1. Indonesian Economic Review
and Outlook (IERO)
Macroeconomic Dashboard
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta | 17 September 2013
2. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Outline
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
3. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Perkembangan Ekonomi Terkini
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
4. Perkembangan Ekonomi
Terkini
Ketidak pastian ekonomi global dan memburuknya
emerging economies.
Indikator ekonomi makro Indonesia sudah memburuk lebih
dari satu tahun terkahir ini.
Instabilitas ekonomi makro memburuk (inflasi naik, rupiah
merosot)
Kinerja kerjasama ekonomi internasional memburuk (defisit
transaksi berjalan dan neraca pembayaran)
Laju pertumbuhan ekonomi menurun (kuartal I-2013 6,03%,
kuartal II-2013 5,81%.
Laju pertumbuhan investasi merosot dari 12,47% pada
kuartal 4 2012 menjadi 4,67 kuartal II-2013.
5. Gambar 1: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000
Menurut Pengeluaran, Tahun 2009 – 2013* (yoy, dalam %)
Sejak 10 kuartal terakhir baru sekarang ini laju pertumbuhan PDB berada di bawah 6%
Sumber: BPS dan CEIC
Pertumbuhan ekonomi pada kuartal I-2013 yang masih di bawah ekspektasi
pemerintah, tercatat sebesar 6,03% (yoy) dan terus melambat di kuartal II-2013
menjadi 5,81% (yoy).
Dari sisi pengeluaran , ekonomi Indonesia yang melambat disebabkan oleh:
1. Pertumbuhan investasi yang merosot
2. Defisit neraca perdagangan internasional
6. Gambar 2: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan
2000 Menurut Lapangan Usaha, Tahun 2009 – 2013* (yoy, dalam %)
Target pertumbuhan ekonomi sulit tercapai
Sumber: BPS dan CEIC
Dari sisi lapangan usaha, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal
II-2013, secara year on year, dibandingkan kuartal sebelumnya terjadi di
semua sektor, kecuali sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang tumbuh
sebesar 11,46% dan sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih yang naik tipis
menjadi 6,60%.
7. Gambar 3 : Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, Tahun 2004 – 2013*
Pemerintah klaim jumlah penduduk miskin menurun, namun jumlah penduduk miskin masih
besar
Sumber: BPS dan CEIC
Jumlah penduduk miskin turun dari 11,66% pada September 2012 menjadi 11,37% pada
Maret 2013 atau setara dengan 28,07 juta orang.
Garis batas kemiskinan meningkat 4,66%dari IDR 259.520 per kapita per bulan
pada September 2012 menjadi IDR 271.626 per kapita per bulan pada Maret 2013.
Peningkatan anggaran untuk penanggulangan kemiskinan dari IDR 53,1 Triliun di
tahun 2007 menjadi sebesar IDR 115,5 Triliun pada tahun 2013.
8. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Perkembangan Moneter
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
9. Gambar 4 : Jumlah Uang Beredar, 2011 – 2013*
Meningkatnya jumlah uang beredar turut mendorong laju inflasi Agustus 2013
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)
Pada bulan Juli 2013, jumlah uang beredar M1 dan M2 mencapai IDR
903,29 triliun dan IDR 3.529,66 triliun.
M1 tumbuh menjadi 17% (yoy) pada Juli 2013, naik dibandingkan dengan
bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 10,2% (yoy).
M2 meningkat menjadi 15,5% (yoy) pada juli 2013 dibandingkan bulan
Juni 2013 yang tumbuh sebesar 11,9% (yoy).
10. Gambar 5: Tingkat Inflasi, Tahun 2011 – 2013* (yoy, dalam %)
Tingginya inflasi Agustus 2013 terutama berasal dari inflasi harga diatur pemerintah
dan harga bergejolak.
Sumber : BPS dan CEIC (2013)
Inflasi Agustus 2013 mencapai 8,79% (yoy), setelah sebelumya pada Juli 2013 sebesar 8,61% (yoy).
Inflasi tahun kalender Januari-Agustus mencapai 7,94% melampaui asumsi inflasi APBN-P 2013 yang
sebesar 7,2%.
Pemicu inflasi bulan Agustus 2013:
- inflasi bergejolak (volatile) mencapai 16,52% (yoy) akibat tekanan dari beberapa harga
komoditas
holtikultura dan berlanjutnya tekanan harga bawang merah dan daging sapi
- inflasi kelompok harga diatur pemerintah (administered prices) mencapai 15,4% (yoy) didorong
kenaikan tarif angkutan selama periode Lebaran dan kenaikan tariff listrik.
- inflasi inti mencapai 4,48% (yoy).
11. Gambar 6: Tingkat Inflasi Tahun 2011 – 2013* Menurut Kelompok
Pengeluaran (mtm, dalam %)
Tekanan inflasi yang semakin meningkat menjadi ancaman bagi perekonomian
nasional
Sumber : BPS dan CEIC (2013)
Dari sisi pengeluaran penyumbang tertinggi inflasi Agustus 2013 (mtm) adalah kelompok sandang
1,81%, bahan makanan 1,75%, serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 1,36%.
Tingginya inflasi bulan Agustus 2013 tidak lepas dari dampak bulan Ramadhan dan lebaran yang
menyebabkan meningkatnya permintaan sandang dan bahan makanan.
Inflasi Agustus 2013 (mtm) juga didorong oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan
tembakau 0,68%; kelompok perumahaan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,66%; kelompok
sandang 1,81%; kelompok kesehatan 0,37%; dan kelompok transport, komunikasi, dan jasa
keuangan 0,95%.
12. Gambar 7: Perkembangan BI Rate, Suku Bunga SBI, Deposito, dan
Penjaminan Tahun 2009 – 2013* (dalam %)
Suku bunga acuan naik menjadi 7,25%
Sumber : Bank Indonesia dan CEIC (2013)
Diawal tahun 2013, BI rate 5,75%
Bulan Juni 2013 BI rate naik menjadi 6%, antisipati inflasi dan respon terhadap pelemahan
rupiah seiring dengan arus keluar modal asing mulai akhir Mei 2013.
Tanggal 11 Juli 2013, BI rate naik menjadi 6,5%., sebagai respon terhadap rupiah yang melemah.
Pada RDG bulanan tambahan pada Kamis, 29 Agustus 2013 BI rate sebesar 50 basis poin
menjadi 7%.
Sehubungan dengan tekanan yang masih dihadapi oleh Rupiah, Bank Indonesia kembali
menaikkan BI rate dalam RDG tanggal 12 September 2013 menjadi 7,25%.
13. Gambar 8: Cadangan Devisa Indonesia Tahun 2011 – 2013* (dalam USD Miliar)
Cadangan devisa semakin tergerus
Sumber : Bank Indonesia dan CEIC (2013)
Posisi cadangan devisa semakin tergerus karena defisit transaksi berjalan yang
meningkat padahal surplus transaksi modal dan finansial belum dapat menutup defisit
transaksi berjalan sehingga neraca pembayaran defisit.
Cadangan devisa tercatat merosot sebesar USD 20,11 miliar dari USD 112,78 miliar pada
Desember 2012 menjadi USD 92,997 miliar pada Agustus 2013.
Berdasarkan data BI, pembayaran utang luar negeri sepanjang Juni hingga Desember
2013 mencapai USD 28,88 miliar
14. Gambar 9: Nilai Tukar dan Harga Saham Tahun 2011 – 2013*
Nilai Rupiah terus menurun. Sejak awal tahun hingga Agustus 2013, rupiah sudah
terdepresiasi sebesar 12,64%.
Sumber : Bursa Efek Indonesia, Bank Indonesia, dan CEIC (2013)
Agustus 2013 nilai tukar Rupiah terhadap USD IDR 10.924 per USD, terdepresiasi sebesar
12,64% dibandingkan bulan Januari 2013 yang tercatat berada pada level IDR 9.698 per USD.
Nilai Rupiah terus menurun hingga menembus level IDR 11.200 per USD pada tanggal 6
September 2013.
Nilai rupiah yang melemah seiring dengan besarnya capital ourflow dan pembayaran utang
luar negeri swasta jangka pendek yang jatuh tempo.
Pergerakan IHSG semakin melemah
Awal 2013 IHSG 4.453,70, Mei 2013 menanjak hingga level 5.068,63, akhir Agustus 2013
merosot ke 4.195,09.
15. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Perkembangan Fiskal
dan Keuangan Pemerintah
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
16. Tabel 1: APBN-P 2013 dan RAPBN 2014
Instabilitas makroekonomi yang sedang terjadi akan mengancam
pencapaian asumsi indikator makro dalam RAPBN 2014
Sumber: Kementerian Keuangan (2013)
17. Tabel 2: Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat, 2013-2014 (IDR Triliun)
Pelemahan rupiah akan berpotensi menyebabkan pembengkakan anggaran pada
pos subsidi dan pembayaran bunga utang dalam RAPBN 2014
Sumber: Kementerian Keuangan (2013)
Pelemahan rupiah menimbulkan potensi pembengkakan anggaran pada pos subsidi dan
pembayaran bunga utang luar negeri.
Subsidi masih memiliki porsi terbesar di RAPBN 2014 sebesar IDR 336,2 triliun—27% dari
total belanja pemerintah pusat.
Belanja modal pada RABPN 2014 mengalami kenaikan 6% dari APBNP 2013. Jumlahnya
masih lebih kecil dibanding kenaikan belanja pegawai sebesar 16%.
18. Tabel 3: Penerimaan Pajak dalam Negeri Periode 1 Januari - 31 Agustus
2013 (IDR Miliar)
Meski penerimaan pajak per 31 Agustus 2013 secara nominal meningkat 7,01% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, tetapi realisasi penerimaan negara
terhadap target dalam APBN-P mengalami penurunan sebesar 4,84%.
Sumber: Kementerian Keuangan
19. Tabel 4: Defisit Anggaran dalam APBN-P 2013 dan RAPBN 2014 (IDR Triliun)
Pemerintah menargetkan penurunan defisit anggaran menjadi 1,49% terhadap PDB
pada 2014.
Sumber: Kementerian Keuangan (2013)
Target pemerintah untuk megurangi defisit akan menghadapi tantangan
serius karena potensi pembengkakan anggaran pada pos pengeluaran—
subsidi dan bunga utang—akibat pelemahan rupiah yang signifikan
ditambah rasio realisasi penerimaan negara terhadap target
kurang memuaskan.
yang
20. Gambar 10 : Surat Berharga Negara Outstanding
Surat Berharga Negara terus meningkat
Sumber: Kementerian Keuangan dan CEIC (2013)
Total Surat Berharga Negara (SBN) outstanding tradable per Agustus 2013 IDR 1.535,47 triliun,
meningkat sebesar IDR 33,86 triliun dibandingkan dengan SBN outstanding per Juli 2013.
Komposisi SBN Outstanding Agustus 2013 terbesar obligasi- bunga tetap (IDR 685,9 triliun).
Sementara itu, Surat Perbendaharaan Negara (SPN) Agustus 2013 sebesar IDR 32,15 triliun
meningkat IDR 3,56 triliun dibandingkan bulan sebelumnya.
Obligasi negara dengan tingkat bunga mengambang tidak berubah sejak Januari 2013 hingga
Agustus 2013 sebesar IDR 122,754 triliun.
21. Gambar 11: Kepemilikan Asing Atas Ekuitas, Obligasi, dan SBI
Kepemilikan asing terus menurun
Sumber: Kementerian Keuangan dan CEIC (2013)
Total kepemilikan asing ekuitas, obligasi pemerintah, dan SBI secara umum turun akhir-akhir ini.
Sejak Mei 2013, kepemilikan asing atas ekuitas turun sebesar USD 21 miliar menjadi USD 162
miliar hingga Juli 2013 dan obligasi pemerintah turun sebesar USD 4,21 miliar menjadi USD 26,8
miliar pada Agustus 2013
Sejak April 2013, kepemilikan asing atas SBI turun sebesar USD 80,9 juta menjadi USD 88,77 juta
pada Agustus 2013.
22. Gambar 12: Debt Service Ratio Indonesia
Debt Service Ratio terus meningkat
Sumber: Bank Indonesia, dan CEIC (2013)
Debt Service Ratio (DSR) adalah indikator yang menunjukkan rasio pembayaran
pokok dan bunga utang luar negeri terhadap penerimaan hasil ekspor suatu negara.
Pada kuartal II-2013, DSR Indonesia sebesar 41,4% ...sudah berbahaya...diatas aman
20%
23. Gambar 13: Total Utang Luar Negeri Indonesia
Total utang luar negeri swasta terus meningkat
Sumber: Bank Indonesia, dan CEIC (2013)
Total utang luar negeri Indonesia terus meningkat, terutama utang luar negeri swasta.
Total utang luar negeri Indonesia Juni 2013 USD 257 miliar, meningkat sebesar USD 6,48 miliar dari awal tahun 2013, dan
meningkat sebesar USD 19,06 miliar dari bulan Juni tahun 2012.
Nilai utang luar negeri swasta pada Mei 2012 sebesar USD 118,48 miliar telah melebihi utang luar negeri pemerintah
sejak bulan Mei 2012.
Juni 2013, nilai utang luar negeri swasta mencapai USD 133,98 miliar, lebih besar sebesar USD 19,97 miliar dari nilai utang
luar negeri pemerintah Juni 2013 yang mencapai USD 114,01 miliar dan lebih besar sebesar USD 9,9 miliar dari nilai utang
luar negeri pemerintah dan bank sentral Juni 2013 yang mencapai USD 124 miliar.
Juni 2013, nilai utang luar negeri swasta jangka pendek by original maturity sebesar USD 39,58 miliar, meningkat sebesar
USD 3,32 miliar dari bulan Mei 2013 dan meningkat sebesar USD 2,49 miliar dari bulan Juni tahun 2012.
Utang swasta jangka pendek by remaining maturity sebesar USD 40,48 miliar, meningkat sebesar USD 997 juta dari bulan
Mei 2013 dan meningkat sebesar USD 2,102 miliar dari bulan Juni tahun 2012.
24. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Internasional
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
25. Gambar 14: Neraca Perdagangan Indonesia
Defisit neraca perdagangan Indonesia catat rekor terbesar
Sumber: Badan Pusat Statistik dan CEIC (2013)
Ekspor Indonesia pada bulan Juli 2013 naik 2,4% dari bulan sebelumnya, sedangkan impor naik
11,4%.
Neraca perdagangan pada Juli 2013 tercatat defisit USD 2,3 miliar setelah sebelumnya pada
bulan Juni 2013 defisit USD 0,9 miliar.
Defisit neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2013 mencatat rekor tertinggi defisit neraca
perdagangan yang pernah ada.
Secara kumulatif Januari hingga Juli 2013, defisit neraca perdagangan Indonesia menyentuh USD
5,6 miliar.
26. Gambar 15: Ekspor dan Impor Migas
Defisit neraca perdagangan migas terus meningkat
Sumber: Badan Pusat Statistik dan CEIC (2013)
Nilai impor migas Indonesia tercatat masih mengalami peningkatan, dari yang sebelumnya USD 3,5
miliar pada Juni 2013 menjadi USD 4,1 miliar pada Juli 2013. Peningkatan impor migas disebabkan oleh
naiknya impor minyak mentah sebesar 30,67% dan hasil minyak sebesar 1,62%, disaat impor gas turun
5,81%.
Nilai ekspor migas Indonesia yang semula USD 2,8 miliar pada Juni 2013, menurun menjadi USD 2,3
miliar pada Juli 2013. Penurunan ini dipicu oleh penurunan ekspor minyak mentah sebesar 10,47%,
ekspor hasil minyak sebesar 7,94%, dan ekspor gas sebesar 25,3%.
Defisit neraca perdagangan migas yang semula USD 0,7 miliar pada Juni 2013, meningkat menjadi USD
1,9 miliar pada Juli 2013.
27. Gambar 16: Ekspor dan Impor Nonmigas
Defisit neraca perdagangan non migas juga semakin melebar
Sumber: Badan Pusat Statistik dan CEIC (2013)
Nilai ekspor non migas dari USD 11,9 miliar pada bulan Juni 2013 meningkat menjadi USD 12,8 miliar
pada Juli 2013. Peningkatan ekspor non migas terbesar antara lain terjadi pada komoditas bijih, kerak,
dan abu logam yang meningkat sebesar USD 0,2 miliar.
Impor non migas Indonesia meningkat dari USD 12,1 miliar menjadi USD 13,3 miliar dari Juni 2013 ke
Juli 2013. Barang-barang impor yang memiliki kontribusi terbesar meningkatnya nilai impor non migas
antara lain mesin dan perlatan mekanik yang meningkat 18,3%, plastik dan barang dari plastik yang
naik 28,2%, serta golongan besi dan baja yang meningkat sebesar 14,9%.
Neraca perdagangan non migas yang defisit USD 0,2 miliar Juni 2013, naik menjadi USD 0,5 miliar pada
Juli 2013.
28. Gambar 17: Neraca Transaksi Berjalan
Defisit transaksi berjalan terus meroket
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)
Defisit transaksi berjalan naik dari USD 5,8 miliar kuartal I-2013 menjadi USD 9,8 miliar kuartal II-2013.
Dibandingkan dengan kuartal II-2012, kinerja transaksi berjalan Indonesia pada kuartal II-2013 dinilai lebih
buruk. Pada kuartal II-2012, defisit transaksi berjalan Indonesia tercatat USD 8,2 miliar lebih rendah dari
defisit saat ini.
Memburuknya transaksi berjalan pada periode ini disebabkan oleh neraca perdagangan barang yang semula
surplus USD 1,6 miliar pada kuartal I-2013, menjadi defisit USD 0,6 miliar pada kuartal II-2013.
Memburuknya kinerja transaksi berjalan juga disebabkan oleh naiknya defisit neraca jasa dan pendapatan
dari USD 2,5 miliar pada kuartal I-2013 menjadi USD 3 miliar pada kuartal II-2013. Sedangkan dalam periode
yang sama, defisit neraca pendapatan meningkat dari USD 6 miliar menjadi USD 7,1 miliar pada kuartal II-
29. Gambar 18: Neraca Transaksi Modal dan Finansial
Transaksi modal dan finansial kembali surplus, investasi lainnya menjadi penopang utama
membaiknya kinerja transaksi modal dan finansial disaat kinerja investasi langsung dan
investasi portfolio menurun.
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)
Transaksi modal dan finansial tercatat kembali mengalami surplus sebesar USD 8,2 miliar pada kuartal II2013, setelah pada kuartal sebelumnya mengalami defisit USD 0,3 miliar.
Membaiknya kinerja transaksi modal dan finansial ditopang oleh peningkatan kinerja investasi lainnya yang
meningkat dari defisit USD 7 miliar pada kuartal I-2013 menjadi surplus USD 2,3 miliar pada kuartal II-2013
sebagai dampak dari meningkatnya penarikan uang dan simpanan swasta di perbankan luar negeri hingga
USD 4,6 miliar pada kuartal II-2013.
Berbeda dari investasi lainnya, kinerja investasi langsung dan investasi portfolio pada kuartal II-2013
cenderung menurun.
30. Gambar 16: Neraca Pembayaran Indonesia
Kinerja neraca pembayaran sedikit mengalami perbaikan...namun masih defisit
Sumber: Bank Indonesia dan CEIC (2013)
Terjadi penurunan defisit neraca pembayaran dari USD 6,6 miliar pada kuartal I-2013 menjadi
USD 2,5 miliar pada kuartal II-2013.
Meskipun keadaan transaksi berjalan masih defisit, tetapi perbaikan kinerja neraca
pembayaran ini ditopang oleh perbaikan kinerja transaksi modal dan finansial, terutama jika
dilihat dari sisi investasi lainnya yang meningkat pesat dari kuartal sebelumnya.
Sejalan dengan neraca pembayaran yang masih defisit, jumlah cadangan devisa pun semakin
menurun. Cadangan devisa Indonesia yang tercatat USD 108,8 miliar pada Januari 2013,
menurun menjadi USD 92,997 miliar pada Agustus 2013.
31. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
GAMA Leading Economic
Indicator
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
32. Leading Economic Indicator dan Siklus Bisnis PDB Indonesia
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Q
0
2
3
Q
0
2
4
Q
0
2
Q
1
0
2
Q
1
0
2
3
Q
1
0
2
4
Q
1
0
2
1
Q
0
2
Q
0
2
3
Q
0
2
4
Q
0
2
1
Q
3
0
2
Q
3
0
2
Q
3
0
2
4
Q
3
0
2
1
Q
4
0
2
Q
4
0
2
3
Q
4
0
2
Q
4
0
2
1
Q
5
0
2
Q
5
0
2
3
Q
5
0
2
4
Q
5
0
2
1
Q
6
0
2
Q
6
0
2
3
Q
6
0
2
4
Q
6
0
2
1
Q
7
0
2
Q
7
0
2
3
Q
7
0
2
4
Q
7
0
2
1
Q
8
0
2
Q
8
0
2
3
Q
8
0
2
4
Q
8
0
2
1
Q
9
0
2
Q
9
0
2
3
Q
9
0
2
4
Q
9
0
2
Q
1
0
2
Q
1
0
2
3
Q
1
0
2
4
Q
1
0
2
Q
1
0
2
Q
1
0
2
3
Q
1
0
2
4
Q
1
0
2
Q
1
0
2
Q
1
0
2
3
Q
1
0
2
-0.5
-1
-1.5
-2
Siklus PDB
Leading Indicator
GAMA LEI adalah model early warning system yang dikembangkan oleh Tim Macroeconomic
Dashboard FEB UGM yang mampu meramalkan pergerakan serta titik balik siklus perekonomian
Indonesia dengan akurat pada beberapa bulan kedepan.
GAMA LEI telah sukses memprediksi adanya penurunan kegiatan perekonomian Indonesia tiga kali
berturut–turut yaitu pada kuartal IV-2012 hingga kuartal II-2013.
Berdasarkan prediksi GAMA LEI, dalam beberapa bulan kedepan masih akan terjadi kontraksi pada
pergerakan perekonomian Indonesia.
Pergerakan GAMA LEI kuartal II-2013 yang menurun menunjukan sinyal masih adanya perlambatan
ekonomi di kuartal III-2013. Hal ini juga diperkuat dengan belum adanya titik balik pada GAMA LEI
yang menunjukan perubahan arah pergerakan ekonomi di waktu yang akan datang.
33. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Konsensus Proyeksi
Indikator Makroekonomi
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
34. Konsensus Proyeksi Indikator Makroekonomi
Estimasi Pertumbuhan PDB (yoy, %)
Kuartal III 2013
Kuartal IV 2013
Tahun 2013
Tahun 2014
Pertumbuhan
5,57
5,47
5,73
5,71
Rentang ±
0,28
0,31
0,16
0,29
Estimasi Inflasi (yoy, %)
Kuartal III 2013
Kuartal IV 2013
Tahun 2013
Tahun 2014
Inflasi
8,46
8,44
8,24
7,43
Rentang ±
0,46
1,04
1,05
1,7
Estimasi Nilai Tukar (IDR/USD)
Kuartal III 2013
Kuartal IV 2013
Tahun 2013
Tahun 2014
IDR/USD
10.928,6
10.957,10
10.714,3
10.728,6
Rentang ±
534,5
957,20
487,9
1.049,9
Sumber: Data primer, diolah (2013)
Pertumbuhan PDB riil (yoy) untuk kuartal III-2013 dan kuartal IV-2013 masing-masing 5,57% ±
0,28% dan 5,47% ± 0,31%. Sementara itu, prediksi untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia
dengan memperhatikan kondisi terkini untuk tahun 2013 dan 2014 masing-masing sebesar 5,73%
± 0,16% dan 5,71% ± 0,29%.
Prediksi inflasi (yoy) untuk kuartal III-2013 dan kuartal IV-2013 masing-masing 8,46% ± 0,46% dan
8,44% ± 1,04%. Sedangkan inflasi 2013 dan 2014 masing-masing sebesar 8,24% dan 7,43%.
Estimasi untuk nilai tukar rupiah terhadap dollar AS untuk kuartal III-2013 dan kuartal IV-2013
masing-masing sebesar IDR/USD 10.928,6 ± IDR/USD 534,5 dan IDR/USD 10.957,10 ± IDR/USD
957,2. Sedangkan untuk kurs di tahun 2013 dan 2014 masing-masing sebesar IDR/USD 10.714,3 ±
IDR/USD 487,9 dan IDR/USD 10.728,6 ± IDR/USD 1.049,9.
35. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Ekonomi ASEAN:
Peningkatan Instabilitas Ekonomi Makro,
Perlambatan Pertumbuhan
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
36. Gambar 21 : Tingkat Inflasi Negara Anggota ASEAN,
Tahun 2000-Agustus 2013 (yoy, dalam %)
Tekanan inflasi meningkat
Sumber: Bloomberg (2013)
(Catatan: Myanmar pada tahun 2001 mengalami inflasi 53,8% dan pada tahun 2002 mengalami inflasi 54%)
Tingkat inflasi pada negara-negara ASEAN hingga bulan Agustus 2013 cenderung meningkat
terutama untuk negara Indonesia (8,79%), Vietnam (7,50%) dan Laos (7,43%).
Indonesia inflasi tinggi karena : terganggunya pasokan komoditas pangan seperti bawang
merah, cabai, daging sapi dan daging ayam serta momentum penyesuaian harga BBM.
Vietnam inflasi didorong : implementasi penyesuaian harga BBM (Agustus 2013) serta
peningkatan biaya oleh otoritas terkait pada biaya kesehatan, biaya pendidikan, biaya air
rumah tangga serta biaya transportasi umum.
37. Tabel 8: Nilai Tukar Negara ASEAN Terhadap USD, Tahun 2009- 2013* (yoy, dalam
%)
Nilai Tukar Mata Uang Negara ASEAN Cenderung Melemah
COUNTRIES
Brunei Darussalam
Cambodia
Indonesia
Lao PDR
Malaysia
Myanmar
The Philippines
Singapore
Thailand
Viet Nam
2009
4,2
-2,2
14,0
-0,1
0,6
0,3
1,4
3,5
4,5
6,7
2010
8,0
0,8
5,8
3,5
9,2
0,2
5,7
8,6
9,3
-5,7
2011
0,0
0,3
0,4
0,6
-3,3
0,5
0,1
-0,8
-6,3
-8,0
2012
4,7
1,8
-8,7
1,8
4,4
-13360,0
7,1
5,4
4,3
2,1
30 Agustus 2013
-3,3
-1,8
-13,3
0,4
-8,9
-12,8
-9,4
-4,1
-5,7
-2,5
Sumber: Bloomberg (2013)
Catatan : 2013 = 30 Agustus 2013
(Catatan: Myanmar pada tahun 2012 mengalami penyesuaian nilai mata uang)
Pasca krisis keuangan global 2008-2009, hampir semua negara anggota mengalami
pertumbuhan pada harga-harga saham hingga tahun 2012.
Namun hingga transaksi per-30 Agustus 2013 terdapat 7 dari 10 negara ASEAN
mengalami penurunan indeks harga saham yang menunjukkan bahwa adanya
kecenderungan keluarnya arus modal para investor dari negara-negara ASEAN akibat
ekonomi Amerika Serikat mengirimkan sinyal perbaikan ekonomi serta antisipasi
kebijakan tapering the Fed sementara persepsi para pelaku bisnis terhadap ekonomi
ASEAN tidak terlalu baik.
38. Tabel 9 : Indeks Saham Negara ASEAN: 2009-30/8/2013 (yoy, dalam %)
Pasar Saham Menunjukkan Pelemahan: Arus Balik Modal Asing
COUNTRIES
Brunei Darussalam
Cambodia
Indonesia
Lao PDR
Malaysia
Myanmar
The Philippines
Singapore
Thailand
Viet Nam
2009
87,9
45,0
60,3
67,3
66,1
56,6
2010
2011
2012
no stock exchange
no stock exchange
46,9
3,0
13,3
no stock exchange
35,1
19,5
0,8
10,3
no stock exchange
55,7
1,9
21,1
12,2
-19,7
21,3
39,2
-0,9
35,9
-2,8
-20,9
7,7
s.d. 30 Agustus 2013
-1,6
-4,9
10,5
5,0
-1,6
-4,0
-7,1
14,3
Sumber: Bloomberg (2013)
Mengeringnya modal global yang iringi dengan neraca pembayaran yang mengalami
defisit di beberapa negara mendorong terjadinya juga pelemahan pada nilai tukar
mata uang kawasan hingga 30 Agustus 2013.
Mata uang ASEAN mengalami pelemahan terhadap Dolar Amerika Serikat (USD)
terutama pada negara-negara utama ASEAN (ASEAN-5) seperti Indonesia dan Malaysia
yang memiliki pangsa ekonomi yang besar diperkirakan akan memberikan dampak
pada ekonomi ASEAN secara keseluruhan.
39. Gambar 22: Tingkat Pertumbuhan PDB Negara Anggota ASEAN Berdasarkan Harga
Konstan, Tahun 1998–Q2/2013 (yoy, dalam %)
Perekonomian ASEAN cenderung melambat ditengah ketidakpastian ekonomi global dan
instabilitas ekonomi makro kawasan
Sumber: IMF, CEIC (2013)
Pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN cenderung melambat hingga semester 1 2013
Melemahnya pertumbuhan ekonomi global memangkas ekspornya dan melemahnya konsumsi
karena naiknya inflasi.
Pada Kuartal II-2013, secara y-o-y hanya 2 negara yang pertumbuhan ekonominya meningkat
dibanding tahun sebelumnya, yaitu Filipina (7,5%) dan Singapura (3,7%).
Negara utama di Asia juga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi seperti China (7,5%),
turun dari Kuartal I 7,7% dan India yang pada Kuartal II tumbuh hanya sebesar 4,4%
dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 4,8%.
40. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Current Issue:
Indonesia di Bawah BayangBayang “Sindrom” Krisis
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
41. Current Issue :
Indonesia di Bawah Bayang-Bayang “Sindrom”Krisis
Oleh Prof. Dr. Tri Widodo, M.Ec.Dev.
Tiga triwulan terakhir ini pertumbuhan ekonomi mengalami perlambatan. Target pertumbuhan ekonomi
pemerintah sebagaimana tercantum dalam APBN-P yang 6,3% kemungkinan besar tidak akan tercapai. Bank
Indonesia (2013) dan BPS(2013) mencatat bahwa kondisi dua triwulan terakhir menunjukkan pertumbuhan
ekonomi hanya 5,8%.
Implikasinya jelas, menurut rujukan Hukum Okun, kemampuan ekonomi menyerap tenaga kerja juga berkurang.
Kelihatannya trickle-down effect pertumbuhan ekonomi makro yang 5,8% tersebut jelas kurang mampu menyerap
tenaga kerja, karena permasalahan struktural, seperti daya saing tenaga kerja, infrastruktur dan lain-lain.
Pertumbuhan ekonomi yang melambat tersebut selain mempengaruhi penyerapan tenaga kerja juga akan
mempengaruhi kemampuan pemerintah dalam memperoleh pendapatan pajak dan non pajak. Sedangkan belanja
akan melonjak di tahun politik 2014, sehinga target defisit anggaran hanya 1,49 % dari PDB kelihatannya susah
untuk dicapai.
Industri dan investasi baik asing dan domestik lebih bias pada padat modal (capital intensive) ketimbang padat
karya (labor intensive). Daya saing tenaga kerja, kegamangan peraturan ketenagakerjaan memperparah pesismime
dunia usaha. Banyak pengusaha, tidak lagi memproduksi barang tetapi mereka lebih suka untuk menjadi
pedagang/impor. Impor lebih menarik dan menguntungkan dari pada berproduksi di domestik.
Kondisi ini memperparah defisit perdagangan. Neraca perdagangan yang semula surplus USD 0,1 miliar pada
Maret 2013, menurun menjadi defisit USD 1,6 miliar pada April 2013. Bahkan, pada bulan Juli 2013 tercatat defisit
USD 2,3 miliar. Penurunan kinerja neraca perdagangan pada April 2013 terutama disebabkan oleh meningkatnya
nilai impor sebesar 9,6%.
Defisit di transaksi berjalan dan tansaksi modal dan finansial secara otomatis menyebabkan defisit neraca
pembayaran USD 6,6 miliar pada kuartal I 2013 setelah sebelumnya surplus USD 3,2 pada kuartal IV 2012. Defisit
neraca pembayaran ini mendekati kondisi krisis tahun 1998 yang defisit sebesar USD 9,3 Milyar.
42.
Tingkat inflasi pada Juli 2013 tercatat 3,29%, ini dapat dikatakan tidak buruk meskipun melenceng jauh lebih tinggi dari
target yang ditetapkan pemerintah. Jika dibandingkan dengan tahun krisis sebelumnya, inflasi Indonesia tahun 2013 yang
sebesar 8,79 jauh lebih baik dibandingkan dengan tahun 1998 yang mencapai 54,54% dan tahun 2008 sebesar 11,06%.
Kondisi cadangan devisa Indonesia pada tahun 2013 ini menjadi yang terbaik dibandingkan dengan masa krisis sebelumnya.
Pada tahun 1998 Indonesia hanya memiliki cadangan devisa sebesar USD14,44 Milyar dan pada tahun 2008 sebesar USD
57,108 Milyar. Cadangan devisa Indonesia kembali meningkat menjadi USD 107,27 miliar pada April 2013 dibandingkan
bulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar USD 104,80 miliar.
Namun, cadangan tersebut tidak dibangun dari surplus perdagangan seperti yang terjadi di Cina. Cadangan devisa tersebut
dari sumber yang rapuh hot money yang bisa hengkang dalam jangka pendek, seperti penerbitan surat utang internasional
(global bond) milik pemerintah pada bulan April 2013.
Untuk rasio hutang pemerintah, tahun 2013 menjadi tahun terburuk dibandingkan dengan tahun-tahun krisis 1998 dan
2008. Angka ini dapat dikatakan terlalu tinggi dari batas normal 20,00. Tahun 1998 dan tahun 2008 DSR Indonesia masih
dalam batas wajar yaitu sebesar 12,84% dan 15,3%. Di tahun 2013 ini angka tersebut melebihi batas mencapai 41,4%.
Kondisi nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika pun mengalami kemerosotan tajam pada periode berjalan 2013. Pada
tahun 1998 mata uang Rupiah anjlok hingga IDR17.000,00/USD. Fluktuasi kurs 2008 dan 2013 menunjukkan mekanisme
pasar, sehingga anjloknya rupiah di 2008 dan 2013 yang masing-masing IDR11.711,00/USD dan IDR11.200,00/USD memang
benar-benar kekuatan riil pasar.
Indikator melemahnya pertumbuhan dan meningkatnya ketidakstabilan menunjukkan Indonesia di tengah bayangbayang “sindrom” krisis.
Jika krisis benar-benar terjadi maka untuk bangkit kembali akan lebih berat karena latar belakang krisis kali ini lebih
fundamental dibanding krisis-krisis sebelumnya: akumulasi mis-manajemen yang menyebabkan masalah ketidak-unggulan
bangsa.
Terlebih tahun 2015 Masyakat Ekonomi ASEAN yang membuka pasar domestik kita untuk berkompetisi secara bebas.
Siapkah Indonesia? Tanpa penanganan yang cepat dan tepat Indonesia bisa terperosok dalam jurang krisis.
43. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Economic Outlook
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM
44. Economic Outlook
Berbagai indikator ekonomi seperti inflasi yang meningkat, nilai mata uang yang terdepresiasi signifikan, IHSG
yang merosot, defisit transaksi berjalan yang meningkat, cadangan devisa yang merosot, serta laju
pertumbuhan ekonomi yang menurun telah menimbulkan kekhawatiran akan masa depan ekonomi
Indonesia.
Ekonomi dunia diperkirakan akan melemah pertumbuhannya, bahkan ekonomi Cina dan India yang selama ini
tumbuh pesat mengalami pelemahan yang signifikan. Merosotnya pertumbuhan ekonomi global dan kawasan
yang disertai dengan volatilitas ekonomi makro yang meningkat di emerging economies seperti India dan
Thailand telah membuat volatilitas pasar keuangan Indonesia meningkat.
Kondisi pasar keuangan Indonesia mengkhawatirkan karena cadangan devisa yang dibangun dari hot money
sudah semakin terkikis, sementara itu debt service ratio jauh diatas 20 % yang dianggap aman.
Utang luar negeri swasta yang semakin besar jumlahnya ternyata sebagian besar adalah jangka pendek
sehingga meningkatkan permintaan dolar karena banyak yang jatuh tempo. Padahal defisit transaksi berjalan
terus meningkat dan FDI mulai menurun, membuat neraca pembayaran defisit.
Nilai tukar rupiah terus menurun, demikian juga IHSG juga terus merosot, yang menimbulkan kepanikkan di
pasar. Padahal kemerosotan nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan berlanjut karena utang swasta yang
jatuh tempo cukup besar dalam setahun ini, serta capital outflow yang diperkirakan masih akan berlanjut
karena kebijakan tapering bank sentral AS
45. Economic Outlook
Dengan demikian volatilitas pasar modal diperkirakan masih akan berlanjut dan inflasi
masih akan meningkat dan nilai rupiah masih akan melemah, suku bunga masih akan
meningkat sehingga daya beli masyarakat merosot.
Gama Leading Economic Indicator meramalkan trend pemburukkan ekonomi Indonesia
masih akan berlanjut. Ekonomi Indonesia dalam situasi kritis pada saat ini. Instabilitas
ekonomi makro jika terus berlangsung bahkan meningkat, bisa menyeret ekonomi
Indonesia masuk krisis lagi.
Jika otoritas ekonomi bisa segera menstabilkan ekonomi makro sehingga laju
pertumbuhan ekonomi bisa meningkat lagi, maka Indonesia bisa selamat. Oleh karena itu
diharapkan otoritas ekonomi bisa mengambil kebijakan yang tepat dengan cepat untuk
mengatasi instabilitas ekonomi makro yang terjadi.
46.
47. Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
Indonesian Economic Review and Outlook (IERO)
MACROECONOMIC DASHBOARD
FAKULTAS EKONOMIKA dan BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
Pertamina Tower Building 4th fl. Room 4.1
Jl. Humaniora No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Phone : +62 274 548 517 ext 373
Email : iero@macroeconomicdashboard.com
Website : www.macroeconomicdashboard.com
Macroeconomic Dashboard || FEB UGM
Macroeconomic Dashboard FEB UGM