4. DEFINISI
DEFINISI
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash),
terkena air panas (scald), tersentuh benda panas
(kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-
bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
(Moenadjat, 2005).
Luka bakar adalah kerusakn atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti
api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi (Wilkinson,
2012).)
5. ETIOLOGI
a. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn): gas, cairan,
bahan padat Air Panas, Kobaran api (Flam) , Jilatan Api
(Flash) , Logam Panas
b. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn) asam
kuat atau Alkali/ Bahan pembersih Rumah Tangga
c. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
d. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury) Terpapar
RADIOAKTIF
6. PATOFISIOLOGI LB
Fase awal/ fase akut / fase shock
-Gangguan saluran pernafasan/edema?
-Gangguan sirkulasi/cairan & elektrolit?
Fase sub akut
- Kehilangan epitel penguapan cairan,elektrolit,
protein dan inflamasi. sindroma disfungsi organ
multipel dan sepsis.
Fase lanjut
-Parut hipertropik dan kontraktur sebagai penyulit.
- Penyembuhan dalam 10 hr timbul parut < 4% dan
penyembuhan > 21 hr resiko timbul parut 75%
7. CEDERA PANAS
Edema
Syok
Paru Ginjal usus
Insuf.
Pulm
oner
ARDS
ARF
ATN
Ileus
Kehilangan epitel
Immunosupresif
Translokasi
bakteri
Hipermetabolisme
Malnutrisi
Kehilangan protein
Infeksi luka
Sepsis
Multisystem organ failure Kematian
Awal Lanjut
8. A. KLASIFIKASI LUKA BAKAR :
Panas kering.
Panas basah.
Tersengat listrik.
Bahan kimia.
Radiasi.
Frostbite.
Berdasarkan penyebab
9. Berdasarkan Derajat Luka bakar.
Derajat Jaringan terkena Penyebab Karakteristik Nyeri
Derajat
1
Kerusakan epitel
minimal
Sinar matahari Kering; tidak lepuh;
merah-pink;
memutih dgn
tekanan
Nyeri
Derajat
IIA
Epidermis, dermis
minimal
Cahaya, cairan
hangat
Basah; pink atau
merah; lepuh;
sebagian memutih
Nyeri ;
hiperest
etik
Derajat
IIB
Keseluruhan
epidermis,
sebagian dermis
Benda panas,
nyala api,
cedera radiasi
Kering ; pucat ;
berlilin ; tidak
memutih
Sensitif
terhadap
tekanan
Derajat
III
Semua yang diatas
& bagian lemak
subkutan ; dpt
mengenai jaringan
ikat otot, tulang
Nyala api yang
berkepanjanga
n, listrik, kimia
dan uap panas
Kulit terkelupas,
avaskular, pucat,
kuning sampai
coklat
Sedikit
nyeri
10. DERAJAT I ( SATU )
Jaringan terkena pada
kerusakan epitel
minimal.
Penyebab lazim
karena paparan sinar
matahari
Karakteristik,kering
tdk lepuh;merah
pink;memutih dng
tekanan
Ada Nyeri
Sembuh sekitar 5 hari
Image Berdasarkan
Derajat Luka bakar.
11. DERAJAT II.A (DUA)
Jaringan terkena pada
epidermis,dermis
minimal.
Penyebab lazim
karena paparan
cahaya,cairan hangat
Karakteristik,basah;
pink atau
merah;lepuh;sebagian
memutih
Ada Nyeri,hypersensitif
Sembuh sekitar 21 hari
dng jaringan parut
minimal
12. DERAJAT II.B (DUA)
Jaringan terkena pada
keseluruhan
epidermis,sebagian
dermis
Penyebab lazim karena
benda panas,nyala
api,cedera radiasi
Karakteristik,kering;
pucat; berlilin;memutih
Sensitif terhadap
tekanan
Berkepanjangan;memb
entuk jaringan
hipertonik;pembentukan
kontraktur
13. DERAJAT III (tiga)
Jaringan terkena semua
yg diatas tadi dan bagian
lemak, subkutan;dpt
mengenai jaringan ikat
otot dan tulang.
Penyebab lazim karena
nyala api yang
berkepanjangan;listrik;kimi
a dan uap panas
Karakteristik,kulit
berkelupas,avaskular,Puc
at, kuning sampai coklat.
Sedikit nyeri
Tidak dapat beregenerasi
sendiri;membutuhkan
tandur kulit.
15. SEDANGKAN CARA LAIN
MENGHITUNG LUAS LUKA BAKAR ADALAH :
DENGAN MENGGUNAKAN LUAS
TELAPAK TANGAN PENDERITA
SEBAGAI REFERENSI, SATU KALI LUAS
TELAPAK TANGAN SAMA DENGAN 1 %
16. BERDASARKAN TINGKAT KEPARAHAN
Keparahan Kriteria
Luka bakar
minor
Derajat II PLTT <15 % (dws) <10 (anak)
Derajat III <2 % tanpa komplikasi.
Luka bakar
sedang tak
terkomplikasi
Derajat II LPTT 15–25 % (dws)
Derajat II LPTT 10-25 % (anak)
Derajat III LPTT < 10 %
Luka bakar
mayor
Derajat II LPTT >25%(dws), > 20% (anak)
Derajat III LPTT 10 % atau lebih
Cedera inhalasi
Cedera sengatan listrik
17. KOMPLIKASI YANG MUNGKIN TERJADI
Syok hipovolemik/neurogenik
Distres pernafasan
Gangguan kardiovaskuler: gangguan
irama (pada luka bakar listrik) dan
gagal jantung
Gagal ginjal akut
Compartmen syndrome (pada LB
derajat III daerah ekstremitas)
1. DI IGD
20. TINDAKAN KEPERAWATAN
Nilai keadaan umum pasien, jalan nafas (A),
pernafasan (B) dan sirkulasi (C).
Pasang NGT jika diperlukan
Pasang kateter urin jika LB> 30% derajat II & III.
Rehidrasi sesuai kebutuhan
Terapi O2:pd trauma inhalasi dapat dilakukan
nebulasi dengan bronchodilator.
Kolaborasi pemberian obat
Pemantauan: Status kesadaran(GCS) dan
kardiovaskular, tanda vital, urine output, BJ
urine, nilai CVP jika terpasang dananalisa gas
darah.
21. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : Darah lengkap, Elektrolit,
Koagulasi, AGD, Albumin, Ureum, Creatinin
Rontgen dada Semua pasien , Pasien yang
mengalami trauma tumpul radiografi dari
seluruh vertebrata, tulang panjang, dan pelvis
Bronkoskopi memastikan cedera inhalasi
asap
EKG
CT scan Menyingkirkan hemorargia
intrakarnial pada pasien dengan penyimpangan
neurologik yang menderita cedera listrik
22. PENATALAKSANAAN
LResusitasi A, B, C.
Pernafasan:
Udara panas mukosa rusak oedem
obstruksi
Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin
iritasi Bronkhokontriksi obstruksi gagal
nafas.
Sirkulasi: gangguan permeabilitas kapiler:
cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra
vaskuler hipovolemi relatif syok
ATN gagal ginjal.
23. PENATALAKSANAAN
Infus, kateter, CVP, oksigen,
Laboratorium, kultur luka.
Resusitasi cairan Baxter.
Resusitasi cairan Baxter.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
24. PENATALAKSANAAN
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 – 3 tahun : BB x 75 cc
3 – 5 tahun : BB x 50 cc
½ diberikan 8 jam pertama
½ diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 – 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
25. KEBUTUHAN CAIRAN PADA LB
Resusitasi cairan :
(Form Baxer atau Parkland)
4 ml RL x BB kg x % PLTT
Pemberian :
8 jam I diberikan ½ dari kebutuhan cairan.
8 jam II diberikan ¼ dari kebutuhan cairan.
8 jam III diberikan sisanya.
26. Contoh :
–BB pasien 50 Kg, luas luka bakar 40 %,
maka kebutuhan cairan pasien adalah
4 x 50 x 40 = 8.000 ml.
–Diberikan :
8 jam I diberikan : 4.000 ml
8 jam II diberikan : 2.000 ml
8 jam III diberikan : 2.000 ml
27. PERAWATAN LUKA DAN THERAPI
Perawatan luka bakar
– Cuci luka dengan cairan deterjen yang
menandung desinfektan (cairan deterjen yang
menandung desinfektan : NaCl = 1 : 100)
kemudian dicuci ulang dengan NaCl 0,9%
agar tidak tersisa residu antiseptik
– Biarkan bullae (lepuh) utuh (jangan dipecah
kecuali terdapat pada daerah sendi yang
dapat mengganggu gerakan)
– Selimuti pasien dengan selimut steril
(usahakan pasien tidak kedinginan sampai
siap dipindah ke ruang rawat khusus)
28. Pemberian obat – obatan (kolaborasi dokter)
– Antasida , H2 antagonis
– Roborantia (vitamin C, vitamin A)
– Analgetik
– Antibiotika
– Terapi cairan
Penagturan Suhu Tubuh (Pencegahan
hipothermi ): suhu kamar disesuaikan agar
suhu tubuh pasien 36 – 37 OC
29. Pengendalian infeksi :
– Pencucian luka.
– Pembalutan.
– Tehnik aseptik.
– Pemberian salep luka bakar.
– Pembalutan serta pemberian tetanus toxoid
dan ATS.
30. I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
- Biodata
- Keluhan Utama/Anamnesa
- Pemeriksaan Fisik
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakir dahulu
- Status Nutrisi
- Eliminasi
31. I. ASUHAN KEPERAWATAN
2. Diagnosa Keperwatan
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan banyaknya penguapan atau cairan tubuh yang keluar
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan cedera
inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder
terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
Resiko infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan
kulit, jaringan traumatik.
Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan,
bentukan edem, manifulasi jaringan cidera.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan destruksi
lapisan kulit
Resiko syok