SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
1
DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIS
IGN Paramartha Wijaya Putra*, I Dewa Made Artika**
*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
**Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar
ABSTRAK
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit
tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pada
saat tahun 2007 di Amerika Serikat, PPOK merupakan penyebab utama kematian
ketiga. Kebiasaan merokok merupakan penyebab kausal yang terpenting. Gejala dan
tanda klinis pada fase awal sangat tidak khas. Pemberian terapi yang terlambat
membawa dampak kematian. Spirometri diperlukan untuk diagnosis klinis PPOK.
Perbandingan FEV1/FVC <0,70 setelah diberikan bronkodilator dapat mendiagnosis
PPOK. Bronkodilator merupakan obat pilihan pertama. Setiap pengobatan harus
spesifik terhadap setiap pasien, karena gejala dan keparahan dari keterbatasan aliran
udara dipengaruhi oleh banyak faktor. Pasien yang pengobatannya terlambat angka
kematiannya cukup tinggi.
Kata Kunci : penyakit paru obstruktif kronik, penyakit saluran nafas, bronkodilator
CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE, DIAGNOSIS
AND TREATMENT
ABSTRACT
Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is one of a group non communicable
diseases that public health has been an issues in Indonesia. At the 2007 in United State,
COPD is the third leading cause of death. Smoking habit is a major cause COPD.
Symptoms and sign were generally nonspecific. The provision of therapy that late can
provide the impact of death. Spyrometry needed for clinical diagnosis COPD.
Comparison FEV1/FVC <0,70 after bronchodilator medication can diagnose COPD.
Bronchodilator medication is a first line treatment for COPD. Any medicine must
specific against each patient, because symptoms and severity of limitations air flow
affected by many factors.
Keywords : chronic obstructive pulmonary disease, respiratory disease, bronchodilator
2
PENDAHULUAN
PPOK adalah suatu penyakit paru kronik yang ditandai oleh adanya hambatan aliran
udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversible. Penyakit tersebut biasanya
progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi abnormal paru terhadap partikel
berbahaya atau gas beracun.1
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok
penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya
pajanan faktor risiko, seperti faktor pejamu yang diduga berhubungan dengan kejadian
PPOK, semakin banyaknya jumlah perokok khususnya pada kelompok usia muda, serta
pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat kerja.2
Penatalaksanaan PPOK secara umum bertujuan untuk mencegah progresivitas dari
penyakit, mengurangi gejala, meningkatkan toleransi terhadap aktivitas, meningkatkan
status kesehatan, mencegah dan menangani komplikasi, mencegah dan menangani
eksaserbasi, dan menurunkan angka kematian.1,2
Definisi PPOK
Menurut GOLD (Global Inisiative for Chronic Obstructive Lung Disease), PPOK
adalah penyakit paru yang dapat dicegah diobati dengan beberapa efek ekstrapulmonal
yang signifikan berkontribusi terhadap tingkat keparahan penderita. Karakteristik
penyakit ini ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya
reversibel. Hambatan aliran udara tersebut biasanya bersifat progressif dan berhubungan
dengan respon inflamasi pulmonal terhadap partikel atau gas berbahaya.1
3
Epidemiologi
Di seluruh dunia, PPOK menduduki peringkat keenam sebagai penyebab utama
kematian pada tahun 1990. Hal ini diproyeksikan menjadi penyebab utama keempat
kematian di seluruh dunia pada 2030 karena peningkatan tingkat merokok dan
perubahan demografis di banyak negara.3
PPOK adalah penyebab utama kematian ketiga di Amerika Serikat dan beban
ekonomi PPOK di AS pada tahun 2007 adalah 426 juta dollar dalam biaya perawatan
kesehatan dan kehilangan produktivitas.4
Di Indonesia tidak ada data yang akurat tentang kekerapan PPOK. Pada Survei
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 asma, bronkitis kronik dan emfisema
menduduki peringkat ke - 5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab
kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena asma,
bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke - 6 dari 10 penyebab tersering
kematian di Indonesia.
2
Faktor Resiko
Kebiasaan merokok merupakan penyebab kausal yang terpenting. Selain itu, terdapat
faktor-faktor resiko yang lain seperti riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan
tempat kerja, hiperaktivitas bronkus, riwayat infeksi saluran nafas berulang, dan
defisiensi antitripsin alfa-1. Di Indonesia defisiensi antitripsin alfa-1 sangat jarang
terjadi.2
Dalam pencatatan perlu diperhatikan riwayat merokok. Termasuk perokok aktif,
perokok pasif, dan bekas perokok. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB),
4
yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok
dalam tahun. Kategori ringan 0-200, sedang 200-600, dan berat >600.2
Patofisiologi dan patogensis
Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel
goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis.
Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai
kerusakan dinding alveoli. Secara anatomik dibedakan tiga jenis emfisema:
- Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke
perifer, terutama mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok
lama
- Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan
terbanyak pada paru bagian bawah
- Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas
distal, duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura.2
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena
perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel
goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas (Gambar 1).2
MANIFESTASI KLINIS
Gejala dari PPOK adalah seperti susah bernafas, batuk kronis dan terbentuknya sputum
kronis, episode yang buruk atau eksaserbasi sering muncul. Salah satu gejala yang
paling umum dari PPOK adalah sesak napas (dyspnea). Orang dengan PPOK umumnya
5
menggambarkan ini sebagai:. "Saya merasa kehabisan napas," atau "Saya tidak bisa
mendapatkan cukup udara ".5,6
Orang dengan PPOK biasanya pertama sadar mengalami dyspnea pada saat
melakukan olahraga berat ketika tuntutan pada paru-paru yang terbesar. Selama
bertahun-tahun, dyspnea cenderung untuk bertambah parah secara bertahap sehingga
dapat terjadi pada aktivitas yang lebih ringan, aktivitas sehari-hari seperti pekerjaan
rumah tangga. Pada tahap lanjutan dari PPOK, dyspnea dapat menjadi begitu buruk
yang terjadi selama istirahat dan selalu muncul.
6,7
Orang dengan PPOK kadang-kadang mengalami gagal pernafasan. Ketika ini
terjadi, sianosis, perubahan warna kebiruan pada bibir yang disebabkan oleh kekurangan
oksigen dalam darah, bisa terjadi. Kelebihan karbon dioksida dalam darah dapat
menyebabkan sakit kepala, mengantuk atau kedutan (asterixis). Salah satu komplikasi
dari PPOK parah adalah cor pulmonale, kejang pada jantung karena pekerjaan tambahan
yang diperlukan oleh jantung untuk memompa darah melalui paru-paru yang terkena
dampak.
4
Gejala cor pulmonale adalah edema perifer, dilihat sebagai pembengkakan
pada pergelangan kaki, dan dyspnea.8
Uji Faal Paru
Uji faal paru dengan menggunakan spirometri berguna untuk menegakkan diagnosis,
melihat perkembangan penyakit, dan menentukan prognosa. Pemeriksaan ini penting
untuk memperlihatkan secara obyektif adanya obstruksi saluran nafas dalam berbagai
tingkat. Spirometri harus digunakan untuk mengukur volume maksimal udara yang
dikeluarkan setelah inspirasi maksimal, atau disebut Forced vital capacity (FVC).
Spirometri juga harus digunakan untuk mengukur volume udara yang dikeluarkan pada
6
satu detik pertama pada saat melakukan manuver di atas, atau disebut dengan Forced
Expiratory Volume in 1 second (FEV1). Rasio dari kedua pengukuran ini juga harus
dilakukan (FEV1/FVC). Penderita PPOK secara khas akan menunjukkan penurunan dari
FEV1 dan FVC. Adanya nilai FEV1/FVC < 70% disertai dengan hasil tes bronkodilator
yang menghasilkan nilai FEV1 < 80% dari nilai prediksi mengkonfirmasi terjadinya
pembatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. FEV1 merupakan parameter
yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan
penyakit. FEV1 juga amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, etnis, dan tinggi
penderita, sehingga paling baik dinyatakan berdasarkan sebagai persentase dari nilai
prediksi normal (Gambar 2).2
Uji faal paru juga dapat dilakukan dengan uji bronkodilator. Uji bronkodilator
juga menggunakan spirometri. Teknik pemeriksaan ini adalah dengan memberikan
bonkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, dan 15-20 menit kemudian dilihat perubahan
nilai FEV1. Bila perubahan nilai FEV1 kurang dari 20% maka ini menunjukkan
pembatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Uji ini dilakukan saat PPOK
dalam keadaan stabil (di luar eksaserbasi akut).
Dari hasil pemeriksaan spirometri setelah pemberian bronkodilator juga dapat
menentukan klasifikasi penyakit PPOK. Klasifikasi tersebut adalah (Gambar 3):7
1. Stage I : Ringan
Pada stage I, hasil pemeriksaan spirometri setelah pemberian bronkodilator
menunjukan hasil rasio FEV1/FVC < 70% dan nilai FEV1 diperkirakan ≥
80% dari nilai prediksi.
2. Stage II : Sedang
7
Pada stage II, hasil rasio FEV1/FVC < 70% dengan perkiraan nilai FEV1
diantara 50-80% dari nilai prediksi.
3. Stage III : Berat
Pada stage III, dengan rasio FEV1/FVC < 70%, dan nilai menunjukkan
FEV1 diantara 30-50% dari nilai prediksi
4. Stage IV : Sangat Berat
Pada stage IV, rasio FEV1/FVC < 70%, nilai FEV1 diperkirakan kurang dari
30% ataupun kurang dari 50% dengan kegagalan respirasi kronik.
DIAGNOSIS
Diagnosis klinis untuk PPOK harus dicurigai jika pasien mengalami kesulitan bernafas,
batuk kronis atau terbentuknya sputum dan riwayat terkena faktor resiko penyakit ini.
Spirometri dibutuhkan untuk diagnosis klinis PPOK; adanya postbronchodilator
FEV1/FVC<0.70 mengindikasikan adanya keterbatasan aliran udara dan PPOK.1,6
TATALAKSANA
Penghentian merokok mempunyai pengaruh besar untuk mempengaruhi riwayat dari
PPOK. Kita sebagai dokter harus bisa membuat pasien untuk berhenti merokok.1
Konseling dengan dokter secara signifikan meningkatkan angka berhenti
merokok, konseling selama 3 menit dapat menghasilkan angka berhenti merokok hingga
5-10%. Terapi penggantian nikotin (permen karet nikotin, inhaler, patch transdermal,
tablet sublingual atau lozenge) dan juga obat dengan varenicline, bupropion atau
8
nortriptyline dengan baik meningkatkan penghentian merokok jangka panjang dan
pengobatan ini lebih efektif daripada placebo.1,6
Mendorong kontrol tembakau secara komprehensif dari pemerintah dan
membuat program dengan pesan anti merokok yang jelas, konsisten dan berulang.
Aktivitas fisik sangat berguna untuk penderita PPOK dan pasien harus didorong untuk
tetap aktif.1
Melakukan pencegahan primer, dapat dilakukan dengan baik dengan
mengeleminasi atau menghilangkan eksposur pada tempat kerja. Pencegahan sekunder
dapat dilakukan dengan baik dengan deteksi dini. Kita menghindari atau mengurangi
polusi indoor berupa pembakaran bahan bakar biomass dan pemanasan atau memasak
diruangan yang ventilasinya buruk, sarankan pasien untuk memperhatikan pengumuman
publik tentang tingkat polusi udara. Semua pasien PPOK mendapat keuntungan yang
baik dari aktivitas fisik dan disarankan untuk selalu aktif.1,6
Terapi Farmakologis untuk PPOK yang stabil
Terapi farmakologis dilakukan untuk mengurangi gejala, mengurangi keparahan
eksaserbasi dan meningkatkan status kesehatan. Setiap pengobatan harus spesifik
terhadap setiap pasien, karena gejala dan keparahan dari keterbatasan aliran udara
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti frekuensi keparahan eksaserbasi, adanya gagal
nafas dan status kesehatan secara umum.1
9
Pemberian terapi farmakologis pada PPOK untuk terapi PPOK stabil perlu
disesuaikan dengan keparahan penyakitnya. Pada Gambar 4, disajikan panduan umum
terapi PPOK berdasarkan keparahan penyakitnya menurut GOLD 2010.1
Bronkodilator adalah obat pilihan pertama untuk menangani gejala PPOK, terapi
inhalasi lebih dipilih dan bronkodilator diresepkan sebagai pencegahan/ mengurangi
gejala yang akan timbul dari PPOK. Bronkodilator inhalasi kerja lama lebih efektif
dalam menangani gejala daripada bronkodilator kerja cepat.1,6,9
Agonis β-2 kerja singkat baik yang dipakai secara reguler maupun saat
diperlukan (as needed) dapat memperbaiki FEV1 dan gejala, walaupun pemakaian pada
PPOK tidak dianjurkan apabila dengan dosis tinggi. Agonis β-2 kerja lama, durasi kerja
sekitar 12 jam atau lebih. Saat ini yang tersedia adalah formoterol dan salmeterol. Obat
ini dipakai sebagai ganti agonis β-2 kerja cepat apabila pemakaiannya memerlukan
dosis tinggi atau dipakai dalam jangka waktu lama. Efek obat ini dapat memperbaiki
FEV1 dan volume paru, mengurangi sesak napas, memperbaiki kualitas hidup dan
menurunkan kejadia eksaserbasi, akan tetapi tidak dapat mempengaruhi mortaliti dan
besar penurunan faal paru. Agonis β-2 dengan durasi kerja 24 jam , preparat yang ada
adalah indacaterol.1,2
Kortikosteroid inhalasi dipilih pada pasien PPOK dengan FEV1<60%,
pengobatan reguler dengan kortikosteroid inhalasi dapat mengurangi gejala,
meningkatkan fungsi paru dan kualtias hidup dan menurunkan frekuensi eksaserbasi.
Kortikosteroid inhalasi diasosiasikan dengan peningkatan pneumonia. Penghentian tiba-
tiba terapi dengan kortikosteroid inhalasi bisa menyebabkan eksaserbasi di beberapa
pasien. Terpai monoterm jangka panjang dengan kortikosteroid inhalasi tidak
direkomendasikan.1,10
10
Kortikosteroid inhalasi dikombinasikan dengan beta2 agonist kerja lama lebih
efektif daripada salah satu antara kortikosteroid dan bronkodilator dalam peningkatan
fungsi paru dan mengurangi eksaserbasi pada pasien dengan PPOK sedang sampai
sangat berat. Pengobatan jangka panjang dengan kortikosteroid oral tidak
direkomendasikan.1,9,10
Phosphodiesterase-4 inhibitors, pada GOLD 3 dan GOLD 4 pasien dengan
riwayat eksaserbasi dan bronkitis kronis, phosphodiesterase-4 inhibitor roflumilast ini
mengurangi eksaserbasi pada pasien yang di terapi dengan kortikosteroid oral.1
Pengobatan Farmakologis yang lain
Vaksin Influenza bisa mengurangi penyakit serius dan kematian pada PPOK, virus
inaktif pada vaksin di rekomendasikan dan sebaiknya di berikan sekali setahun. Vaksin
pneumococcal polusaccharide direkomendasikan untuk pasien diatas 65 tahun.
Penggunaan antibiotik tidak direkomendasikan kecuali untuk pengobatan eksaserbasi
infeksius dan infeksi bakteri lainnya.6,9
Pengobatan lain
Pasien dari segala tingkat keparahan akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan
rehabilitasi. Peningkatan kondisi pasien bisa dilihat setelah melakukan program
rehabilitasi pulmonari. Lama waktu minimum yang efektif untuk rehabilitasi adalah 6
minggu, semakin lama program semakin bagus buat pasien.1
11
Terapi oksigen dibedakan untuk PPOK derajat sedang dan berat. Pada PPOK
derajat sedang oksigen hanya digunakan bila timbul sesak yang disebabkan
pertambahan aktiviti. Pada PPOK derajat berat yang terapi oksigen di rumah pada
waktu aktiviti atau terus menerus selama 15 jam terutama pada waktu tidur. Dosis
oksigen tidak lebih dari 2 liter.1,6
Terapi pembedahan pada PPOK memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan
dari LVRS (Lung Ventilation Reduction Surgery) dari pada terapi medis lainnya adalah
lebih signifikan hasilnya pada pasien dengan empidema pada lobus bawah dan pada
pasien dengan kapasitas aktifitas fisik rendah karena pengobatan. Pada beberapa pasien
dengan PPOK sangat parah, transplatasi paru menunjukkan peningkatan kualitas hidup
yang baik.1
Manajemen Eksaserbasi
Eksaserbasi dari PPOK didefinisikan sebagai kejadian akut dengan karakteristik
perburukan gejala respirasi yang biasanya lebih parah dari gejala normal dan biasanya
akan merubah pengobatan.1
Menilai keparahan eksaserbasi secara garis besar ada 3 yang perlu dinilai yaitu
pengukuran gas darah arterial, foto torak berguna untuk mengeleminasi diagnosis lain,
dan pada elektrokardiograpi bisa membantu diagnosis masalah jantung pada
eksaserbasi. Tes spirometrik tidak direkomendasikan selama eksaserbasi karena sulit
dilakukan dan pengukurannya bisa tidak akurat.1
Manajemen eksaserbasi pada PPOK diberikan oksigen dengan target saturasi 88-
92%. Beta2-agonist kerja cepat dengan atau tanpa antikolinergik kerja cepat lebih dipilih
12
untuk pengobatan eksaserbasi. Kortikosteroid sistemik dapat meningkatkan fungsi paru
FEV1 dan menurunkan resiko kekambuhan awal, kegagalan terapi dan lama dirumah
sakit. Dosis sebesar 30-40 mg prednisolone setiap hari selama 10-14 hari
direkomendasikan. Pemberian antibiotik harus diberikan kepada pasien dengan tiga
gejala jantung: peningkatan dyspnea, peningkatan volume sputum, peningkatan
purulence dari sputum, peningkatan purulence dari sputum dan gejala kardinal lain, dan
membutuhkan ventilasi mekanikal.1,6
Terapi tambahan bergantung pada kondisi klinis dari pasien dan keseimbangan
cairan dengan perhatian spesial pada pelaksanaan diuretik, antikoagulan, pengobatan
komorbiditas, dan aspek nutrisional harus diperhatikan.1
RINGKASAN
Menurut GOLD (Global Inisiative for Chronic Obstructive Lung Disease), PPOK
adalah penyakit paru yang dapat dicegah diobati dengan beberapa efek ekstrapulmonal
yang signifikan berkontribusi terhadap tingkat keparahan penderita. Karakteristik
pulmonal penyakit ini ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak
sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara tersebut biasanya bersifat progressif dan
berhubungan dengan respon inflamasi pulmonal terhadap partikel atau gas berbahaya.
Kebiasaan merokok merupakan penyebab kausal yang terpenting. Penghentian merokok
mempunyai pengaruh besar untuk mempengaruhi riwayat dari PPOK. Kita sebagai
dokter harus bisa membuat pasien untuk berhenti merokok.
13
Terapi farmakologis dilakukan untuk mengurangi gejala, mengurangi keparahan
eksaserbasi dan meningkatkan status kesehatan. Setiap pengobatan harus spesifik
terhadap setiap pasien, karena keparah dari gejala dan keparahan dari keterbatasan
aliran udara dipengaruhi oleh banyak faktor seperti frekuensi keparahan eksaserbasi,
adanya gagal nafas dan status kesehatan secara umum. Terapi farmakologisnya meliputi
Kombinasi antara kortikosteroid inhalasi dengan bronkodilator , bronkodilator
,kortikosteroid inhalasi, Phosphodiesterase-4 inhibitors, Methylxalines dan
kortikosteroid oral. Untuk manajemen eksaserbasi dapat dilakukan dengan oksigen,
bronkodilator, kortikosteroid sistemik dan antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
1. GOLD Inc. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention.
[diakses 4 November 2011]. Di unduh dari URL:
http://www.goldcopd.com/Guidelineitem .asp?l1=2&l2=1&intId=989
2. Mangunnegoro H, dkk. PPOK, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di
Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: 2003. hal 1-56
3. Mathers CD, Loncar D (November 2006). "Projections of Global Mortality and
Burden of Disease from 2002 to 2030". PLoS Med. 3 (11):
e442:10.1371/journal.pmed.0030442
4. Elizabeth G. Nabel, M.D 2007 NHLBI Morbidity and Mortality Chart Book"
(PDF). Retrieved 2008-06-06.
14
5. Mahler DA (2006). "Mechanisms and measurement of dyspnea in chronic
obstructive pulmonary disease". Proceedings of the American Thoracic
Society 3 (3): 234–8.doi:10.1513/pats.200509-103SF. PMID 16636091
6. Buist Sonia, et. All. Global Stategy for the Diagnosis, Management, and
Prevention of COPD. In : NHLBI/WHO Global Initiative for COPD Workshop
Summary : 2006
7. Hanley ME. Chapter 2. The History & Physical Examination in Pulmonary
Medicine. In: Hanley ME, Welsh CH, eds. CURRENT Diagnosis & Treatment
in Pulmonary Medicine. New York: McGraw-Hill;
2003. http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=575132
8. Elizabeth G. Nabel, M.D 2007 NHLBI Morbidity and Mortality Chart Book"
(PDF). Retrieved 2008-06-06.
9. Tashkin D P, Cooper C B, The Role of Long-Acting Broncodilators in the
Management of COPD: Chest 2004, Pp 249-259.
10. Singh J M et al, Corticosteroid Therapy for Patients With Acute Exacerbations
of COPD, Review Article, Arch Intern Med/vol 162: Dec 2002, Pp 2527-2536.
15
Gambar 1. Patogenesis terjadinya PPOK6
Gambar 2. Perbandingan Spirometry Pasien PPOK dan Orang Normal2
16
Gambar 3. PPOK berdasarkan derajat dari terhambatnya aliran udara dengan
spirometri7
Gambar 4. Panduan umum terapi PPOK berdasarkan keparahan penyakitnya.1

More Related Content

What's hot

Kimia organik ppt
Kimia organik pptKimia organik ppt
Kimia organik pptsodikin ali
 
Biosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunderBiosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunderSyahrir Ghibran
 
Protein biokimia
Protein biokimiaProtein biokimia
Protein biokimiaaryopuv
 
Ventilasi, perfusi & difusi ok
Ventilasi, perfusi & difusi okVentilasi, perfusi & difusi ok
Ventilasi, perfusi & difusi okfikri asyura
 
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismeKalisthiana Yi Ku
 
Mikrobiologi - pertumbuhan mikroba
Mikrobiologi - pertumbuhan mikrobaMikrobiologi - pertumbuhan mikroba
Mikrobiologi - pertumbuhan mikrobaYusuf Ahmad
 
Pertumbuhan mikroba
Pertumbuhan mikrobaPertumbuhan mikroba
Pertumbuhan mikrobaAhmad Fadli
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumRukmana Suharta
 
Mikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
Mikrobiologi - Penggolongan MikroorganismeMikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
Mikrobiologi - Penggolongan MikroorganismeYusuf Ahmad
 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirupsisabihi
 
Laporan praktikum biokimia vitamin c
Laporan praktikum biokimia   vitamin cLaporan praktikum biokimia   vitamin c
Laporan praktikum biokimia vitamin cAnnisa Nurul Chaerani
 
Laporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam aminoLaporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam aminoPujiati Puu
 
Konsep dasar mikrobiologi
Konsep dasar mikrobiologiKonsep dasar mikrobiologi
Konsep dasar mikrobiologiNunung Ayu Novi
 

What's hot (20)

Hormon
HormonHormon
Hormon
 
PPT PROTEIN
PPT PROTEINPPT PROTEIN
PPT PROTEIN
 
Kimia organik ppt
Kimia organik pptKimia organik ppt
Kimia organik ppt
 
Biosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunderBiosentesis metabolit sekunder
Biosentesis metabolit sekunder
 
Protein biokimia
Protein biokimiaProtein biokimia
Protein biokimia
 
Ventilasi, perfusi & difusi ok
Ventilasi, perfusi & difusi okVentilasi, perfusi & difusi ok
Ventilasi, perfusi & difusi ok
 
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
 
Mikrobiologi - pertumbuhan mikroba
Mikrobiologi - pertumbuhan mikrobaMikrobiologi - pertumbuhan mikroba
Mikrobiologi - pertumbuhan mikroba
 
Pertumbuhan mikroba
Pertumbuhan mikrobaPertumbuhan mikroba
Pertumbuhan mikroba
 
Metabolisme mikroba
Metabolisme mikrobaMetabolisme mikroba
Metabolisme mikroba
 
TOKSIKOLOGI
TOKSIKOLOGITOKSIKOLOGI
TOKSIKOLOGI
 
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat LaboratoriumLaporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
Laporan Mikrobiologi - Pengenalan Alat Laboratorium
 
Mikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
Mikrobiologi - Penggolongan MikroorganismeMikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
Mikrobiologi - Penggolongan Mikroorganisme
 
Laporan sirup
Laporan sirupLaporan sirup
Laporan sirup
 
Dasar dasar anatomi
Dasar dasar anatomiDasar dasar anatomi
Dasar dasar anatomi
 
Morfologi fungi
Morfologi fungiMorfologi fungi
Morfologi fungi
 
Laporan praktikum biokimia vitamin c
Laporan praktikum biokimia   vitamin cLaporan praktikum biokimia   vitamin c
Laporan praktikum biokimia vitamin c
 
Laporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam aminoLaporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam amino
 
Laporan praktikum media
Laporan praktikum mediaLaporan praktikum media
Laporan praktikum media
 
Konsep dasar mikrobiologi
Konsep dasar mikrobiologiKonsep dasar mikrobiologi
Konsep dasar mikrobiologi
 

Viewers also liked

PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & AsmaPPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & AsmaMimaNasution
 
Penyakit paru obstruktif copy
Penyakit paru obstruktif   copyPenyakit paru obstruktif   copy
Penyakit paru obstruktif copynurew12
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppomdhe91
 
Penyakit paru obstruktif
Penyakit paru obstruktifPenyakit paru obstruktif
Penyakit paru obstruktifovie28
 
Ppt penyakit paru obstruktif menahun (ppom)
Ppt penyakit paru obstruktif menahun (ppom)Ppt penyakit paru obstruktif menahun (ppom)
Ppt penyakit paru obstruktif menahun (ppom)170691
 
Trafalgar Advertising Campaign
Trafalgar Advertising CampaignTrafalgar Advertising Campaign
Trafalgar Advertising CampaignIsaac Rosales
 
You can live a Beautiful Life
You can live a Beautiful LifeYou can live a Beautiful Life
You can live a Beautiful LifeAnnabel Brown
 
All In One Profits prezentacija
All In One Profits prezentacijaAll In One Profits prezentacija
All In One Profits prezentacijanasamreza
 
Catalog Be Well Homeopathic
Catalog Be Well HomeopathicCatalog Be Well Homeopathic
Catalog Be Well HomeopathicRichard Clement
 

Viewers also liked (13)

PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & AsmaPPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) & Asma
 
Penyakit paru obstruktif copy
Penyakit paru obstruktif   copyPenyakit paru obstruktif   copy
Penyakit paru obstruktif copy
 
Ppt ppom
Ppt ppomPpt ppom
Ppt ppom
 
Penyakit paru obstruktif
Penyakit paru obstruktifPenyakit paru obstruktif
Penyakit paru obstruktif
 
Ppt penyakit paru obstruktif menahun (ppom)
Ppt penyakit paru obstruktif menahun (ppom)Ppt penyakit paru obstruktif menahun (ppom)
Ppt penyakit paru obstruktif menahun (ppom)
 
Trafalgar Advertising Campaign
Trafalgar Advertising CampaignTrafalgar Advertising Campaign
Trafalgar Advertising Campaign
 
You can live a Beautiful Life
You can live a Beautiful LifeYou can live a Beautiful Life
You can live a Beautiful Life
 
All In One Profits prezentacija
All In One Profits prezentacijaAll In One Profits prezentacija
All In One Profits prezentacija
 
Practice verbs
Practice verbsPractice verbs
Practice verbs
 
Catalog Be Well Homeopathic
Catalog Be Well HomeopathicCatalog Be Well Homeopathic
Catalog Be Well Homeopathic
 
Digital Marketing Trends & Insights
Digital Marketing Trends & InsightsDigital Marketing Trends & Insights
Digital Marketing Trends & Insights
 
Creative spark mobile app showcase
Creative spark   mobile app showcaseCreative spark   mobile app showcase
Creative spark mobile app showcase
 
Allergy
Allergy Allergy
Allergy
 

Similar to ppok (20)

PPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptxPPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptx
 
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
 
Asthma copd overlap (
Asthma copd overlap (Asthma copd overlap (
Asthma copd overlap (
 
COPD sibolga.pptx
COPD sibolga.pptxCOPD sibolga.pptx
COPD sibolga.pptx
 
penyakit paru obstruksi kronis
penyakit paru obstruksi kronispenyakit paru obstruksi kronis
penyakit paru obstruksi kronis
 
Patofisiologi-PPOK.pptx
Patofisiologi-PPOK.pptxPatofisiologi-PPOK.pptx
Patofisiologi-PPOK.pptx
 
Satpel ppok
Satpel ppokSatpel ppok
Satpel ppok
 
Copd
CopdCopd
Copd
 
Gangguan organ pernafasan
Gangguan organ pernafasanGangguan organ pernafasan
Gangguan organ pernafasan
 
asap rokok dengan asma
asap rokok dengan asmaasap rokok dengan asma
asap rokok dengan asma
 
Ppt ikm
Ppt ikmPpt ikm
Ppt ikm
 
Copd Akper pemkab muna
Copd  Akper pemkab munaCopd  Akper pemkab muna
Copd Akper pemkab muna
 
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
Askep pada pasien ppok AKPER PEMKAB MUNA
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
PPOK
PPOKPPOK
PPOK
 
Askep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppokAskep pada pasien ppok
Askep pada pasien ppok
 
Copd
Copd Copd
Copd
 
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
 
Materi ppok
Materi ppokMateri ppok
Materi ppok
 
212-Article Text-1185-4-10-20220306.pdf
212-Article Text-1185-4-10-20220306.pdf212-Article Text-1185-4-10-20220306.pdf
212-Article Text-1185-4-10-20220306.pdf
 

Recently uploaded

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxJuliBriana2
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxwawan479953
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSovyOktavianti
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfEniNuraeni29
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxMOHDAZLANBINALIMoe
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxriscacriswanda
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptnabilafarahdiba95
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptnovibernadina
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxboynugraha727
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 

Recently uploaded (20)

BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptxTEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptxPelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
Pelaksana Lapangan Pekerjaan Jalan .pptx
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 

ppok

  • 1. 1 DIAGNOSIS DAN TATA LAKSANA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS IGN Paramartha Wijaya Putra*, I Dewa Made Artika** *Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana **Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar ABSTRAK Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Pada saat tahun 2007 di Amerika Serikat, PPOK merupakan penyebab utama kematian ketiga. Kebiasaan merokok merupakan penyebab kausal yang terpenting. Gejala dan tanda klinis pada fase awal sangat tidak khas. Pemberian terapi yang terlambat membawa dampak kematian. Spirometri diperlukan untuk diagnosis klinis PPOK. Perbandingan FEV1/FVC <0,70 setelah diberikan bronkodilator dapat mendiagnosis PPOK. Bronkodilator merupakan obat pilihan pertama. Setiap pengobatan harus spesifik terhadap setiap pasien, karena gejala dan keparahan dari keterbatasan aliran udara dipengaruhi oleh banyak faktor. Pasien yang pengobatannya terlambat angka kematiannya cukup tinggi. Kata Kunci : penyakit paru obstruktif kronik, penyakit saluran nafas, bronkodilator CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE, DIAGNOSIS AND TREATMENT ABSTRACT Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is one of a group non communicable diseases that public health has been an issues in Indonesia. At the 2007 in United State, COPD is the third leading cause of death. Smoking habit is a major cause COPD. Symptoms and sign were generally nonspecific. The provision of therapy that late can provide the impact of death. Spyrometry needed for clinical diagnosis COPD. Comparison FEV1/FVC <0,70 after bronchodilator medication can diagnose COPD. Bronchodilator medication is a first line treatment for COPD. Any medicine must specific against each patient, because symptoms and severity of limitations air flow affected by many factors. Keywords : chronic obstructive pulmonary disease, respiratory disease, bronchodilator
  • 2. 2 PENDAHULUAN PPOK adalah suatu penyakit paru kronik yang ditandai oleh adanya hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversible. Penyakit tersebut biasanya progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi abnormal paru terhadap partikel berbahaya atau gas beracun.1 Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya pajanan faktor risiko, seperti faktor pejamu yang diduga berhubungan dengan kejadian PPOK, semakin banyaknya jumlah perokok khususnya pada kelompok usia muda, serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat kerja.2 Penatalaksanaan PPOK secara umum bertujuan untuk mencegah progresivitas dari penyakit, mengurangi gejala, meningkatkan toleransi terhadap aktivitas, meningkatkan status kesehatan, mencegah dan menangani komplikasi, mencegah dan menangani eksaserbasi, dan menurunkan angka kematian.1,2 Definisi PPOK Menurut GOLD (Global Inisiative for Chronic Obstructive Lung Disease), PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah diobati dengan beberapa efek ekstrapulmonal yang signifikan berkontribusi terhadap tingkat keparahan penderita. Karakteristik penyakit ini ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara tersebut biasanya bersifat progressif dan berhubungan dengan respon inflamasi pulmonal terhadap partikel atau gas berbahaya.1
  • 3. 3 Epidemiologi Di seluruh dunia, PPOK menduduki peringkat keenam sebagai penyebab utama kematian pada tahun 1990. Hal ini diproyeksikan menjadi penyebab utama keempat kematian di seluruh dunia pada 2030 karena peningkatan tingkat merokok dan perubahan demografis di banyak negara.3 PPOK adalah penyebab utama kematian ketiga di Amerika Serikat dan beban ekonomi PPOK di AS pada tahun 2007 adalah 426 juta dollar dalam biaya perawatan kesehatan dan kehilangan produktivitas.4 Di Indonesia tidak ada data yang akurat tentang kekerapan PPOK. Pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke - 5 sebagai penyebab kesakitan terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama. SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka kematian karena asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke - 6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. 2 Faktor Resiko Kebiasaan merokok merupakan penyebab kausal yang terpenting. Selain itu, terdapat faktor-faktor resiko yang lain seperti riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja, hiperaktivitas bronkus, riwayat infeksi saluran nafas berulang, dan defisiensi antitripsin alfa-1. Di Indonesia defisiensi antitripsin alfa-1 sangat jarang terjadi.2 Dalam pencatatan perlu diperhatikan riwayat merokok. Termasuk perokok aktif, perokok pasif, dan bekas perokok. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB),
  • 4. 4 yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun. Kategori ringan 0-200, sedang 200-600, dan berat >600.2 Patofisiologi dan patogensis Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara anatomik dibedakan tiga jenis emfisema: - Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama - Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak pada paru bagian bawah - Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura.2 Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas (Gambar 1).2 MANIFESTASI KLINIS Gejala dari PPOK adalah seperti susah bernafas, batuk kronis dan terbentuknya sputum kronis, episode yang buruk atau eksaserbasi sering muncul. Salah satu gejala yang paling umum dari PPOK adalah sesak napas (dyspnea). Orang dengan PPOK umumnya
  • 5. 5 menggambarkan ini sebagai:. "Saya merasa kehabisan napas," atau "Saya tidak bisa mendapatkan cukup udara ".5,6 Orang dengan PPOK biasanya pertama sadar mengalami dyspnea pada saat melakukan olahraga berat ketika tuntutan pada paru-paru yang terbesar. Selama bertahun-tahun, dyspnea cenderung untuk bertambah parah secara bertahap sehingga dapat terjadi pada aktivitas yang lebih ringan, aktivitas sehari-hari seperti pekerjaan rumah tangga. Pada tahap lanjutan dari PPOK, dyspnea dapat menjadi begitu buruk yang terjadi selama istirahat dan selalu muncul. 6,7 Orang dengan PPOK kadang-kadang mengalami gagal pernafasan. Ketika ini terjadi, sianosis, perubahan warna kebiruan pada bibir yang disebabkan oleh kekurangan oksigen dalam darah, bisa terjadi. Kelebihan karbon dioksida dalam darah dapat menyebabkan sakit kepala, mengantuk atau kedutan (asterixis). Salah satu komplikasi dari PPOK parah adalah cor pulmonale, kejang pada jantung karena pekerjaan tambahan yang diperlukan oleh jantung untuk memompa darah melalui paru-paru yang terkena dampak. 4 Gejala cor pulmonale adalah edema perifer, dilihat sebagai pembengkakan pada pergelangan kaki, dan dyspnea.8 Uji Faal Paru Uji faal paru dengan menggunakan spirometri berguna untuk menegakkan diagnosis, melihat perkembangan penyakit, dan menentukan prognosa. Pemeriksaan ini penting untuk memperlihatkan secara obyektif adanya obstruksi saluran nafas dalam berbagai tingkat. Spirometri harus digunakan untuk mengukur volume maksimal udara yang dikeluarkan setelah inspirasi maksimal, atau disebut Forced vital capacity (FVC). Spirometri juga harus digunakan untuk mengukur volume udara yang dikeluarkan pada
  • 6. 6 satu detik pertama pada saat melakukan manuver di atas, atau disebut dengan Forced Expiratory Volume in 1 second (FEV1). Rasio dari kedua pengukuran ini juga harus dilakukan (FEV1/FVC). Penderita PPOK secara khas akan menunjukkan penurunan dari FEV1 dan FVC. Adanya nilai FEV1/FVC < 70% disertai dengan hasil tes bronkodilator yang menghasilkan nilai FEV1 < 80% dari nilai prediksi mengkonfirmasi terjadinya pembatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. FEV1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. FEV1 juga amat dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, etnis, dan tinggi penderita, sehingga paling baik dinyatakan berdasarkan sebagai persentase dari nilai prediksi normal (Gambar 2).2 Uji faal paru juga dapat dilakukan dengan uji bronkodilator. Uji bronkodilator juga menggunakan spirometri. Teknik pemeriksaan ini adalah dengan memberikan bonkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, dan 15-20 menit kemudian dilihat perubahan nilai FEV1. Bila perubahan nilai FEV1 kurang dari 20% maka ini menunjukkan pembatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Uji ini dilakukan saat PPOK dalam keadaan stabil (di luar eksaserbasi akut). Dari hasil pemeriksaan spirometri setelah pemberian bronkodilator juga dapat menentukan klasifikasi penyakit PPOK. Klasifikasi tersebut adalah (Gambar 3):7 1. Stage I : Ringan Pada stage I, hasil pemeriksaan spirometri setelah pemberian bronkodilator menunjukan hasil rasio FEV1/FVC < 70% dan nilai FEV1 diperkirakan ≥ 80% dari nilai prediksi. 2. Stage II : Sedang
  • 7. 7 Pada stage II, hasil rasio FEV1/FVC < 70% dengan perkiraan nilai FEV1 diantara 50-80% dari nilai prediksi. 3. Stage III : Berat Pada stage III, dengan rasio FEV1/FVC < 70%, dan nilai menunjukkan FEV1 diantara 30-50% dari nilai prediksi 4. Stage IV : Sangat Berat Pada stage IV, rasio FEV1/FVC < 70%, nilai FEV1 diperkirakan kurang dari 30% ataupun kurang dari 50% dengan kegagalan respirasi kronik. DIAGNOSIS Diagnosis klinis untuk PPOK harus dicurigai jika pasien mengalami kesulitan bernafas, batuk kronis atau terbentuknya sputum dan riwayat terkena faktor resiko penyakit ini. Spirometri dibutuhkan untuk diagnosis klinis PPOK; adanya postbronchodilator FEV1/FVC<0.70 mengindikasikan adanya keterbatasan aliran udara dan PPOK.1,6 TATALAKSANA Penghentian merokok mempunyai pengaruh besar untuk mempengaruhi riwayat dari PPOK. Kita sebagai dokter harus bisa membuat pasien untuk berhenti merokok.1 Konseling dengan dokter secara signifikan meningkatkan angka berhenti merokok, konseling selama 3 menit dapat menghasilkan angka berhenti merokok hingga 5-10%. Terapi penggantian nikotin (permen karet nikotin, inhaler, patch transdermal, tablet sublingual atau lozenge) dan juga obat dengan varenicline, bupropion atau
  • 8. 8 nortriptyline dengan baik meningkatkan penghentian merokok jangka panjang dan pengobatan ini lebih efektif daripada placebo.1,6 Mendorong kontrol tembakau secara komprehensif dari pemerintah dan membuat program dengan pesan anti merokok yang jelas, konsisten dan berulang. Aktivitas fisik sangat berguna untuk penderita PPOK dan pasien harus didorong untuk tetap aktif.1 Melakukan pencegahan primer, dapat dilakukan dengan baik dengan mengeleminasi atau menghilangkan eksposur pada tempat kerja. Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan baik dengan deteksi dini. Kita menghindari atau mengurangi polusi indoor berupa pembakaran bahan bakar biomass dan pemanasan atau memasak diruangan yang ventilasinya buruk, sarankan pasien untuk memperhatikan pengumuman publik tentang tingkat polusi udara. Semua pasien PPOK mendapat keuntungan yang baik dari aktivitas fisik dan disarankan untuk selalu aktif.1,6 Terapi Farmakologis untuk PPOK yang stabil Terapi farmakologis dilakukan untuk mengurangi gejala, mengurangi keparahan eksaserbasi dan meningkatkan status kesehatan. Setiap pengobatan harus spesifik terhadap setiap pasien, karena gejala dan keparahan dari keterbatasan aliran udara dipengaruhi oleh banyak faktor seperti frekuensi keparahan eksaserbasi, adanya gagal nafas dan status kesehatan secara umum.1
  • 9. 9 Pemberian terapi farmakologis pada PPOK untuk terapi PPOK stabil perlu disesuaikan dengan keparahan penyakitnya. Pada Gambar 4, disajikan panduan umum terapi PPOK berdasarkan keparahan penyakitnya menurut GOLD 2010.1 Bronkodilator adalah obat pilihan pertama untuk menangani gejala PPOK, terapi inhalasi lebih dipilih dan bronkodilator diresepkan sebagai pencegahan/ mengurangi gejala yang akan timbul dari PPOK. Bronkodilator inhalasi kerja lama lebih efektif dalam menangani gejala daripada bronkodilator kerja cepat.1,6,9 Agonis β-2 kerja singkat baik yang dipakai secara reguler maupun saat diperlukan (as needed) dapat memperbaiki FEV1 dan gejala, walaupun pemakaian pada PPOK tidak dianjurkan apabila dengan dosis tinggi. Agonis β-2 kerja lama, durasi kerja sekitar 12 jam atau lebih. Saat ini yang tersedia adalah formoterol dan salmeterol. Obat ini dipakai sebagai ganti agonis β-2 kerja cepat apabila pemakaiannya memerlukan dosis tinggi atau dipakai dalam jangka waktu lama. Efek obat ini dapat memperbaiki FEV1 dan volume paru, mengurangi sesak napas, memperbaiki kualitas hidup dan menurunkan kejadia eksaserbasi, akan tetapi tidak dapat mempengaruhi mortaliti dan besar penurunan faal paru. Agonis β-2 dengan durasi kerja 24 jam , preparat yang ada adalah indacaterol.1,2 Kortikosteroid inhalasi dipilih pada pasien PPOK dengan FEV1<60%, pengobatan reguler dengan kortikosteroid inhalasi dapat mengurangi gejala, meningkatkan fungsi paru dan kualtias hidup dan menurunkan frekuensi eksaserbasi. Kortikosteroid inhalasi diasosiasikan dengan peningkatan pneumonia. Penghentian tiba- tiba terapi dengan kortikosteroid inhalasi bisa menyebabkan eksaserbasi di beberapa pasien. Terpai monoterm jangka panjang dengan kortikosteroid inhalasi tidak direkomendasikan.1,10
  • 10. 10 Kortikosteroid inhalasi dikombinasikan dengan beta2 agonist kerja lama lebih efektif daripada salah satu antara kortikosteroid dan bronkodilator dalam peningkatan fungsi paru dan mengurangi eksaserbasi pada pasien dengan PPOK sedang sampai sangat berat. Pengobatan jangka panjang dengan kortikosteroid oral tidak direkomendasikan.1,9,10 Phosphodiesterase-4 inhibitors, pada GOLD 3 dan GOLD 4 pasien dengan riwayat eksaserbasi dan bronkitis kronis, phosphodiesterase-4 inhibitor roflumilast ini mengurangi eksaserbasi pada pasien yang di terapi dengan kortikosteroid oral.1 Pengobatan Farmakologis yang lain Vaksin Influenza bisa mengurangi penyakit serius dan kematian pada PPOK, virus inaktif pada vaksin di rekomendasikan dan sebaiknya di berikan sekali setahun. Vaksin pneumococcal polusaccharide direkomendasikan untuk pasien diatas 65 tahun. Penggunaan antibiotik tidak direkomendasikan kecuali untuk pengobatan eksaserbasi infeksius dan infeksi bakteri lainnya.6,9 Pengobatan lain Pasien dari segala tingkat keparahan akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan rehabilitasi. Peningkatan kondisi pasien bisa dilihat setelah melakukan program rehabilitasi pulmonari. Lama waktu minimum yang efektif untuk rehabilitasi adalah 6 minggu, semakin lama program semakin bagus buat pasien.1
  • 11. 11 Terapi oksigen dibedakan untuk PPOK derajat sedang dan berat. Pada PPOK derajat sedang oksigen hanya digunakan bila timbul sesak yang disebabkan pertambahan aktiviti. Pada PPOK derajat berat yang terapi oksigen di rumah pada waktu aktiviti atau terus menerus selama 15 jam terutama pada waktu tidur. Dosis oksigen tidak lebih dari 2 liter.1,6 Terapi pembedahan pada PPOK memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan dari LVRS (Lung Ventilation Reduction Surgery) dari pada terapi medis lainnya adalah lebih signifikan hasilnya pada pasien dengan empidema pada lobus bawah dan pada pasien dengan kapasitas aktifitas fisik rendah karena pengobatan. Pada beberapa pasien dengan PPOK sangat parah, transplatasi paru menunjukkan peningkatan kualitas hidup yang baik.1 Manajemen Eksaserbasi Eksaserbasi dari PPOK didefinisikan sebagai kejadian akut dengan karakteristik perburukan gejala respirasi yang biasanya lebih parah dari gejala normal dan biasanya akan merubah pengobatan.1 Menilai keparahan eksaserbasi secara garis besar ada 3 yang perlu dinilai yaitu pengukuran gas darah arterial, foto torak berguna untuk mengeleminasi diagnosis lain, dan pada elektrokardiograpi bisa membantu diagnosis masalah jantung pada eksaserbasi. Tes spirometrik tidak direkomendasikan selama eksaserbasi karena sulit dilakukan dan pengukurannya bisa tidak akurat.1 Manajemen eksaserbasi pada PPOK diberikan oksigen dengan target saturasi 88- 92%. Beta2-agonist kerja cepat dengan atau tanpa antikolinergik kerja cepat lebih dipilih
  • 12. 12 untuk pengobatan eksaserbasi. Kortikosteroid sistemik dapat meningkatkan fungsi paru FEV1 dan menurunkan resiko kekambuhan awal, kegagalan terapi dan lama dirumah sakit. Dosis sebesar 30-40 mg prednisolone setiap hari selama 10-14 hari direkomendasikan. Pemberian antibiotik harus diberikan kepada pasien dengan tiga gejala jantung: peningkatan dyspnea, peningkatan volume sputum, peningkatan purulence dari sputum, peningkatan purulence dari sputum dan gejala kardinal lain, dan membutuhkan ventilasi mekanikal.1,6 Terapi tambahan bergantung pada kondisi klinis dari pasien dan keseimbangan cairan dengan perhatian spesial pada pelaksanaan diuretik, antikoagulan, pengobatan komorbiditas, dan aspek nutrisional harus diperhatikan.1 RINGKASAN Menurut GOLD (Global Inisiative for Chronic Obstructive Lung Disease), PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah diobati dengan beberapa efek ekstrapulmonal yang signifikan berkontribusi terhadap tingkat keparahan penderita. Karakteristik pulmonal penyakit ini ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara tersebut biasanya bersifat progressif dan berhubungan dengan respon inflamasi pulmonal terhadap partikel atau gas berbahaya. Kebiasaan merokok merupakan penyebab kausal yang terpenting. Penghentian merokok mempunyai pengaruh besar untuk mempengaruhi riwayat dari PPOK. Kita sebagai dokter harus bisa membuat pasien untuk berhenti merokok.
  • 13. 13 Terapi farmakologis dilakukan untuk mengurangi gejala, mengurangi keparahan eksaserbasi dan meningkatkan status kesehatan. Setiap pengobatan harus spesifik terhadap setiap pasien, karena keparah dari gejala dan keparahan dari keterbatasan aliran udara dipengaruhi oleh banyak faktor seperti frekuensi keparahan eksaserbasi, adanya gagal nafas dan status kesehatan secara umum. Terapi farmakologisnya meliputi Kombinasi antara kortikosteroid inhalasi dengan bronkodilator , bronkodilator ,kortikosteroid inhalasi, Phosphodiesterase-4 inhibitors, Methylxalines dan kortikosteroid oral. Untuk manajemen eksaserbasi dapat dilakukan dengan oksigen, bronkodilator, kortikosteroid sistemik dan antibiotik. DAFTAR PUSTAKA 1. GOLD Inc. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention. [diakses 4 November 2011]. Di unduh dari URL: http://www.goldcopd.com/Guidelineitem .asp?l1=2&l2=1&intId=989 2. Mangunnegoro H, dkk. PPOK, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia: 2003. hal 1-56 3. Mathers CD, Loncar D (November 2006). "Projections of Global Mortality and Burden of Disease from 2002 to 2030". PLoS Med. 3 (11): e442:10.1371/journal.pmed.0030442 4. Elizabeth G. Nabel, M.D 2007 NHLBI Morbidity and Mortality Chart Book" (PDF). Retrieved 2008-06-06.
  • 14. 14 5. Mahler DA (2006). "Mechanisms and measurement of dyspnea in chronic obstructive pulmonary disease". Proceedings of the American Thoracic Society 3 (3): 234–8.doi:10.1513/pats.200509-103SF. PMID 16636091 6. Buist Sonia, et. All. Global Stategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of COPD. In : NHLBI/WHO Global Initiative for COPD Workshop Summary : 2006 7. Hanley ME. Chapter 2. The History & Physical Examination in Pulmonary Medicine. In: Hanley ME, Welsh CH, eds. CURRENT Diagnosis & Treatment in Pulmonary Medicine. New York: McGraw-Hill; 2003. http://www.accessmedicine.com/content.aspx?aID=575132 8. Elizabeth G. Nabel, M.D 2007 NHLBI Morbidity and Mortality Chart Book" (PDF). Retrieved 2008-06-06. 9. Tashkin D P, Cooper C B, The Role of Long-Acting Broncodilators in the Management of COPD: Chest 2004, Pp 249-259. 10. Singh J M et al, Corticosteroid Therapy for Patients With Acute Exacerbations of COPD, Review Article, Arch Intern Med/vol 162: Dec 2002, Pp 2527-2536.
  • 15. 15 Gambar 1. Patogenesis terjadinya PPOK6 Gambar 2. Perbandingan Spirometry Pasien PPOK dan Orang Normal2
  • 16. 16 Gambar 3. PPOK berdasarkan derajat dari terhambatnya aliran udara dengan spirometri7 Gambar 4. Panduan umum terapi PPOK berdasarkan keparahan penyakitnya.1