2. Apa Itu Hizbul Wathon?
•HW Merupakan satu organisasi otonom (ortom) di
lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah
•Hizbul Wathon = Pembela Tanah Air
•Dari Nama telah membuktikan nasionalisme HW
3.
4. Tantangan Nasionalisme HW di Era 4.0
• Tokoh sekaliber Bung Karno, yang tanpa ragu menyebut dirinya
sebagai anggota Muhammadiyah, bahkan Soeharto, sang penguasa
Orde Baru, juga turut serta memberikan pernyataan publik "Tanpa
tedeng aling-aling, saya adalah bibit Muhammadiyah", merupakan
bukti sahih betapa kontribusi Muhammadiyah terhadap Indonesia dari
masa ke masa perlu senantiasa dirawat dan dikelola dengan baik oleh
siapapun yang berkuasa.
5. Demikian pula di Era Revolusi Industri 4.0, di mana internet dan digitalisasi segala
sesuatu menjadi penanda sebuah era baru yang sangat berbeda dengan era-era
sebelumnya.
Tantangan terbesar nasionalisme di era ini bagi Muhammadiyah dan Hizbul Wathon
yakni terlambatnya penetrasi Muhammadiyah dan HW dalam menggunakan media
baru ini.
Hal tersebut dari riset Pusat Studi Budaya dan Perubahan Sosial Universitas
Muhammadiyah Surakarta thaun 2017 yang menunjukkan bahwa situs (websites) dan
tokoh-tokoh Muhammadiyah khususnya HW menempati ranking terbawah
dibanding situs-situs maupun tokoh-tokoh Islam baru, yang lahir pasca-
reformasi, bahkan dapat dikatakan baru seumur jagung.
6. • Sumbangan dan kiprah Muhammadiyah yang begitu besar jasanya terhadap
republik ini terkesan tidak diapresiasi oleh generasi millenial (Gen Y) maupun
generasi alfa (Gen Z).
• Sehingga rujukan-rujukan dalam masalah-masalah keislaman maupun kehidupan
lainnya tidak lagi mengacu pada Muhammadiyah. Justru generasi baru tersebut
lebih memilih untuk merujuk kepada mereka yang dianggap tampil lebih fresh,
baik secara performance fisik maupun kemasan dakwahnya.
7. • Demikian pula pada masalah-masalah kebangsaan, generasi millenial dan alfa ini
cenderung tidak lagi memercayai Muhammadiyah mampu menjawab konstelasi
politik-global. Akibatnya, situasi geopolitik global yang semakin mengarah ke
“kanan” pun latah diikuti oleh sebagian generasi muda Muhammadiyah. Padahal
kelahiran Muhammadiyah, mengklaim sebagai gerakan tajdid: pembaruan,
inovasi, restorasi, modernisasi dan sebagainya
• Hal INI SANGAT TIDAK DIHARAPKAN BAGI KAMI SELAKU “ORANG TUA”
HIZBUL WATHON ataupun kader lainnya. Maka penerapan UU HW ke 10, Suci
dalam Hati, Pikiran dan Perbuatan sangat penting dan relevan dalam
kehidupan nyata