SlideShare a Scribd company logo
1 of 52
1
KARYA TULIS ILMIAH
PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BILANGAN BULAT MELALUI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (NHT)
DI KELAS IV SDN 16 KABAWO KABUPATEN MUNA
OLEH
WIWIN WULANDARI LA ODE
NIM : 816463629
POKJAR : KATOBU
Diajukan sebagai Bahan Laporan
Pengembangan Kemampuan Profesional
(PKP)
PROGRAM STUDI STRATA SATU (S-1) PGSD
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ-KENDARI
2014
2
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASILPERBAIKAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA
Nama Maha Siswa : WIWIN WULANDARI LA ODE
NIM :81646329
Program studi :SI-PGSD
Tempat Mengajar :SDN 16 KABAWO
Jumlah Siklus Pelajaran : II (DUA)
Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Siklus 1,Hari senin, tanggal 05 Mei 2014
Siklus 2, Hari Kamis, tanggal 09 Mei 2014
Masalah yang merupakan fokus perbaikan:
1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran MATEMATIKA
kelas IV SDN 16 KABAWO dengan menggunakan metode pembelajaran
Kooperatif tipe NHT.
2. Meningkatkan Hasil belajar siswa dalam pembelajaran MATEMATIKA
dengan menggunakan metode pembelajaran Kooperatif tipe NHT.
Menyetujui Kabawo, 02 Mei 2014
Supervisor I Mahasiswa
Prof. Dr. H. FAAT MAONDE,
M.S
WIWIN WULANDARI LA
ODE
NIP. 1980420 198211 1 001 NIM. 816463629
3
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan praktek
Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk
memenuhi mata kuliah PKP pada Program Studi S1 PGSD yang saya kutip dari
hasil Karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai
dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau bagian laporan PKP ini
bukan hasil karya saya sendiri adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya
bersedia menrima sanksi termasuk pencabutan gelar akademik yang saya sandang
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Kabawo, 02 Mei 2014
WIWIN WULANDARI LA ODE
NIM. 816463629
4
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT., karena atas limpahan Rahmat, Taufik, dan
Hidayah-Nya, sehingga laporan praktek Pemantapan Kemampuan Profesional
(PKP) ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan, walaupun dalam
bentuk yang sederhana. Shalawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada utusan
Allah SWT baginda Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, para tabi’it, tabi’in,
para syuhada, para ulama, dan para pengikutnya sepanjang akhir zaman. Amin.
Penulis menyadari bahwa laporan praktek Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP) ini berhasil diselasaikan dan terwujud karena atas arahan dan
bimbingan dari Bapak Prof. Dr.H. Faat Maonde, M.S. sebagai supervisor I, dan
arahan dan bimbingan pula Bapak La Madjati, SE, dan Saharudin, S.Pd selaku
teman sejawat.
Raha, Mei 2014
Peneliti
5
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………… ii
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ………………………………. iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. vi
DAFTAR TEBEL viii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… ix
ABSTRAK ……………………………………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang : ……………………………………………… 1
B. Masalah Penelitian ……………………………………………… 4
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 5
D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif ………………………………………….. 6
B. Pengertian NHT …………………………………………………… 20
C. Pengertian Hasil Balajar …………………………………………... 23
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subyek, Tempat, Waktu, dan Pihak yang Membantu …………………… 25
B. Desain Perbaikan Pembelajaran ……….………………………………… 25
C. Teknik Analisis Data dan Indikator Ketercapaian Tindakan ………….. 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ……….…………… 28
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaiakn Pembelajaran …..……………... 43
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 47
6
B. Saran ……………………………………………………………………… 47
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
7
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1
41
Tabel 4.2
42
8
ABSTRAK
Wiwin Wulandari Wa Ode, NIM. 816463629. Meningkatkan Hasil Belajar BIlangan
Bulat Melalaui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT di Kelas IV SD
Negeri 16 Kabawo Kabupaten Muna.
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya prestasi hasil belajar murid kelas IV
SDN 16 Kabawo dalam materi Bilangan Bulat. Berdasarkan identifikasi peneliti bahwa
hal ini disebabkan faktor pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam
pembelajaran matematika termasuk bilangan bulat. Peneliti meyakini bahwa dengan
menggunakan pendekatan pemebelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat meningkatkan
hasl belajar murid. Rumusan masalah penelitian ini adalah ”Apakah penerapan
pembelajaran kooeperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar murid pada materi
bilangan bulat pada kelas IV SD Negeri 16 Kabawo?”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk (1) mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika, khususnya
pada materi pokok perkalian dan pembagian; (2) untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi pokok bilangan bulat melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT
di IV SD Negeri 16 Kabawo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar
murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo pada materi bilangan bulat. Hal ini terlihat bahwa
hasil evaluasi pada pra siklus hanya 6 orang (40%) murid yang mencapai target KKM
mata pelajaran Matematika dari 15 orang murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo Tahun
Pelajaran 2013/2014. Kemudian, setelah pelaksanaan tindakan sikklus I terdapat 10
murid (66,67%) yang telah mencapai target KKM, dan pada hasil evaluasi siklus II
terdapat 13 (86,67%) murid yang telah mencapai nilai KKM. Hasil ini menunjukkan
adanya peningkatan hasil belajar matematika murid kelas IV SDN 16 Kabawo dengan
diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Kata kunci : pembelajaran Koperatif NHT, Motivasi, hasil belajar matematika
9
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran di kelas
merupakan harapan dan tuntutan setiap perubahan kurikulum. Tujuan dan
orientasi dari pengelolan pembelajaran itu adalah untuk terciptanya kondisi
proses pembelajaran yang interaktif yang berpusat pada murid dan
menyenangkan bagi murid.
Berdasarkan identifikasi peneliti bahwa pelaksanaan pembelajaran
Matematika di kelas IV SDN 16 Kabawo guru masih menggunakan model
pembelajaran konvensional. Hal ini dilihat dari segi kegiatan murid selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran, yakni murid bekerja untuk dirinya
sendiri, pandangan ke arah papan tulis, mendengarkan guru dan belajar dari
guru, serta hanya guru yang mengambil keputusan dan murid hanya pasif.
Yang seharusnya adalah guru perlu mengaktifkan murid daripada guru yang
lebih berperan sebagai subyek pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran konvesional oleh guru Matematika
mengakibatkan kurangnya antusias dan motivasi murid dalam proses
pembelajaran di kelas. Murid lebih cenderung menerima apa saja yang
disampaikan oleh guru, diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan
maupun pendapat. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang dilakukan oleh
guru cenderung hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan
pemberian tugas. Padahal dalam kerangka pembelajaran matematika, murid
mesti dilibatkan secara mental, fisik dan sosial untuk membuktikan sendiri
tentang kebenaran dari teori-teori dan hukum-hukum matematika yang telah
dipelajarinya melalui proses ilmiah. Jika hal ini tidak tercakup dalam proses
pembelajaran dapat dipastikan penguasaan konsep matematika akan kurang dan
akan menyebabkan rendahnya hasil belajar murid yang pada akhirnya akan
mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan.
10
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas IV SD
Negeri 16 Kabawo diperoleh informasi bahwa prestasi belajar matematika
murid di sekolah tersebut masih tergolong rendah, khusunya pokok bahasan
Bilangan Bulat. Hal ini dapat dilihat dari dokumen guru kelas bahwa dari 15
murid hanya tidak ada murid yang mendapatkan nilai 85-100 (sangat baik),
hanya 2 murid yang mendapatkan nilai antara 70-84 (Baik), 4 orang
mendapatkan nilai 55-69 (Cukup), 6 orang siswa yang mendapatkan nilai 46-54
(kurang), dan 3 orang murid yang memperoleh nilai 0-45 (sangat kurang). Data
ini bila dibandingkan dengan persentase keberhasilan pencapaian Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika yakni 70, maka dapat
dikatakan bahwa persentase keberhasilan belum mencapai target yang
diharapkan.
Hal ini disebabkan karena murid pasif dalam proses pembelajaran,
sehingga daya serap murid terhadap materi bilangan bulat rendah. Selama ini
mereka hanya menerima apa saja yang diberikan oleh guru dan tidak pernah
bertanya kepada guru atau teman yang lebih tahu jika mereka mengalami
kesulitan dan murid yang bisa menjawab tidak mau memberikan penjelasan
kepada murid lain yang belum mengerti. Guru kurang memiliki kemampuan
menciptakan iklim pembelajaran yang mengaktifkan murid dalam proses
pembelajaran. Peneliti menduga model pembelajaran yang digunakan selama
ini belum efektif. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar
matematika murid.
Mengacu pada masalah rendanhya kemampuan murid dalam materi
Bilangan Bulat, maka diharapkan guru perlu memilih model pembelajaran yang
dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar murid. Setelah dilakukan
diskusi dengan teman guru, disepakati bahwa cara untuk meningkatkan
kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada murid kelas IV SDN 16
Kabawo adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Kepala Bernomor (NHT).
Model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) dapat
melibatkan murid dalam suasana belajar yang menyenangkan, karena murid
11
dilibatkan dalam kegiatan diskusi dan pembagian tugas yang jelas. Model
pembelajaran yang telah disepakati merupakan tindakan alternatif untuk
mengatasi masalah rendahnya kemampuan matematika murid. Model
pembelajaran ini lebih mengutamakan keaktifan murid dan memberi
kesempatan murid untuk mengembangkan potensinya secara maksimal.
Menurut Trianto (2007:41) bahwa di dalam kelas kooperatif siswa
belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang
murid yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku, dan
satu sama lain saling membantu. Mereka akan saling bekerja sama secara aktif
dan demokratis. Model pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari
peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil.
Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan
berkurang dan murid akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun.
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini menjamin
keterlibatan total semua murid dalam mengerjakan tugas yang diberikan
sehingga murid harus bekerjasama secara aktif mulai dari materi awal ke
materi selanjutnya, sifat mata pelajaran matematika yang bersifat deduktif
sehingga materi sifat operasi hitung bilangan bulat harus diajarkan secara
terstruktur mulai dari sifat komutatif, asosiatif dan distributif. Dalam
pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT setiap murid akan saling bertukar pikiran dan harus
mampu menjawab soal sesuai dengan nomornya. Namun, semua anggota harus
mampu mengetahui dan menyelesaikan semua soal yang diberikan oleh guru.
Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individual dalam diskusi.
12
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian perbaikan perbaikan
pembelajaran ini adalah ”Apakah penerapan pembelajaran kooeperatif tipe
NHT dapat meningkatkan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat pada
kelas IV SD Negeri 16 Kabawo?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat
melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas IV SD Negeri 16
Kabawo.
D. Manfaat Penelitian
a) Bagi Murid. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar
Murid pada materi pokok hitung bilangan bulat bagi kelas IV -1 SD Negeri
16 Kabawo.
b) Bagi Guru. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru,
terutama dalam memperbaiki dan meningkatkan kualiatas pembelajaran di
kelas.
c) Bagi sekolah. Penelitian diharapkan akan memberikan citra yang baik bagi
sekolah bila murid memperoleh prestasi yang baik dalam mata pelajaran
Matematika.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil bagi murid untuk bekerjasama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar,
(Sugiyanto, 2008:35).
Menurut Trianto (2007: 41) bahwa pembelajaran kooperatif muncul
dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep
yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Semua anggota
dalam tiap kelompok saling membantu anggota yang lain dalam kelompok
yang sama dan bergantung satu sama lain untuk mencapai keberhasilan
kelompok dalam belajar.
Wina (2006:240) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran kelompok yang melibatkan keaktifan murid
dalam proses pembelajaran di kelas, yang selama ini proses pembelaajran di
dominasi oleh guru dan siswa atau murid lebih banyak yang pasif. Selanjutnya,
Wina menjelaskan bahwa akhir-akhir ini dianjurkan agar para guru
menerapkan pembelaajran kooperatif dalam melaksanakan pembelajaran di
kelas. Dia menegaskan bahwa setidaknya ada dua alasan penting. Pertama,
beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima
kekurangan diri dan orang lain, serta meningkatkan harga diri. Kedua,
pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan dalam belajar
berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan.
Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok
kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam
menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
14
tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil
siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya. Suatu pembelajaran dalam kelompok kecil harus terdiri dari
beberapa siswa yang mempunyai sejumlah pengetahuan tentang masalah yang
dipersoalkan.
Nasution (2006 : 201).
Menurut Lie (2010) pembelajaran kooperatif merupakan salah satu
pembelajaran yang bersifat gotong royong atau kerja sama. Dalam
pembelajaran kooperatif ini ada beberapa teknik yang dilakukan dalam
melakukan kegiatan diskusi, sehingga dalam kegiatan diskusi menjadi lebih
menyenangkan. Menurut Lie (2010: 18) berbagai dampak negatif dalam
penggunaan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari, jika
saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam persiapan
dan penyusunan metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode
pembelajaran kooperatif bukan sekadar kerja kelompoknya, melainkan pada
penstrukturannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Etin Solihatin (2005:4)
bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan
kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari anggota kelompok itu sendiri.
Selanjutya, Etin Solihatin (2005:5) dalam dalam penerapan pembelajaran
kooperatif ada beberapa teknik atau tipe yang dapat digunakan oleh guru,
antara lain :
1) tipe mencari pasangan
2) bertukar pasangan
3) berpikir-berpasangan-berempat
4) berkirim salam dan soal
5) kepala bernomor
6) dua tinggal dua tamu
7) keliling kelompok
15
8) kancing gemerincing
9) keliling kelas
10) lingkaran kecil dan lingkaran besar
11) tari bambu
12) jigsaw
13) bercerita
14) nik yang disebutkan diatas, penulis mengambil satu tipe dalam
melaksanakan berpasangan
Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang telah dikemukakan di
atas, peneliti memilih pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor
(Numbered Heads Together) atau NHT. Tujuan peneliti menggunakan tipe
tersebut adalah agar para murid yang kemampuan rendah dapat mengerjakan
tugas dengan dibantu oleh murid yang kemampuan tinggi. Dalam melakukan
kegiatan diskusi siswa selalu melakukan pengelompokkan sendiri sehingga
siswa yang memiliki kemampuan yang kurang hanya duduk dan diam. Oleh
karena itu seorang guru melakukan cara dengan menggunakan teknik kepala
bernomor dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga dengan metode atau
teknik yang dilakukan siswa yang memiliki kemampuan dapat membantu
siswa yang kurang memahami. Hal ini dapat saling berkomunikasi antar
anggota. Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar
kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap
materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual
selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota
kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan
siapa yang dapat memberikan bantuan.
Dalam penilaian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok
siswa bekerja sama dengan metode pembelajaran kooperatif. Mereka saling
membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing
mengerjakan tes sendiri dan menerima nilai pribadi. Nilai kelompok bisa
dibentuk dengan beberapa cara. Pertama, nilai kelompok bisa diambil dari
nilai terendah yang didapat oleh siswa dalam kelompok. Kedua, nilai
16
kelompok juga bisa diambil dari rata-rata semua anggota kelompok dari
”sumbangan” setiap anggota.
2. Unsur-Unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger & Johnson (Lie, 2010:31) ada lima unsur model
pembelajaran kooperatif yakni : (1) Saling ketergantungan positif, (2)
Tanggung jawab perseorangan, (3) Tatap muka, (4) Komunikasi antar
anggota, (5) Evaluasi proses kelompok.
1. Saling Ketergantungan Positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap
anggotanya, untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar
perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehinngga setiap anggota
kelompoknya harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa
mencapai tujuan mereka.
2. Tanggung Jawab Perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika
tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran
kooperatif, setiap siswa akan merasa tanggung jawab untuk melakukan
yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok.
3. Terjadinya interaksi tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka
dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran
beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala
saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah
hasil masing-masing anggota.
4. Komunikasi Antaranggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan
berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam
kelompok, pengajar perlu mengajar cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap
17
siswa mempunyai keahlian para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5. Evaluasi Proses Kelompok
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak
perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang
beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan
pembelajaran kooperatif.
3. Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Kooperatif
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model
pembelajaran kooperatif, yakni : (1) pengelompokkan, (2) semangat gotong
royong, dan (3) penataan ruang kelas.
1. Pengelompokkan
Dalam pengelompokkan kelas pembelajaran kooperatif ada dua
kelompok yaitu homogen dan heterogen.
a. Pengelompokkan homogen berdasarkan prestasi belajar sangat disukai
karena tampaknya bermanfaat. Pertama, pengelompokkan cara ini praktis
dan mudah dilakukan secara administratif. Selanjutnya, pengelompokkan
homogen berdasarkan hasil prestasi dilakukan untuk memudahkan
pengajaran. Guru memang menghadapi tantangan yang lebih besar dalam
mengajar siswa yang berlainan kemampuan belajarnya dalam satu
kelompok atau kelas. Jika mengajar terlalu cepat, siswa yang lamban akan
tertinggal. Sebaliknya, jika terlalu lambat, siswa yang cerdas akan merasa
bosan dan akhirnya mengabaikan atau mengacau kelas. Oleh karena itu,
pengelompokkan homogen dianggap bisa menyelesaikan masalah
pengajaran. Dibalik segala manfaatnya, pengelompokkan homogen
ternyata mempunyai banyak dampak negatif. Pengelompokkan
berdasarkan kemampuan sama dengan memberikan cap atau label tiap-tiap
18
peserta didik, ini bisa menjadi vonis yang diberikan terlalu dini, terutama
bagi peserta yang kurang mampu. Padahal, Penilaian guru pada saat
membuat keputusan dalam pengelompokkan belum tentu benar dan tidak
mungkin bisa mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya dan
menyeluruh.
b. Pengelompokkan heterogen merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam
metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk
dengan memperhatikan keaneka ragaman gender, latar belakang agama,
sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal
kemampuan akademis, kelompok pembelajaran kooperatif biasanya terdiri
dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan
kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan
akademis kurang. Secara umum, kelompok heterogen disukai oleh para
guru yang telah memakai metode pembelajaran kooperatif karena
beberapa alasan. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan
untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua,
kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik,
dan gender. Ketiga, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas
karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi,
guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Salah satu kendala
yang mungkin dihadapi guru dalam pengelompokkan heterogen adalah
keberatan dari pihak siswa yang berkemampuan akademis tinggi (atau
orang tua mereka pada tingkat sekolah dasar). Siswa dari kelompok ini
bisa merasa “rugi” dan dimanfaatkan tanpa bisa mengambil manfaat apa-
apa dalam kegiatan belajar pembelajaran kooperatif karena rekan-rekan
mereka dalam kelompok tidak lebih pandai dari mereka. Tidak jarang,
protes ini juga disampaikan kepada guru baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kepada siswa ataupun orang tua semacam ini, perlu
dijelaskan bahwa sebenarnya siswa dengan kemampuan akademis tinggi
pun akan menarik manfaat secara kognitif dan afektif dalam kegiatan
19
belajar pembelajaran kooperatif bersama siswa-siswa lain dengan
kemampuan yang kurang. Mengajar adalah guru yang terbaik. Dengan
mengajarkan apa yang seseorang baru pelajari, dia akan lebih bisa
menguasai atau menginternalisasi pengetahuan dan keterampilan barunya.
2. Semangat Kerja sama (Gotong Royong)
Agar kelompok bisa bekerja sama secara efektif dalam proses
pembelajaran gotong royong, masing-masing anggota kelompok perlu
mempunyai semangat gotong royong. Semangat gotong royong ini bisa saja
dirasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam bekerja sama dengan
siswa-siswa lainnya. Niat siswa bisa dibina dengan beberapa kegiatan yang
bisa membuat relasi masing-masing anggota kelompok lebih erat seperti di
bawah ini :
1. Kesamaan Kelompok
Kelompok akan merasa bersatu jika mereka bisa menyadari
kesamaan yang mereka miliki. Kesamaan ini tidak berarti
menyeragamkan semua keinginan, minat, dan kemampuan
anggota kelompok. Merasa diri dikenal dan diterima oleh
kelompoknya merupakan hal yang sangat penting bagi
terlaksananya kerja sama dalam kelompok.
2. Identitas Kelompok
Berdasarkan kesamaan mereka, kelompok bisa merundingkan
nama yang tepat untuk kelompok mereka. Setiap anggota
kelompok harus dimintai pendapat dan keputusan tidak boleh jika
ada yang tidak setuju dengan nama yang dipilih. Masing-masing
kelompok juga bisa membuat atribut yang menyatukan kelompok
mereka tanpa mengorbankan keunikan pribadi. Salah satu contoh
adalah membuat topi dari bahan-bahan sederhana. Topi-topi
dalam satu kelompok tidak harus sama.
20
3. Sapaan dan Sorak Kelompok
Untuk lebih memperat hubungan dalam kelompok, siswa bisa
disuruh menciptakan sapaan dan sorak khas kelompok. Menyapa
tidak harus dengan berjabat tangan. Siswa bisa didorong
mengembangkan kreativitas mereka dengan menciptakan cara
menyapa rekan-rekan dalam satu kelompok yang disesuaikan
dengan identitas kelompok mereka. Sapaan dan sorak kelompok
ini bisa dipakai berulang-ulang selama tahun ajaran untuk
keperluan beberapa keperluan. Dalam saat-saat seperti ini, guru
bisa membangunkan siswa-siswi yang mengantuk dan
menghidupkan semangat belajar siswa dengan meluangkan
beberapa detik saja untuk sapaan dan sorak kelompok
3. Penataan Ruang Kelas
Penataan ruang kelas sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran
yang dipakai di kelas. Penataan ruang yang klasikal dengan semua bangku
menghadap kesatu arah (guru dan papan tulis) sangat sesuai dengan metode
ceramah. Dalam metode ini, guru berperan sebagai narasumber yang utama,
atau mungkin juga satu-satunya. Dalam pembelajaran kooperatif, guru lebih
berperan sebagai fasilitator. Tentu saja, keputusan guru dalam penataan
ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan
sekolah.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah: ukuran ruang
kelas, jumlah siswa, tingkat kedewasaan siswa, toleransi guru dan kelas
terhadap kegaduhan dan lalu lalangnya siswa, pengalaman guru dalam
melaksanakan metode pembelajaran kooperatif, dan pengalaman siswa
dalam melakasanakan metode pembelajaran kooperatif.
4. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran
Tradisional (konvensional)
Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok,
meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok
21
belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. pembelajaran tertera
pada tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran
tradisional menurut Sugiyanto (2008: 40)
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Tradisional
Adanya saling ketergantungan
positif, saling membantu dan
saling memberikan motivasi
sehingga ada promotif.
Guru sering membiarkan
siswa mendominasi kelompok
atau menggantungkan diri
pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual
yang mengukur penguasaan materi
pelajaran tiap anggota kelompok.
Kelompok diberi umpan balik
tentang hasil belajar para
anggotanya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang akan
memerlukan bantuan dan siapa
yang dapat memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual yang
sering diabaikan sehingga
tugas-tugas sering diborong
oleh salah seorang anggota
kelompok, sedangkan para
anggota kelompok lainnya
hanya ‘enak-enak saja’ atas
keberhasilan temannya yang
dianggap ‘pemborong’.
Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademik,
jenis kelamin, ras, etnik dan
sebagainya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang akan
memerlukan bantuan dan siapa
yang dapat memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya
homogen.
Pimpinan kelompok dipilih secara
demokratis atau bergilir untuk
memberikan pengalaman dalam
memimpin bagi para anggota
kelompok.
Pemimpin kelompok sering
ditentukan oleh guru atau
kelompok dan dibiarkan
untuk memilih para pemimpin
anggotanya dengan cara
22
masing-masing.
Keterampilan sosial yang
diperlukan dalam kerja gotong
royong secara langsung diajarkan.
Keterampilan sosial sering
tidak diajarkan secara
langsung.
Pada saat belajar kooperatif
sedang berlangsung, guru terus
melakukan pemantauan melalui
observasi dan melakukan
intervensi jika terjadi masalah
dalam kerjasama antar anggota
kelompok.
Guru sering melakukan
pemantauan melalui observasi
dan intervensi oleh pada saat
belajar kelompok sedang
berlangsung.
Guru memperhatikan secara
langsung proses kelompok yang
terjadi dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru tidak memperhatikan
proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok
belajar
Penekanan tidak hanya pada
penyelesaian tugas tetapi juga
hubungan interpersonal (hubungan
antar pribadi yang saling
menghargai).
Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas
5 .Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sugiyanto (2008:41) pembelajaran kooperatif mempunyai
beberapa keuntungan :
a) meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial,
b) memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan,
c) memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial,
23
d) memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen,
e) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois,
f) membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa
dewasa,
g) berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan,
h) meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia,
i) meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai perspektif,
j) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik,
k) meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,
agama, dan orientasi tugas.
Tetapi disamping adanya keuntungan dalam pembelajaran
kooperatif, pembelajaran kooperatif juga mempunyai
kelemahan-kelemahan antara lain sebagai berikut :
1. Kerja kelompok seringkali hanya melibatkan kepada siswa
yang mampu, sebab mereka cukup memimpin dan
mengarahkan kepada mereka yang kurang mampu.
2. Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat
duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang
berbeda-beda pula.
3. Keberhasilan strategi kelompok ini tergantung kepada
kemampuan siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri.
6. Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor
Menurut Lie (2010:59) teknik belajar mengajar kepala bernomor
(Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik
ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan
24
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu,
teknik ini juga mendorong siswa uuntuk meningkatkan semangat kerja
sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran
untuk semua tingkatan usia anak didik.
Teknik pelaksanaannya :
a. Setiap siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor.
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
c. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
d. Guru memanggil salah satu nomor. Setiap dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerja sama.
Ada lima unsur seperti yang telah dibahas, untuk memenuhi kelima
unsur tersebut memang dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan
kiat (will and skill) para anggota kelompok. Para pembelajar harus
mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam
kegiatan belajar pembelajaran kooperatif yang akan saling
menguntungkan. Selain niat, Para pembelajar juga harus menguasai
kiat-kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Agar
kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran
gotong royong, masing-masing anggota kelompok perlu mempunyai
semangat ini tidak diperoleh dalam sekejap. Semangat gotong royong
ini bisa dirasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam bekerja
sama dengan siswa-siswi yang lainnya. Menurut Lie (2010:5) pendidik
perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
berdasarkan beberapa pokok pemikiran berikut ini :
a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa.
Guru menciptakan kondisi dan situasi siswa membentuk makna
25
dari bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan
menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses
dan dikembangkan (Piaget, 1952 & 1960 ; Freire, 1970).
b. Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Belajar adalah suatu
kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan
terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru atau
kurikulum secara pasif. Teori Skemata menjelaskan bahwa siswa
mengaktifkan struktur kognitif mereka dan membangun
struktur-struktur baru untuk mengakomodasi masukan-masukan
pengetahuan yang baru Jadi, penyusunan pengetahuan yang
terus-menerus menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif
(Anderson & Armbruster, 1982 : Piaget, 1952 & 1960).
c. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan
kemampuan siswa. Kegiatan belajar mengajar harus lebih
menekankan pada proses daripada hasil. Setiap orang pasti
mempunyai potensi.
d. Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan
interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan pendidikan adalah suatu
proses sosial. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses
yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan
yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama (
Johnson, & Smith, 1991 ).
B. Pengertian Tipe Kepala Bernomor (NHT)
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan tipe fakta-fakta dan
informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi pembelajaran
kooperatif yang terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview
siswa. pembelajaran ini juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah
yang tingkat kesulitannya terbatas. NHT sebagai model pembelajaran pada
dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Dalam proses
pembelajaran menggunakan model NHT guru hanya menunjuk seorang siswa
26
yang mewakili kelompoknya. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa
memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut.
Menurut Muhammad Nur (2005:78), dengan cara tersebut akan
menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat
baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
Selain itu pembelajaran kooperatif tipe NHT memberi kesempatan kepada
siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat.
Ibrahim, (2000:7) bahwa dengan belajar kooperatif akan memperbaiki prestasi
siswa atau tugas-tugas akademik penting lainnya serta akan memberi
keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang
bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademis. Dengan adanya
keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap
motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami konsep-konsep
ataupun memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru. Saat siswa
termotivasi dalam kegiatan belajar belajar maka mereka akan berusaha untuk
mencari ide-ide baru dan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Siswa
dalam satu kelompok yang heterogen saling bertukar pikiran.
Anita Lie (2000: 17) bahwa Tipe Numbered Head Together (NHT)
adalah tipe kooperatif dimana siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang
heterogen yang beranggotakan 4-6 orang. Dalam setiap kelompok siswa yang
pintar dapat mengajari temannya yang kurang sehingga dapat menumbuhkan
rasa sosial diantara setiap anggota kelompok.
Berdasarkan beberapa teori tersebut peneliti dapat menyimpulkan
bahwa Pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor atau Numbered Head
Togheter (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang proses pelaksanaannya
guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang heterogen dimana guru
akan menunjuk nomor siswa berdasarkan penomoran dalam kelompok untuk
mengerjakan soal yang diberikan setelah proses pengerjaan soal bersama-sama
dalam kelompok tanpa memberitahu siswa terlebih dahulu sehingga semua
27
siswa secara tidak langsung harus bertanggung jawab secara pribadi kepada
keberhasilan kelompoknya.
Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT).
Menurut Trianto (2007:63) adapun tahapan dalam pembelajaran
Numbered Head Together (NHT) antara lain yaitu 1) penomoran, 2)
mengajukan pertanyaan, 3) berfikir bersama, dan 4) menjawab. Adapun
langkah-langkah penerapan model Numbered Head Together (NHT) dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Tahap I : Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok terdiri 1-6
orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 – 6
2) Tahap 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dalam bentuk kalimat Tanya
3) Tahap 3 : Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4) Tahap 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang
nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan untuk
seluruh kelas.
C. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran,
karena keberhasilan guru dalam mengajar dapat diukur dari hasil belajar. Nana
Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono
(2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
28
dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan
berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Hasil belajar merupakan
hasil proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik pada setiap
pembelajaran di kelas.
Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus
pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka
membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas
pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri. Dalam setiap mengikuti
proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan
mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat
membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik
hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak
optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.
Pandangan di atas sejalan dengan Hamalik (2001:159) bahwa hasil
belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu
merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Hal yang
sama juga dikemukakan Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari
suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai
tes yang diberikan guru.
Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar
adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran
yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai
memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
29
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Subyek, Tempat, Waktu, dan Pihak yang Membantu
Subyek penelitian ini adalah murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo
Kabupaten Muna dengan jumlah murid 15 orang. Penelitian perbaikan
pembelajaran ini dilaksanakan pada bulan Mei Tahun Pelajaran 2013/2014.
Dalam melaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran ini, peneliti dibantu
oleh salah seorang rekan guru di SD Negeri 16 Kabawo. Hal ini sangat penting
untuk mengamati kegiatan murid dan guru dalam kegiatan proses pembelajaran
di kelas.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Prosedur yang dijalankan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini
adalah mengacu pada desain prosedur penelitian tindakan. Dalam hal ini
peneliti mengacu pada prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
digambarkan oleh Ahmad (1999) dalam Saminanto (2010:8), yaitu sebagai
berikut:
Berdasarkan alur penelitian tindakan pada bagan atau gambar 1 di atas,
maka dapat dijelaskan bahwa alur penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai
berikut:
1. Identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam
pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan bagaimana
Indentifikasi
Permasalahan
Alternatif
Pemecahan
Masalah
Pelaksanaan
Tindakan I
Observasi IAnalisis DataRefleksi I
S
I
K
L
U
S
P
T
K
Catatan: Apabila Siklus 1 belum behasil lanjut ke siklus ke 2
Gambar 1. Alur Penelitian tindakan oleh Saminanto (2010:8)
30
upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar murid kelas IV SD Negeri 16
Kabawo dalam materi operasi hitung bilangan bulat.
2. Alternatif pemecahan masalah. Tahapan selanjutnya setelah identifikasi
masalah adalah alternatif pemecahan masalah, yakni upaya-upaya apa yang
akan dilakukan oleh guru atau peneliti dalam meningkatkan hasil belajar murid
dalam materi operasi hitung bilangan bulat. Salah satu di antaranya adalah
dengan memperbaiki proses pebelajaran melalui penggunaan metode
pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT). Langkah-langkah
aletrnatif pemecahan masalah adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan atau membuat Rencana Perbaikan Pembelaajran (RPP)
2. Menyiapkan atau membuat Lembar Observasi untuk Murid
3. Melakukan atau membuat Lembar Observasi untuk Guru
4. Menyiapkan tes untuk mengetahui hasil belajar murid pada materi operasi
hitung bilangan bulat.
3. Pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan ini adalah berkaitan dengan
langkah-langkah guru atau peneliti untuk solusi pemecahan masalah yang telah
diidentifikasi, yakni pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT).
4. Observasi. Observasi merupakan rangkaian pelaksanaan tindakan, yakni
mengamati kegiatan murid dan guru apakah sudah sesuai dengan skenario
pembelajaran atau belum, sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Rencana
Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang dipersipkan.
5. Analisis data. Dalam tahapan ini, guru atau peneliti menganalis data-data yang
telah dicatat dan dikumpulkan selama pelaksanaan tindakan. Tujuannya adalah
untuk mengetahui apakah telah atau sudah mencapai sesuai dengan indikator
atau target yang dicapai.
6. Refleksi. Dalam tahapan ini guru atau peneliti merefleksi seluruh kegitan atau
peristiwa selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Mengidentifikasi kembali
hal-hal yang masih kurang dalam pelaksanaan tindakan dan mempertahankan
hal-hal yang dianggap baik. Dan apabila pelaksanaan tindakan ini belum
31
berhasil, maka akan ditindak lanjuti lagi pada siklus berikutnya, sampai tujuan
berhasil atau tercapai.
C. Teknik Analisis Data dan Indikator Ketercapaian Tindakan
Data yang dikumpul pada setiap siklus dianalisis dengan menggunakan
teknik deskriptif kuantitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis
kelebihan atau kelemahan dalam pelaksanaan tindakan, serta untuk merefleksi
proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan dan untuk memperoleh
kesimpulan, dan selanjutnya untuk program perbaikan pada siklus berikutnya.
Ada dua indikator keberhasilan dalam penelitian ini, yakni (1)
keberhasilan individual, yakni apabila nilai murid telah mencapai KKM 68, dan
(2) Keberhasilan kelompok, yakni tindakan perbaikan pembelajaran ini
dikategorikan berhasil apabila minimal 80% murid telah memperoleh nilai ≥ 68
sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika
pada kelas IV SDN 16 Kabawo.
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini diawali dengan kegiatan pra tindakan. Pra tindakan ini
dilakukan untuk mendapatkan fakta atau data berkaitan dengan proses
pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 16 Kabawo. Dari hasil
kegiatan pra tindakani ini, peneliti memperoleh gambaran bahwa (1) penerapan
pembelajaran Matematika yang dilakukan oleh guru kelas IV SD Negeri 16
Kabawo masih menggnakan model pembelajaran yang konvensional, yakni
guru menjalaskan materi operasi hitung bilangan bulat hanya menceremai
murid, sehingga murid hanya mendengarkan penjelasan guru. Murid hanya
diberikan kesempatan untuk bertanya bila belum mengerti atas penjelasan guru.
Murid hanya hanya diberi kesempatan menyesaikan soal di papan tulis, tetapi
hanya kepada murid yang telah mengerti atas penjelasan guru dengan cara
mengancungkan tangan terlebih dahulu. Model pembeljaran seperti ini
tentunya tidak menumbuhkan partisipasi murid, karena hanya murid berani dan
mengerti saja yang diberi kesempatan untuk maju ke papan tulis mengerakan
soal operasi hitung bilangan bulat sedangkan murid yang lainnya menjadi
penonton.
Berdasarkan kondisi pembelajaran Matematika di atas telah berdampak
pada rendahnya hasil belajar matematika pada murid kelas IV SD Negeri 16
Kabawo yang pada kesempatan ini materi bilangan bulat yang dijadikan sampel
data hasil belajar matematika kelas SD Negeri 16 Kabawo. Hal ini terlihat
bahwa hasil tes materi bilangan bulat hanya 6 orang (40%) murid yang
mencapai target KKM mata pelajaran Matematika dari 15 orang murid kelas IV
SD Negeri 16 Kabawo Tahun Pelajaran 2013/2014.
Dari hasil identifikasi diperoleh data bahwa rendahnya hasil belajar
murid pada materi operasi hitung dan bilangan bulat adalah: (1) kurangnya
pemahaman atau pengetahuan guru terhadap model-model pembelajaran yang
dapat menumbuhkan dan meningkatan motivasi dan partisipasi murid dalam
33
proses pembelajaran di kelas; (2) pembelajaran yang diterapka oleh guru
membosankan dan otoriter dalam menjelaskan materi; (3) kurangnya
bimbingan guru dan kesempatan bagi murid untuk menyelesaikan tugas-tugas
atau soal-soal secara berkelompok untuk saling berdiskusi dengan teman-
temannya.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I
dilaksanakan dua kali pertemuan. Kegitan ini dilakukan untuk mengetahui dan
memperoleh gambaran mengenai keaktifan anak dalam proses pembelajaran,
keterlaksaan skenario atau langkah-langkah pembelajaran oleh guru atau
peneliti, dan peningkatan hasil belajar murid ada materi operasi hitung bilangan
bulat. Ada 3 faktor atau komponen yang diamati dalam kegiatan tindakan
siklus I ini, yakni (1) keaktifan anak dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan
guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor (NHT);
dan (3) hasil belajar anak setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif
tipe kKepala bernomor (NHT). Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan kegiatan
Siklus I adalah sebagai berikut ini.
1. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang
diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan. Proses persiapan ini dilakukan dengan
cara berkonsultasi dengan guru di kelas IV SD Negeri 16 Kabawo sebagai
kolaborator pada proses penelitian ini. Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh
peneliti adalah:
1) Membuat skenario pelaksanaan tindakan berupa rencana perbaikan
pembelajaran untuk tindakan Siklus I.
2) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas anak didik dan guru
dalam proses pembelajaran Siklus I.
3) Membuat alat bantu mengajar yang diperukan pada tahap Siklus I
4) Mendesain alat evaluasi untuk melihat hasil belajar anak didik.
34
Setelah peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran di atas,
selanjutnya peneliti melaksanakan tindakan pada Siklus I.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan skenario pembelajaran dalam rangka
untuk memfasilitasi murid untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
meningkatkan hasil belajar murid sesuai dengan rencana perbaikan
pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tindakan perbaikan
pembelajaran pada Siklus I ini dilakukan dalam 2 kali pertemuan, dengan
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut ini.
1) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru memberikan salam dan berdoa bersama anak
didik. Selanjutnya, guru memotivasi dan menfokuskuan perhatian anak melalui
pengenalan tentang tema pelajaran yang dibawakan atau diajarkan. Kemudian
guru bercakap-cakap dengan anak didik, serta menjelaskan kegiatan akan
dilaksanakan oleh anak didik. Guru memperkenalkan materi kepada murid
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini, guru mendesain kegiatan, yakni guru member
penjelasn singkat cara membaca dan menuliskan lambing bilangan bulat pada
garis bilangan, guru melakukan tanya jawab untuk menggali pemahaman
konsep murid, guru membagi murid dalam tiga kelompok yang anggotanya
terdiri dari 5 orang, guru memberikan contoh lambing bilangan, guru
membimbing kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan, guru
mempersilahkan setiap kelompok untuk menyajikan atau memaparkan hasil
diskusi kelompoknya dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain
untuk menanggapinya, dan guru menanggapi dan melengkapi jawaban murid
serta memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan penutup, guru bersama murid menyimpulkan materi
pelajaran, guru memberikan tindak lanjut, dan guru membimbing murid berdoa
pulang, dan mengucapkan salam.
35
3. Hasil Observasi/Evaluasi Proses Tindakan Siklus I
Peneliti bersama guru melakukan evaluasi dan pengamatan pada setiap
pertemuan. Setelah kegiatan evaluasi dilaksanakan, maka penilaian anak yang
diperoleh pada setiap pertemuan dikumpulkan dan direkapitulasi dalam format
penilaian untuk kegiatan tindakan Siklus I. Setelah itu, peneliti melakukan
analisis data. Setelah dilakukan analisis data pada pelaksanaan tindakan
pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut ini.
a) Keaktifan anak dalam proses pembelajaran
Berdasarkan data hasil pengamatan yang berkaitan dengan keaktifan anak
dalam proses pembelajaran, peneliti memperoleh gambaran bahwa proses
pembelajaran bilangan bulat dengan menggunankan pembelajaran kooperatif tipe
NHT adalah masih terdapat 10 (50%) anak yang belum aktif secara maksimal
dalam kegiatan kelompokya. Artinya, bahwa keterlibatan guru dalam membibing
anak masih dominan, namun telah menunjukkan telah ada perkembangan
keaktifan dan perhatian anak dalam kegiatan pembelajaran.
Data penelitian menunjukkan bahwa sebelum pelaksanaan tindakan berada
pada rata-rata persentase 40% meningkat menjadi 50% pada tindakan siklus I. Hal
ini menggambarkan ada peningkatan keaktifan dan perhatian anak dalam kegiatan
pembelajaran bilangan bulat dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe
NHT pada tindakan siklus I, walaupun masih jauh dari indikator keberhasilan
yang diharapkan. Hal ini mungkin disebabkan oleh anak belum terbiasa terlibat
dalam proses pembelajaran dengan kegiatan pembelaajran kooperatif tipe NHT.
Untuk lebih jelasnya data keaktifan murid dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah
ini.
36
Tabel 4.1
Data Aktivitas Murid pada Siklus I
No Aktivitas murid Pencapaian Kriteria
1. Kedisplinan dalam kelompok 66.7
2. Kerja sama 61.1
3. Keaktifan 66.7
4. Keseriusan 55.6
5. Mengambil bagian untuk
menjawab/menjelaskan
pertanyaan sesuai dengan
nomor kepala yang dimilikinya
55.6
6. Menjawab dan menanggapi
pertanyaan kelompok lain
50.0
7. Menghargai pendapat orang
lain
50.2
Berdasarkan data tabel 4.1 di atas, diperoleh informasi bahwa
persentase kedisplinan, kerja sama, keaktifan, keseriusan, mengambil
keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan menanggapi
pertanyaan kelompok lain, dan menghargai pendapat orang lain, murid
dalam model pembelajaran pemecahan masalah masih kriteria cukup.
Kriteria cukup pada kedisplinan, kerja sama, keaktifan, keseriusan,
mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan
menanggapi pertanyaan kelompok lain, dan menghargai pendapat orang
lain murid, dikarenakan model pembelajaran pemecahan masalah
merupakan hal yang baru. Beberapa murid hanya bermain, tidak
memperhatikan tugas yang diberikan, bahkan sering mengganggu
temannya yang serius melakukan pembelajaran.
b) Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
Berdasarkan data hasil pengamatan yang berkaitan kemampuan guru
dalam menerapkan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus I telah
37
sesuai langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah dirancang dalam
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Indikatornya,
adalah guru telah berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam
membelajarkan murid. Pelaksanaan tindakan pada pembelajaran bilangan bulat
yang dilakukan guru sesuai dengan rancangan yang dibuat dapat dilihat pada tabel
4.2 berikut ini.
Tabel 4.2
Pelaksanaan tindakan oleh guru pada siklus I
No. Pelaksanaan komponen racangan
Kegiatan
Jumlah
komponen
Persentase
(%)
1. Terlaksana 10 71,4
2. Kurang terlaksana 4 28,6
(Sumber : Olahan data Observasi kegiatan Guru)
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, terlihat bahwa pada siklus I masih
banyak komponen pembelajaran yang telah dirancang kurang terlaksana,
sehingga efektifitas pembelajaran kurang tercapai. Banyaknya komponen yang
kurang terlaksana, karena kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran
belum maksimal.
c. Hasil Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana kemajuan hasil belajar dan kemampuan
memahami materi murid selama kegiatan pembelajaran, maka guru
melaksanakan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan pada akhir kegiatan siklus I
dengan menggunakan tes tertulis berupa tes bentuk uraian.
Adapun hasil belaajr belajar murid setelah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dilihat pada tabel
4.3 di bawah ini.
38
Tabel 4.3
Hasil evaluasi belajar murid pada siklus I
No Keberhasilan Jumlah murid Persentase (%)
1. Tuntas 10 66,67%
2. Tidak tuntas 5 33.33%
Indikator keberhasilan pada penelitian ini, adalah apabila murid
mencapai nilai KKM atau lebih yaitu ≥ 68 dan ketuntasan klasikal apabila
80% dari murid telah memperoleh nilai ≥ 68.
Berdasarkan data tabel 4.1 hasil evaluasi pada siklus I nampak
bahwa indikator yang ditetapkan belum mencapai target yang diharapkan,
karena keberhasilan murid secara klasikal adalah 66,67%, masih jauh dari
target ketuntasan yaitu 80%.
d. Hasil Refleksi
Siklus I pembelajaran bilangan bulat di kelas IV SD Negeri 16
Kabawo dengan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala bernomor
(NHT) belum dapat berjalan secara optimal, karena guru mata pelajaran
belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran ini
sehingga murid belum terbiasa dengan model pembelajaran kelompok. Hal
ini mengakibatkan murid masih banyak yang ramai pada saat pelajaran
berlangsung karena murid belum terbiasa dengan modal pembelajaran
pemecahan masalah. Murid masih sibuk sendiri untuk menyeseaikan tugas
yang diberikan oleh guru selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung.
Dari beberapa aspek yang diamati dalam proses pembelajaran bilangan
bulat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif ada beberapa
kendala yang ditemukan sebagai berikut:
a. Memberikan teguran kepada murid yang berprilaku negatif kurang
terlaksana, karena guru berpindah dari satu kelompok ke kelompok yang
lain
39
b. Murid menyelesaikan tugas kelompok masing-masing masih ada murid
yang bertanya pada kelompok lain.
c. Kelompok menyelesaikan tugas dalam waktu yang tersedia kurang
terlaksana, karena semua anggota kelompok belum mampu
memanfaatkan waktu dalam menyelesaikan tugas.
d. Setiap anggota kelompok ikut berperan aktif belum terlaksana, karena
masih ada murid yang bermasa bodoh disebabkan oleh mengharap
bantuan teman kelompokknya.
e. Guru bersama murid menyimpulkan pelajaran kurang terlaksana karena
terbatasnya waktu.
Berdasarkan refleksi diatas dapat diketahui bahwa penggunaan
metode pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) bahwa
motivasi dan hasil belajar murid masih rendah. Pada siklus II perlu adanya
pemantapan langkah kerja model pembelajaran kooperatif tipe Kepala
Bernomor (NHT), dengan mengatasi kendala yang terdapat pada siklus I.
3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II juga
dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Kegitan ini juga dilakukan untuk
mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai keaktifan anak dalam proses
pembelajaran, keterlaksaan skenario atau langkah-langkah pembelajaran oleh
guru atau peneliti, dan peningkatan hasil belajar murid pada materi bilangan
bulat setelah melihat kelemahan atau kekurangan pada pelaksanaan pada siklus
I. Dengan demikian, ada 3 faktor atau komponen juga yang diamati dalam
kegiatan tindakan siklus II ini, yakni (1) keaktifan anak dalam proses
pembelajaran; (2) Kegiatan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif
tipe kepala bernomor (NHT); dan (3) hasil belajar anak setelah diterapkan
metode pembelajaran kooperatif tipe Kepala bernomor (NHT). Adapun
tahapan-tahapan pelaksanaan kegiatan Siklus II adalah sebagai berikut ini.
40
1. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang telah
diperbaharui sesuai dengan rekomendasi refleksi siklus I. Proses persiapan juga
dilakukan dengan cara tetap berkonsultasi dengan guru di kelas IV SD Negeri 16
Kabawo sebagai kolaborator dalam penelitian ini. Perangkat pembelajaran yang
dibuat oleh peneliti adalah:
1) Membuat skenario pelaksanaan tindakan berupa rencana perbaikan
pembelajaran untuk tindakan Siklus II.
2) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas anak didik dan guru
dalam proses pembelajaran Siklus II.
3) Membuat alat bantu mengajar yang diperukan pada tahap Siklus II
4) Mendesain alat evaluasi untuk melihat hasil belajar anak didik.
Setelah peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran di atas,
selanjutnya peneliti melaksanakan tindakan pada Siklus II.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan skenario pembelajaran yang telah
diperbaharui berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Tindakan perbaikan
pembelajaran pada Siklus II ini juga dilakukan dalam 2 kali pertemuan, dengan
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut ini.
1) Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, guru memberikan salam dan berdoa bersama anak
didik. Selanjutnya, guru memotivasi dan menfokuskuan perhatian anak melalui
pengenalan tentang tema pelajaran yang dibawakan atau diajarkan. Kemudian
guru bercakap-cakap dengan anak didik, serta menjelaskan kegiatan akan
dilaksanakan oleh anak didik. Guru memperkenalkan materi kepada murid
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan ini, guru mendesain kegiatan, yakni guru member
penjelasn singkat cara membaca dan menuliskan lambing bilangan bulat pada
garis bilangan, guru melakukan tanya jawab untuk menggali pemahaman
konsep murid, guru membagi murid dalam tiga kelompok yang anggotanya
41
terdiri dari 5 orang, guru memberikan contoh lambing bilangan, guru
membimbing kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan, guru
mempersilahkan setiap kelompok untuk menyajikan atau memaparkan hasil
diskusi kelompoknya dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain
untuk menanggapinya, dan guru menanggapi dan melengkapi jawaban murid
serta memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.
3) Kegiatan Akhir
Pada kegiatan penutup, guru bersama murid menyimpulkan materi pelajaran,
guru memberikan tindak lanjut, dan guru membimbing murid berdoa pulang, dan
mengucapkan salam.
3. Hasil Observasi/Evaluasi Proses Tindakan Siklus I
Peneliti bersama guru melakukan evaluasi dan pengamatan pada setiap
pertemuan. Setelah kegiatan evaluasi dilaksanakan, maka penilaian anak yang
diperoleh pada setiap pertemuan dikumpulkan dan direkapitulasi dalam format
penilaian untuk kegiatan tindakan Siklus I. Setelah itu, peneliti melakukan
analisis data. Setelah dilakukan analisis data pada pelaksanaan tindakan
pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut ini.
a) Keaktifan anak dalam proses pembelajaran
Berdasarkan data hasil pengamatan yang berkaitan dengan keaktifan anak
dalam proses pembelajaran, peneliti memperoleh gambaran bahwa proses
pembelajaran bilangan bulat dengan menggunankan pembelajaran kooperatif tipe
NHT adalah terdapat 13 (86.67 %) telah aktif secara maksimal dalam kegiatan
kelompokya. Artinya, bahwa keterlibatan guru dalam membibing anak sudah
tidak masih dominan lagi. Data penelitian menunjukkan bahwa sebelum
pelaksanaan tindakan berada pada rata-rata persentase 40% meningkat menjadi
50% pada tindakan siklus I. Hal ini menggambarkan ada peningkatan keaktifan
dan perhatian anak dalam kegiatan pembelajaran bilangan bulat dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada tindakan siklus II. Hal ini
mungkin disebabkan anak tealah terbiasa terlibat dalam proses pembelajaran
42
dengan kegiatan pembelaajran kooperatif tipe NHT. Untuk lebih jelasnya data
keaktifan murid dapat dilihat pada Tabel 4. di bawah ini.
Tabel 4.4
Data Aktivitas Murid pada Siklus II
No. Aktivitas murid mencapai Pencapaian Kriteria
B C K
1 Kedisplinan dalam kelompok 83,3 √
2 Kerja sama 83,3 √
3 Keaktifan 94,4 √
4 Keseriusan 77,4 √
5 Mengambil bagian untuk
menjawab/menjelaskan
pertanyaan sesuai dengan
nomor kepala yang
dimilikinya
72,2
√
6 Menjawab dan menanggapi
pertanyaan kelompok lain
72,2 √
7 Menghargai pendapat orang
lain
77,8 √
Berdasarkan data pada Tabel 4.4 tersebut, diperoleh informasi bahwa
persentase kedisplinan, kerja sama, keaktifan, keseriusan, mengambil
keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan menanggapi
pertanyaan kelompok lain, dan menghargai pendapat orang lain, murid
dalam model pembelajaran pemecahan masalah sudah kriteria baik, karena
bila dirata-rata persentase kegiatan murid diperoleh 80,16%.
Walaupun keseriusan, mengambil keputusan dan memecahkan
masalah, menjawab dan menanggapi pertanyaan kelompok
lain,menghargai pendapat orang lain masih kriteria cukup, namun secara
kuantitas persentase mengalami peningkatan. Hal ini berarti jumlah murid
yang melaksanakan keempat indikator kegiatan murid telah meningkat.
43
b) Kegiatan Guru dalam Pembelajaran
Berdasarkan data hasil pengamatan yang berkaitan kemampuan guru
dalam menerapkan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus I telah
sesuai langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah dirancang dalam
Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Indikatornya,
adalah guru telah berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam
membelajarkan murid. Pelaksanaan tindakan pada pembelajaran bilangan bulat
yang dilakukan guru sesuai dengan rancangan yang dibuat dapat dilihat pada tabel
4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Pelaksanaan tindakan oleh guru pada siklus II
No. Pelaksanaan komponen racangan
Kegiatan
Jumlah
komponen
Persentase
(%)
1. Terlaksana 12 85,7
2. Kurang terlaksana 2 14,2
(Sumber : Olahan data Observasi kegiatan Guru)
Berdasarkan tabel 4.5 tersebut, terlihat bahwa pada siklus II hampir
semua komponen rancangan kegiatan guru telah terlaksana. Hal ini
menggambarkan telah ada peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru dalam
menerapkan pembelajaran kelompok tipe NHT. Hal ini akan berdampak positif
tehadap peningkatan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat.
c. Hasil Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana kemajuan hasil belajar dan kemampuan
memahami materi murid selama kegiatan pembelajaran, maka guru
melaksanakan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan pada akhir kegiatan siklus I
dengan menggunakan tes tertulis berupa tes bentuk uraian.
Adapun hasil belaajr belajar murid setelah pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dilihat pada tabel
4.3 di bawah ini.
44
Tabel 4.6
Hasil evaluasi belajar murid pada siklus II
No Keberhasilan Jumlah murid Persentase (%)
1. Tuntas 13 86,67%
2. Tidak tuntas 2 13.33%
Indikator keberhasilan pada penelitian ini, adalah apabila murid
mencapai nilai KKM atau lebih yaitu ≥ 68 dan ketuntasan klasikal apabila
80% dari murid telah memperoleh nilai ≥ 68.
Berdasarkan data hasil penilaian pada siklus II ini nampak bahwa
jumlah murid yang telah mencapai nilai KKM adalah 86,67%, hal ini
berarti indikator keberhasilan pada siklus II sudah tercapai dan
pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah efektif
meningkatkan hasil belajar murid.
d. Hasil Refleksi
Siklus II pembelajaran bilangan bulat di kelas IV SD Negeri 16
Kabawo dengan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala bernomor
(NHT) berjalan secara optimal, karena guru mata pelajaran sudah terbiasa
melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran ini. Dari aspek
murid juga telah terbiasa dengan model pembelajaran kelompok, dan
murid lebih termotivasi dan antusias untuk belajar karena mereka merasa
terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap anggota kelompok ikut berperan
aktif dan bertanggung terhadap nomor tugas yang diberikan kepadanya oleh
teman kelompokknya.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Beberapa temuan penting yang diperoleh dari penelitian ini dalam
penerapan pembelajaran kooepratif tipe NHT, yakni: (1) Murid sangat
termotivasi melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran; (2)
Meningkatnya hasil belajar murid pada materi bilangan bulat; (3) Harapan
45
agar murid lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dapat tercapai; (4)
Keberhasilan penerapan model pembelajaran NHT ini sangat ditentukan oleh
keterbiasaan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif.
Tidak tercapainya target yang diharapakn pada siklus I disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain: (1) Murid masih malu-malu untuk
mengungkapkan pendapat dan pertanyaan pada saat diskusi kelompok
berlangsung; (2) Murid belum memahami benar prosedur kegiatan belajar
mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT; dan (3) Ada
beberapa murid yang melakukan aktifitas diluar tugas yang diberikan dan
mengganggu aktifitas anggota kelompokan lain, hal ini disebabkan karena
guru masih kurang dalam memberikan bimbingan.
Dari hasil refleksi, maka dilakukan perubahan strategi, dengan cara
memberikan perhatian yang lebih serius kepada murid yang kurang aktif.
Memberikan penghargaan bagi murid yang mengajukan pertanyaan dan
mengungkapkan pendapatnya.
Pada siklus II proses pembelajaran dengan metode pembelajaran
pemecahan masalah, guru sudah dapat menyiasati berbagi kekurangan dalam
proses pembelajaran sehingga aktifitas murid semakin meningkat. Seluruh
kegagalan pada siklus I dilakukan perbaikan pada siklus II sehingga
peningkatan aktifitas dan hasil belajar dapat tercapai.
Untuk aktifitas belajar murid pada siklus I dan siklus II dapat dilihat
pada tabel 4.7.
Tabel 4.7
Data Peningkatan Aktivitas Murid pada Siklus I dan Siklus II
No. Aktivitas Murid Pencapain (%) Peningkatan
Siklus I Siklus II %
1 Kedisiplinan dalam
kelompok
66,7 83,3 16,6
2. Kerja sama 61,1 83,3 22,2
3. Keaktifan 66,7 94,9 27,7
46
4. Keseriusan 55,6 77,8 22,2
5. Mengambil keputusan dan
memecahkan masalah
50,0 72,2 22,2
6. Menjawab dan menaggapi
pertanyaan kelompok lain
50,0 72,2 22,2
7. Menghargai pendapat orang
lain
72,2 77,8 5,6
Berdasarkan tabel 4.7 diatas di atas terlihat bahwa ketujuh komponen
hasil pengamatan aktivitas murid mengalami peningkatan. Komponen yang
mengalami peningkatan yang paling tinggi adalah keaktifan murid. Hal ini
karena murid semakin tertarik dengan model pembelajaran pemecahan
masalah. Komponen yang mengalami peningkatan yang paling rendah adalah
menghargai pendapat orang lain, hal ini karena murid selalu merasa lebih
pintar di banding dengan temanya.
Hasil pada siklus I mengenai kedisplinan, kerja sama, keaktifan,
keseriusan, mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan
menanggapi pertanyaan kelompok lain, masih kriteria cukup. Pada siklus II
kedisplinan, kerja sama, keaktifan, murid sudah kriteria baik, sedangkan
keseriusan, mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan
menanggapi pertanyaan kelompok lain, dan menghargai pendapat orang
lain,masih kriteria cukup. Keempat indikator kegiatan murid ini walaupun
masih kriteria cukup, namun secara kuantitas presentasi mengalami kenaikan,
artinya jumlah murid yang telah melaksanakan keempat indikator tersebut
semakin bertambah. Untuk peningkatan hasil belajar pada siklus I dan II dapat
dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.
47
Tabel 4.8
Hasil Belajar murid Siklus I dan II
No Nama Nilai Murid Peningkatan
(Inisial) Siklus I Siklus II Jumlah %
1 MJ 77 83 6 33.3
2 JAW 44 72 28 38.9
3 MY 72 77 5 6.5
4 SM 38 72 34 47.2
5 NW 44 50 6 12.0
6 Is 61 88 27 30.7
7 EA 44 50 6 12.0
8 IW 89 90 2 2.2
9 Uc 44 77 33 42.9
Berdasarkan hasil tabel 13 diatas, dapat dilihat terjadi peningkatan
hasil belajar siswa. Rata- rata nilai yang diperoleh pada siklus I adalah 60 dan
siklus II adalah 76,7. Peningkatan yang paling tinggi diperoleh dari nilai 38
menjadi nilai 72 atau peningkatan sekitar 47,2% dan peningkatan yang paling
rendah adalah perolehan nilai 72 menjadi nilai 77 atau peningkatan sekitar
6,5%. Secara keseluruhan murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo mengalami
peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran
pemecahan masalah. Peningkatan ini diperoleh karena segala hambatan yang
terdapat pada siklus I telah diatasi agar tidak terjadi lagi pada siklus II dengan
10 IS 59 72 6 8.3
11 LN 77 88 11 12.5
12 AM 50 72 22 30.6
13 LD MI 50 77 27 35.1
14 Ir 61 88 27 30.7
15 Sa 72 83 11 13.3
Rata-Rata 60 76,7 17,3 23.9
48
berbagai cara diantaranya meningkatkan pembimbingan kepada murid yang
mengalami hambatan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran pemecahan masalah.
Untuk hasil belajar pada siklus I secara klasikal murid yang mencapai
ketuntasan belajar mencapai 50,0 %, sedangkan pada siklus II secara klasikal
murid yang mencapai ketuntasan belajar telah mencapai 85,7%. Hal ini
memperlihatkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT pemecahan
masalah pada pembelajaran materi bilangan bulat dapat meningkatkan proses
dan hasil pembelajaran.
49
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, peneliti dapat simpulkan bahwa penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar
murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo pada materi bilangan bulat. Hal ini
terlihat bahwa hasil evaluasi pada pra siklus hanya 6 orang (40%) murid yang
mencapai target KKM mata pelajaran Matematika dari 15 orang murid kelas IV
SD Negeri 16 Kabawo Tahun Pelajaran 2013/2014. Kemudian, setelah
pelaksanaan tindakan sikklus I terdapat 10 murid (66,67%) yang telah
mencapai target KKM, dan pada hasil evaluasi siklus II terdapat 13 (86,67%)
murid yang telah mencapai nilai KKM. Hasil ini menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar matematika murid kelas IV SDN 16 Kabawo dengan
diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe NHT.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal
sebagai berikut:
1. Kepada guru-guru lain, kiranya dapat menerapkan pembelajaran kooperatif
dalam pembelajaran matematika.
2. Seorang guru harus kreatif dan berusaha menggunakan model pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik murid dan materi agar murid aktif dalam
proses pembelajaran.
3. Kepada para peneliti berikutnya, diharapkan hasil peneliti ini dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melaksanakan penelitian serupa.
4. Kepada SD Negeri 16 Kabawo diharapkan membuat kebijakan untuk
menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran
Matematika.
50
DAFTAR PUSTAKA
Cece Widjaja dan A.Tabrani. 1992. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya
Etin Solihatin. 2005. Pengaruh Kooperatif Learning terhadap Belajar IPS
ditinjau dari Gaya Belajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hamalik, Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung Bumi Aksara.
Ibrahim, Muslimin,dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa-
University Press.
Iqbal Ali. 2010. Numbered Head Together Artikel On-line. http://iqbalali.com.
diakses tanggal 22-04-2011.
Kasmadi, Hartono, 1991. Taktik Mengajar (Bagian dari Diskusi Tentang Teknik
Mengajar). Semarang.: PT. IKIP Semarang Press.
Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia
Muhammad Nur, dkk. 2005. Pendekatan-pendekatan Konstruktivis Dalam
Pembelajaran. Surabaya : IKIP Surabaya.
Nasution, 2006. Berbagai pendekatan dalam proses belajar & mengajar.
Bandung: PT Bumi Aksara.
Saminanto. 2000. Ayo Praktik PTK: Penelitian Tindakan Kelas. Semarang:
RASAIL Media Group.
Sudjana, Nana, 2009. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyanto, 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta:
PanitiaSertifikasi Guru Rayon 13
Trianto. 2007. Model model Pembelajaran inovatif berorientasi konstruksivistik.
Surabaya: Prestasi Pustaka
Uzer Usman, Drs, Muh dan Lilis Setiawati, Dra. 2001. Upaya
OptimalisasiKegiatan Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya
51
Uzer Usman, Drs, Muh. Menjadi Guru Profesional. 2001. Bandung : PT. Remaja
Rosdakary
Wina Sanjaya, 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Lampiran 1.
HASIL OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR GURU
SIKLUS II
No Pengamat KBM Dilaksanakan Skala Penilaian
52
Ya Tidak 1 2 3 4
A KEGIATAN AWAL
1. Menyapa dan mengecek kehadiran
siswa
2. Apersepsi
3. Menyampaikan tujuan
pembelajaran dan memberikan
motivasi dengan menunjukkan
salah satu contoh gaya dan gerak
B. KEGIATAN INTI
1. Guru memberikan
2.
3.
4.
5.
6.
7.

More Related Content

What's hot

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penyusunan rpp
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penyusunan rppPembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penyusunan rpp
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penyusunan rppAndi Saputro
 
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS IV
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS IV RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS IV
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS IV EVI PAULINA SIMAREMARE
 
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) Terbaru
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) TerbaruFormat APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) Terbaru
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) TerbaruAkang Juve
 
MODUL-AJAR-MATEMATIKA-KELAS-2-BANGUN-DATAR.ppt
MODUL-AJAR-MATEMATIKA-KELAS-2-BANGUN-DATAR.pptMODUL-AJAR-MATEMATIKA-KELAS-2-BANGUN-DATAR.ppt
MODUL-AJAR-MATEMATIKA-KELAS-2-BANGUN-DATAR.pptIldanurYeni
 
2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx
2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx
2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docxNurhasanah213373
 
Lomba media pembelajaran
Lomba media pembelajaranLomba media pembelajaran
Lomba media pembelajaranAkang Juve
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswaAlby Alyubi
 
JURNAL REFLEKSI GURU.docx
JURNAL REFLEKSI GURU.docxJURNAL REFLEKSI GURU.docx
JURNAL REFLEKSI GURU.docxAnwarMaulana12
 
Pkp ut meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pemb...
Pkp ut meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pemb...Pkp ut meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pemb...
Pkp ut meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pemb...Operator Warnet Vast Raha
 
Conroh kisi-kisi dan soal
Conroh kisi-kisi dan soalConroh kisi-kisi dan soal
Conroh kisi-kisi dan soalRoHim MohaMad
 
contoh Soal bentuk uraian
contoh Soal bentuk  uraiancontoh Soal bentuk  uraian
contoh Soal bentuk uraianAprian Hidayat
 
Format supervisi penilaian proses belajar mengajar
Format supervisi penilaian proses belajar mengajarFormat supervisi penilaian proses belajar mengajar
Format supervisi penilaian proses belajar mengajarRoyadi Nusa
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docxssuser5d03bc
 
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...Soal Universitas Terbuka
 

What's hot (20)

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penyusunan rpp
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penyusunan rppPembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penyusunan rpp
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penyusunan rpp
 
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS IV
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS IV RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS IV
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS IV
 
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) Terbaru
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) TerbaruFormat APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) Terbaru
Format APKG 1 dan 2 PKP Universitas Terbuka ( UT ) Terbaru
 
Contoh ptk ut
Contoh ptk utContoh ptk ut
Contoh ptk ut
 
Lembar observasi Kelas
Lembar observasi KelasLembar observasi Kelas
Lembar observasi Kelas
 
MODUL-AJAR-MATEMATIKA-KELAS-2-BANGUN-DATAR.ppt
MODUL-AJAR-MATEMATIKA-KELAS-2-BANGUN-DATAR.pptMODUL-AJAR-MATEMATIKA-KELAS-2-BANGUN-DATAR.ppt
MODUL-AJAR-MATEMATIKA-KELAS-2-BANGUN-DATAR.ppt
 
refleksi diri.pdf
refleksi diri.pdfrefleksi diri.pdf
refleksi diri.pdf
 
2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx
2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx
2. JURNAL KEGIATAN HARIAN PPL PPG YUK MIF.docx
 
Kasus pembelajaran bahasa indonesia di sd
Kasus pembelajaran bahasa indonesia di sdKasus pembelajaran bahasa indonesia di sd
Kasus pembelajaran bahasa indonesia di sd
 
Buku pegangan penilaian HOTS
Buku pegangan penilaian HOTSBuku pegangan penilaian HOTS
Buku pegangan penilaian HOTS
 
Lomba media pembelajaran
Lomba media pembelajaranLomba media pembelajaran
Lomba media pembelajaran
 
Lembar observasi siswa
Lembar observasi siswaLembar observasi siswa
Lembar observasi siswa
 
JURNAL REFLEKSI GURU.docx
JURNAL REFLEKSI GURU.docxJURNAL REFLEKSI GURU.docx
JURNAL REFLEKSI GURU.docx
 
Pkp ut meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pemb...
Pkp ut meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pemb...Pkp ut meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pemb...
Pkp ut meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pemb...
 
Conroh kisi-kisi dan soal
Conroh kisi-kisi dan soalConroh kisi-kisi dan soal
Conroh kisi-kisi dan soal
 
contoh Soal bentuk uraian
contoh Soal bentuk  uraiancontoh Soal bentuk  uraian
contoh Soal bentuk uraian
 
PPT penyusunan RPP
PPT penyusunan RPPPPT penyusunan RPP
PPT penyusunan RPP
 
Format supervisi penilaian proses belajar mengajar
Format supervisi penilaian proses belajar mengajarFormat supervisi penilaian proses belajar mengajar
Format supervisi penilaian proses belajar mengajar
 
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docxLK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docx
LK. 1.2 Eksplorasi Penyebab Masalah 2.docx
 
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...
Contoh Laporan PKP UT PGSD IPA Materi Perpindahan Energi Panas - Pemantaan Ke...
 

Similar to Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

Pkp upaya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
Pkp  upaya peningkatan  hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...Pkp  upaya peningkatan  hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
Pkp upaya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...Operator Warnet Vast Raha
 
Pkp upaya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
Pkp  upaya peningkatan  hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...Pkp  upaya peningkatan  hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
Pkp upaya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...Operator Warnet Vast Raha
 
Pkp upaya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
Pkp  upaya peningkatan  hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...Pkp  upaya peningkatan  hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
Pkp upaya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...Operator Warnet Vast Raha
 
Karya ilmiah sitti fajar surya ningsih
Karya ilmiah sitti fajar surya ningsihKarya ilmiah sitti fajar surya ningsih
Karya ilmiah sitti fajar surya ningsihSeptian Muna Barakati
 
PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...
PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...
PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...MochamadUcuSudarsono
 
Contoh Jurnal/Artikel PTK Kenaikan Pangkat ke IV/b
Contoh Jurnal/Artikel PTK Kenaikan Pangkat ke IV/bContoh Jurnal/Artikel PTK Kenaikan Pangkat ke IV/b
Contoh Jurnal/Artikel PTK Kenaikan Pangkat ke IV/bNarendra
 
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docx
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docxLAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docx
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docxLailyAlfiMaulida2
 
Artikel 4.pdf
Artikel 4.pdfArtikel 4.pdf
Artikel 4.pdfMaNahmus
 

Similar to Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht) (20)

Perbaikan pembelajaran matematika
Perbaikan pembelajaran matematikaPerbaikan pembelajaran matematika
Perbaikan pembelajaran matematika
 
Karya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiahKarya tulis ilmiah
Karya tulis ilmiah
 
H4
H4H4
H4
 
Karya tulis ilmiah wiwin wulandari la ode
Karya tulis ilmiah wiwin wulandari la odeKarya tulis ilmiah wiwin wulandari la ode
Karya tulis ilmiah wiwin wulandari la ode
 
Karya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltinKarya ilmiah faltin
Karya ilmiah faltin
 
Laporan pkp martia
Laporan  pkp martiaLaporan  pkp martia
Laporan pkp martia
 
Pkp upaya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
Pkp  upaya peningkatan  hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...Pkp  upaya peningkatan  hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
Pkp upaya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
 
Pkp upaya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
Pkp  upaya peningkatan  hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...Pkp  upaya peningkatan  hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
Pkp upaya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
 
Pkp upaya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
Pkp  upaya peningkatan  hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...Pkp  upaya peningkatan  hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
Pkp upaya peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran ips materi penjaja...
 
Karya ilmiah sitti fajar surya ningsih
Karya ilmiah sitti fajar surya ningsihKarya ilmiah sitti fajar surya ningsih
Karya ilmiah sitti fajar surya ningsih
 
PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...
PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...
PTK - Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bagian-bagia...
 
Bab i
Bab i Bab i
Bab i
 
Bab i
Bab i Bab i
Bab i
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Contoh Jurnal/Artikel PTK Kenaikan Pangkat ke IV/b
Contoh Jurnal/Artikel PTK Kenaikan Pangkat ke IV/bContoh Jurnal/Artikel PTK Kenaikan Pangkat ke IV/b
Contoh Jurnal/Artikel PTK Kenaikan Pangkat ke IV/b
 
Bab i bilangan bulat
Bab i bilangan bulatBab i bilangan bulat
Bab i bilangan bulat
 
Bab i tps
Bab i tpsBab i tps
Bab i tps
 
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docx
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docxLAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docx
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docx
 
Artikel 4.pdf
Artikel 4.pdfArtikel 4.pdf
Artikel 4.pdf
 
Karya tulids
Karya tulidsKarya tulids
Karya tulids
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Meningkatkan hasil belajar bilangan bulat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif (nht)

  • 1. 1 KARYA TULIS ILMIAH PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF (NHT) DI KELAS IV SDN 16 KABAWO KABUPATEN MUNA OLEH WIWIN WULANDARI LA ODE NIM : 816463629 POKJAR : KATOBU Diajukan sebagai Bahan Laporan Pengembangan Kemampuan Profesional (PKP) PROGRAM STUDI STRATA SATU (S-1) PGSD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ-KENDARI 2014
  • 2. 2 LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASILPERBAIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA Nama Maha Siswa : WIWIN WULANDARI LA ODE NIM :81646329 Program studi :SI-PGSD Tempat Mengajar :SDN 16 KABAWO Jumlah Siklus Pelajaran : II (DUA) Hari dan Tanggal Pelaksanaan : Siklus 1,Hari senin, tanggal 05 Mei 2014 Siklus 2, Hari Kamis, tanggal 09 Mei 2014 Masalah yang merupakan fokus perbaikan: 1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran MATEMATIKA kelas IV SDN 16 KABAWO dengan menggunakan metode pembelajaran Kooperatif tipe NHT. 2. Meningkatkan Hasil belajar siswa dalam pembelajaran MATEMATIKA dengan menggunakan metode pembelajaran Kooperatif tipe NHT. Menyetujui Kabawo, 02 Mei 2014 Supervisor I Mahasiswa Prof. Dr. H. FAAT MAONDE, M.S WIWIN WULANDARI LA ODE NIP. 1980420 198211 1 001 NIM. 816463629
  • 3. 3 LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan praktek Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) yang saya susun sebagai syarat untuk memenuhi mata kuliah PKP pada Program Studi S1 PGSD yang saya kutip dari hasil Karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah. Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau bagian laporan PKP ini bukan hasil karya saya sendiri adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menrima sanksi termasuk pencabutan gelar akademik yang saya sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Kabawo, 02 Mei 2014 WIWIN WULANDARI LA ODE NIM. 816463629
  • 4. 4 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa Allah SWT., karena atas limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya, sehingga laporan praktek Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan, walaupun dalam bentuk yang sederhana. Shalawat dan Salam semoga tetap tercurah kepada utusan Allah SWT baginda Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, para tabi’it, tabi’in, para syuhada, para ulama, dan para pengikutnya sepanjang akhir zaman. Amin. Penulis menyadari bahwa laporan praktek Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) ini berhasil diselasaikan dan terwujud karena atas arahan dan bimbingan dari Bapak Prof. Dr.H. Faat Maonde, M.S. sebagai supervisor I, dan arahan dan bimbingan pula Bapak La Madjati, SE, dan Saharudin, S.Pd selaku teman sejawat. Raha, Mei 2014 Peneliti
  • 5. 5 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………… ii LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ………………………………. iii KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iv DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. vi DAFTAR TEBEL viii DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………… ix ABSTRAK ……………………………………………………………………… x BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang : ……………………………………………… 1 B. Masalah Penelitian ……………………………………………… 4 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………… 5 D. Manfaat Penelitian …………………………………………… 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif ………………………………………….. 6 B. Pengertian NHT …………………………………………………… 20 C. Pengertian Hasil Balajar …………………………………………... 23 BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek, Tempat, Waktu, dan Pihak yang Membantu …………………… 25 B. Desain Perbaikan Pembelajaran ……….………………………………… 25 C. Teknik Analisis Data dan Indikator Ketercapaian Tindakan ………….. 27 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ……….…………… 28 B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaiakn Pembelajaran …..……………... 43 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………………………… 47
  • 8. 8 ABSTRAK Wiwin Wulandari Wa Ode, NIM. 816463629. Meningkatkan Hasil Belajar BIlangan Bulat Melalaui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT di Kelas IV SD Negeri 16 Kabawo Kabupaten Muna. Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya prestasi hasil belajar murid kelas IV SDN 16 Kabawo dalam materi Bilangan Bulat. Berdasarkan identifikasi peneliti bahwa hal ini disebabkan faktor pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran matematika termasuk bilangan bulat. Peneliti meyakini bahwa dengan menggunakan pendekatan pemebelajaran kooperatif tipe NHT ini dapat meningkatkan hasl belajar murid. Rumusan masalah penelitian ini adalah ”Apakah penerapan pembelajaran kooeperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat pada kelas IV SD Negeri 16 Kabawo?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika, khususnya pada materi pokok perkalian dan pembagian; (2) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok bilangan bulat melalui pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT di IV SD Negeri 16 Kabawo. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo pada materi bilangan bulat. Hal ini terlihat bahwa hasil evaluasi pada pra siklus hanya 6 orang (40%) murid yang mencapai target KKM mata pelajaran Matematika dari 15 orang murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo Tahun Pelajaran 2013/2014. Kemudian, setelah pelaksanaan tindakan sikklus I terdapat 10 murid (66,67%) yang telah mencapai target KKM, dan pada hasil evaluasi siklus II terdapat 13 (86,67%) murid yang telah mencapai nilai KKM. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika murid kelas IV SDN 16 Kabawo dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe NHT. Kata kunci : pembelajaran Koperatif NHT, Motivasi, hasil belajar matematika
  • 9. 9 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan seorang guru dalam mengelola pembelajaran di kelas merupakan harapan dan tuntutan setiap perubahan kurikulum. Tujuan dan orientasi dari pengelolan pembelajaran itu adalah untuk terciptanya kondisi proses pembelajaran yang interaktif yang berpusat pada murid dan menyenangkan bagi murid. Berdasarkan identifikasi peneliti bahwa pelaksanaan pembelajaran Matematika di kelas IV SDN 16 Kabawo guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dilihat dari segi kegiatan murid selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, yakni murid bekerja untuk dirinya sendiri, pandangan ke arah papan tulis, mendengarkan guru dan belajar dari guru, serta hanya guru yang mengambil keputusan dan murid hanya pasif. Yang seharusnya adalah guru perlu mengaktifkan murid daripada guru yang lebih berperan sebagai subyek pembelajaran. Kegiatan pembelajaran konvesional oleh guru Matematika mengakibatkan kurangnya antusias dan motivasi murid dalam proses pembelajaran di kelas. Murid lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, diam dan enggan dalam mengemukakan pertanyaan maupun pendapat. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Padahal dalam kerangka pembelajaran matematika, murid mesti dilibatkan secara mental, fisik dan sosial untuk membuktikan sendiri tentang kebenaran dari teori-teori dan hukum-hukum matematika yang telah dipelajarinya melalui proses ilmiah. Jika hal ini tidak tercakup dalam proses pembelajaran dapat dipastikan penguasaan konsep matematika akan kurang dan akan menyebabkan rendahnya hasil belajar murid yang pada akhirnya akan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan.
  • 10. 10 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di kelas IV SD Negeri 16 Kabawo diperoleh informasi bahwa prestasi belajar matematika murid di sekolah tersebut masih tergolong rendah, khusunya pokok bahasan Bilangan Bulat. Hal ini dapat dilihat dari dokumen guru kelas bahwa dari 15 murid hanya tidak ada murid yang mendapatkan nilai 85-100 (sangat baik), hanya 2 murid yang mendapatkan nilai antara 70-84 (Baik), 4 orang mendapatkan nilai 55-69 (Cukup), 6 orang siswa yang mendapatkan nilai 46-54 (kurang), dan 3 orang murid yang memperoleh nilai 0-45 (sangat kurang). Data ini bila dibandingkan dengan persentase keberhasilan pencapaian Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika yakni 70, maka dapat dikatakan bahwa persentase keberhasilan belum mencapai target yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena murid pasif dalam proses pembelajaran, sehingga daya serap murid terhadap materi bilangan bulat rendah. Selama ini mereka hanya menerima apa saja yang diberikan oleh guru dan tidak pernah bertanya kepada guru atau teman yang lebih tahu jika mereka mengalami kesulitan dan murid yang bisa menjawab tidak mau memberikan penjelasan kepada murid lain yang belum mengerti. Guru kurang memiliki kemampuan menciptakan iklim pembelajaran yang mengaktifkan murid dalam proses pembelajaran. Peneliti menduga model pembelajaran yang digunakan selama ini belum efektif. Hal inilah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika murid. Mengacu pada masalah rendanhya kemampuan murid dalam materi Bilangan Bulat, maka diharapkan guru perlu memilih model pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar murid. Setelah dilakukan diskusi dengan teman guru, disepakati bahwa cara untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung bilangan bulat pada murid kelas IV SDN 16 Kabawo adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT). Model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) dapat melibatkan murid dalam suasana belajar yang menyenangkan, karena murid
  • 11. 11 dilibatkan dalam kegiatan diskusi dan pembagian tugas yang jelas. Model pembelajaran yang telah disepakati merupakan tindakan alternatif untuk mengatasi masalah rendahnya kemampuan matematika murid. Model pembelajaran ini lebih mengutamakan keaktifan murid dan memberi kesempatan murid untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Menurut Trianto (2007:41) bahwa di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang murid yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku, dan satu sama lain saling membantu. Mereka akan saling bekerja sama secara aktif dan demokratis. Model pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru dari peran terpusat pada guru ke peran pengelola aktivitas kelompok kecil. Sehingga dengan demikian peran guru yang selama ini monoton akan berkurang dan murid akan semakin terlatih untuk menyelesaikan berbagai permasalahan, bahkan permasalahan yang dianggap sulit sekalipun. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini menjamin keterlibatan total semua murid dalam mengerjakan tugas yang diberikan sehingga murid harus bekerjasama secara aktif mulai dari materi awal ke materi selanjutnya, sifat mata pelajaran matematika yang bersifat deduktif sehingga materi sifat operasi hitung bilangan bulat harus diajarkan secara terstruktur mulai dari sifat komutatif, asosiatif dan distributif. Dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT setiap murid akan saling bertukar pikiran dan harus mampu menjawab soal sesuai dengan nomornya. Namun, semua anggota harus mampu mengetahui dan menyelesaikan semua soal yang diberikan oleh guru. Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi.
  • 12. 12 B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian perbaikan perbaikan pembelajaran ini adalah ”Apakah penerapan pembelajaran kooeperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat pada kelas IV SD Negeri 16 Kabawo? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT di kelas IV SD Negeri 16 Kabawo. D. Manfaat Penelitian a) Bagi Murid. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar Murid pada materi pokok hitung bilangan bulat bagi kelas IV -1 SD Negeri 16 Kabawo. b) Bagi Guru. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru, terutama dalam memperbaiki dan meningkatkan kualiatas pembelajaran di kelas. c) Bagi sekolah. Penelitian diharapkan akan memberikan citra yang baik bagi sekolah bila murid memperoleh prestasi yang baik dalam mata pelajaran Matematika.
  • 13. 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil bagi murid untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar, (Sugiyanto, 2008:35). Menurut Trianto (2007: 41) bahwa pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Semua anggota dalam tiap kelompok saling membantu anggota yang lain dalam kelompok yang sama dan bergantung satu sama lain untuk mencapai keberhasilan kelompok dalam belajar. Wina (2006:240) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran kelompok yang melibatkan keaktifan murid dalam proses pembelajaran di kelas, yang selama ini proses pembelaajran di dominasi oleh guru dan siswa atau murid lebih banyak yang pasif. Selanjutnya, Wina menjelaskan bahwa akhir-akhir ini dianjurkan agar para guru menerapkan pembelaajran kooperatif dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Dia menegaskan bahwa setidaknya ada dua alasan penting. Pertama, beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Pembelajaran kooperatif dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang anggotanya heterogen untuk bekerja sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan masalah, tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai
  • 14. 14 tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Suatu pembelajaran dalam kelompok kecil harus terdiri dari beberapa siswa yang mempunyai sejumlah pengetahuan tentang masalah yang dipersoalkan. Nasution (2006 : 201). Menurut Lie (2010) pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang bersifat gotong royong atau kerja sama. Dalam pembelajaran kooperatif ini ada beberapa teknik yang dilakukan dalam melakukan kegiatan diskusi, sehingga dalam kegiatan diskusi menjadi lebih menyenangkan. Menurut Lie (2010: 18) berbagai dampak negatif dalam penggunaan metode kerja kelompok tersebut seharusnya bisa dihindari, jika saja guru mau meluangkan lebih banyak waktu dan perhatian dalam persiapan dan penyusunan metode kerja kelompok. Yang diperkenalkan dalam metode pembelajaran kooperatif bukan sekadar kerja kelompoknya, melainkan pada penstrukturannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Etin Solihatin (2005:4) bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari anggota kelompok itu sendiri. Selanjutya, Etin Solihatin (2005:5) dalam dalam penerapan pembelajaran kooperatif ada beberapa teknik atau tipe yang dapat digunakan oleh guru, antara lain : 1) tipe mencari pasangan 2) bertukar pasangan 3) berpikir-berpasangan-berempat 4) berkirim salam dan soal 5) kepala bernomor 6) dua tinggal dua tamu 7) keliling kelompok
  • 15. 15 8) kancing gemerincing 9) keliling kelas 10) lingkaran kecil dan lingkaran besar 11) tari bambu 12) jigsaw 13) bercerita 14) nik yang disebutkan diatas, penulis mengambil satu tipe dalam melaksanakan berpasangan Beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang telah dikemukakan di atas, peneliti memilih pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor (Numbered Heads Together) atau NHT. Tujuan peneliti menggunakan tipe tersebut adalah agar para murid yang kemampuan rendah dapat mengerjakan tugas dengan dibantu oleh murid yang kemampuan tinggi. Dalam melakukan kegiatan diskusi siswa selalu melakukan pengelompokkan sendiri sehingga siswa yang memiliki kemampuan yang kurang hanya duduk dan diam. Oleh karena itu seorang guru melakukan cara dengan menggunakan teknik kepala bernomor dalam pembelajaran kooperatif. Sehingga dengan metode atau teknik yang dilakukan siswa yang memiliki kemampuan dapat membantu siswa yang kurang memahami. Hal ini dapat saling berkomunikasi antar anggota. Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Dalam penilaian, siswa mendapat nilai pribadi dan nilai kelompok siswa bekerja sama dengan metode pembelajaran kooperatif. Mereka saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk tes. Kemudian, masing-masing mengerjakan tes sendiri dan menerima nilai pribadi. Nilai kelompok bisa dibentuk dengan beberapa cara. Pertama, nilai kelompok bisa diambil dari nilai terendah yang didapat oleh siswa dalam kelompok. Kedua, nilai
  • 16. 16 kelompok juga bisa diambil dari rata-rata semua anggota kelompok dari ”sumbangan” setiap anggota. 2. Unsur-Unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger & Johnson (Lie, 2010:31) ada lima unsur model pembelajaran kooperatif yakni : (1) Saling ketergantungan positif, (2) Tanggung jawab perseorangan, (3) Tatap muka, (4) Komunikasi antar anggota, (5) Evaluasi proses kelompok. 1. Saling Ketergantungan Positif Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya, untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehinngga setiap anggota kelompoknya harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. 2. Tanggung Jawab Perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan merasa tanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok. 3. Terjadinya interaksi tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. 4. Komunikasi Antaranggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajar cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap
  • 17. 17 siswa mempunyai keahlian para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. 5. Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif. 3. Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran Kooperatif Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas model pembelajaran kooperatif, yakni : (1) pengelompokkan, (2) semangat gotong royong, dan (3) penataan ruang kelas. 1. Pengelompokkan Dalam pengelompokkan kelas pembelajaran kooperatif ada dua kelompok yaitu homogen dan heterogen. a. Pengelompokkan homogen berdasarkan prestasi belajar sangat disukai karena tampaknya bermanfaat. Pertama, pengelompokkan cara ini praktis dan mudah dilakukan secara administratif. Selanjutnya, pengelompokkan homogen berdasarkan hasil prestasi dilakukan untuk memudahkan pengajaran. Guru memang menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mengajar siswa yang berlainan kemampuan belajarnya dalam satu kelompok atau kelas. Jika mengajar terlalu cepat, siswa yang lamban akan tertinggal. Sebaliknya, jika terlalu lambat, siswa yang cerdas akan merasa bosan dan akhirnya mengabaikan atau mengacau kelas. Oleh karena itu, pengelompokkan homogen dianggap bisa menyelesaikan masalah pengajaran. Dibalik segala manfaatnya, pengelompokkan homogen ternyata mempunyai banyak dampak negatif. Pengelompokkan berdasarkan kemampuan sama dengan memberikan cap atau label tiap-tiap
  • 18. 18 peserta didik, ini bisa menjadi vonis yang diberikan terlalu dini, terutama bagi peserta yang kurang mampu. Padahal, Penilaian guru pada saat membuat keputusan dalam pengelompokkan belum tentu benar dan tidak mungkin bisa mencerminkan kemampuan siswa yang sesungguhnya dan menyeluruh. b. Pengelompokkan heterogen merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keaneka ragaman gender, latar belakang agama, sosio-ekonomi dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran kooperatif biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Secara umum, kelompok heterogen disukai oleh para guru yang telah memakai metode pembelajaran kooperatif karena beberapa alasan. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik, dan gender. Ketiga, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Salah satu kendala yang mungkin dihadapi guru dalam pengelompokkan heterogen adalah keberatan dari pihak siswa yang berkemampuan akademis tinggi (atau orang tua mereka pada tingkat sekolah dasar). Siswa dari kelompok ini bisa merasa “rugi” dan dimanfaatkan tanpa bisa mengambil manfaat apa- apa dalam kegiatan belajar pembelajaran kooperatif karena rekan-rekan mereka dalam kelompok tidak lebih pandai dari mereka. Tidak jarang, protes ini juga disampaikan kepada guru baik secara langsung maupun tidak langsung. Kepada siswa ataupun orang tua semacam ini, perlu dijelaskan bahwa sebenarnya siswa dengan kemampuan akademis tinggi pun akan menarik manfaat secara kognitif dan afektif dalam kegiatan
  • 19. 19 belajar pembelajaran kooperatif bersama siswa-siswa lain dengan kemampuan yang kurang. Mengajar adalah guru yang terbaik. Dengan mengajarkan apa yang seseorang baru pelajari, dia akan lebih bisa menguasai atau menginternalisasi pengetahuan dan keterampilan barunya. 2. Semangat Kerja sama (Gotong Royong) Agar kelompok bisa bekerja sama secara efektif dalam proses pembelajaran gotong royong, masing-masing anggota kelompok perlu mempunyai semangat gotong royong. Semangat gotong royong ini bisa saja dirasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam bekerja sama dengan siswa-siswa lainnya. Niat siswa bisa dibina dengan beberapa kegiatan yang bisa membuat relasi masing-masing anggota kelompok lebih erat seperti di bawah ini : 1. Kesamaan Kelompok Kelompok akan merasa bersatu jika mereka bisa menyadari kesamaan yang mereka miliki. Kesamaan ini tidak berarti menyeragamkan semua keinginan, minat, dan kemampuan anggota kelompok. Merasa diri dikenal dan diterima oleh kelompoknya merupakan hal yang sangat penting bagi terlaksananya kerja sama dalam kelompok. 2. Identitas Kelompok Berdasarkan kesamaan mereka, kelompok bisa merundingkan nama yang tepat untuk kelompok mereka. Setiap anggota kelompok harus dimintai pendapat dan keputusan tidak boleh jika ada yang tidak setuju dengan nama yang dipilih. Masing-masing kelompok juga bisa membuat atribut yang menyatukan kelompok mereka tanpa mengorbankan keunikan pribadi. Salah satu contoh adalah membuat topi dari bahan-bahan sederhana. Topi-topi dalam satu kelompok tidak harus sama.
  • 20. 20 3. Sapaan dan Sorak Kelompok Untuk lebih memperat hubungan dalam kelompok, siswa bisa disuruh menciptakan sapaan dan sorak khas kelompok. Menyapa tidak harus dengan berjabat tangan. Siswa bisa didorong mengembangkan kreativitas mereka dengan menciptakan cara menyapa rekan-rekan dalam satu kelompok yang disesuaikan dengan identitas kelompok mereka. Sapaan dan sorak kelompok ini bisa dipakai berulang-ulang selama tahun ajaran untuk keperluan beberapa keperluan. Dalam saat-saat seperti ini, guru bisa membangunkan siswa-siswi yang mengantuk dan menghidupkan semangat belajar siswa dengan meluangkan beberapa detik saja untuk sapaan dan sorak kelompok 3. Penataan Ruang Kelas Penataan ruang kelas sangat dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang dipakai di kelas. Penataan ruang yang klasikal dengan semua bangku menghadap kesatu arah (guru dan papan tulis) sangat sesuai dengan metode ceramah. Dalam metode ini, guru berperan sebagai narasumber yang utama, atau mungkin juga satu-satunya. Dalam pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator. Tentu saja, keputusan guru dalam penataan ruang kelas harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas dan sekolah. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan adalah: ukuran ruang kelas, jumlah siswa, tingkat kedewasaan siswa, toleransi guru dan kelas terhadap kegaduhan dan lalu lalangnya siswa, pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran kooperatif, dan pengalaman siswa dalam melakasanakan metode pembelajaran kooperatif. 4. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional (konvensional) Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok
  • 21. 21 belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. pembelajaran tertera pada tabel 1. Tabel 1. Perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional menurut Sugiyanto (2008: 40) Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Tradisional Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada promotif. Guru sering membiarkan siswa mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang akan memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Akuntabilitas individual yang sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan para anggota kelompok lainnya hanya ‘enak-enak saja’ atas keberhasilan temannya yang dianggap ‘pemborong’. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang akan memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar biasanya homogen. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman dalam memimpin bagi para anggota kelompok. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dan dibiarkan untuk memilih para pemimpin anggotanya dengan cara
  • 22. 22 masing-masing. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong secara langsung diajarkan. Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok. Guru sering melakukan pemantauan melalui observasi dan intervensi oleh pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar Guru tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai). Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas 5 .Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Menurut Sugiyanto (2008:41) pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa keuntungan : a) meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial, b) memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan, c) memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial,
  • 23. 23 d) memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen, e) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois, f) membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa, g) berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan, h) meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia, i) meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif, j) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik, k) meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas. Tetapi disamping adanya keuntungan dalam pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelemahan-kelemahan antara lain sebagai berikut : 1. Kerja kelompok seringkali hanya melibatkan kepada siswa yang mampu, sebab mereka cukup memimpin dan mengarahkan kepada mereka yang kurang mampu. 2. Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda-beda pula. 3. Keberhasilan strategi kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri. 6. Pembelajaran Kooperatif Teknik Kepala Bernomor Menurut Lie (2010:59) teknik belajar mengajar kepala bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan
  • 24. 24 ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa uuntuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran untuk semua tingkatan usia anak didik. Teknik pelaksanaannya : a. Setiap siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor. b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. c. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. d. Guru memanggil salah satu nomor. Setiap dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja sama. Ada lima unsur seperti yang telah dibahas, untuk memenuhi kelima unsur tersebut memang dibutuhkan proses yang melibatkan niat dan kiat (will and skill) para anggota kelompok. Para pembelajar harus mempunyai niat untuk bekerja sama dengan yang lainnya dalam kegiatan belajar pembelajaran kooperatif yang akan saling menguntungkan. Selain niat, Para pembelajar juga harus menguasai kiat-kiat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain. Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran gotong royong, masing-masing anggota kelompok perlu mempunyai semangat ini tidak diperoleh dalam sekejap. Semangat gotong royong ini bisa dirasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam bekerja sama dengan siswa-siswi yang lainnya. Menurut Lie (2010:5) pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran berikut ini : a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Guru menciptakan kondisi dan situasi siswa membentuk makna
  • 25. 25 dari bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan (Piaget, 1952 & 1960 ; Freire, 1970). b. Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. Siswa tidak menerima pengetahuan dari guru atau kurikulum secara pasif. Teori Skemata menjelaskan bahwa siswa mengaktifkan struktur kognitif mereka dan membangun struktur-struktur baru untuk mengakomodasi masukan-masukan pengetahuan yang baru Jadi, penyusunan pengetahuan yang terus-menerus menempatkan siswa sebagai peserta yang aktif (Anderson & Armbruster, 1982 : Piaget, 1952 & 1960). c. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Kegiatan belajar mengajar harus lebih menekankan pada proses daripada hasil. Setiap orang pasti mempunyai potensi. d. Pendidikan adalah interaksi pribadi diantara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan pendidikan adalah suatu proses sosial. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan yang lain dan membangun pengertian dan pengetahuan bersama ( Johnson, & Smith, 1991 ). B. Pengertian Tipe Kepala Bernomor (NHT) Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan tipe fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi untuk mengatur interaksi pembelajaran kooperatif yang terdiri atas empat tahap yang digunakan untuk mereview siswa. pembelajaran ini juga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang tingkat kesulitannya terbatas. NHT sebagai model pembelajaran pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok. Dalam proses pembelajaran menggunakan model NHT guru hanya menunjuk seorang siswa
  • 26. 26 yang mewakili kelompoknya. Dalam menujuk siswa tersebut, guru tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok tersebut. Menurut Muhammad Nur (2005:78), dengan cara tersebut akan menjamin keterlibatan total semua siswa dan merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Selain itu pembelajaran kooperatif tipe NHT memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Ibrahim, (2000:7) bahwa dengan belajar kooperatif akan memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik penting lainnya serta akan memberi keuntungan baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademis. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami konsep-konsep ataupun memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru. Saat siswa termotivasi dalam kegiatan belajar belajar maka mereka akan berusaha untuk mencari ide-ide baru dan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari. Siswa dalam satu kelompok yang heterogen saling bertukar pikiran. Anita Lie (2000: 17) bahwa Tipe Numbered Head Together (NHT) adalah tipe kooperatif dimana siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang heterogen yang beranggotakan 4-6 orang. Dalam setiap kelompok siswa yang pintar dapat mengajari temannya yang kurang sehingga dapat menumbuhkan rasa sosial diantara setiap anggota kelompok. Berdasarkan beberapa teori tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa Pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor atau Numbered Head Togheter (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang proses pelaksanaannya guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang heterogen dimana guru akan menunjuk nomor siswa berdasarkan penomoran dalam kelompok untuk mengerjakan soal yang diberikan setelah proses pengerjaan soal bersama-sama dalam kelompok tanpa memberitahu siswa terlebih dahulu sehingga semua
  • 27. 27 siswa secara tidak langsung harus bertanggung jawab secara pribadi kepada keberhasilan kelompoknya. Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Menurut Trianto (2007:63) adapun tahapan dalam pembelajaran Numbered Head Together (NHT) antara lain yaitu 1) penomoran, 2) mengajukan pertanyaan, 3) berfikir bersama, dan 4) menjawab. Adapun langkah-langkah penerapan model Numbered Head Together (NHT) dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Tahap I : Penomoran Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok terdiri 1-6 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 – 6 2) Tahap 2 : Mengajukan pertanyaan Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dalam bentuk kalimat Tanya 3) Tahap 3 : Berfikir bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. 4) Tahap 4 : Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. C. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran, karena keberhasilan guru dalam mengajar dapat diukur dari hasil belajar. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri
  • 28. 28 dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar. Hasil belajar merupakan hasil proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik pada setiap pembelajaran di kelas. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri. Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. Pandangan di atas sejalan dengan Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Hal yang sama juga dikemukakan Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.
  • 29. 29 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subyek, Tempat, Waktu, dan Pihak yang Membantu Subyek penelitian ini adalah murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo Kabupaten Muna dengan jumlah murid 15 orang. Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan pada bulan Mei Tahun Pelajaran 2013/2014. Dalam melaksanakan penelitian perbaikan pembelajaran ini, peneliti dibantu oleh salah seorang rekan guru di SD Negeri 16 Kabawo. Hal ini sangat penting untuk mengamati kegiatan murid dan guru dalam kegiatan proses pembelajaran di kelas. B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran Prosedur yang dijalankan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini adalah mengacu pada desain prosedur penelitian tindakan. Dalam hal ini peneliti mengacu pada prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digambarkan oleh Ahmad (1999) dalam Saminanto (2010:8), yaitu sebagai berikut: Berdasarkan alur penelitian tindakan pada bagan atau gambar 1 di atas, maka dapat dijelaskan bahwa alur penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi masalah. Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan bagaimana Indentifikasi Permasalahan Alternatif Pemecahan Masalah Pelaksanaan Tindakan I Observasi IAnalisis DataRefleksi I S I K L U S P T K Catatan: Apabila Siklus 1 belum behasil lanjut ke siklus ke 2 Gambar 1. Alur Penelitian tindakan oleh Saminanto (2010:8)
  • 30. 30 upaya guru untuk meningkatkan hasil belajar murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo dalam materi operasi hitung bilangan bulat. 2. Alternatif pemecahan masalah. Tahapan selanjutnya setelah identifikasi masalah adalah alternatif pemecahan masalah, yakni upaya-upaya apa yang akan dilakukan oleh guru atau peneliti dalam meningkatkan hasil belajar murid dalam materi operasi hitung bilangan bulat. Salah satu di antaranya adalah dengan memperbaiki proses pebelajaran melalui penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT). Langkah-langkah aletrnatif pemecahan masalah adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan atau membuat Rencana Perbaikan Pembelaajran (RPP) 2. Menyiapkan atau membuat Lembar Observasi untuk Murid 3. Melakukan atau membuat Lembar Observasi untuk Guru 4. Menyiapkan tes untuk mengetahui hasil belajar murid pada materi operasi hitung bilangan bulat. 3. Pelaksanaan tindakan. Pelaksanaan tindakan ini adalah berkaitan dengan langkah-langkah guru atau peneliti untuk solusi pemecahan masalah yang telah diidentifikasi, yakni pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT). 4. Observasi. Observasi merupakan rangkaian pelaksanaan tindakan, yakni mengamati kegiatan murid dan guru apakah sudah sesuai dengan skenario pembelajaran atau belum, sebagaimana yang telah dicantumkan dalam Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang dipersipkan. 5. Analisis data. Dalam tahapan ini, guru atau peneliti menganalis data-data yang telah dicatat dan dikumpulkan selama pelaksanaan tindakan. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah telah atau sudah mencapai sesuai dengan indikator atau target yang dicapai. 6. Refleksi. Dalam tahapan ini guru atau peneliti merefleksi seluruh kegitan atau peristiwa selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Mengidentifikasi kembali hal-hal yang masih kurang dalam pelaksanaan tindakan dan mempertahankan hal-hal yang dianggap baik. Dan apabila pelaksanaan tindakan ini belum
  • 31. 31 berhasil, maka akan ditindak lanjuti lagi pada siklus berikutnya, sampai tujuan berhasil atau tercapai. C. Teknik Analisis Data dan Indikator Ketercapaian Tindakan Data yang dikumpul pada setiap siklus dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Teknik ini digunakan untuk menganalisis kelebihan atau kelemahan dalam pelaksanaan tindakan, serta untuk merefleksi proses pelaksanaan pembelajaran secara keseluruhan dan untuk memperoleh kesimpulan, dan selanjutnya untuk program perbaikan pada siklus berikutnya. Ada dua indikator keberhasilan dalam penelitian ini, yakni (1) keberhasilan individual, yakni apabila nilai murid telah mencapai KKM 68, dan (2) Keberhasilan kelompok, yakni tindakan perbaikan pembelajaran ini dikategorikan berhasil apabila minimal 80% murid telah memperoleh nilai ≥ 68 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Matematika pada kelas IV SDN 16 Kabawo.
  • 32. 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Penelitian ini diawali dengan kegiatan pra tindakan. Pra tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan fakta atau data berkaitan dengan proses pembelajaran Matematika di kelas IV SD Negeri 16 Kabawo. Dari hasil kegiatan pra tindakani ini, peneliti memperoleh gambaran bahwa (1) penerapan pembelajaran Matematika yang dilakukan oleh guru kelas IV SD Negeri 16 Kabawo masih menggnakan model pembelajaran yang konvensional, yakni guru menjalaskan materi operasi hitung bilangan bulat hanya menceremai murid, sehingga murid hanya mendengarkan penjelasan guru. Murid hanya diberikan kesempatan untuk bertanya bila belum mengerti atas penjelasan guru. Murid hanya hanya diberi kesempatan menyesaikan soal di papan tulis, tetapi hanya kepada murid yang telah mengerti atas penjelasan guru dengan cara mengancungkan tangan terlebih dahulu. Model pembeljaran seperti ini tentunya tidak menumbuhkan partisipasi murid, karena hanya murid berani dan mengerti saja yang diberi kesempatan untuk maju ke papan tulis mengerakan soal operasi hitung bilangan bulat sedangkan murid yang lainnya menjadi penonton. Berdasarkan kondisi pembelajaran Matematika di atas telah berdampak pada rendahnya hasil belajar matematika pada murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo yang pada kesempatan ini materi bilangan bulat yang dijadikan sampel data hasil belajar matematika kelas SD Negeri 16 Kabawo. Hal ini terlihat bahwa hasil tes materi bilangan bulat hanya 6 orang (40%) murid yang mencapai target KKM mata pelajaran Matematika dari 15 orang murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo Tahun Pelajaran 2013/2014. Dari hasil identifikasi diperoleh data bahwa rendahnya hasil belajar murid pada materi operasi hitung dan bilangan bulat adalah: (1) kurangnya pemahaman atau pengetahuan guru terhadap model-model pembelajaran yang dapat menumbuhkan dan meningkatan motivasi dan partisipasi murid dalam
  • 33. 33 proses pembelajaran di kelas; (2) pembelajaran yang diterapka oleh guru membosankan dan otoriter dalam menjelaskan materi; (3) kurangnya bimbingan guru dan kesempatan bagi murid untuk menyelesaikan tugas-tugas atau soal-soal secara berkelompok untuk saling berdiskusi dengan teman- temannya. 2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan. Kegitan ini dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai keaktifan anak dalam proses pembelajaran, keterlaksaan skenario atau langkah-langkah pembelajaran oleh guru atau peneliti, dan peningkatan hasil belajar murid ada materi operasi hitung bilangan bulat. Ada 3 faktor atau komponen yang diamati dalam kegiatan tindakan siklus I ini, yakni (1) keaktifan anak dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor (NHT); dan (3) hasil belajar anak setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe kKepala bernomor (NHT). Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan kegiatan Siklus I adalah sebagai berikut ini. 1. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan. Proses persiapan ini dilakukan dengan cara berkonsultasi dengan guru di kelas IV SD Negeri 16 Kabawo sebagai kolaborator pada proses penelitian ini. Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh peneliti adalah: 1) Membuat skenario pelaksanaan tindakan berupa rencana perbaikan pembelajaran untuk tindakan Siklus I. 2) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas anak didik dan guru dalam proses pembelajaran Siklus I. 3) Membuat alat bantu mengajar yang diperukan pada tahap Siklus I 4) Mendesain alat evaluasi untuk melihat hasil belajar anak didik.
  • 34. 34 Setelah peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran di atas, selanjutnya peneliti melaksanakan tindakan pada Siklus I. 2. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini, peneliti melaksanakan skenario pembelajaran dalam rangka untuk memfasilitasi murid untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar murid sesuai dengan rencana perbaikan pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tindakan perbaikan pembelajaran pada Siklus I ini dilakukan dalam 2 kali pertemuan, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut ini. 1) Kegiatan Awal Pada kegiatan awal, guru memberikan salam dan berdoa bersama anak didik. Selanjutnya, guru memotivasi dan menfokuskuan perhatian anak melalui pengenalan tentang tema pelajaran yang dibawakan atau diajarkan. Kemudian guru bercakap-cakap dengan anak didik, serta menjelaskan kegiatan akan dilaksanakan oleh anak didik. Guru memperkenalkan materi kepada murid 2) Kegiatan Inti Pada kegiatan ini, guru mendesain kegiatan, yakni guru member penjelasn singkat cara membaca dan menuliskan lambing bilangan bulat pada garis bilangan, guru melakukan tanya jawab untuk menggali pemahaman konsep murid, guru membagi murid dalam tiga kelompok yang anggotanya terdiri dari 5 orang, guru memberikan contoh lambing bilangan, guru membimbing kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan, guru mempersilahkan setiap kelompok untuk menyajikan atau memaparkan hasil diskusi kelompoknya dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapinya, dan guru menanggapi dan melengkapi jawaban murid serta memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. 3) Kegiatan Akhir Pada kegiatan penutup, guru bersama murid menyimpulkan materi pelajaran, guru memberikan tindak lanjut, dan guru membimbing murid berdoa pulang, dan mengucapkan salam.
  • 35. 35 3. Hasil Observasi/Evaluasi Proses Tindakan Siklus I Peneliti bersama guru melakukan evaluasi dan pengamatan pada setiap pertemuan. Setelah kegiatan evaluasi dilaksanakan, maka penilaian anak yang diperoleh pada setiap pertemuan dikumpulkan dan direkapitulasi dalam format penilaian untuk kegiatan tindakan Siklus I. Setelah itu, peneliti melakukan analisis data. Setelah dilakukan analisis data pada pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut ini. a) Keaktifan anak dalam proses pembelajaran Berdasarkan data hasil pengamatan yang berkaitan dengan keaktifan anak dalam proses pembelajaran, peneliti memperoleh gambaran bahwa proses pembelajaran bilangan bulat dengan menggunankan pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah masih terdapat 10 (50%) anak yang belum aktif secara maksimal dalam kegiatan kelompokya. Artinya, bahwa keterlibatan guru dalam membibing anak masih dominan, namun telah menunjukkan telah ada perkembangan keaktifan dan perhatian anak dalam kegiatan pembelajaran. Data penelitian menunjukkan bahwa sebelum pelaksanaan tindakan berada pada rata-rata persentase 40% meningkat menjadi 50% pada tindakan siklus I. Hal ini menggambarkan ada peningkatan keaktifan dan perhatian anak dalam kegiatan pembelajaran bilangan bulat dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada tindakan siklus I, walaupun masih jauh dari indikator keberhasilan yang diharapkan. Hal ini mungkin disebabkan oleh anak belum terbiasa terlibat dalam proses pembelajaran dengan kegiatan pembelaajran kooperatif tipe NHT. Untuk lebih jelasnya data keaktifan murid dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.
  • 36. 36 Tabel 4.1 Data Aktivitas Murid pada Siklus I No Aktivitas murid Pencapaian Kriteria 1. Kedisplinan dalam kelompok 66.7 2. Kerja sama 61.1 3. Keaktifan 66.7 4. Keseriusan 55.6 5. Mengambil bagian untuk menjawab/menjelaskan pertanyaan sesuai dengan nomor kepala yang dimilikinya 55.6 6. Menjawab dan menanggapi pertanyaan kelompok lain 50.0 7. Menghargai pendapat orang lain 50.2 Berdasarkan data tabel 4.1 di atas, diperoleh informasi bahwa persentase kedisplinan, kerja sama, keaktifan, keseriusan, mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan menanggapi pertanyaan kelompok lain, dan menghargai pendapat orang lain, murid dalam model pembelajaran pemecahan masalah masih kriteria cukup. Kriteria cukup pada kedisplinan, kerja sama, keaktifan, keseriusan, mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan menanggapi pertanyaan kelompok lain, dan menghargai pendapat orang lain murid, dikarenakan model pembelajaran pemecahan masalah merupakan hal yang baru. Beberapa murid hanya bermain, tidak memperhatikan tugas yang diberikan, bahkan sering mengganggu temannya yang serius melakukan pembelajaran. b) Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Berdasarkan data hasil pengamatan yang berkaitan kemampuan guru dalam menerapkan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus I telah
  • 37. 37 sesuai langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah dirancang dalam Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Indikatornya, adalah guru telah berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam membelajarkan murid. Pelaksanaan tindakan pada pembelajaran bilangan bulat yang dilakukan guru sesuai dengan rancangan yang dibuat dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Pelaksanaan tindakan oleh guru pada siklus I No. Pelaksanaan komponen racangan Kegiatan Jumlah komponen Persentase (%) 1. Terlaksana 10 71,4 2. Kurang terlaksana 4 28,6 (Sumber : Olahan data Observasi kegiatan Guru) Berdasarkan tabel 4.2 tersebut, terlihat bahwa pada siklus I masih banyak komponen pembelajaran yang telah dirancang kurang terlaksana, sehingga efektifitas pembelajaran kurang tercapai. Banyaknya komponen yang kurang terlaksana, karena kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran belum maksimal. c. Hasil Evaluasi Untuk mengetahui sejauh mana kemajuan hasil belajar dan kemampuan memahami materi murid selama kegiatan pembelajaran, maka guru melaksanakan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan pada akhir kegiatan siklus I dengan menggunakan tes tertulis berupa tes bentuk uraian. Adapun hasil belaajr belajar murid setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.
  • 38. 38 Tabel 4.3 Hasil evaluasi belajar murid pada siklus I No Keberhasilan Jumlah murid Persentase (%) 1. Tuntas 10 66,67% 2. Tidak tuntas 5 33.33% Indikator keberhasilan pada penelitian ini, adalah apabila murid mencapai nilai KKM atau lebih yaitu ≥ 68 dan ketuntasan klasikal apabila 80% dari murid telah memperoleh nilai ≥ 68. Berdasarkan data tabel 4.1 hasil evaluasi pada siklus I nampak bahwa indikator yang ditetapkan belum mencapai target yang diharapkan, karena keberhasilan murid secara klasikal adalah 66,67%, masih jauh dari target ketuntasan yaitu 80%. d. Hasil Refleksi Siklus I pembelajaran bilangan bulat di kelas IV SD Negeri 16 Kabawo dengan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala bernomor (NHT) belum dapat berjalan secara optimal, karena guru mata pelajaran belum pernah melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran ini sehingga murid belum terbiasa dengan model pembelajaran kelompok. Hal ini mengakibatkan murid masih banyak yang ramai pada saat pelajaran berlangsung karena murid belum terbiasa dengan modal pembelajaran pemecahan masalah. Murid masih sibuk sendiri untuk menyeseaikan tugas yang diberikan oleh guru selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung. Dari beberapa aspek yang diamati dalam proses pembelajaran bilangan bulat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif ada beberapa kendala yang ditemukan sebagai berikut: a. Memberikan teguran kepada murid yang berprilaku negatif kurang terlaksana, karena guru berpindah dari satu kelompok ke kelompok yang lain
  • 39. 39 b. Murid menyelesaikan tugas kelompok masing-masing masih ada murid yang bertanya pada kelompok lain. c. Kelompok menyelesaikan tugas dalam waktu yang tersedia kurang terlaksana, karena semua anggota kelompok belum mampu memanfaatkan waktu dalam menyelesaikan tugas. d. Setiap anggota kelompok ikut berperan aktif belum terlaksana, karena masih ada murid yang bermasa bodoh disebabkan oleh mengharap bantuan teman kelompokknya. e. Guru bersama murid menyimpulkan pelajaran kurang terlaksana karena terbatasnya waktu. Berdasarkan refleksi diatas dapat diketahui bahwa penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) bahwa motivasi dan hasil belajar murid masih rendah. Pada siklus II perlu adanya pemantapan langkah kerja model pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT), dengan mengatasi kendala yang terdapat pada siklus I. 3. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Pelaksanaan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Kegitan ini juga dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai keaktifan anak dalam proses pembelajaran, keterlaksaan skenario atau langkah-langkah pembelajaran oleh guru atau peneliti, dan peningkatan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat setelah melihat kelemahan atau kekurangan pada pelaksanaan pada siklus I. Dengan demikian, ada 3 faktor atau komponen juga yang diamati dalam kegiatan tindakan siklus II ini, yakni (1) keaktifan anak dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan guru dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe kepala bernomor (NHT); dan (3) hasil belajar anak setelah diterapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Kepala bernomor (NHT). Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan kegiatan Siklus II adalah sebagai berikut ini.
  • 40. 40 1. Perencanaan Pada tahap ini, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran yang telah diperbaharui sesuai dengan rekomendasi refleksi siklus I. Proses persiapan juga dilakukan dengan cara tetap berkonsultasi dengan guru di kelas IV SD Negeri 16 Kabawo sebagai kolaborator dalam penelitian ini. Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh peneliti adalah: 1) Membuat skenario pelaksanaan tindakan berupa rencana perbaikan pembelajaran untuk tindakan Siklus II. 2) Membuat lembar observasi untuk mengamati aktivitas anak didik dan guru dalam proses pembelajaran Siklus II. 3) Membuat alat bantu mengajar yang diperukan pada tahap Siklus II 4) Mendesain alat evaluasi untuk melihat hasil belajar anak didik. Setelah peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran di atas, selanjutnya peneliti melaksanakan tindakan pada Siklus II. 2. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini, peneliti melaksanakan skenario pembelajaran yang telah diperbaharui berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Tindakan perbaikan pembelajaran pada Siklus II ini juga dilakukan dalam 2 kali pertemuan, dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut ini. 1) Kegiatan Awal Pada kegiatan awal, guru memberikan salam dan berdoa bersama anak didik. Selanjutnya, guru memotivasi dan menfokuskuan perhatian anak melalui pengenalan tentang tema pelajaran yang dibawakan atau diajarkan. Kemudian guru bercakap-cakap dengan anak didik, serta menjelaskan kegiatan akan dilaksanakan oleh anak didik. Guru memperkenalkan materi kepada murid 2) Kegiatan Inti Pada kegiatan ini, guru mendesain kegiatan, yakni guru member penjelasn singkat cara membaca dan menuliskan lambing bilangan bulat pada garis bilangan, guru melakukan tanya jawab untuk menggali pemahaman konsep murid, guru membagi murid dalam tiga kelompok yang anggotanya
  • 41. 41 terdiri dari 5 orang, guru memberikan contoh lambing bilangan, guru membimbing kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan, guru mempersilahkan setiap kelompok untuk menyajikan atau memaparkan hasil diskusi kelompoknya dan memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapinya, dan guru menanggapi dan melengkapi jawaban murid serta memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. 3) Kegiatan Akhir Pada kegiatan penutup, guru bersama murid menyimpulkan materi pelajaran, guru memberikan tindak lanjut, dan guru membimbing murid berdoa pulang, dan mengucapkan salam. 3. Hasil Observasi/Evaluasi Proses Tindakan Siklus I Peneliti bersama guru melakukan evaluasi dan pengamatan pada setiap pertemuan. Setelah kegiatan evaluasi dilaksanakan, maka penilaian anak yang diperoleh pada setiap pertemuan dikumpulkan dan direkapitulasi dalam format penilaian untuk kegiatan tindakan Siklus I. Setelah itu, peneliti melakukan analisis data. Setelah dilakukan analisis data pada pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I adalah sebagai berikut ini. a) Keaktifan anak dalam proses pembelajaran Berdasarkan data hasil pengamatan yang berkaitan dengan keaktifan anak dalam proses pembelajaran, peneliti memperoleh gambaran bahwa proses pembelajaran bilangan bulat dengan menggunankan pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah terdapat 13 (86.67 %) telah aktif secara maksimal dalam kegiatan kelompokya. Artinya, bahwa keterlibatan guru dalam membibing anak sudah tidak masih dominan lagi. Data penelitian menunjukkan bahwa sebelum pelaksanaan tindakan berada pada rata-rata persentase 40% meningkat menjadi 50% pada tindakan siklus I. Hal ini menggambarkan ada peningkatan keaktifan dan perhatian anak dalam kegiatan pembelajaran bilangan bulat dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada tindakan siklus II. Hal ini mungkin disebabkan anak tealah terbiasa terlibat dalam proses pembelajaran
  • 42. 42 dengan kegiatan pembelaajran kooperatif tipe NHT. Untuk lebih jelasnya data keaktifan murid dapat dilihat pada Tabel 4. di bawah ini. Tabel 4.4 Data Aktivitas Murid pada Siklus II No. Aktivitas murid mencapai Pencapaian Kriteria B C K 1 Kedisplinan dalam kelompok 83,3 √ 2 Kerja sama 83,3 √ 3 Keaktifan 94,4 √ 4 Keseriusan 77,4 √ 5 Mengambil bagian untuk menjawab/menjelaskan pertanyaan sesuai dengan nomor kepala yang dimilikinya 72,2 √ 6 Menjawab dan menanggapi pertanyaan kelompok lain 72,2 √ 7 Menghargai pendapat orang lain 77,8 √ Berdasarkan data pada Tabel 4.4 tersebut, diperoleh informasi bahwa persentase kedisplinan, kerja sama, keaktifan, keseriusan, mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan menanggapi pertanyaan kelompok lain, dan menghargai pendapat orang lain, murid dalam model pembelajaran pemecahan masalah sudah kriteria baik, karena bila dirata-rata persentase kegiatan murid diperoleh 80,16%. Walaupun keseriusan, mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan menanggapi pertanyaan kelompok lain,menghargai pendapat orang lain masih kriteria cukup, namun secara kuantitas persentase mengalami peningkatan. Hal ini berarti jumlah murid yang melaksanakan keempat indikator kegiatan murid telah meningkat.
  • 43. 43 b) Kegiatan Guru dalam Pembelajaran Berdasarkan data hasil pengamatan yang berkaitan kemampuan guru dalam menerapkan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siklus I telah sesuai langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang telah dirancang dalam Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Indikatornya, adalah guru telah berperan sebagai pembimbing dan fasilitator dalam membelajarkan murid. Pelaksanaan tindakan pada pembelajaran bilangan bulat yang dilakukan guru sesuai dengan rancangan yang dibuat dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Pelaksanaan tindakan oleh guru pada siklus II No. Pelaksanaan komponen racangan Kegiatan Jumlah komponen Persentase (%) 1. Terlaksana 12 85,7 2. Kurang terlaksana 2 14,2 (Sumber : Olahan data Observasi kegiatan Guru) Berdasarkan tabel 4.5 tersebut, terlihat bahwa pada siklus II hampir semua komponen rancangan kegiatan guru telah terlaksana. Hal ini menggambarkan telah ada peningkatan kualitas pembelajaran oleh guru dalam menerapkan pembelajaran kelompok tipe NHT. Hal ini akan berdampak positif tehadap peningkatan hasil belajar murid pada materi bilangan bulat. c. Hasil Evaluasi Untuk mengetahui sejauh mana kemajuan hasil belajar dan kemampuan memahami materi murid selama kegiatan pembelajaran, maka guru melaksanakan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan pada akhir kegiatan siklus I dengan menggunakan tes tertulis berupa tes bentuk uraian. Adapun hasil belaajr belajar murid setelah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.
  • 44. 44 Tabel 4.6 Hasil evaluasi belajar murid pada siklus II No Keberhasilan Jumlah murid Persentase (%) 1. Tuntas 13 86,67% 2. Tidak tuntas 2 13.33% Indikator keberhasilan pada penelitian ini, adalah apabila murid mencapai nilai KKM atau lebih yaitu ≥ 68 dan ketuntasan klasikal apabila 80% dari murid telah memperoleh nilai ≥ 68. Berdasarkan data hasil penilaian pada siklus II ini nampak bahwa jumlah murid yang telah mencapai nilai KKM adalah 86,67%, hal ini berarti indikator keberhasilan pada siklus II sudah tercapai dan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe NHT telah efektif meningkatkan hasil belajar murid. d. Hasil Refleksi Siklus II pembelajaran bilangan bulat di kelas IV SD Negeri 16 Kabawo dengan model pembelajaran kooperatif tipe Kepala bernomor (NHT) berjalan secara optimal, karena guru mata pelajaran sudah terbiasa melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran ini. Dari aspek murid juga telah terbiasa dengan model pembelajaran kelompok, dan murid lebih termotivasi dan antusias untuk belajar karena mereka merasa terlibat dalam proses pembelajaran. Setiap anggota kelompok ikut berperan aktif dan bertanggung terhadap nomor tugas yang diberikan kepadanya oleh teman kelompokknya. B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran Beberapa temuan penting yang diperoleh dari penelitian ini dalam penerapan pembelajaran kooepratif tipe NHT, yakni: (1) Murid sangat termotivasi melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran; (2) Meningkatnya hasil belajar murid pada materi bilangan bulat; (3) Harapan
  • 45. 45 agar murid lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dapat tercapai; (4) Keberhasilan penerapan model pembelajaran NHT ini sangat ditentukan oleh keterbiasaan guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif. Tidak tercapainya target yang diharapakn pada siklus I disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: (1) Murid masih malu-malu untuk mengungkapkan pendapat dan pertanyaan pada saat diskusi kelompok berlangsung; (2) Murid belum memahami benar prosedur kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT; dan (3) Ada beberapa murid yang melakukan aktifitas diluar tugas yang diberikan dan mengganggu aktifitas anggota kelompokan lain, hal ini disebabkan karena guru masih kurang dalam memberikan bimbingan. Dari hasil refleksi, maka dilakukan perubahan strategi, dengan cara memberikan perhatian yang lebih serius kepada murid yang kurang aktif. Memberikan penghargaan bagi murid yang mengajukan pertanyaan dan mengungkapkan pendapatnya. Pada siklus II proses pembelajaran dengan metode pembelajaran pemecahan masalah, guru sudah dapat menyiasati berbagi kekurangan dalam proses pembelajaran sehingga aktifitas murid semakin meningkat. Seluruh kegagalan pada siklus I dilakukan perbaikan pada siklus II sehingga peningkatan aktifitas dan hasil belajar dapat tercapai. Untuk aktifitas belajar murid pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7. Tabel 4.7 Data Peningkatan Aktivitas Murid pada Siklus I dan Siklus II No. Aktivitas Murid Pencapain (%) Peningkatan Siklus I Siklus II % 1 Kedisiplinan dalam kelompok 66,7 83,3 16,6 2. Kerja sama 61,1 83,3 22,2 3. Keaktifan 66,7 94,9 27,7
  • 46. 46 4. Keseriusan 55,6 77,8 22,2 5. Mengambil keputusan dan memecahkan masalah 50,0 72,2 22,2 6. Menjawab dan menaggapi pertanyaan kelompok lain 50,0 72,2 22,2 7. Menghargai pendapat orang lain 72,2 77,8 5,6 Berdasarkan tabel 4.7 diatas di atas terlihat bahwa ketujuh komponen hasil pengamatan aktivitas murid mengalami peningkatan. Komponen yang mengalami peningkatan yang paling tinggi adalah keaktifan murid. Hal ini karena murid semakin tertarik dengan model pembelajaran pemecahan masalah. Komponen yang mengalami peningkatan yang paling rendah adalah menghargai pendapat orang lain, hal ini karena murid selalu merasa lebih pintar di banding dengan temanya. Hasil pada siklus I mengenai kedisplinan, kerja sama, keaktifan, keseriusan, mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan menanggapi pertanyaan kelompok lain, masih kriteria cukup. Pada siklus II kedisplinan, kerja sama, keaktifan, murid sudah kriteria baik, sedangkan keseriusan, mengambil keputusan dan memecahkan masalah, menjawab dan menanggapi pertanyaan kelompok lain, dan menghargai pendapat orang lain,masih kriteria cukup. Keempat indikator kegiatan murid ini walaupun masih kriteria cukup, namun secara kuantitas presentasi mengalami kenaikan, artinya jumlah murid yang telah melaksanakan keempat indikator tersebut semakin bertambah. Untuk peningkatan hasil belajar pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.
  • 47. 47 Tabel 4.8 Hasil Belajar murid Siklus I dan II No Nama Nilai Murid Peningkatan (Inisial) Siklus I Siklus II Jumlah % 1 MJ 77 83 6 33.3 2 JAW 44 72 28 38.9 3 MY 72 77 5 6.5 4 SM 38 72 34 47.2 5 NW 44 50 6 12.0 6 Is 61 88 27 30.7 7 EA 44 50 6 12.0 8 IW 89 90 2 2.2 9 Uc 44 77 33 42.9 Berdasarkan hasil tabel 13 diatas, dapat dilihat terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Rata- rata nilai yang diperoleh pada siklus I adalah 60 dan siklus II adalah 76,7. Peningkatan yang paling tinggi diperoleh dari nilai 38 menjadi nilai 72 atau peningkatan sekitar 47,2% dan peningkatan yang paling rendah adalah perolehan nilai 72 menjadi nilai 77 atau peningkatan sekitar 6,5%. Secara keseluruhan murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo mengalami peningkatan hasil belajar dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah. Peningkatan ini diperoleh karena segala hambatan yang terdapat pada siklus I telah diatasi agar tidak terjadi lagi pada siklus II dengan 10 IS 59 72 6 8.3 11 LN 77 88 11 12.5 12 AM 50 72 22 30.6 13 LD MI 50 77 27 35.1 14 Ir 61 88 27 30.7 15 Sa 72 83 11 13.3 Rata-Rata 60 76,7 17,3 23.9
  • 48. 48 berbagai cara diantaranya meningkatkan pembimbingan kepada murid yang mengalami hambatan pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pemecahan masalah. Untuk hasil belajar pada siklus I secara klasikal murid yang mencapai ketuntasan belajar mencapai 50,0 %, sedangkan pada siklus II secara klasikal murid yang mencapai ketuntasan belajar telah mencapai 85,7%. Hal ini memperlihatkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT pemecahan masalah pada pembelajaran materi bilangan bulat dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.
  • 49. 49 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, peneliti dapat simpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Kepala Bernomor (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo pada materi bilangan bulat. Hal ini terlihat bahwa hasil evaluasi pada pra siklus hanya 6 orang (40%) murid yang mencapai target KKM mata pelajaran Matematika dari 15 orang murid kelas IV SD Negeri 16 Kabawo Tahun Pelajaran 2013/2014. Kemudian, setelah pelaksanaan tindakan sikklus I terdapat 10 murid (66,67%) yang telah mencapai target KKM, dan pada hasil evaluasi siklus II terdapat 13 (86,67%) murid yang telah mencapai nilai KKM. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar matematika murid kelas IV SDN 16 Kabawo dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe NHT. B. Saran Tindak Lanjut Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Kepada guru-guru lain, kiranya dapat menerapkan pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran matematika. 2. Seorang guru harus kreatif dan berusaha menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik murid dan materi agar murid aktif dalam proses pembelajaran. 3. Kepada para peneliti berikutnya, diharapkan hasil peneliti ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam melaksanakan penelitian serupa. 4. Kepada SD Negeri 16 Kabawo diharapkan membuat kebijakan untuk menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Matematika.
  • 50. 50 DAFTAR PUSTAKA Cece Widjaja dan A.Tabrani. 1992. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya Etin Solihatin. 2005. Pengaruh Kooperatif Learning terhadap Belajar IPS ditinjau dari Gaya Belajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung Bumi Aksara. Ibrahim, Muslimin,dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa- University Press. Iqbal Ali. 2010. Numbered Head Together Artikel On-line. http://iqbalali.com. diakses tanggal 22-04-2011. Kasmadi, Hartono, 1991. Taktik Mengajar (Bagian dari Diskusi Tentang Teknik Mengajar). Semarang.: PT. IKIP Semarang Press. Lie, Anita. 2010. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia Muhammad Nur, dkk. 2005. Pendekatan-pendekatan Konstruktivis Dalam Pembelajaran. Surabaya : IKIP Surabaya. Nasution, 2006. Berbagai pendekatan dalam proses belajar & mengajar. Bandung: PT Bumi Aksara. Saminanto. 2000. Ayo Praktik PTK: Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: RASAIL Media Group. Sudjana, Nana, 2009. Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyanto, 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: PanitiaSertifikasi Guru Rayon 13 Trianto. 2007. Model model Pembelajaran inovatif berorientasi konstruksivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Uzer Usman, Drs, Muh dan Lilis Setiawati, Dra. 2001. Upaya OptimalisasiKegiatan Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
  • 51. 51 Uzer Usman, Drs, Muh. Menjadi Guru Profesional. 2001. Bandung : PT. Remaja Rosdakary Wina Sanjaya, 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Lampiran 1. HASIL OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR GURU SIKLUS II No Pengamat KBM Dilaksanakan Skala Penilaian
  • 52. 52 Ya Tidak 1 2 3 4 A KEGIATAN AWAL 1. Menyapa dan mengecek kehadiran siswa 2. Apersepsi 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi dengan menunjukkan salah satu contoh gaya dan gerak B. KEGIATAN INTI 1. Guru memberikan 2. 3. 4. 5. 6. 7.