SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
1
DOSEN : SAAD ABDUH, S.Kep, M.Kes
TUGAS : KMB 1
OLEH
NAMA : SAMNIAH
NIM : 11.11.932
TINKAT : II B (DUA b)
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya hingga penulis dapat merampungkan pembuatan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Imunitas (Asma ) ”
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung
dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa
dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor
batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta
saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini ini.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten
Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima
kasih.
Raha, oktober 2012
Penyusun
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................
DAFTAR ISI ......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................
A. Latar Belakang ......................................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................................
C. Tujuan ...................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................................
A. Defenisi .................................................................................................
B. Faktor ...................................................................................................
C. Manisfestasi klinis ...............................................................................
D. Diagnosis ..............................................................................................
E. Patofisiologis ........................................................................................
F. Penyebab ...............................................................................................
G. Pengobatan ............................................................................................
H. Pencegahan ...........................................................................................
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................
BAN IV PENUTUP ...........................................................................................
A. Kesimpulan ...........................................................................................
B. Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang penyebabnya adalah karena
pekerjaan, alat dan bahan yang digunakan dalam bekerja, proses pekerjaan dan juga
lingkungan kerja. Dari sini dapat dipahami bahwa Penyakit Akibat Kerja adalah suatu
penyakit yang artifisial atau man made disease.
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan
oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas).
Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan
bronkospasme yang reversibel.
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu.
Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon.
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara
spontan maupun hasil dari pengobatan
B. Rumusan Masalah
Adapn permasalahan yang di angkat dalam pembahasan ini yaitu agar kita
mengetahui bagaimana konsep penyakit pada sistem imunitas khususnya berhubungan
dengan gangguan asma yang mengacu kepada defenisi ,klasifikasi , manisfestasi
klinis, , diagnosis , penyebab, pengobatan dan pencegahannya.
5
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana gangguan sistem imunitas pada klien yang
mengalami gangguan asma yang mengacu pada defenisi ,klasifikasi , manisfestasi
klinis, , diagnosis , penyebab, pengobatan dan pencegahannya. Agar dapat di
aplikasikan dalam proses keperawatan.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Defenisi
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana
trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan
dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea,
batuk dan mengi. (Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal. 611).
Asma adalah suatu penyakit peradangan kronik pada jalan napas yang mana
peradangan ini menyebabkan perubahan derajat obstruksi pada jalan napas dan
menyebabkan kekambuhan(Lewis, 2000, hal. 660).
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan
nafas). (Polaski : 1996). Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang
dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer
Suzanne : 2001).
B. Faktor
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asthma bronkhial.
7
1. Faktor predisposisi
o Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
o Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
Seperti : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b. Ingestan, yang masuk melalui mulut.
Seperti : makanan dan obat-obatan.
c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit.
seperti : perhiasan, logam dan jam tangan.
o Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
8
o Stress.
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
o Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal
ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.
C. Diagnostik
Umumnya diagnosis asma tidak sulit, terutama bila dijumpai gejala yang klasik
seperti sesak napas, batuk dan mengi’ (wheezing).
Adapun pemeriksaan penunjang yang penting dalam menegakkan diagnosis
adalah sebagai berikut :
9
1. Spirometri untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversibel.
Peningkatan FEV, atau FVC sebanyak > 20% menunjukkan diagnosis asma.
2. Tes provokasi, untuk menunjukkan hyperaktivitas bronchus. Penurunan FEV,
sebesar 20% atau lebih setelah test provokasi menunjukkan hyperaktivitas
bronchus.
3. Pemeriksaan test kulit, untuk menunjukkan adanya antibodi Ig E yang spesifik
dalam tubuh. Test ini hanya menyokong anamnesis, karena alergen yang
menunjukkan test kulit positif (+) tidak selalu merupakan penyebab asma,
sedangkan hasil negatif (-) tidak selalu berarti tidak ada faktor kerentanan kulit.
4. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik untuk menyokong adanya penyakit
atopi.
5. Pemeriksaan radiologi (foto thoraks), dilakukan bila ada kecurigaan terhadap proses
patologik di paru atau komplikasi asma.
6. Analisis gas darah, dilakukan pada penderita asma berat.
Pada keadaan tersebut dapat terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis respiratorik.
7. Pemeriksaan eosinofil dalam darah, dapat membantu membedakan asma dengan
bronchitis kronik. Pada penderita asma jumlah eosinofil dalam darah biasanya
meningkat.
8. Pemeriksaan sputum, untuk melihat adanya eosinofil dan meselium Aspergilus
Fumigatus.
D. Manisfestasi Klinis
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspne, dari wheezing.Dan
pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang
bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak
penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan
10
serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I :
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b. b Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.
2. Tingkat II :
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan
adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III :
a. Tanpa keluhan.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4. Tingkat IV :
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V :
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut
yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai.
b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel.Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :Kontraksi otot-
11
otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, taki
kardi
E. Patofisiologis
Asma adalah obstruksi jalan nafas difus revesible yang disebabkan oleh satu
atau lebih dari faktor berikut ini.
1. Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi yang menyempitkan jalan nafas.
2. Pembengkakan membran yang melapisi bronchi.
3. Pengisian bronchi dengan mukus yang kental.
Selain itu, otot-otot bronchial dan kelenjar membesar. Sputum yang kental,
banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflamasi dengan udara terperangkap di
dalam paru.
Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru.
Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi
menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (mediator) seperti: histamin, bradikinin,
dan prostaglandin serta anafilaksis dari suptamin yang bereaksi lambat.
Pelepasan mediator ini mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas
menyebabkan broncho spasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan
mukus yang sangat banyak.
Sistem syaraf otonom mempengaruhi paru, tonus otot bronchial diatur oleh
impuls syaraf pagal melalui sistem para simpatis. Pada asthma idiopatik/non alergi,
ketika ujung syaraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti: infeksi, latihan,
12
udara dingin, merokok, emosi dan polutan. Jumlah asetilkolin yang dilepaskan
meningkat.
Pelepasan astilkolin ini secara langsung menyebabkan bronchikonstriksi juga
merangsang pembentukan mediator kimiawi.
Pada serangan asma berat yang sudah disertai toxemia, tubuh akan mengadakan
hiperventilasi untuk mencukupi kebutuhan O2. Hiperventilasi ini akan menyebabkan
pengeluaran CO2 berlebihan dan selanjutnya mengakibatkan tekanan CO2 darah arteri
(pa CO2) menurun sehingga terjadi alkalosis respiratorik (pH darah meningkat). Bila
serangan asma lebih berat lagi, banyak alveolus tertutup oleh mukus sehingga tidak ikut
sama sekali dalam pertukaran gas. Sekarang ventilasi tidak mencukupi lagi, hipoksemia
bertambah berat, kerja otot-otot pernafasan bertambah berat dan produksi CO2 yang
meningkat disertai ventilasi alveolar yang menurun menyebabkan retensi CO2 dalam
darah (Hypercapnia) dan terjadi asidosis respiratori (pH menurun). Stadium ini kita
kenal dengan gagal nafas.
Hipotermi yang berlangsung lama akan menyebabkan asidosis metabolik dan
konstruksi jaringan pembuluh darah paru dan selanjutnya menyebabkan sunting
peredaran darah ke pembuluh darah yang lebih besar tanpa melalui unit-unit pertukaran
gas yang baik. Sunting ini juga mengakibatkan hipercapni sehingga akan memperburuk
keadaan
F. Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, asthma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu :
13
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan
aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan
asthma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi
lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
3. Asthma gabunganBentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
G. Pengobatan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.
14
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
1. Pengobatan dengan obat-obatan, Seperti :Beta agonist (beta adnergik agent),
Methylxanlines (enphy bronkodilator), Anti kounergik (bronkodilator),
Kortikosterad, Mart cell inhibitor (lewat inhalasi)
2. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya : Oksigen 4-6
liter/menit., Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10
mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam.
Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% yang
dan berikan perlahan, Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah
menggunakan obat ini dalam 12 jam, Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu
jika tidak ada respon segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau
Dalam serangan sangat berat.
1. Agenis Beta : untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan meningkatkan
gerakan sililaris. Contoh obat : epinefrin, albutenol, meta profenid, iso
proterenoli isoetharine, dan terbutalin. Obat-obat ini biasa digunakan secara
parenteral dan inhalasi.
2. Metil salin untuk bronkodilatasi, merilekskan otot-otot polos, dan
meningkatkan gerakan mukus dalam jalan nafas. Contoh obat: aminophyllin,
teophyllin, diberikan secara IV dan oral.
3. Antikolinergik, contoh obat : atropin, efeknya : bronkodilator, diberikan secara
inhalasi.
4. Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor. Contoh
obat: hidrokortison, dexamethason, prednison, dapat diberikan secara oral dan
IV.
15
5. Inhibitor sel mast, contoh obat: natrium kromalin, diberikan melalui inhalasi
untuk bronkodilator dan mengurangi inflamasi jalan nafas.
6. Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55 mmHg.
7. Fisioterapi dada, teknik pernapasan dilakukan untuk mengontrol dispnea dan
batuk efektif untuk meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan postural
drainage dilakukan hanya pada pasien dengan produksi sputum yang banyak.
H. Pencegahan
Berdasarkan penyebabnya, maka pencegahan penyakit asma dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan
aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan
asthma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi
lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
16
menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
3. Asthma gabunganBentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.
Berdasarkan 3 tipe di atas maka pencegahan penyakit asma yaitu kita haris
menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan ke tiga tipe asma tersebut
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah di ulas sebelumnya saya
mengemukakan beberapa kesenjangan tentang asma.
Sehingga tidak menuntut kemungkinan terjadinya kesenjangan pendapat
tersebut penulis mengemukakan pendapatnya melalui beberapa tahapan
17
Berdasarkan pengertian asma di atas saya mengambil kesimpulan bahwa
penyakit asma suatu penyakit di mana terganggunya jalan nafas di mna akibat
peradangan ini menyebabkan obstruksi pada jalan nafas brokihil. (samniah)
Umumnya diagnosis asma tidak sulit, terutama bila dijumpai gejala yang klasik
seperti sesak napas, batuk dan mengi’ Manifestasi klinik pada pasien asma adalah
batuk, dyspne, dari wheezing.Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri
dada pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk
dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan
aspirin) dan spora jamur.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana
trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan
18
dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea,
batuk dan mengi. (Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal. 611).
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale : Menghilangkan
obstruksi jalan nafas, Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan
serangan asma., Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara
pengobatan maupun penjelasan penyakit.
B. Saran
Dalam penulisan tugas ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurangnya
referensi yang penulis dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun
khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca sangatpenulis
harapkani harapkan untuk kesempurnaan askep ini kedepannya
DAFTAR PUSTAKA
http://artikel-kesehatan-indonesia.blogspot.com/2011/07/penyakit-akibat-
kerja.htmlSemoga Artikel Kesehatan - Penyakit Akibat Kerja ini bermanfaat
Baughman,D.C & Hackley,J.C.2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Perhimpunan Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia. Editor Kepela
:Prof.Dr.H.Slamet Suryono Spd,KE
19
Soemarto,R.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya : RSUD Dr.Soetomo

More Related Content

What's hot (17)

Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2
 
SAP Asma Anak
SAP Asma AnakSAP Asma Anak
SAP Asma Anak
 
Tinjauan teoritis asma
Tinjauan teoritis asmaTinjauan teoritis asma
Tinjauan teoritis asma
 
Power point asma bronkial
Power point asma  bronkialPower point asma  bronkial
Power point asma bronkial
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Leaflet asma hitam putih
Leaflet asma hitam putihLeaflet asma hitam putih
Leaflet asma hitam putih
 
Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1
 
Asma bronkhial
Asma bronkhialAsma bronkhial
Asma bronkhial
 
materi pendidikan khusus
materi pendidikan khususmateri pendidikan khusus
materi pendidikan khusus
 
Saad abses paru AKPER PEMKAB MUNA
Saad abses paru AKPER PEMKAB MUNA Saad abses paru AKPER PEMKAB MUNA
Saad abses paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Leaflet asma bronkial akper pemda muna
Leaflet asma bronkial akper pemda munaLeaflet asma bronkial akper pemda muna
Leaflet asma bronkial akper pemda muna
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Penatalaksanaan eksaserbasi asma
Penatalaksanaan eksaserbasi asmaPenatalaksanaan eksaserbasi asma
Penatalaksanaan eksaserbasi asma
 
Leaflet asma bronkhial
Leaflet asma bronkhialLeaflet asma bronkhial
Leaflet asma bronkhial
 
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMADefinisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
Definisi, Etiologi dan Faktor Resiko ASMA
 
Leaflet asma
Leaflet asmaLeaflet asma
Leaflet asma
 
Satpel asma
Satpel asmaSatpel asma
Satpel asma
 

Viewers also liked

Bando per correttori DITALS
Bando per correttori DITALSBando per correttori DITALS
Bando per correttori DITALSEleftheria Pigro
 
Saad askep sistem imunitas hiv AKPER PEMKAB MUNA
Saad askep sistem imunitas hiv AKPER PEMKAB MUNA Saad askep sistem imunitas hiv AKPER PEMKAB MUNA
Saad askep sistem imunitas hiv AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Livro internet-segura-maluquinho
Livro internet-segura-maluquinhoLivro internet-segura-maluquinho
Livro internet-segura-maluquinhoFeitosa Lima
 
01 Building cross platform mobile applications with PhoneGap / Desarrollo de ...
01 Building cross platform mobile applications with PhoneGap / Desarrollo de ...01 Building cross platform mobile applications with PhoneGap / Desarrollo de ...
01 Building cross platform mobile applications with PhoneGap / Desarrollo de ...Cristian Rodríguez Enríquez
 

Viewers also liked (8)

Saad alergi mkanan 2 AKPER PEMKAB MUNA
Saad alergi mkanan 2 AKPER PEMKAB MUNA Saad alergi mkanan 2 AKPER PEMKAB MUNA
Saad alergi mkanan 2 AKPER PEMKAB MUNA
 
Bando per correttori DITALS
Bando per correttori DITALSBando per correttori DITALS
Bando per correttori DITALS
 
Saad askep sistem imunitas hiv AKPER PEMKAB MUNA
Saad askep sistem imunitas hiv AKPER PEMKAB MUNA Saad askep sistem imunitas hiv AKPER PEMKAB MUNA
Saad askep sistem imunitas hiv AKPER PEMKAB MUNA
 
El árbol de la vida.
El árbol de la vida.El árbol de la vida.
El árbol de la vida.
 
Nissan sentra bond
Nissan sentra  bondNissan sentra  bond
Nissan sentra bond
 
Saad alergi obat AKPER PEMKAB MUNA
Saad alergi obat AKPER PEMKAB MUNA Saad alergi obat AKPER PEMKAB MUNA
Saad alergi obat AKPER PEMKAB MUNA
 
Livro internet-segura-maluquinho
Livro internet-segura-maluquinhoLivro internet-segura-maluquinho
Livro internet-segura-maluquinho
 
01 Building cross platform mobile applications with PhoneGap / Desarrollo de ...
01 Building cross platform mobile applications with PhoneGap / Desarrollo de ...01 Building cross platform mobile applications with PhoneGap / Desarrollo de ...
01 Building cross platform mobile applications with PhoneGap / Desarrollo de ...
 

Similar to Saad asma AKPER PEMKAB MUNA

Keperawatan dudut2
Keperawatan dudut2Keperawatan dudut2
Keperawatan dudut2plesdis
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom170691
 

Similar to Saad asma AKPER PEMKAB MUNA (20)

PW ASMA.pptx
PW ASMA.pptxPW ASMA.pptx
PW ASMA.pptx
 
Keperawatan dudut2
Keperawatan dudut2Keperawatan dudut2
Keperawatan dudut2
 
Asma bronchial
Asma bronchialAsma bronchial
Asma bronchial
 
Asma bronchial Akper pemkab muna
Asma bronchial Akper pemkab munaAsma bronchial Akper pemkab muna
Asma bronchial Akper pemkab muna
 
Askep abses paru
Askep abses paruAskep abses paru
Askep abses paru
 
Askep abses paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep abses paru AKPER PEMKAB MUNA Askep abses paru AKPER PEMKAB MUNA
Askep abses paru AKPER PEMKAB MUNA
 
Abses paru AKPER PEMDA MUNA
Abses paru AKPER PEMDA MUNA Abses paru AKPER PEMDA MUNA
Abses paru AKPER PEMDA MUNA
 
Abses paru AKPER PEMKAB MUNA
Abses paru AKPER PEMKAB MUNAAbses paru AKPER PEMKAB MUNA
Abses paru AKPER PEMKAB MUNA
 
KEL 3 ASMA KELAS C-1.docx
KEL 3 ASMA KELAS C-1.docxKEL 3 ASMA KELAS C-1.docx
KEL 3 ASMA KELAS C-1.docx
 
Saad abses paru
Saad abses paruSaad abses paru
Saad abses paru
 
Abses paru Akper pemkab muna
Abses paru Akper pemkab munaAbses paru Akper pemkab muna
Abses paru Akper pemkab muna
 
Makalah ASMA
Makalah ASMAMakalah ASMA
Makalah ASMA
 
Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA
Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA
Asma bronkhial AKPER PEMKAB MUNA
 
Lp asma un revisi
Lp asma un revisiLp asma un revisi
Lp asma un revisi
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom
 
Asma bronchial AKPER PEMKAB MUNA
Asma bronchial AKPER PEMKAB MUNA Asma bronchial AKPER PEMKAB MUNA
Asma bronchial AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep ispa mau di prin AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa mau di prin AKPER PEMKAB MUNAAskep ispa mau di prin AKPER PEMKAB MUNA
Askep ispa mau di prin AKPER PEMKAB MUNA
 
Makalah sistem pernapasan 8
Makalah sistem pernapasan 8Makalah sistem pernapasan 8
Makalah sistem pernapasan 8
 
Ppok AKPER PEMKAB MUNA
Ppok AKPER PEMKAB MUNA Ppok AKPER PEMKAB MUNA
Ppok AKPER PEMKAB MUNA
 
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia 2
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia 2Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia 2
Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan manusia 2
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Saad asma AKPER PEMKAB MUNA

  • 1. 1 DOSEN : SAAD ABDUH, S.Kep, M.Kes TUGAS : KMB 1 OLEH NAMA : SAMNIAH NIM : 11.11.932 TINKAT : II B (DUA b)
  • 2. 2 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya hingga penulis dapat merampungkan pembuatan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Imunitas (Asma ) ” Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini ini. Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Muna. Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih. Raha, oktober 2012 Penyusun
  • 3. 3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................... DAFTAR ISI ...................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. A. Latar Belakang ...................................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................................. C. Tujuan ................................................................................................... BAB II TINJAUAN TEORITIS ....................................................................... A. Defenisi ................................................................................................. B. Faktor ................................................................................................... C. Manisfestasi klinis ............................................................................... D. Diagnosis .............................................................................................. E. Patofisiologis ........................................................................................ F. Penyebab ............................................................................................... G. Pengobatan ............................................................................................ H. Pencegahan ........................................................................................... BAB III PEMBAHASAN .................................................................................. BAN IV PENUTUP ........................................................................................... A. Kesimpulan ........................................................................................... B. Saran ..................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
  • 4. 4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Akibat Kerja merupakan penyakit yang penyebabnya adalah karena pekerjaan, alat dan bahan yang digunakan dalam bekerja, proses pekerjaan dan juga lingkungan kerja. Dari sini dapat dipahami bahwa Penyakit Akibat Kerja adalah suatu penyakit yang artifisial atau man made disease. Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon. trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan B. Rumusan Masalah Adapn permasalahan yang di angkat dalam pembahasan ini yaitu agar kita mengetahui bagaimana konsep penyakit pada sistem imunitas khususnya berhubungan dengan gangguan asma yang mengacu kepada defenisi ,klasifikasi , manisfestasi klinis, , diagnosis , penyebab, pengobatan dan pencegahannya.
  • 5. 5 C. Tujuan Untuk mengetahui bagaimana gangguan sistem imunitas pada klien yang mengalami gangguan asma yang mengacu pada defenisi ,klasifikasi , manisfestasi klinis, , diagnosis , penyebab, pengobatan dan pencegahannya. Agar dapat di aplikasikan dalam proses keperawatan.
  • 6. 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Defenisi Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. (Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal. 611). Asma adalah suatu penyakit peradangan kronik pada jalan napas yang mana peradangan ini menyebabkan perubahan derajat obstruksi pada jalan napas dan menyebabkan kekambuhan(Lewis, 2000, hal. 660). Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996). Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001). B. Faktor Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asthma bronkhial.
  • 7. 7 1. Faktor predisposisi o Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. 2. Faktor presipitasi o Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : a. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi. b. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan. c. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti : perhiasan, logam dan jam tangan. o Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
  • 8. 8 o Stress. Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. o Lingkungan kerja. Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat. Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut. C. Diagnostik Umumnya diagnosis asma tidak sulit, terutama bila dijumpai gejala yang klasik seperti sesak napas, batuk dan mengi’ (wheezing). Adapun pemeriksaan penunjang yang penting dalam menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut :
  • 9. 9 1. Spirometri untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversibel. Peningkatan FEV, atau FVC sebanyak > 20% menunjukkan diagnosis asma. 2. Tes provokasi, untuk menunjukkan hyperaktivitas bronchus. Penurunan FEV, sebesar 20% atau lebih setelah test provokasi menunjukkan hyperaktivitas bronchus. 3. Pemeriksaan test kulit, untuk menunjukkan adanya antibodi Ig E yang spesifik dalam tubuh. Test ini hanya menyokong anamnesis, karena alergen yang menunjukkan test kulit positif (+) tidak selalu merupakan penyebab asma, sedangkan hasil negatif (-) tidak selalu berarti tidak ada faktor kerentanan kulit. 4. Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E spesifik untuk menyokong adanya penyakit atopi. 5. Pemeriksaan radiologi (foto thoraks), dilakukan bila ada kecurigaan terhadap proses patologik di paru atau komplikasi asma. 6. Analisis gas darah, dilakukan pada penderita asma berat. Pada keadaan tersebut dapat terjadi hipoksemia, hiperkapnia dan asidosis respiratorik. 7. Pemeriksaan eosinofil dalam darah, dapat membantu membedakan asma dengan bronchitis kronik. Pada penderita asma jumlah eosinofil dalam darah biasanya meningkat. 8. Pemeriksaan sputum, untuk melihat adanya eosinofil dan meselium Aspergilus Fumigatus. D. Manisfestasi Klinis Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspne, dari wheezing.Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan
  • 10. 10 serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu : 1. Tingkat I : Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. b. b Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di laboratorium. 2. Tingkat II : Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan. 3. Tingkat III : a. Tanpa keluhan. b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali. 4. Tingkat IV : a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas. 5. Tingkat V : a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. b. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti :Kontraksi otot-
  • 11. 11 otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, taki kardi E. Patofisiologis Asma adalah obstruksi jalan nafas difus revesible yang disebabkan oleh satu atau lebih dari faktor berikut ini. 1. Kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronkhi yang menyempitkan jalan nafas. 2. Pembengkakan membran yang melapisi bronchi. 3. Pengisian bronchi dengan mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronchial dan kelenjar membesar. Sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflamasi dengan udara terperangkap di dalam paru. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (mediator) seperti: histamin, bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari suptamin yang bereaksi lambat. Pelepasan mediator ini mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas menyebabkan broncho spasme, pembengkakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak. Sistem syaraf otonom mempengaruhi paru, tonus otot bronchial diatur oleh impuls syaraf pagal melalui sistem para simpatis. Pada asthma idiopatik/non alergi, ketika ujung syaraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti: infeksi, latihan,
  • 12. 12 udara dingin, merokok, emosi dan polutan. Jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan astilkolin ini secara langsung menyebabkan bronchikonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi. Pada serangan asma berat yang sudah disertai toxemia, tubuh akan mengadakan hiperventilasi untuk mencukupi kebutuhan O2. Hiperventilasi ini akan menyebabkan pengeluaran CO2 berlebihan dan selanjutnya mengakibatkan tekanan CO2 darah arteri (pa CO2) menurun sehingga terjadi alkalosis respiratorik (pH darah meningkat). Bila serangan asma lebih berat lagi, banyak alveolus tertutup oleh mukus sehingga tidak ikut sama sekali dalam pertukaran gas. Sekarang ventilasi tidak mencukupi lagi, hipoksemia bertambah berat, kerja otot-otot pernafasan bertambah berat dan produksi CO2 yang meningkat disertai ventilasi alveolar yang menurun menyebabkan retensi CO2 dalam darah (Hypercapnia) dan terjadi asidosis respiratori (pH menurun). Stadium ini kita kenal dengan gagal nafas. Hipotermi yang berlangsung lama akan menyebabkan asidosis metabolik dan konstruksi jaringan pembuluh darah paru dan selanjutnya menyebabkan sunting peredaran darah ke pembuluh darah yang lebih besar tanpa melalui unit-unit pertukaran gas yang baik. Sunting ini juga mengakibatkan hipercapni sehingga akan memperburuk keadaan F. Penyebab Berdasarkan penyebabnya, asthma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
  • 13. 13 1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma ekstrinsik. 2. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. 3. Asthma gabunganBentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik. G. Pengobatan Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale : 1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas 2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma. 3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun penjelasan penyakit.
  • 14. 14 Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas : 1. Pengobatan dengan obat-obatan, Seperti :Beta agonist (beta adnergik agent), Methylxanlines (enphy bronkodilator), Anti kounergik (bronkodilator), Kortikosterad, Mart cell inhibitor (lewat inhalasi) 2. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya : Oksigen 4-6 liter/menit., Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30 menit-1 jam. Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutan dextrose 5% yang dan berikan perlahan, Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12 jam, Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau Dalam serangan sangat berat. 1. Agenis Beta : untuk mendilatasi otot-otot polos bronkial dan meningkatkan gerakan sililaris. Contoh obat : epinefrin, albutenol, meta profenid, iso proterenoli isoetharine, dan terbutalin. Obat-obat ini biasa digunakan secara parenteral dan inhalasi. 2. Metil salin untuk bronkodilatasi, merilekskan otot-otot polos, dan meningkatkan gerakan mukus dalam jalan nafas. Contoh obat: aminophyllin, teophyllin, diberikan secara IV dan oral. 3. Antikolinergik, contoh obat : atropin, efeknya : bronkodilator, diberikan secara inhalasi. 4. Kortikosteroid, untuk mengurangi inflamasi dan bronkokonstriktor. Contoh obat: hidrokortison, dexamethason, prednison, dapat diberikan secara oral dan IV.
  • 15. 15 5. Inhibitor sel mast, contoh obat: natrium kromalin, diberikan melalui inhalasi untuk bronkodilator dan mengurangi inflamasi jalan nafas. 6. Oksigen, terapi diberikan untuk mempertahankan PO2 pada tingkat 55 mmHg. 7. Fisioterapi dada, teknik pernapasan dilakukan untuk mengontrol dispnea dan batuk efektif untuk meningkatkan bersihan jalan nafas, perkusi dan postural drainage dilakukan hanya pada pasien dengan produksi sputum yang banyak. H. Pencegahan Berdasarkan penyebabnya, maka pencegahan penyakit asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : 1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma ekstrinsik. 2. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
  • 16. 16 menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. 3. Asthma gabunganBentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik. Berdasarkan 3 tipe di atas maka pencegahan penyakit asma yaitu kita haris menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan ke tiga tipe asma tersebut BAB III PEMBAHASAN Berdasarkan tinjauan teoritis yang telah di ulas sebelumnya saya mengemukakan beberapa kesenjangan tentang asma. Sehingga tidak menuntut kemungkinan terjadinya kesenjangan pendapat tersebut penulis mengemukakan pendapatnya melalui beberapa tahapan
  • 17. 17 Berdasarkan pengertian asma di atas saya mengambil kesimpulan bahwa penyakit asma suatu penyakit di mana terganggunya jalan nafas di mna akibat peradangan ini menyebabkan obstruksi pada jalan nafas brokihil. (samniah) Umumnya diagnosis asma tidak sulit, terutama bila dijumpai gejala yang klasik seperti sesak napas, batuk dan mengi’ Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspne, dari wheezing.Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dan
  • 18. 18 dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. (Brunner & Suddarth, Edisi 8, Vol. 1, 2001. Hal. 611). Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale : Menghilangkan obstruksi jalan nafas, Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma., Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan maupun penjelasan penyakit. B. Saran Dalam penulisan tugas ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurangnya referensi yang penulis dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca sangatpenulis harapkani harapkan untuk kesempurnaan askep ini kedepannya DAFTAR PUSTAKA http://artikel-kesehatan-indonesia.blogspot.com/2011/07/penyakit-akibat- kerja.htmlSemoga Artikel Kesehatan - Penyakit Akibat Kerja ini bermanfaat Baughman,D.C & Hackley,J.C.2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC Perhimpunan Dokter Sepesialis Penyakit Dalam Indonesia. Editor Kepela :Prof.Dr.H.Slamet Suryono Spd,KE
  • 19. 19 Soemarto,R.1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Surabaya : RSUD Dr.Soetomo