SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
ANALISA ALIRAN UDARA PADA F-DUCT SEBAGAI SALAH
SATU SISTEM TRANSFER FLUIDA MOBIL FORMULA 1
DISUSUN UNTUK MELENGKAPI TUGAS PERORANGAN MATA
KULIAH MEKANIKA FLUIDA DASAR
Disusun Oleh :
Nama : Putra Natalegawa
NPM : 1206314592
Departemen Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Indonesia
2012
1.1. Pendahuluan
F- Duct adalah salah satu system transfer fluida pada mobil balap F1. Sistem
ini pertama kali digunakan oleh tim balap Mc Laren. Kemudian disusul oleh tim
balap Ferrari, dan beberapa tim lain. Namun pada tahun 2011 system ini telah
dilarang karena dianggap membahayakan pengendara dan memungkinkan
merubah karakteristik aerodinamika mobil.
Sistem F-Duct ini sangat mudah dikenali dengan adanya corong berbentuk
corong berbentuk persegi pada body depan mobil. Sebetulnya itu adalah saluran
yang akan menyalurkan udara dari depan ke sayap belakang mobil.
Gambar 1.1. F-Duct Pada Mobil McLaren Mercedes
F-Duct pada tim balap McLaren dapat dikendalikan oleh pengemudi dengan
cara membuka atau menutup katup yang berada di kokpit. Di trek yang berkelok-
kelok katup dibuka sehingga angin yang menghantam sayap belakang menjadi
Lebih banyak, sehingga downforce menjadi lebih besar.
Gambar 1.2. Skema udara yang di alirkan F-Duct pada Spoiler Belakang
Ketika memasuki trek lurus maka katup ditutup sehingga sebagian udara
langsung keluar di belakang dan beban angin pada sayap belakang pun berkurang,
sehinggga Downforce yang timbul menjadi berkurang dan kecepatan mobil bisa
bertambah 5 -8 [Km/jam] di trek lurus. (http://otosport.otomotifnet.com)
Hal ini menarik untuk diperdalam, mengapa FIA (Fédération Internationale
de l'Automobile) sebuah organisasi yang menaungi balapan Formula 1, melarang
para peserta untuk menggunakan perangkat ini.
1.2. Latar Belakang
Awal tahun 2010 tim Mclaren Mercedes memperkenalkan sistem transfer
fluida ini, dan diikuti oleh Team pabrikan lain seperti Renault dan Ferrari. Sistem
ini bisa dikontrol dari cockpit oleh seorang driver. Seorang driver dapat
menentukan kapan posisi F-Duct ini menutup dan dibuka, hal tersebut bergantung
pada kondisi trek balapan dan tentunya insting dari pembalap itu sendiri.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa sistem kerja F-Duck ini
mempertimbangkan kecepatan mobil yang begitu besar. Rata-rata mobil Formula
1 memiliki Top Speed 310-325 [Km/Jam] bahkan, di tahun 2004 rata2 kecepatan
mobil F1 saat di trek adalah 315km/jam.
Namun di circuit tertentu seperti circuit Gilles-Villeneuve Kanada pernah
dicatat kecepatan maksimal mencapai 325km/jam, circuit Indianapolis top speed
nya 335 km/jam dan di sirkuit Monza Italia pada trek lurus top speed bisa
mencapai 360 km/jam. Pada tahun 2004 di Grand Prix Italia pembalap BMW
Williams F1 Antônio Pizzonia menorehkan record top speed 369.9 km/jam. Bisa
dibayangkan bahwa (http://sportscarforums.com)
Bisa dibayangkan betapa besarnya kecepatan fluida gas (udara) yang
ditabrak oleh sebuah mobil Formula 1. Dan bagaimana impact nya jika udara
tersebut tidak dialirkan dengan baik oleh bodi mobil dan beberapa ducting yang
ter-install pada mobil tersebut.
Gambar 1.3. Skema aliran udara pada mobil Formula 1
Maka dari itu, sangat perlu untuk di analisa mengapa penggunaan F-Duck
ditiadakan pada permulaan 2011. Dan sebenarnya seberapa pengaruh bahaya pada
mobil, berapa kecepatan udara yang membentur spoiler, bagaimana pemodelan
alirannya di dalam duckting, bagaimana dengan kecepatan aliran diluar ducting.
Tentunya semua elemen yang disebutkan diatas sangat berpengaruh pada mobil
formula 1. Karena satu hal dengan hal yang lain sangat berkaitan dan saling
mempengaruhi,
1.3. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam analisa ini antara lain :
 Berapa kecepatan udara yang dialirkan duck pada spoiler
 Berapa down force yang dihasilkan oleh aliran duck tersebut
 Analisa gaya drag pada spoiler mobil F1
1.4. Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam hal ini adalah :
 Aliran dari duct hanya ditinjau hingga ke spoiler
 Menggunakan asumsi pada beberapa besaran yang tidak diketahui
 Luasan aliran dianggap konstan sepanjang aliran duct
1.5. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan kali ini yaitu :
 Mengetahui kecepatan udara yang di alirkan duct
 Mengetahui down force yang dihasilkan oleh aliran duck
 Menarik kesimpulan apakah keputusan pelarangan penggunan duct tepat
oleh FIA
1.6. Dasar Teori
1.6.1. External Flow
1.6.1.1. Drag
Gaya Gaya fluida bisa sangat berperngaruh bahkan tidak
sama sekali pada sebuah objek. Contohnya gaya fluida memiliki
dampak kecil pada olahraga Tolak peluru. Mungkin karena
bobot bola peluru yang sebegitu besar yang berakibat gaya –
gaya fluida tidak terlalu berpengaruh padannya. Mari
bandingkan dengan olahraga lain seperti Badminton, Berenang,
Sepeda bahkan Mobil Formula 1 sekalipun. Tentunya gaya-gaya
fluida sangat jelas menjadi perhitungan, karena bisa jadi
memiliki impact yang besar untuk performa masing-masing
olahraga tersebut.
Gambar 1.4. Skema aliran drag pada sebuah permukaan
Persamaan Drag dapat diberikan sebagai berikut :
FD = U2
CD A p
(Bruce R Munson, Mekanika Fluida Jilid 2 Hal 157)
Dimana :
FD = Drag Force
CD = Drag Coefficient
U = Kecepatan Fluida
A = Luasan Kontak
p = Massa Jenis Fluida
1.6.1.2. Lift
Gaya Lift atau biasa disebut gaya angkat adalah gaya yang
mengangkat pesawat keatas yang terjadi karena tekanan dibawah
sayap lebih besar daripada tekanan diatas sayap.
Gaya angkat ini sebagian besar ditimbulkan pada sayap
pesawat terbang dan biasanya digunakan untuk melawan gaya
gravitasi bumi yang masih menarik pesawat tersebut ke arah
bawah.
Gaya angkat yang dalam hal ini dikhususkan pada gaya
angkat sayap dapat timbul jika suatu sayap pesawat terbang
bergerak di dalam suatu fluida yang dalam hal ini udara. Udara
yang mengalir melalui bagian atas sayap bergerak lebih cepat
daripada udara yang mengalir di bagian bawah sayap.Hal ini
menyebabkan tekanan yang terjadi pada bagian atas sayap lebih
rendah daripada tekanan yang terjadi di bagian bawah.
Perbedaan tekanan yang terjadi pada kedua permukaan
sayap itulah yang menyebabkan sayap mengalami gaya angkat
yang arahnya dari bagian bawah sayap ke bagian atas sayap.
Gaya angkat yang terjadi pada sebuah sayap pesawat
terbang prinsipnya akan lebih besar jika sayap yang akan
digunakan untuk menimbulkan gaya angkat tersebut lebih besar
pula.
Disamping itu dari hasil penelitian, gaya angkat tersebut
dipengaruhi pula oleh sudut yang dibuat oleh penampang sayap
dan besarnya berbanding lurus dengan kuadrat kecepatan fluida
yang mengalir di sekitar sayap tersebut. Secara mudahnya, gaya
angkat pesawat dapat dirumuskan sebagai berikut.
FL = U2
CL A p
(Bruce R Munson, Mekanika Fluida Jilid 2 Hal 180)
Dimana :
FL = Lift Force
CL = Lift Coefficient
U = Kecepatan Fluida
A = Luasan Kontak
p = Massa Jenis Fluida
Gambar 1.5. Skema Lift Force
1.6.2. Internal Flow
1.6.2.1. Aliran Turbulen
Kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilkan
aliran yang tidak laminar melainkan komplek, lintasan
gerak partikel saling tidak teratur antara satu dengan yang
lain. Sehingga didapatkan Ciri dari aliran turbulen yaitu :
 Tidak Adanya keteraturan dalam lintasan fluidanya
 Aliran banyak berampur
 Kecepatan fluda tinggi
 Panjang skala aliran besar
 Viskositas nya rendah
Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan oleh
terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran, yang
menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel
partikel cairan di seluruh penampang aliran. contoh aliran
turbulen lainnya yang mudah kita amati adalah asap rokok
yang mengalir naik keatas udara.
Gambar 1.6 Aliran Turbulen
1.6.2.2. Aliran Laminar
Aliran laminar adalah aliran partikel-partikel fluida
yang bergerak secara paralel (tidak saling memotong), atau
aliran berlapis. contohnya: aliran lambat dari cairan kental.
Perlu diingat: suatu aliran fluida (gas / cair) dapat berupa
aliran laminer atau turbulen ditentukan (dihitung)
berdasarkan angka Reynold (reynold number).
Contoh lagi: (keadaan tanpa ada angin yang berhembus
atau keadaan tenang) asap rokok yang mengalir naik keatas,
pada bagian dekat rokok berupa aliran laminer.
Gambar 1.7 Aliran Laminar
Untuk membedakan aliran apakah turbulen atau
laminer, terdapat suatu angka tidak bersatuan yang disebut
Angka Reynold (Reynolds Number). Angka ini dihitung
dengan persamaan sebagai berikut:
Re = (4 v R)/ϑ
Dimana:
Re = Angka Reynold (tanpa satuan)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
R = Jari-jari hydraulik (ft atau m)
ϑ = Viskositas kinematis, tersedia dalam tabel sifat-sifat
cairan (ft2/s atau m2/s
Menurut hasil percobaan oleh Reynold, apabila angka
Reynold kurang daripada 2000, aliran biasanya merupakan
aliran laminer. Apabila angka Reynold lebih besar daripada
4000, aliran biasanya adalah turbulen. Sedang antara 2000
dan 4000 aliran dapat laminer atau turbulen biasa disebut
aliran transisi.
Gambar 1.8 Aliran Transisi
1.6.3. Downforce
Downforce adalah gaya dorong ke bawah yang diciptakan
oleh aerodinamika karakteristik mobil formula 1. Tujuan dari
downforce adalah untuk memungkinkan mobil untuk melakukan
perjalanan lebih cepat melalui di tikungan dengan meningkatkan
gaya vertikal pada ban, sehingga menciptakan lebih pijakan pada
grib lintasan.
Gambar 1.9 Downforce
Persamaan Downforce adalah :
Dimana :
D = Downforce [N]
Ws = Wingspan [m]
H = High Of Wing [m]
= Angle Of Attack [o
]
F = Lift Force
p = Density Of air [Kg/m3
]
V = Velocity [m/s]
1.7. Pembahasan
1.7.1. Besar Aliran udara pada F-Duct
Kita ambil asusmsi kecepatan udara 20% nya kecepatan rata-rata
mobil yaitu :
Vudara = 310 [Km/Jam] x 20%
= 62 [Km/Jam]
Maka besarnya aliran jika kita asumsikan penampang duct :
a b
Jika penampang :
a. x1
x2
x1 = 20 [cm]
x2 = 12 [cm]
A1 = 240 [cm2
]
b. x3
x4
x1 = 10 [cm]
x2 = 8 [cm]
A2 = 80 [cm2
]
Kita gunakan pers. Kontinuitas :
Q1 =Q2
A1 V1 = A2 V2
0.24 .62 = 0.08 V2
Maka V2 = 186 [Km/jam] yang menghantam spoiler.
1.7.2. Besar Gaya Drag pada spoiler
Gambar 1.10 Gaya –gaya yang bekerja pada spoiler
Persamaan :
FD = U2
CD A p
Dengan Asumsi :
CdA = 7.2 [m2
]
pudara = 1.2 [Kg/m3
]
maka :
FD = 0.5 . 186 . 7.2 . 1.2
FD = 803.52 [N]
1.7.3. Gaya Lifting Pada Spoiler
Persamaan :
FL = U2
CLA p
Dengan Asumsi :
CLA = 10[m2
]
pudara = 1.2 [Kg/m3
]
maka :
FL = 0.5 . 186 . 10 .1.2
FL = 1116 [N]
Gambar 1.11 Besar gaya yang bekerja pada spoiler
1.7.4. Downforce
Untuk menghitung besarnya downforce diperlukan gaya lift yang
telah di hitung sebelumnya :
Gambar 1.12 Ukuran tinggi, panjang dan sudut kontak spoiler
D = 0.5 .(0.9 . 0.1 . 120) 1116 . 1.2 . 1862
D = 1345.09 [KN]
Jadi beberapa besaran telah diketahui seperti :
VDuct = 186 [Km/jam]
FD = 803.52 [N]
FL = 1116 [N]
D = 1345.09 [KN]
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan F-Duct tidak berbahaya
selama terjadi kondisi :
 Angle of attack tidak berubah secara tiba-tiba karena akan berpengaruh
pada nilai downforce.
 Posisi spoiler tidak berubah secara tiba- tiba karena akan berpengaruh
pada nilai force drag nya dan force lift nya.
1.8. Kesimpulan
Dari bahasan diatas kita bisa simpulkan bahwa :
 Angle of attack tidak berubah secara tiba-tiba karena akan berpengaruh
pada nilai downforce.
 Posisi spoiler tidak berubah secara tiba- tiba karena akan berpengaruh
pada nilai force drag nya dan force lift nya.
1.9. Daftar Pustaka
 http://otosport.otomotifnet.com
 http://www.racecar-engineering.com
 Bruce R Munson, Mekanika Fluida Jilid 2

More Related Content

Viewers also liked

Derechos de autor entrega
Derechos de autor entregaDerechos de autor entrega
Derechos de autor entregaCamilo Diaz
 
Дума и администрация о дорогах
Дума и администрация о дорогахДума и администрация о дорогах
Дума и администрация о дорогахОльга Бердецкая
 
Ke arah kesatuan gerakan islam fathi yakan
Ke arah kesatuan gerakan islam   fathi yakanKe arah kesatuan gerakan islam   fathi yakan
Ke arah kesatuan gerakan islam fathi yakanKammi Daerah Serang
 
Agile Tour Toulouse 2015 - Ekito
Agile Tour Toulouse 2015 - EkitoAgile Tour Toulouse 2015 - Ekito
Agile Tour Toulouse 2015 - EkitoAgile Toulouse
 
Chris Woolard, Ofcom, Preparing for change – what will drive future growth?
Chris Woolard, Ofcom, Preparing for change – what will drive future growth?Chris Woolard, Ofcom, Preparing for change – what will drive future growth?
Chris Woolard, Ofcom, Preparing for change – what will drive future growth?dcmsdigital
 
Rails 3: Dashing to the Finish
Rails 3: Dashing to the FinishRails 3: Dashing to the Finish
Rails 3: Dashing to the FinishYehuda Katz
 
From GNETS to Home School
From GNETS to Home SchoolFrom GNETS to Home School
From GNETS to Home Schooleeniarrol
 
Presentation biologi
Presentation biologiPresentation biologi
Presentation biologiZinat Tamami
 
Pertemuan ke 2 (perangkat keras)
Pertemuan ke 2 (perangkat keras)Pertemuan ke 2 (perangkat keras)
Pertemuan ke 2 (perangkat keras)Ahmad Muno
 
2.1.2 contoh pendekatan scientific pai pb sd
2.1.2 contoh pendekatan scientific pai pb sd2.1.2 contoh pendekatan scientific pai pb sd
2.1.2 contoh pendekatan scientific pai pb sdJulak Laraw
 
JSConf.it 2011: A Wondrous Experience of Sound, Light, and Code
JSConf.it 2011: A Wondrous Experience of Sound, Light, and CodeJSConf.it 2011: A Wondrous Experience of Sound, Light, and Code
JSConf.it 2011: A Wondrous Experience of Sound, Light, and CodeJohannes Fahrenkrug
 

Viewers also liked (19)

Social networks
Social networksSocial networks
Social networks
 
Derechos de autor entrega
Derechos de autor entregaDerechos de autor entrega
Derechos de autor entrega
 
Print ad porto
Print ad portoPrint ad porto
Print ad porto
 
Дума и администрация о дорогах
Дума и администрация о дорогахДума и администрация о дорогах
Дума и администрация о дорогах
 
Ke arah kesatuan gerakan islam fathi yakan
Ke arah kesatuan gerakan islam   fathi yakanKe arah kesatuan gerakan islam   fathi yakan
Ke arah kesatuan gerakan islam fathi yakan
 
Agile Tour Toulouse 2015 - Ekito
Agile Tour Toulouse 2015 - EkitoAgile Tour Toulouse 2015 - Ekito
Agile Tour Toulouse 2015 - Ekito
 
Replik tergugat-i-done
Replik tergugat-i-doneReplik tergugat-i-done
Replik tergugat-i-done
 
Chris Woolard, Ofcom, Preparing for change – what will drive future growth?
Chris Woolard, Ofcom, Preparing for change – what will drive future growth?Chris Woolard, Ofcom, Preparing for change – what will drive future growth?
Chris Woolard, Ofcom, Preparing for change – what will drive future growth?
 
Rails 3: Dashing to the Finish
Rails 3: Dashing to the FinishRails 3: Dashing to the Finish
Rails 3: Dashing to the Finish
 
PKL_Report body
PKL_Report bodyPKL_Report body
PKL_Report body
 
Tec16grupo9 ide9610177 anexos1
Tec16grupo9 ide9610177 anexos1Tec16grupo9 ide9610177 anexos1
Tec16grupo9 ide9610177 anexos1
 
From GNETS to Home School
From GNETS to Home SchoolFrom GNETS to Home School
From GNETS to Home School
 
Platyhelmithes
PlatyhelmithesPlatyhelmithes
Platyhelmithes
 
Presentation biologi
Presentation biologiPresentation biologi
Presentation biologi
 
Pertemuan ke 2 (perangkat keras)
Pertemuan ke 2 (perangkat keras)Pertemuan ke 2 (perangkat keras)
Pertemuan ke 2 (perangkat keras)
 
2.1.2 contoh pendekatan scientific pai pb sd
2.1.2 contoh pendekatan scientific pai pb sd2.1.2 contoh pendekatan scientific pai pb sd
2.1.2 contoh pendekatan scientific pai pb sd
 
JSConf.it 2011: A Wondrous Experience of Sound, Light, and Code
JSConf.it 2011: A Wondrous Experience of Sound, Light, and CodeJSConf.it 2011: A Wondrous Experience of Sound, Light, and Code
JSConf.it 2011: A Wondrous Experience of Sound, Light, and Code
 
Sistemas visuais do cotidiano - Etec
Sistemas visuais do cotidiano - EtecSistemas visuais do cotidiano - Etec
Sistemas visuais do cotidiano - Etec
 
President's List Honors
President's List Honors President's List Honors
President's List Honors
 

Similar to Tugas Besar Mekanika Fluida Putra Natalegawa 1206314592

Makalah mekanika fluida_animasi_streamli
Makalah mekanika fluida_animasi_streamliMakalah mekanika fluida_animasi_streamli
Makalah mekanika fluida_animasi_streamlinikmatus yusrilia
 
Assignment : Paper Aerodynamic Test
Assignment : Paper Aerodynamic TestAssignment : Paper Aerodynamic Test
Assignment : Paper Aerodynamic TestAushafNurIlham
 
Gaya angkat pesawat dan bernaulli
Gaya angkat pesawat dan bernaulliGaya angkat pesawat dan bernaulli
Gaya angkat pesawat dan bernaulliSagita Bagoes
 
Makalah fisika pesawat
Makalah fisika pesawatMakalah fisika pesawat
Makalah fisika pesawathaqiemisme
 
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdfsistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdfTriHutagalung2
 
Forces in structures and machines
Forces in structures and machinesForces in structures and machines
Forces in structures and machinesLana Ika Indriani
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatikArya Shandy
 
Sistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikSistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikIndo Permana
 
Sistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikSistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikIrwan Dony
 

Similar to Tugas Besar Mekanika Fluida Putra Natalegawa 1206314592 (13)

Makalah mekanika fluida_animasi_streamli
Makalah mekanika fluida_animasi_streamliMakalah mekanika fluida_animasi_streamli
Makalah mekanika fluida_animasi_streamli
 
Modul aerodynamics Raka
Modul aerodynamics RakaModul aerodynamics Raka
Modul aerodynamics Raka
 
Assignment : Paper Aerodynamic Test
Assignment : Paper Aerodynamic TestAssignment : Paper Aerodynamic Test
Assignment : Paper Aerodynamic Test
 
Group3 aero 100%
Group3 aero 100%Group3 aero 100%
Group3 aero 100%
 
Gaya angkat pesawat dan bernaulli
Gaya angkat pesawat dan bernaulliGaya angkat pesawat dan bernaulli
Gaya angkat pesawat dan bernaulli
 
Makalah fisika pesawat
Makalah fisika pesawatMakalah fisika pesawat
Makalah fisika pesawat
 
SISTEM HIDROLIK
SISTEM HIDROLIKSISTEM HIDROLIK
SISTEM HIDROLIK
 
Airport
AirportAirport
Airport
 
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdfsistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
sistempneumatiknhidrolik-141024223821-conversion-gate02.pdf
 
Forces in structures and machines
Forces in structures and machinesForces in structures and machines
Forces in structures and machines
 
Sistem pneumatik
Sistem pneumatikSistem pneumatik
Sistem pneumatik
 
Sistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikSistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolik
 
Sistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolikSistem pneumatik n' hidrolik
Sistem pneumatik n' hidrolik
 

Recently uploaded

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024budimoko2
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfCloverash1
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 

Recently uploaded (20)

Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
Petunjuk Teknis Aplikasi Pelaksanaan OSNK 2024
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdfKelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
Kelompok 1_Karakteristik negara jepang.pdf
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 

Tugas Besar Mekanika Fluida Putra Natalegawa 1206314592

  • 1. ANALISA ALIRAN UDARA PADA F-DUCT SEBAGAI SALAH SATU SISTEM TRANSFER FLUIDA MOBIL FORMULA 1 DISUSUN UNTUK MELENGKAPI TUGAS PERORANGAN MATA KULIAH MEKANIKA FLUIDA DASAR Disusun Oleh : Nama : Putra Natalegawa NPM : 1206314592 Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012
  • 2. 1.1. Pendahuluan F- Duct adalah salah satu system transfer fluida pada mobil balap F1. Sistem ini pertama kali digunakan oleh tim balap Mc Laren. Kemudian disusul oleh tim balap Ferrari, dan beberapa tim lain. Namun pada tahun 2011 system ini telah dilarang karena dianggap membahayakan pengendara dan memungkinkan merubah karakteristik aerodinamika mobil. Sistem F-Duct ini sangat mudah dikenali dengan adanya corong berbentuk corong berbentuk persegi pada body depan mobil. Sebetulnya itu adalah saluran yang akan menyalurkan udara dari depan ke sayap belakang mobil. Gambar 1.1. F-Duct Pada Mobil McLaren Mercedes F-Duct pada tim balap McLaren dapat dikendalikan oleh pengemudi dengan cara membuka atau menutup katup yang berada di kokpit. Di trek yang berkelok- kelok katup dibuka sehingga angin yang menghantam sayap belakang menjadi Lebih banyak, sehingga downforce menjadi lebih besar. Gambar 1.2. Skema udara yang di alirkan F-Duct pada Spoiler Belakang Ketika memasuki trek lurus maka katup ditutup sehingga sebagian udara langsung keluar di belakang dan beban angin pada sayap belakang pun berkurang, sehinggga Downforce yang timbul menjadi berkurang dan kecepatan mobil bisa bertambah 5 -8 [Km/jam] di trek lurus. (http://otosport.otomotifnet.com) Hal ini menarik untuk diperdalam, mengapa FIA (Fédération Internationale de l'Automobile) sebuah organisasi yang menaungi balapan Formula 1, melarang para peserta untuk menggunakan perangkat ini.
  • 3. 1.2. Latar Belakang Awal tahun 2010 tim Mclaren Mercedes memperkenalkan sistem transfer fluida ini, dan diikuti oleh Team pabrikan lain seperti Renault dan Ferrari. Sistem ini bisa dikontrol dari cockpit oleh seorang driver. Seorang driver dapat menentukan kapan posisi F-Duct ini menutup dan dibuka, hal tersebut bergantung pada kondisi trek balapan dan tentunya insting dari pembalap itu sendiri. Seperti yang telah dijelaskan bahwa sistem kerja F-Duck ini mempertimbangkan kecepatan mobil yang begitu besar. Rata-rata mobil Formula 1 memiliki Top Speed 310-325 [Km/Jam] bahkan, di tahun 2004 rata2 kecepatan mobil F1 saat di trek adalah 315km/jam. Namun di circuit tertentu seperti circuit Gilles-Villeneuve Kanada pernah dicatat kecepatan maksimal mencapai 325km/jam, circuit Indianapolis top speed nya 335 km/jam dan di sirkuit Monza Italia pada trek lurus top speed bisa mencapai 360 km/jam. Pada tahun 2004 di Grand Prix Italia pembalap BMW Williams F1 Antônio Pizzonia menorehkan record top speed 369.9 km/jam. Bisa dibayangkan bahwa (http://sportscarforums.com) Bisa dibayangkan betapa besarnya kecepatan fluida gas (udara) yang ditabrak oleh sebuah mobil Formula 1. Dan bagaimana impact nya jika udara tersebut tidak dialirkan dengan baik oleh bodi mobil dan beberapa ducting yang ter-install pada mobil tersebut. Gambar 1.3. Skema aliran udara pada mobil Formula 1 Maka dari itu, sangat perlu untuk di analisa mengapa penggunaan F-Duck ditiadakan pada permulaan 2011. Dan sebenarnya seberapa pengaruh bahaya pada mobil, berapa kecepatan udara yang membentur spoiler, bagaimana pemodelan alirannya di dalam duckting, bagaimana dengan kecepatan aliran diluar ducting. Tentunya semua elemen yang disebutkan diatas sangat berpengaruh pada mobil formula 1. Karena satu hal dengan hal yang lain sangat berkaitan dan saling mempengaruhi,
  • 4. 1.3. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam analisa ini antara lain :  Berapa kecepatan udara yang dialirkan duck pada spoiler  Berapa down force yang dihasilkan oleh aliran duck tersebut  Analisa gaya drag pada spoiler mobil F1 1.4. Pembatasan Masalah Batasan masalah dalam hal ini adalah :  Aliran dari duct hanya ditinjau hingga ke spoiler  Menggunakan asumsi pada beberapa besaran yang tidak diketahui  Luasan aliran dianggap konstan sepanjang aliran duct 1.5. Tujuan Adapun tujuan dari pembahasan kali ini yaitu :  Mengetahui kecepatan udara yang di alirkan duct  Mengetahui down force yang dihasilkan oleh aliran duck  Menarik kesimpulan apakah keputusan pelarangan penggunan duct tepat oleh FIA 1.6. Dasar Teori 1.6.1. External Flow 1.6.1.1. Drag Gaya Gaya fluida bisa sangat berperngaruh bahkan tidak sama sekali pada sebuah objek. Contohnya gaya fluida memiliki dampak kecil pada olahraga Tolak peluru. Mungkin karena bobot bola peluru yang sebegitu besar yang berakibat gaya – gaya fluida tidak terlalu berpengaruh padannya. Mari bandingkan dengan olahraga lain seperti Badminton, Berenang, Sepeda bahkan Mobil Formula 1 sekalipun. Tentunya gaya-gaya fluida sangat jelas menjadi perhitungan, karena bisa jadi memiliki impact yang besar untuk performa masing-masing olahraga tersebut.
  • 5. Gambar 1.4. Skema aliran drag pada sebuah permukaan Persamaan Drag dapat diberikan sebagai berikut : FD = U2 CD A p (Bruce R Munson, Mekanika Fluida Jilid 2 Hal 157) Dimana : FD = Drag Force CD = Drag Coefficient U = Kecepatan Fluida A = Luasan Kontak p = Massa Jenis Fluida 1.6.1.2. Lift Gaya Lift atau biasa disebut gaya angkat adalah gaya yang mengangkat pesawat keatas yang terjadi karena tekanan dibawah sayap lebih besar daripada tekanan diatas sayap. Gaya angkat ini sebagian besar ditimbulkan pada sayap pesawat terbang dan biasanya digunakan untuk melawan gaya gravitasi bumi yang masih menarik pesawat tersebut ke arah bawah. Gaya angkat yang dalam hal ini dikhususkan pada gaya angkat sayap dapat timbul jika suatu sayap pesawat terbang bergerak di dalam suatu fluida yang dalam hal ini udara. Udara yang mengalir melalui bagian atas sayap bergerak lebih cepat daripada udara yang mengalir di bagian bawah sayap.Hal ini
  • 6. menyebabkan tekanan yang terjadi pada bagian atas sayap lebih rendah daripada tekanan yang terjadi di bagian bawah. Perbedaan tekanan yang terjadi pada kedua permukaan sayap itulah yang menyebabkan sayap mengalami gaya angkat yang arahnya dari bagian bawah sayap ke bagian atas sayap. Gaya angkat yang terjadi pada sebuah sayap pesawat terbang prinsipnya akan lebih besar jika sayap yang akan digunakan untuk menimbulkan gaya angkat tersebut lebih besar pula. Disamping itu dari hasil penelitian, gaya angkat tersebut dipengaruhi pula oleh sudut yang dibuat oleh penampang sayap dan besarnya berbanding lurus dengan kuadrat kecepatan fluida yang mengalir di sekitar sayap tersebut. Secara mudahnya, gaya angkat pesawat dapat dirumuskan sebagai berikut. FL = U2 CL A p (Bruce R Munson, Mekanika Fluida Jilid 2 Hal 180) Dimana : FL = Lift Force CL = Lift Coefficient U = Kecepatan Fluida A = Luasan Kontak p = Massa Jenis Fluida Gambar 1.5. Skema Lift Force
  • 7. 1.6.2. Internal Flow 1.6.2.1. Aliran Turbulen Kecepatan aliran yang relatif besar akan menghasilkan aliran yang tidak laminar melainkan komplek, lintasan gerak partikel saling tidak teratur antara satu dengan yang lain. Sehingga didapatkan Ciri dari aliran turbulen yaitu :  Tidak Adanya keteraturan dalam lintasan fluidanya  Aliran banyak berampur  Kecepatan fluda tinggi  Panjang skala aliran besar  Viskositas nya rendah Karakteristik aliran turbulen ditunjukkan oleh terbentuknya pusaran-pusaran dalam aliran, yang menghasilkan percampuran terus menerus antara partikel partikel cairan di seluruh penampang aliran. contoh aliran turbulen lainnya yang mudah kita amati adalah asap rokok yang mengalir naik keatas udara. Gambar 1.6 Aliran Turbulen 1.6.2.2. Aliran Laminar Aliran laminar adalah aliran partikel-partikel fluida yang bergerak secara paralel (tidak saling memotong), atau aliran berlapis. contohnya: aliran lambat dari cairan kental. Perlu diingat: suatu aliran fluida (gas / cair) dapat berupa aliran laminer atau turbulen ditentukan (dihitung) berdasarkan angka Reynold (reynold number). Contoh lagi: (keadaan tanpa ada angin yang berhembus atau keadaan tenang) asap rokok yang mengalir naik keatas, pada bagian dekat rokok berupa aliran laminer. Gambar 1.7 Aliran Laminar
  • 8. Untuk membedakan aliran apakah turbulen atau laminer, terdapat suatu angka tidak bersatuan yang disebut Angka Reynold (Reynolds Number). Angka ini dihitung dengan persamaan sebagai berikut: Re = (4 v R)/ϑ Dimana: Re = Angka Reynold (tanpa satuan) V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s) R = Jari-jari hydraulik (ft atau m) ϑ = Viskositas kinematis, tersedia dalam tabel sifat-sifat cairan (ft2/s atau m2/s Menurut hasil percobaan oleh Reynold, apabila angka Reynold kurang daripada 2000, aliran biasanya merupakan aliran laminer. Apabila angka Reynold lebih besar daripada 4000, aliran biasanya adalah turbulen. Sedang antara 2000 dan 4000 aliran dapat laminer atau turbulen biasa disebut aliran transisi. Gambar 1.8 Aliran Transisi 1.6.3. Downforce Downforce adalah gaya dorong ke bawah yang diciptakan oleh aerodinamika karakteristik mobil formula 1. Tujuan dari downforce adalah untuk memungkinkan mobil untuk melakukan perjalanan lebih cepat melalui di tikungan dengan meningkatkan gaya vertikal pada ban, sehingga menciptakan lebih pijakan pada grib lintasan.
  • 9. Gambar 1.9 Downforce Persamaan Downforce adalah : Dimana : D = Downforce [N] Ws = Wingspan [m] H = High Of Wing [m] = Angle Of Attack [o ] F = Lift Force p = Density Of air [Kg/m3 ] V = Velocity [m/s]
  • 10. 1.7. Pembahasan 1.7.1. Besar Aliran udara pada F-Duct Kita ambil asusmsi kecepatan udara 20% nya kecepatan rata-rata mobil yaitu : Vudara = 310 [Km/Jam] x 20% = 62 [Km/Jam] Maka besarnya aliran jika kita asumsikan penampang duct : a b Jika penampang : a. x1 x2 x1 = 20 [cm] x2 = 12 [cm] A1 = 240 [cm2 ] b. x3 x4 x1 = 10 [cm] x2 = 8 [cm] A2 = 80 [cm2 ]
  • 11. Kita gunakan pers. Kontinuitas : Q1 =Q2 A1 V1 = A2 V2 0.24 .62 = 0.08 V2 Maka V2 = 186 [Km/jam] yang menghantam spoiler. 1.7.2. Besar Gaya Drag pada spoiler Gambar 1.10 Gaya –gaya yang bekerja pada spoiler Persamaan : FD = U2 CD A p Dengan Asumsi : CdA = 7.2 [m2 ] pudara = 1.2 [Kg/m3 ] maka : FD = 0.5 . 186 . 7.2 . 1.2 FD = 803.52 [N]
  • 12. 1.7.3. Gaya Lifting Pada Spoiler Persamaan : FL = U2 CLA p Dengan Asumsi : CLA = 10[m2 ] pudara = 1.2 [Kg/m3 ] maka : FL = 0.5 . 186 . 10 .1.2 FL = 1116 [N] Gambar 1.11 Besar gaya yang bekerja pada spoiler 1.7.4. Downforce Untuk menghitung besarnya downforce diperlukan gaya lift yang telah di hitung sebelumnya :
  • 13. Gambar 1.12 Ukuran tinggi, panjang dan sudut kontak spoiler D = 0.5 .(0.9 . 0.1 . 120) 1116 . 1.2 . 1862 D = 1345.09 [KN] Jadi beberapa besaran telah diketahui seperti : VDuct = 186 [Km/jam] FD = 803.52 [N] FL = 1116 [N] D = 1345.09 [KN] Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan F-Duct tidak berbahaya selama terjadi kondisi :  Angle of attack tidak berubah secara tiba-tiba karena akan berpengaruh pada nilai downforce.  Posisi spoiler tidak berubah secara tiba- tiba karena akan berpengaruh pada nilai force drag nya dan force lift nya.
  • 14. 1.8. Kesimpulan Dari bahasan diatas kita bisa simpulkan bahwa :  Angle of attack tidak berubah secara tiba-tiba karena akan berpengaruh pada nilai downforce.  Posisi spoiler tidak berubah secara tiba- tiba karena akan berpengaruh pada nilai force drag nya dan force lift nya. 1.9. Daftar Pustaka  http://otosport.otomotifnet.com  http://www.racecar-engineering.com  Bruce R Munson, Mekanika Fluida Jilid 2