Peran CSR Dalam Pembangunan ( Paparan Kendari 2024).pptx
Materi Surat Yunus Tentang Toleransi
1. .
Uraian Materi
Anda tentu pernah hidup dalam kondisi yang berada dalam agama yang beragam. Banyak
probleem yang Anda hadapi dan banyak perbedaan diantara kalian. Anda pernah melihat adik
atau sahabat anda berhubungan bahkan bekerjasama dengan orang yang berbeda agama/faham
ah di sini Anda akan sedikit mendapat informasi tentang perbuat apa yang dilakukan apabila
, itulah salah satu contohpembahasan yang akan kita pelajari kali ini yaitu isi kandungan Q
magama.
Nengalami hal itu. Akan dikemukakan juga dalil-dalil berbaekaitan dengannya. Jika Anda
pernah.S Yunus ayat 40-41, isi kandungan Q.S Al-Maidah ayat 32 dan isi kandungan hadist
tentang saling toleransi.
1. Isi kandungan Q.S Yunus ayat 40-41
menjelaskan bahwa orang yang pernah menerima seruan dakwah Nabi Muhammad Saw,
ada Terjemahan:
40. Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al-Quran, dan di antaranya ada
(pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Rabbmu lebih mengetahui tentang orang-
orang yang berbuat kerusakan. (QS. 10:40)
41. Jika mereka mendustaka kamu, maka katakanlah: Bagiku pekerjaanku dan bagimu
pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan aku berlepas diri terhadap
apa yang kamu kerjakan. (QS. 10:41)
Tafsiran :
(40) Allah orang-orang yang beriman kepada Al-Quran dan mengikutinya serta memperoleh
manfaat dari risalah yang disampaikan, tapi ada juga yang tidak beriman kepada Nabi
Muhammad Saw mereka mati dalam kekafiran.
(41) Allah memberikan penegakan kepada rasulnya, bahwa jika mereka menduskanmu, maka
katakanlah bagiku pekerjaan ku, dan bagi kalian pekerjaan kalian, kalian berlepas diri dari apa
yang aku kerjakan dan aku berlepas diri terhadap apa yang kalian kerjakan. Allah maha
mengetahui siapa yang berhak mendapatkan Hidayah, lalu diberinya hidayah, dan dia
mengetahui juga siapa yang berhak sesat. Lalu dia menyesatkannya, dia maha adil dan tidak
pernah Dzalim, bahkan dia memberi kepada masing-masingnya sesuai dengan apa yang berhak
dia terima.
(Abul Fida’ Ibnu Kasir ad Dimasqu, Tafsir Ibnu Kasir, Sinar Baru Algasindo Bandung 2003.
Hal: 213-221)
2. Isi kandungan Q.S Al-Maidah ayat 32
َلَتَق ْنَم ُهَّنَأ َليِئا َْرسِإ يِنَب ىَلَع َانْبَتَكْنِماًسْفَنَِكلَذ ِلْجَأاَمَّنََأكَف َاهاَيْحَأ ْنَم َو اًعيِمَج َاسَّنال َلَتَق اَمَّنََأكَف ِض ْاألر يِف ٍداَسَف ْوَأ ٍسْفَن ِْريَغِب
ْاألر يِف َِكلَذ َدْعَب ْمُهْنِم ا ًيرِثَك َّنِإ َّمُث ِتَانِِّيَبْالِب َانُلُسُر ْمُهْتَءاَج ْدَقَل َو اًعيِمَج َاسَّنال اَيْحَأَونُف ِْرسُمَل ِض
2. Artinya:
“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah
dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada
mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian
banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat
kerusakan dimuka bumi.” (Q.S Al-Maidah : 32)
Tafsiran:
Ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
a. Nasib manusia sepanjang sejarah memiliki kaitan dengan orang lain. Sejarah kemanusiaan
merupakan mata rantai yang saling berhubungan. Karena itu, terputusnya sebuah mata rantai
akan mengakibatkan musnahnya sejumlah besar umat manusia.
b. Nilai suatu pekerjaan berkaitan dengan tujuan mereka. Pembunuhan seorang manusia dengan
maksud jahat, merupakan pemusnahan sebuah masyarakat, tetapi eksekusi terhadap seorang
pembunuh dalam rangka qishash merupakan sumber kehidupan masyarakat.
c. Mereka yang memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penyelamatan jiwa manusia, seperti
para dokter dan perawat, harus mengerti nilai pekerjaan mereka. Menyembuhkan atau
menyelamatkan orang yang sakit dari kematian, bagaikan menyelamatkan sebuah masyarakat
dari kehancuran.
3. Isi kandungan hadist tentang saling toleransi.
a. Mencintai semua tetangga
Mencintai sesama tetangga dijelaskan, antara lain, dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh
Anas bin Malik sebagai berikut:
ِهللا َلوُسَر َّنَأ ُهْنَع ُهللا َي ِض َر ٍَسنَأ ْنَعِل ُّب ُِحي اَم ِه ِارَجِل َّب ُِحي ىَّتَح ٌدْبَع ُنِمُْؤي ََل ِهِدَيِب ِىسْفَن ِىذَّلا َو :َلاَق َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَصِهِسْفَن
ىَلْعَي ُوبَأ َو ٌمِلْسُم ُهَجَرْخَ)(أ
Dinarasikan Anas bin Malik RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Demi (Allah) yang
jawaku di tangan-Nya, tidaklah beriman seorang hamba sehingga dia mencintai tetangganya
sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Muslim dan Abu Ya’la: 2967).
Mencintai diri sendiri tidaklah cukup untuk menggambarkan kualitas keimanan seseorang,
melainkan juga harus dibuktikan dengan mencintai semua tetangganya. Kata “tetangga” dalam
teks hadis ini cakupannya bersifat umum, yakni tetangga sesama Muslim atau tetangga non
Muslim.
Sebagaimana diketahui, Rasulullah SAW tidak hanya bertetangga dengan Muslim namun
beliau juga bertetangga dengan non Muslim. Di sekitar Madinah kala itu ada orang Yahudi,
3. Nasrani, dan lainnya. Mereka sama-sama mempunyai hak untuk dicintai. Dalam riwayat lain,
mereka juga punya hak untuk mendapatkan kedamaian.
Penjelasan:
Pada teks hadis di atas tampak jelas bahwa sebaik-baik insanMuslim adalah dia yang
terbaik mu’amalah (hubungan sosialnya) dengan semua tetangganya, baik tetangga Muslim
maupun non Muslim. Mereka semua harus mendapatkan sentuhan kasih sayang dan kedamaian.
Itulah sebabnya, sejarah membuktikan bahwa banyak unsur masyarakat yang
berdampingan secara damai dengan Rasulullah, sebelum Madinah dinyatakan sebagai tanah
haram (yang tidak boleh dihuni kecuali oleh Muslim). Rasulullah SAW kala itu bahkan
bertetangga dengan orang Yahudi, Nasrani, dan lain-lain secara damai
b. Larangan menzalimi kafir dzimmi
Di samping menjalin kemesraan dengan non Muslim, Rasulullah SAW juga mengadakan
kontak dagang dengan non Muslim. Bahkan, menurut keterangan sebuah hadis, Nabi SAW
sempat meminjam barang kepada seorang Yahudi dengan menggadaikan baju besinya. Klimaks
dari toleransi itu tercatat dalam hadis bahwa Rasulullah SAW melarang umatnya untuk
menyakiti kafir dzimmi, sebagai berikut:
ُهْنَع ُهللا َي ِض َر ٍدوُعْسَم ِْنبا ِنَعُتْنُك ْنَم َو ُهُمْصَخ َانَأَف ًّايِِّمِذ ىَذآ ْنَم : َلاَق َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِهللا َلوُسَر َّنَأ
ٍداَدْغَب ِيخ َِارت يِف ُيبَِطخال ُهَج َرْخَ(أ ِةَماَيِقال َم ْوَي ُهُتْمَصَخ ُهَمْصَخ
Dinarasikan Ibnu Mas’ud RA, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang menyakiti
seorang kafir dzimmi, maka aku kelak yang akan menjadi musuhnya. Dan siapa yang
menjadikanku sebagai musuhnya, maka aku akan menuntutnya pada hari kiamat.”
Hadis ini diriwayatkan Khathib al-Baghdadi dalam Tarikh Bagdad: 8/370. Hadis ini juga
memiliki dua jalur sanad yang sama-sama lemah.
Penjelasan:
Dari paparan di atas, tampak begitu mulianya ajaran Islam di mata internal umat Islam
maupun non Muslim. Ibarat lebah, sekiranya orang tidak menganggunya tentu dia akan dapat
menikmati madunya. Namun sekiranya ada orang yang mengganggunya jangan disalahkan
apabila ia menyengat bahkan mematikan.
Itulah gambaran kehadiran umat Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin. Rahmat atau kasih
saying itu tidak hanya dirasakan umat Islam, tapi non Muslim pun juga ikut merasakannya.
Maka hati-hati memahami hadis yang sekilas dapat difahami keliru sehingga
mengidentikkan Islam sebagai teroris, seperti ‘menghabisi’ non Muslim di jalanan dan lainnya.
Seharusnya hadis-hadis seperti ini difahami secara proporsional. Kajian hadis di Barat diwarnai
dengan teks-teks seperti di atas secara parsial, sehingga Islam tidak pernah difahami sebagai
agama pembawa rahmat (kasih sayang).