SlideShare a Scribd company logo
BULAN KELUARGA 
Minggu II, 12 Oktober 2014 
Bacaan I 
Keluaran 32:1-14 
B 
M 
Ba 
Ke 
Ta 
M 
Tanggapan 
Mazmur 106:1-6, 19-23 
Ba 
Fil 
Bacaan II 
Filipi 4:1-9 
In 
M 
Injil 
Matius 22:1-14 
KETIKA 
TEKNOLOGI 
MENJADI TUAN 
ATAS MANUSIA 
DASAR PEMIKIRAN 
Manusia diberikan akal budi oleh Tuhan untuk mengusahakan 
kehidupannya. Sebagai respon atas akal budi yang diberikan 
Tuhan, maka manusia berkreasi dalam banyak hal untuk 
memudahkan kehidupan. Teknologi adalah salah satu hasil 
kreasi atau buah pemikiran manusia. 
Bila kita menengok perkembangan teknologi sekarang ini, 
tentunya kita pantas berbangga hati karena berbagai buah 
teknologi telah tercipta. Teknologi informasi contohnya, yang 
telah menghasilkan hand-phone (HP), laptop, gadget, televisi 
dan lain sebagainya. Dalam teknologi HP kita menjumpai 
dalam satu genggaman saja manusia dapat melakukan 
berbagai hal. Mulai dari menyampaikan informasi, belanja 
online, transaksi keuangan, sampai dengan bermain game lain. 
LPP Sinode Bulan keluarga 2014 21
Dari dunia televisi, kini kita dapat menemukan berbagai jenis 
televisi dengan bermacam-macam kelebihan. Kini kita dapat 
memilih televisi ukuran yang super besar, dengan layar datar 
yang ramping bentuknya. Perkembangan demi perkembangan 
ini sungguh membanggakan. Namun di sisi lain ada hal yang 
patut kita sayangkan, yakni ketika teknologi menjadi tuan atas 
manusia. 
Lambat laun perkembangan teknologi tersebut menarik 
manusia pada jerat ketergantungan. Manusia seakan tidak 
dapat hidup tanpa teknologi. Sebuah majalah pernah 
melakukan survei tentang tingkat ketergantungan manusia 
pada HP. Kepada responden ditanyakan mana yang membuat 
mereka lebih cemas: HP tertinggal atau dompet tertinggal. 
Sebagian responden menjawab, lebih cemas bila HP mereka 
yang tertinggal. 
Teknologi bukanlah hal yang buruk. Ia adalah buah pemikiran 
manusia untuk mempermudah kehidupan. Namun sayangnya 
kadangkala manusia larut pada hal sebaliknya, menjadikan 
teknologi seakan yang paling penting. Teknologi telah menjadi 
tuan atas mereka. Dampaknya, secara tidak sadar manusia 
digiring pada ketidakpedulian pada rekan atau temannya 
karena asyik dengan alat komunikasinya. Ketidakpedulian 
tidak hanya pada anggota keluarganya karena sibuk 
berkomunikasi dengan orang yang ada di tempat jauh sana, 
namun juga ketidakpedulian pada Tuhan karena merasa 
bahwa manusia dapat memenuhi segala kebutuhan hidup dari 
hasil buah pemikirannya sendiri. 
Dalam khotbah ini, kita akan belajar dari kesalahan masa 
lampau yang dilakukan oleh bangsa Israel, dengan membuat 
patung lembu emas sebagai tuhan atas mereka. Meskipun kita
tidak hidup pada masa keluarnya bangsa Israel dari tanah 
Mesir, namun jerat ilah palsu itu bisa datang kepada kita 
melalui berbagai wujud dan bentuk yang bermacam-macam. 
Salah satunya adalah teknologi. Ketika teknologi menjadi 
segala-galanya dalam hidup kita, maka teknologi telah menjadi 
Tuhan, tuan yang berkuasa dan “memerintah” dalam hidup 
kita. 
DAFTAR BACAAN ALKITAB 
Ada perbedaan antara bacaan leksionari GKJ dan GKI. 
Perbedaan terdapat pada Mazmur Tanggapan dan Bacaan 
Kedua. Pada Mazmur Tanggapan, leksionari GKI 
menambahkan ayat 19-23. Pada Bacaan Kedua, leksionari GKI 
menambahkan ayat 9. Penulis mengusulkan kita memakai 
daftar bacaan yang dipakai oleh GKI, karena ayat 19-23 dalam 
Mazmur 106 berhubungan dengan bacaan yang lain, demikian 
juga dengan ayat 9 pada bacaan ke 2. 
PENJELASAN TEKS 
Keluaran 32:1-14 
Kitab Keluaran secara jelas menggambarkan pergolakan iman 
bangsa Israel di tengah kesulitan hidup yang mereka jalani 
saat 
keluar dari Mesir. Dalam kitab ini digambarkan seramnya 
keberdosaan bangsa yang telah dipilih oleh Allah. Berulangkali 
mereka bersungut-sungut pada Allah. Ketika hendak 
menyeberang laut Teberau, saat mereka kesulitan air di Mara, 
dan saat mereka kelaparan di padang gurun Sin. Tetapi cerita 
dalam Keluaran 32 berbeda, karena mereka telah menerima 
perjanjian dengan Allah dan menerima ke 10 Hukum Tuhan. 
Oleh karenanya pemberontakan mereka kali ini sungguh serius
dibandingkan dengan sungut-sungut yang mereka lakukan 
sebelumnya. 
Alasan mereka meminta Harun membuatkan patung tuangan 
adalah karena Musa tak kunjung turun dari puncak gunung 
Sinai. Musa dengan jelas sudah berpesan supaya mereka 
menunggu di kaki gunung Sinai sampai ia kembali (Kel. 24:14). 
Baru beberapa hari berlalu, bangsa Israel yang telah diberkati 
dan diselamatkan itu beramai-ramai datang kepada Harun dan 
meminta dibuatkan allah lain (ay. 1). Mereka teringat pada 
praktik penyembahan berhala yang mereka saksikan ketika 
hidup di Mesir. 
Menghadapi tuntutan yang dilakukan oleh orang banyak itu, 
Harun pun akhirnya mengalah. Terjadilah pemberontakan 
dalam bentuk penyembahan berhala di kaki gunung, di mana 
mereka telah menerima kesepuluh Firman Tuhan. Harun 
meminta mereka mengumpulkan perhiasan dan kemudian 
dilebur dan dibentuk menjadi anak lembu (ay. 4). Pembuatan 
patung lembu emas oleh Harun adalah sebuah peristiwa 
kemunduran iman, karena dipengaruhi oleh kehidupan di 
Mesir. Di Mesir, binatang-binatang yang hidup dipandang 
suci. Dewa-dewa digambarkan mempunyai kepala binatang 
dan bahkan juga bertubuh binatang (The New Bible 
Commentary, 
1976, London). 
Kesalahan mereka berlipat ketika Harun membuatkan mezbah 
bagi anak lembu itu dan mengumandangkan perayaan bagi 
patung tersebut (ay. 5). Berulang kali peringatan untuk tidak 
menyembah berhala disampaikan Tuhan (bdk. Im. 17:7, Yos. 
24:14, Yeh. 20:18), yang menandakan bahwa Allah tidak 
menyukai tindakan tersebut. Kini malah mereka terjatuh pada 
dosa yang dibenci Tuhan (ay. 6)!
Melihat hal tersebut, Tuhan Allah murka atas apa yang 
dilakukan umat Israel. Bahkan dalam ayat 7 tersirat 
kemarahan Allah yang mendalam. “Pergilah, turunlah kepada 
bangsamu yang kau pimpin keluar dari tanah Mesir, telah 
rusak lakunya.” Tuhan Allah tidak lagi menyebut mereka 
sebagai milik-Nya, melainkan menggunakan kata ganti 
bangsamu. Mereka telah menyimpang dengan cepat, tanpa 
mengingat pertolongan Tuhan Allah selama ini. Allah 
mencurahkan murka-Nya atas mereka (ay. 10). Tuhan Allah 
tidak berkenan kepada pelanggaran bangsa Israel. Allah tidak 
boleh diduakan. 
Mendengar kemarahan Tuhan Allah, maka Musa berusaha 
melunakkan hati Tuhan. Ia mencoba mengingat perjanjian 
Tuhan kepada bangsa Israel. Dalam ayat 13 dikatakan 
“Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba- 
Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi 
diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan 
membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan 
seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan 
kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.” 
Mendengar permohonan Musa, maka Tuhan 
mengurungkan niatnya. Dalam ayat 14 dikatakan “Dan 
menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan- 
Nya atas umat-Nya.” Kejahatan yang dilakukan oleh bangsa 
Israel sesungguhnya amat serius, namun karena mengingat 
perjanjian-Nya, maka Ia berkenan meredakan amarah-Nya. 
Mazmur 106:1-6, 19-23 
Mazmur 106 adalah kelanjutan dari Mazmur 105 yang 
menggambarkan ketidaklayakan umat yang terpilih kepada 
Allah karena mereka sering melanggar perintah Allah. Dalam 
Mazmur sebelumnya (Pasal 105) kita melihat kesetiaan Allah 
dalam berkat-berkat yang dijanjikan. Dalam bagian ini, 
pemazmur melihat kesetiaan Allah dalam penghakiman-Nya.
Ketika manusia melanggar perintah Tuhan, Ia tetap mengasihi 
umat-Nya. 
Mazmur 106 didahului dengan kesaksian tentang kebaikan 
Tuhan yang kekal untuk selama-lamanya. Refleksi ini 
didasarkan pada pengalaman bangsa Israel yang telah 
mengalami suka-duka, dalam kesetiaan maupun segala 
pelanggaran yang pernah dilakukan kepada Allah. Refleksi 
mereka menyimpulkan bahwa Tuhan Allah tetap setia. 
Ayat 2 merupakan pujian atas kemuliaan Tuhan. Manusia 
tidak dapat menjangkau maksud dan rancangan Tuhan atas 
mereka. Disambung dengan ayat 3 yang meyakinkan umat 
bahwa mereka yang melakukan perintah Tuhan adalah orang 
yang berbahagia. Selanjutnya dalam ayat 4-5 adalah sebuah 
permohonan agar Tuhan senantiasa mengingat perjanjian-Nya 
dan melestarikan berkat atas mereka. 
Dalam ayat 6, pemazmur mengingat pelanggaran bangsa Israel 
sepanjang hidupnya. Dosa itu dilakukan tidak hanya pada 
masa kini (dengan kata “kami”), namun juga sudah dilakukan 
jauh sebelumnya (dengan ganti “nenek moyang kami”). 
Selanjutnya dalam ayat 19-23 secara jelas mengacu pada 
pelanggaran nenek moyang bangsa Israel yang merujuk pada 
pelanggaran bangsa Israel yang tertulis dalam bacaan I 
(Keluaran 32). Pada ayat 19 dikatakan “Mereka membuat anak 
lembu di Horeb, dan sujud menyembah kepada patung 
tuangan.” Diperjelas pada ayat 23, “Maka Ia mengatakan 
hendak memusnahkan mereka, kalau Musa, orang pilihan- 
Nya, tidak mengetengahi di hadapan-Nya, untuk 
menyurutkan amarah-Nya, sehingga Ia tidak 
memusnahkan mereka.” Namun di balik pelanggaran itu, 
hakikat Tuhan tetap sama, yaitu “Bahwasanya untuk selama-lamanya 
kasih setia-Nya” (ay. 1).
Filipi 4:1-9 
Pasal 4 diawali dengan pujian Rasul Paulus kepada jemaat 
Filipi atas kesetiaan mereka. Dalam ayat 1 dikatakan “Karena 
itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, 
sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh 
dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!” Kasih 
sayang Paulus kepada jemaat Filipi tergambar jelas dalam ayat 
ini. Ia mengasihi dan bahkan merindukan jemaat di Filipi. 
Bahkan Paulus menyebut jemaat Filipi sebagai makhotanya. 
Dalam bahasa Yunani ada dua kata untuk menunjuk kata 
mahkota dan masing-masing memiliki latar belakang yang 
berbeda. Yang pertama didamema, artinya “mahkota 
kerajaan.” Yang kedua stefanos. Kata inilah yang dipakai 
Paulus dalam ayat ini. Kata stefanos mengandung dua 
pemahaman: [1] inilah mahkota yang dikenakan pada atlet 
pemenang dalam pesta olahraga Yunani. Mahkota ini dibuat 
dari daun Zaitun liar yang dianyam dengan daun Parsli 
(sejenis Seledri) hijau dan daun Murbei. Memeroleh 
makhota ini adalah dambaan setiap atlet. [2] Stefanos adalah 
juga mahkota yang dikenakan pada para tamu yang diundang 
ke pesta sukacita. Jadi Paulus mau mengatakan bahwa umat 
Filipi adalah mahkota segala jerih payahnya. Lebih jauh lagi, 
Paulus hendak mengatakan bahwa pada pesta sukacita yang 
diadakan Allah, jemaat Filipi adalah mahkota pesta baginya. 
Pada ayat 1b Paulus meminta kepada jemaat yang dikasihinya 
itu untuk berdiri teguh di dalam Tuhan. Hanya dengan cara itu 
mereka dapat menolak godaan dan mengatasi kelemahan 
dirinya. Kata yang dipakai adalah stekete, yang disamakan 
dengan seorang serdadu yang berdiri teguh menghadapi 
musuh-musuh yang menyerangnya dalam pertempuran yang 
hebat. Gereja dan orang-orang Kristen hanya dapat berdiri 
teguh jika mereka berada di dalam Kristus.
Selanjutnya dalam ayat 2-3 secara tersirat tergambar adanya 
konflik di antara dua tokoh kekristenan di Filipi, yaitu Euodia 
dan Sintikhe. Dalam kerangka mendamaikan, Paulus 
menasihati Euodia dan Sintikhe supaya sehati sepikir di dalam 
Tuhan. Kemungkinan keduanya adalah perempuan yang 
rumahnya dipakai oleh jemaat Filipi untuk berkumpul. Dari 
informasi ini kita melihat ada hal yang menarik, yakni kaum 
perempuan ternyata memegang peranan penting dalam salah 
satu jemaat mula-mula. 
Dalam ayat 3 Paulus meminta Sunsogos, yang disebutnya 
sebagai “temanku yang setia” untuk menolong mereka berdua. 
Menurut William Barclay ada beberapa kemungkinan tentang 
siapa yang dimaksudkan sebagai Sunsogos di sana. 
Kemungkinan pertama ia adalah para suami dari Euodia dan 
Sintikhe yang dihimbau untuk ikut membantu istrinya 
menyelesaikan pertengkaran. Kemungkinan kedua, ia adalah 
para pemimpin jemaat yang lain seperti Lidia, Timotius, Silas, 
atau gembala Gereja Filipi. Kemungkinan ketiga, menunjuk 
pada Epafroditus, si pembawa surat. Jadi Paulus menugasinya 
bukan hanya untuk membawa surat, melainkan juga untuk 
mendamaikan umat Filipi. Siapapun yang dimaksud dengan 
Sunsogos, yang pasti bagi Paulus konflik harus diselesaikan 
dengan damai. 
Pada ayat 4-5 Rasul Paulus menghimbau umat Filipi untuk 
senantiasa bersukacita dalam segala hal. Sukacita mereka 
harus didasarkan kepada Tuhan. Dalam ayat 6-7 diharapkan 
umat menautkan segala angan pikirannya kepada Tuhan, 
tanpa perlu merasa khawatir. Adapun ayat 8-9 berupa 
tuntutan logis umat Kristus untuk menghasilkan pemikiran 
yang baik yang akan menjadi sumber damai sejahtera.
Matius 22:1-14 
Dalam Matius 22:1-14 Yesus memakai perumpamaan tentang 
perjamuan kawin untuk menggambarkan kerajaan Sorga. 
Perumpamaan yang dipakai Yesus ini bersumber dari 
kebiasaan orang Yahudi saat melakukan pesta perkawinan. 
Kebiasaan mereka, dalam undangan pesta perkawinan yang 
disebarkan waktu pelaksanaannya belum disebutkan. Barulah 
jikalau segala sesuatu telah siap, para hamba diutus untuk 
memberitahukan para undangan tentang waktu pelaksanaan 
pesta itu. Raja dalam perumpamaan ini sudah sejak lama 
menyebarkan undangan. Ketika segalanya siap, panggilan 
disampaikan para hamba, yang sayangnya ditolak oleh para 
penerima undangan. Sungguh, sesuatu yang sangat 
menyakitkan. 
Menurut W. Barclay, perumpamaan ini mempunyai dua arti. 
[1] Dalam arti lokal. Arti lokalnya, melalui perumpamaan ini 
Yesus mendakwa orang-orang Yahudi. Gambarannya adalah 
para undangan yang menolak. Sejak dahulu mereka telah 
diundang (baca: dipanggil) untuk menjadi umat pilihan Allah. 
Namun ketika Anak Allah datang ke dunia, mereka yang 
diundang justru menolak-Nya mentah-mentah. Karena itu 
undangan Allah dialihkan para orang-orang di jalan-jalan dan 
di persimpangan-persimpangan jalan, yang menunjuk pada 
para pendosa dan orang-orang bukan Yahudi, yang tidak 
pernah bermimpi menerima undangan memasuki Kerajaan 
Allah. 
[2] Dalam arti luas. Arti luasnya, melalui perumpamaan ini 
Allah memanggil orang-orang non-Yahudi (termasuk kita) 
untuk menerima undangan-Nya. Ada beberapa hal terkait 
dengan arti luas perumpamaan ini. 
a. Perumpamaan ini mengingatkan bahwa undangan Allah 
adalah undangan untuk mengikuti pesta perkawinan.
Sebagaimana pesta perkawinan yang berisi sebuah 
sukacita, maka panggilan kita adalah untuk merasakan 
sukacita bersama Tuhan. 
b. Perumpamaan ini mengingatkan kita, bahwa hal-hal 
yang menyebabkan manusia tuli terhadap undangan 
Tuhan belum tentu hal-hal buruk. Dalam perumpamaan 
itu dikatakan, alasan ketidakdatangan mereka. Ada yang 
sedang mengurus ladangnya dan ada yang pergi 
mengurus usahanya. Mereka tidak pergi untuk pesta 
pora atau mabuk-mabukan. Mereka pergi untuk 
mengurus tugasnya. Namun mereka lupa ada hal yang 
lebih penting dari itu semua. Sungguh mudah bagi 
manusia untuk bersibuk-sibuk dengan hal-hal yang 
bersifat sementara sehingga melupakan hal-hal yang 
bersifat kekal. 
c. Perumpamaan ini mengingatkan kita bahwa himbauan 
Kristus bukanlah supaya kita lebih mempertimbangkan 
hukuman yang akan diterima atau apa yang tidak akan 
diterima bila kita menolaknya. Mereka yang tidak datang 
memang dihukum, tetapi tragedi sesungguhnya adalah 
mereka kehilangan sukacita pesta perkawinan itu. 
d. Undangan yang disampaikan Allah adalah undangan 
anugerah. Undangan itu datang kepada siapa saja dan 
dibuka dengan tangan lebar. 
Perumpamaan berikutnya (ay. 11-14) mengisahkan tentang 
seorang tamu yang hadir di pesta perkawinan kerajaan tanpa 
mengenakan pakaian pesta. Cara seseorang datang 
menunjukkan jiwa yang mendorong ia datang. Jika kita 
hendak datang ke rumah orang yang kita hormati, tentu kita 
tidak mengenakan pakaian kotor yang habis kita pakai di 
tempat kerja. Ini bukan berarti pakaianlah yang dipentingkan, 
namun pakaian menunjukkan penghormatan kita kepadanya. 
Begitu pula dengan kedatangan kita ke rumah Allah. 
Perumpamaan ini tidak ada kaitannya dengan pakaian yang 
kita kenakan di
gereja, tetapi berkaitan dengan persiapan jiwa kita untuk pergi 
ke rumah Allah. Apakah kedatangan kita ke rumah-Nya 
dengan membawa hati yang penuh hormat serta kesungguhan 
hati, atau sekedar datang saja? 
Berita Yang Hendak Disampaikan 
Teknologi bukanlah sesuatu yang jahat, ia netral pada dirinya 
sendiri. Penggunanyalah yang terkadang memperlakukan 
teknologi sebagai pemenuh segala kebutuhan hidupnya. Ketika 
manusia jatuh pada ketergantungan pada teknologi sebagai 
pemenuh segala kebutuhan hidupnya, maka teknologi telah 
menjema menjadi “patung lembu emas” masa kini. Apabila 
kita sangat bergantung pada teknologi maka kita jatuh pada 
kesalahan sama yang pernah dilakukan oleh bangsa Israel, 
dengan menduakan Allah, menggantikan Allah dengan alat 
teknologi buatan manusia. 
Kita perlu mengaku dosa seperti apa yang dilakukan oleh 
pemazmur dalam Mazmur 106 atas dosa menduakan Allah. 
Demikian juga kita perlu belajar dari jemaat di Filipi yang 
menjadi sumber sukacita dan kebanggaan Paulus. Paulus 
mengingatkan mereka supaya berdiri kokoh dan tidak goyah 
dalam iman, dengan berlandaskan pada Kristus. Sementara itu 
bacaan Injil mengingatkan kepada kita bahwa untuk 
menikmati sukacita dalam kehidupan Kerajaan Sorga, maka 
kita perlu mempersiapkan diri kita sebaik mungkin. Caranya: 
dengan kesungguhan hati dan penghormatan sepenuhnya 
kepada Allah, sang pemiliki kehidupan. 
KHOTBAH 
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, ada sebuah film 
menarik yang berjudul “Electric Dreams: The 1990’s” (lihat
h t t p :/ / w w w . y o u t u b e . co m/w a t c h ?v=9EHDVvx-dQs). Film ini 
bertutur tentang perkembangan teknologi setelah tahun 1990- 
an. Film tersebut menyoroti pengaruh perkembangan 
teknologi pada penggunanya dalam rentang waktu 1990 
sampai 2000-an. Sebuah riset dilakukan pada salah satu 
keluarga yang memiliki ketergantungan pada teknologi. 
Mereka hidup pada era millennium ke-2 di mana berbagai 
evolusi teknologi telah terjadi. Keluarga tersebut senang 
menggunakan teknologi yang canggih, dan secara tidak sadar 
hal tersebut memengaruhi penggunanya. Mereka lebih asyik 
dengan kehidupannya sendiri dan jadi anti sosial. Yang tampak 
dalam keluarga tersebut adalah mereka jarang berkomunikasi 
secara langsung. Semua berkutat dengan gadget-nya masing-masing. 
Bahkan saat di meja makanpun pikiran mereka 
terhubung dengan dunia di luar sana. 
Menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang pada kehidupan 
mereka, yakni komunikasi yang hangat dalam keluarga, maka 
mereka menyulap rumah mereka kembali ke era 1990-an. 
Bahkan semua setting-nya diatur sedemikian sehingga persis 
dengan era 90. Komputer menggunakan DOS dan disket 
besar; radio tape yang masih menggunakan kaset; TV hitam 
putih dengan 6 channel, dsb. Justru dalam keadaan seperti itu, 
komunikasi di antara anggota keluarga berjalan dengan baik. 
Dari film itu kita belajar, kemajuan teknologi memang akan 
memudahkan manusia, namun tanpa disadari ada bahaya 
ketergantungan. Orang kemudian selalu mengandalkan 
gadget-nya. Contoh kecil saja, ada survei tentang tingkat 
ketergantungan manusia pada HP. Kepada responden 
ditanyakan mana yang membuat mereka lebih cemas: HP 
tertinggal atau dompet tertinggal. Sebagian responden 
menjawab, lebih cemas bila HP mereka yang tertinggal. Tanpa 
sadar, kita sudah menjadi generasi digital!
Para generasi digital hidup dalam paradigma “jauh tapi dekat, 
dekat tapi jauh.” Dengan teknologi itu, jarak sudah mati 
karena semua orang terhubung seketika. Tetapi mereka yang 
ada di depan mata menjadi terasa jauh, saat kita terlalu asyik 
dengan gadget masing-masing dan tidak berbicara dengan 
orang yang ada di depannya. Bahkan lebih parahnya lagi 
teknologi ternyata mampu mengalihkan perhatian kita pada 
Tuhan. 
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, bangsa Israel pernah 
melakukan kesalahan fatal dalam kehidupan iman mereka. 
Dalam perjalanan keluar dari bangsa Mesir, mereka singgah di 
Gunung Sinai. Di gunung Sinai, Musa pemimpin mereka 
mendapat perintah dari Allah untuk menerima berbagai 
perintah dari Tuhan. Setting cerita dalam Keluaran 32 adalah 
kepergian Musa ke puncak gunung Sinai untuk yang kedua 
kalinya. Dalam kesempatan pertama Musa telah menerima 
Kesepuluh Firman dan menyampaikannya pada bangsa Israel 
(Kel. 20). Pada saat kepergian Musa yang kedua kalinya ke 
puncak gunung Sinai inilah terjadi tragedi pelanggaran yang 
mengerikan. Saat mereka menunggu Musa tak kunjung turun 
dari puncak Sinai, hati mereka mulai tidak sabar. Mereka 
menganggap bahwa Musa telah mengulur-ulur waktu (Kel. 
32:1). Itulah protes mereka pada Harun dan meminta Harun 
membuat “allah baru” yang akan menuntun perjalanan mereka 
(ay. 1). Dalam perjalanan sebelumnya mereka juga sudah 
berkali-kali mengeluh kepada Tuhan. Sebut saja ketika mereka 
dikejar-kejar oleh tentara Firaun di bibir pantai Laut Teberau, 
mereka mengeluh kepada Tuhan (Kel. 14:10-12), demikian juga 
saat mereka kesulitan air di Mara (Kel. 15:22-27), serta kala 
mereka kesulitan makanan di padang gurun Sin (Kel. 16:1-12). 
Dalam setiap keluh kesah mereka sebelumnya Tuhan 
senantiasa menolong mereka. Dan kini dalam Keluaran 32 hal 
itu terjadi kembali. Bangsa Israel tidak belajar dari 
pengalaman
tuntunan Tuhan. Mereka melakukan pelanggaran yang 
mengerikan dengan menduakan, bahkan menggantikan Allah 
dengan sebuah patung lembu emas (Kel 32:4). Bahkan mereka 
berpesta pora dan mempersembahkan korban di depan sebuah 
patung yang sesungguhnya adalah benda mati. Kesalahan 
mereka menjadi semakin fatal, karena mereka sesungguhnya 
sudah menerima kesepuluh hukum Tuhan. Dalam perintah- 
Nya yang pertama dan kedua dengan jelas diperintahkan 
"Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar 
dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada 
padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu 
patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, 
atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air 
di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau 
beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah 
Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa 
kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan 
keempat dari orang-orang yang membenci Aku.” 
Tak ayal, ketika Tuhan Allah mengetahui apa yang dilakukan 
oleh bangsa Israel, Ia menjadi marah dan hendak menimpakan 
hukuman pada mereka (kel 32:10). Mendengar kemarahan 
Tuhan dan rencana-Nya hendak membinasakan bangsa Israel, 
Musa menyampaikan permohonan pengampunan kepada 
Tuhan. Dan Tuhan Allah meredakan amarah-Nya karena 
mengingat perjanjian yang pernah disampaikan Tuhan kepada 
umat-Nya. 
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, meskipun dalam bentuk 
yang tidak sama, kita mungkin pernah melakukan kesalahan 
serupa seperti yang pernah dilakukan oleh bangsa Israel. Kita 
mungkin pernah menduakan Allah dengan cara menggantikan 
Allah dengan kesenangan, barang, atau hal-hal yang lain. Salah 
satunya adalah alat-alat teknologi yang selama ini kita pakai.
Tanpa sadar alat-alat itu telah menjelma menjadi allah yang 
baru dalam kehidupan kita. Teknologi yang seharusnya 
menjadi teman dalam kehidupan kita, yang mempermudah 
kehidupan manusia, telah menjadi tuan yang menguasai 
kehidupan manusia. Lihatlah, tanpa sadar kehidupan rumah 
tangga kita. Teknologi telah menggeser peran anggota 
keluarga, kerena masing-masing anggota keluarga sibuk 
dengan alat komunikasi mereka masing-masing. 
Seorang ibu pernah bercerita pada saya, bahwa hatinya sedih 
dan membutuhkan penghiburan. Ibu ini baru saja kehilangan 
suaminya. Ia merasa kesepian di rumah. Sesungguhnya Ibu 
tersebut tidak tinggal sendirian. Ada anak, menantu dan 
cucunya. Namun ia mengeluh kepada saya, “Saya di rumah 
terasa sepi Pak Pendeta. Cucu tidak bisa diajak bermain dan 
bercanda bersama-sama. Kalau pulang, langsung masuk kamar 
dan sibuk dengan dirinya sendiri. Kalau sudah mainan HP dan 
laptop mereka enggan keluar kamar dan sampai lupa makan.” 
Pada kesempatan yang lain, saat saya bepergian dalam 
perjalanan pulang bersama rombongan pemuda-remaja Gereja 
dari Solo menuju Wates. Kami berhenti di salah satu tempat 
pengisian bahan bakar. Para penumpang turun dari mobil 
untuk pergi ke kamar mandi. Saat mereka antri, senyuman 
muncul dari bibir saya, ketika memerhatikan salah satu remaja 
berpose mengambil foto terlebih dahulu di depan pintu toilet. 
Mereka bernarsis-ria di depan pintu kamar mandi. Saat saya 
bertanya kenapa mereka melakukan itu, mereka menjawab 
“Untuk up-date status Pak.” 
Cerita yang lain berkisah tentang salah satu anak remaja yang 
sudah agak lama tidak pergi persekutuan, dan ketika saya 
bersama pengurus Remaja menengok ke rumahnya, rupanya ia 
sedang asik bermain laptop. Saat ditanya kenapa sudah
beberapa waktu tidak pergi ke gereja, remaja tersebut 
menjawab “Sedang sibuk he Pak, kadang-kadang lagi tanggung 
main game.” 
(Catatan: ilustrasi dapat diganti dengan pengalaman yang 
dialami masing-masing pengkhotbah saat menjumpai 
ketergantungan orang pada teknologi) 
Jika kemudian Allah marah pada umat Israel yang menduakan 
diri-Nya, Ia pun tengah marah pada orang-orang yang lebih 
mengandalkan apapun selain diri-Nya. Allah tidak marah pada 
kemajuan teknologi. Yang Ia tidak sukai adalah ketika orang-orang 
justru menjadikan teknologi sebagai yang paling utama, 
yang paling penting. 
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita perlu belajar dari 
Jemaat di Filipi. Kesetiaan dan ketekunan jemaat Filipi telah 
menjadi kebanggaan dan sukacita Rasul Paulus. Bahkan 
mereka dianggap sebagai mahkota bagi Rasul Paulus. Namun 
demikian Paulus sadar benar, bahwa sekalipun saat ini mereka 
telah setia dan tekun dalam iman kepada Tuhan, namun 
tantangan hidup akan terus mereka alami. Oleh karenanya, 
Paulus mengingatkan mereka dalam Filipi 4:1 “Karena itu, 
saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, 
sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh 
dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!” Mereka 
diperintahkan untuk berdiri teguh dan tidak menjadi goyah 
dalam iman. Meskipun berbagai tantangan dan iming-iming 
muncul dari luar untuk meninggalkan Tuhan, Paulus meminta 
jemaat Filipi tetap teguh dan setia. 
Demikian juga bacaan Injil dalam Matius 22:1-14 Tuhan Yesus 
memberikan perumpamaan tentang Kerajaan Sorga. Bahwa 
untuk masuk dalam Kerajaan Sorga bukanlah sembarangan.
Dibutuhkan kesungguhan hati dan kesetiaan. Mereka yang 
tidak bersolekkan iman, tidak layak untuk menikmati sukacita 
kerajaan sorga. 
Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, jangan biarkan 
teknologi menjadi tuan dalam kehidupan kita. Yang menggeser 
peran anggota keluarga bahkan menggeser kedudukan Tuhan 
sebagai pemilik kehidupan kita. Marilah kita senantiasa berdiri 
teguh dalam iman dan kesetiaan kepada Tuhan serta 
bersolekkan kesetiaan dan iman sehingga layak bersama-sama 
dalam sukacita Kerajaan Sorga. Amin. 
[ATS]

More Related Content

What's hot

Pandangan gereja tentang hidup setelah kematian
Pandangan gereja tentang hidup setelah kematianPandangan gereja tentang hidup setelah kematian
Pandangan gereja tentang hidup setelah kematian
Giovanni Promesso
 
Kitab Suci (Katolik) Perjanjian Baru
Kitab Suci (Katolik) Perjanjian BaruKitab Suci (Katolik) Perjanjian Baru
Kitab Suci (Katolik) Perjanjian Baru
JasonCundrawijaya
 
Memahami konstitusi dogmatis dei verbum
Memahami konstitusi dogmatis dei verbumMemahami konstitusi dogmatis dei verbum
Memahami konstitusi dogmatis dei verbum
albertus purnomo
 
Remaja kristen
Remaja kristenRemaja kristen
Remaja kristen
Friskilla Suwita
 
Ringkasan Perjanjian Baru (Buku Williy Marxen)
Ringkasan Perjanjian Baru (Buku Williy Marxen)Ringkasan Perjanjian Baru (Buku Williy Marxen)
Ringkasan Perjanjian Baru (Buku Williy Marxen)
onchy
 
Hidup berkelimpahan di dalam Tuhan
Hidup berkelimpahan di dalam TuhanHidup berkelimpahan di dalam Tuhan
Hidup berkelimpahan di dalam Tuhan
Eross Yonathan
 
tantangan eksternal dalam gereja
tantangan eksternal dalam gerejatantangan eksternal dalam gereja
tantangan eksternal dalam gereja
Brigitha Galilea Adu
 
Syahadat Para Rasul
Syahadat Para RasulSyahadat Para Rasul
Syahadat Para Rasul
Stanis Suliangto
 
Bagaimana Belajar Alkitab? Baca Gali Alkitab
Bagaimana Belajar Alkitab?   Baca Gali AlkitabBagaimana Belajar Alkitab?   Baca Gali Alkitab
Bagaimana Belajar Alkitab? Baca Gali Alkitab
SABDA
 
Liturgi natal ragam profesi
Liturgi natal ragam profesiLiturgi natal ragam profesi
Liturgi natal ragam profesi
tira kristy
 
Ensiklik laodato si indonesia
Ensiklik laodato si indonesiaEnsiklik laodato si indonesia
Ensiklik laodato si indonesia
Kornelis Ruben
 
Tugas presentasi agama(gereja)
Tugas presentasi agama(gereja)Tugas presentasi agama(gereja)
Tugas presentasi agama(gereja)Dearest Rome
 
Roh kudus
Roh kudus Roh kudus
Roh kudus
gmahkjerusalem
 
Seminar deuterokanonika bandung
Seminar deuterokanonika bandungSeminar deuterokanonika bandung
Seminar deuterokanonika bandung
albertus purnomo
 
Ptt karya pengampunan allah
Ptt  karya pengampunan allah Ptt  karya pengampunan allah
Ptt karya pengampunan allah
RuangguruKristen
 
Kebaktian anak dan remaja
 Kebaktian anak dan remaja Kebaktian anak dan remaja
Kebaktian anak dan remaja
Budi Siswanto Polowiwi
 
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
Kornelis Ruben
 
Aliran pentakosta
Aliran pentakostaAliran pentakosta
Aliran pentakosta
Derseli Enjelina Marpaung
 

What's hot (20)

Pandangan gereja tentang hidup setelah kematian
Pandangan gereja tentang hidup setelah kematianPandangan gereja tentang hidup setelah kematian
Pandangan gereja tentang hidup setelah kematian
 
Kitab Suci (Katolik) Perjanjian Baru
Kitab Suci (Katolik) Perjanjian BaruKitab Suci (Katolik) Perjanjian Baru
Kitab Suci (Katolik) Perjanjian Baru
 
Memahami konstitusi dogmatis dei verbum
Memahami konstitusi dogmatis dei verbumMemahami konstitusi dogmatis dei verbum
Memahami konstitusi dogmatis dei verbum
 
Remaja kristen
Remaja kristenRemaja kristen
Remaja kristen
 
Ringkasan Perjanjian Baru (Buku Williy Marxen)
Ringkasan Perjanjian Baru (Buku Williy Marxen)Ringkasan Perjanjian Baru (Buku Williy Marxen)
Ringkasan Perjanjian Baru (Buku Williy Marxen)
 
Hidup berkelimpahan di dalam Tuhan
Hidup berkelimpahan di dalam TuhanHidup berkelimpahan di dalam Tuhan
Hidup berkelimpahan di dalam Tuhan
 
tantangan eksternal dalam gereja
tantangan eksternal dalam gerejatantangan eksternal dalam gereja
tantangan eksternal dalam gereja
 
Syahadat Para Rasul
Syahadat Para RasulSyahadat Para Rasul
Syahadat Para Rasul
 
Bagaimana Belajar Alkitab? Baca Gali Alkitab
Bagaimana Belajar Alkitab?   Baca Gali AlkitabBagaimana Belajar Alkitab?   Baca Gali Alkitab
Bagaimana Belajar Alkitab? Baca Gali Alkitab
 
Liturgi natal ragam profesi
Liturgi natal ragam profesiLiturgi natal ragam profesi
Liturgi natal ragam profesi
 
Doa & saat teduh
Doa & saat teduhDoa & saat teduh
Doa & saat teduh
 
Ensiklik laodato si indonesia
Ensiklik laodato si indonesiaEnsiklik laodato si indonesia
Ensiklik laodato si indonesia
 
Tugas presentasi agama(gereja)
Tugas presentasi agama(gereja)Tugas presentasi agama(gereja)
Tugas presentasi agama(gereja)
 
Roh kudus
Roh kudus Roh kudus
Roh kudus
 
Baptisan air
Baptisan airBaptisan air
Baptisan air
 
Seminar deuterokanonika bandung
Seminar deuterokanonika bandungSeminar deuterokanonika bandung
Seminar deuterokanonika bandung
 
Ptt karya pengampunan allah
Ptt  karya pengampunan allah Ptt  karya pengampunan allah
Ptt karya pengampunan allah
 
Kebaktian anak dan remaja
 Kebaktian anak dan remaja Kebaktian anak dan remaja
Kebaktian anak dan remaja
 
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
Aku Pribadi yang Unik (SMA X)
 
Aliran pentakosta
Aliran pentakostaAliran pentakosta
Aliran pentakosta
 

Similar to 06 bahan khotbah minggu 2

Allah mengasihi bangsa bangsa (aspek teologis)
Allah mengasihi bangsa bangsa (aspek teologis)Allah mengasihi bangsa bangsa (aspek teologis)
Allah mengasihi bangsa bangsa (aspek teologis)
Daniel Saroengoe
 
Pelajaran ss 9 qtr 3 2015 petrus dan bangsa lain
Pelajaran ss 9 qtr 3 2015 petrus dan bangsa lainPelajaran ss 9 qtr 3 2015 petrus dan bangsa lain
Pelajaran ss 9 qtr 3 2015 petrus dan bangsa lain
Haisler Vasco Layup
 
Assosiation
AssosiationAssosiation
Assosiation
Mirza Shahreza
 
Pelajaran sekolah sabat ke --2 triwulan III 2021
Pelajaran sekolah sabat ke --2 triwulan III 2021Pelajaran sekolah sabat ke --2 triwulan III 2021
Pelajaran sekolah sabat ke --2 triwulan III 2021
David Syahputra
 
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 2
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 2Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 2
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 2
Adam Hiola
 
Hidup mati dikuasai lidah rev. 5 agst 2020
Hidup mati dikuasai lidah  rev. 5 agst 2020Hidup mati dikuasai lidah  rev. 5 agst 2020
Hidup mati dikuasai lidah rev. 5 agst 2020
BonggasLT
 
Pelajaran sekolah sabat ke-8 triwulan I 2019
Pelajaran sekolah sabat ke-8 triwulan I 2019Pelajaran sekolah sabat ke-8 triwulan I 2019
Pelajaran sekolah sabat ke-8 triwulan I 2019
David Syahputra
 
Selamat tinggal firaun!
Selamat tinggal firaun!Selamat tinggal firaun!
Selamat tinggal firaun!
Bang Tonang
 
Ringk alk ul (5)
Ringk alk ul (5)Ringk alk ul (5)
Ringk alk ul (5)
yashida_santjoko
 
Dajjal dan-ya-juj-wa-ma-juj
Dajjal dan-ya-juj-wa-ma-jujDajjal dan-ya-juj-wa-ma-juj
Dajjal dan-ya-juj-wa-ma-juj
Adi Utami
 
Pelajaran sekolah sabat ke-9 triwulan I 2019
Pelajaran sekolah sabat ke-9 triwulan I 2019Pelajaran sekolah sabat ke-9 triwulan I 2019
Pelajaran sekolah sabat ke-9 triwulan I 2019
David Syahputra
 
Pelajaran sekolah sabat ke 2 triwulan IV 2018
Pelajaran sekolah sabat ke 2 triwulan IV 2018Pelajaran sekolah sabat ke 2 triwulan IV 2018
Pelajaran sekolah sabat ke 2 triwulan IV 2018
David Syahputra
 
Tindakan simbolis
Tindakan simbolisTindakan simbolis
Tindakan simbolis
gmahkjerusalem
 
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 11
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 11Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 11
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 11
Adam Hiola
 
Pedang roh edisi_65
Pedang roh edisi_65Pedang roh edisi_65
Pedang roh edisi_65alkitabiah
 
Pel ss ke 13, triw 2, 2013.
Pel ss ke 13, triw 2, 2013.Pel ss ke 13, triw 2, 2013.
Pel ss ke 13, triw 2, 2013.amargland
 
Berlaku adil mencintai kesetiaan dan berjalan bersama Tuhan sebagai bentuk ib...
Berlaku adil mencintai kesetiaan dan berjalan bersama Tuhan sebagai bentuk ib...Berlaku adil mencintai kesetiaan dan berjalan bersama Tuhan sebagai bentuk ib...
Berlaku adil mencintai kesetiaan dan berjalan bersama Tuhan sebagai bentuk ib...
riodamafullbackup
 
Artikel Jurnal.docx
Artikel Jurnal.docxArtikel Jurnal.docx
Artikel Jurnal.docx
FajarDachi
 
Mewarnai Komik Rohani - Pangeran yang Menjadi Gembala
Mewarnai Komik Rohani - Pangeran yang Menjadi GembalaMewarnai Komik Rohani - Pangeran yang Menjadi Gembala
Mewarnai Komik Rohani - Pangeran yang Menjadi Gembala
Bang Tonang
 

Similar to 06 bahan khotbah minggu 2 (20)

Allah mengasihi bangsa bangsa (aspek teologis)
Allah mengasihi bangsa bangsa (aspek teologis)Allah mengasihi bangsa bangsa (aspek teologis)
Allah mengasihi bangsa bangsa (aspek teologis)
 
Pelajaran ss 9 qtr 3 2015 petrus dan bangsa lain
Pelajaran ss 9 qtr 3 2015 petrus dan bangsa lainPelajaran ss 9 qtr 3 2015 petrus dan bangsa lain
Pelajaran ss 9 qtr 3 2015 petrus dan bangsa lain
 
Ringk alk bil (4)
Ringk alk bil (4)Ringk alk bil (4)
Ringk alk bil (4)
 
Assosiation
AssosiationAssosiation
Assosiation
 
Pelajaran sekolah sabat ke --2 triwulan III 2021
Pelajaran sekolah sabat ke --2 triwulan III 2021Pelajaran sekolah sabat ke --2 triwulan III 2021
Pelajaran sekolah sabat ke --2 triwulan III 2021
 
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 2
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 2Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 2
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 2
 
Hidup mati dikuasai lidah rev. 5 agst 2020
Hidup mati dikuasai lidah  rev. 5 agst 2020Hidup mati dikuasai lidah  rev. 5 agst 2020
Hidup mati dikuasai lidah rev. 5 agst 2020
 
Pelajaran sekolah sabat ke-8 triwulan I 2019
Pelajaran sekolah sabat ke-8 triwulan I 2019Pelajaran sekolah sabat ke-8 triwulan I 2019
Pelajaran sekolah sabat ke-8 triwulan I 2019
 
Selamat tinggal firaun!
Selamat tinggal firaun!Selamat tinggal firaun!
Selamat tinggal firaun!
 
Ringk alk ul (5)
Ringk alk ul (5)Ringk alk ul (5)
Ringk alk ul (5)
 
Dajjal dan-ya-juj-wa-ma-juj
Dajjal dan-ya-juj-wa-ma-jujDajjal dan-ya-juj-wa-ma-juj
Dajjal dan-ya-juj-wa-ma-juj
 
Pelajaran sekolah sabat ke-9 triwulan I 2019
Pelajaran sekolah sabat ke-9 triwulan I 2019Pelajaran sekolah sabat ke-9 triwulan I 2019
Pelajaran sekolah sabat ke-9 triwulan I 2019
 
Pelajaran sekolah sabat ke 2 triwulan IV 2018
Pelajaran sekolah sabat ke 2 triwulan IV 2018Pelajaran sekolah sabat ke 2 triwulan IV 2018
Pelajaran sekolah sabat ke 2 triwulan IV 2018
 
Tindakan simbolis
Tindakan simbolisTindakan simbolis
Tindakan simbolis
 
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 11
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 11Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 11
Sekolah Sabat - Triwulan 4 2021 - Pelajaran 11
 
Pedang roh edisi_65
Pedang roh edisi_65Pedang roh edisi_65
Pedang roh edisi_65
 
Pel ss ke 13, triw 2, 2013.
Pel ss ke 13, triw 2, 2013.Pel ss ke 13, triw 2, 2013.
Pel ss ke 13, triw 2, 2013.
 
Berlaku adil mencintai kesetiaan dan berjalan bersama Tuhan sebagai bentuk ib...
Berlaku adil mencintai kesetiaan dan berjalan bersama Tuhan sebagai bentuk ib...Berlaku adil mencintai kesetiaan dan berjalan bersama Tuhan sebagai bentuk ib...
Berlaku adil mencintai kesetiaan dan berjalan bersama Tuhan sebagai bentuk ib...
 
Artikel Jurnal.docx
Artikel Jurnal.docxArtikel Jurnal.docx
Artikel Jurnal.docx
 
Mewarnai Komik Rohani - Pangeran yang Menjadi Gembala
Mewarnai Komik Rohani - Pangeran yang Menjadi GembalaMewarnai Komik Rohani - Pangeran yang Menjadi Gembala
Mewarnai Komik Rohani - Pangeran yang Menjadi Gembala
 

06 bahan khotbah minggu 2

  • 1. BULAN KELUARGA Minggu II, 12 Oktober 2014 Bacaan I Keluaran 32:1-14 B M Ba Ke Ta M Tanggapan Mazmur 106:1-6, 19-23 Ba Fil Bacaan II Filipi 4:1-9 In M Injil Matius 22:1-14 KETIKA TEKNOLOGI MENJADI TUAN ATAS MANUSIA DASAR PEMIKIRAN Manusia diberikan akal budi oleh Tuhan untuk mengusahakan kehidupannya. Sebagai respon atas akal budi yang diberikan Tuhan, maka manusia berkreasi dalam banyak hal untuk memudahkan kehidupan. Teknologi adalah salah satu hasil kreasi atau buah pemikiran manusia. Bila kita menengok perkembangan teknologi sekarang ini, tentunya kita pantas berbangga hati karena berbagai buah teknologi telah tercipta. Teknologi informasi contohnya, yang telah menghasilkan hand-phone (HP), laptop, gadget, televisi dan lain sebagainya. Dalam teknologi HP kita menjumpai dalam satu genggaman saja manusia dapat melakukan berbagai hal. Mulai dari menyampaikan informasi, belanja online, transaksi keuangan, sampai dengan bermain game lain. LPP Sinode Bulan keluarga 2014 21
  • 2. Dari dunia televisi, kini kita dapat menemukan berbagai jenis televisi dengan bermacam-macam kelebihan. Kini kita dapat memilih televisi ukuran yang super besar, dengan layar datar yang ramping bentuknya. Perkembangan demi perkembangan ini sungguh membanggakan. Namun di sisi lain ada hal yang patut kita sayangkan, yakni ketika teknologi menjadi tuan atas manusia. Lambat laun perkembangan teknologi tersebut menarik manusia pada jerat ketergantungan. Manusia seakan tidak dapat hidup tanpa teknologi. Sebuah majalah pernah melakukan survei tentang tingkat ketergantungan manusia pada HP. Kepada responden ditanyakan mana yang membuat mereka lebih cemas: HP tertinggal atau dompet tertinggal. Sebagian responden menjawab, lebih cemas bila HP mereka yang tertinggal. Teknologi bukanlah hal yang buruk. Ia adalah buah pemikiran manusia untuk mempermudah kehidupan. Namun sayangnya kadangkala manusia larut pada hal sebaliknya, menjadikan teknologi seakan yang paling penting. Teknologi telah menjadi tuan atas mereka. Dampaknya, secara tidak sadar manusia digiring pada ketidakpedulian pada rekan atau temannya karena asyik dengan alat komunikasinya. Ketidakpedulian tidak hanya pada anggota keluarganya karena sibuk berkomunikasi dengan orang yang ada di tempat jauh sana, namun juga ketidakpedulian pada Tuhan karena merasa bahwa manusia dapat memenuhi segala kebutuhan hidup dari hasil buah pemikirannya sendiri. Dalam khotbah ini, kita akan belajar dari kesalahan masa lampau yang dilakukan oleh bangsa Israel, dengan membuat patung lembu emas sebagai tuhan atas mereka. Meskipun kita
  • 3. tidak hidup pada masa keluarnya bangsa Israel dari tanah Mesir, namun jerat ilah palsu itu bisa datang kepada kita melalui berbagai wujud dan bentuk yang bermacam-macam. Salah satunya adalah teknologi. Ketika teknologi menjadi segala-galanya dalam hidup kita, maka teknologi telah menjadi Tuhan, tuan yang berkuasa dan “memerintah” dalam hidup kita. DAFTAR BACAAN ALKITAB Ada perbedaan antara bacaan leksionari GKJ dan GKI. Perbedaan terdapat pada Mazmur Tanggapan dan Bacaan Kedua. Pada Mazmur Tanggapan, leksionari GKI menambahkan ayat 19-23. Pada Bacaan Kedua, leksionari GKI menambahkan ayat 9. Penulis mengusulkan kita memakai daftar bacaan yang dipakai oleh GKI, karena ayat 19-23 dalam Mazmur 106 berhubungan dengan bacaan yang lain, demikian juga dengan ayat 9 pada bacaan ke 2. PENJELASAN TEKS Keluaran 32:1-14 Kitab Keluaran secara jelas menggambarkan pergolakan iman bangsa Israel di tengah kesulitan hidup yang mereka jalani saat keluar dari Mesir. Dalam kitab ini digambarkan seramnya keberdosaan bangsa yang telah dipilih oleh Allah. Berulangkali mereka bersungut-sungut pada Allah. Ketika hendak menyeberang laut Teberau, saat mereka kesulitan air di Mara, dan saat mereka kelaparan di padang gurun Sin. Tetapi cerita dalam Keluaran 32 berbeda, karena mereka telah menerima perjanjian dengan Allah dan menerima ke 10 Hukum Tuhan. Oleh karenanya pemberontakan mereka kali ini sungguh serius
  • 4. dibandingkan dengan sungut-sungut yang mereka lakukan sebelumnya. Alasan mereka meminta Harun membuatkan patung tuangan adalah karena Musa tak kunjung turun dari puncak gunung Sinai. Musa dengan jelas sudah berpesan supaya mereka menunggu di kaki gunung Sinai sampai ia kembali (Kel. 24:14). Baru beberapa hari berlalu, bangsa Israel yang telah diberkati dan diselamatkan itu beramai-ramai datang kepada Harun dan meminta dibuatkan allah lain (ay. 1). Mereka teringat pada praktik penyembahan berhala yang mereka saksikan ketika hidup di Mesir. Menghadapi tuntutan yang dilakukan oleh orang banyak itu, Harun pun akhirnya mengalah. Terjadilah pemberontakan dalam bentuk penyembahan berhala di kaki gunung, di mana mereka telah menerima kesepuluh Firman Tuhan. Harun meminta mereka mengumpulkan perhiasan dan kemudian dilebur dan dibentuk menjadi anak lembu (ay. 4). Pembuatan patung lembu emas oleh Harun adalah sebuah peristiwa kemunduran iman, karena dipengaruhi oleh kehidupan di Mesir. Di Mesir, binatang-binatang yang hidup dipandang suci. Dewa-dewa digambarkan mempunyai kepala binatang dan bahkan juga bertubuh binatang (The New Bible Commentary, 1976, London). Kesalahan mereka berlipat ketika Harun membuatkan mezbah bagi anak lembu itu dan mengumandangkan perayaan bagi patung tersebut (ay. 5). Berulang kali peringatan untuk tidak menyembah berhala disampaikan Tuhan (bdk. Im. 17:7, Yos. 24:14, Yeh. 20:18), yang menandakan bahwa Allah tidak menyukai tindakan tersebut. Kini malah mereka terjatuh pada dosa yang dibenci Tuhan (ay. 6)!
  • 5. Melihat hal tersebut, Tuhan Allah murka atas apa yang dilakukan umat Israel. Bahkan dalam ayat 7 tersirat kemarahan Allah yang mendalam. “Pergilah, turunlah kepada bangsamu yang kau pimpin keluar dari tanah Mesir, telah rusak lakunya.” Tuhan Allah tidak lagi menyebut mereka sebagai milik-Nya, melainkan menggunakan kata ganti bangsamu. Mereka telah menyimpang dengan cepat, tanpa mengingat pertolongan Tuhan Allah selama ini. Allah mencurahkan murka-Nya atas mereka (ay. 10). Tuhan Allah tidak berkenan kepada pelanggaran bangsa Israel. Allah tidak boleh diduakan. Mendengar kemarahan Tuhan Allah, maka Musa berusaha melunakkan hati Tuhan. Ia mencoba mengingat perjanjian Tuhan kepada bangsa Israel. Dalam ayat 13 dikatakan “Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan Israel, hamba-hamba- Mu itu, sebab kepada mereka Engkau telah bersumpah demi diri-Mu sendiri dengan berfirman kepada mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk selama-lamanya.” Mendengar permohonan Musa, maka Tuhan mengurungkan niatnya. Dalam ayat 14 dikatakan “Dan menyesallah TUHAN karena malapetaka yang dirancangkan- Nya atas umat-Nya.” Kejahatan yang dilakukan oleh bangsa Israel sesungguhnya amat serius, namun karena mengingat perjanjian-Nya, maka Ia berkenan meredakan amarah-Nya. Mazmur 106:1-6, 19-23 Mazmur 106 adalah kelanjutan dari Mazmur 105 yang menggambarkan ketidaklayakan umat yang terpilih kepada Allah karena mereka sering melanggar perintah Allah. Dalam Mazmur sebelumnya (Pasal 105) kita melihat kesetiaan Allah dalam berkat-berkat yang dijanjikan. Dalam bagian ini, pemazmur melihat kesetiaan Allah dalam penghakiman-Nya.
  • 6. Ketika manusia melanggar perintah Tuhan, Ia tetap mengasihi umat-Nya. Mazmur 106 didahului dengan kesaksian tentang kebaikan Tuhan yang kekal untuk selama-lamanya. Refleksi ini didasarkan pada pengalaman bangsa Israel yang telah mengalami suka-duka, dalam kesetiaan maupun segala pelanggaran yang pernah dilakukan kepada Allah. Refleksi mereka menyimpulkan bahwa Tuhan Allah tetap setia. Ayat 2 merupakan pujian atas kemuliaan Tuhan. Manusia tidak dapat menjangkau maksud dan rancangan Tuhan atas mereka. Disambung dengan ayat 3 yang meyakinkan umat bahwa mereka yang melakukan perintah Tuhan adalah orang yang berbahagia. Selanjutnya dalam ayat 4-5 adalah sebuah permohonan agar Tuhan senantiasa mengingat perjanjian-Nya dan melestarikan berkat atas mereka. Dalam ayat 6, pemazmur mengingat pelanggaran bangsa Israel sepanjang hidupnya. Dosa itu dilakukan tidak hanya pada masa kini (dengan kata “kami”), namun juga sudah dilakukan jauh sebelumnya (dengan ganti “nenek moyang kami”). Selanjutnya dalam ayat 19-23 secara jelas mengacu pada pelanggaran nenek moyang bangsa Israel yang merujuk pada pelanggaran bangsa Israel yang tertulis dalam bacaan I (Keluaran 32). Pada ayat 19 dikatakan “Mereka membuat anak lembu di Horeb, dan sujud menyembah kepada patung tuangan.” Diperjelas pada ayat 23, “Maka Ia mengatakan hendak memusnahkan mereka, kalau Musa, orang pilihan- Nya, tidak mengetengahi di hadapan-Nya, untuk menyurutkan amarah-Nya, sehingga Ia tidak memusnahkan mereka.” Namun di balik pelanggaran itu, hakikat Tuhan tetap sama, yaitu “Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (ay. 1).
  • 7. Filipi 4:1-9 Pasal 4 diawali dengan pujian Rasul Paulus kepada jemaat Filipi atas kesetiaan mereka. Dalam ayat 1 dikatakan “Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!” Kasih sayang Paulus kepada jemaat Filipi tergambar jelas dalam ayat ini. Ia mengasihi dan bahkan merindukan jemaat di Filipi. Bahkan Paulus menyebut jemaat Filipi sebagai makhotanya. Dalam bahasa Yunani ada dua kata untuk menunjuk kata mahkota dan masing-masing memiliki latar belakang yang berbeda. Yang pertama didamema, artinya “mahkota kerajaan.” Yang kedua stefanos. Kata inilah yang dipakai Paulus dalam ayat ini. Kata stefanos mengandung dua pemahaman: [1] inilah mahkota yang dikenakan pada atlet pemenang dalam pesta olahraga Yunani. Mahkota ini dibuat dari daun Zaitun liar yang dianyam dengan daun Parsli (sejenis Seledri) hijau dan daun Murbei. Memeroleh makhota ini adalah dambaan setiap atlet. [2] Stefanos adalah juga mahkota yang dikenakan pada para tamu yang diundang ke pesta sukacita. Jadi Paulus mau mengatakan bahwa umat Filipi adalah mahkota segala jerih payahnya. Lebih jauh lagi, Paulus hendak mengatakan bahwa pada pesta sukacita yang diadakan Allah, jemaat Filipi adalah mahkota pesta baginya. Pada ayat 1b Paulus meminta kepada jemaat yang dikasihinya itu untuk berdiri teguh di dalam Tuhan. Hanya dengan cara itu mereka dapat menolak godaan dan mengatasi kelemahan dirinya. Kata yang dipakai adalah stekete, yang disamakan dengan seorang serdadu yang berdiri teguh menghadapi musuh-musuh yang menyerangnya dalam pertempuran yang hebat. Gereja dan orang-orang Kristen hanya dapat berdiri teguh jika mereka berada di dalam Kristus.
  • 8. Selanjutnya dalam ayat 2-3 secara tersirat tergambar adanya konflik di antara dua tokoh kekristenan di Filipi, yaitu Euodia dan Sintikhe. Dalam kerangka mendamaikan, Paulus menasihati Euodia dan Sintikhe supaya sehati sepikir di dalam Tuhan. Kemungkinan keduanya adalah perempuan yang rumahnya dipakai oleh jemaat Filipi untuk berkumpul. Dari informasi ini kita melihat ada hal yang menarik, yakni kaum perempuan ternyata memegang peranan penting dalam salah satu jemaat mula-mula. Dalam ayat 3 Paulus meminta Sunsogos, yang disebutnya sebagai “temanku yang setia” untuk menolong mereka berdua. Menurut William Barclay ada beberapa kemungkinan tentang siapa yang dimaksudkan sebagai Sunsogos di sana. Kemungkinan pertama ia adalah para suami dari Euodia dan Sintikhe yang dihimbau untuk ikut membantu istrinya menyelesaikan pertengkaran. Kemungkinan kedua, ia adalah para pemimpin jemaat yang lain seperti Lidia, Timotius, Silas, atau gembala Gereja Filipi. Kemungkinan ketiga, menunjuk pada Epafroditus, si pembawa surat. Jadi Paulus menugasinya bukan hanya untuk membawa surat, melainkan juga untuk mendamaikan umat Filipi. Siapapun yang dimaksud dengan Sunsogos, yang pasti bagi Paulus konflik harus diselesaikan dengan damai. Pada ayat 4-5 Rasul Paulus menghimbau umat Filipi untuk senantiasa bersukacita dalam segala hal. Sukacita mereka harus didasarkan kepada Tuhan. Dalam ayat 6-7 diharapkan umat menautkan segala angan pikirannya kepada Tuhan, tanpa perlu merasa khawatir. Adapun ayat 8-9 berupa tuntutan logis umat Kristus untuk menghasilkan pemikiran yang baik yang akan menjadi sumber damai sejahtera.
  • 9. Matius 22:1-14 Dalam Matius 22:1-14 Yesus memakai perumpamaan tentang perjamuan kawin untuk menggambarkan kerajaan Sorga. Perumpamaan yang dipakai Yesus ini bersumber dari kebiasaan orang Yahudi saat melakukan pesta perkawinan. Kebiasaan mereka, dalam undangan pesta perkawinan yang disebarkan waktu pelaksanaannya belum disebutkan. Barulah jikalau segala sesuatu telah siap, para hamba diutus untuk memberitahukan para undangan tentang waktu pelaksanaan pesta itu. Raja dalam perumpamaan ini sudah sejak lama menyebarkan undangan. Ketika segalanya siap, panggilan disampaikan para hamba, yang sayangnya ditolak oleh para penerima undangan. Sungguh, sesuatu yang sangat menyakitkan. Menurut W. Barclay, perumpamaan ini mempunyai dua arti. [1] Dalam arti lokal. Arti lokalnya, melalui perumpamaan ini Yesus mendakwa orang-orang Yahudi. Gambarannya adalah para undangan yang menolak. Sejak dahulu mereka telah diundang (baca: dipanggil) untuk menjadi umat pilihan Allah. Namun ketika Anak Allah datang ke dunia, mereka yang diundang justru menolak-Nya mentah-mentah. Karena itu undangan Allah dialihkan para orang-orang di jalan-jalan dan di persimpangan-persimpangan jalan, yang menunjuk pada para pendosa dan orang-orang bukan Yahudi, yang tidak pernah bermimpi menerima undangan memasuki Kerajaan Allah. [2] Dalam arti luas. Arti luasnya, melalui perumpamaan ini Allah memanggil orang-orang non-Yahudi (termasuk kita) untuk menerima undangan-Nya. Ada beberapa hal terkait dengan arti luas perumpamaan ini. a. Perumpamaan ini mengingatkan bahwa undangan Allah adalah undangan untuk mengikuti pesta perkawinan.
  • 10. Sebagaimana pesta perkawinan yang berisi sebuah sukacita, maka panggilan kita adalah untuk merasakan sukacita bersama Tuhan. b. Perumpamaan ini mengingatkan kita, bahwa hal-hal yang menyebabkan manusia tuli terhadap undangan Tuhan belum tentu hal-hal buruk. Dalam perumpamaan itu dikatakan, alasan ketidakdatangan mereka. Ada yang sedang mengurus ladangnya dan ada yang pergi mengurus usahanya. Mereka tidak pergi untuk pesta pora atau mabuk-mabukan. Mereka pergi untuk mengurus tugasnya. Namun mereka lupa ada hal yang lebih penting dari itu semua. Sungguh mudah bagi manusia untuk bersibuk-sibuk dengan hal-hal yang bersifat sementara sehingga melupakan hal-hal yang bersifat kekal. c. Perumpamaan ini mengingatkan kita bahwa himbauan Kristus bukanlah supaya kita lebih mempertimbangkan hukuman yang akan diterima atau apa yang tidak akan diterima bila kita menolaknya. Mereka yang tidak datang memang dihukum, tetapi tragedi sesungguhnya adalah mereka kehilangan sukacita pesta perkawinan itu. d. Undangan yang disampaikan Allah adalah undangan anugerah. Undangan itu datang kepada siapa saja dan dibuka dengan tangan lebar. Perumpamaan berikutnya (ay. 11-14) mengisahkan tentang seorang tamu yang hadir di pesta perkawinan kerajaan tanpa mengenakan pakaian pesta. Cara seseorang datang menunjukkan jiwa yang mendorong ia datang. Jika kita hendak datang ke rumah orang yang kita hormati, tentu kita tidak mengenakan pakaian kotor yang habis kita pakai di tempat kerja. Ini bukan berarti pakaianlah yang dipentingkan, namun pakaian menunjukkan penghormatan kita kepadanya. Begitu pula dengan kedatangan kita ke rumah Allah. Perumpamaan ini tidak ada kaitannya dengan pakaian yang kita kenakan di
  • 11. gereja, tetapi berkaitan dengan persiapan jiwa kita untuk pergi ke rumah Allah. Apakah kedatangan kita ke rumah-Nya dengan membawa hati yang penuh hormat serta kesungguhan hati, atau sekedar datang saja? Berita Yang Hendak Disampaikan Teknologi bukanlah sesuatu yang jahat, ia netral pada dirinya sendiri. Penggunanyalah yang terkadang memperlakukan teknologi sebagai pemenuh segala kebutuhan hidupnya. Ketika manusia jatuh pada ketergantungan pada teknologi sebagai pemenuh segala kebutuhan hidupnya, maka teknologi telah menjema menjadi “patung lembu emas” masa kini. Apabila kita sangat bergantung pada teknologi maka kita jatuh pada kesalahan sama yang pernah dilakukan oleh bangsa Israel, dengan menduakan Allah, menggantikan Allah dengan alat teknologi buatan manusia. Kita perlu mengaku dosa seperti apa yang dilakukan oleh pemazmur dalam Mazmur 106 atas dosa menduakan Allah. Demikian juga kita perlu belajar dari jemaat di Filipi yang menjadi sumber sukacita dan kebanggaan Paulus. Paulus mengingatkan mereka supaya berdiri kokoh dan tidak goyah dalam iman, dengan berlandaskan pada Kristus. Sementara itu bacaan Injil mengingatkan kepada kita bahwa untuk menikmati sukacita dalam kehidupan Kerajaan Sorga, maka kita perlu mempersiapkan diri kita sebaik mungkin. Caranya: dengan kesungguhan hati dan penghormatan sepenuhnya kepada Allah, sang pemiliki kehidupan. KHOTBAH Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, ada sebuah film menarik yang berjudul “Electric Dreams: The 1990’s” (lihat
  • 12. h t t p :/ / w w w . y o u t u b e . co m/w a t c h ?v=9EHDVvx-dQs). Film ini bertutur tentang perkembangan teknologi setelah tahun 1990- an. Film tersebut menyoroti pengaruh perkembangan teknologi pada penggunanya dalam rentang waktu 1990 sampai 2000-an. Sebuah riset dilakukan pada salah satu keluarga yang memiliki ketergantungan pada teknologi. Mereka hidup pada era millennium ke-2 di mana berbagai evolusi teknologi telah terjadi. Keluarga tersebut senang menggunakan teknologi yang canggih, dan secara tidak sadar hal tersebut memengaruhi penggunanya. Mereka lebih asyik dengan kehidupannya sendiri dan jadi anti sosial. Yang tampak dalam keluarga tersebut adalah mereka jarang berkomunikasi secara langsung. Semua berkutat dengan gadget-nya masing-masing. Bahkan saat di meja makanpun pikiran mereka terhubung dengan dunia di luar sana. Menyadari bahwa ada sesuatu yang hilang pada kehidupan mereka, yakni komunikasi yang hangat dalam keluarga, maka mereka menyulap rumah mereka kembali ke era 1990-an. Bahkan semua setting-nya diatur sedemikian sehingga persis dengan era 90. Komputer menggunakan DOS dan disket besar; radio tape yang masih menggunakan kaset; TV hitam putih dengan 6 channel, dsb. Justru dalam keadaan seperti itu, komunikasi di antara anggota keluarga berjalan dengan baik. Dari film itu kita belajar, kemajuan teknologi memang akan memudahkan manusia, namun tanpa disadari ada bahaya ketergantungan. Orang kemudian selalu mengandalkan gadget-nya. Contoh kecil saja, ada survei tentang tingkat ketergantungan manusia pada HP. Kepada responden ditanyakan mana yang membuat mereka lebih cemas: HP tertinggal atau dompet tertinggal. Sebagian responden menjawab, lebih cemas bila HP mereka yang tertinggal. Tanpa sadar, kita sudah menjadi generasi digital!
  • 13. Para generasi digital hidup dalam paradigma “jauh tapi dekat, dekat tapi jauh.” Dengan teknologi itu, jarak sudah mati karena semua orang terhubung seketika. Tetapi mereka yang ada di depan mata menjadi terasa jauh, saat kita terlalu asyik dengan gadget masing-masing dan tidak berbicara dengan orang yang ada di depannya. Bahkan lebih parahnya lagi teknologi ternyata mampu mengalihkan perhatian kita pada Tuhan. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, bangsa Israel pernah melakukan kesalahan fatal dalam kehidupan iman mereka. Dalam perjalanan keluar dari bangsa Mesir, mereka singgah di Gunung Sinai. Di gunung Sinai, Musa pemimpin mereka mendapat perintah dari Allah untuk menerima berbagai perintah dari Tuhan. Setting cerita dalam Keluaran 32 adalah kepergian Musa ke puncak gunung Sinai untuk yang kedua kalinya. Dalam kesempatan pertama Musa telah menerima Kesepuluh Firman dan menyampaikannya pada bangsa Israel (Kel. 20). Pada saat kepergian Musa yang kedua kalinya ke puncak gunung Sinai inilah terjadi tragedi pelanggaran yang mengerikan. Saat mereka menunggu Musa tak kunjung turun dari puncak Sinai, hati mereka mulai tidak sabar. Mereka menganggap bahwa Musa telah mengulur-ulur waktu (Kel. 32:1). Itulah protes mereka pada Harun dan meminta Harun membuat “allah baru” yang akan menuntun perjalanan mereka (ay. 1). Dalam perjalanan sebelumnya mereka juga sudah berkali-kali mengeluh kepada Tuhan. Sebut saja ketika mereka dikejar-kejar oleh tentara Firaun di bibir pantai Laut Teberau, mereka mengeluh kepada Tuhan (Kel. 14:10-12), demikian juga saat mereka kesulitan air di Mara (Kel. 15:22-27), serta kala mereka kesulitan makanan di padang gurun Sin (Kel. 16:1-12). Dalam setiap keluh kesah mereka sebelumnya Tuhan senantiasa menolong mereka. Dan kini dalam Keluaran 32 hal itu terjadi kembali. Bangsa Israel tidak belajar dari pengalaman
  • 14. tuntunan Tuhan. Mereka melakukan pelanggaran yang mengerikan dengan menduakan, bahkan menggantikan Allah dengan sebuah patung lembu emas (Kel 32:4). Bahkan mereka berpesta pora dan mempersembahkan korban di depan sebuah patung yang sesungguhnya adalah benda mati. Kesalahan mereka menjadi semakin fatal, karena mereka sesungguhnya sudah menerima kesepuluh hukum Tuhan. Dalam perintah- Nya yang pertama dan kedua dengan jelas diperintahkan "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku.” Tak ayal, ketika Tuhan Allah mengetahui apa yang dilakukan oleh bangsa Israel, Ia menjadi marah dan hendak menimpakan hukuman pada mereka (kel 32:10). Mendengar kemarahan Tuhan dan rencana-Nya hendak membinasakan bangsa Israel, Musa menyampaikan permohonan pengampunan kepada Tuhan. Dan Tuhan Allah meredakan amarah-Nya karena mengingat perjanjian yang pernah disampaikan Tuhan kepada umat-Nya. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, meskipun dalam bentuk yang tidak sama, kita mungkin pernah melakukan kesalahan serupa seperti yang pernah dilakukan oleh bangsa Israel. Kita mungkin pernah menduakan Allah dengan cara menggantikan Allah dengan kesenangan, barang, atau hal-hal yang lain. Salah satunya adalah alat-alat teknologi yang selama ini kita pakai.
  • 15. Tanpa sadar alat-alat itu telah menjelma menjadi allah yang baru dalam kehidupan kita. Teknologi yang seharusnya menjadi teman dalam kehidupan kita, yang mempermudah kehidupan manusia, telah menjadi tuan yang menguasai kehidupan manusia. Lihatlah, tanpa sadar kehidupan rumah tangga kita. Teknologi telah menggeser peran anggota keluarga, kerena masing-masing anggota keluarga sibuk dengan alat komunikasi mereka masing-masing. Seorang ibu pernah bercerita pada saya, bahwa hatinya sedih dan membutuhkan penghiburan. Ibu ini baru saja kehilangan suaminya. Ia merasa kesepian di rumah. Sesungguhnya Ibu tersebut tidak tinggal sendirian. Ada anak, menantu dan cucunya. Namun ia mengeluh kepada saya, “Saya di rumah terasa sepi Pak Pendeta. Cucu tidak bisa diajak bermain dan bercanda bersama-sama. Kalau pulang, langsung masuk kamar dan sibuk dengan dirinya sendiri. Kalau sudah mainan HP dan laptop mereka enggan keluar kamar dan sampai lupa makan.” Pada kesempatan yang lain, saat saya bepergian dalam perjalanan pulang bersama rombongan pemuda-remaja Gereja dari Solo menuju Wates. Kami berhenti di salah satu tempat pengisian bahan bakar. Para penumpang turun dari mobil untuk pergi ke kamar mandi. Saat mereka antri, senyuman muncul dari bibir saya, ketika memerhatikan salah satu remaja berpose mengambil foto terlebih dahulu di depan pintu toilet. Mereka bernarsis-ria di depan pintu kamar mandi. Saat saya bertanya kenapa mereka melakukan itu, mereka menjawab “Untuk up-date status Pak.” Cerita yang lain berkisah tentang salah satu anak remaja yang sudah agak lama tidak pergi persekutuan, dan ketika saya bersama pengurus Remaja menengok ke rumahnya, rupanya ia sedang asik bermain laptop. Saat ditanya kenapa sudah
  • 16. beberapa waktu tidak pergi ke gereja, remaja tersebut menjawab “Sedang sibuk he Pak, kadang-kadang lagi tanggung main game.” (Catatan: ilustrasi dapat diganti dengan pengalaman yang dialami masing-masing pengkhotbah saat menjumpai ketergantungan orang pada teknologi) Jika kemudian Allah marah pada umat Israel yang menduakan diri-Nya, Ia pun tengah marah pada orang-orang yang lebih mengandalkan apapun selain diri-Nya. Allah tidak marah pada kemajuan teknologi. Yang Ia tidak sukai adalah ketika orang-orang justru menjadikan teknologi sebagai yang paling utama, yang paling penting. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, kita perlu belajar dari Jemaat di Filipi. Kesetiaan dan ketekunan jemaat Filipi telah menjadi kebanggaan dan sukacita Rasul Paulus. Bahkan mereka dianggap sebagai mahkota bagi Rasul Paulus. Namun demikian Paulus sadar benar, bahwa sekalipun saat ini mereka telah setia dan tekun dalam iman kepada Tuhan, namun tantangan hidup akan terus mereka alami. Oleh karenanya, Paulus mengingatkan mereka dalam Filipi 4:1 “Karena itu, saudara-saudara yang kukasihi dan yang kurindukan, sukacitaku dan mahkotaku, berdirilah juga dengan teguh dalam Tuhan, hai saudara-saudaraku yang kekasih!” Mereka diperintahkan untuk berdiri teguh dan tidak menjadi goyah dalam iman. Meskipun berbagai tantangan dan iming-iming muncul dari luar untuk meninggalkan Tuhan, Paulus meminta jemaat Filipi tetap teguh dan setia. Demikian juga bacaan Injil dalam Matius 22:1-14 Tuhan Yesus memberikan perumpamaan tentang Kerajaan Sorga. Bahwa untuk masuk dalam Kerajaan Sorga bukanlah sembarangan.
  • 17. Dibutuhkan kesungguhan hati dan kesetiaan. Mereka yang tidak bersolekkan iman, tidak layak untuk menikmati sukacita kerajaan sorga. Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, jangan biarkan teknologi menjadi tuan dalam kehidupan kita. Yang menggeser peran anggota keluarga bahkan menggeser kedudukan Tuhan sebagai pemilik kehidupan kita. Marilah kita senantiasa berdiri teguh dalam iman dan kesetiaan kepada Tuhan serta bersolekkan kesetiaan dan iman sehingga layak bersama-sama dalam sukacita Kerajaan Sorga. Amin. [ATS]