SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Download to read offline
Azolla microphylla Sebagai Biokonsentrasi Pencemaran Timbal (Pb)
(Azolla microphylla As Bioconcentration of Lead (Pb) Pollution)
Guntur Althair Ahmady1
, Pindi Patana2
, Riri Ezraneti2
1
Alumni Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara (Email: darkmessenger165@gmail.com)
2
Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
Lead (Pb) in water was found in dissolved and suspended form. Lead
toxicity to plants was relatively lower compared to other trace elements. This
study aimed to determine the influence of Azolla microphylla to absorb heavy
metal at different concentrations of Pb, and Pb heavy metal for growth of Azolla
microphylla biomass. This study was conducted from February to March 2014 in
the Laboratory of Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Sumatera Utara.
The ability of Azolla microphylla to absorb lead was measured by
calculating Bioconcentration Factor. Results indicated that the BCF values on
day H7 at 1 ppm of lead is 0.2372 and at 5 ppm is 0.3295. While on the H14 at 1
ppm concentration of lead is 0.2515 and at 5 ppm is 0.3536. Total weight of
Azolla microphylla without lead contamination on day H7 is 105.6 grams, while
the weight of Azolla microphylla with the addition 1 ppm of lead is 102.1 grams,
and at 5 ppm is only 99.6 grams. While on the H14, the total weight of Azolla
microphylla biomass without the addition of lead is 153.1 grams, 149.9 grams of
lead at 1 ppm concentration, and 140.8 grams of lead at 5 ppm. Then in H28
measurements, weight Azolla microphylla biomass in the control treatment
reached 209.7 grams, treatment with 1 ppm of lead reached 210.3 grams weight,
and reached 198.5 grams at 5 ppm.
Keywords : Azolla microphylla, Lead, BCF
PENDAHULUAN
Industri dan pertanian
merupakan beberapa penyumbang
limbah ke perairan terutama limbah
yang mengandung logam berat.
Kurangnya perhatian terhadap
pengolahan limbah ini menyebabkan
pencemaran pada perairan. Hal ini
disebabkan mahalnya biaya yang
dibutuhkan untuk melakukan
pengolahan limbah tersebut. A.
microphylla merupakan satu dari
banyak tumbuhan air yang dapat
melakukan bioremediasi, yang
merupakan alternatif pengolahan air
limbah yang mengandung logam berat.
Meskipun A. microphylla mampu
mengurangi konsentrasi logam berat di
air, dibutuhkan data tentang
kemampuan A. microphylla dalam
menyerap unsur logam berat tertentu
khususnya timbal yang banyak
mencemari perairan dan jumlah A.
microphylla yang dibutuhkan untuk
mengurangi konsentrasi pencemar di
perairan.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
mulai Februari hingga November 2014
di Laboratorium Terpadu Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pengujian kandungan logam berat
dilakukan di Balai Riset dan
Standardisasi Industri Medan.
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain A. microphylla
bebas timbal sebanyak 450 g, PbNO3
4000 ppm sebanyak 96 ml, air bersih
60 l sebagai media tumbuh A.
microphylla, tanah kompos pabrikan
sebanyak 13,5 kg, HCl 37%, dan HNO3
65%.
Sementara alat-alat yang
digunakan antara lain baskom,
timbangan, pH meter, DO meter,
termometer, neraca analitis, AAS
(Atomic Absorption Spectroscopy),
waterbath, desikator, oven, blender,
cawan timbang kadar air, cawan
porselen, labu ukur, corong, spatula,
dan tungku pengabuan.
Prosedur Penelitian
1. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan
penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan
3 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu
Kontrol
Perlakuan 1 : dengan menambahkan
PbNO3 4000 ppm
sebanyak 4 ml
Perlakuan 2 : dengan menambahkan
PbNO3 4000 ppm
sebanyak 20 ml
2. Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan dalam
penelitian adalah baskom dengan
diameter bagian atas 54 cm dan
diameter bagian bawah 39 cm, dengan
volume 25 l sebanyak 12 unit. Setiap
wadah diisi dengan tanah kompos
pabrikan sebanyak 1,5 kg kemudian
diisi dengan air bersih sebanyak 16 l
dengan kedalaman air 12 cm.
3. Pemberian Perlakuan
Setelah wadah disiapkan, maka
diambil sampel awal sebelum
perlakuan diberikan, setelah itu
perlakuan diberikan dengan
mencampurkan timbal sebanyak 1 ppm
untuk perlakuan 1 dan 5 ppm untuk
perlakuan 2 dan tanpa menambahkan
timbal sama sekali pada kontrol.
Setelah itu, A. microphylla dimasukkan
ke wadah sebanyak 50 g per wadah.
4. Parameter yang Diukur
Parameter yang diukur antara
lain perkembangan biomassa A.
microphylla, kandungan timbal pada
biomassa A. microphylla, air dan tanah.
Perkembangan biomassa A.
microphylla diukur dengan menimbang
berat seluruh biomassa A. microphylla
per wadah sebelum diberi perlakuan
kemudian pada hari ke 7, hari ke 14,
dan hari ke 28 setelah diberi perlakuan.
Selain itu, pengukuran pH, DO, dan
suhu air dilakukan sebelum pemberian
perlakuan, kemudian pada hari ke 7
dan hari ke 14 setelah pemberian
perlakuan, untuk mengetahui
perubahan kualitas air.
Pengukuran kandungan timbal
dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu
sebelum diberi perlakuan, kemudian
pada hari ke 7 dan 14 setelah diberi
perlakuan. Prosedur pengukuran
kandungan logam berat timbal pada
biomassa A. microphylla, tanah, dan air
dilakukan berdasarkan pada standar
SNI 2354.5:2011 (Badan Standardisasi
Nasional, 2011).
5. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel untuk
pengukuran kandungan timbal
dilakukan sebelum perlakuan diberikan
kemudian pada hari ke 7 dan hari ke 14
setelah perlakuan diberikan. Sampel
yang diambil adalah A. microphylla
sebanyak 20 g berat basah, air
sebanyak 100 ml, dan tanah sebanyak
20 g berat basah.
6. Perhitungan BCF
Setelah kandungan logam berat
dalam biomassa A. microphylla, air dan
tanah diketahui, selanjutnya nilai yang
didapatkan dimasukkan ke dalam
rumus untuk mendapatkan nilai BCF
(Arnot, 2006).
BCF=CB/CWD
BCF : Bioconcentration Factor
CB : Konsentrasi bahan kimia pada
organisme [ppm]
CWD : Konsentrasi bahan kimia di air
[ppm]
Setelah nilai BCF didapatkan,
maka dapat dianalisis jumlah Azolla
yang dibutuhkan untuk mengurangi
konsentrasi timbal hingga mencapai
target yang ditentukan.
7. Analisis Data
Hasil pengukuran yang didapat
kemudian diuji secara statistik dengan
uji statistik ANOVA dan apabila
terdapat perbedaan akan diuji lanjut
dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ).
Data kualitas air akan ditampilkan
dalam bentuk tabel.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kandungan Timbal (Pb) pada A.
microphylla, Air, dan Tanah
Berdasarkan uji laboratorium terhadap
kandungan timbal yang terdapat pada A.
microphylla, tanah dan air pada hari H7
didapatkan hasil secara berurut yaitu
0,2372 ppm, 0,6013 ppm, 0,1557 ppm
dengan pemberian timbal pada
konsentrasi 1 ppm, sedangkan pada
konsentrasi 5 ppm didapatkan hasil
1,6475 ppm, 2,5764 ppm, dan 0,7440
ppm. Sementara pada hari H14 dengan
pemberian timbal pada konsentrasi 1
ppm, kandungan timbal yang terdapat
pada A. microphylla, tanah, dan air
secara berurut yaitu, 0,2515 ppm,
0,6109 ppm, dan 0,1174 ppm.
Sementara pada pemberian timbal
mencapai konsentrasi 5 ppm
memberikan hasil yaitu 1,7679 ppm,
2,5839 ppm, dan 0,6414 ppm (Tabel 1).
H
Konsentrasi Timbal (ppm)
Kandungan Timbal (ppm)
A. microphylla Tanah Air
0 0 0 0
1 0 0 0
5 0 0 0
H7
0 0 0 0
1 0,2372 0,6013 0,1557
5 1,6475 2,5764 0,7440
H14
0 0 0 0
1 0,2515 0,6109 0,1174
5 1,7679 2,5839 0,6414
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kandungan Timbal (Pb) pada A. microphylla,
Tanah, dan Air
Pengaruh Timbal (Pb) terhadap
Perkembangan Biomassa A.
microphylla
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan dengan memberikan
perlakuan tanpa menambahkan timbal
(Pb), dengan menambahkan timbal
1 ppm, dan 5 ppm pada media
tumbuh A. microphylla, pengukuran
perkembangan biomassa A.
microphylla yang dilakukan pada hari
H7 dan hari H14 semuanya
menunjukkan adanya peningkatan.
Namun, pada biomassa A. microphylla
yang terpapar timbal, penambahan
berat tidak terjadi sebanyak kontrol.
Total berat A. microphylla tanpa
pemberian timbal pada hari H7
yaitu 105,6 g, sementara berat A.
microphylla dengan penambahan
timbal 1 ppm yaitu 102,1 g, dan pada
konsentrasi 5 ppm hanya 99,6 g.
Sementara pada hari H14, total berat
biomassa A. microphylla tanpa
penambahan timbal sama sekali adalah
153,1 g, 149,9 g pada konsentrasi
timbal 1 ppm, dan 140,8 g pada
konsentrasi timbal 5 ppm. Kemudian
pada pengukuran H28, berat biomassa
A. microphylla pada perlakuan
kontrol mencapai 209,7 g, pada
perlakuan pemberian 1 ppm timbal
mencapai 210,3 g, dan pada perlakuan
5 ppm mencapai 198,5 g (Tabel 2).
Pengaruh Timbal (Pb) terhadap
Kualitas Air
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan dengan memberikan
perlakuan tanpa menambahkan timbal
(Pb), dengan menambahkan timbal 1
ppm, dan 5 ppm di air, pengukuran
pengaruh timbal terhadap kualitas air
yaitu suhu, DO, dan pH dilakukan pada
hari H7 dan H14. Pengukuran suhu
pada hari H7 dan H14 tidak
menunjukkan begitu banyak perubahan,
suhu berada pada kisaran 28-29 o
C.
Begitu juga dengan pH, nilai pH berada
pada kisaran 7,0-7,3. Sementara, DO
menunjukkan penurunan hingga 3,9
Konsentrasi Timbal
(ppm)
Berat Biomassa A. microphylla (g)
H H7 H14
0 50 105,6 153,1
1 50 102,1 149,9
5 50 99,6 140,8
Tabel 2. Hasil Pengukuran Berat Biomassa A. microphylla
Tabel 3. Hasil Pengukuran Kualitas Air (DO, Suhu, dan pH)
H
Konsentrasi Timbal (ppm)
Kualitas Air
Suhu (o
C) DO (mg/l) pH
0 28 7,5 7,0
1 28 7,5 7,0
5 28 7,5 7,0
H7
0 29 4,8 7,0
1 29 4,4 7,1
5 29 3,7 7,1
H14
0 29 5,4 7,2
1 29 3,7 7,2
5 29 3,6 7,3
mg/l, yang awalnya 7,5 mg/l (Tabel 3).
Faktor Biokonsentrasi (BCF)
Berdasarkan perhitungan yang
dilakukan untuk mencari nilai BCF
dengan membagi kandungan timbal
pada A. microphylla dengan kandungan
timbal di air, maka didapatkan hasil
2,1419 pada konsentrasi 1 ppm dan
2,7565 pada konsentrasi 5 ppm.
Pembahasan
Kandungan Timbal (Pb) pada A.
microphylla, Air, dan Tanah
Berdasarkan uji laboratorium
terhadap kandungan timbal yang
terdapat pada biomassa A. microphylla,
tanah dan air pada hari H7 dengan
perlakuan penambahan timbal 1 ppm,
masing-masing sampel mengandung
timbal sebanyak antara lain A.
microphylla 0,2377 ppm, tanah 0,6013
ppm, air 0,1557 ppm. Kemudian pada
hari H14 masing-masing sampel
memiliki kandungan timbal sebanyak
antara lain A. microphylla 0,2514 ppm,
tanah 0,6109 ppm, dan air 0,1174 ppm.
Sementara itu, kandungan timbal yang
terdapat pada biomassa A. microphylla,
tanah dan air pada hari H7 dengan
perlakuan penambahan timbal 5 ppm,
masing-masing sampel mengandung
timbal sebanyak antara lain A.
microphylla 1,6475 ppm, tanah 2,5764
ppm, air 0,7440 ppm. Kemudian pada
hari H14 masing-masing sampel
memiliki kandungan timbal sebanyak
antara lain A. microphylla 1,7679 ppm,
tanah 2,5839 ppm, dan air 0,6414 ppm.
Hasil uji statistik ANOVA dengan uji
lanjut BNJ menunjukkan bahwa
pengaruh konsentrasi timbal sangat
nyata terhadap penyerapan A.
microphylla, begitu juga pengaruh
konsentrasi timbal pada perlakuan
sangat nyata terhadap konsentrasi
timbal yang dilarutkan ke dalam air,
dan pengaruh konsentrasi timbal sangat
nyata terhadap penyerapan timbal oleh
tanah.
Berdasarkan konsentrasi
kandungan timbal yang didapat dari
hasil uji laboratorium tersebut,
diketahui bahwa kandungan timbal
pada A. microphylla dan tanah
mengalami peningkatan pada hari H14
dibanding pada hari H7, sementara
kandungan timbal di air mengalami
penurunan. Pada konsentrasi 1 ppm,
kandungan timbal pada A. microphylla
mengalami peningkatan sebesar 0,0143
ppm, dan di tanah mengalami
peningkatan sebesar 0,0097 ppm.
Sementara kandungan timbal pada air
mengalami penurunan sebesar 0,0383
ppm. Sementara, pada konsentrasi 5
ppm, kandungan timbal pada A.
microphylla mengalami peningkatan
sebesar 0,1204 ppm, dan di tanah
mengalami peningkatan sebesar 0,0075
ppm. Sementara kandungan timbal
Konsentrasi Timbal (ppm)
Kandungan Timbal (ppm)
BCF
A. microphylla Air
0 0 0 0
1 0,2372 0,1557 1,5232
5 1,6475 0,7440 2,2143
Konsentrasi Timbal (ppm)
Kandungan Timbal (ppm)
BCF
A. microphylla Air
0 0 0 0
1 0,2515 0,1174 2,1419
5 1,7679 0,6414 2,7565
Tabel 4. Nilai BCF H7 dan H14
pada air mengalami penurunan sebesar
0,1027 ppm
Kemampuan A. microphylla
dalam melakukan bioremediasi
menyebabkan peningkatan kandungan
timbal pada biomassa A. microphylla.
A. microphylla menyerap timbal dari
air sehingga kandungan timbal di air
berkurang (Juhaeti dkk., 2005;
Khosravi, 2005). Sementara kandungan
timbal di tanah mengalami peningkatan,
hal ini disebabkan sedimentasi timbal
di tanah. Banyaknya sedimentasi
timbal di tanah dipengaruhi oleh
tekstur tanah. Biddappa (1981); Elliot
dkk. (1986); Harter (1983) diacu oleh
McLean dan Bert (1992)
mengemukakan bahwa tanah, tanah
mineral, dan tanah organik paling
banyak menyerap timbal di antara
beberapa logam berat lain. Hal ini
menjelaskan kenapa timbal banyak
yang tersedimentasi di tanah
dibandingkan dengan yang larut dalam
air. Semakin sedikitnya timbal yang
larut dalam air juga mempengaruhi
konsentrasi timbal yang diserap oleh A.
microphylla seperti yang tertera pada
Tabel 2 dan Tabel 3. A. microphylla
menyerap lebih sedikit timbal pada
pemberian timbal konsentrasi 1 ppm
dibandingkan dengan konsentrasi 5
ppm.
Pada tanah dengan kandungan
bahan organik yang tinggi, timbal akan
terakumulasi di tanah, dan distribusi
timbal yang tidak merata di ekosistem
dapat menghalangi fragmen kimia
anorganik tanah menyebabkan timbal
di tanah menjadi semakin mudah larut
dan lebih siap untuk diserap tumbuhan.
(US EPA, 1986 diacu oleh Greene,
1993). Timbal yang tersimpan di tanah
dipindahkan ke lapisan tanah atas pada
permukaan tanah, di mana timbal dapat
bertahan bertahun-tahun bahkan hingga
2000 tahun (Greene, 1993).
Pengaruh Timbal (Pb) terhadap
Perkembangan Biomassa A.
microphylla
Berdasarkan hasil pengukuran
yang dilakukan terhadap
perkembangan biomassa A.
microphylla yang dipengaruhi oleh
kandungan timbal pada habitatnya,
diketahui bahwa berat biomassa A.
microphylla mengalami penurunan jika
dibandingkan dengan kontrol.
Pengukuran yang dilakukan pada hari
H7 dengan konsentrasi timbal 1 ppm,
berat biomassa A. microphylla 3,3%
lebih sedikit dibandingkan kontrol, dan
dengan konsentrasi 5 ppm beratnya
5,6% lebih sedikit dibandingkan
kontrol. Sementara pada hari H14 berat
biomassa A. microphylla dengan
konsentrasi 1 ppm mengalami
pengurangan sebesar 2,1% dibanding
kontrol, dan dengan konsentrasi 5 ppm
8% lebih sedikit dibandingkan kontrol.
Berdasarkan uji statistik
ANOVA dengan uji lanjut BNJ terlihat
bahwa perkembangan A. microphylla
yang paling terhambat adalah pada
konsentrasi 5 ppm, pengaruh
konsentrasi timbal sangat nyata
terhadap perkembangan biomassa A.
microphylla.
Penelitian yang dilakukan oleh
Karimi dkk., (2013) pada tanaman
Vicia faba dan Brassica arvensis,
Bharwana dkk. (2013) pada pembibitan
cotton, Singh dkk. (2013) pada
tumbuhan air Hydrilla verticillata
memaparkan bahwa tumbuhan dapat
hidup pada media yang terpapar timbal,
tetapi mengalami hambatan untuk
berkembang. Menurut Karimi dkk.
(2013) hal ini diduga terjadi karena
tidak seimbangnya nutrisi yang tersedia
menyebabkan unsur logam berat lebih
banyak terakumulasi pada jaringan
tumbuhan sehingga kemampuan
tumbuhan untuk menyerap nutrisi
berkurang.
Xu dan Shi (2000) diacu oleh
Cheng (2003) menjelaskan bahwa
akumulasi unsur logam berat non-
essensial bagi tumbuhan seperti timbal
dalam jumlah banyak akan berdampak
negatif pada penyerapan dan
pemindahan unsur esensial,
mengganggu metabolisme, dan
mempengaruhi pertumbuhan dan
reproduksi. Namun, Zhang dkk. (1999)
diacu oleh Cheng (2003) menerangkan
bahwa ketersediaan logam berat
dengan dosis rendah dan tinggi dapat
memperlihatkan efek yang berlawanan
pada aktifitas fisiologi tumbuhan.
Secara prosedur, aktifitas fisiologi dan
biokimia tumbuhan meningkat
menghasilkan produk metabolisme
dalam jumlah banyak seperti
glutathione (GSH), asam oksalat
(oxalic acid), histidin, sitrat, dan
protein pengikat logam untuk mengikat
logam berat dan mendetoksifikasinya.
Pengaruh Keberadaan Timbal (Pb)
terhadap Kualitas Air
Berdasarkan pengukuran
kualitas air yang dilakukan pada media
tumbuh A. microphylla, pengukuran
kualitas air pada parameter suhu, DO,
dan pH, diketahui bahwa nilai DO
terendah terdapat pada konsentrasi
timbal 5 ppm, pada hari H7 maupun
H14. Sementara pH tertinggi pada
perlakuan pemberian timbal 5 ppm
pada hari H14 yaitu 7,3. Pemberian
timbal pada konsentrasi 1 dan 5 ppm
tidak begitu berdampak pada nilai pH.
Namun, keberadaan logam berat di air
mempengaruhi dampak yang nyata
terhadap kandungan DO di air.
Penelitian yang dilakukan oleh
Abumourad dkk. (2013) menunjukkan
bahwa konsentrasi timbal di suatu
perairan menunjukkan korelasi yang
bertolak belakang dengan konsentrasi
DO dan tidak ada perbedaan yang
signifikan terhadap nilai pH dan
temperatur.
pH merupakan faktor yang
mempengaruhi dalam pembentukan
spesies logam, kelarutan, transportasi,
dan ketersediaan biologis logam dalam
larutan air. Logam terlarut lebih
berpotensi menjadi tersedia untuk
berikatan pada proses biologi ketika pH
menurun (Salomons, 1995 diacu oleh
John dan Joel, 1996; Tak dkk., 2013).
Laju reaksi kimia sangat
dipengaruhi oleh perubahan suhu
(Elder, 1989 diacu oleh John dan Joel
1996). Peningkatan suhu 10 o
C dapat
meningkatkan laju reaksi biokimia
menjadi dua kali lipat. Suhu juga dapat
mempengaruhi jumlah penyerapan
logam oleh organisme karena laju
proses biologis yang meningkat ketika
suhu meningkat (Luoma, 1983; Prosi,
1989 diacu oleh John dan Joel 1996).
Konsentrasi DO dalam air
memberikan efek pada kelarutan logam
yang mengendalikan potensi redoks.
Biasanya, potensi redoks semakin
tinggi seiring dengan meningkatnya
konsentrasi DO dan kelarutan logam ke
dalam air menjadi lebih besar, kecuali
untuk besi dan mangan. Sebaliknya
ketika DO menurun maka potensi
redoks menjadi semakin kecil sehingga
kelarutan logam menjadi rendah dan
menyebabkan logam tersedimentasi
(Tayab, 1991).
Faktor Biokonsentrasi (BCF)
Berdasarkan perhitungan BCF,
diketahui bahwa nilai BCF pada hari
H7 dengan konsentrasi timbal 1 ppm
yaitu 0,2372 dan dengan konsentrasi 5
ppm bernilai 0,3295. Sementara pada
hari H14 dengan konsentrasi timbal 1
ppm bernilai 0,2515 dan dengan
konsentrasi 5 ppm bernilai 0,3536.
Berdasarkan Tabel hasil nilai BCF
dapat dilihat nilai BCF pada perlakuan
1 ppm lebih rendah daripada perlakuan
5 ppm. Selain itu, nilai BCF kedua
perlakuan lebih tinggi pada hari H14
dibanding pada hari H7.
Spesies tanaman dan
ketersediaan unsur esensial juga
mempengaruhi tingkat penyerapan
logam. Ketersediaan hara dari nutrisi
esensial yang melimpah seperti fosfor
dan kalsium dapat mengurangi
penyerapan unsur non-esensial oleh
tanaman, tapi menyerap unsur yang
mirip secara kimia seperi arsenik dan
kadmium (Chaney, 1988 diacu oleh
John dan Joel, 1996).
Tak dkk. (2013) dalam
jurnalnya menjelaskan bahwa
keberhasilan fitoremediasi tergantung
pada kontaminasi tanah, ketersediaan
biologis kontaminan logam, bentuk
fraksi logam yang tersedia secara
biologi di tanah dan kemampuan
tumbuhan untuk menyerap dan
mengakumulasi logam. Umumnya,
tumbuhan dengan kapasitas akumulasi
logam yang sangat tinggi tumbuh
dengan lambat dan menghasilkan
biomassa yang terbatas, terutama
ketika konsentrasi logam di tanah
tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang
telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa
1. Kemampuan A. microphylla
menyerap logam berat timbal pada
konsentrasi yang berbeda
dipengaruhi oleh konsentrasi logam
berat pada media (air), semakin
tinggi kandungan timbal, maka
semakin banyak timbal yang dapat
diserap oleh A. microphylla dengan
batas tertentu.
2. Timbal dapat memberikan dampak
negatif terhadap perkembangan A.
microphylla, semakin tinggi
konsentrasi timbal pada media,
semakin membatasi kemampuan A.
microphylla untuk berkembang.
3. Jumlah biomassa A. microphylla
yang dibutuhkan untuk mengurangi
konsentrasi timbal di air berbeda
tergantung pada konsentrasi timbal
di air, semakin tinggi konsentrasi
timbal di air, semakin banyak
jumlah biomassa A. microphylla
yang dibutuhkan.
Saran
Penelitian tentang berbagai
potensi tumbuhan A. microphylla
masih sangat sedikit, sehingga
dibutuhkan banyak penelitian lain
tentang potensi tumbuhan ini baik
dalam hal fitoremediasi, nutrisi sebagai
pakan maupun berbagai manfaat lain.
Selain itu, dibutuhkan juga penelitian
lebih lanjut tentang batas akhir
toleransi A. microphylla terhadap
logam berat timbal.
DAFTAR PUSTAKA
Abumourad, I.M.K., Mohammad
M.N.A., dan Wafaa T.A. 2013.
Heavy Metal Pollution and
Metallothionein Expression: A
Survey on Egyptian Tilapia
Farms. Journal of Applied
Sciences Research. 9(1):612-
619
Arnot, Jon A. and Frank A.P.C. Gobas.
2006. A Review of
Bioconcentration Factor (BCF)
and Bioaccumulation Factor
(BAF) assessments for organic
chemicals in aquatic organisms.
Environ Rev. 14:257-297
Badan Standardisasi Nasional. 2011.
Cara Uji Kimia Bagian 5:
Penentuan Kadar Logam Berat
Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd)
pada Produk Perikanan.
sisni.bsn.go.id (Diakses pada
tanggal 31 Desember 2013)
Bharwana, S.A., S. Ali, M.A. Farooq, F.
Abbas, N. Iqbal, M.S.A. Ahmad,
M.B. Shakoor. 2013. Influence
of lead Stress on Growth,
Photosynthesis and lead uptake
in the Seedlings of Cotton.
International Journal of
Agronomy and Plant Production.
Vol., 4(10), 2492-2501
Chaney, R.L., M. Malik, Y.M. Li, S.L.
Brown, E.P. Brewer, J.S. Angle,
A.J.M. Baker. 1997.
Phytoremediation of Soil Metals.
Environmental Biotechnology.
8:279-284
Cheng, S. 2003. Effects of Heavy
Metals on Plants and
Resistance Mechanisms.
Environmental Science and
Pollution Research. 10(4):256-
264
Greene, D. 1993. Effects of Lead on the
Environment. LEAD Action
News. 1(2)
Juhaeti, T., F.Syarif, N.Hidayati. 2005.
Inventarisasi Tumbuhan
Hipertoleran Tailing Limbah
Pengolahan Emas PT. Antam
Pongkor. Biodiversitas. 6(1):31-
33
Karimi, R., S. Solhi, M. Salehi, M.
Solhi, H. Mollahosaini. 2013.
Effects of Cd, Pb and Ni on
growth and macronutrient
contents of Vicia faba L and
Brassica arvensis L.
International Journal of
Agronomy and Plant Production.
Vol., 4(4), 739-744
Khosravi, M., M. Taghi Ganji, R.
Rakhshaee. 2005. Toxic Effect
of Pb, Cd, Ni and Zn on Azolla
filiculoides in The International
Anzali Wetland. International
Journal of Science and
Technology. 2(1):35-40
McLean, J.E. and Bert E. Bledsoe.
1992. Behavior of Metals in
Soils. EPA Ground Water.
Singh, A., Kumar C.S., Aqarwal A.
2013. Effect of Lead and
Cadmium on Aquatic Plant
Hydrilla verticillata. Journal of
Environmental Biology.
34(6):1027-31
Tak, H.I., F. Ahmad, and O.O.
Babalola. 2013. Advances in
the Application of Plant
Growth-Promoting
Rhizobacteria in
Phytoremediation of Heavy
Metals. Reviews of
Environmental Contamination
and Toxicology. 223(9):33-52
Tayab, M.R. 1991. Environmental
Impact of Heavy Metal
Pollution in Natural Aquatic
Systems (Thesis). The
University of West London.
Brunel

More Related Content

What's hot

Analisa gas co2 dalam air menggunakan toc
Analisa gas co2 dalam air menggunakan tocAnalisa gas co2 dalam air menggunakan toc
Analisa gas co2 dalam air menggunakan toc
Indriati Dewi
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
riesonetwo
 
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
diqki
 

What's hot (20)

Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite - by m...
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite  - by m...Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite  - by m...
Nitrogen treatment in water Incl. Amonia,Amonium, Nitrate and Nitrite - by m...
 
Seminar hasil
Seminar hasilSeminar hasil
Seminar hasil
 
Analisa gas co2 dalam air menggunakan toc
Analisa gas co2 dalam air menggunakan tocAnalisa gas co2 dalam air menggunakan toc
Analisa gas co2 dalam air menggunakan toc
 
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWITLIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
LIMBAH CAIR PABRIK KELAPA SAWIT
 
Cod dan bod
Cod dan bodCod dan bod
Cod dan bod
 
Ikan tercemar logam barito1
Ikan tercemar logam barito1Ikan tercemar logam barito1
Ikan tercemar logam barito1
 
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
Pada umumnya air lingkungan yang telah tercemar kandungan oksigennya sangat r...
 
Metode pengukuran kualitas limbah 2
Metode pengukuran kualitas limbah 2Metode pengukuran kualitas limbah 2
Metode pengukuran kualitas limbah 2
 
PENELITIAN RESIDU AIR DI SUNGAI CISADANE
PENELITIAN RESIDU AIR DI SUNGAI CISADANEPENELITIAN RESIDU AIR DI SUNGAI CISADANE
PENELITIAN RESIDU AIR DI SUNGAI CISADANE
 
Loporan amoniak
Loporan amoniakLoporan amoniak
Loporan amoniak
 
Analisis logam berat pada ikan air tawar
Analisis logam berat pada ikan air tawarAnalisis logam berat pada ikan air tawar
Analisis logam berat pada ikan air tawar
 
Sulfida
SulfidaSulfida
Sulfida
 
4
44
4
 
Jurnal uns
Jurnal unsJurnal uns
Jurnal uns
 
Transkrip pka 1
Transkrip pka 1Transkrip pka 1
Transkrip pka 1
 
Artikel manfaat daun nanas
Artikel manfaat daun nanasArtikel manfaat daun nanas
Artikel manfaat daun nanas
 
Percobaan v analisa COD air
Percobaan v analisa COD airPercobaan v analisa COD air
Percobaan v analisa COD air
 
Bod cod test
Bod cod testBod cod test
Bod cod test
 
Kadar COD
Kadar CODKadar COD
Kadar COD
 
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen TerlarutDasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
Dasar Kimia Analisa Analisa Oksigen Terlarut
 

Viewers also liked

Viewers also liked (13)

Vladimir Senić - Upravljanje uslugama
Vladimir Senić - Upravljanje uslugamaVladimir Senić - Upravljanje uslugama
Vladimir Senić - Upravljanje uslugama
 
Marketing u bankarstvu
Marketing u bankarstvuMarketing u bankarstvu
Marketing u bankarstvu
 
CV 2015 AD Housing V5
CV 2015 AD Housing V5CV 2015 AD Housing V5
CV 2015 AD Housing V5
 
Harnaut mechanicaL workshop summer training repoRT
Harnaut mechanicaL workshop summer training repoRTHarnaut mechanicaL workshop summer training repoRT
Harnaut mechanicaL workshop summer training repoRT
 
Types of power plants
Types of power plantsTypes of power plants
Types of power plants
 
Business Communication - Horizontal & Vertical Communication
Business Communication - Horizontal & Vertical CommunicationBusiness Communication - Horizontal & Vertical Communication
Business Communication - Horizontal & Vertical Communication
 
Shamiulla S.Sales
Shamiulla S.SalesShamiulla S.Sales
Shamiulla S.Sales
 
sitem reproduksi manusia
sitem reproduksi manusiasitem reproduksi manusia
sitem reproduksi manusia
 
Manar Hamodeh - Cover Letter- Resume - References
Manar Hamodeh - Cover Letter- Resume - ReferencesManar Hamodeh - Cover Letter- Resume - References
Manar Hamodeh - Cover Letter- Resume - References
 
E-Commerce ppt
E-Commerce pptE-Commerce ppt
E-Commerce ppt
 
sistem pencernaan "makanan yang dibutuhkan oleh tubuh"
sistem pencernaan "makanan yang dibutuhkan oleh tubuh"sistem pencernaan "makanan yang dibutuhkan oleh tubuh"
sistem pencernaan "makanan yang dibutuhkan oleh tubuh"
 
Pembuatan koloid
Pembuatan koloidPembuatan koloid
Pembuatan koloid
 
Maher_CV
Maher_CVMaher_CV
Maher_CV
 

Similar to 10. JURNAL

Fitoremediasi pb kankung
Fitoremediasi pb kankungFitoremediasi pb kankung
Fitoremediasi pb kankung
Tri Asih
 
Pengaruh Cangkang Kerang dan Karang Laut pada Proses Penjernihan Air Gambut.pdf
Pengaruh Cangkang Kerang dan Karang Laut  pada Proses Penjernihan Air Gambut.pdfPengaruh Cangkang Kerang dan Karang Laut  pada Proses Penjernihan Air Gambut.pdf
Pengaruh Cangkang Kerang dan Karang Laut pada Proses Penjernihan Air Gambut.pdf
Eriyana3
 
Review jurnal for uts kimia
Review jurnal for uts kimia Review jurnal for uts kimia
Review jurnal for uts kimia
nilammelati
 
Bioremediasi tanah yang tercemar fosfat (ahmad dody setiadi 146090200011004)
Bioremediasi tanah yang tercemar fosfat (ahmad dody setiadi 146090200011004)Bioremediasi tanah yang tercemar fosfat (ahmad dody setiadi 146090200011004)
Bioremediasi tanah yang tercemar fosfat (ahmad dody setiadi 146090200011004)
Jack Jalak
 

Similar to 10. JURNAL (20)

Fitoremediasi pb kankung
Fitoremediasi pb kankungFitoremediasi pb kankung
Fitoremediasi pb kankung
 
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
 
Jurnal Apikes Widya Dharma
Jurnal Apikes Widya DharmaJurnal Apikes Widya Dharma
Jurnal Apikes Widya Dharma
 
Jurnal
JurnalJurnal
Jurnal
 
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
JURNAL APIKES WIDYA DHARMA PALEMBANG Vol 2, no.1 sept 2015
 
Manajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter Fisik
Manajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter FisikManajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter Fisik
Manajemen Kualitas Kimia Air dengan Filter Fisik
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Andrew hidayat 3918-id-hubungan-pencemaran-pb-lindi-pada-tambak-garam-seki...
 Andrew hidayat   3918-id-hubungan-pencemaran-pb-lindi-pada-tambak-garam-seki... Andrew hidayat   3918-id-hubungan-pencemaran-pb-lindi-pada-tambak-garam-seki...
Andrew hidayat 3918-id-hubungan-pencemaran-pb-lindi-pada-tambak-garam-seki...
 
Pengaruh Cangkang Kerang dan Karang Laut pada Proses Penjernihan Air Gambut.pdf
Pengaruh Cangkang Kerang dan Karang Laut  pada Proses Penjernihan Air Gambut.pdfPengaruh Cangkang Kerang dan Karang Laut  pada Proses Penjernihan Air Gambut.pdf
Pengaruh Cangkang Kerang dan Karang Laut pada Proses Penjernihan Air Gambut.pdf
 
Jurnal apikes vol 3, no.1 maret 2016
Jurnal apikes vol 3, no.1 maret 2016Jurnal apikes vol 3, no.1 maret 2016
Jurnal apikes vol 3, no.1 maret 2016
 
Review jurnal for uts kimia
Review jurnal for uts kimia Review jurnal for uts kimia
Review jurnal for uts kimia
 
Bioremediasi tanah yang tercemar fosfat (ahmad dody setiadi 146090200011004)
Bioremediasi tanah yang tercemar fosfat (ahmad dody setiadi 146090200011004)Bioremediasi tanah yang tercemar fosfat (ahmad dody setiadi 146090200011004)
Bioremediasi tanah yang tercemar fosfat (ahmad dody setiadi 146090200011004)
 
Laporan praktikum daya hantar listrik tanah
Laporan praktikum daya hantar listrik tanahLaporan praktikum daya hantar listrik tanah
Laporan praktikum daya hantar listrik tanah
 
Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008
 
155 340-1-pb (1)
155 340-1-pb (1)155 340-1-pb (1)
155 340-1-pb (1)
 
Praktikum pencemaran air pdf
Praktikum pencemaran air pdfPraktikum pencemaran air pdf
Praktikum pencemaran air pdf
 
2. aerator pada penurunan kadar fe
2. aerator pada penurunan kadar fe2. aerator pada penurunan kadar fe
2. aerator pada penurunan kadar fe
 
Sungai
SungaiSungai
Sungai
 
Laporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairanLaporan praktikum ekologi perairan
Laporan praktikum ekologi perairan
 
Analisis air widya
Analisis air widyaAnalisis air widya
Analisis air widya
 

10. JURNAL

  • 1. Azolla microphylla Sebagai Biokonsentrasi Pencemaran Timbal (Pb) (Azolla microphylla As Bioconcentration of Lead (Pb) Pollution) Guntur Althair Ahmady1 , Pindi Patana2 , Riri Ezraneti2 1 Alumni Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (Email: darkmessenger165@gmail.com) 2 Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara ABSTRACT Lead (Pb) in water was found in dissolved and suspended form. Lead toxicity to plants was relatively lower compared to other trace elements. This study aimed to determine the influence of Azolla microphylla to absorb heavy metal at different concentrations of Pb, and Pb heavy metal for growth of Azolla microphylla biomass. This study was conducted from February to March 2014 in the Laboratory of Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Sumatera Utara. The ability of Azolla microphylla to absorb lead was measured by calculating Bioconcentration Factor. Results indicated that the BCF values on day H7 at 1 ppm of lead is 0.2372 and at 5 ppm is 0.3295. While on the H14 at 1 ppm concentration of lead is 0.2515 and at 5 ppm is 0.3536. Total weight of Azolla microphylla without lead contamination on day H7 is 105.6 grams, while the weight of Azolla microphylla with the addition 1 ppm of lead is 102.1 grams, and at 5 ppm is only 99.6 grams. While on the H14, the total weight of Azolla microphylla biomass without the addition of lead is 153.1 grams, 149.9 grams of lead at 1 ppm concentration, and 140.8 grams of lead at 5 ppm. Then in H28 measurements, weight Azolla microphylla biomass in the control treatment reached 209.7 grams, treatment with 1 ppm of lead reached 210.3 grams weight, and reached 198.5 grams at 5 ppm. Keywords : Azolla microphylla, Lead, BCF PENDAHULUAN Industri dan pertanian merupakan beberapa penyumbang limbah ke perairan terutama limbah yang mengandung logam berat. Kurangnya perhatian terhadap pengolahan limbah ini menyebabkan pencemaran pada perairan. Hal ini disebabkan mahalnya biaya yang dibutuhkan untuk melakukan pengolahan limbah tersebut. A. microphylla merupakan satu dari banyak tumbuhan air yang dapat melakukan bioremediasi, yang merupakan alternatif pengolahan air limbah yang mengandung logam berat. Meskipun A. microphylla mampu mengurangi konsentrasi logam berat di air, dibutuhkan data tentang kemampuan A. microphylla dalam menyerap unsur logam berat tertentu khususnya timbal yang banyak mencemari perairan dan jumlah A. microphylla yang dibutuhkan untuk mengurangi konsentrasi pencemar di perairan.
  • 2. METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga November 2014 di Laboratorium Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Pengujian kandungan logam berat dilakukan di Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain A. microphylla bebas timbal sebanyak 450 g, PbNO3 4000 ppm sebanyak 96 ml, air bersih 60 l sebagai media tumbuh A. microphylla, tanah kompos pabrikan sebanyak 13,5 kg, HCl 37%, dan HNO3 65%. Sementara alat-alat yang digunakan antara lain baskom, timbangan, pH meter, DO meter, termometer, neraca analitis, AAS (Atomic Absorption Spectroscopy), waterbath, desikator, oven, blender, cawan timbang kadar air, cawan porselen, labu ukur, corong, spatula, dan tungku pengabuan. Prosedur Penelitian 1. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu Kontrol Perlakuan 1 : dengan menambahkan PbNO3 4000 ppm sebanyak 4 ml Perlakuan 2 : dengan menambahkan PbNO3 4000 ppm sebanyak 20 ml 2. Persiapan Wadah Wadah yang digunakan dalam penelitian adalah baskom dengan diameter bagian atas 54 cm dan diameter bagian bawah 39 cm, dengan volume 25 l sebanyak 12 unit. Setiap wadah diisi dengan tanah kompos pabrikan sebanyak 1,5 kg kemudian diisi dengan air bersih sebanyak 16 l dengan kedalaman air 12 cm. 3. Pemberian Perlakuan Setelah wadah disiapkan, maka diambil sampel awal sebelum perlakuan diberikan, setelah itu perlakuan diberikan dengan mencampurkan timbal sebanyak 1 ppm untuk perlakuan 1 dan 5 ppm untuk perlakuan 2 dan tanpa menambahkan timbal sama sekali pada kontrol. Setelah itu, A. microphylla dimasukkan ke wadah sebanyak 50 g per wadah. 4. Parameter yang Diukur Parameter yang diukur antara lain perkembangan biomassa A. microphylla, kandungan timbal pada biomassa A. microphylla, air dan tanah. Perkembangan biomassa A. microphylla diukur dengan menimbang berat seluruh biomassa A. microphylla per wadah sebelum diberi perlakuan kemudian pada hari ke 7, hari ke 14, dan hari ke 28 setelah diberi perlakuan. Selain itu, pengukuran pH, DO, dan suhu air dilakukan sebelum pemberian perlakuan, kemudian pada hari ke 7 dan hari ke 14 setelah pemberian perlakuan, untuk mengetahui perubahan kualitas air. Pengukuran kandungan timbal dilakukan sebanyak 3 kali, yaitu sebelum diberi perlakuan, kemudian pada hari ke 7 dan 14 setelah diberi perlakuan. Prosedur pengukuran kandungan logam berat timbal pada biomassa A. microphylla, tanah, dan air dilakukan berdasarkan pada standar SNI 2354.5:2011 (Badan Standardisasi Nasional, 2011). 5. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel untuk pengukuran kandungan timbal dilakukan sebelum perlakuan diberikan kemudian pada hari ke 7 dan hari ke 14
  • 3. setelah perlakuan diberikan. Sampel yang diambil adalah A. microphylla sebanyak 20 g berat basah, air sebanyak 100 ml, dan tanah sebanyak 20 g berat basah. 6. Perhitungan BCF Setelah kandungan logam berat dalam biomassa A. microphylla, air dan tanah diketahui, selanjutnya nilai yang didapatkan dimasukkan ke dalam rumus untuk mendapatkan nilai BCF (Arnot, 2006). BCF=CB/CWD BCF : Bioconcentration Factor CB : Konsentrasi bahan kimia pada organisme [ppm] CWD : Konsentrasi bahan kimia di air [ppm] Setelah nilai BCF didapatkan, maka dapat dianalisis jumlah Azolla yang dibutuhkan untuk mengurangi konsentrasi timbal hingga mencapai target yang ditentukan. 7. Analisis Data Hasil pengukuran yang didapat kemudian diuji secara statistik dengan uji statistik ANOVA dan apabila terdapat perbedaan akan diuji lanjut dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Data kualitas air akan ditampilkan dalam bentuk tabel. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kandungan Timbal (Pb) pada A. microphylla, Air, dan Tanah Berdasarkan uji laboratorium terhadap kandungan timbal yang terdapat pada A. microphylla, tanah dan air pada hari H7 didapatkan hasil secara berurut yaitu 0,2372 ppm, 0,6013 ppm, 0,1557 ppm dengan pemberian timbal pada konsentrasi 1 ppm, sedangkan pada konsentrasi 5 ppm didapatkan hasil 1,6475 ppm, 2,5764 ppm, dan 0,7440 ppm. Sementara pada hari H14 dengan pemberian timbal pada konsentrasi 1 ppm, kandungan timbal yang terdapat pada A. microphylla, tanah, dan air secara berurut yaitu, 0,2515 ppm, 0,6109 ppm, dan 0,1174 ppm. Sementara pada pemberian timbal mencapai konsentrasi 5 ppm memberikan hasil yaitu 1,7679 ppm, 2,5839 ppm, dan 0,6414 ppm (Tabel 1). H Konsentrasi Timbal (ppm) Kandungan Timbal (ppm) A. microphylla Tanah Air 0 0 0 0 1 0 0 0 5 0 0 0 H7 0 0 0 0 1 0,2372 0,6013 0,1557 5 1,6475 2,5764 0,7440 H14 0 0 0 0 1 0,2515 0,6109 0,1174 5 1,7679 2,5839 0,6414 Tabel 1. Hasil Pengukuran Kandungan Timbal (Pb) pada A. microphylla, Tanah, dan Air
  • 4. Pengaruh Timbal (Pb) terhadap Perkembangan Biomassa A. microphylla Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan tanpa menambahkan timbal (Pb), dengan menambahkan timbal 1 ppm, dan 5 ppm pada media tumbuh A. microphylla, pengukuran perkembangan biomassa A. microphylla yang dilakukan pada hari H7 dan hari H14 semuanya menunjukkan adanya peningkatan. Namun, pada biomassa A. microphylla yang terpapar timbal, penambahan berat tidak terjadi sebanyak kontrol. Total berat A. microphylla tanpa pemberian timbal pada hari H7 yaitu 105,6 g, sementara berat A. microphylla dengan penambahan timbal 1 ppm yaitu 102,1 g, dan pada konsentrasi 5 ppm hanya 99,6 g. Sementara pada hari H14, total berat biomassa A. microphylla tanpa penambahan timbal sama sekali adalah 153,1 g, 149,9 g pada konsentrasi timbal 1 ppm, dan 140,8 g pada konsentrasi timbal 5 ppm. Kemudian pada pengukuran H28, berat biomassa A. microphylla pada perlakuan kontrol mencapai 209,7 g, pada perlakuan pemberian 1 ppm timbal mencapai 210,3 g, dan pada perlakuan 5 ppm mencapai 198,5 g (Tabel 2). Pengaruh Timbal (Pb) terhadap Kualitas Air Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan memberikan perlakuan tanpa menambahkan timbal (Pb), dengan menambahkan timbal 1 ppm, dan 5 ppm di air, pengukuran pengaruh timbal terhadap kualitas air yaitu suhu, DO, dan pH dilakukan pada hari H7 dan H14. Pengukuran suhu pada hari H7 dan H14 tidak menunjukkan begitu banyak perubahan, suhu berada pada kisaran 28-29 o C. Begitu juga dengan pH, nilai pH berada pada kisaran 7,0-7,3. Sementara, DO menunjukkan penurunan hingga 3,9 Konsentrasi Timbal (ppm) Berat Biomassa A. microphylla (g) H H7 H14 0 50 105,6 153,1 1 50 102,1 149,9 5 50 99,6 140,8 Tabel 2. Hasil Pengukuran Berat Biomassa A. microphylla Tabel 3. Hasil Pengukuran Kualitas Air (DO, Suhu, dan pH) H Konsentrasi Timbal (ppm) Kualitas Air Suhu (o C) DO (mg/l) pH 0 28 7,5 7,0 1 28 7,5 7,0 5 28 7,5 7,0 H7 0 29 4,8 7,0 1 29 4,4 7,1 5 29 3,7 7,1 H14 0 29 5,4 7,2 1 29 3,7 7,2 5 29 3,6 7,3
  • 5. mg/l, yang awalnya 7,5 mg/l (Tabel 3). Faktor Biokonsentrasi (BCF) Berdasarkan perhitungan yang dilakukan untuk mencari nilai BCF dengan membagi kandungan timbal pada A. microphylla dengan kandungan timbal di air, maka didapatkan hasil 2,1419 pada konsentrasi 1 ppm dan 2,7565 pada konsentrasi 5 ppm. Pembahasan Kandungan Timbal (Pb) pada A. microphylla, Air, dan Tanah Berdasarkan uji laboratorium terhadap kandungan timbal yang terdapat pada biomassa A. microphylla, tanah dan air pada hari H7 dengan perlakuan penambahan timbal 1 ppm, masing-masing sampel mengandung timbal sebanyak antara lain A. microphylla 0,2377 ppm, tanah 0,6013 ppm, air 0,1557 ppm. Kemudian pada hari H14 masing-masing sampel memiliki kandungan timbal sebanyak antara lain A. microphylla 0,2514 ppm, tanah 0,6109 ppm, dan air 0,1174 ppm. Sementara itu, kandungan timbal yang terdapat pada biomassa A. microphylla, tanah dan air pada hari H7 dengan perlakuan penambahan timbal 5 ppm, masing-masing sampel mengandung timbal sebanyak antara lain A. microphylla 1,6475 ppm, tanah 2,5764 ppm, air 0,7440 ppm. Kemudian pada hari H14 masing-masing sampel memiliki kandungan timbal sebanyak antara lain A. microphylla 1,7679 ppm, tanah 2,5839 ppm, dan air 0,6414 ppm. Hasil uji statistik ANOVA dengan uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa pengaruh konsentrasi timbal sangat nyata terhadap penyerapan A. microphylla, begitu juga pengaruh konsentrasi timbal pada perlakuan sangat nyata terhadap konsentrasi timbal yang dilarutkan ke dalam air, dan pengaruh konsentrasi timbal sangat nyata terhadap penyerapan timbal oleh tanah. Berdasarkan konsentrasi kandungan timbal yang didapat dari hasil uji laboratorium tersebut, diketahui bahwa kandungan timbal pada A. microphylla dan tanah mengalami peningkatan pada hari H14 dibanding pada hari H7, sementara kandungan timbal di air mengalami penurunan. Pada konsentrasi 1 ppm, kandungan timbal pada A. microphylla mengalami peningkatan sebesar 0,0143 ppm, dan di tanah mengalami peningkatan sebesar 0,0097 ppm. Sementara kandungan timbal pada air mengalami penurunan sebesar 0,0383 ppm. Sementara, pada konsentrasi 5 ppm, kandungan timbal pada A. microphylla mengalami peningkatan sebesar 0,1204 ppm, dan di tanah mengalami peningkatan sebesar 0,0075 ppm. Sementara kandungan timbal Konsentrasi Timbal (ppm) Kandungan Timbal (ppm) BCF A. microphylla Air 0 0 0 0 1 0,2372 0,1557 1,5232 5 1,6475 0,7440 2,2143 Konsentrasi Timbal (ppm) Kandungan Timbal (ppm) BCF A. microphylla Air 0 0 0 0 1 0,2515 0,1174 2,1419 5 1,7679 0,6414 2,7565 Tabel 4. Nilai BCF H7 dan H14
  • 6. pada air mengalami penurunan sebesar 0,1027 ppm Kemampuan A. microphylla dalam melakukan bioremediasi menyebabkan peningkatan kandungan timbal pada biomassa A. microphylla. A. microphylla menyerap timbal dari air sehingga kandungan timbal di air berkurang (Juhaeti dkk., 2005; Khosravi, 2005). Sementara kandungan timbal di tanah mengalami peningkatan, hal ini disebabkan sedimentasi timbal di tanah. Banyaknya sedimentasi timbal di tanah dipengaruhi oleh tekstur tanah. Biddappa (1981); Elliot dkk. (1986); Harter (1983) diacu oleh McLean dan Bert (1992) mengemukakan bahwa tanah, tanah mineral, dan tanah organik paling banyak menyerap timbal di antara beberapa logam berat lain. Hal ini menjelaskan kenapa timbal banyak yang tersedimentasi di tanah dibandingkan dengan yang larut dalam air. Semakin sedikitnya timbal yang larut dalam air juga mempengaruhi konsentrasi timbal yang diserap oleh A. microphylla seperti yang tertera pada Tabel 2 dan Tabel 3. A. microphylla menyerap lebih sedikit timbal pada pemberian timbal konsentrasi 1 ppm dibandingkan dengan konsentrasi 5 ppm. Pada tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi, timbal akan terakumulasi di tanah, dan distribusi timbal yang tidak merata di ekosistem dapat menghalangi fragmen kimia anorganik tanah menyebabkan timbal di tanah menjadi semakin mudah larut dan lebih siap untuk diserap tumbuhan. (US EPA, 1986 diacu oleh Greene, 1993). Timbal yang tersimpan di tanah dipindahkan ke lapisan tanah atas pada permukaan tanah, di mana timbal dapat bertahan bertahun-tahun bahkan hingga 2000 tahun (Greene, 1993). Pengaruh Timbal (Pb) terhadap Perkembangan Biomassa A. microphylla Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan terhadap perkembangan biomassa A. microphylla yang dipengaruhi oleh kandungan timbal pada habitatnya, diketahui bahwa berat biomassa A. microphylla mengalami penurunan jika dibandingkan dengan kontrol. Pengukuran yang dilakukan pada hari H7 dengan konsentrasi timbal 1 ppm, berat biomassa A. microphylla 3,3% lebih sedikit dibandingkan kontrol, dan dengan konsentrasi 5 ppm beratnya 5,6% lebih sedikit dibandingkan kontrol. Sementara pada hari H14 berat biomassa A. microphylla dengan konsentrasi 1 ppm mengalami pengurangan sebesar 2,1% dibanding kontrol, dan dengan konsentrasi 5 ppm 8% lebih sedikit dibandingkan kontrol. Berdasarkan uji statistik ANOVA dengan uji lanjut BNJ terlihat bahwa perkembangan A. microphylla yang paling terhambat adalah pada konsentrasi 5 ppm, pengaruh konsentrasi timbal sangat nyata terhadap perkembangan biomassa A. microphylla. Penelitian yang dilakukan oleh Karimi dkk., (2013) pada tanaman Vicia faba dan Brassica arvensis, Bharwana dkk. (2013) pada pembibitan cotton, Singh dkk. (2013) pada tumbuhan air Hydrilla verticillata memaparkan bahwa tumbuhan dapat hidup pada media yang terpapar timbal, tetapi mengalami hambatan untuk berkembang. Menurut Karimi dkk. (2013) hal ini diduga terjadi karena tidak seimbangnya nutrisi yang tersedia menyebabkan unsur logam berat lebih banyak terakumulasi pada jaringan tumbuhan sehingga kemampuan tumbuhan untuk menyerap nutrisi berkurang.
  • 7. Xu dan Shi (2000) diacu oleh Cheng (2003) menjelaskan bahwa akumulasi unsur logam berat non- essensial bagi tumbuhan seperti timbal dalam jumlah banyak akan berdampak negatif pada penyerapan dan pemindahan unsur esensial, mengganggu metabolisme, dan mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi. Namun, Zhang dkk. (1999) diacu oleh Cheng (2003) menerangkan bahwa ketersediaan logam berat dengan dosis rendah dan tinggi dapat memperlihatkan efek yang berlawanan pada aktifitas fisiologi tumbuhan. Secara prosedur, aktifitas fisiologi dan biokimia tumbuhan meningkat menghasilkan produk metabolisme dalam jumlah banyak seperti glutathione (GSH), asam oksalat (oxalic acid), histidin, sitrat, dan protein pengikat logam untuk mengikat logam berat dan mendetoksifikasinya. Pengaruh Keberadaan Timbal (Pb) terhadap Kualitas Air Berdasarkan pengukuran kualitas air yang dilakukan pada media tumbuh A. microphylla, pengukuran kualitas air pada parameter suhu, DO, dan pH, diketahui bahwa nilai DO terendah terdapat pada konsentrasi timbal 5 ppm, pada hari H7 maupun H14. Sementara pH tertinggi pada perlakuan pemberian timbal 5 ppm pada hari H14 yaitu 7,3. Pemberian timbal pada konsentrasi 1 dan 5 ppm tidak begitu berdampak pada nilai pH. Namun, keberadaan logam berat di air mempengaruhi dampak yang nyata terhadap kandungan DO di air. Penelitian yang dilakukan oleh Abumourad dkk. (2013) menunjukkan bahwa konsentrasi timbal di suatu perairan menunjukkan korelasi yang bertolak belakang dengan konsentrasi DO dan tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap nilai pH dan temperatur. pH merupakan faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan spesies logam, kelarutan, transportasi, dan ketersediaan biologis logam dalam larutan air. Logam terlarut lebih berpotensi menjadi tersedia untuk berikatan pada proses biologi ketika pH menurun (Salomons, 1995 diacu oleh John dan Joel, 1996; Tak dkk., 2013). Laju reaksi kimia sangat dipengaruhi oleh perubahan suhu (Elder, 1989 diacu oleh John dan Joel 1996). Peningkatan suhu 10 o C dapat meningkatkan laju reaksi biokimia menjadi dua kali lipat. Suhu juga dapat mempengaruhi jumlah penyerapan logam oleh organisme karena laju proses biologis yang meningkat ketika suhu meningkat (Luoma, 1983; Prosi, 1989 diacu oleh John dan Joel 1996). Konsentrasi DO dalam air memberikan efek pada kelarutan logam yang mengendalikan potensi redoks. Biasanya, potensi redoks semakin tinggi seiring dengan meningkatnya konsentrasi DO dan kelarutan logam ke dalam air menjadi lebih besar, kecuali untuk besi dan mangan. Sebaliknya ketika DO menurun maka potensi redoks menjadi semakin kecil sehingga kelarutan logam menjadi rendah dan menyebabkan logam tersedimentasi (Tayab, 1991). Faktor Biokonsentrasi (BCF) Berdasarkan perhitungan BCF, diketahui bahwa nilai BCF pada hari H7 dengan konsentrasi timbal 1 ppm yaitu 0,2372 dan dengan konsentrasi 5 ppm bernilai 0,3295. Sementara pada hari H14 dengan konsentrasi timbal 1 ppm bernilai 0,2515 dan dengan konsentrasi 5 ppm bernilai 0,3536. Berdasarkan Tabel hasil nilai BCF dapat dilihat nilai BCF pada perlakuan 1 ppm lebih rendah daripada perlakuan
  • 8. 5 ppm. Selain itu, nilai BCF kedua perlakuan lebih tinggi pada hari H14 dibanding pada hari H7. Spesies tanaman dan ketersediaan unsur esensial juga mempengaruhi tingkat penyerapan logam. Ketersediaan hara dari nutrisi esensial yang melimpah seperti fosfor dan kalsium dapat mengurangi penyerapan unsur non-esensial oleh tanaman, tapi menyerap unsur yang mirip secara kimia seperi arsenik dan kadmium (Chaney, 1988 diacu oleh John dan Joel, 1996). Tak dkk. (2013) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa keberhasilan fitoremediasi tergantung pada kontaminasi tanah, ketersediaan biologis kontaminan logam, bentuk fraksi logam yang tersedia secara biologi di tanah dan kemampuan tumbuhan untuk menyerap dan mengakumulasi logam. Umumnya, tumbuhan dengan kapasitas akumulasi logam yang sangat tinggi tumbuh dengan lambat dan menghasilkan biomassa yang terbatas, terutama ketika konsentrasi logam di tanah tinggi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa 1. Kemampuan A. microphylla menyerap logam berat timbal pada konsentrasi yang berbeda dipengaruhi oleh konsentrasi logam berat pada media (air), semakin tinggi kandungan timbal, maka semakin banyak timbal yang dapat diserap oleh A. microphylla dengan batas tertentu. 2. Timbal dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan A. microphylla, semakin tinggi konsentrasi timbal pada media, semakin membatasi kemampuan A. microphylla untuk berkembang. 3. Jumlah biomassa A. microphylla yang dibutuhkan untuk mengurangi konsentrasi timbal di air berbeda tergantung pada konsentrasi timbal di air, semakin tinggi konsentrasi timbal di air, semakin banyak jumlah biomassa A. microphylla yang dibutuhkan. Saran Penelitian tentang berbagai potensi tumbuhan A. microphylla masih sangat sedikit, sehingga dibutuhkan banyak penelitian lain tentang potensi tumbuhan ini baik dalam hal fitoremediasi, nutrisi sebagai pakan maupun berbagai manfaat lain. Selain itu, dibutuhkan juga penelitian lebih lanjut tentang batas akhir toleransi A. microphylla terhadap logam berat timbal. DAFTAR PUSTAKA Abumourad, I.M.K., Mohammad M.N.A., dan Wafaa T.A. 2013. Heavy Metal Pollution and Metallothionein Expression: A Survey on Egyptian Tilapia Farms. Journal of Applied Sciences Research. 9(1):612- 619 Arnot, Jon A. and Frank A.P.C. Gobas. 2006. A Review of Bioconcentration Factor (BCF) and Bioaccumulation Factor (BAF) assessments for organic chemicals in aquatic organisms. Environ Rev. 14:257-297 Badan Standardisasi Nasional. 2011. Cara Uji Kimia Bagian 5: Penentuan Kadar Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Produk Perikanan.
  • 9. sisni.bsn.go.id (Diakses pada tanggal 31 Desember 2013) Bharwana, S.A., S. Ali, M.A. Farooq, F. Abbas, N. Iqbal, M.S.A. Ahmad, M.B. Shakoor. 2013. Influence of lead Stress on Growth, Photosynthesis and lead uptake in the Seedlings of Cotton. International Journal of Agronomy and Plant Production. Vol., 4(10), 2492-2501 Chaney, R.L., M. Malik, Y.M. Li, S.L. Brown, E.P. Brewer, J.S. Angle, A.J.M. Baker. 1997. Phytoremediation of Soil Metals. Environmental Biotechnology. 8:279-284 Cheng, S. 2003. Effects of Heavy Metals on Plants and Resistance Mechanisms. Environmental Science and Pollution Research. 10(4):256- 264 Greene, D. 1993. Effects of Lead on the Environment. LEAD Action News. 1(2) Juhaeti, T., F.Syarif, N.Hidayati. 2005. Inventarisasi Tumbuhan Hipertoleran Tailing Limbah Pengolahan Emas PT. Antam Pongkor. Biodiversitas. 6(1):31- 33 Karimi, R., S. Solhi, M. Salehi, M. Solhi, H. Mollahosaini. 2013. Effects of Cd, Pb and Ni on growth and macronutrient contents of Vicia faba L and Brassica arvensis L. International Journal of Agronomy and Plant Production. Vol., 4(4), 739-744 Khosravi, M., M. Taghi Ganji, R. Rakhshaee. 2005. Toxic Effect of Pb, Cd, Ni and Zn on Azolla filiculoides in The International Anzali Wetland. International Journal of Science and Technology. 2(1):35-40 McLean, J.E. and Bert E. Bledsoe. 1992. Behavior of Metals in Soils. EPA Ground Water. Singh, A., Kumar C.S., Aqarwal A. 2013. Effect of Lead and Cadmium on Aquatic Plant Hydrilla verticillata. Journal of Environmental Biology. 34(6):1027-31 Tak, H.I., F. Ahmad, and O.O. Babalola. 2013. Advances in the Application of Plant Growth-Promoting Rhizobacteria in Phytoremediation of Heavy Metals. Reviews of Environmental Contamination and Toxicology. 223(9):33-52 Tayab, M.R. 1991. Environmental Impact of Heavy Metal Pollution in Natural Aquatic Systems (Thesis). The University of West London. Brunel