Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Pertemuan 15
Analisis dan perancangan sistem informasi adalah dua tahapan kunci dalam pengembangan sistem informasi yang efektif. Mari kita bahas keduanya secara singkat:
Analisis Sistem Informasi, Perancangan Sistem Informasi. Secara umum, analisis sistem informasi fokus pada pemahaman dan identifikasi kebutuhan bisnis dan teknis, sedangkan perancangan sistem informasi mencakup perencanaan dan rancangan solusi yang akan memenuhi kebutuhan tersebut. Kedua tahapan ini saling terkait dan memainkan peran penting dalam pengembangan sistem informasi yang berhasil
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
Analisa dan Perancangan Sistem Informasi Pert 15
1. ANALISIS & PERANCANGAN SISTEM INFORMASI
Septiano A. Pratama, M.I.Kom., M.Kom.
PERSIAPAN IMPLEMENTASI
SISTEM INFORMASI
2. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep
dalam implementasi sistem informasi
Mahasiswa mampu melakukan tahapan-
tahapan implementasi sistem informasi di
organisasi.
KEMAMPUAN YANG DIHARAPKAN
3. 1. Pengelolaan proses pemrograman
2. Pengujian sistem
3. Pembuatan dokumentasi
TOPIK BAHASAN
4. Setelah tahapan desain selesai, Analis Sistem mulai fokus pada tugas
yang berkaitan dengan pembuatan sistem serta memastikan bahwa
sistem berjalan sesuai dengan dokumentasi perancangan dan
pengembangan sistem.
Programmer akan melakukan penulisan program yang memakan waktu
dan biaya, sementara Analis Sistem menyiapkan rencana untuk berbagai
tes yang akan memverifikasi bahwa sistem berfungsi seperti yang
diharapkan.
Beberapa jenis dokumentasi yang berbeda juga akan dirancang dan
ditulis selama bagian systems development life cycle ini, yaitu tahapan
implementasi.
5. • Sejalan dengan dimulainya tahapan implementasi, yang ada di benak
orang adalah pembangunan sistem baru.
• Komponen utama dari pembangunan sistem adalah menulis program.
• Tahapan implementasi terdiri dari pengembangan (developing) dan
pengujian (testing) software sistem, dokumentasi, dan prosedur
operasi yang baru.
• Mengembangkan software sistem (menulis program) bisa menjadi
komponen terbesar dari proyek pengembangan sistem bila dikaitkan
dengan waktu dan biaya.
6. • Sementara programmer mengubah spesifikasi program
menjadi kode program yang berfungsi, maka Analis
Sistem akan merancang berbagai tes yang akan
dijalankan pada sistem baru.
• Selama tahapan ini, juga merupakan tanggung jawab
Analis Sistem untuk memfinalisasi dokumentasi sistem
dan mengembangkan dokumentasi user.
7. 1. PENGELOLAAN PROSES
PEMROGRAMAN
Bila proyek pengembangan sistem gagal, biasanya bukan disebabkan
karena programmer tidak mampu menulis program.
Kesalahan dalam analysis, design, atau manajemen proyek
merupakan penyebab utama kegagalan proyek.
Agar proses pemrograman berjalan sukses, ada beberapa tugas yang
harus dikerjakan project manager untuk mengelola aktivitas
pemrograman:
Menempatkan tugas pemrograman,
Mengkoordinasi aktivitas,
Mengelola jadwal pemrograman.
8. 1. PENGELOLAAN PROSES
PEMROGRAMAN
#1. MENEMPATKAN TUGAS PEMROGRAMAN
• Project manager mengidentifikasi dukungan pemrograman yang
diperlukan untuk mengkonstruksi sistem terkait dengan jumlah
dan skill programmer.
• Setiap modul pemrograman harus terpisah dan berbeda dari
modul lainnya.
• Project manager kemudian menempatkan modul program pada
staf pemrograman.
9. • Secara teori proses pemrograman dapat dipercepat dengan
menambah jumlah staf pemrograman, namun prakteknya
dalam pengembangan sistem semakin banyak programmer
terlibat semakin lama proyek selesai.
• Jumlah terbaik adalah tim pemrograman yang kecil tapi layak.
• Bila proyek begitu rumit sehingga butuh tim yang besar,
strategi terbaik adalah memecah proyek menjadi rangkaian
bagian2 kecil yang dapat berfungsi secara independen.
10. #2. MENGKOORDINASI AKTIVITAS
• Koordinasi dapat dilakukan dengan cara high-tech dan low-tech.
• Cara termudah adalah melalui rapat proyek mingguan untuk
mendiskusikan perubahan pada sistem yang ada selama minggu
sebelumnya —atau isu apapun yang ada.
• Rapat regular, meskipun hanya berlangsung singkat, dapat
mendorong komunikasi dan diskusi isu2 sebelum berubah
menjadi masalah.
11. • Cara lain untuk meningkatkan koordinasi adalah membuat dan
mematuhi standar, misalnya dalam bentuk aturan penamaan
file/formulir yang harus diselesaikan atau panduan programming.
• Project manager harus membuat mekanisme untuk menjaga agar
aktivitas pemrograman tetap teratur.
o Beberapa tim proyek membuat 3 “bidang” untuk pekerjaan
programmer development, testing, dan production.
• Menjaga file dan program di berbagai lokasi sesuai degnan status
penyelesaian membantu untuk mengelola perubahan.
12. #3. MENGELOLA JADWAL
• Estimasi waktu yang dihasilkan selama tahapan perencanaan awal
dan diperbaiki selaman tahapan analysis dan design harus hampir
selalu diperbaiki sejalan dengan proyek dijalankan, karena
mustahil untuk mengembangkan penilaian yang tepat untuk
jadwal proyek.
• Salah satu penyebab terbesar masalah jadwal adalah lingkup yang
tidak jelas.
o Lingkup yang tidak jelas terjadi saat requirement yang baru
ditambahkan ke dalam proyek setelah rancangan sistem
difinalisasi.
13. 2. PENGUJIAN SISTEM
• Menulis program adalah aktivitas kreatif yang
menyenangkan.
o Programmer pemula cenderung hanya membuat
program saja dan mengabaikan tugas untuk mentes dan
mendokumentasi pekerjaan mereka.
• Testing dan dokumentasi tidak menyenangkan dan kurang
mendapat perhatian seperti meulis program.
• Testing adalah jaminan bagi pengembang software
profesional.
14. 2. PENGUJIAN SISTEM
• Perhatian harus diberikan pada testing karena tingginya
biaya yang berkaitan dengan downtime dan kegagalan
yang disebabkan oleh bug software.
• Sebuah program belum dianggap selesai hingga melewati
proses testing.
• Oleh karena itu, programming dan testing saling
berkaitan. Testing sering menjadi fokus utama Analis
Sistem pada saat sistem sedang dibangun.
15. PERENCANAAN TEST
• Testing diawali dengan tester mengembangkan rencana test
yang mendefinisikan serangkaian tes yang akan dijalankan.
• Ada 4 tahapan tes:
1. Tes unit,
2. Tes integration,
3. Tes system,
4. Tes acceptance.
• Walaupun setiap sistem aplikasi berbeda namun kebanyakan
error ditemukan pada saat tes integration dan system.
16. PERENCANAAN TEST
1# Tes Unit
Fokus pada 1 unit —sebuah program atau modul program yang menjalankan fungsi
spesifik yang dapat diuji.
Maksud dari tes unit adalah untuk memastikan bahwa modul atau program
menjalankan fungsinya sebagaimana yang dijelaskan dalam spesifikasi program.
Ada 2 pendekatan untuk tes unit :
1) Black-box testing adalah yang umum digunakan. Rencana tes dikembangkan
langsung dari spesifikasi program. Setiap item dalam spesifikasi program
menjadi tes, dan beberapa test cases dikembangkan untuk itu.
2) White-box testing digunakan untuk keadaan khusus dimana tester ingin
meninkau kode program sesungguhnya, biasanya pada kondisi kompleksitas
yang tinggi.
17. PERENCANAAN TEST
2# Tes Integration
Menilai apakah sebuah kumpulan modul atau program yang harus bekerja
sama telah berjalan tanpa error.
Memastikan apakah interface dan hubungan antara bagian2 yang berbeda
dalam sistem telah bekerja dengan baik.
Ada 4 pendekatan untuk tes integration:
1. Tes user interface,
2. Tes use scenario,
3. Tes data flow,
4. Tes system interface.
18. PERENCANAAN TEST
3# Tes System
• Dilakukan oleh Analis Sistem untuk memastikan bahwa seluruh modul
dan program bekerja bersama tanpa error.
• Tes system mirip dengan tes integration, namun lebih luas lingkupnya.
1. Tes integration fokus pada modul bekerja bersama tanpa error,
2. Tes system memeriksa seberapa baik sistem memenuhi kebutuhan
bisnis (business requirement) serta usability, security, dan kinerja
dalam beban kerja yang tinggi.
19. PERENCANAAN TEST
4# Tes Acceptance
• Dilakukan oleh user dengan bantuan dari tim proyek.
• Tujuannya adalah untuk mengkonfirmasi bahwa sistem telah selesai,
memenuhi kebutuhan bisnis, dan telah diterima oleh user.
• Tes acceptance dilakukan dalam 2 tahap:
1. alpha testing, dimana user mentes sistem menggunakan data palsu,
2. beta testing, dimana user mulai menggunakan sistem dengan data
asli dan hati2 mengawasi sistem bila ada error.
20. 3. PEMBUATAN
DOKUMENTASI
Ada 2 jenis dokumentasi yang berbeda:
1) Dokumentasi sistem yang dimaksudkan untuk
membantu programmer dan Analis Sistem memahami
software aplikasi dan memungkinkan mereka untuk
membangunnya atau memeliharanya setelah sistem
dipasang.
2) Dokumentasi user (seperti user manual, training
manual, dan online help system) dirancang untuk
membantu user mengoperasikan sistem.
21. 3. PEMBUATAN
DOKUMENTASI
• Ada 3 jenis dokumentasi user:
1. Dokumen reference,
2. Manual procedure,
3. Tutorial.
• Reference document (help system) dirancang untuk digunakan
saat user butuh untuk mempelajari bagaimana melakukan fungsi
spesifik (misal: updating field, menambah record baru).
• Biasanya orang membaca informasi reference hanya setelah
mereka mencoba dan gagal melakukan fungsi yang diinginkan.
22. 3. PEMBUATAN
DOKUMENTASI
• Procedure manual mendeskripsikan bagaimana untuk melakukan tugas
bisnis (misalnya: mencetak laporan bulanan, menerima order pelanggan).
• Setiap item dalam procedure manual biasanya memandu user
melakukan tugas yang memerlukan beberapa fungsi atau langkah
dalam sistem.
• Tutorial mengajarkan bagaimana untuk menggunakan komponen utama
sistem (misalnya: pengenalan operasi dasar sistem).
• Konten dalam tutorial biasanya lebih panjang daripada di procedure
manual,
• Konten tutorial biasanya dirancang untuk dibaca secara berurutan,
namun di reference document dan procedure manual dapat dibaca
tidak berurutan.
23. 3. PEMBUATAN
DOKUMENTASI
• Walaupun manual dengan kertas masih penting, namun dokumentasi
online mulai banyak digunakan.
• Dokumentasi dengan kertas mudah digunakan karena:
Lebih dikenal oleh user, khususnya awam yang kurang pengalaman
berkomputer.
Lebih mudah dibolak-balik untuk mendapatkan pemahaman
mengenai pengaturan dan topik, dan dapat dibawa jauh dari
komputer.
24. 3. PEMBUATAN
DOKUMENTASI
Ada 4 keunggulan dokumentasi online:
1) Mencari informasi lebih mudah (dengan catatan ada fasilitas search
index yang bagus).
2) Informasi yang sama dapat disajikan beberapa kali dalam format
berbeda, sehingga user dapat menemukan dan membaca
informasi dengan nyaman.
3) Memungkinkan user untuk berinteraksi dengan dokumentasi
dengan beberapa cara yang baru yang tidak mungkin dilakukan
dengan dokumentasi dengan kertas.
4) Lebih murah untuk didistribusikan dan dijaga keterkiniannya
dibandingkan dokumentasi dengan kertas.