1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara geografis, Indonesia dinobatkan sebagai negara kepulauan (archipelagic
state) terbesar dunia. Terletak pada posisi silang dunia, menjadikan wilayah perairan
Indonesia sebagai urat nadi perdagangan dunia baik sebagai Sea Lanes of
Communications (SLOCs) maupun Sea Lanes of Oil Trades (SLOTs). Sebagai negara
kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau kurang lebih mencapai 17.504, luas
wilayah lautan 5,8 juta km2 dan garis pantai 81.000 km2. Wilayah laut Indonesia 2/3
lebih luas dari daratan, menjadikan Indonesia mempunyai beban berat dalam
mempertahankan dan menjaga keutuhan wilayahnya. Indonesia mempunyai batas
maritim dengan 10 negara tetangga yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam,
Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia dan Timor Leste. Batas maritim tersebut terdiri
atas batas laut wilayah (laut territorial), Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan Batas Landas
Kontinen.
Sebagai negara kepulauan, indonesia beresiko terhadap beberapa permasalahan
baik itu bencana maritim misalnya tabrakan, kejadian yang berhubungan dengan cuaca,
kebakaran dan penyakit infeksi menular ataupun masalah-masalah lain yang dapat timbul
dengan munculnya berbagai macam penyakit misalnya barotrauma, gangguan system
integument atau pigmentasi maupun hal-hal yang dapat menimbulkan kegawatdaruratan.
Kegawatdaruratan di atas kapal sangatlah mudah berkembang menjadi suatu
bencana. Tahun 1983-1993 :
2.559 kematian dan 15.778 cedera
50% kematian dan 75% cedera disebabkan kejadian di atas kapal yang tidak
berhubungan dengan pengoperasian kapal (mis. : terlempar ke laut, crush injury,
dan kebakaran)
Kebanyakan cedera terjadi di atas kapal dengan aktivitas industrial yang tinggi,
misalnya kapal nelayan.
2. 2
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada, yang sering sekali kita
temukan adalah peristiwa kebakaran dan penyakit menular atau infeksius. Kebakaran
sering terjadi terutama di kapal, kecuali kapal layar, kapal laut dijalankan oleh mesin
yang mengkonsumsi ribuan/jutaan liter bahan bakar . Sekitar 48,9% kebakaran berawal
dari ruang mesin. Berkembangnya sistem peringatan & penanggulangan di atas kapal
menyebabkan kebakaran lebih cepat tertanggulangi & tertangani. Hal-hal yang perlu
diantisipasi : luka bakar, trauma inhalasi, keracunan CO, dan trauma. Sedangkan penyakit
menular atau infeksius juga sering terjadi dikapal karena kapal laut merupakan ruangan
terbatas yang potensial untuk terjadinya bencana medical. Berbeda dengan di darat, KLB
kecil dapat berakibat bencana karena keterbatasan fasilitas medis di kapal. KLB infeksi
terjadi dengan onset gradual, dengan adanya masa inkubasi. Hal-hal ya perlu diantisipasi
yaitu dehidrasi, gangguan elektrolit, dll.
Dengan banyaknya permasalahan-permasalahan yang terjadi di wilayah maritim
dan berdasarkan pertimbangan kejadian yang sering terjadi maka asuhan keperawatan
maritim dengan gangguan system integumen yang kami ambil adalah luka bakar.
3. 3
BAB II
KONSEP MEDIS LUKA BAKAR
A. DEFENISI
Luka bakar adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh agen termal, kimia, listrik
atau radioaktif.
B. ETIOLOGI
Sebagian besar luka bakar terjadi dirumah seperti memasak, mamanaskan atau
menggunakan alat- alat listrik pekerjaan yang lazimnya terlibat dalam kejadian ini,
misalnya kecelakaan industri menyebabkan banyak kejadian luka bakar dan cedera
karena arus listrik.
C. PATOFISIOLOGI
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajang suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada
di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan edema dan menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal itu
menyebabkan berkurangnya volume cairan intravascular, kerusakan kulit akibat luka
bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan
cairan masuk ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II dan pengeluaran cairan
dari keropeng luka bakar derajat III. Setelah 12 – 24 jam permeabilitas kapiler mulai
membaik dan terjadi mobilisasi dan penyerapan cairan edema kembali ke pembuluh
darah. Ini di tandai dengan meningkatnya deuresis.
D. MANIFESTASI KLINIK
Terjadi syok hipovolemik :
a. Gelisah
b. Pucat
c. Dingin
d. Berkeringat
e. Nadi kecil dan cepat
f. Tekanan darah menurun dan produksi urine berkurang
4. 4
Edema laring, sehingga menyebabkan :
a. Sesak nafas
b. Takipnia
c. Stridor
d. Suara sirak
e. Dahak berwarna gelap karena jelaja
f. Keracunan gas CO2.
Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. kulit yang terbakar menjadi merah,
nyeri, sangat sensitif jika di tekan, daerah yang terbakar akan memutih; belum terbentuk
lepuhan.
Luka bakar derajat II
Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam kulit melepuh, dasarnya tampak merah
atu keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih.Jika disentuh warnanya berubah
menjadi putih dan terasa nyeri.
Luka bakar derajat III
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih
dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada
daerah yang terbakar bisa menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang
daerah yang terbakar melepuh dan rambut atau bulu di tempat tersebut mudah di cabut
dari akarnya jika di sentuh tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah
mengalami kerusakan.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hitung darah lengkap
Foto rongseng dada
Scan paru
EKG
Fotografi luka bakar
GDA
SDP
5. 5
F. PENGOBATAN
Penanganan penderita luka bakar dilakukan dengan :
1) Pemasangan infuse untuk restorasi keseimbangan cairan dan elektrolit
2) Pemasangan kateter buli- buli untuk pemantauan
3) Pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus paralitik
4) Pemasangan CVP untuk pemantauan sirkulasi darah
5) Inkubasi atau pemasangan bidai kalau perlu
6) Debrideman / dikrotomi.
Luka bakar ringan
Jika memungkinkan, luka bakar ringan harus segera di celupkan ke dalam air
dingin, luka bakar di bersihkan secara hati hati dengan sabun dan air untuk membuang
semua kororan yang melekat. Jika kotoran sukar di bersihkan, daerah yang terluka diberi
obat bius dan di gosok dengan sikat. Lepuhan yang telah pecah biasanya di buang, jika
daerah yang terluka benar benar bersih, maka di oleskan krim antibiotic. Untuk
melindungi luka dari kotoran dan luka lebih lanjut, biasanya di pasang verban.
Luka Bakar Berat
Luka bakar bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa penderitanya harus
segera di tangani, sebaiknya di rawat di rumah sakit. Korban bianya di berikan oksigen
melalui sungkup muka untuk membantu menghadapi efek dari karbon monoksida (gas
beracun yang sering terbentuk di lokasi kebakaran).Setelah daerah yang terluka di
bersihkan, lalu di oleskan dengan krim atau salep antibiotic dan di bungkus dengan
verban steril.Verban biasanya dig anti sebanyak 2 – 3 kali / hari.Luka bakar yang luas
sangat rentang terhadap infeksi berat karena itu biasanya di berikan antibiotic melalui
infus.Di perlukan waktu yang lama untuk pemulihan luka bakar yang berat, kadang
sampai bertahun-tahun, karena itu penderita bisa mengalami defresi berat sehingga
dukungan moril sangat di perlukan dari orang orang sekelilingnya.
6. 6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / Istirahat
Tanda :
Penurunan kekuatan dan tahanan.
Keterbatasan rantang gerak pada area yang sakit.
Gangguan masa otot, perubahan tonus.
2. Sirkulasi
Tanda :
hipotensi ( syok ).
Penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera ;
Vasokonstriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin ( syok
listrik ).
Takikardi ( syok / ansietas / nyeri ).
Distritmia ( syok listrik ).
Pembentukan edema jaringan ( semua luka bakar ).
3. Integritas Ego
Gejala :
Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, dan kecatatan.
Tanda :
Ansietas, ketergantungan, menyangkal, menarik diri dan marah.
4. Eliminasi
Tanda :
Haluaran urine menurun / tidak ada. Warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi
mioglobin, mengidentifikasikan kerusakan otot dalam.
Diuresis ( seteleh kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi ).
Penurunan bising usus / tidak ada, kuhususnya pada luka bakar tutaneus lebih besar
dari 20 % sebagai stress penurunan motilitas / peristaltic gastric.
7. 7
5. Makanan / cairan
Tanda :
Edema jaringan utama.
Anoreksia, mual / muntah
6. Neurosensorik
Gejala :
Area kebas , kesemutan.
Tanda :
Perubahan orientasi, afek, perilaku.
Penurunan refleks tendon dalam ( RTD ) pada cedera ekstremitas.
Aktivitas kejang ( syok listrik ).
Laserasi koronial, kerusakan retinal, penurunan ketajaman penglihatan ( syok
listrik).
Ruftur membrane timpani ( syok listrik ).
Paralysis ( cedera listrik pada aliran syaraf ).
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala :
Berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat I secara ekstrem sensitive untuk di
sentuh, di tekan, gerakan udara dan perubahan suhu.
luka bakar ketebalan sedang derajat II sangat nyeri, sementara respon pada luka
bakar ketebalan derajat II tergantung pada keutuhan ujung saraf.
luka bakar derajat III tidak nyeri.
8. Pernapasan
Gejala :
Terkurung dalam ruang tertutup, terpajang lama ( kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda :
Serak, batuk mengi, partikel karbon dalam sputum, ketidakmampuan menelan sekresi
oral dan sianosis, indikasi cedera inhalasi.
9. Keamanan
Tanda :
8. 8
Kulit : umum : dekstruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3 sampai 5
hari sehubungan dengan proses thrombus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area
kulit tidak terbakar mungkin dingin / lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat
pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan / status
syok.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera termal
2. Nyeri berhubungan dengan trauma kulit
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme pathogen dan
perubahan respon imun.
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan pembentukan jaringan parut.
5. Gangguan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan dehidrasi.
C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan cedera termal
Cukur rambut sampai jarak 5 cm dari luka dan tepat mengelilingi luka tesebut. R/
Untuk menghilangkan reservoir infeksi.
Bersihkan luka dan kulit sekitarnya dengan seksama. R/ Untuk menurunkan
resiko infeksi.
Berikan suplemen vitamin dan mineral ( A,B,C, besi & zinkum ). R/ Untuk
memfasilitasi penyembuhan luka dan efitelisasi.
Pantau tanda & gejala infeksi luka. R/ Untuk memastikan pengenalan dan
pengobatan yang segera
Kolaborasi: pemberian anti biotic . R/ Untuk mencegah terjadinya Infeksi
2. Nyeri berhubungan dengan trauma kulit
Kaji tingkat nyeri. R/ Untuk mengetahui derajat nyeri
Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam jika terdapat nyeri. R/ Untuk mengurangi
rasa nyeri
9. 9
Memberi posisi ekstensi. R/ Untuk meminimalkan nyeri akibat latihan yang di
lakukan untuk memulihkan daya ekstensi.
Kurangi iritasi . R/ Untuk mencegah peningkatan nyeri
Sentuh atau usap area yang tidak terbakar. R/ Untuk memberikan kontak dan
kenyamanan fisik
Antisifasi kebutuhan akan obat – obat nyeri & berikan sebelum awitan nyeri hebat
& dengan interval yang teratur. R/ Untuk mencegah kekambuhan
Kolaborasi pembentukan analgetik. R/ Untuk mengurangi tingkat nyeri
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya organisme pathogen dan
perubahan respon imun.
Kaji tanda infeksi. R/ Adanya demam, panas tinggi merupakan tanda terjadinya
infeksi.
Pertahankan tehnik mencuci tangan & cermat oleh anggota staf & pengunjung. R/
Untuk meminimalkan pemajanan pada agens infeksi.
Kenakan topi masker & sarung tangan yang bersih atau steril bila memegang area
luka. R/ Untuk meminimalkan pemajanan pada agens infeksius.
Tutupi luka atau pasien sesuai standar prosedur ruangan. R/ Untuk memberikan
berier terhadap organisme.
Kolaborasi anti biotic . R/ Untuk mencegah terjadinya infeksi
4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan pembentukan jaringan parut.
Lakukan latihan rentang gerak aktif & pasif. R/ Untuk mempertahankan fungsi
sendi & otot yang optimal.
Dorong & tingkatkan aktivitas bantuan diri. R/ Untuk meningkatkan mobilitas.
Berikan analgesic sebelum aktivitas yang menimbulkan nyeri. R/ Agar lebih
mudah untuk bekerja sama & bergerak.
Gunakan lusion pada area yang mengalami penyembuhan & masase area
tersebut sebelum latihan. R/ Untuk melunakkan jaringan & meningkatkan
relaksasi.
10. 10
5. Gangguan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan dehidrasi.
Kaji pemberian cairan & elektrolit. R/ Untuk pemenuhan kebutuhan cairan &
elektrolit.
Pertahankan pencatatan jumlah pengeluran & pemasukan cairan. R/ Untuk
mencegah ketidakseimbangan & kelebihan cairan
Timbang berat badan tiap hari. R/ Penggantian cairan tergangtung pada berat
badan pertama & perubahan selanjutnya.
Kolaborasi pemberian cairan & elektrolit. R/ Untuk mengurangi rasa mual &
muntah.