SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Indonesia adalah negara dengan tingkat keragaman tinggi yang tersebar di berbagai 
area geografis yang unik. Adanya kepercayaan dan kebudayaan yang banyak membuat 
penanganan masalah pada setiap daerah haruslah berbeda. Menyesuaikan dengan 
karakterisitik daerah tersebut. Kenyataan ini berbeda dari peraturan yang pernah berlaku 
untuk puskesmas di Indonesia. Peraturan yang juga disebut sebagai paradigma lama 
puskesmas.Beberapa hal yang melekat pada paradigma 
paradigma lama itu adalah, sentralisasi, pembangunan yang terbatas, pengobatan yang hanya 
bersifat kuratif, hukum kebutuhan dan permintaan, dan sangat kental dengan unsur 
birokrasinya. Ketidakluwesan yang ada di puskesmas ini lama kelamaan membuat fungsi 
puskesmas yang sebenarnya menjadi samar dan bahkan nyaris terlupa. 
1.2 Rumusan Masalah 
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 
1. Apa definisi dari desentralisasi pembangunan kesehatan ? 
2. Bagaimana sistem desentralisasi pembangunan kesehatan ? 
3. Bagaimana peran serta Masyarakat dalam mendukung kebijakan desentralisasi 
pembangunan kesehatan ? 
4. Bagaimana dampak desentralisasi ? 
1.3 Tujuan 
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 
1. Untuk menginformasikan kepada para pembaca mengenai definisi desentralisasi 
pembangunan kesehatan.
2. Untuk menjelaskan dan menginformasikan mengenai sistem desentralisasi 
pembangunan kesehatan di Indonesia. 
3. Untuk menjelaskan bagaimana peran serta masyarakat dalam kebijakan desentralisasi 
kesehatan. 
4. Untuk memberitahu dan menjelaskan dampak dari desentralisasi pembangunan 
kesehatan. 
1.4 Manfaat 
Bagi pembaca : 
1. Menambah pengetahuan pembaca mengenai desentralisasi pembangunan kesehatan. 
2. Memperluas dan memperdalam ilmu yang dimiliki para pembaca mengenai 
desentralisasi pembangunan kesehatan. 
3. Sebagai reverensi penulisan karya ilmiah atau makalah yang berhubungan dengan 
desentralisasi pembangunan kesehatan. 
Bagi penulis : 
1. Membagi pengetahuan mengenai desentralisasi pembangunan kesehatan. 
2. Memberikan informasi, serta dapat mengasah kemampuan dan pemahaman dalam 
penyusunan makalah serta pengetahuan tentang desentralisasi kesehatan.
BAB II 
PEMBAHASAN 
2.1 Definisi 
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjelaskan bahwa Desentralisasi 
adalah penyerahan wewenang/transfer wewengang dari pemerintah pusat baik kepada 
pejabat-pejabat pemerintah pusat di Daerah yang disebut Dekonsentrasi maupun kepada 
badan-badan otonom daerah yang sering disebut Devolusi. Selanjutnya PBB menjelaskan 
bahwa dua prinsip dari penyerahan wewenang dan fungsi pemerintah adalah pertama 
;Deconsentrasi area offices of administration (perangkat wilayah yang berada di daerah) 
dan kedua, Devolusi dimana sebagian kekuasaan pemerintah diserahkan kepada badan-badan 
politik di daerah yang diikuti dengan penyerahan kekuasaa/kewenangan sepenuhnya untuk 
mengambil keputusan baik secara politis maupun adminstratif. 
Dikatakan oleh Bryant bahwa konsekuensi dari penyerahan wewenang dalam 
pengambilan keputusan dan pengawasan kepada badan-badan otonomi adalah untuk 
memberdayakan kemampuan lokal (empowerment local capasity). Wewenang dan sumber 
daya yang diberikan berkaitan erat satu sama lainnya. Apabila badan-badan lokal diserahi 
tanggung jawab dan sumber daya, maka kemampuan untuk mengembangkan otoritasnya akan 
meningkat. Sebaliknya, jika pemerintah lokal hanya ditugaskan untuk mengikuti kebijkan 
pusat maka partisipasi para elit dan warganya akan rendah. Dengan demikian maka 
kekuasaan pada tingkat pusat tidak akan berkurang bahkan akan memperoleh respek dan 
kepercayaan dari tingkat lokal yang pada akhirnya akan meningkatkan pengaruh dan 
legitimasinya. 
Sedangkan para ahli Indonesia, seperti R. Trsna, Koesoemaatmadja, Amrah 
Moeslimin, The Liang Gie dan sebagainya termasuk dalam aliran Kontinental. 
Menurut R. Tresna desentralisasi dapat dibedakan kedalam :
1. Desentralisasi Jabatan (dekonsentrasi), adalah pemberian atau pemasrahan kekuasaan 
dari atas ke bawah dalam rangka kepegawaian, guna kelancaran pekerjaan semata-mata. 
2 .Desentralisasi Ketatanegaraan, merupakan pemberian kekuasaan untuk mengatur bagi 
daerah di dalam lingkungannya guna mewujudkan azas demokrasi dalam pemerintahan 
negara. Desentralisasi ketatanegaraan ini dibagi menjadi : Desentralisasi teritorial dan 
desentralisasi fungsional. 
Sementara itu Koesoemaatmadja, Desentralisasi adalah sistem untuk mewujudkan 
demokrasi yang memberikan kesempatan kepada rakyat untuk ikutserta dalam 
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Desentralisasi menurutnya dapat 
dibedakan menjadi : dekonsentrasi dan desentralisasi ketatanegaraan atau desentralisasi 
politik, yaitu : pelimpahan kekuasaan perundang-undangan dan pemerintahan kepada daerah-daerah 
otonom di dalam lingkungannya. Dalam Desentralisasi politik/ketatanegaraan ini 
masyarakat dilibatkan dalam penyelenggaraan pemerintahan melalui saluran-saluran 
perwakilan. Desentralisasi politik/ketatanegaraan ini dibagi lagi menjadi (1) desentralisasi 
teritorial, yaitu : pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumahtangga daerah 
masing-masing; (2)Desentarlisasi fungsional, yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur 
dan mengurus sesuatu atau beberapa kepentingan tertentu. 
Ahli lainnya adalah Amrah Moeslim yang tidak memasukkan dekonsentrasi sebagai 
salah satu jenis desentralisasi. Menurut Meoslim, desentralisasi dibedakan dalam tiga jenis, 
yaitu : 
1. Desentralisasi Politik, yaitu : pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat yang 
menimbulkan hak mengatur dan mengurus kepentingan rumahtangga sendiri bagi 
badan politik di daerah-daerah yang dipilih oleh rakyat daerah. 
2. Desentralisasi Fungsional, yaitu : pemberian hak kepada golongan-golongan 
tertentu untuk mengurus satu macam atau segolongan kepentingan tertentu dalam 
masyarakat baik terikat ataupun tidak.
3. Desentralisasi Kebudayaan adalah pemberian hak kepada golongan minoritas dalam 
masyarakat untuk menyelenggarakan kebudayaan sendiri (pendidikan, agama dll). 
Menurut pendapat The Liang Gie Desentralisasi adalah pelimpahan wewenang dari 
pemerintah pusat kepada satuan-satuan organisasi pemerintahan untuk menyelenggarakan 
segenap kepentingan setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami suatu 
wilayah.Sementara itu menurut UU No 5 Tahun 1974 tentang, Desentralisasi adalah 
penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada 
Daerah, menjadi urusan rumah tangganya. Sedangkan menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 
tentang Pemerintahan Daerah, Desentralisasi adalah : penyerahan wewenang pemerintah 
oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik 
Indonesia. 
Dari berbagai definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Desentralisasi pada 
dasarnya adalah : suatu proses transfer/penyerahan sebagian wewenang dan tanggungjawab 
dari urusan yang semula adalah urusan pemerintah pusat kepada badan-badan atau lembaga-lembaga 
Pemerintah Daerah agar menjadi urusan rumahtangganya sehingga urusan-urusan 
tersebut beralih kepada Daerah dan menjadi wewenang dan tanggungjawab Pemerintah 
Daerah. 
Dengan pengertian tersebut, maka setidaknya ada empat kegiatan dalam 
desentralisasi menurut Koiruddin (2005); yaitu: 
1. Dekonsentrasi wewenang administrasi 
Dekonsentralisasi berupa pergeseran volume pekerjaan dari departemen pusat pada 
perwakilannya yang ada di daerah tanpa adanya penyerahan atau pelimpahan kewenangan 
untuk mengambil keputusan atau keleluasaan untuk membuat keputusan. 
2. Delegasi kepada oenguasa otorita 
Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewewenangan manajerial 
untuk melakukan tugas-tugas khusus kepada suatu organisasi yang secara langsung
berada dibawah pengawasan pusat. 
3. Devolusi kepada pemerintah daerah 
Devolusi adalah kondisi dimana pemerintah pusat membentuk unit-unit pemerintahan 
diluar pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagian fungsi-fungsi tertentu kepada 
unit-unit itu untuk dilaksanakan secara mandiri. Devolusi adalah bentuk desentralisasi 
yang lebih ekstensif untuk merujuk pada situasi dimana pemerintah pusat mentransfer 
kewenangan kepada pemerintah daerah dalam hal pengambilan keputusan, keuangan dan 
manajemen. 
4. Pemindahan fungsi dari pemerintah kepada swasta 
Yang disebut sebagai pemindahan fungsi dari pemerintahan kepada swasta atau 
privatisasi adalah penyerahan beberapa otoritas dalam perencanaan dan tanggung jawab 
administrasi tertentu kepada organisasi swasta. 
2.2 Sistem Desentralisasi Pembangunan Kesehatan 
Desentralisasi kesehatan di Indonesia secara lebih jelas dilaksanakan setelah 
dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999, PP No. 25 tahun 2000, sertaSE Menkes No. 
1107/Menkes/E/VII/2000. UU No. 22 tahun 1999 pasal 1 ayat h menyebutkan “otonomi 
daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan 
masyarakat setempat (termasuk bidang kesehatan), menurut prakarsa sendiri berdasarkan 
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. 
Menurut aturan perundang-undangan dan dalam prakteknya, desentralisasi bidang 
kesehatan yang ada di indonesia menganut semua jenis desentralisasi (dekonsentrasi, 
devolusi, delegasi dan privatisasi). Hal ini terlihat dari masih adanya kewenangan 
pemerintah pusat yang didekontrasikan di daerah propinsi melalui Dinas Kesehatan Provinsi. 
Selain itu, berdasarkan SE Menkes/E/VII/2000 disebutkan beberapa tugas yang mungkin 
tidak dapat dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota dapat diserahkan ke tingkat yang 
lebih tinggi. Upaya privatisasi pelayanan kesehatan dan perusahaan pendukung pelayanan 
kesehatan juga sedang giat dilakukan. Kandungan makna substansial dari desentralisasi
adalah bagaimana menyejahterakan dan menciptakan keadilan bagi kehidupan masyarakat di 
daerah (Tagela, 2001). Selanjutnya, Simangunsong (2001). Mengatakan bahwainti dari 
pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keluesan pemerintah daerah untuk 
melaksanakan pemerintahan sendiri atas prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat 
dalam mengembangkan dan memajukan daerahnya. 
Dalam bidang kesehatan, implikasi desentralisasi pembangunan kesehatan, antara 
lain, adalah sebagai berikut; 
1. Terwujudya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan atas aspirasi 
masyarakat 
2. Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan 
3. Optimalisasi potensi pembanmgunankesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap, 
4 Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya 
mengacu pada petunjuk atasan 
5. Menumbuhkembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan (termasuk pembiayaan 
kesehatan) tanpa mengabaikan peran serta sector lain. 
Kesemuanya ini bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. 
Hakikat dari pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan, pengakuan martabat, dan 
peningkatan serta apresiasi terhadap harga diri masyarakat. Kebijakan desentralisasi 
pembangunan kesehatan seyoganya dimaksudkan untuk peningkatan derajat kesehatan 
masyarakat secara merata diseluruh Indonesia. Dengan adanya kebijakan desentralisasi 
maka terdapat keluwesan pemerintah daerah untuk melaksanakan pemerintah sendiri atas 
prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan 
kesehatan di daerahnya. Implikasi dari kebijakan tersebut adalah daerah kabupaten/kota 
(pemerintah,DPRD, dan masyarakat) harus merencanakan dan merumuskan sendiri program 
pembangunan kesehatan di daerahnya tanpa harus menunggu kebijakan dari atas. 
Program pembangunan kesehatan harus bersifat bottom-up, yaitu berdasarkan 
aspirasi dari bawah. Hal ini tidak mudah, karena selama ini daerah sudah terbiasa dengan 
kebijakan pembangunan yang top-down tanpa memperhatikan aspirasi masyarakat. Di satu
sisi, pihak pemerintah daerah (Dinas Kesehatan) tidak terbisa merencanakan dan menyusun 
program pembangunan daerah. Di sisi lain, masyarakat sangat jarang dilibatkan dengan 
proses pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan kesehatan di 
era desentralisasi sangat tergantung pada kesiapan daerah untuk melaksanakannya. 
Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah (Dinas Kesehatan 
Kabupaten/Kota) untuk meningkatkan kesiapan daerah dalam menghadapi dan melaksanakan 
desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah menata ulang struktur organisasi 
Dinas Kesehatan, menetapkan system kesehatan daerah, merencanakan dan menyusun 
program pembangunan secara bottom-up, menumbuhkan mental proaktif pada aparatur 
pemerintah, mengembangkan system informasi kesehatan, menjalin kerjasama dengan 
lembaga-lembaga ilmiah dan pendidikan kesehatan, mengembangkan model promosi 
kesehatan daerah, menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga ilmiah dan pendidikan 
kesehatan, meningkatkan kerjasama lintas sector, membentuk badan kerjasama antar 
kabupaten/kota, meningkatkan keterlibatan masyarakat, dan mengembangkan model 
pembiayaan kesehatan. Selain itu, DPRD kabupaten/kota harus mengawasi jalannya 
pembangunan kesehatan dan menghasilkan peraturan daerah yang memberikan suasana 
kondusif kepada proses pembangunan dan infestasi bidang kesehatan di derah. 
Akhirnya, dengan adanya kebijakan desentralisasi, pemerintah dan masyarakat 
harus bersama-sama bahu-membahu menjalankan pembangunan kesehatan untuk mencapai 
kondisi kesehatan yang dicanangkan dalam Indonesia sehat 2010, yaitu masyarakat yang 
hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan menjangkau 
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat 
kesehatan yang setinggi-tingginya. 
Sistem Desentralisasi yang sekarang ini berlaku di Indonesia, membawa 
perubahan tersendiri dalam Pembangunan Kesehatan di Indonesia. Sesuai Undang–undang 
nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah dicantumkan bahwa Tujuan Nasional 
Pembangunan Kesehatan adalah terwujutnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal
berupa keadaan sejahtra dari badan, jiwa dan sosial yang optimal, yang memungkinkan orang 
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang 
optimal, bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan 
pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan 
pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, 
pelaksanaan pelayanan kesehatan yang merupakan perwujudan dari paradigma sehat pada 
saat ini lebih banyak dilaksanakan di pusat kesehatan masyarakat. 
Undang–undang No 22 tahun 1999 tentang Otonomi daerah menjelaskan bahwa 
pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh adalah melalui penerapan azas 
desentralisasi, pada daerah kabupaten/kota. Pemerintah daerah kabupaten/kota, 
bertanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggara pembangunan pada umumnya dan 
pembangunan kesehatan pada khususnya dengan meningkatkan derajat kesehatan 
masyarakat, dituntut adanya sumberdaya manusia yang professional dan mampumemberikan 
kontribusi yang maksimal bagi organisasi dan kesehatan adalah dinas kesehatan yang 
mempuyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan 
desentralisasi. 
Mewujudkan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang berlandaskan 
prakarsa dan aspirasi masyarakat dengan cara memberdayakan, menghimpun, dan 
mengoptimalkan potensi Daerah untuk kepentingan Daerah dan prioritas Nasional dalam 
mencapai Indonesia Sehat 2010 
Point dalam desentralisasi kesehatan : 
 Mendekatkan Pengambilan Keputusan 
 Pembangunan Kesehatan Lebih Sesuai Dengan Local Specific 
 Potensi Masyarakat Lebih Diberdayakan 
 Derajat Kesehatan Meningkat 
 Human Development Index Indonesia Meningkat 
 Indonesia Sehat 2010 – Masyarakat Mandiri Untuk Hidup Sehat
Ditengah keterbatasan sumber daya dalam hal pembiayaan dan tenaga adalah 
memprioritaskan bidang-bidang pembangunan kesehatan, seperti Kesehatan Ibu dan Anak. 
Oleh karena itu, Depkes akan menempuh 4 strategi utama, yaitu : 
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. 
Sasaran utama strategi ini adalah seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh 
masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh keluarga sadar gizi. 
2. Meningkatkan akses masyarakat tehadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. 
Sasaran utama strategi ini adalah ; Setiap orang miskin mendapatkan pelayanan 
kesehatan yang bermutu; setipa bayi, anak, dan kelompok masyarakat risiko tinggi 
terlindungi dari penyakit; disetiap desa tersedia SDM kesehatan yang kompeten; di setiap 
desa tersedia cukup obat esensial dan alat kesehatan dasar; setiap Puskesmas dan 
jaringannya dapat menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya; 
pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, Puskesmas dan jaringannya memenuhi standar 
mutu. 
3. Meningkatkan sistem surveillans, monitoring dan informasi kesehatan. 
Sasaran utama dari strategi ini adalah : setiap kejadian penyakit terlaporkan secara 
cepat kepada desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat; setiap 
kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat 
sehingga tidak menimbulkan dampak kesehatan masyarakat; semua ketersediaan farmasi, 
makanan dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat; terkendalinya pencemaran lingkungan 
sesuai dengan standar kesehatan; dan berfungsinya sistem informasi kesehatan yang 
evidence based di seluruh Indonesia. 
4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan. 
Sasaran utama dari strategi ini adalah : pembangunan kesehatan memperoleh 
prioritas penganggaran pemerintah pusat dan daerah; anggaran kesehatan pemerintah 
diutamakan untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan; dan terciptanya sistem jaminan 
pembiayaan kesehatan terutama bagi rakyat miskin.
Implikasi desentralisasi pembangunan kesehatan. Adanya kebijakan desentralisasi 
dalam bidang kesehatan akan membawa implikasi yang luas bagi pemerintah daerah dan 
masyarakat. Implikasi tersebut dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif. 
2.3 Peran Serta Masyarakat dalam Mendukung Kebijakan Desentralisasi 
Pembangunan Kesehatan 
Makna substansial dari desentralisasi kesehatan adalah peran serta masyarakat, 
maka adanya kebijakan desentralisasi akan memberi ruang dan waktu bagi masyarakat untuk 
mengemukakan pendapat dan mengajukan usul berkenaan dengan pembangunan kesehatan di 
daerah. Masyarakat berhak dimintai pendapatnya mengenai apa yang terbaik bagi mereka 
dan apa yang mereka butuhkan. Organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga adat, tokoh 
masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) harus secara bersama-sama dan bahu-membahu 
dengan pemerintah menjalankan pembangunan kesehatan di daerahnya.Pemerintah 
harus memberi akses yang sebesar-besarnya kepada masyarakat tentang kebijakan yang 
dilakukan, sehingga masyarakat merasa turut memiliki pembangunan dan diakui 
keberadaannya. Selain itu, masyarakat dapat berperan sebagai pengawas jalannya 
pembangunan kesehatan. 
2.4 Dampak dari Desentralisasi Pembangunan Kesehatan 
Dampak positif desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah sebagai 
berikut: 
1) Terwujudnya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan atas aspirasi 
masyarakat. 
2) Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan, 
3) Optimalisasi potensi pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap 
4) Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya
mengacu pada petunjuk atasan, 
5) Menumbuhkembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan (termasuk pembiayaan 
kesehatan) tanpa mengabaikan peran serta sektor lain. 
Dampak negatif muncul pada dinas kesehatan yang selama ini terbiasa dengan 
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat diharuskan membuat program dan 
kebijakan sendiri. Jika pemerintah daerah tidak memiliki sumber daya yang handal dalam 
menganalisis kebutuhan, mengevaluasi program, dan membuat program, maka program yang 
dibuat tidak akan bermanfaat. Selain itu, pengawasan dana menjadi hal yang harus 
diperhatikan untuk menghindari penyelewengan anggaran. 
Arus desentralisasi semakin menuntut pemotongan jalur birokrasi aparatur 
pemerintahan. Hal ini menjadi kendala karena perubahannya membutuhkan waktu yang lama 
dan komitmen dari aparatur pemerintah. 
Adapun dampak lainnya dari desentralisasi : 
1. Segi ekonomi, dari segi ekonomi banyak sekali keuntungan dari penerapan sistem 
desentralisasi ini dimana pemerintahan daerah akan mudah mengelolah sumber daya 
alam yang dimilikinya, dengan demikian apabila sumber daya alam yang dimiliki telah 
dikelolah secara maksimal maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan 
meningkat. 
2. Segi sosial budaya, dengan diadakannya desentralisasi, akan memperkuat ikatan 
social 
budaya pada suatu daerah. Karena dengan diterapkannya sistem desentralisasi ini 
pemerintahan daerah akan dengan mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang 
dimiliki oleh daerah tersebut. Bahkan kebudayaan tersebut dapat dikembangkan dan 
di perkenalkan kepada daerah lain. Yang nantinya merupakan salah satu potensi 
daerah tersebut. Sedangkan dampak negatif dari desentralisasi pada segi sosial 
budaya adalah masing-masing daerah berlomba-lomba untuk menonjolkan 
kebudayaannya masing-masing. Sehingga, secara tidak langsung melunturkan 
kesatuan yang dimiliki oleh bangsa indonesia itu sendiri.
3. Segi keamanan dan politik, dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu 
upaya 
untuk mempertahankan kesatuan Negara Indonesia, karena dengan diterapkannya 
kebijaksanaan ini akan bisa meredam daerah-daerah yang ingin memisahkan diri 
dengan NKRI, (daerah-daerah yang merasa kurang puas dengan sistem atau apa saja 
yang menyangkut NKRI). Tetapi disatu sisi desentralisasi berpotensi menyulut 
konflik antar daerah. Dibidang politik, dampak positif yang didapat melalui 
desentralisasi adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah 
dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. 
Hal ini menyebabkan pemerintahan daerah lebih aktif dalam mengelolah daerahnya. 
Tetapi dampak negatif yang terlihat dari sistem ini adalah euforia yang berlebihan 
di mana wewenang tersebut hanya mementingkan kepentingan golongan dan kelompok 
serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut 
karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.
BAB III 
PENUTUP 
3.1 Kesimpulan 
· Jadi kesimpulanya desentralisasi pembangunan kesehatan ialah penyerahan urusan 
pemerintah dari pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah, yang bertujuan 
agar pelayanan kesehatan dapat lebih cepat dan lebih baik serta pembangunan kesehatan 
yang dilakukan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. 
· Ada 4 jenis Desentralisasi yang di anut di indonesia yakni 
1. Dekonsentrasi 
2. Delegasi 
3. Devolusi 
4. Privatisasi 
· Peran masyarakat dapat berupa : 
1. Mengemukakan pendapat. 
2. Mengajukan usul berkenaan dengan pembangunan kesehatan di daerah 
3. Masyarakat dapat berperan sebagai pengawas jalannya pembangunan kesehatan. 
· Dampak positif desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah sebagai 
berikut: 
1) Terwujudnya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan atas aspirasi 
masyarakat. 
2) Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan, 
3) Optimalisasi potensi pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap 
4) Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya 
mengacu pada petunjuk atasan, 
5) Menumbuhkembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan (termasuk pembiayaan 
kesehatan) tanpa mengabaikan peran serta sektor lain. 
· Dampak Negatif Desentralisasi :
1. Waktu pengambilan kebijakan. 
2. Pada dinas kesehatan yang selama ini terbiasa dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh 
pemerintah pusat diharuskan membuat program dan kebijakan sendiri. 
3. Adanya ketimpangan pegambilan keputusan oleh pihak-pihak yang tidak seharusnya 
mempunyai kewenangan tersebut. Hal tersebut dikarenakan ada orang yang ingin 
menguasainya, atas dasar keegoisan manusia 
4. Peluang terjadinya penyelewengan dana lebih besar. 
3.2 Saran 
Dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat mengetahui secara lebih luas 
mengenai desentralisasi pembangunan kesehatan. Demi tercapainya tujuan dari 
desentralisasi pembangunan kesehatan, masyarakat juga harus turut berperan serta dalam 
mengusulkan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan. 
Pemerintah perlu memperhatikan alokasi anggaran dari pendapatan yang telah 
diterima, karena penempatan anggaran yang tepat dapat menunjang pembangunan kesehatan 
di daerah. Pemerintah juga perlu memperhatikan tenaga kerja di pemerintahan dan dinas-dinas 
kesehatan dalam menunjang desentralisasi. Pemerintah dan Masyarakat bekerjasama 
dalam mengawasi demi menghindari terjadinya penyelewengan dana dan hal-hal yang 
mempengaruhi tidak optimalnya pembangunan kesehatan di daerah masing-masing. 
Masalah Sumber dana kesehatan saat desentralisasi dilaksanakan dan kesiapan 
SDM yang ada serta perubahan peran masing-masing level (pusat, provinsi, dan kabupaten) 
dijajaran birokrasi perlu perhatian lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA 
Benzhaonenes. 2011. Kesiapan Daerah Menghadapi desentralisasi Kesehatan. 
http://www.dinkes-ende.web.id/, diakses 2 Desember 2012. 
Ikha. 2012. Desentralisasi Dalam Sistem Kesehatan. 
http://ikma10fkmua.files.wordpress.com/, diakses 30 November 2012. 
Junaidi, Wawan. 2011. Pengertian Desentralisasi. http://wawan-junaidi.blogspot.com/, 
diakses 30 November 2012. 
Ramadhani, Chasiah. 2009. Desentralisasi Kesehatan. 
http://chasiahramadhani.blogspot.com/, diakses 30 November 2012. 
Suhadi. 2011. Administrasi Pembangunan Kesehatan. Kendari. 
Supriatna, Tjhya. 1993. Sistem Administrasi Pemerintah di Daerah. Jakarta : Bumi Aksara. 
Tjokroamidjojo, Bintoro. 1974. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta : LP3 ES.
DAFTAR ISI 
DAFTAR ISI ............................................................................. 
KATA PENGANTAR ...................................................................... 
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................ 
1.1.Latar Belakang ............................................................... 
1.2.Rumusan Masalah ............................................................ 
1.3.Tujuan ........................................................................ 
1.4.Manfaat ...................................................................... 
BAB II : PEMBAHASAN ................................................................ 
2.1.Defenisi ...................................................................... 
2.2.Sistim Desentralisasi Pembangunan Kesehatan ............................ 
2.3.Peran Serta Masyarakat Dalam Mendukung Kebijakan 
Desentralisasi Pembangunan Kesehatan ..................................... 
2.4.Dampak Dari Desentralisasi Pembangunan Kesehatan ...................... 
BAB III : PENUTUP ..................................................................... 
3.1.Kesimpulan .................................................................... 
3.2.Saran ......................................................................... 
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN 
“ DESENTRALISASI PEMBANGUNAN KESEHATAN” 
OLEH 
KELOMPOK 2 : 
1.ARMAN 
2.FIFI SURIATI 
3.HERMIN 
4.KADEK SUKAMARA 
5.MASTA ARIANI 
6.MIRNAWATI 
7.NIRMALA 
8.NURLIA BUTON 
9.PIPINK APRILA PUTRI 
10.SARLI BOU 
11. SITTI MARHAMNI SAKINAH 
12. SITTI NASRAWATI 
13.ZULIANI 
AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 
TAHUN AJARAN 
2014/2015
KATA PENGANTAR 
Puji syukur atas kehadirat Allah Swt,karena atas limpahan 
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua shingga makalh “ 
DESENTRALISASI PEMBANGUNAN KESEHATAN” ini dapat 
terselesaikan dengan baik.kami menyadari bahwa makalah ini 
masih jauh dari kesempurnaan ,olehanya itu kami sangat 
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para 
audiens. 
Penulis 
Raha, Desember 2014

More Related Content

What's hot

Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)eka septarianda
 
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanAsas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanBayu Rizky Aditya
 
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025Noviyarti Badri
 
Desain Penataan Daerah: Pemekaran dan Penggabungan
Desain Penataan Daerah: Pemekaran dan PenggabunganDesain Penataan Daerah: Pemekaran dan Penggabungan
Desain Penataan Daerah: Pemekaran dan PenggabunganDadang Solihin
 
pengantar-ilmu-administrasi-negara-2.ppt
pengantar-ilmu-administrasi-negara-2.pptpengantar-ilmu-administrasi-negara-2.ppt
pengantar-ilmu-administrasi-negara-2.pptIilMuntaha
 
SE Persetujuan Mendagri Kepada Plt, PJ, PJ Sementara Kepala Daerah dalam Aspe...
SE Persetujuan Mendagri Kepada Plt, PJ, PJ Sementara Kepala Daerah dalam Aspe...SE Persetujuan Mendagri Kepada Plt, PJ, PJ Sementara Kepala Daerah dalam Aspe...
SE Persetujuan Mendagri Kepada Plt, PJ, PJ Sementara Kepala Daerah dalam Aspe...CIkumparan
 
Laporan Pansus 5 Raperda
Laporan Pansus 5 RaperdaLaporan Pansus 5 Raperda
Laporan Pansus 5 RaperdaAde Suerani
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangAulia Hamunta
 
Contoh perkades daftar penerima BLT DD
Contoh perkades daftar penerima BLT DDContoh perkades daftar penerima BLT DD
Contoh perkades daftar penerima BLT DDSuwondo Chan
 
TATA CARA INPUT SKP.pdf
TATA CARA INPUT SKP.pdfTATA CARA INPUT SKP.pdf
TATA CARA INPUT SKP.pdfNihzaAlLutfi
 
Ruang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan NegaraRuang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan NegaraArfan Fahmi
 
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRISistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRITri Widodo W. UTOMO
 
2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...
2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...
2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...Ahmad Abdul Haq
 
Pengembangan dan Pembinaan JFAK
Pengembangan dan Pembinaan JFAK Pengembangan dan Pembinaan JFAK
Pengembangan dan Pembinaan JFAK Tri Widodo W. UTOMO
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Oswar Mungkasa
 
Penyusunan Dokumen Perencanaan RPJMD
Penyusunan Dokumen Perencanaan RPJMDPenyusunan Dokumen Perencanaan RPJMD
Penyusunan Dokumen Perencanaan RPJMDDadang Solihin
 

What's hot (20)

Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
Power Point Presentasi Antropologi Budaya (Etnik dan Ras)
 
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahanAsas–asas penyelenggaraan pemerintahan
Asas–asas penyelenggaraan pemerintahan
 
Kode kode surat
Kode kode suratKode kode surat
Kode kode surat
 
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025
 
Grand design (sri astiti)
Grand design (sri astiti) Grand design (sri astiti)
Grand design (sri astiti)
 
Desain Penataan Daerah: Pemekaran dan Penggabungan
Desain Penataan Daerah: Pemekaran dan PenggabunganDesain Penataan Daerah: Pemekaran dan Penggabungan
Desain Penataan Daerah: Pemekaran dan Penggabungan
 
pengantar-ilmu-administrasi-negara-2.ppt
pengantar-ilmu-administrasi-negara-2.pptpengantar-ilmu-administrasi-negara-2.ppt
pengantar-ilmu-administrasi-negara-2.ppt
 
SE Persetujuan Mendagri Kepada Plt, PJ, PJ Sementara Kepala Daerah dalam Aspe...
SE Persetujuan Mendagri Kepada Plt, PJ, PJ Sementara Kepala Daerah dalam Aspe...SE Persetujuan Mendagri Kepada Plt, PJ, PJ Sementara Kepala Daerah dalam Aspe...
SE Persetujuan Mendagri Kepada Plt, PJ, PJ Sementara Kepala Daerah dalam Aspe...
 
Laporan Pansus 5 Raperda
Laporan Pansus 5 RaperdaLaporan Pansus 5 Raperda
Laporan Pansus 5 Raperda
 
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer MalangMakalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
Makalah Desentralisasi dan Otonomi Daerah. FISIP Unmer Malang
 
Manajemen perkantoran
Manajemen perkantoranManajemen perkantoran
Manajemen perkantoran
 
Contoh perkades daftar penerima BLT DD
Contoh perkades daftar penerima BLT DDContoh perkades daftar penerima BLT DD
Contoh perkades daftar penerima BLT DD
 
TATA CARA INPUT SKP.pdf
TATA CARA INPUT SKP.pdfTATA CARA INPUT SKP.pdf
TATA CARA INPUT SKP.pdf
 
Ruang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan NegaraRuang Lingkup Keuangan Negara
Ruang Lingkup Keuangan Negara
 
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRISistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan NKRI
 
Merancang Policy Brief
Merancang Policy BriefMerancang Policy Brief
Merancang Policy Brief
 
2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...
2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...
2020-01-11 Pokok-pokok Peraturan Menteri Keuangan Nomor 205/PMK.07/2019 tenta...
 
Pengembangan dan Pembinaan JFAK
Pengembangan dan Pembinaan JFAK Pengembangan dan Pembinaan JFAK
Pengembangan dan Pembinaan JFAK
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
 
Penyusunan Dokumen Perencanaan RPJMD
Penyusunan Dokumen Perencanaan RPJMDPenyusunan Dokumen Perencanaan RPJMD
Penyusunan Dokumen Perencanaan RPJMD
 

Similar to Makalah konsep dasar keperawatan desentralisasi pembangunan kesehatan

Tugas system komunikasi indonesia
Tugas system komunikasi indonesiaTugas system komunikasi indonesia
Tugas system komunikasi indonesiaindraagus
 
Desentralisasi kesehatan-1
Desentralisasi kesehatan-1Desentralisasi kesehatan-1
Desentralisasi kesehatan-1Ridel Torar
 
Ika prawita tugas 1 pemda
Ika prawita tugas 1 pemdaIka prawita tugas 1 pemda
Ika prawita tugas 1 pemdaIka Prawita
 
Tugas 2 kwarganegaraan
Tugas 2 kwarganegaraanTugas 2 kwarganegaraan
Tugas 2 kwarganegaraanSafrial Amri
 
Makalah sentralisasi dan desentralisasi
Makalah sentralisasi dan desentralisasiMakalah sentralisasi dan desentralisasi
Makalah sentralisasi dan desentralisasiSeptian Muna Barakati
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerahHarmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerahAmalia Tania
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )Muna Muna
 
Desentralisasi
DesentralisasiDesentralisasi
Desentralisasiarievv
 
PEMDA OTDA 2.pptx
PEMDA OTDA 2.pptxPEMDA OTDA 2.pptx
PEMDA OTDA 2.pptxReisdro
 
Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008
Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008
Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008taufanfahri
 
Desentralisasi Secara Luas dan Sempit
Desentralisasi Secara Luas dan SempitDesentralisasi Secara Luas dan Sempit
Desentralisasi Secara Luas dan SempitEnchink Qw
 
Hukum Pemerintahan Daerah
Hukum Pemerintahan DaerahHukum Pemerintahan Daerah
Hukum Pemerintahan DaerahMuhamad Yogi
 

Similar to Makalah konsep dasar keperawatan desentralisasi pembangunan kesehatan (20)

Tugas system komunikasi indonesia
Tugas system komunikasi indonesiaTugas system komunikasi indonesia
Tugas system komunikasi indonesia
 
Nama kelompok 4
Nama kelompok 4Nama kelompok 4
Nama kelompok 4
 
Denis anggun
Denis anggunDenis anggun
Denis anggun
 
Presentasi ppkn
Presentasi ppknPresentasi ppkn
Presentasi ppkn
 
Desentralisasi kesehatan-1
Desentralisasi kesehatan-1Desentralisasi kesehatan-1
Desentralisasi kesehatan-1
 
Ika prawita tugas 1 pemda
Ika prawita tugas 1 pemdaIka prawita tugas 1 pemda
Ika prawita tugas 1 pemda
 
Tugas 2 kwarganegaraan
Tugas 2 kwarganegaraanTugas 2 kwarganegaraan
Tugas 2 kwarganegaraan
 
Makalah sentralisasi dan desentralisasi
Makalah sentralisasi dan desentralisasiMakalah sentralisasi dan desentralisasi
Makalah sentralisasi dan desentralisasi
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerahHarmonisasi pemerintah pusat dan daerah
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah
 
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
Harmonisasi pemerintah pusat dan daerah ( kelas X bab 4 )
 
Desentralisasi
DesentralisasiDesentralisasi
Desentralisasi
 
Ppkn materi 9
Ppkn materi 9Ppkn materi 9
Ppkn materi 9
 
PEMDA OTDA 2.pptx
PEMDA OTDA 2.pptxPEMDA OTDA 2.pptx
PEMDA OTDA 2.pptx
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Makalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerahMakalah sistem pemerintahan daerah
Makalah sistem pemerintahan daerah
 
Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008
Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008
Teori desentralisasi-dan-otonomi-daerah-edisi-revisi-juli-2008
 
Desentralisasi Secara Luas dan Sempit
Desentralisasi Secara Luas dan SempitDesentralisasi Secara Luas dan Sempit
Desentralisasi Secara Luas dan Sempit
 
Adm1
Adm1Adm1
Adm1
 
Desentralisasi
DesentralisasiDesentralisasi
Desentralisasi
 
Hukum Pemerintahan Daerah
Hukum Pemerintahan DaerahHukum Pemerintahan Daerah
Hukum Pemerintahan Daerah
 

More from Septian Muna Barakati (20)

Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
Kti eni safitri AKBID YKN RAHA
 
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA Kti hikmat AKBID YKN RAHA
Kti hikmat AKBID YKN RAHA
 
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA Kti niski astria AKBID YKN RAHA
Kti niski astria AKBID YKN RAHA
 
Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA Kti ikra AKBID YKN RAHA
Kti ikra AKBID YKN RAHA
 
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
Kti sartiawati AKBID YKN RAHA
 
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
Kti jayanti sakti AKBID YKN RAHA
 
Dokomen polisi
Dokomen polisiDokomen polisi
Dokomen polisi
 
Dokumen perusahaan
Dokumen perusahaanDokumen perusahaan
Dokumen perusahaan
 
Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3Dokumen polisi 3
Dokumen polisi 3
 
Dosa besar
Dosa besarDosa besar
Dosa besar
 
Ekosistem padang lamun
Ekosistem padang lamunEkosistem padang lamun
Ekosistem padang lamun
 
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi pendudukFaktor faktor yang mempengaruhi penduduk
Faktor faktor yang mempengaruhi penduduk
 
E
EE
E
 
Faktor
FaktorFaktor
Faktor
 
Fho...................
Fho...................Fho...................
Fho...................
 
555555555555555 (2)
555555555555555 (2)555555555555555 (2)
555555555555555 (2)
 
99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya99 nama allah swt beserta artinya
99 nama allah swt beserta artinya
 
10 impact of global warming
10 impact of global warming10 impact of global warming
10 impact of global warming
 
10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global10 dampak pemanasan global
10 dampak pemanasan global
 
5 w 1h penyakit hiv
5 w 1h  penyakit hiv5 w 1h  penyakit hiv
5 w 1h penyakit hiv
 

Makalah konsep dasar keperawatan desentralisasi pembangunan kesehatan

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan tingkat keragaman tinggi yang tersebar di berbagai area geografis yang unik. Adanya kepercayaan dan kebudayaan yang banyak membuat penanganan masalah pada setiap daerah haruslah berbeda. Menyesuaikan dengan karakterisitik daerah tersebut. Kenyataan ini berbeda dari peraturan yang pernah berlaku untuk puskesmas di Indonesia. Peraturan yang juga disebut sebagai paradigma lama puskesmas.Beberapa hal yang melekat pada paradigma paradigma lama itu adalah, sentralisasi, pembangunan yang terbatas, pengobatan yang hanya bersifat kuratif, hukum kebutuhan dan permintaan, dan sangat kental dengan unsur birokrasinya. Ketidakluwesan yang ada di puskesmas ini lama kelamaan membuat fungsi puskesmas yang sebenarnya menjadi samar dan bahkan nyaris terlupa. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa definisi dari desentralisasi pembangunan kesehatan ? 2. Bagaimana sistem desentralisasi pembangunan kesehatan ? 3. Bagaimana peran serta Masyarakat dalam mendukung kebijakan desentralisasi pembangunan kesehatan ? 4. Bagaimana dampak desentralisasi ? 1.3 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Untuk menginformasikan kepada para pembaca mengenai definisi desentralisasi pembangunan kesehatan.
  • 2. 2. Untuk menjelaskan dan menginformasikan mengenai sistem desentralisasi pembangunan kesehatan di Indonesia. 3. Untuk menjelaskan bagaimana peran serta masyarakat dalam kebijakan desentralisasi kesehatan. 4. Untuk memberitahu dan menjelaskan dampak dari desentralisasi pembangunan kesehatan. 1.4 Manfaat Bagi pembaca : 1. Menambah pengetahuan pembaca mengenai desentralisasi pembangunan kesehatan. 2. Memperluas dan memperdalam ilmu yang dimiliki para pembaca mengenai desentralisasi pembangunan kesehatan. 3. Sebagai reverensi penulisan karya ilmiah atau makalah yang berhubungan dengan desentralisasi pembangunan kesehatan. Bagi penulis : 1. Membagi pengetahuan mengenai desentralisasi pembangunan kesehatan. 2. Memberikan informasi, serta dapat mengasah kemampuan dan pemahaman dalam penyusunan makalah serta pengetahuan tentang desentralisasi kesehatan.
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjelaskan bahwa Desentralisasi adalah penyerahan wewenang/transfer wewengang dari pemerintah pusat baik kepada pejabat-pejabat pemerintah pusat di Daerah yang disebut Dekonsentrasi maupun kepada badan-badan otonom daerah yang sering disebut Devolusi. Selanjutnya PBB menjelaskan bahwa dua prinsip dari penyerahan wewenang dan fungsi pemerintah adalah pertama ;Deconsentrasi area offices of administration (perangkat wilayah yang berada di daerah) dan kedua, Devolusi dimana sebagian kekuasaan pemerintah diserahkan kepada badan-badan politik di daerah yang diikuti dengan penyerahan kekuasaa/kewenangan sepenuhnya untuk mengambil keputusan baik secara politis maupun adminstratif. Dikatakan oleh Bryant bahwa konsekuensi dari penyerahan wewenang dalam pengambilan keputusan dan pengawasan kepada badan-badan otonomi adalah untuk memberdayakan kemampuan lokal (empowerment local capasity). Wewenang dan sumber daya yang diberikan berkaitan erat satu sama lainnya. Apabila badan-badan lokal diserahi tanggung jawab dan sumber daya, maka kemampuan untuk mengembangkan otoritasnya akan meningkat. Sebaliknya, jika pemerintah lokal hanya ditugaskan untuk mengikuti kebijkan pusat maka partisipasi para elit dan warganya akan rendah. Dengan demikian maka kekuasaan pada tingkat pusat tidak akan berkurang bahkan akan memperoleh respek dan kepercayaan dari tingkat lokal yang pada akhirnya akan meningkatkan pengaruh dan legitimasinya. Sedangkan para ahli Indonesia, seperti R. Trsna, Koesoemaatmadja, Amrah Moeslimin, The Liang Gie dan sebagainya termasuk dalam aliran Kontinental. Menurut R. Tresna desentralisasi dapat dibedakan kedalam :
  • 4. 1. Desentralisasi Jabatan (dekonsentrasi), adalah pemberian atau pemasrahan kekuasaan dari atas ke bawah dalam rangka kepegawaian, guna kelancaran pekerjaan semata-mata. 2 .Desentralisasi Ketatanegaraan, merupakan pemberian kekuasaan untuk mengatur bagi daerah di dalam lingkungannya guna mewujudkan azas demokrasi dalam pemerintahan negara. Desentralisasi ketatanegaraan ini dibagi menjadi : Desentralisasi teritorial dan desentralisasi fungsional. Sementara itu Koesoemaatmadja, Desentralisasi adalah sistem untuk mewujudkan demokrasi yang memberikan kesempatan kepada rakyat untuk ikutserta dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Desentralisasi menurutnya dapat dibedakan menjadi : dekonsentrasi dan desentralisasi ketatanegaraan atau desentralisasi politik, yaitu : pelimpahan kekuasaan perundang-undangan dan pemerintahan kepada daerah-daerah otonom di dalam lingkungannya. Dalam Desentralisasi politik/ketatanegaraan ini masyarakat dilibatkan dalam penyelenggaraan pemerintahan melalui saluran-saluran perwakilan. Desentralisasi politik/ketatanegaraan ini dibagi lagi menjadi (1) desentralisasi teritorial, yaitu : pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumahtangga daerah masing-masing; (2)Desentarlisasi fungsional, yaitu pelimpahan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus sesuatu atau beberapa kepentingan tertentu. Ahli lainnya adalah Amrah Moeslim yang tidak memasukkan dekonsentrasi sebagai salah satu jenis desentralisasi. Menurut Meoslim, desentralisasi dibedakan dalam tiga jenis, yaitu : 1. Desentralisasi Politik, yaitu : pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat yang menimbulkan hak mengatur dan mengurus kepentingan rumahtangga sendiri bagi badan politik di daerah-daerah yang dipilih oleh rakyat daerah. 2. Desentralisasi Fungsional, yaitu : pemberian hak kepada golongan-golongan tertentu untuk mengurus satu macam atau segolongan kepentingan tertentu dalam masyarakat baik terikat ataupun tidak.
  • 5. 3. Desentralisasi Kebudayaan adalah pemberian hak kepada golongan minoritas dalam masyarakat untuk menyelenggarakan kebudayaan sendiri (pendidikan, agama dll). Menurut pendapat The Liang Gie Desentralisasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada satuan-satuan organisasi pemerintahan untuk menyelenggarakan segenap kepentingan setempat dari sekelompok penduduk yang mendiami suatu wilayah.Sementara itu menurut UU No 5 Tahun 1974 tentang, Desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah, menjadi urusan rumah tangganya. Sedangkan menurut UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Desentralisasi adalah : penyerahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah kepada Daerah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari berbagai definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Desentralisasi pada dasarnya adalah : suatu proses transfer/penyerahan sebagian wewenang dan tanggungjawab dari urusan yang semula adalah urusan pemerintah pusat kepada badan-badan atau lembaga-lembaga Pemerintah Daerah agar menjadi urusan rumahtangganya sehingga urusan-urusan tersebut beralih kepada Daerah dan menjadi wewenang dan tanggungjawab Pemerintah Daerah. Dengan pengertian tersebut, maka setidaknya ada empat kegiatan dalam desentralisasi menurut Koiruddin (2005); yaitu: 1. Dekonsentrasi wewenang administrasi Dekonsentralisasi berupa pergeseran volume pekerjaan dari departemen pusat pada perwakilannya yang ada di daerah tanpa adanya penyerahan atau pelimpahan kewenangan untuk mengambil keputusan atau keleluasaan untuk membuat keputusan. 2. Delegasi kepada oenguasa otorita Delegasi adalah pelimpahan pengambilan keputusan dan kewewenangan manajerial untuk melakukan tugas-tugas khusus kepada suatu organisasi yang secara langsung
  • 6. berada dibawah pengawasan pusat. 3. Devolusi kepada pemerintah daerah Devolusi adalah kondisi dimana pemerintah pusat membentuk unit-unit pemerintahan diluar pemerintah pusat dengan menyerahkan sebagian fungsi-fungsi tertentu kepada unit-unit itu untuk dilaksanakan secara mandiri. Devolusi adalah bentuk desentralisasi yang lebih ekstensif untuk merujuk pada situasi dimana pemerintah pusat mentransfer kewenangan kepada pemerintah daerah dalam hal pengambilan keputusan, keuangan dan manajemen. 4. Pemindahan fungsi dari pemerintah kepada swasta Yang disebut sebagai pemindahan fungsi dari pemerintahan kepada swasta atau privatisasi adalah penyerahan beberapa otoritas dalam perencanaan dan tanggung jawab administrasi tertentu kepada organisasi swasta. 2.2 Sistem Desentralisasi Pembangunan Kesehatan Desentralisasi kesehatan di Indonesia secara lebih jelas dilaksanakan setelah dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999, PP No. 25 tahun 2000, sertaSE Menkes No. 1107/Menkes/E/VII/2000. UU No. 22 tahun 1999 pasal 1 ayat h menyebutkan “otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat (termasuk bidang kesehatan), menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Menurut aturan perundang-undangan dan dalam prakteknya, desentralisasi bidang kesehatan yang ada di indonesia menganut semua jenis desentralisasi (dekonsentrasi, devolusi, delegasi dan privatisasi). Hal ini terlihat dari masih adanya kewenangan pemerintah pusat yang didekontrasikan di daerah propinsi melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Selain itu, berdasarkan SE Menkes/E/VII/2000 disebutkan beberapa tugas yang mungkin tidak dapat dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota dapat diserahkan ke tingkat yang lebih tinggi. Upaya privatisasi pelayanan kesehatan dan perusahaan pendukung pelayanan kesehatan juga sedang giat dilakukan. Kandungan makna substansial dari desentralisasi
  • 7. adalah bagaimana menyejahterakan dan menciptakan keadilan bagi kehidupan masyarakat di daerah (Tagela, 2001). Selanjutnya, Simangunsong (2001). Mengatakan bahwainti dari pelaksanaan otonomi daerah adalah terdapatnya keluesan pemerintah daerah untuk melaksanakan pemerintahan sendiri atas prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan daerahnya. Dalam bidang kesehatan, implikasi desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah sebagai berikut; 1. Terwujudya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan atas aspirasi masyarakat 2. Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan 3. Optimalisasi potensi pembanmgunankesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap, 4 Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya mengacu pada petunjuk atasan 5. Menumbuhkembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan (termasuk pembiayaan kesehatan) tanpa mengabaikan peran serta sector lain. Kesemuanya ini bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Hakikat dari pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan, pengakuan martabat, dan peningkatan serta apresiasi terhadap harga diri masyarakat. Kebijakan desentralisasi pembangunan kesehatan seyoganya dimaksudkan untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat secara merata diseluruh Indonesia. Dengan adanya kebijakan desentralisasi maka terdapat keluwesan pemerintah daerah untuk melaksanakan pemerintah sendiri atas prakarsa, kreativitas, dan peran serta masyarakat dalam mengembangkan dan memajukan kesehatan di daerahnya. Implikasi dari kebijakan tersebut adalah daerah kabupaten/kota (pemerintah,DPRD, dan masyarakat) harus merencanakan dan merumuskan sendiri program pembangunan kesehatan di daerahnya tanpa harus menunggu kebijakan dari atas. Program pembangunan kesehatan harus bersifat bottom-up, yaitu berdasarkan aspirasi dari bawah. Hal ini tidak mudah, karena selama ini daerah sudah terbiasa dengan kebijakan pembangunan yang top-down tanpa memperhatikan aspirasi masyarakat. Di satu
  • 8. sisi, pihak pemerintah daerah (Dinas Kesehatan) tidak terbisa merencanakan dan menyusun program pembangunan daerah. Di sisi lain, masyarakat sangat jarang dilibatkan dengan proses pembangunan kesehatan. Oleh karena itu, keberhasilan pembangunan kesehatan di era desentralisasi sangat tergantung pada kesiapan daerah untuk melaksanakannya. Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) untuk meningkatkan kesiapan daerah dalam menghadapi dan melaksanakan desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah menata ulang struktur organisasi Dinas Kesehatan, menetapkan system kesehatan daerah, merencanakan dan menyusun program pembangunan secara bottom-up, menumbuhkan mental proaktif pada aparatur pemerintah, mengembangkan system informasi kesehatan, menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga ilmiah dan pendidikan kesehatan, mengembangkan model promosi kesehatan daerah, menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga ilmiah dan pendidikan kesehatan, meningkatkan kerjasama lintas sector, membentuk badan kerjasama antar kabupaten/kota, meningkatkan keterlibatan masyarakat, dan mengembangkan model pembiayaan kesehatan. Selain itu, DPRD kabupaten/kota harus mengawasi jalannya pembangunan kesehatan dan menghasilkan peraturan daerah yang memberikan suasana kondusif kepada proses pembangunan dan infestasi bidang kesehatan di derah. Akhirnya, dengan adanya kebijakan desentralisasi, pemerintah dan masyarakat harus bersama-sama bahu-membahu menjalankan pembangunan kesehatan untuk mencapai kondisi kesehatan yang dicanangkan dalam Indonesia sehat 2010, yaitu masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sistem Desentralisasi yang sekarang ini berlaku di Indonesia, membawa perubahan tersendiri dalam Pembangunan Kesehatan di Indonesia. Sesuai Undang–undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah dicantumkan bahwa Tujuan Nasional Pembangunan Kesehatan adalah terwujutnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal
  • 9. berupa keadaan sejahtra dari badan, jiwa dan sosial yang optimal, yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, pelaksanaan pelayanan kesehatan yang merupakan perwujudan dari paradigma sehat pada saat ini lebih banyak dilaksanakan di pusat kesehatan masyarakat. Undang–undang No 22 tahun 1999 tentang Otonomi daerah menjelaskan bahwa pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh adalah melalui penerapan azas desentralisasi, pada daerah kabupaten/kota. Pemerintah daerah kabupaten/kota, bertanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggara pembangunan pada umumnya dan pembangunan kesehatan pada khususnya dengan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dituntut adanya sumberdaya manusia yang professional dan mampumemberikan kontribusi yang maksimal bagi organisasi dan kesehatan adalah dinas kesehatan yang mempuyai tugas melaksanakan kewenangan otonomi daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Mewujudkan pembangunan nasional di bidang kesehatan yang berlandaskan prakarsa dan aspirasi masyarakat dengan cara memberdayakan, menghimpun, dan mengoptimalkan potensi Daerah untuk kepentingan Daerah dan prioritas Nasional dalam mencapai Indonesia Sehat 2010 Point dalam desentralisasi kesehatan :  Mendekatkan Pengambilan Keputusan  Pembangunan Kesehatan Lebih Sesuai Dengan Local Specific  Potensi Masyarakat Lebih Diberdayakan  Derajat Kesehatan Meningkat  Human Development Index Indonesia Meningkat  Indonesia Sehat 2010 – Masyarakat Mandiri Untuk Hidup Sehat
  • 10. Ditengah keterbatasan sumber daya dalam hal pembiayaan dan tenaga adalah memprioritaskan bidang-bidang pembangunan kesehatan, seperti Kesehatan Ibu dan Anak. Oleh karena itu, Depkes akan menempuh 4 strategi utama, yaitu : 1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Sasaran utama strategi ini adalah seluruh desa menjadi desa siaga, seluruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat serta seluruh keluarga sadar gizi. 2. Meningkatkan akses masyarakat tehadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Sasaran utama strategi ini adalah ; Setiap orang miskin mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu; setipa bayi, anak, dan kelompok masyarakat risiko tinggi terlindungi dari penyakit; disetiap desa tersedia SDM kesehatan yang kompeten; di setiap desa tersedia cukup obat esensial dan alat kesehatan dasar; setiap Puskesmas dan jaringannya dapat menjangkau dan dijangkau seluruh masyarakat di wilayah kerjanya; pelayanan kesehatan di setiap rumah sakit, Puskesmas dan jaringannya memenuhi standar mutu. 3. Meningkatkan sistem surveillans, monitoring dan informasi kesehatan. Sasaran utama dari strategi ini adalah : setiap kejadian penyakit terlaporkan secara cepat kepada desa/lurah untuk kemudian diteruskan ke instansi kesehatan terdekat; setiap kejadian luar biasa (KLB) dan wabah penyakit tertanggulangi secara cepat dan tepat sehingga tidak menimbulkan dampak kesehatan masyarakat; semua ketersediaan farmasi, makanan dan perbekalan kesehatan memenuhi syarat; terkendalinya pencemaran lingkungan sesuai dengan standar kesehatan; dan berfungsinya sistem informasi kesehatan yang evidence based di seluruh Indonesia. 4. Meningkatkan pembiayaan kesehatan. Sasaran utama dari strategi ini adalah : pembangunan kesehatan memperoleh prioritas penganggaran pemerintah pusat dan daerah; anggaran kesehatan pemerintah diutamakan untuk upaya pencegahan dan promosi kesehatan; dan terciptanya sistem jaminan pembiayaan kesehatan terutama bagi rakyat miskin.
  • 11. Implikasi desentralisasi pembangunan kesehatan. Adanya kebijakan desentralisasi dalam bidang kesehatan akan membawa implikasi yang luas bagi pemerintah daerah dan masyarakat. Implikasi tersebut dapat memberikan dampak positif dan dampak negatif. 2.3 Peran Serta Masyarakat dalam Mendukung Kebijakan Desentralisasi Pembangunan Kesehatan Makna substansial dari desentralisasi kesehatan adalah peran serta masyarakat, maka adanya kebijakan desentralisasi akan memberi ruang dan waktu bagi masyarakat untuk mengemukakan pendapat dan mengajukan usul berkenaan dengan pembangunan kesehatan di daerah. Masyarakat berhak dimintai pendapatnya mengenai apa yang terbaik bagi mereka dan apa yang mereka butuhkan. Organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga adat, tokoh masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) harus secara bersama-sama dan bahu-membahu dengan pemerintah menjalankan pembangunan kesehatan di daerahnya.Pemerintah harus memberi akses yang sebesar-besarnya kepada masyarakat tentang kebijakan yang dilakukan, sehingga masyarakat merasa turut memiliki pembangunan dan diakui keberadaannya. Selain itu, masyarakat dapat berperan sebagai pengawas jalannya pembangunan kesehatan. 2.4 Dampak dari Desentralisasi Pembangunan Kesehatan Dampak positif desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah sebagai berikut: 1) Terwujudnya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan atas aspirasi masyarakat. 2) Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan, 3) Optimalisasi potensi pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap 4) Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya
  • 12. mengacu pada petunjuk atasan, 5) Menumbuhkembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan (termasuk pembiayaan kesehatan) tanpa mengabaikan peran serta sektor lain. Dampak negatif muncul pada dinas kesehatan yang selama ini terbiasa dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat diharuskan membuat program dan kebijakan sendiri. Jika pemerintah daerah tidak memiliki sumber daya yang handal dalam menganalisis kebutuhan, mengevaluasi program, dan membuat program, maka program yang dibuat tidak akan bermanfaat. Selain itu, pengawasan dana menjadi hal yang harus diperhatikan untuk menghindari penyelewengan anggaran. Arus desentralisasi semakin menuntut pemotongan jalur birokrasi aparatur pemerintahan. Hal ini menjadi kendala karena perubahannya membutuhkan waktu yang lama dan komitmen dari aparatur pemerintah. Adapun dampak lainnya dari desentralisasi : 1. Segi ekonomi, dari segi ekonomi banyak sekali keuntungan dari penerapan sistem desentralisasi ini dimana pemerintahan daerah akan mudah mengelolah sumber daya alam yang dimilikinya, dengan demikian apabila sumber daya alam yang dimiliki telah dikelolah secara maksimal maka pendapatan daerah dan pendapatan masyarakat akan meningkat. 2. Segi sosial budaya, dengan diadakannya desentralisasi, akan memperkuat ikatan social budaya pada suatu daerah. Karena dengan diterapkannya sistem desentralisasi ini pemerintahan daerah akan dengan mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah tersebut. Bahkan kebudayaan tersebut dapat dikembangkan dan di perkenalkan kepada daerah lain. Yang nantinya merupakan salah satu potensi daerah tersebut. Sedangkan dampak negatif dari desentralisasi pada segi sosial budaya adalah masing-masing daerah berlomba-lomba untuk menonjolkan kebudayaannya masing-masing. Sehingga, secara tidak langsung melunturkan kesatuan yang dimiliki oleh bangsa indonesia itu sendiri.
  • 13. 3. Segi keamanan dan politik, dengan diadakannya desentralisasi merupakan suatu upaya untuk mempertahankan kesatuan Negara Indonesia, karena dengan diterapkannya kebijaksanaan ini akan bisa meredam daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dengan NKRI, (daerah-daerah yang merasa kurang puas dengan sistem atau apa saja yang menyangkut NKRI). Tetapi disatu sisi desentralisasi berpotensi menyulut konflik antar daerah. Dibidang politik, dampak positif yang didapat melalui desentralisasi adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Hal ini menyebabkan pemerintahan daerah lebih aktif dalam mengelolah daerahnya. Tetapi dampak negatif yang terlihat dari sistem ini adalah euforia yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkan kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.
  • 14. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan · Jadi kesimpulanya desentralisasi pembangunan kesehatan ialah penyerahan urusan pemerintah dari pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada Daerah, yang bertujuan agar pelayanan kesehatan dapat lebih cepat dan lebih baik serta pembangunan kesehatan yang dilakukan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. · Ada 4 jenis Desentralisasi yang di anut di indonesia yakni 1. Dekonsentrasi 2. Delegasi 3. Devolusi 4. Privatisasi · Peran masyarakat dapat berupa : 1. Mengemukakan pendapat. 2. Mengajukan usul berkenaan dengan pembangunan kesehatan di daerah 3. Masyarakat dapat berperan sebagai pengawas jalannya pembangunan kesehatan. · Dampak positif desentralisasi pembangunan kesehatan, antara lain, adalah sebagai berikut: 1) Terwujudnya pembangunan kesehatan yang demokratis yang berdasarkan atas aspirasi masyarakat. 2) Pemerataan pembangunan dan pelayanan kesehatan, 3) Optimalisasi potensi pembangunan kesehatan di daerah yang selama ini belum tergarap 4) Memacu sikap inisiatif dan kreatif aparatur pemerintah daerah yang selama ini hanya mengacu pada petunjuk atasan, 5) Menumbuhkembangkan pola kemandirian pelayanan kesehatan (termasuk pembiayaan kesehatan) tanpa mengabaikan peran serta sektor lain. · Dampak Negatif Desentralisasi :
  • 15. 1. Waktu pengambilan kebijakan. 2. Pada dinas kesehatan yang selama ini terbiasa dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat diharuskan membuat program dan kebijakan sendiri. 3. Adanya ketimpangan pegambilan keputusan oleh pihak-pihak yang tidak seharusnya mempunyai kewenangan tersebut. Hal tersebut dikarenakan ada orang yang ingin menguasainya, atas dasar keegoisan manusia 4. Peluang terjadinya penyelewengan dana lebih besar. 3.2 Saran Dengan adanya makalah ini, para pembaca dapat mengetahui secara lebih luas mengenai desentralisasi pembangunan kesehatan. Demi tercapainya tujuan dari desentralisasi pembangunan kesehatan, masyarakat juga harus turut berperan serta dalam mengusulkan dan mengawasi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pemerintah perlu memperhatikan alokasi anggaran dari pendapatan yang telah diterima, karena penempatan anggaran yang tepat dapat menunjang pembangunan kesehatan di daerah. Pemerintah juga perlu memperhatikan tenaga kerja di pemerintahan dan dinas-dinas kesehatan dalam menunjang desentralisasi. Pemerintah dan Masyarakat bekerjasama dalam mengawasi demi menghindari terjadinya penyelewengan dana dan hal-hal yang mempengaruhi tidak optimalnya pembangunan kesehatan di daerah masing-masing. Masalah Sumber dana kesehatan saat desentralisasi dilaksanakan dan kesiapan SDM yang ada serta perubahan peran masing-masing level (pusat, provinsi, dan kabupaten) dijajaran birokrasi perlu perhatian lebih lanjut.
  • 16. DAFTAR PUSTAKA Benzhaonenes. 2011. Kesiapan Daerah Menghadapi desentralisasi Kesehatan. http://www.dinkes-ende.web.id/, diakses 2 Desember 2012. Ikha. 2012. Desentralisasi Dalam Sistem Kesehatan. http://ikma10fkmua.files.wordpress.com/, diakses 30 November 2012. Junaidi, Wawan. 2011. Pengertian Desentralisasi. http://wawan-junaidi.blogspot.com/, diakses 30 November 2012. Ramadhani, Chasiah. 2009. Desentralisasi Kesehatan. http://chasiahramadhani.blogspot.com/, diakses 30 November 2012. Suhadi. 2011. Administrasi Pembangunan Kesehatan. Kendari. Supriatna, Tjhya. 1993. Sistem Administrasi Pemerintah di Daerah. Jakarta : Bumi Aksara. Tjokroamidjojo, Bintoro. 1974. Pengantar Administrasi Pembangunan. Jakarta : LP3 ES.
  • 17. DAFTAR ISI DAFTAR ISI ............................................................................. KATA PENGANTAR ...................................................................... BAB I : PENDAHULUAN ................................................................ 1.1.Latar Belakang ............................................................... 1.2.Rumusan Masalah ............................................................ 1.3.Tujuan ........................................................................ 1.4.Manfaat ...................................................................... BAB II : PEMBAHASAN ................................................................ 2.1.Defenisi ...................................................................... 2.2.Sistim Desentralisasi Pembangunan Kesehatan ............................ 2.3.Peran Serta Masyarakat Dalam Mendukung Kebijakan Desentralisasi Pembangunan Kesehatan ..................................... 2.4.Dampak Dari Desentralisasi Pembangunan Kesehatan ...................... BAB III : PENUTUP ..................................................................... 3.1.Kesimpulan .................................................................... 3.2.Saran ......................................................................... DAFTAR PUSTAKA .......................................................................
  • 18. MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN “ DESENTRALISASI PEMBANGUNAN KESEHATAN” OLEH KELOMPOK 2 : 1.ARMAN 2.FIFI SURIATI 3.HERMIN 4.KADEK SUKAMARA 5.MASTA ARIANI 6.MIRNAWATI 7.NIRMALA 8.NURLIA BUTON 9.PIPINK APRILA PUTRI 10.SARLI BOU 11. SITTI MARHAMNI SAKINAH 12. SITTI NASRAWATI 13.ZULIANI AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA TAHUN AJARAN 2014/2015
  • 19. KATA PENGANTAR Puji syukur atas kehadirat Allah Swt,karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua shingga makalh “ DESENTRALISASI PEMBANGUNAN KESEHATAN” ini dapat terselesaikan dengan baik.kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan ,olehanya itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para audiens. Penulis Raha, Desember 2014