Sistem imun terdiri dari sel dan jaringan yang membentuk kekebalan tubuh terhadap infeksi. Sistem ini meliputi pertahanan tubuh alami dan sel darah putih. Pertahanan alami terdiri atas pertahanan fisik, mekanik, kimia, dan biologis. Sedangkan pertahanan sel darah putih dilakukan oleh neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, dan limfosit. Sistem imun memberikan respon non-spesifik dan spesifik terhadap patogen melalui infl
1. 1. Letak Organ Pembentukan Sistem Imun dalam tubuh manusia
Tubuh kita memiliki system imun untuk mencegah atau menolak suatu penyakit yang masuk
ke dalam tubuh. Sistem imun melibatkan banyak sekali komponen untuk menjalankan
fungsinya dan tidak dapat bekerja sendiri-sendiri, melainkan harus terjalin dalam satu
kesatuan. Pada prinsipnya, jika sistem imun seseorang bekerja optimal, orang tersebut tidak
mudah terkena penyakit dan sistem keseimbangannya juga normal. Namun, sistem imun
tidak dapat dibentuk dalam waktu singkat. Respon imun tubuh alamiah terhadap serangan
patogen baru akan muncul dalam waktu 24 jam. Sistem imun tersusun dari sel-sel dan
jaringan yang membentuk imunitas, yaitu kekebalan tubuh terhadap infeksi atau penyakit.
Fungsi sistem imun:
a. penangkal ”benda” asing yang masuk ke dalam tubuh
b. untuk keseimbangan fungsi tubuh terutama menjaga keseimbangan komponen tubuh
yang telah tua
c. sebagai pendeteksi adanya sel-sel abnormal, termutasi, atau ganas, serta
menghancurkannya
Tubuh kita mengatasi infeksi patogen karena adanya pertahanan tubuh. Pertahanan tubuh
terbagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Pertahanan tubuh alami
b. Pertahanan tubuh oleh sel darah putih
Pertahanan Tubuh Alami
Kebanyakan patogen di sekitar kita sulit masuk karena adanya mekanisme pertahanan tubuh
alami. Jika patogen tidak mengalami penolakan oleh sistem imun tubuh, tentunya kita akan
mudah sekali sakit. Terdapa 4 mekanisme pertahanan tubuh, yaitu:
a. Pertahanan Fisik
Lapisan luar sel-sel kulit mati yang keras dan mengandung sangat sedikit air
menyebabkan pertumbuhan patogen terhambat. Kulit juga mensekresi berbagai zat yang
menghambat pertumbuhan bakteri, yaitu:
Ø Air mata
Melarutkan dan mencuci mikroorganisme dan bahan kimia penyebab iritasi mata.
Disekresikan oleh kelenjar lakrimal.
2. Ø Sebum (minyak)
Mengandung asam lemak yang memiliki aksi antimikrobial. Disekresikan oleh kelenjar
sebaceous.
Ø Mukus
Cairan lendir lengket untuk memerangkap patogen yang berasal dari udara. Disekresikan oleh
sel-sel goblet di sepanjang saluran pernapasan.
b. Pertahanan Mekanik
Rambut hidung berfungsi sebagai filter udara melewati saluran hidung. Bakteri dan
partikel lain akan terperangkap di mukus dan disapu keluar oleh silia. Silia merupakan
rambut-rambut halus yang memiliki gerakan seperti gelombang.
c. Pertahanan Kimia
Berupa air mata, mukus, saliva, dan keringat. Enzim lizosim yang terdapat di sebagian
besar sekresi tersebut mengkatalis hidrolisis molekul dinding sel bakteri. Keringat
mengandung laktat untuk memperlambat pertumbuhan bakteri. Asam hidroklorik pada cairan
lambung membunuh sebagian besar mikroorganisme yang masuk kedalam lambung. Vagina
mengandung bakteri tidak berbahaya yang mengubah karbohidrat jadi laktat untuk dapat
mematikan bakteri-bakteri patogen.
d. Pertahanan Biologis
Terdapat bakteri yang tidak berbahaya di kulit dan dan membran mukosa yang melindungi
kita dengan cara berkompetisi dengan patogen dalam mendapatkan nutrien. Antibiotik
dengan spektrum luas dapat menghancurkan bakteri yang bermanfaat tersebut dan
menyebabkan hilangnya sejumlah pertahanan tubuh.
Pertahanan Tubuh oleh Sel Darah Putih
Terdapat 5 jenis sel darah putih, yaitu:
a. Neutrofil
Berlobus dan merupakan sel darah putih terbesar. Berfungsi fagositosis (menelan
mikroorganisme dan sisa-sisa sel mati)
b. Eosinofil
Memiliki peranan dalam reaksi alergi
c. Basofil
Melepaskan senyawa kimia seperti histamin yang menyebabkan reaksi inflamasi
(pembengkakan)
d. Monosit
3. Sel berukuran besar dan memiliki nukleus seperti ginjal yang akan berkembang menjadi
makrofag yang berfungsi sebagai fagositosis.
e. Limfosit
Sel berukuran kecil dengan nukleus besar bulat yang terdiri dari 2 jenis sel, yaitu limfosit B
(berperan dalam antibodi-mediated immunity: imunitas yang diperantarai antibodi) dan
limfosit T (berperan dalam cell-mediated immunity: imunitas yang diperantarai sel)
Respon imun adalah suatu cara yang dilakukan tubuh untuk memberi respon terhadap
masuknya patogen atau antigen tertentu dalam tubuh berupa produksi sel-sel atau zat kimia.
Respon imun dibedakan menjadi:
a. Respon imun non-spesifik
b. Respon imun spesifik
Respon Imun Non-Spesifik
Respon timbul terhadap jaringan tubuh yang rusak atau terluka, bukan terhadap penyebab
kerusakan itu sendiri, contohnya: tergores, terpotong, terbakar, atau patogen yang berhasil
menembus pertahanan tubuh. Respon imun ini berupa inflamasi dan fagositosis.
a. Inflamasi (pembengkakan jaringan)
Reaksi cepat terhadap kerusakan jaringan dengan mencegah penyebaran infeksi ke jaringan
lain dan mempercepat proses penyembuhan, contohnya: luka, gigitan serangga, atau cedera.
Reaksi ini juga memberikan informasi kepada komponen sistem imun lain tentang adanya
infeksi. Tanda-tandanya:
1. Timbul warna kemerahan. Disebabkan oleh pembuluh darah yang membesar,
meningkatkan aliran darah ke area jaringan yang rusak.
2. Timbul panas. Disebabkan aliran darah yang lebih cepat.
3. Terjadi pembengkakan. Aliran darah yang meningkat menyebabkan makin banyak cairan
jaringan yang masuk ke dalam jaringan yang rusak, menyebabkan jaringan membengkak.
4. Timbul rasa sakit. Jaringan yang membengkak menekan reseptor dan saraf. Selain itu, zat
kimia yang dihasilkan oleh sel-sel di area jaringan rusak juga menstimulasi saraf.
b. Fagositosis
Dilakukan oleh neutrofil dan monosit. Fagositis berupa penelanan patogen lalu mencernanya
dengan enzim litik di vakuola sitoplasma sel tersebut.
4. Respon Imun Spesifik
Respon imun spesifik melindungi tubuh dari serangan pathogen dan juga memastikan
pertahanan tubuh tidak berbalik melawan jaringan tubuh sendiri. Respon ini timbul dari dua
sistem berbeda yang saling bekerja sama, yaitu antibody-mediated immunity dan cell-
mediated immunity
a. Antibody-mediated immunity
Antibodi menyerang pathogen sebelum masuk ke dalam sel tubuh. Senyawa tersebut juga
bereaksi terhadap zat-zat toksin dan protein “asing”. Antibodi dihasilkan oleh sel limfosit B
dan teraktivasi bila mengenali antigen yang terdapat pada permukaan sel pathogen, dengan
bantuan sel limfosit T. Terdapat 3 jenis limfosit B, yaitu:
1. Sel B plasma mensekresikan antibodi ke sistem sirkulasi tubuh Setiap antibodi sifatnya
spesifik terhadap satu antigen patogenik. Sel plasma memproduksi antibodi dengan
sangat cepat, yaitu sekitar 2000 per detik untuk tiap sel. Sel plasma yang aktif dapat
hidup selama 4-5 hari.
2. Sel B memori mengingat suatu antigen yang spesifik dan akan merespon dengan sangat
cepat bila terjadi infeksi kedua. Sel ini hidup untuk waktu yang lama dalam darah.
3. Sel B pembelah menghasilkan lebih banyak lagi sel-sel limfosit B
4. Setelah infeksi berkahir, sel B akan mati. Serangkaian respon tersebut dinamakan respon
imun primer.
Meskipun demikian, sel-sel B yang telah mengingat patogen yang menginfeksi masih
tetap hidup untuk beberapa tahun. Jika patogen yang sama menginfeksi, sel B tersebut akan
membelah menghasilkan sel B aktif dalam jumlah besar. Respon tersebut dinamakan respon
imun sekunder. (respon sekunder lebih cepat dan efektif dibandingkan respon primer)
b. Cell-mediated immunity
Sel limfosit T mematikan beberapa mikroorganisme. Namun, kebanyakan menyerang sel-
sel tubuh yang terinfeksi. Tubuh menggunakan respon imun ini untuk berhadapan dengan
parasit multiseluler, fungi, sel-sel kanker, dan menyerang jaringan/organ transplan yang
dianggap sel ”asing”. Sel ini juga bereaksi terhadap antigen yang spesifik. Saat patogen
menginfeksi, setiap antigen yang ada di permukaan sel patogen akan menstimulasi limfosit T
untuk membelah membentuk klon. Beberapa klon akan menjadi sel-sel memori yang tetap
bertahan untuk mempersiapkan respon imun sekunder jika patogen yang sama menyerang.
Klon lainnya akan berkembang jadi salah satu dari 3 jenis sel T, yaitu:
Ø Sel T pembantu mengontrol komponen respon imun spesifik lainnya, menstimulasi sel
B untuk membelah dan memproduksi antibodi, mengaktivasi sel T lainnya, dan mengaktivasi
makrofag.
5. Ø Sel T pembunuh menyerang sel tubuh yang terinfeksi dan sel patogen yang relatif besar
secara langsung. Sel T pembunuh akan melubangi sel lawannya sampai kehilangan
sitoplasma dan mati
Ø Sel T supresor menurunkan dan menghentikan respon imun ketika respon imun sudah
lebih dari yang diperlukan atau infeksi telah diatasi. Mekanisme tersebut penting, sebab jika
tubuh terus menerus memproduksi antibodi dan menstimulasi sel B dan sel T untuk terus
membelah, bahkan ketika tidak dibutuhkan, komponen sitem imun tersebut dapat merusak
jaringan tubuh sendiri.
Pencegahan Penyakit
Penyakit dapat dicegah dengan kekebalan tubuh dan vaksinasi/imunisasi.
a. Kekebalan Tubuh
1. Kekebalan tubuh aktif alami: kekebalan tubuh yang dihasilkan karena limfosit teraktivasi
oleh antigen pada patogen
2. Kekebalan tubuh aktif buatan: kekebalan tubuh yang dihasilkan melalui proses injeksi
antigen ke dalam tubuh
3. Kekebalan tubuh pasif alami: antibodi diberikan ibu kepada bayinya melalui ASI
(sementara)
4. Kekebalan tubuh pasif buatan: antibodi diekstrak dari satu individu disuntikkan ke tubuh
orang lain sebagai serum
a. Vaksinasi
Vaksin adalah suatu antigen yang disuntikkan atau secara oral yang menyebabkan
perkembangan kekebalan tubuh aktif dari individu yang diberi vaksin. Sejumlah antigen
diperkenalkan ke tubuh seseorang sehingga menstimulasi produksi antibodi, seperti saat
terjadi infeksi alami. Kekebalan tubuh melalui vaksinasi sifatnya tahan lama sebab tubuh
mampu memproduksi sel-sel memori yang akan ”mengingat” antigen yang masuk ke dalam
6. tubuh. Sebelum diberikan ke tubuh individu, antigen untuk vaksin dijadikan tidak berbahaya
terlebih dahulu. Vaksin diperoleh dari sumber berbagai berikut:
1. Mikroorganisme mematikan yang dimatikan. Mikroorganisme tersebut dimatikan dengan
pemanasan atau pemberian senyawa kimia yang mendenaturasi enzim-enzim sel
mikroorganisme. Patogen yang mati tidak akan menimbulkan penyakit, tetapi masih
memiliki antigen yang akan dikenali limfosit T dan B, sehingga menghasilkan
pembentukan antibodi oleh tubuh penerima vaksin. Contohnya adalah bakteri penyebab
batuk rejan.
2. Strain hidup yang tidak mematikan. Vaksin yang dihasilkan melalui cara tersebut sering
dinamakan vaksin yang dilemahkan. Patogen dilemahkan untuk memastikan tidak
menyebabkan infeksi yang parah. Contohnya adalah virus penyebab rubella dan vaksin
BCG yang digunakan untuk melawan tuberkulosis dan vaksin Sabin untuk melawan
poliomielitis.
3. Toksin yang dimodifikasi. Pada vaksin tersebut, toksoid (senyawa toksik) yang digunakan
untuk menstimulasi produksi antibodi dengan tidak ada resiko terjadi infeksi. Contohnya
adalah vaksin yang digunakan untuk melawan difteri dan tetanus.
4. Antigen hasil isolasi yang terpisah dari patogennya. Antigen yang penting dipisahkan dari
mikroorganisme melalui pemecahan struktur patogen dan mengambil glikoprotein.
Contohnya adalah vaksin influenza. Vaksin influenza mengandung campuran sejumlah
antigen dari berbagai strain virus influenza, dengan tujuan mengalahkan banyaknya
variasi strain virus influenza yang ada. Variasi antigen tersebut timbul pada
mikroorganisme yang memiliki kecepatan mutasi tinggi.
5. Antigen hasil rekayasa genetik. Antigen dihasilkan melalui ekstraksi gen pengkode
antigen tertentu dari patogen, kemudian disisipkan ke plasmid mikroorganisme lain,
misalnya bakteri yang tidak berbahaya. Sel bakteri tersebut kemudian akan bereplikasi,
menghasilkan antigen dalam jumlah besar. Contohnya pada vaksin hepatitis B.
Pengobatan Penyakit dengan Antibiotik
Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan suatu mikroorganisme yang dapat
membunuh mikroorganisme lain. Antibiotik pertama yang dikembangkan pada tahun 1930-an
dan 1940-an merupakan senyawa kimia yang dihasilkan suatu mikroorganisme, yang dapat
membunuh mikroorganisme lain. Sebagai contoh penisilin, antibiotik pertama yang
dikembangkan dalam skala besar untuk melawan infeksi bakteri. Penisilin merupakan hasil
produksi suatu jenis jamur. Semenjak itu, antibiotik telah diekstrak dari berbagai sumber,
seperti kulit katak dan butiran salju, dan ada pula yang disintesis.
Berdasarkan jangkauan keefektifannya dan cara kerjanya, antibiotik dibagi menjadi 2,
yaitu:
a. Antibiotik sprektum luas: antibiotik yang dapat membunuh berbagai jenis bakteri
7. b. Antibiotik sprektum kecil: antibiotik yang efektif terhadap sedikit jenis bakteri (untuk
membunuh bakteri yang spesifik)
Semua antibiotik harus memiliki sifat toksisitas spesifik, yaitu antibiotik tersebut harus
mampu mematikan atau menghambat pertumbuhan bakteri, tapi menyebabkan sedikit atau
tidak ada kerusakan bagi jaringan tubuh. Target kerja antibiotik adalah proses metabolisme
sel seperti sintesis protein, dll. Penggunaan antibiotik yang terlalu sering dan tidak sesuai
aturan perlu dihindari karena penggunaan antibiotik berkali-kali menyebabkan semakin
banyak bakteri yang mampu bertahan hidup dan mewariskan gen-gen resisten kepada strain
yang berbeda.