bilangan bulat frekuensi gelombang cahaya De Broglie : Elektron sbg gelombang Teori Pita Energi Ulas Ulang Kuantisasi Energi
  • 25. m k m p Ek 2 2 2 2 2    E k Energi elektron sebagai fungsi k (bilangan gelombang) Teori Pita Energi
  • 26. Makin tinggi nomer atom, atom akan makin kompleks, tingkat energi yang terisi makin banyak. Teori Pita Energi
  • 27. s p d f 5,14 3 4 5 6 7 2 3 4 5 6 7 3 4 5 6 7 3 4 5 6 7 4 5 6 7 Sodium Hidrogen E [ eV ] 0 1 2 3 4 5 6 Kemungkinan terjadinya transisi elektron dari satu tingkat ke tingkat yang lain semakin banyak Teori Pita Energi [6]
  • 28. Molekul lebih kompleks dari atom; tingkat-tingkat energi lebih banyak karena energi potensial elektron yang bergerak dalam medan yang diberikan oleh banyak inti atom tidaklah sederhana. Lebih dari itu, energi vibrasi dan rotasi atom secara relatif satu terhadap lainnya juga terkuantisasi seperti halnya terkuantisasinya energi elektron pada atom. Transisi dari satu tingkat ketingkat yang lain semakin banyak kemungkinannya, sehingga garis-garis spektrum dari molekul semakin rapat dan membentuk pita. Timbullah pengertian pita energi yang merupakan kumpulan tingkat energi yang sangat rapat. Molekul Teori Pita Energi
  • 29. Penggabungan 2 atom H  H2 0 2 4 6 4 2 8 10 E [ eV ] 1 2 3 Å stabil tak stabil R0 jarak antar atom Pada penggabungan dua atom, tingkat energi dengan bilangan kuantum tertinggi akan terpecah lebih dulu Elektron yang berada di tingkat energi terluar disebut elektron valensi; elektron valensi berpartisipasi dalam pembentukan ikatan atom. Elektron yang berada pada tingkat energi yang lebih dalam (lebih rendah) disebut elektron inti; Teori Pita Energi
  • 30. Gambaran tentang terbentuknya molekul dapat diperluas untuk sejumlah atom yang besar yang tersusun secara teratur, yaitu kristal padatan. n = 1 n = 2 n = 3 Jarak antar atom Energi Padatan Dalam penggabungan N atom identik, setiap tingkat energi terpecah menjadi N tingkat dan setiap tingkat akan mengakomodasi sepasang elekron dengan spin yang berlawanan ( ms = ± ½ ). Teori Pita Energi
  • 31. 0 5 10 15 Å 10 20 30 0 E [ eV ] sodium 2p R0 = 3,67 Å 3s 3p 4s 3d Teori Pita Energi [6]
  • 32. Cara penempatan elektron pada tingkat-tingkat energi mengikuti urutan sederhana: tingkat energi yang paling rendah akan terisi lebih dulu, menyusul tingkat di atasnya, dan seterusnya. EF , tingkat energi tertinggi yang terisi disebut tingkat Fermi, atau energi Fermi. Pada 0o K semua tingkat energi sampai ke tingkat EF terisi penuh, dan semua tingkat energi di atas EF kosong . Pada temperatur yang lebih tinggi, beberapa tingkat energi di bawah EF kosong karena elektron mendapat tambahan energi untuk naik ke tingkat di atas EF . Teori Pita Energi
  • 33. Elektron valensi yang berada pada tingkat energi Fermi ataupun di atas energi Fermi, berada pada salah satu tingkat energi yang dimiliki oleh kristal. Jumlah tingkat energi yang dimiliki oleh kristal sangat banyak dan sangat rapat sehingga hampir merupakan perubahan yang kontinyu. Oleh karena itu, elektron pada tingkat energi Fermi yang bergerak dalam kristal dapat dipandang sebagai elektron bebas. Elektron yang bergerak dengan kecepatan tertentu memiliki energi kinetik dan bilangan gelombang, k, tertentu. m k m p Ek 2 2 2 2 2    Gerakan elektron tersebut mengalami hambatan karena ada celah energi. Teori Pita Energi
  • 35. Elektron sebagai gelombang mengikuti hukum defraksi Bragg.   sin 2d n    2  k   sin d n k  Ada satu seri nilai k yang membuat elektron terdefraksi sehingga tidak dapat melewati kristal secara bebas. Untuk elektron dalam kristal, seri nilai k ini terkait dengan celah energi. Nilai k dari defraksi Bragg memberikan dua set gelombang diam (standing wave) dengan nilai energi yang berbeda; selisih antara keduanya adalah lebar celah energi. d = jarak antar bidang kristal; θ = sudut datang; n = bilangan bulat. Model Zona Adanya celah energi membuat energi elektron tidak lagi merupakan fungsi kontinyu dari k 2.
  • 36. Model elektron bebas yang memberikan energi sebagai fungsi kontinyu dari k 2 harus dimodifikasi dengan memutus fungsi kontinyu tersebut dengan celah energi pada nilai k yang memberikan defraksi Bragg. k E Celah energi Celah energi k2 +k2 k1 +k1 Model Zona
  • 37. Zona BRILLOUIN Zona Brillouin adalah representasi tiga dimensi dari nilai k yang diperkenankan Celah energi Celah energi zone pertama zone kedua Satu Dimensi: k E k2 +k2 k1 +k1 Model Zona
  • 38. k E k2 +k2 k1 +k1 ..... 3 , 2 , 1 dengan      n a n kn  k tergantung dari arah relatif gerak elektron terhadap kristal a = jarak antar atom Model Zona
  • 39. Dua Dimensi:   2 2 2 1 2 1 n n a n k n k y x            π/a  2π/a + π/a + 2π/a  π/a + π/a + 2π/a  2π/a Zona pertama Zona kedua kx ky Model Zona [6]
  • 40. Tiga Dimensi:   2 3 2 2 2 1 3 2 1 n n n a n k n k n k z y x             Zone kedua terdiri dari piramida dengan tinggi π/a dan dasar 2π/a terletak di permukaan kubus dari zone pertama kx kz ky +π/a π/a +π/a π/a +π/a π/a Zone pertama kristal kubik Model Zona [6]
  • 41. Pada metal dengan kirstal BCC dan FCC, setiap zona memuat jumlah status kuantum sama dengan jumlah atom yang membentuknya Untuk kristal dengan N atom, ada N status di zona pertama Karena setiap tingkat energi berisi 2 elektron, maka pada kristal monovalen ada N/2 status kuantum terendah yang terisi; zona pertama hanya terisi setengahnya. Di samping mengetahui jumlah status di tiap zona, perlu diketahui juga jumlah status kuantum untuk setiap energi; yaitu degenerasi sebagai fungsi energi. Model Zona
  • 42.
  • 43. Berdasarkan sifat fisik dan mekanik, Seitz mengidentifikasi zat padat sebagai berikut: Metal : memiliki koefisien temperatur resistivitas positif, konduktivitas listrik dan thermal tinggi, bisa dibentuk secara plastis. Kristal ionik : konduktivitas listrik dan thermal rendah, tidak plastis. (NaCL) Kristal kovalen : keras, konduktivitas listrik dan thermal rendah. (Intan). Semikonduktor : ikatan kovalen, konduktivitas listrik rendah, koefisien temperatur negatif. Berdasarkan konduktivitas listriknya kita membedakan material sebagai konduktor semikonduktor dielektrik Material dengan ikatan van der Waals.
  • 44. Material e [siemens] Perak 6,3107 Tembaga 5,85107 Emas 4,25107 Aluminium 3,5107 Tungsten 1,82107 Kuningan 1,56107 Besi 1,07107 Nickel 1,03107 Baja 0,7107 Stainless steel 0,14107 Material e [siemens] Gelas (kaca) 2  3105 Bakelit 1  21011 Gelas (borosilikat) 1010  1015 Mika 1011  1015 Polyethylene 1015  1017 Konduktor Isolator Konduktor [6]
  • 46. Jika pada suatu material konduktor terjadi perbedaan potensial, arus listrik akan mengalir melalui konduktor tersebut Ε Ε J e e e     kerapatan arus [ampere/meter2] kuat medan [volt/meter] resistivitas [m] konduktivitas [siemens] Konduktor - Model Klasik Sederhana
  • 47. Medan listrik E memberikan gaya dan percepatan pada elektron sebesar E F e e  e m e a E  Karena elektron tidak terakselerasi secara tak berhingga, maka dapat dibayangkan bahwa dalam pergerakannya ia harus kehilangan energi pada waktu menabrak materi pengotor ataupun kerusakan struktur pada zat padat. Jika setiap tabrakan membuat elektron kembali berkecepatan nol, dan waktu antara dua tabrakan berturutan adalah 2 maka kecepatan rata-rata adalah: e m e v E   Konduktor - Model Klasik Sederhana
  • 48. 0 2 4 6 e e m e v E   e maks m e v E  2  kecepatan waktu e e m ne v ne  E J 2   E e   e e m ne   2  kerapatan elektron bebas benturan Jika tak ada medan listrik, elektron bebas bergerak cepat pada arah yang acak sehingga tak ada aliran elektron netto. Medan listrik akan membuat elektron bergerak pada arah yang sama. kerapatan arus Konduktor - Model Klasik Sederhana
  • 50. 1900: Drude mengusulkan bahwa konduktivitas listrik tinggi pada metal dapat dijelaskan sebagai kontribusi dari elektron valensi yang dianggap dapat bergerak bebas dalam metal, seperti halnya molekul gas bergerak bebas dalam suatu wadah. Gagasan Drude ini dikembangkan lebih lanjut oleh Lorentz. Elektron dapat bergerak bebas dalam kristal metal pada potensial internal yang konstan. Ada dinding potensial pada permukaan metal, yang menyebabkan elektron tidak dapat meninggalkan metal. Semua elektron bebas berperilaku seperti molekul gas (mengikuti statistik Maxwell-Boltzmann); elektron ini memiliki distribusi energi yang kontinyu. Gerakan elektron hanya dibatasi oleh tabrakan dengan ion-ion metal. Konduktor - Teori Drude-Lorentz Tentang Metal [1]
  • 51. Medan listrik E memberikan gaya dan percepatan pada elektron sebesar E F e e  e m e a E  Integrasi a terhadap waktu memberikan kecepatan elektron, yang disebut kecepatan drift : t m e v e drift E  Konduktor - Teori Drude-Lorentz Tentang Metal [1]
  • 52. t m e v e drift E  Jika jalan bebas rata-rata elektron adalah L maka waktu rata-rata antara tabrakan dengan tabrakan berikutnya adalah drift v L t    Kecepatan drift ini berubah dari 0 sampai vdrift maks , yaitu kecepatan sesaat sebelum tabrakan dengan ion metal. t m e v v e drift drift 2 2 E   kecepatan thermal   drift v  L t  Kecepatan drift rata-rata dapat didekati dengan: Konduktor - Teori Drude-Lorentz Tentang Metal [1]
  • 53.  L m e t m e v e e drift 2 2 E E   Kerapatan arus adalah:  e drift e m L ne v ne 2 2 E J    E  L ne me 2 2    Konduktor - Teori Drude-Lorentz Tentang Metal [1]
  • 55. Jika banyak atom bergabung menjadi padatan, tingkat valensi terluar dari setiap atom cenderung akan terpecah membentuk pita energi. Tingkat- tingkat energi yang lebih dalam, yang disebut tingkat inti, tidak terpecah. Setiap tingkat valensi dari dari suatu padatan yang terdiri dari N atom berbentuk pita valensi yang terdiri dari N tingkat energi. Dengan demikian maka tingkat valensi s yang di tiap atom memuat 2 elektron, akan menjadi pita s yang dapat menampung 2N elektron. Tingkat valensi p yang di tiap atom memuat 6 elektron, akan menjadi pita p yang dapat menampung 6N elektron. Gambaran pita-pita energi pada suatu padatan: pita s pita p celah energi Konduktor - Model Pita Energi
  • 56. Pada metal, pita valensi biasanya hanya sebagian terisi Pita energi paling luar, jika ia hanya sebagian terisi dan padanya terdapat tingkat Fermi, disebut sebagai pita konduksi. kosong celah energi terisi kosong pita valensi EF pita konduksi Sodium Konduktor - Model Pita Energi
  • 57. Pada beberapa metal, pita valensi terisi penuh. Akan tetapi pita ini overlap dengan pita di atanya yang kosong. Pita yang kosong ini memfasilitasi tingkat energi yang dengan mudah dicapai oleh elektron yang semula berada di pita valensi. terisi penuh kosong EF pita valensi Magnesium Konduktor - Model Pita Energi
  • 58. Pada beberapa material, pita valensi terisi penuh dan pita valensi ini tidak overlap dengan pita di atasnya yang kosong. Jadi antara pita valensi dan pita di atasnya terdapat celah energi. celah energi terisi penuh kosong pita valensi Intan celah energi terisi penuh kosong Silikon isolator semikonduktor Konduktor - Model Pita Energi
  • 60. Dalam model mekanika gelombang, elektron dipandang sebagai paket gelombang, bukan partikel. Kecepatan grup dari paket gelombang adalah dk df vg  2  f = frekuensi DeBroglie k = bilangan gelombang Percepatan yang dialami elektron adalah dt dk dk E d h dk dE dt d h dt dv a g 2 2 2 2            Karena E = hf , maka: dk dE h vg  2  Konduktor - Model Mekanika Gelombang
  • 61. dt dk dk E d h dk dE dt d h dt dv a g 2 2 2 2            dt dk dE h e dt v e dx e dE g E E E  2    E e h dt dk  2  2 2 2 2 4 dk E d h e a  E  Percepatan yang dialami elektron adalah Percepatan ini terjadi karena ada medan listrik E, yang memberikan gaya sebesar eE Gaya sebesar eE memberikan laju perubahan energi kinetik pada elektron bebas sebesar sehinggapercepatan elektron menjadi: Konduktor - Model Mekanika Gelombang
  • 62. 2 2 2 2 4 dk E d h e a  E  sehinggapercepatan elektron menjadi: Bandingkan dengan relasi klasik: a m F e e  Kita definisikan massa efektif elektron: 1 2 2 2 2 4 *           dk E d h m  * m e a E  Untuk elektron bebas m* = me . Untuk elektron dalam kristal m* tergantung dari energinya. Konduktor - Model Mekanika Gelombang
  • 63. 1 2 2 2 2 4 *           dk E d h m  menurun dk dE negatif 2 2 dk E d negatif * m meningkat dk dE positif 2 2 dk E d k E k1 +k1 kecil * m celah energi sifat klasik m* = me jika energinya tidak mendekati batas pita energi dan kurva E terhadap k berbentuk parabolik Pada kebanyakan metal m* = me karena pita energi tidak terisi penuh. Pada material yang pita valensinya terisi penuh m*  me Konduktor - Model Mekanika Gelombang
  • 65. Metal dilihat sebagai benda padat yang kontinyu, homogen, isotropik. Gambaran tentang elektron seperti pada teori Drude-Lorentz; elektron bebasa berada pada potensial internal yang konstan. Perbedaannya adalah bahwa elektron dalam sumur potensial mengikuti teori kuantum dan bukan mekanika klasik Berapa statuskah yang tersedia untuk elektron atau dengan kata lain bagaimanakah kerapatan status? Bagaimana elektron terdistribusi dalam status yang tersedia dan bagaimana mereka berpartisipasi dalam proses fisika? Kita lihat lagi Persamaan Schrödinger Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
  • 66. x z y Lx Ly Lz Sumur tiga dimensi 0 2 2 2 2 2 2 2 2                       E z y x m  ) ( ) ( ) ( ) , , ( z Z y Y x X z y x   0 ) ( ) ( 1 ) ( ) ( 1 ) ( ) ( 1 2 2 2 2 2 2 2 2                   E z z Z z Z y y Y y Y x x X x X m  E m z z Z z Z y y Y y Y x x X x X 2 2 2 2 2 2 2 2 ) ( ) ( 1 ) ( ) ( 1 ) ( ) ( 1            Aplikasi Persamaan Schrödinger: Kasus 3 Dimensi Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
  • 67. x E m x x X x X 2 2 2 2 ) ( ) ( 1      y E m y y Y y Y 2 2 2 2 ) ( ) ( 1      z E m z z Z z Z 2 2 2 2 ) ( ) ( 1      0 ) ( 2 ) ( 2 2 2     x X E m x x X x  2 x 2 2 L 8m h n E x x  2 y 2 2 L 8m h n E y y  2 z 2 2 L 8m h n E z z  x z y Lx Ly Lz Sumur tiga dimensi Aplikasi Persamaan Schrödinger; Kasus 3 Dimensi Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
  • 68. 2 x 2 2 L 8m h n E x x  2 y 2 2 L 8m h n E y y  2 z 2 2 L 8m h n E z z  Energi elektron : Energi elektron dinyatakan dalam momentumnya: m p E x x 2 2  m p E y y 2 2  m p E z z 2 2  sehingga : 2 x 2 L 2          h n p x x 2 y 2 L 2          h n p y y 2 z 2 L 2          h n p z z momentum : i L 2 h n p i i   Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
  • 69. momentum : i L 2 h n p i i   Tanda ± menunjukkan bahwa arah momentum bisa positif atau negatif. Pernyataan ini menunjukkan bahwa momentum terkuantisasi. px, py, pz membentuk ruang momentum tiga dimensi. Jika ruang momentum berbentuk kubus, maka satuan sisi kubus adalah h/2L Kwadran pertama ruang momentum (dua dimensi): px py 0 setiap titik menunjukkan status momentum yang diperkenankan setiap status momentum menempati ruang sebesar h2/4L2 (kasus 2 dimensi). Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
  • 70. Kwadran pertama ruang momentum (dua dimensi) px py 0 px py 0 p dp setiap status momentum menempati ruang sebesar h2/4L2   3 2 L 8 / 8 / 4 ) ( 3 h dp p dp p N   tiga dimensi   3 V 4 ) ( 2 h dp p dp p N   Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
  • 71. px py 0 p dp tiga dimensi   3 V 4 ) ( 2 h dp p dp p N   Karena   2 / 1 2mE p    dE mE dp 2 / 1 2 2   maka     dE mE m mE h V dE E N 2 / 1 2 2 4 ) ( 3          dN dE E m h V dE E N    2 / 1 2 / 3 2 2 ) ( 3  massa elektron di sini adalah massa efektif Inilah kerapatan status. Setiap status mencakup 2 spin Berapakah yang terisi? Konduktor - Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]
  • 73. Densitas Status pada 0 K     dN dE E m h V dE E N    2 / 1 2 / 3 2 2 ) ( 3  Status energi diisi oleh elektron valensi mulai dari tingkat terendah secra berurut ke tingkat yang lebih tinggi sampai seluruh elektron terakomodasi. Elektron pada status energi yang paling tinggi analog dengan elektron pada tingkat energi paling tinggi di sumur potensial. Elektron ini memerlukan tambahan energi sebesar work function untuk meninggalkan sumur potensial. Status energi paling tinggi, yaitu tingkat yang paling tinggi yang ditempati oleh elektron pada 0 K secara tentatif didefinsikan sebagai tingkat Fermi, EF. (Definisi ini sesungguhnya tidak lengkap, tetapi untuk sementara kita gunakan). Konduktor - Tingkat Energi FERMI
  • 74. px py 0 p dp Jika p adalah jarak dari titik pusat ke momentum paling luar, maka akan diperoleh status yang terisi. Status yang terisi adalah: 3 3 3 3 3 3 V 8 2L 3 4 h p h p N      Karena   2 / 1 2mE p    3 2 / 3 3/2 3 V 2m 8 h E N   Energi Fermi: 3 2 / 3 2 / 3 2 1 V 3 8 1 h m N EF         3 / 2 2 2 3 / 2 V 3 8 2 1 V 3 4 1                       N m h h m N EF Konduktor - Tingkat Energi FERMI
  • 75. N(E) E EF  E1/2 Densitas & Status terisi pada 0 K Densitas Status pada 0 K     dN dE E m h V dE E N    2 / 1 2 / 3 2 2 ) ( 3  Jumlah status yang terisi dihitung dari jumlah status momentum yang terisi dalam ruang momentum: 3 3 3 3 3 3h V 8 L / ) 3 / 4 ( 2 p h p N      Konduktor - Tingkat Energi FERMI
  • 76. Jika elektron pada tingkat energi EF kita pandang secara klasik, relasi energi: Pada tingkat energi EF sekitar 4 eV, sedang F B F T k E  di mana TF adalah temperatur Fermi eV 10 6 , 8 5    B k maka K TF 10 7 , 4 4   Jadi suatu elektron klasik berada pada sekitar 50.000 K untuk setara dengan elektron pada tingkat Fermi. Konduktor - Tingkat Energi FERMI
  • 77. Hasil Perhitungan elemen EF [eV] TF [oK10-4] Li 4,7 5,5 Na 3,1 3,7 K 2,1 2,4 Rb 1,8 2,1 Cs 1,5 1,8 Cu 7,0 8,2 Ag 5,5 6,4 Au 5,5 6,4 F B F T k E  [1] Konduktor - Tingkat Energi FERMI [1]
  • 79. Menurut mekanika gelombang elektron bebas dalam kristal dapat bergerak tanpa kehilangan energi. Setiap kelainan pada struktur kristal akan menimbulkan hambatan pada gerakan elektron yang menyebabkan timbulnya resistansi listrik pada material. Bahkan pada 0o K, adanya resistansi dapat teramati pada material nyata sebab pengotoran, dislokasi, kekosongan, dan berbagai ketidaksempurnaan kristal hadir dalam material. Pada metal murni, resistivitas total merupakan jumlah dari dua komponen yaitu komponen thermal T, yang timbul akibat vibrasi kisi-kisi kristal, dan resistivitas residu r yang disebabkan adanya pengotoran dan ketidaksempurnaan kristal. Relasi Matthiessen: e r T     1    resistivitas total resistivitas thermal resistivitas residu konduktivitas Konduktor - Resistivitas
  • 80. Eksperimen menunjukkan: 200 300 oK 100 | |       Cu Cu, 1,12% Ni Cu, 2,16% Ni Cu, 3.32% Ni  [ohm-m]  10 8 1 2 3 4 5 6 Di atas temperatur Debye komponen thermal dari resistivitas hampir linier terhadap temperatur: frekuensi maks osilasi B D D k hf   D s D f c   Temperatur Debye: konstanta Boltzmann 1,381023 joule/oK kecepatan rambat suara panjang gelombang minimum osilator [6] Konduktor - Resistivitas
  • 81. 200 300 oK 100 | |       Cu Cu, 1,12% Ni Cu, 2,16% Ni Cu, 3.32% Ni  [ohm-m]  10 8 1 2 3 4 5 6   x Ax r   1  konstanta tergantung dai jenis metal dan pengotoran konsentrasi pengotoran Relasi Nordheim: Jika x << 1 Ax r   2% 3% 1% | |      r /  273 0,05 0,10 0,15 0,20 4% | In dalam Sn [6] Konduktor - Resistivitas
  • 82. Pengaruh Jenis Pengotoran pada Cu   | | | | 2,0108 2,5108 1,5108  [ohm-meter] 0 0,05 0,10 0,15 0,20 T (293) Sn Ag Cr Fe P % berat [6] Konduktor - Resistivitas
  • 84. Elektron bebas dalam metal tidak meninggalkan metal, kecuali jika mendapat tambahan energi yang cukup. + + + + x EF Energi Hampa eF Emisi Elektron
  • 85. emitter collector cahaya A V Sumber tegangan variabel I V V0 x lumen 2x lumen 3x lumen 0 Pada tegangan ini semua elektron kembali ke katoda (emitter) Laju keluarnya elektron (arus) tergantung dari intensitas cahaya tetapi energi kinetiknya tidak tergantung intensitas cahaya Energi kinetik elektron = e V0 Peristiwa photolistrik Emisi Elektron - photolistrik
  • 86. emitter collector cahaya A V Sumber tegangan variabel I V V01 =5000Å (biru) V02 V03 =5500Å (hijau) =6500Å (merah) Intensitas cahaya konstan tetapi panjang gelombang berubah Emisi Elektron - photolistrik
  • 87. emitter collector cahaya A V Sumber tegangan variabel Photon dengan energi hf diserap elektron di permukaan metal sehingga elektron tersebut mendapat tambahan energi. Jika pada awalnya elektron menempati tingkat energi tertinggi di pita konduksi dan bergerak tegak lurus ke arah permukaan, ia akan meninggalkan emitter dengan energi kinetik maksimum Ek maks= hf  e Energi yang diterima Energi untuk mengatasi hambatan di permukaan (dinding potensial) Emisi Elektron - photolistrik
  • 89. emitter collector cahaya A V Sumber tegangan variabel Jika V0 (yang menunjukkan energi kinetik) di-plot terhadap frekuensi: Vo f 1 2 Slope = h/e Metal 1 Metal 2 Rumus Einstein:  e hf e   0 V Emisi Elektron - photolistrik
  • 90. Peristiwa Emisi Thermal Pada temperatur tinggi, sebagian elektron memiliki energi kinetik yang lebih tinggi dari energi rata-rata elektron sehingga dapat melampaui work function ( e ). A V vakum pemanas katoda anoda Jika arus cukup tinggi, terjadi saling tolak antara elektron di ruangan sehingga elektron dengan energi rendah tidak mencapai anoda. Muatan ruang makin berpengaruh jika arus makin tinggi. Arus akan mencapai kejenuhan. I V V Emisi Elektron – emisi thermal
  • 91. Makin tinggi temperatur katoda, akan makin tinggi energi elektron yang keluar dari permukaan katoda, dan kejenuhan terjadi pada nilai arus yang lebih tinggi. A V vakum pemanas katoda anoda I V V T1 T2 T3 Kejenuhan dapat diatasi dengan menaikkan V I T V1 V2 V3 Emisi Elektron – emisi thermal
  • 92. Pada tegangan yang sangat tinggi, dimana efek muatan ruang teratasi secara total, semua elektron yang keluar dari katoda akan mencapai anoda. A V vakum pemanas katoda anoda Persamaan Richardson-Dushman kT e e AT J / 2    kerapatan arus konstanta dari material k = konstanta Boltzman = 1,381023 joule/oK I T V1 V2 V = ∞ Emisi Elektron – emisi thermal
  • 93. Nilai  tergantung dari temperatur : A V vakum pemanas katoda anoda T      0 pada 0o K dT d /    koefisien temperatur K eV/ 10 o 4    e pada kebanyakan metal murni Persamaan Richardson-Dushman menjadi: kT e k e e e AT J / / 2 0      Emisi Elektron – emisi thermal
  • 94. A V vakum pemanas katoda anoda Persamaan Richardson-Dushman kT e k e e e AT J / / 2 0      kT e k e e Ae AT J / / 2 0      kT e k e A AT J 0 2 ln ln                    2 ln AT J T 1 ? Emisi Elektron – emisi thermal
  • 95. Material katoda titik leleh [OK] temp. kerja [OK] work function [eV] A [106amp/m2 oK2 W 3683 2500 4,5 0,060 Ta 3271 2300 4,1 0,4 – 0,6 Mo 2873 2100 4,2 0,55 Th 2123 1500 3,4 0,60 Ba 983 800 2,5 0,60 Cs 303 290 1,9 1,62 [6] Emisi Elektron – emisi thermal
  • 96. Jika elektron dengan energi tinggi (yang disebut elektron primer) ditembakkan ke permukaan metal, elektron dapat keluar dari permukaan metal (yang disebut elektron sekunder). Energi kinetik elektron sekunder tidak harus tergantung dari energi kinetik elektron yang membentur permukaan. Efisiensi emisi sekunder dinyatakan sebagai rasio jumlah elektron sekunder, Is terhadap jumlah elektron primer yang membentur permukaan, Ip. Rasio ini disebut secondary emission yield, , dan merupakan fungsi dari energi kinetik berkas elektron yang membentur permukaan. Jika energi kinetik berkas elektron yang membentur permukaan terlalu rendah hanya sedikit dihasilkan emisi sekunder. Emisi Elektron – emisi sekunder Peristiwa Emisi Sekunder
  • 97. Jika energi kinetik berkas elektron yang membentur permukaan terlalu tinggi hanya sedikit juga dihasilkan emisi sekunder. Hal ini disebabkan karena elektron yang membentur permukaan metal sempat masuk (penetrasi) ke dalam metal sebelum terjadi benturan dengan elektron bebas dalam metal. Elektron bebas yang menerima tambahan energi mengalami tabrakan- tabrakan sebelum mencapai permukaan, dan mereka gagal keluar dari permukaan metal. Akibatnya adalah  sebagai fungsi dari energi berkas elektron, mempunyai nilai maksimum.  Ek 0 0 maks Ek maks Emisi Elektron – emisi sekunder
  • 98. emitter maks Ek [eV] Al 0,97 300 Cu 1,35 600 Cs 0,9 400 Mo 1,25 375 Ni 1,3 550 W 1,43 700 gelas 2,5 400 BeO 10,2 500 Al2O3 4,8 1300 [6] Emisi Elektron – emisi sekunder
  • 99. Efek SCHOTTKY Dalam peristiwa emisi thermal telah disebutkan bahwa kenaikan medan listrik antara emitter dan anoda akan mengurangi efek muatan ruang. I V1 V2 V3 Medan yang tinggi juga meningkatkan emisi karena terjadi perubahan dinding potensial di permukaan katoda. + + + + x EF Energi x0 e∅ medan listrik tinggi V = eEx eΔ∅ Medan E memberikan potensial eEx pada jarak x dari permukaan nilai maks dinding potensial penurunan work function Emisi Elektron – efek Schottky
  • 100. Peristiwa Emisi Medan Hadirnya medan listrik pada permukaan katoda, selain menurunkan work function juga membuat dinding potensial menjadi lebih tipis. + + + + x EF Energi e∅ medan listrik sangat tinggi V = eEx eΔ∅ jarak tunneling penurunan work function Emisi Elektron – emisi medan
  • 101.
  • 103. Dielektrik digunakan pada kapasitor dan sebagai bahan isolasi Permitivitas relatif didefinisikan sebagai rasio permitivitas dielektrik () dengan permitivitas ruang hampa (0) 0     r Jika suatu dielektrik yang memiliki permitivitas relatif r disisipkan antara dua pelat kapasitor yang memiliki luas A dan jarak antara kedua pelat adalah d , maka kapasitansi yang semula 0 0  d A C  berubah menjadi r r C d A d A C     0 0    dielektrik meningkatkan kapasitansi sebesar r kali Faktor Desipasi Sifat Listrik Dielektrik - Karakteristik Dielektrik
  • 104. Diagram fasor kapasitor im re IRp IC Itot  VC  tan C C Rp C P I V I V   Desipasi daya (menjadi panas): tan : faktor desipasi (loss tangent)     tan π 2 tan ω 2 0 0 0 r r C f C P V V V   r tan : faktor kerugian (loss factor) Sifat Listrik Dielektrik - Karakteristik Dielektrik
  • 105. Kekuatan Dielektrik Gradien tegangan maksimum yang masih dapat ditahan oleh dielektrik sebelum terjadi tembus listrik Nilai kekuatan dielektrik secara eksperimen sangat tergantung dari ukuran spesimen, elektroda, serta prosedur percobaan Tembus listrik diawali oleh hdirnya sejumlah elektron di pita konduksi. Elektron ini mendapat percepatan oleh adanya medan listrik yang tinggi sehingga memperoleh energi kinetik yang tinggi. Sebagian energi ini ditransfer ke elektron valensi sehingga elektron valensi naik ke pita konduksi. Jika jumlah elektron ini cukup banyak maka akan terjadi avalans elektron di pita konduksi. Arus meningkat dengan cepat sehingga terjadi peleburan lokal, terbakar, atau penguapan. Elektron awal bisa hadir oleh beberapa sebab: discharge antara elektroda tegangan tinggi dengan permukaan dielektrik yang terkontaminasi, pori- pori berisi gas dalam dielektrik, pengotoran oleh atom asing. Sifat Listrik Dielektrik - Karakteristik Dielektrik
  • 106. Jarak elektroda [m] X 102 Tegangan tembus [kV] 100  0 200  300  400  500  600  0 0.51 1.03 1.55 2,13 2,54 udara 1 atm udara 400 psi SF6 100 psi SF6 1 atm Porselain Minyak Trafo High Vacuum [6] Sifat Listrik Dielektrik - Karakteristik Dielektrik
  • 108. 0 0 0 0 0 0 /        d d A Q d C Q d V E Tanpa dielektrik : qr e  p E0 + + +    d 0 +  +  + + + + + + + d  E +  +  +  +  +  +         Dipole listrik : timbul karena terjadi Polarisasi r r d d A Q d C Q d V E      0 0 /     Dengan dielektrik :   1 0 0 0 0      r r E E E        Polarisasi : total dipole momen listrik per satuan volume P  Sifat Listrik Dielektrik - Polarisasi
  • 109. Molekul di dalam dielektrik mengalami pengaruh medan listrik yang lebih besar dari medan listrik yang diberikan dari luar. Medan listrik yang dialami oleh molekul ini disebut medan lokal. +  +  + + + + + + +  E +  +  +  +  +  +         +  +  +  +  +  +  +  +  Induksi momen dipole oleh medan lokal Elok adalah lok mol E   p polarisabilitas lok E N  P jumlah molekul per satuan volume   1 0    r lok E E N    P   E E N lok r 0 1      Sifat Listrik Dielektrik - Polarisasi
  • 110. 4 macam polarisasi a. polarisasi elektronik : tak ada medan ada medan E Teramati pada semua dielektrik. Terjadi karena pergeseran awan elektron pada tiap atom terhadap intinya. Sifat Listrik Dielektrik - Polarisasi
  • 111. 4 macam polarisasi tak ada medan ada medan E b. polarisasi ionik : +  + + + +    +  + + + +    Terjadi karena pergeseran ion-ion yang berdekatan yang berlawanan muatan. Hanya ditemui pada material ionik. Sifat Listrik Dielektrik - Polarisasi
  • 112. 4 macam polarisasi tak ada medan ada medan E c. polarisasi orientasi : +  +  +  +  Terjadi pada material padat dan cair yang memiliki molekul asimetris yang momen dipole permanennya dapat diarahkan oleh medan listrik. Sifat Listrik Dielektrik - Polarisasi
  • 113. 4 macam polarisasi tak ada medan ada medan E d. polarisasi muatan ruang : + + + + + + + + + + + + + +                 + + + + + + + + + + + + + + +                Terjadi pengumpulan muatan di perbatasan dielektrik. Sifat Listrik Dielektrik - Polarisasi
  • 115. Dalam medan bolak-baik, polarisasi total P, polarisabilitas total , dan r, tergantung dari kemudahan dipole untuk mengikuti medan yang selalu berubah arah tersebut. Dalam proses mengikuti arah medan tersebut, waktu yang dibutuhkan oleh dipole untuk mencapai orientasi keseimbangan disebut waktu relaksasi. Kebalikan dari waktu relaksasi disebut frekuensi relaksasi. Jika frekuensi dari medan yang diberikan melebihi frekuensi relaksasi, dipole tidak cukup cepat untuk mengikutinya, dan proses orientasi berhenti. Karena frekuensi relaksasi dari empat macam proses polarisasi berbeda-beda, maka kontribusi dari masing-masing proses pada polarisasi keseluruhan dapat diamati. Sifat Listrik Dielektrik - r Tergantung Pada Frekuensi Dan Temperatur
  • 116. frekuensi listrik frekuensi optik frekuensi power audio radio infra merah cahaya tampak P; r absorbsi; loss factor muatan ruang orientasi ionik elektronik orientasi muatan ruang ionik elektronik  Sifat Listrik Dielektrik - r Tergantung Pada Frekuensi Dan Temperatur
  • 117. r T titik leleh nitrobenzene [6] Sifat Listrik Dielektrik - r Tergantung Pada Frekuensi Dan Temperatur
  • 118. r oC 5102 cps 104 cps 8102 cps 5  10  15  20  0 0 100 200 300 400 silica glass [6] Sifat Listrik Dielektrik - r Tergantung Pada Frekuensi Dan Temperatur
  • 120. tan : faktor desipasi (loss tangent) im re Diagram fasor kapasitor IRp IC Itot  VC  tan C C Rp C P I V I V   Desipasi daya (menjadi panas):     tan π 2 tan ω 2 0 0 0 r r C f C P V V V   r tan : faktor kerugian (loss factor) Sifat Listrik Dielektrik - Kehilangan Energi
  • 121. Sifat Ferroelectric Sifat Piezoelectric Tugas Bibliografis Dikumpulkan pada hari ……………… Jam : ………. Sifat Listrik Dielektrik
  • 122.
  • 123. Sejumlah energi bisa ditambahkan ke dalam material melalui pemanasan, medan listrik, medan magnit, bahkan gelombang cahaya seperti pada peristwa photo listrik yang telah kita kenal. Pada penambahan energi melalui pemanasan tanggapan padatan termanifestasikan dalam gejala-gejala kenaikan temperatur sampai pada emisi thermal tergantung dari besar energi yang masuk. Dalam padatan, terdapat dua kemungkinan penyimpanan energi thermal: 1) penyimpanan dalam bentuk vibrasi atom / ion di sekitar posisi keseimbangannya 2) energi kinetik yang dikandung oleh elektron-bebas.
  • 124. Sifat-sifat thermal yang akan kita bahas adalah kapasitas panas panas spesifik pemuaian konduktivitas panas
  • 126. Kapasitas Panas Kapasitas Panas (heat capacity) Kapasitas panas pada volume konstan, Cv v v dT dE C  Kapasitas panas pada tekanan konstan, Cp p p dT dH C  E : energi internal padatan yaitu total energi yang ada dalam padatan baik dalam bentuk vibrasi atom maupun energi kinetik elektron-bebas T : temperatur H : enthalpi. Pengertian enthalpi dimunculkan dalam thermodinamika karena amat sulit meningkatkan kandungan energi internal pada tekanan konstan. energi yang kita masukkan tidak hanya meningkatkan energi internal melainkan juga untuk melakukan kerja pada waktu pemuaian terjadi.
  • 127. Kapasitas Panas volume PV E H   tekanan energi internal T V P T E T P V T V P T E T H                  0  Jika perubahan volume terhadap T cukup kecil suku ini bisa diabaikan sehingga v T E T H      p v C C 
  • 129. Panas Spesifik Panas Spesifik, Perhitungan klasik Kapasitas panas per satuan massa per derajat K dituliskan dengan huruf kecil cv dan cp Perhitungan Klasik Molekul gas ideal memiliki tiga derajat kebebasan energi kinetik rata-rata per derajat kebebasan T kB 2 1 energi kinetik rata-rata (3 dimensi): T kB 2 3 energi per mole RT T Nk E B mole k 2 3 2 3 /   Bilangan Avogadro Konstanta Boltzman Atom-atom padatan saling terikat energi rata-rata per derajat kebebasan T kB RT E padat mole tot 3 /  cal/mole K cal/mole 96 , 5 3 o    R dT dE c v v Menurut hukum Dulong-Petit (1820), cv Hampir sama untuk semua material yaitu 6 cal/mole K
  • 130. Pada umumnya hukum Dulong-Petit cukup teliti untuk temperatur di atas temperatur kamar. Namun beberapa unsur memiliki panas spesifik pada temperatur kamar yang lebih rendah dari angka Dulong-Petit, misalnya Be ([He] 2s2), B ([He] 2s2 2p1), C ([He] 2s2 2p2), Si ([Ne] 3s2 3p2) Panas Spesifik, Perhitungan klasik Unsur-unsur ini orbital terluarnya tersisi penuh atau membuat ikatan kovalen dengan unsur sesamanya. Oleh karena itu pada temperatur kamar hampir tidak terdapat elektron bebas dalam material ini. Lebih rendahnya kapasitas panas yang dimiliki material ini disebabkan oleh tidak adanya kontribusi elektron bebas dalam peningkatan energi internal.
  • 131. Sebaliknya pada unsur-unsur yang sangat elektropositif seperti Na ([Ne] 3s1) kapasitas panas pada temperatur tinggi melebihi prediksi Dulong-Petit karena adanya kontribusi elektron bebas dalam penyimpanan energi internal. Panas Spesifik, Perhitungan klasik
  • 132. Panas Spesifik, Perhitungan Einstein Perhitungan Einstein Padatan terdiri dari N atom, yang masing-masing bervibrasi (osilator) secara bebas pada arah tiga dimensi, dengan frekuensi fE E n nhf E  Frekuensi osilator Konstanta Planck bilangan kuantum, n = 0, 1, 2,.... Jika jumlah osilator tiap status energi adalah Nn dan N0 adalah jumlah asilator pada status 0, maka menuruti fungsi Boltzmann ) / ( 0 T k E n B n e N N   Jumlah energi per status: n nE N total energi dalam padatan:   n n n E N E sehingga energi rata-rata osilator          n T k nhf n E T k nhf n n n n n B E B E e N nhf e N N E N N E E ) / ( 0 ) / ( 0
  • 133. energi rata-rata osilator          n T k nhf n E T k nhf n n n n n B E B E e N nhf e N N E N N E E ) / ( 0 ) / ( 0 Panas Spesifik, Perhitungan Einstein misalkan T k hf x B E /     ......... 1 .......... 0 3 2 3 2               x x x x x x E n nx n E nx e e e e e e hf e nhf e E Karena turunan dari penyebut, maka dapat ditulis   . .......... 1 ln 3 2      x x x E e e e dx d hf E x e   1 1 1 /    T k hf E B e e hf E Dengan N atom yang masing-masing merupakan osilator bebas yang berosilasi tiga dimensi, maka didapatkan total energi internal 1 3 3 ) / (    T k hf E B E e Nhf E N E
  • 134. Panas Spesifik, Perhitungan Einstein Panas spesifik adalah  2 / / 2 1 3            T k hf T k hf B E B v v B E B E e e T k hf Nk dt dE c fE : frekuensi Einstein ditentukan dengan cara mencocokkan kurva dengan data-data eksperimental. Hasil yang diperoleh adalah bahwa pada temperatur rendah kurva Einstein menuju nol jauh lebih cepat dari data eksperimen Ketidak cocokan ini dijelaskan oleh Debye
  • 135. Panas Spesifik, Perhitungan Debye Perhitungan Debye Menurut Debye, penyimpangan hasil perhitungan Einstein disebabkan oleh asumsi yang diambil Einstein bahwa atom-atom bervibrasi secara bebas dengan frekuensi sama, fE Analisis yang perlu dilakukan adalah menentukan spektrum frekuensi g(f) dimana g(f)df didefinisikan sebagai jumlah frekuensi yang diizinkan yang terletak antara f dan (f + df) Debye melakukan penyederhanaan perhitungan dengan menganggap padatan sebagai medium merata yang bervibrasi dan mengambil pendekatan pada vibrasi atom sebagai spectrum-gelombang-berdiri sepanjang kristal 3 2 4 ) ( s c f f g   kecepatan rambat suara dalam padatan Debye memandang padatan sebagai kumpulan phonon karena perambatan suara dalam padatan merupakan gejala gelombang elastis
  • 136. Postulat Debye: ada frekuensi osilasi maksimum, fD, karena jumlah keseluruhan frekuensi yang diizinkan tidak akan melebihi 3N (N adalah jumlah atom yang bervibrasi tiga dimensi). Panjang gelombang minimum adalah tidak lebih kecil dari jarak antar atom dalam kristal D s D f c /   Panas Spesifik, Perhitungan Debye Energi internal untuk satu mole volume kristal    D B f T k hf D df f e hf f N E 0 2 / 3 1 9 didefinisikan T T k hf D B D / /   B D D k hf   temperatur Debye                         T x x D B v v D e dx x e T Nk dT dE c / 0 2 4 3 1 9
  • 137. Panas Spesifik, Perhitungan Debye ) / ( T D D  Didefinisikan fungsi Debye                          T x x D D D e dx x e T T D / 0 2 4 3 1 3 ) / ( ) / ( 3 T D Nk c D B v   Fungsi Debye tidak dapat diintegrasi secara analitis, namun dapat dicari nilai-nilai limitnya 1 ) / (   T D D 3 2 5 4 ) / (             D D T T D jika   T jika D T   Pada temperatur tinggi cv mendekati nilai yang diperoleh Einstein R Nk c B v 3 3   Pada temperatur rendah 3 3 2 5 , 464 5 4 3                      D D B v T T Nk c
  • 138. Kontribusi Elektron Panas Spesifik – Kontribusi Elektron Hanya elektron di sekitar energi Fermi yang terpengaruh oleh kenaikan temperatur dan elektron-elektron inilah yang bisa berkontribusi pada panas spesifik Pada temperatur tinggi, elektron menerima energi thermal sekitar kBT dan berpindah pada tingkat energi yang lebih tinggi jika tingkat energi yang lebih tinggi kosong T > 0 T = 0 F(E) 0 E 1 kBT 0 EF pada kebanyakan metal sekitar 5 eV pada temperatur kamar kBT sekitar 0,025 eV kurang dari 1% elektron valensi yang dapat berkontribusi pada panas spesifik kontribusi elektron dalam panas spesifik adalah T E Nk c F B v 3 elektron         
  • 139. Panas Spesifik Total Panas Spesifik Total elektron ion total v v v c c c   untuk temperatur rendah, dapat dituliskan T AT cv    3 2 AT T cv    atau T 2 ′ slope = A cv/T
  • 140. Panas Spesifik Pada Tekanan Konstan, cp Panas Spesifik, Pada Tekanan Konstan dan Faktor Lain yang Turut Berperan Hubungan antara cp dan cv diberikan dalam thermodinamika     2 v v p TV c c volume molar koefisien muai volume kompresibilitas p v dT dv v         1 T dp dv v           1 Faktor-Faktor Lain Yang Turut Berperan Pemasukan panas pada padatan tertentu dikuti proses-proses lain, misalnya: perubahan susunan molekul dalam alloy, pengacakan spin elektron dalam material magnetik, perubahan distribusi elektron dalam material superkonduktor, Proses-proses ini akan meningkatkan panas spesifik material yang bersangkutan
  • 142. Pemuaian Pemuaian Pada tekanan konstan p L dT dl l         1 L V     3 Dengan menggunakan model Debye V cv L v       3  : konstanta Gruneisen  : kompresibilitas
  • 143. cp, αL, γ, untuk beberapa material.[6]. Material cp (300 K) cal/g K αL (300 K) 1/K106 γ (konst. Gruneisen) Al 0,22 24,1 2,17 Cu 0,092 17,6 1,96 Au 0,031 13,8 3,03 Fe 0.11 10,8 1,60 Pb 0,32 28,0 2,73 Ni 0,13 13,3 1.88 Pt 0,031 8,8 2,54 Ag 0,056 19,5 2,40 W 0,034 3,95 1,62 Sn 0,54 23,5 2,14 Tl 0,036 6,7 1,75 Pemuaian
  • 145. Konduktivitas Panas Konduktivitas Panas Jika q adalah jumlah kalori yang melewati satu satuan luas (A) per satuan waktu ke arah x maka dx dT Q q T     A Konduktivitas Panas aliran panas berjalan dari temperatur tinggi ke temperatur rendah Pada temperatur kamar, metal memiliki konduktivitas thermal yang baik dan konduktivitas listrik yang baik pula karena elektron-bebas berperan dalam berlangsungnya transfer panas Pada material dengan ikatan ion ataupun ikatan kovalen, di mana elektron kurang dapat bergerak bebas, transfer panas berlangsung melalui phonon Dalam polimer perpindahan panas terjadi melalui rotasi, vibrasi, dan translasi molekul
  • 146. σT untuk beberapa material pada 300 K .[6]. Material σT cal/(cm sec K) L=σT/σeT (volt/K)2108 Al 0,53 2,2 Cu 0,94 2,23 Fe 0,19 2,47 Ag 1,00 2,31 C (Intan) 1,5 - Ge 0,14 - Konduktivitas Panas Lorentz number
  • 147. Konduktivitas Panas Oleh Elektron Konduktivitas Panas Oleh Elektron pengertian klasik gas ideal T k E B 2 3  Jika L adalah jalan bebas rata-rata elektron, maka transmisi energi per elektron adalah x T k x E B      2 3 L x T k L x E B      2 3 Jumlah energi yang ter-transfer ke arah x L x T k n Q B     2 3 3 kerapatan elektron kecepatan rata-rata Energi thermal yang ditransfer melalui dua bidang paralel tegak-lurus arah x dengan jarak x pada perbedaan temperatur T adalah x T E T      x T Q x T Q T         / atau T L k n B T 2   
  • 148. Rasio Wiedemann-Franz Rasio Wiedemann-Franz Rasio ini adalah rasio antara konduktivitas thermal dan konduktivitas listrik listrik 2 2 2 2 2 e k m m L ne L k n B B e T        T e T o L    Lorentz number hampir sama untuk kebanyakan metal
  • 149. Isolator Panas Isolator thermal yang baik adalah material yang porous. Rendahnya konduktivitas thermal disebabkan oleh rendahnya konduktivitas udara yang terjebak dalam pori-pori Isolator Panas Namun penggunaan pada temperatur tinggi yang berkelanjutan cenderung terjadi pemadatan yang mengurangi kualitasnya sebagai isolator thermal Material polimer yang porous bisa mendekati kualitas ruang hampa pada temperatur sangat rendah; gas dalam pori yang membeku menyisakan ruang-ruang hampa yang bertindak sebagai isolator
  • 150. Courseware Mengenal Sifat Material (2) Sudaryatno Sudirham