SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
Download to read offline
join facebook.com/suryaonline
hal
2
DIGITAL NEWSPAPER
edisi pagisurabaya.tribunnews.com surya.co.id | KAMIS, 20 JUNI 2013 | Terbit 2 halaman
Spirit Baru Jawa Timur
follow @portalsurya
Jalur
Tikus PTN
SURYA Online - Surabaya memang
kota yang indah dengan banyaknya
taman-taman kota dimana-mana.
Ketika Tri Rsimaharini menjadi Kepala
Dinas Pertamanan Kota Surabaya,
prestasi yang dibuatnya harus diakui
memang begitu moncer dan pantas
mendapat penghargaan menjadi Wali
Kota Surabaya.
Berbagai keindahan terlihat disudut-
sudut Kota Surabaya dengan keberada-
an taman-taman yang dihiasi dengan
air mancur dan arena permainan anak-
anak yang menciptakan kesejukan bagi
warga Surabaya atau yang melintasi.
Juga menjadi tempat rekreasi murah
dan sehat.
Belum lagi trotoar-trotoar yang
tertata rapi dengan warna-warna yang
memberikan kesejukan. Membuat Kota
Surabaya benar-benar layak mendapat
Adipura Kencana.
Namun justru setelah Tri Rismaha-
rini menjadi Wali Kota, keberadaan
taman-taman kota itu sepertinya
putus misinya menjadi lahan udara
segar, tempat rekreasi yang sehat
dan menjadikan pesona keindahan
kota, karena ketika malam beranjak,
terutama Sabtu-Minggu, fungsi taman-
taman kota ternyata banyak berubah
menjadi tempat kencan yang aman.
Tengok saja yang ada di Taman
Bungkul, Taman Air Mancur Pelangi di
Bundaran Dolog dan Taman Prestasi,
pemandangan menjadi berubah de-
ngan sosok-sosok muda-mudi, laki-laki
dan perempuan yang berduaan dengan
mesra. Bahkan, maaf, tanpa malu-
malu dilihat banyak orang yang lalu
lintas di sekitarnya, mereka melaku-
kan hal-hal yang tidak pantas.
Kadang memang ada mobil polisi
di sekitaran taman tersebut, tetapi
toh keberadaan dua-duaan insan yang
dimabuk nafsu tersebut, tidak terusik.
Seorang teman dari Sidoarjo meng-
aku, taman-taman kota di Surabaya
Taman
Kotaku...
Nasibmu
Kini
adalah tempat kencan yang aman dan
murah karena hanya bayar parkir Rp
3.000 sampai Rp 5.000, tetapi bebas
dalam arti yang negatif.
Sebagai warga Surabaya, tentu semua
sepakat program taman kota terus
ditingkatkan tetapi sebagai orang tua
tentu sangat berharap kesinambungan
program taman kota ini benar-benar di
jaga dengan baik dan positif. Artinya,
pengamanan dan pemeliharaan taman
kota dari tindakan-tindakan yang tidak
baik, terutama oleh anak-anak muda
generasi penerus bangsa ini yang berlaku
negatif, harus dicegah.
Tentu sangat tidak sulit untuk
melakukan hal itu sebenarnya, karena
keberadaan Satpol PP yang kini ada
disetiap kelurahan dan kecamatan dapat
dioptimalkan untuk mengemban tugas
tersebut. Asal, jangan pula petugas itu
justru memanfaatkan untuk mengeruk
keuntungan dengan menarik tips
pengunjung agar bebas berlaku seperti
yang tidak kita harapkan.
Karena sungguh sangat malu ketika
kita dengan anak-anak melintas di
taman-taman kota kemudian melihat pe-
mandangan yang tidak pantas tersebut.
Apakah yang harus kita katakan kepada
anak-anak kita? Sebegitu rusakkah moral
bangsa ini? Dan itu seharusnya juga
menjadi salah satu tanggungjawab dari
pemerintah untuk melakukan pence-
gahan dan pembinaan akhlak dan moral
terhadap warganya.
Selain taman kota, keberadaan infra-
struktur yang sepertinya mulai tidak ter-
pelihara adalah kondisi jalan-jalan yang
sudah mulai banyak yang tidak terawat
dengan baik, karena banyak lobang-
lobang yang membahayakan pengguna
jalan. Paving-paving jalan yang dulunya
membuat kampung-kampung di Surabaya
tertata rapi dan bersih, kini sudah mulai
rusak dan tidak mendapat kesinambung-
an pemeliharaan.
Gresik yang nampak melakukan copy
paste dengan keberhasilan Surabaya
menata kota, justru kini lebih giat
memperbaiki jalan-jalan di kampung-
kampung, Di Kecamatan Menganti,
Hulaan, setiap jalan kampung dipaving
begitu rapi dan bersih. Mengapa
Surabaya yang mempelopori justru
meluntur semangatnya? Semoga Wali
Kota Surabaya Tri Rismaharini kembali
meremainding program-program yang
sukses mengantarkannya menjadi
orang nomor satu di Surabaya pe-
rempuan pertama. Sukses Bu Risma.
(wahjoe harjanto)
join facebook.com/suryaonline follow @portalsurya
KAMIS, 20 JUNI 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com2
SURYA Online - Masa depan pendidikan
bangsa kita nampaknya sudah sangat
memprihatinkan, bukan hanya biaya
yang mahal tetapi juga banyak jalan
tikus yang mudah dipermainkan dengan
berbagai cara, untuk masuk Perguruan
Tinggi Negeri (PTN).
Rakyat dicekoki dengan berbagai
sistem penerimaan mahasiswa yang
sulit dimengerti dengan buaian slogan-
slogan membantu yang miskin dan yang
pintar, tetapi realitanya sistem itu
tidak terbuka sama sekali sehingga sulit
dimengerti, apakah yang diterima PTN
itu benar-benar miskin dan atau pintar.
Sekedar perbandingan, Tahun 80-an
(jaman sistem Perintis), ternyata sistem
penerimaan mahasiswa tidak lebih jelek
dari yang sekarang. Disamping biaya
kuliah yang murah juga kriterianya
lebih masuk akal.
Yang didaftarkan dan berhak masuk
jalur undangan (Perintis II) adalah siswa
yang mempunyai prestasi ranking 1-5
ada juga yang sampai ranking 10 saja
(berdasar nilai rapor kelas 1-3 SMA)
di sekolahnya, sedang yang lain harus
masuk melalui jalur tes (Perintis I dan III).
Alhasil, yang berhak masuk jalur Perintis
II atau undangan (sekarang) adalah benar-
benar siswa yang berprestasi.
Yang sekarang ini, semua bisa didaf-
tarkan masuk jalur undangan dengan
kriteria yang lebih terbuka (hanya
nilai), sehingga siswa yang rangkingnya
jauh pun juga berhak masuk jalur
undangan.
Dengan sistem baru sekarang ini,
ternyata belum tentu anak yang
berprestasi lebih tinggi dijamin masuk
jalur undangan. Kondisi ini terbukti di
salah satu sekolah ternama dan prestasi
di Surabaya, yang mempunyai rangking
tinggi justru tidak diterima, sementara
rangking yang jauh, misalkan rangking
27, justru bisa masuk PTN.
“Ini sudah tidak realistis, disamping
kriteria jalur undangan itu tidak
transparan juga ternyata banyak anak
dosen, anak pejabat serta anak orang
kaya yang masuk jalur undangan dan
diterima. Padahal jelas prestasinya
jauh dari anak saya,” ujar salah seorang
orang tua yang kecewa dengan sistem
jalur undangan.
Kekecewaan itu bisa dimaklumi
dan sangat masuk akal, karena kalau
ditelaah lebih dalam, buktinya sistem
yang tidak dimengerti rakyat banyak
itu mempunyai banyak celah yang bisa
dipermainkan, paling tidak menjadi
tanda tanya rakyat yang mendaftar
masuk PTN.
Apalagi sistem penerimaan itu (jalur
undangan) kini wewenang dari PTN
lokal yang bersangkutan sangat besar,
sehingga sangat memungkinkan celah
kecurangan itu terjadi.
Pertama, kecurangan yang sangat
mungkin terjadi adalah dalam mema-
sukkan siswa ke dalam jalur undangan
dari sekolah SMA-nya, yang kedua di
perguruan tingginya, karena proses
penerimaan tergantung dalam perguru-
an tinggi setempat.
Analoginya, jaman Perintis II, sekolah
hanya bisa mendaftarkan siswa pilihan
(siswa ranking 1-5 atau sampai 10) un-
tuk di daftarkan ke sistem penerimaan
pusat. Pusatlah nanti yang merangking
sesuai dengan PTN yang dituju calon
mahasiswa.
Apalagi penerimaan jalur undangan
ini mempunyai porsi yang lebih besar
dari jalur Seleksi Bersama Masuk Pergu-
ruan Tinggi Negeri (SBMPTN), yakni 50
persen. Sementara jalur SBMPTN hanya
berkitas 15-30 persen. Yang tidak masuk
akal lagi adalah adanya jalur Mandiri,
dimana jalur ini sangat memungkinkan
sekali hanya anak orang yang punya
uang atau anak pejabat saja, yang bisa
masuk PTN. Ini sungguh sangat tidak
adil bagi warga negara yang mempunyai
prestasi sekolah, apalagi anak orang
yang tidak mampu.
Alangkah baiknya, sistem penerimaan
jalur undangan ini dikoreksi dan jika
ingin lebih baik dari Perintis II, perlu
transparan karena dengan menggunakan
teknologi informasi yang berkembang
pesat sekarang ini, semua itu sangat
memungkinkan.
Contohnya adalah sistem penerimaan
siswa baru SMP dan SMA di Surabaya yang
melalui online. Dengan sistem online,
akan terlihat sangat transparan, siswa
yang diterima adalah siswa yang memiliki
nilai tertinggi. Dan yang nilai lebih rendah
bisa terdelete dengan sendirinya jika ada
nilai yang lebih tinggi.
Saran yang terakhir adalah pengha-
pusan jalur Mandiri karena ini sungguh
tidak mencerminkan amanah UUD
1945, dimana mencerdaskan kehidupan
bangsa adalah tanggugjawab pemerin-
tah dan bukan hanya milik anak orang
kaya saja. (wahjoe harjanto)
JALUR TIKUS PTN

More Related Content

Similar to Jalur Tikus PTN

7 tik bab 2 ok
7 tik bab 2 ok7 tik bab 2 ok
7 tik bab 2 okjuragan
 
Contoh analisis kebijakan penataan copy
Contoh analisis kebijakan penataan copyContoh analisis kebijakan penataan copy
Contoh analisis kebijakan penataan copynurul khaiva
 
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus DemografiKajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografidaldukpapua
 
Aksi Nyata Transisi PAUD SD 1 (wecompress.com).pptx
Aksi Nyata Transisi PAUD SD 1 (wecompress.com).pptxAksi Nyata Transisi PAUD SD 1 (wecompress.com).pptx
Aksi Nyata Transisi PAUD SD 1 (wecompress.com).pptxRIlyasRuhiyat
 
Pengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdf
Pengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdfPengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdf
Pengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdfAmaliaTriUtami2
 
Studi kelayakan ppdb online pemerintah kabupaten sukoharjo
Studi kelayakan ppdb online pemerintah kabupaten sukoharjoStudi kelayakan ppdb online pemerintah kabupaten sukoharjo
Studi kelayakan ppdb online pemerintah kabupaten sukoharjoCahya Adhi
 
Full - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5
Full  - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5Full  - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5
Full - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5Fajar Baskoro
 
Makalah SIM Sistem Informasi Manajemen
Makalah SIM Sistem Informasi ManajemenMakalah SIM Sistem Informasi Manajemen
Makalah SIM Sistem Informasi ManajemenMuhammad Idris
 
Eri widiawati
Eri widiawatiEri widiawati
Eri widiawatirohis
 
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0LSP3I
 
Naskah akademik CC PENS
Naskah akademik CC PENSNaskah akademik CC PENS
Naskah akademik CC PENSPVB Jatim
 
Seminar artikel one guru belajar internet
Seminar artikel one guru belajar internetSeminar artikel one guru belajar internet
Seminar artikel one guru belajar internetIwan Sumantri
 
Analisis m1 kb1
Analisis m1 kb1Analisis m1 kb1
Analisis m1 kb1ibrahim056
 
contoh proposal meubiler
contoh proposal meubilercontoh proposal meubiler
contoh proposal meubilerFarha Purple
 

Similar to Jalur Tikus PTN (20)

7 tik bab 2 ok
7 tik bab 2 ok7 tik bab 2 ok
7 tik bab 2 ok
 
Tugas niam lb12
Tugas niam lb12Tugas niam lb12
Tugas niam lb12
 
Contoh analisis kebijakan penataan copy
Contoh analisis kebijakan penataan copyContoh analisis kebijakan penataan copy
Contoh analisis kebijakan penataan copy
 
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus DemografiKajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
Kajian Pendidikan Menyongsong Bonus Demografi
 
PKM-GT
PKM-GTPKM-GT
PKM-GT
 
Aksi Nyata Transisi PAUD SD 1 (wecompress.com).pptx
Aksi Nyata Transisi PAUD SD 1 (wecompress.com).pptxAksi Nyata Transisi PAUD SD 1 (wecompress.com).pptx
Aksi Nyata Transisi PAUD SD 1 (wecompress.com).pptx
 
Pengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdf
Pengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdfPengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdf
Pengabdian Masyarakat tentang Sampah 5.pdf
 
Studi kelayakan ppdb online pemerintah kabupaten sukoharjo
Studi kelayakan ppdb online pemerintah kabupaten sukoharjoStudi kelayakan ppdb online pemerintah kabupaten sukoharjo
Studi kelayakan ppdb online pemerintah kabupaten sukoharjo
 
Full - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5
Full  - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5Full  - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5
Full - buku zonasi-- nov 2018 a5 cs5
 
Makalah SIM Sistem Informasi Manajemen
Makalah SIM Sistem Informasi ManajemenMakalah SIM Sistem Informasi Manajemen
Makalah SIM Sistem Informasi Manajemen
 
Ke60 d7~1
Ke60 d7~1Ke60 d7~1
Ke60 d7~1
 
Eri widiawati
Eri widiawatiEri widiawati
Eri widiawati
 
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0
 
Naskah akademik CC PENS
Naskah akademik CC PENSNaskah akademik CC PENS
Naskah akademik CC PENS
 
I sekolah
I sekolahI sekolah
I sekolah
 
Pasal 28 Ayat 3
Pasal 28 Ayat 3Pasal 28 Ayat 3
Pasal 28 Ayat 3
 
Seminar artikel one guru belajar internet
Seminar artikel one guru belajar internetSeminar artikel one guru belajar internet
Seminar artikel one guru belajar internet
 
Analisis m1 kb1
Analisis m1 kb1Analisis m1 kb1
Analisis m1 kb1
 
Kliping pendidikan
Kliping pendidikanKliping pendidikan
Kliping pendidikan
 
contoh proposal meubiler
contoh proposal meubilercontoh proposal meubiler
contoh proposal meubiler
 

More from Portal Surya

Epaper Surya 31 Januari 2014
Epaper Surya 31 Januari 2014Epaper Surya 31 Januari 2014
Epaper Surya 31 Januari 2014Portal Surya
 
Epaper Surya 30 januari 2014
Epaper Surya 30 januari 2014Epaper Surya 30 januari 2014
Epaper Surya 30 januari 2014Portal Surya
 
Epaper surya 1 januari 2014
Epaper surya 1 januari 2014Epaper surya 1 januari 2014
Epaper surya 1 januari 2014Portal Surya
 
Epaper surya 27 desember 2013
Epaper surya 27 desember 2013Epaper surya 27 desember 2013
Epaper surya 27 desember 2013Portal Surya
 
Digital surya 27 desember 2013
Digital surya 27 desember 2013Digital surya 27 desember 2013
Digital surya 27 desember 2013Portal Surya
 
Surya epaper 26 desember 2013
Surya epaper 26 desember 2013Surya epaper 26 desember 2013
Surya epaper 26 desember 2013Portal Surya
 
Digital surya 26 desember 2013
Digital surya 26 desember 2013Digital surya 26 desember 2013
Digital surya 26 desember 2013Portal Surya
 
Surya epaper 24 desember 2013
Surya epaper 24 desember 2013Surya epaper 24 desember 2013
Surya epaper 24 desember 2013Portal Surya
 
Surya epaper 23 desember 2013
Surya epaper 23 desember 2013Surya epaper 23 desember 2013
Surya epaper 23 desember 2013Portal Surya
 
Digital surya 23 desember 2013
Digital surya 23 desember 2013Digital surya 23 desember 2013
Digital surya 23 desember 2013Portal Surya
 
Surya epaper 22 desember 2013
Surya epaper 22 desember 2013Surya epaper 22 desember 2013
Surya epaper 22 desember 2013Portal Surya
 
Epaper surya 21 desember 2013
Epaper surya 21 desember 2013Epaper surya 21 desember 2013
Epaper surya 21 desember 2013Portal Surya
 
Surya epaper 20 desember 2013
Surya epaper 20 desember 2013Surya epaper 20 desember 2013
Surya epaper 20 desember 2013Portal Surya
 
Digital surya 20 desember 2013
Digital surya 20 desember 2013Digital surya 20 desember 2013
Digital surya 20 desember 2013Portal Surya
 
Surya epaper 19 desember 2013
Surya epaper 19 desember 2013Surya epaper 19 desember 2013
Surya epaper 19 desember 2013Portal Surya
 
Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013Portal Surya
 
Epaper surya 18 desember 2013
Epaper surya 18 desember 2013Epaper surya 18 desember 2013
Epaper surya 18 desember 2013Portal Surya
 
Surya Epaper 17 Desember 2013
Surya Epaper 17 Desember 2013Surya Epaper 17 Desember 2013
Surya Epaper 17 Desember 2013Portal Surya
 
Digital surya 17 desember 2013
Digital surya 17 desember 2013Digital surya 17 desember 2013
Digital surya 17 desember 2013Portal Surya
 
Epaper surya 16 desember 2013
Epaper surya 16 desember 2013Epaper surya 16 desember 2013
Epaper surya 16 desember 2013Portal Surya
 

More from Portal Surya (20)

Epaper Surya 31 Januari 2014
Epaper Surya 31 Januari 2014Epaper Surya 31 Januari 2014
Epaper Surya 31 Januari 2014
 
Epaper Surya 30 januari 2014
Epaper Surya 30 januari 2014Epaper Surya 30 januari 2014
Epaper Surya 30 januari 2014
 
Epaper surya 1 januari 2014
Epaper surya 1 januari 2014Epaper surya 1 januari 2014
Epaper surya 1 januari 2014
 
Epaper surya 27 desember 2013
Epaper surya 27 desember 2013Epaper surya 27 desember 2013
Epaper surya 27 desember 2013
 
Digital surya 27 desember 2013
Digital surya 27 desember 2013Digital surya 27 desember 2013
Digital surya 27 desember 2013
 
Surya epaper 26 desember 2013
Surya epaper 26 desember 2013Surya epaper 26 desember 2013
Surya epaper 26 desember 2013
 
Digital surya 26 desember 2013
Digital surya 26 desember 2013Digital surya 26 desember 2013
Digital surya 26 desember 2013
 
Surya epaper 24 desember 2013
Surya epaper 24 desember 2013Surya epaper 24 desember 2013
Surya epaper 24 desember 2013
 
Surya epaper 23 desember 2013
Surya epaper 23 desember 2013Surya epaper 23 desember 2013
Surya epaper 23 desember 2013
 
Digital surya 23 desember 2013
Digital surya 23 desember 2013Digital surya 23 desember 2013
Digital surya 23 desember 2013
 
Surya epaper 22 desember 2013
Surya epaper 22 desember 2013Surya epaper 22 desember 2013
Surya epaper 22 desember 2013
 
Epaper surya 21 desember 2013
Epaper surya 21 desember 2013Epaper surya 21 desember 2013
Epaper surya 21 desember 2013
 
Surya epaper 20 desember 2013
Surya epaper 20 desember 2013Surya epaper 20 desember 2013
Surya epaper 20 desember 2013
 
Digital surya 20 desember 2013
Digital surya 20 desember 2013Digital surya 20 desember 2013
Digital surya 20 desember 2013
 
Surya epaper 19 desember 2013
Surya epaper 19 desember 2013Surya epaper 19 desember 2013
Surya epaper 19 desember 2013
 
Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013Digital surya 19 desember 2013
Digital surya 19 desember 2013
 
Epaper surya 18 desember 2013
Epaper surya 18 desember 2013Epaper surya 18 desember 2013
Epaper surya 18 desember 2013
 
Surya Epaper 17 Desember 2013
Surya Epaper 17 Desember 2013Surya Epaper 17 Desember 2013
Surya Epaper 17 Desember 2013
 
Digital surya 17 desember 2013
Digital surya 17 desember 2013Digital surya 17 desember 2013
Digital surya 17 desember 2013
 
Epaper surya 16 desember 2013
Epaper surya 16 desember 2013Epaper surya 16 desember 2013
Epaper surya 16 desember 2013
 

Jalur Tikus PTN

  • 1. join facebook.com/suryaonline hal 2 DIGITAL NEWSPAPER edisi pagisurabaya.tribunnews.com surya.co.id | KAMIS, 20 JUNI 2013 | Terbit 2 halaman Spirit Baru Jawa Timur follow @portalsurya Jalur Tikus PTN SURYA Online - Surabaya memang kota yang indah dengan banyaknya taman-taman kota dimana-mana. Ketika Tri Rsimaharini menjadi Kepala Dinas Pertamanan Kota Surabaya, prestasi yang dibuatnya harus diakui memang begitu moncer dan pantas mendapat penghargaan menjadi Wali Kota Surabaya. Berbagai keindahan terlihat disudut- sudut Kota Surabaya dengan keberada- an taman-taman yang dihiasi dengan air mancur dan arena permainan anak- anak yang menciptakan kesejukan bagi warga Surabaya atau yang melintasi. Juga menjadi tempat rekreasi murah dan sehat. Belum lagi trotoar-trotoar yang tertata rapi dengan warna-warna yang memberikan kesejukan. Membuat Kota Surabaya benar-benar layak mendapat Adipura Kencana. Namun justru setelah Tri Rismaha- rini menjadi Wali Kota, keberadaan taman-taman kota itu sepertinya putus misinya menjadi lahan udara segar, tempat rekreasi yang sehat dan menjadikan pesona keindahan kota, karena ketika malam beranjak, terutama Sabtu-Minggu, fungsi taman- taman kota ternyata banyak berubah menjadi tempat kencan yang aman. Tengok saja yang ada di Taman Bungkul, Taman Air Mancur Pelangi di Bundaran Dolog dan Taman Prestasi, pemandangan menjadi berubah de- ngan sosok-sosok muda-mudi, laki-laki dan perempuan yang berduaan dengan mesra. Bahkan, maaf, tanpa malu- malu dilihat banyak orang yang lalu lintas di sekitarnya, mereka melaku- kan hal-hal yang tidak pantas. Kadang memang ada mobil polisi di sekitaran taman tersebut, tetapi toh keberadaan dua-duaan insan yang dimabuk nafsu tersebut, tidak terusik. Seorang teman dari Sidoarjo meng- aku, taman-taman kota di Surabaya Taman Kotaku... Nasibmu Kini adalah tempat kencan yang aman dan murah karena hanya bayar parkir Rp 3.000 sampai Rp 5.000, tetapi bebas dalam arti yang negatif. Sebagai warga Surabaya, tentu semua sepakat program taman kota terus ditingkatkan tetapi sebagai orang tua tentu sangat berharap kesinambungan program taman kota ini benar-benar di jaga dengan baik dan positif. Artinya, pengamanan dan pemeliharaan taman kota dari tindakan-tindakan yang tidak baik, terutama oleh anak-anak muda generasi penerus bangsa ini yang berlaku negatif, harus dicegah. Tentu sangat tidak sulit untuk melakukan hal itu sebenarnya, karena keberadaan Satpol PP yang kini ada disetiap kelurahan dan kecamatan dapat dioptimalkan untuk mengemban tugas tersebut. Asal, jangan pula petugas itu justru memanfaatkan untuk mengeruk keuntungan dengan menarik tips pengunjung agar bebas berlaku seperti yang tidak kita harapkan. Karena sungguh sangat malu ketika kita dengan anak-anak melintas di taman-taman kota kemudian melihat pe- mandangan yang tidak pantas tersebut. Apakah yang harus kita katakan kepada anak-anak kita? Sebegitu rusakkah moral bangsa ini? Dan itu seharusnya juga menjadi salah satu tanggungjawab dari pemerintah untuk melakukan pence- gahan dan pembinaan akhlak dan moral terhadap warganya. Selain taman kota, keberadaan infra- struktur yang sepertinya mulai tidak ter- pelihara adalah kondisi jalan-jalan yang sudah mulai banyak yang tidak terawat dengan baik, karena banyak lobang- lobang yang membahayakan pengguna jalan. Paving-paving jalan yang dulunya membuat kampung-kampung di Surabaya tertata rapi dan bersih, kini sudah mulai rusak dan tidak mendapat kesinambung- an pemeliharaan. Gresik yang nampak melakukan copy paste dengan keberhasilan Surabaya menata kota, justru kini lebih giat memperbaiki jalan-jalan di kampung- kampung, Di Kecamatan Menganti, Hulaan, setiap jalan kampung dipaving begitu rapi dan bersih. Mengapa Surabaya yang mempelopori justru meluntur semangatnya? Semoga Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kembali meremainding program-program yang sukses mengantarkannya menjadi orang nomor satu di Surabaya pe- rempuan pertama. Sukses Bu Risma. (wahjoe harjanto)
  • 2. join facebook.com/suryaonline follow @portalsurya KAMIS, 20 JUNI 2013 | surya.co.id | surabaya.tribunnews.com2 SURYA Online - Masa depan pendidikan bangsa kita nampaknya sudah sangat memprihatinkan, bukan hanya biaya yang mahal tetapi juga banyak jalan tikus yang mudah dipermainkan dengan berbagai cara, untuk masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Rakyat dicekoki dengan berbagai sistem penerimaan mahasiswa yang sulit dimengerti dengan buaian slogan- slogan membantu yang miskin dan yang pintar, tetapi realitanya sistem itu tidak terbuka sama sekali sehingga sulit dimengerti, apakah yang diterima PTN itu benar-benar miskin dan atau pintar. Sekedar perbandingan, Tahun 80-an (jaman sistem Perintis), ternyata sistem penerimaan mahasiswa tidak lebih jelek dari yang sekarang. Disamping biaya kuliah yang murah juga kriterianya lebih masuk akal. Yang didaftarkan dan berhak masuk jalur undangan (Perintis II) adalah siswa yang mempunyai prestasi ranking 1-5 ada juga yang sampai ranking 10 saja (berdasar nilai rapor kelas 1-3 SMA) di sekolahnya, sedang yang lain harus masuk melalui jalur tes (Perintis I dan III). Alhasil, yang berhak masuk jalur Perintis II atau undangan (sekarang) adalah benar- benar siswa yang berprestasi. Yang sekarang ini, semua bisa didaf- tarkan masuk jalur undangan dengan kriteria yang lebih terbuka (hanya nilai), sehingga siswa yang rangkingnya jauh pun juga berhak masuk jalur undangan. Dengan sistem baru sekarang ini, ternyata belum tentu anak yang berprestasi lebih tinggi dijamin masuk jalur undangan. Kondisi ini terbukti di salah satu sekolah ternama dan prestasi di Surabaya, yang mempunyai rangking tinggi justru tidak diterima, sementara rangking yang jauh, misalkan rangking 27, justru bisa masuk PTN. “Ini sudah tidak realistis, disamping kriteria jalur undangan itu tidak transparan juga ternyata banyak anak dosen, anak pejabat serta anak orang kaya yang masuk jalur undangan dan diterima. Padahal jelas prestasinya jauh dari anak saya,” ujar salah seorang orang tua yang kecewa dengan sistem jalur undangan. Kekecewaan itu bisa dimaklumi dan sangat masuk akal, karena kalau ditelaah lebih dalam, buktinya sistem yang tidak dimengerti rakyat banyak itu mempunyai banyak celah yang bisa dipermainkan, paling tidak menjadi tanda tanya rakyat yang mendaftar masuk PTN. Apalagi sistem penerimaan itu (jalur undangan) kini wewenang dari PTN lokal yang bersangkutan sangat besar, sehingga sangat memungkinkan celah kecurangan itu terjadi. Pertama, kecurangan yang sangat mungkin terjadi adalah dalam mema- sukkan siswa ke dalam jalur undangan dari sekolah SMA-nya, yang kedua di perguruan tingginya, karena proses penerimaan tergantung dalam perguru- an tinggi setempat. Analoginya, jaman Perintis II, sekolah hanya bisa mendaftarkan siswa pilihan (siswa ranking 1-5 atau sampai 10) un- tuk di daftarkan ke sistem penerimaan pusat. Pusatlah nanti yang merangking sesuai dengan PTN yang dituju calon mahasiswa. Apalagi penerimaan jalur undangan ini mempunyai porsi yang lebih besar dari jalur Seleksi Bersama Masuk Pergu- ruan Tinggi Negeri (SBMPTN), yakni 50 persen. Sementara jalur SBMPTN hanya berkitas 15-30 persen. Yang tidak masuk akal lagi adalah adanya jalur Mandiri, dimana jalur ini sangat memungkinkan sekali hanya anak orang yang punya uang atau anak pejabat saja, yang bisa masuk PTN. Ini sungguh sangat tidak adil bagi warga negara yang mempunyai prestasi sekolah, apalagi anak orang yang tidak mampu. Alangkah baiknya, sistem penerimaan jalur undangan ini dikoreksi dan jika ingin lebih baik dari Perintis II, perlu transparan karena dengan menggunakan teknologi informasi yang berkembang pesat sekarang ini, semua itu sangat memungkinkan. Contohnya adalah sistem penerimaan siswa baru SMP dan SMA di Surabaya yang melalui online. Dengan sistem online, akan terlihat sangat transparan, siswa yang diterima adalah siswa yang memiliki nilai tertinggi. Dan yang nilai lebih rendah bisa terdelete dengan sendirinya jika ada nilai yang lebih tinggi. Saran yang terakhir adalah pengha- pusan jalur Mandiri karena ini sungguh tidak mencerminkan amanah UUD 1945, dimana mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tanggugjawab pemerin- tah dan bukan hanya milik anak orang kaya saja. (wahjoe harjanto) JALUR TIKUS PTN