SlideShare a Scribd company logo
1 of 27
Download to read offline
- 1 -
PERATURAN MENTERI
DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 9 TAHUN 2016
TENTANG
PELATIHAN MASYARAKAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pendidikan
dan pelatihan di bidang pemberdayaan masyarakat
desa, pembangunan daerah tertinggal, dan
transmigrasi, perlu dilakukan penyusunan acuan
kebijakan untuk memberikan arah dan pedoman
dalam penyelenggaraan, pembinaan, serta
penjaminan dan pengendalian mutu pelatihan
masyarakat;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, maka perlu menetapkan
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Pelatihan
Masyarakat.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun
1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 131,
MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
- 2 -
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5050);
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara
Republik lndonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia
Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);
4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5495);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5679);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4496);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997
tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15
Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran
- 3 -
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5497);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014 tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997
tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15
Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5497);
9. Paraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 13);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5539) sebagaimana telah diubah terakhir kali
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 47 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014
tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
(Lembara Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 264, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5598);
12. Paraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 13);
13. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015
- 4 -
tentang Pendampingan Desa (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 160);
14. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 463);
15. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 9 Tahun 2015
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis di Lingkungan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 1075);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH
TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI TENTANG PELATIHAN
MASYARAKAT.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut
dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal-usul, dan/ atau hak tradisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai
kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan
sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan
- 5 -
sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.
3. Daerah Asal Calon Transmigran adalah daerah
kabupaten/kota tempat tinggal calon transmigran
sebelum pindah ke Kawasan Transmigrasi.
4. Kawasan Transmigrasi adalah kawasan budaya yang
memiliki fungsi sebagai permukiman dan tempat
usaha masyarakat dalam satu sistem pengembangan
berupa wilayah pengembangan transmigrasi atau
lokasi permukiman transmigrasi.
5. Permukiman Transmigrasi adalah satu satuan
permukiman atau beberapa permukiman sebagai satu
kesatuan tempat bermukim masyarakat transmigrasi
dengan daya tampung 300-500 keluarga.
6. Daerah Tertinggal adalah daerah kabupaten yang
wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang
dibandingkan dengan daerah lain dalam skala
nasional.
7. Daerah Tertentu adalah daerah tertinggal yang
memiliki karakteristik tertentu seperti daerah rawan
pangan, rawan bencana, perbatasan, terdepan,
terluar, pasca konflik dan rawan sosial.
8. Masyarakat adalah sekelompok penduduk yang
menempati wilayah Desa dan Kawasan Perdesaan,
Daerah Tertinggal, Daerah tertentu, permukiman
transmigrasi, dan kawasan transmigrasi.
9. Pelatihan Masyarakat adalah sarana pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan melalui peningkatan
pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku
masyarakat, sehingga mampu memberdayakan serta
membangun diri dan lingkungannya secara mandiri di
Desa dan Kawasan Perdesaan, Daerah Tertinggal,
Daerah Tertentu, Permukiman Transmigrasi dan
Kawasan Transmigrasi.
10. Peran serta masyarakat adalah keikutsertaan
masyarakat atau kelompok masyarakat dalam
- 6 -
pelaksanaan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
pelatihan masyarakat.
11. Kelompok masyarakat adalah organisasi
kemasyarakatan atau lembaga swadaya masyarakat
dan sejenisnya.
12. Kompetensi adalah kemampuan setiap individu yang
mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap perilaku yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
13. Lembaga pelatihan pemerintah adalah instansi
pemerintah pusat maupun daerah yang memenuhi
persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan
masyarakat desa, daerah tertinggal dan transmigrasi.
14. Lembaga Pelatihan Non Pemerintah adalah lembaga
pelatihan yang dikelola oleh badan usaha, organisasi
masyarakat, atau kelompok-kelompok masyarakat
yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan
pelatihan masyarakat.
15. Standardisasi Pelatihan adalah kriteria minimal
tentang sistem pelatihan masyarakat yang berfungsi
sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengendalian pelatihan masyarakat dalam rangka
mewujudkan pelatihan masyarakat yang bermutu.
16. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan
program terhadap lembaga pelatihan masyarakat
pemerintah dan/atau pemerintah daerah berdasarkan
kriteria standar yang telah ditetapkan untuk
melakukan kegiatan pelatihan masyarakat dan uji
kompetensi.
17. Sertifikasi adalah suatu proses pemberian pengakuan
dan penghargaan kompetensi kepada peserta uji
kompetensi. Evaluasi pelatihan adalah kegiatan
menilai penerapan standar oleh lembaga pelatihan
masyarakat dalam rangka pengendalian dan
penjaminan mutu pelatihan.
18. Komite Standar Pelatihan yang selanjutnya disingkat
KSP adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri Desa,
- 7 -
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
dalam rangka pengembangan, pemantauan, dan
pelaporan pencapaian standar pelatihan masyarakat,
akreditasi, serta sertifikasi.
19. Badan adalah unit eselon 1 yang menangani penelitian
dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan dan
informasi di lingkungan Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
20. Direktorat Jenderal Teknis adalah Direktorat Jenderal
di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
21. Kementerian adalah Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
22. Menteri adalah Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi.
BAB II
ARAH KEBIJAKAN
Bagian Kesatu
Tujuan, Sasaran, Kaidah, dan Prinsip
Pasal 2
(1) Pelatihan Masyarakat diselenggarakan untuk
meningkatkan kapasitas dan kualitas masyarakat
sebagai wujud pemenuhan hak masyarakat dalam
rangka pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian
dan kesejahteraan.
(2) Sasaran Pelatihan Masyarakat adalah:
a. meningkatnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap
serta perilaku masyarakat;
b. meningkatnya produktivitas dan daya saing
masyarakat; dan
c. tersedianya sumberdaya manusia terlatih sebagai
penggerak keswadayaan masyarakat.
- 8 -
Pasal 3
(1) Pelatihan Masyarakat diselenggarakan sesuai kaidah:
a. mengacu pada kebijakan Direktorat Jenderal Teknis
di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
b. menguatkan kerjasama antar pemangku kepentingan;
c. mendukung kebijakan dan kebutuhan pembangunan
Desa, Kawasan Perdesaan, Daerah Tertinggal, Daerah
tertentu, pemukiman transmigrasi dan kawasan
transmigrasi; dan
d. selaras dengan kebijakan Pemerintah Daerah.
(2) Pelatihan Masyarakat diselenggarakan berdasarkan
prinsip-prinsip:
a. berorientasi pada kebutuhan pengembangan potensi
sumber daya lokal yang ada;
b. sistematis;
c. tanggung jawab bersama antara lembaga pemerintah,
lembaga non pemerintah dan masyarakat;
d. dilaksanakan oleh lembaga pelatihan dan/atau
lembaga pemberdayaan yang memenuhi persyaratan;
dan
e. sinergis antar pemangku kepentingan.
Bagian Kedua
Strategi dan Cakupan Wilayah
Pasal 4
(1) Pelatihan Masyarakat dilakukan melalui strategi:
a. optimalisasi pengelolaan pelatihan masyarakat;
b. penguatan jejaring dan kerjasama; dan
c. integrasi dan kolaborasi program pelatihan dengan
progam internal di lingkungan Kementerian, maupun
dengan program eksternal Kementerian.
(2) Optimalisasi pengelolaan pelatihan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan
melalui:
a. penjaminan dan pengendalian mutu;
- 9 -
b. penguatan lembaga pelatihan masyarakat;
c. penguatan sumber daya manusia pelatihan
masyarakat;
d. pelaksanaan pelatihan secara berjenjang; dan
e. penyediaan pendanaan dari berbagai sumber baik
pemerintah maupun non pemerintah.
(3) Penguatan jejaring dan kerjasama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan melalui:
a. pengembangan kerjasama kemitraan antar lembaga
pemerintah;
b. pengembangan kerjasama kemitraan antara lembaga
pemerintah dengan lembaga non pemerintah; dan
c. pengembangan kerjasama kemitraan dengan lembaga
donor.
(4) Integrasi dan kolaborasi program sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan melalui
koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi program pelatihan dan pemberian
bantuan stimulan/pasca pelatihan dan/atau bantuan
pemberdayaan lainnya.
Pasal 5
Cakupan wilayah pelatihan masyarakat meliputi Desa dan
Kawasan Perdesaan, Daerah tertinggal, Daerah tertentu,
daerah asal transmigrasi, permukiman transmigrasi, dan
kawasan transmigrasi.
BAB III
PROGRAM PELATIHAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Program Pelatihan
Pasal 6
(1) Program Pelatihan Masyarakat mempunyai fokus
prioritas pada:
a. pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa;
- 10 -
b. pembangunan dan pemberdayaan Kawasan
Perdesaan;
c. pemberdayaan masyarakat di Daerah Tertinggal;
d. pemberdayaan masyarakat di Daerah Tertentu; dan
e. penyiapan calon transmigran dan pemberdayaan
masyarakat di permukiman transmigrasi dan
kawasan transmigrasi.
(2) Program Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dapat dikembangkan sesuai hasil penilaian
kebutuhan pelatihan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai program Pelatihan
Masyarakat, pengembangan program pelatihan
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), ditetapkan oleh Kepala Badan.
Bagian Kedua
Kelompok Sasaran Pelatihan Masyarakat
Pasal 7
Pelatihan Masyarakat dilakukan terhadap kelompok sasaran
yang meliputi:
a. pengurus Lembaga Kemasyarakatan;
b. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa;
c. tokoh masyarakat;
d. unsur masyarakat;
e. masyarakat pada cakupan wilayah pelatihan
masyarakat; dan
f. calon transmigran;
g. masyarakat transmigrasi;
h. calon pelatih masyarakat dari unsur masyarakat.
- 11 -
BAB IV
PENYELENGGARAAN PELATIHAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Pendekatan, Bentuk, dan Tahapan Penyelenggaraa
Pasal 8
(1) Pelatihan Masyarakat diselenggarakan dengan pendekatan:
a. berbasis masyarakat; dan
b. berbasis kompetensi.
(2) Pelatihan Berbasis Masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a ditujukan untuk meningkatkan
kemampuan setiap kelompok masyarakat atau individu
dalam rangka pemberdayaan masyarakat, mencakup aspek
pengetahuan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri berdasarkan kekhasan sosial, budaya,
aspirasi, dan potensi masyarakat dan sumber daya alam
setempat.
(3) Pelatihan berbasis kompetensi sebagaimana dimaksud ayat
(1) huruf b menitikberatkan pada penguasaan kemampuan
kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan dan
persyaratan di tempat kerja.
(4) Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh Kepala Badan.
Pasal 9
(1)Bentuk Penyelenggaraan Pelatihan Masyarakat meliputi:
a. pelatihan di dalam kelas/tatap muka;
b. pelatihan di luar kelas;
c. studi banding;
d. pemagangan;
e. pengembangan laboratorium lapang;
f. pelatihan keliling; dan
g. pelatihan jarak jauh.
(2)Bentuk penyelenggaraan pelatihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan.
- 12 -
Pasal 10
(1)Tahapan penyelenggaraan pelatihan masyarakat meliputi :
a. perencanaan;
b. pengorganisasian;
c. pelaksanaan;
d. pemantauan dan evaluasi; dan
e. pengembangan hasil pelatihan masyarakat.
(2)Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
mencakup:
a. identifikasi kebutuhan Pelatihan Masyarakat;
b. penyusunan program Pelatihan Masyarakat; dan
c. penyiapan dan pengembangan materi Pelatihan
Masyarakat.
(3)Pengorganisasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b dilakukan dengan mendayagunakan:
a. sumber daya manusia pelatihan;
b. sarana dan prasarana; dan
c. dana.
(4)Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c:
a. penyiapan materi pembelajaran;
b. penyampaian materi pembelajaran; dan
c. evaluasi kegiatan pembelajaran.
(5)Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d merupakan suatu proses sistematis dalam
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan
informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan
pelaksanaan program pelatihan dengan kriteria tertentu
untuk keperluan pembuatan keputusan.
(6)Pengembangan hasil pelatihan masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e:
a. tindak lanjut pembinaan pasca pelatihan; dan
b. tindak lanjut pemeliharaan purna pelatihan.
- 13 -
Bagian Kedua
Penyelenggara Pelatihan Masyarakat
Pasal 11
(1)Penyelenggara Pelatihan Masyarakat adalah:
a. Lembaga Pelatihan Masyarakat dan/atau Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Tingkat Pusat, Provinsi, dan
Kabupaten/Kota; dan
b. Lembaga non pemerintah yang memenuhi standar yang
berlaku.
(2)Penyelenggara Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dilaksanakan sesuai dengan
pembagian urusan dan kewenangan dalam ketentuan
perundang-undangan.
(3)Penyelenggara pelatihan masyarakat terkait dengan sumber
daya manusia meliputi pelatih dan tenaga kepelatihan.
(4) Pelatih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari:
a. Penggerak Swadaya Masyarakat (PSM);
b. instruktur pelatihan atau sebutan lainnya;
c. tenaga pendamping profesional atau sebutan lainnya;
d. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD); dan
e. pelatih masyarakat atau sebutan lainnya yang berasal
dari unsur masyarakat.
Pasal 12
(1)Penyelenggara Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud
Pasal 11 ayat (1) huruf b adalah:
a. perguruan tinggi;
b. lembaga swadaya masyarakat;
c. Organisasi Massa (Ormas)/ Yayasan;
d. swasta/perusahaan; dan
e. pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2)Penyelenggara pelatihan masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat menyelenggarakan Pelatihan Masyarakat
secara mandiri dan/atau bekerjasama dengan lembaga
pelatihan yang memenuhi persyaratan untuk
- 14 -
menyelenggarakan pelatihan masyarakat sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 13
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Pelatihan
Masyarakat ditetapkan oleh Kepala Badan.
Bagian Ketiga
Tata Hubungan Kerja
Pasal 14
(1) Penyelenggaraan Pelatihan Masyarakat dilakukan dalam
hubungan kerja:
a. antar unit di lingkungan Kementerian;
b. antar Kementerian/Lembaga Pemerintah non
Kementerian;
c. Kementerian dengan Dinas Satuan Kerja Perangkat
Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Lembaga
Pelatihan Masyarakat dan/atau Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat Provinsi, dan Kabupaten/Kota yang
berwenang;
d. Kementerian dengan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP)
Pelatihan Masyarakat;
e. Kementerian dengan lembaga pelatihan masyarakat non
Pemerintah;
f. Lembaga pelatihan masyarakat pusat dan daerah serta
lembaga pemberdayaan masyarakat di daerah dengan
badan usaha/perusahaan /perguruan tinggi/yayasan;
dan
g. Lembaga pelatihan masyarakat pusat dan daerah serta
lembaga pemberdayaan masyarakat di daerah dengan
Pemerintah Desa.
(2) Hubungan kerja antar unit di lingkungan Kementerian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan
oleh Badan berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal teknis
dalam penyusunan program, implementasi, dan pasca
- 15 -
implementasi program pemberdayaan masyarakat, dengan
lingkup kegiatan:
a. penyusunan rumusan kebijakan pelatihan masyarakat
secara nasional;
b. dukungan terhadap implementasi kebijakan Direktorat
Jenderal teknis di bidang pemberdayaan masyarakat,
dalam bentuk pelatihan, bimbingan pasca pelatihan,
serta pengendalian mutu pelatihan;
c. sinergi dalam program dan penganggaran pelatihan serta
tindak lanjut hasil pelatihan dengan pemberian bantuan
pasca pelatihan dan pemeliharaan purna pelatihan
masyarakat oleh Direktorat Jenderal teknis; dan
d. dukungan penyelenggaraan pelatihan.
(3) Hubungan kerja antar Kementerian/Lembaga Pemerintah
non kementerian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b dilakukan oleh Badan dengan
Kementerian/Lembaga Pemerintah non kementerian dalam
hal-hal sebagai berikut:
a. penyelenggaraan pelatihan masyarakat yang mengacu
kebijakan teknis sektor terkait;
b. sinergi dalam program dan penganggaran pelatihan serta
tindak lanjut hasil pelatihan dengan pemberian bantuan
pasca pelatihan dan pemeliharaan purna pelatihan
masyarakat;
c. dukungan penyelenggaraan pelatihan; dan
d. pelaksanaan pemagangan.
(4) Hubungan kerja Kementerian dengan Dinas Satuan Kerja
Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta
Lembaga Pelatihan Masyarakat dan/atau Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Provinsi, dan Kabupaten/Kota
yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b dilakukan oleh Badan melalui koordinasi dan fasilitasi,
dengan lingkup kegiatan:
a. penyediaan regulasi Pelatihan Masyarakat;
b. pembinaan program Pelatihan Masyarakat;
c. standardisasi Pelatihan Masyarakat;
d. fasilitasi akreditasi lembaga pelatihan di Daerah;
- 16 -
e. fasilitasi sertifikasi Pelatih dan peserta pelatihan sesuai
ketentuan perundang-undangan;
f. pembinaan dan peningkatan kapasitas jabatan
fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
g. pengelolaan data dan informasi Pelatihan Masyarakat.
(5) Hubungan kerja Kementerian dengan Unit Pelaksana Teknis
Pusat (UPTP) Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c dilakukan Badan melalui koordinasi
dan fasilitasi dengan lingkup kegiatan:
a. penyediaan regulasi tentang Pelatihan Masyarakat;
b. pembinaan program Pelatihan Masyarakat;
c. standardisasi Pelatihan Masyarakat;
d. fasilitasi akreditasi UPTP Pelatihan Masyarakat;
e. fasilitasi sertifikasi Pelatih dan peserta pelatihan sesuai
ketentuan perundang-undangan;
f. pembinaan dan peningkatan kapasitas jabatan
fungsional, disesuaikan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
g. pengelolaan data dan informasi pelatihan masyarakat;
h. penyediaan layanan konsultasi dan advokasi Pelatihan
Masyarakat.
(6) Hubungan kerja Kementerian dengan lembaga pelatihan
non Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d dilakukan Badan melalui koordinasi dan fasilitasi dengan
lingkup kegiatan:
a. penyediaan regulasi tentang Pelatihan Masyarakat;
b. pembinaan program Pelatihan Masyarakat;
c. standardisasi Pelatihan Masyarakat;
d. fasilitasi akreditasi lembaga Pelatihan Masyarakat;
e. fasilitasi sertifikasi peserta pelatihan;
f. pengelolaan data dan informasi Pelatihan Masyarakat;
g. fasilitasi kerjasama/kemitraan dalam bidang program
pelatihan, sarana/prasarana, tenaga pelatih, tenaga
kepelatihan, pembiayaan, bimbingan pasca pelatihan,
penyediaan tempat kerja untuk on-the-job training, dan
penempatan tenaga kerja pasca pelatihan; dan
- 17 -
h. penyediaan layanan konsultasi dan advokasi Pelatihan
Masyarakat.
(7) Hubungan kerja lembaga pelatihan masyarakat pusat dan
daerah serta lembaga pemberdayaan masyarakat di daerah
dengan badan usaha/perusahaan /perguruan
tinggi/yayasan dilakukan dengan lingkup kegiatan:
a. penyelenggaraan program pelatihan masyarakat;
b. penyediaan dukungan pendanaan program pelatihan;
c. penyediaan tenaga pelatih/narasumber; dan
d. penyediaan bantuan stimulan/sarana produksi/modal
usaha.
(8) Hubungan kerja lembaga pelatihan dan lembaga
pemberdayaan masyarakat tingkat Pusat dan Daerah
dengan Pemerintah Desa dilakukan dengan lingkup
kegiatan:
a. penyediaan program pelatihan masyarakat; dan
b. kerjasama dalam pendampingan pengembangan
masyarakat skala lokal Desa yang melibatkan PSM,
KPMD, dan tenaga pendamping lokal Desa.
BAB V
PENJAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU PELATIHAN
MASYARAKAT
Pasal 15
(1) Dalam penyelenggaraan pelatihan Masyarakat dilakukan
penjaminan dan pengendalian mutu.
(2) Penjaminan dan pengendalian mutu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui standardisasi,
akreditasi lembaga, sertifikasi dan evaluasi.
- 18 -
Bagian Kesatu
Standardisasi
Pasal 16
(1) Standardisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat
(2) terdiri dari:
a. standar pelatihan; dan
b. standar kompetensi.
(2) Standar Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a terdiri dari:
a. standar isi;
b. standar proses;
c. standar penilaian;
d. standar kelulusan peserta pelatihan;
e. standar pelatih masyarakat dan tenaga pelatihan
masyarakat;
f. standar sarana dan prasarana;
g. standar pengelolaan; dan
h. standar pembiayaan.
(3) Standar Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b meliputi tiga jenis, yaitu: Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Standar Khusus,
dan/atau Standar Internasional.
Bagian Kedua
Akreditasi
Pasal 17
(1) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (2)
pada sebagai lembaga pelatihan masyarakat pemerintah
dan non pemerintah merupakan upaya untuk menjamin
kredibilitas lembaga pelatihan termasuk jaminan kualitas
layanan dan lulusan lembaga pelatihan, sesuai dengan
standar dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Akreditasi sebagaimana yang dimaksud ayat (1)
dilakukan oleh Komite Standar Pelatihan Masyarakat.
- 19 -
(3) Akreditasi lembaga pelatihan masyarakat pemerintah
Pusat dan Daerah dan non pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut ditetapkan
oleh Kepala Badan.
Bagian Ketiga
Sertifikasi
Pasal 18
(1) Untuk memberikan pengakuan dan penghargaan
kompetensi yang dimiliki peserta pelatihan masyarakat,
dilakukan:
a. pemberian surat keterangan; dan /atau
b. sertifikasi kompetensi.
(2) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a diterbitkan oleh lembaga pelatihan dan/atau
lembaga pemberdayaan masyarakat diberikan kepada
setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan
masyarakat.
(3) Sertifikasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf b diberlakukan terhadap:
a. pelatih; dan
b. peserta pelatihan.
(4) Sertifikasi Kompetensi sebagaimana dimaksud ayat (3)
diberikan kepada peserta yang mengikuti uji kompetensi
dan dinyatakan lulus.
(5) Sertfikasi Kompetensi sebagaimana dimaksud ayat (4)
diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi yang berlisensi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Bagian Keempat
Evaluasi
Pasal 19
(1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2)
dilakukan terhadap aspek penerapan standar Pelatihan
Masyarakat.
- 20 -
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan
terhadap lembaga pelatihan pemerintah/pemerintah
daerah dan non pemerintah yang menyelenggarakan
pelatihan masyarakat.
(3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan oleh Komite Standar Pelatihan Masyarakat.
Pasal 20
Kebijakan tentang penjaminan dan pengendalian mutu
pelatihan masyarakat ditetapkan oleh Kepala Badan.
BAB VI
KOMITE STANDAR PELATIHAN MASYARAKAT
Pasal 21
(1) Komite Standar Pelatihan Masyarakat dibentuk dalam
rangka pengembangan, pemantauan dan pelaporan
pencapaian standar pelatihan masyarakat, akreditasi,
sertifikasi dan evaluasi.
(2) Komite Standar Pelatihan Masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibentuk di Pusat dan Provinsi,
dan Kabupten/Kota.
(3) Dalam hal pemenuhan kebutuhan yang strategis
terhadap keberadaan Komite Standar Pelatihan
Masyarakat, Pemerintah Provinsi dapat memfasilitasi
pembentukan Komite Standar Pelatihan Masyarakat di
Kabupaten/Kota.
(4) Komite Standar Pelatihan Masyarakat di Pusat (KSP
Pusat) ditetapkan oleh Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
(5) Komite Standar Pelatihan Masyarakat di
Provinsi/Kabupaten/Kota (KSP Provinsi/Kabupaten/Kota)
ditetapkan oleh Kepala Daerah yang bersangkutan.
(6) KSP Pusat, KSP Provinsi, dan KSP Kabupaten/Kota
mempunyai tugas dan wewenang:
a. mengembangkan standar pelatihan masyarakat;
b. mengembangkan standar kompetensi;
- 21 -
c. mengembangkan kriteria penilaian lembaga pelatihan
masyarakat;
d. memfasilitasi penyelenggaraan akreditasi lembaga
pelatihan pemerintah, pemerintah provinsi,
pemerintah kabupaten/kota, dan non pemerintah;
e. memfasilitasi penyelenggaraan sertifikasi melalui
penilaian kelulusan pelatihan masyarakat;
f. menyelenggarakan evaluasi terhadap aspek penerapan
standar Pelatihan Masyarakat oleh lembaga pelatihan
pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten/kota, dan non pemerintah; dan
g. memberikan rekomendasi penjaminan dan
pengendalian mutu pelatihan masyarakat.
Pasal 22
Ketentuan lebih lanjut tentang pembentukan Komite
Standar Pelatihan Masyarakat baik Pusat maupun
Provinsi dan Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Kepala
Badan.
BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT DAN KERJASAMA
Bagian Kesatu
Peran Serta Masyarakat
Pasal 23
(1) Masyarakat dapat ikut serta dalam seluruh tahapan
kegiatan pelatihan masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10.
(2) Bentuk peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), meliputi :
a. pengajuan usulan rencana pelatihan;
b. penyiapan sarana dan prasarana pelatihan;
c. penyediaan tenaga pelatihan; dan/atau
d. kontribusi pembiayaan kegiatan pelatihan.
- 22 -
(3) Pengajuan usulan rencana pelatihan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan melalui
musyawarah desa.
(4) Sarana dan prasarana pelatihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b meliputi fasilitas, alat, media,
dan/atau prasarana pendukung pelaksanaan aktivitas
pembelajaran dalam pelatihan masyarakat.
(5) Penyediaan tenaga pelatihan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf c berupa pemberian kesempatan
kepada masyarakat yang memenuhi persyaratan untuk
menjadi tenaga pelatihan.
(6) Kontribusi pembiayaan kegiatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf d adalah penyediaan bantuan
pembiayaan pelatihan yang bersifat tidak mengikat.
Bagian Kedua
Kerja Sama
Pasal 24
(1) Dalam rangka menyelenggarakan pelatihan masyarakat
dilakukan kerja sama.
(2) Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan dengan Pihak Ketiga.
(3) Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. Perguruan Tinggi;
b. Lembaga Swadaya Masyarakat;
c. Organisasi Massa (Ormas)/ Yayasan;
d. Swasta/Perusahaan;
e. Lembaga donor; dan/atau
f. Pihak lain sesuai ketentuan yang berlaku.
(4) Pusat Latihan Masyarakat melakukan kerjasama dan
kemitraan yang bersifat strategis berdasarkan Peta Jalan
(Road Map) Pelatihan Masyarakat.
(5) Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) Balai Latihan
Masyarakat dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
melaksanakan kerja sama dan kemitraan yang bersifat
- 23 -
teknis operasional dengan pihak ketiga sesuai ketentuan
yang berlaku.
(6) Dalam rangka melakukan peningkatan kerja sama
pelatihan masyarakat dibentuk forum komunikasi
jejaring lembaga pelatihan masyarakat.
(7) Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan kerjas ama
ditetapkan dalam Naskah Perjanjian Kerja Sama.
BAB VIII
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
Pasal 25
Pemantauan dan evaluasi kinerja program pelatihan
dilakukan untuk mengetahui efektivitas penyelenggaraan
Pelatihan Masyarakat.
Pasal 26
(1) Pemantauan dan evaluasi kinerja program pelatihan
dilakukan terhadap penyelenggaraan Pelatihan
Masyarakat dimulai dari perencanaan program,
implementasi program, sampai dengan pasca
implementasi program.
(2) Pemantauan dan evaluasi dalam tahap perencanaan
program dititikberatkan pada identifikasi kebutuhan
pelatihan masyarakat.
(3) Pemantauan dan evaluasi pada tahap implementasi
program dilaksanakan secara pararel dan berkala untuk
memandu pelaksanaan kegiatan agar aktivitas yang
dilakukan sesuai dengan perencanaan program pelatihan
masyarakat.
(4) Pemantauan dan evaluasi pada tahap pasca implementasi
program difokuskan pada pengukuran kemanfaatan dan
dampak program pelatihan bagi masyarakat.
- 24 -
Pasal 27
Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud Pasal 25
dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan,
Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi.
BAB IX
PEMBINAAN
Pasal 28
(1) Menteri berwenang melakukan pembinaan kelembagaan
pelatihan masyarakat.
(2) Pembinaan kelembagaan pelatihan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penetapan pedoman pembinaan pelatihan masyarakat;
b. rencana, program dan anggaran pelatihan;
c. pembinaan sumber daya manusia pelatihan;
d. sarana dan prasarana pelatihan;
e. pengendalian pelatihan masyarakat, termasuk
pengendalian mutu pelatihan; dan
f. fasilitasi akreditasi.
(3) Pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dilimpahkan kepada Badan.
BAB X
SISTEM INFORMASI PELATIHAN MASYARAKAT
Pasal 29
(1) Untuk penyelenggaran pelatihan masyarakat secara
berkelanjutan diperlukan upaya dokumentasi terhadap
seluruh informasi pelaksanaan pelatihan.
(2) Upaya dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui Sistem Informasi Pelatihan
Masyarakat.
(3) Sumber data Sistem Informasi Pelatihan Masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berasal dari unit-
unit penyelenggara pelatihan masyarakat di lingkungan
- 25 -
Kementerian maupun unit penyelanggara pelatihan
masyarakat di daerah.
Pasal 30
(1) Sistem Informasi Pelatihan Masyarakat dibangun untuk
meningkatkan akses dan pelayanan pelatihan
masyarakat.
(2) Seluruh informasi pelatihan masyarakat dihimpun dari
berbagai pihak dan dilakukan melalui mekanisme:
a. pengumpulan;
b. pengolahan;
c. penyajian; dan
d. penyebarluasan data dan informasi.
(3) Hasil pengelolaan informasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat digunakan sebagai dasar perencanaan
program pelatihan selanjutnya, serta pemantauan dan
evaluasi.
Pasal 31
Penyelenggaraan Sistim Informasi Pelatihan Masyarakat
sebagaimana dimaksud Pasal 30 ditetapkan oleh Kepala
Badan.
BAB XI
PEMBIAYAAN
Pasal 32
(1) Sumber pembiayaan penyelenggaraan pelatihan
masyarakat adalah:
a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan/atau
c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.
(2) Sumber pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditujukan untuk menjamin fasilitas pendanaan
pelatihan masyarakat secara berkesinambungan,
transparan, efektif dan efisien.
- 26 -
BAB XII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 33
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka
ketentuan tentang pelatihan calon transmigran dan
masyarakat transmigrasi, Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Balai Latihan Transmigrasi, lembaga pemberdayaan
dan/atau lembaga pelatihan masyarakat lainnya, Penggerak
Swadaya Masyarakat (PSM) dan pelatih di provinsi dan
kabupaten/kota, serta Komite Standar Pelatihan Masyarakat
Daerah disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Menteri
ini.
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 27 -
Salinan sesuai aslinya
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi
Kepala Biro Hukum, Organisasi,
dan Tata Laksana
Eko Bambang Riadi
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Mei 2016
MENTERI DESA,
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MARWAN JAFAR
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 Mei 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 787

More Related Content

What's hot

Pergub Marasa Sulawesi Barat nomor 42 Tahun 2018
Pergub Marasa Sulawesi Barat nomor 42 Tahun 2018Pergub Marasa Sulawesi Barat nomor 42 Tahun 2018
Pergub Marasa Sulawesi Barat nomor 42 Tahun 2018Muh Saleh
 
Pengembangan insentif daerah dalam peningkatan pelayanan dasar di prov sulut
Pengembangan insentif daerah dalam peningkatan pelayanan dasar di prov sulutPengembangan insentif daerah dalam peningkatan pelayanan dasar di prov sulut
Pengembangan insentif daerah dalam peningkatan pelayanan dasar di prov sulutGedhe Foundation
 
Ekspose kepala bappeda tanggamus forgab tanggamus 2016 revisi
Ekspose kepala bappeda tanggamus forgab tanggamus 2016 revisiEkspose kepala bappeda tanggamus forgab tanggamus 2016 revisi
Ekspose kepala bappeda tanggamus forgab tanggamus 2016 revisiferis inzaghi
 
Paparan kebijakan bidang inovasi pengembangan sdm ta 2019 final
Paparan kebijakan bidang inovasi pengembangan sdm ta 2019 finalPaparan kebijakan bidang inovasi pengembangan sdm ta 2019 final
Paparan kebijakan bidang inovasi pengembangan sdm ta 2019 finalSalim SAg
 
Draf pokjanal posyandu
Draf pokjanal posyanduDraf pokjanal posyandu
Draf pokjanal posyanduMilaKasumawati
 
Musrenbang kec jailolo
Musrenbang kec jailoloMusrenbang kec jailolo
Musrenbang kec jailoloadrisal hena
 
Paparan musrenbang wonogiri 2016
Paparan  musrenbang wonogiri 2016Paparan  musrenbang wonogiri 2016
Paparan musrenbang wonogiri 201693220872
 
pelaku program inovasi desa
 pelaku program inovasi desa pelaku program inovasi desa
pelaku program inovasi desaEka Saputra
 
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)Formasi Org
 
Bahan presentasi musrenbang kab aceh tenggara
Bahan presentasi  musrenbang kab aceh tenggaraBahan presentasi  musrenbang kab aceh tenggara
Bahan presentasi musrenbang kab aceh tenggaraanto7
 
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018Salim S Ag
 
Aspek – aspek pelayanan dasar dalam ipp dan spm desa
Aspek – aspek pelayanan dasar dalam ipp dan spm desaAspek – aspek pelayanan dasar dalam ipp dan spm desa
Aspek – aspek pelayanan dasar dalam ipp dan spm desaGedhe Foundation
 
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19 | Malmi...
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19  | Malmi...Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19  | Malmi...
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19 | Malmi...TV Desa
 
2 permen tentang_pedoman_pnpm_2013
2  permen tentang_pedoman_pnpm_20132  permen tentang_pedoman_pnpm_2013
2 permen tentang_pedoman_pnpm_2013Arief Komarudin
 
Dokumen mps kabupaten sidrap
Dokumen mps kabupaten sidrapDokumen mps kabupaten sidrap
Dokumen mps kabupaten sidrapLukman Hakim
 
Keterbukaan Informasi Publik - Desa
Keterbukaan Informasi Publik - DesaKeterbukaan Informasi Publik - Desa
Keterbukaan Informasi Publik - DesaFormasi Org
 
CONTOH BULETIN BKM LENSA SEJAHTERA
CONTOH BULETIN BKM LENSA SEJAHTERACONTOH BULETIN BKM LENSA SEJAHTERA
CONTOH BULETIN BKM LENSA SEJAHTERAanomaglo
 

What's hot (18)

Pergub Marasa Sulawesi Barat nomor 42 Tahun 2018
Pergub Marasa Sulawesi Barat nomor 42 Tahun 2018Pergub Marasa Sulawesi Barat nomor 42 Tahun 2018
Pergub Marasa Sulawesi Barat nomor 42 Tahun 2018
 
Pengembangan insentif daerah dalam peningkatan pelayanan dasar di prov sulut
Pengembangan insentif daerah dalam peningkatan pelayanan dasar di prov sulutPengembangan insentif daerah dalam peningkatan pelayanan dasar di prov sulut
Pengembangan insentif daerah dalam peningkatan pelayanan dasar di prov sulut
 
Ekspose kepala bappeda tanggamus forgab tanggamus 2016 revisi
Ekspose kepala bappeda tanggamus forgab tanggamus 2016 revisiEkspose kepala bappeda tanggamus forgab tanggamus 2016 revisi
Ekspose kepala bappeda tanggamus forgab tanggamus 2016 revisi
 
Paparan kebijakan bidang inovasi pengembangan sdm ta 2019 final
Paparan kebijakan bidang inovasi pengembangan sdm ta 2019 finalPaparan kebijakan bidang inovasi pengembangan sdm ta 2019 final
Paparan kebijakan bidang inovasi pengembangan sdm ta 2019 final
 
Draf pokjanal posyandu
Draf pokjanal posyanduDraf pokjanal posyandu
Draf pokjanal posyandu
 
Musrenbang kec jailolo
Musrenbang kec jailoloMusrenbang kec jailolo
Musrenbang kec jailolo
 
Paparan musrenbang wonogiri 2016
Paparan  musrenbang wonogiri 2016Paparan  musrenbang wonogiri 2016
Paparan musrenbang wonogiri 2016
 
pelaku program inovasi desa
 pelaku program inovasi desa pelaku program inovasi desa
pelaku program inovasi desa
 
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
Pengantar Pelatihan Relawan SID (Sistem Informasi Desa)
 
Bahan presentasi musrenbang kab aceh tenggara
Bahan presentasi  musrenbang kab aceh tenggaraBahan presentasi  musrenbang kab aceh tenggara
Bahan presentasi musrenbang kab aceh tenggara
 
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
Bahan Tayang MAD Sosialisasi Tahun 2018
 
Aspek – aspek pelayanan dasar dalam ipp dan spm desa
Aspek – aspek pelayanan dasar dalam ipp dan spm desaAspek – aspek pelayanan dasar dalam ipp dan spm desa
Aspek – aspek pelayanan dasar dalam ipp dan spm desa
 
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19 | Malmi...
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19  | Malmi...Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19  | Malmi...
Strategi Peningkatan Kapasitas Aparatur Desa di Era Pandemi Covid 19 | Malmi...
 
2 permen tentang_pedoman_pnpm_2013
2  permen tentang_pedoman_pnpm_20132  permen tentang_pedoman_pnpm_2013
2 permen tentang_pedoman_pnpm_2013
 
Dokumen mps kabupaten sidrap
Dokumen mps kabupaten sidrapDokumen mps kabupaten sidrap
Dokumen mps kabupaten sidrap
 
Keterbukaan Informasi Publik - Desa
Keterbukaan Informasi Publik - DesaKeterbukaan Informasi Publik - Desa
Keterbukaan Informasi Publik - Desa
 
CONTOH BULETIN BKM LENSA SEJAHTERA
CONTOH BULETIN BKM LENSA SEJAHTERACONTOH BULETIN BKM LENSA SEJAHTERA
CONTOH BULETIN BKM LENSA SEJAHTERA
 
Pasuruan
PasuruanPasuruan
Pasuruan
 

Similar to Pelatihan Masyarakat

Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinanPermen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinanAchmad Wahid
 
Permen desapdt trans nomor 10 tahun 2016 ttg pedoman pengelolaan datin dpdttr...
Permen desapdt trans nomor 10 tahun 2016 ttg pedoman pengelolaan datin dpdttr...Permen desapdt trans nomor 10 tahun 2016 ttg pedoman pengelolaan datin dpdttr...
Permen desapdt trans nomor 10 tahun 2016 ttg pedoman pengelolaan datin dpdttr...Pajeg Lempung
 
Permen desapdt trans-nomor-10-tahun-2016-ttg-pedoman-pengelolaan-datin-dpdttr...
Permen desapdt trans-nomor-10-tahun-2016-ttg-pedoman-pengelolaan-datin-dpdttr...Permen desapdt trans-nomor-10-tahun-2016-ttg-pedoman-pengelolaan-datin-dpdttr...
Permen desapdt trans-nomor-10-tahun-2016-ttg-pedoman-pengelolaan-datin-dpdttr...Pajeg Lempung
 
PermenDesaPDTT-Nomor-21-Tahun-2020-tentang-Pedoman-PPMD.pdf
PermenDesaPDTT-Nomor-21-Tahun-2020-tentang-Pedoman-PPMD.pdfPermenDesaPDTT-Nomor-21-Tahun-2020-tentang-Pedoman-PPMD.pdf
PermenDesaPDTT-Nomor-21-Tahun-2020-tentang-Pedoman-PPMD.pdfdwisugiharto1
 
Permendesa Nomor 21 Tahun 2020.pdf
Permendesa Nomor 21 Tahun 2020.pdfPermendesa Nomor 21 Tahun 2020.pdf
Permendesa Nomor 21 Tahun 2020.pdfCHAIRUDIN2
 
Permen desapdtt nomor 21 tahun 2020 tentang pedoman ppmd & sd gs
Permen desapdtt nomor 21 tahun 2020 tentang pedoman ppmd & sd gsPermen desapdtt nomor 21 tahun 2020 tentang pedoman ppmd & sd gs
Permen desapdtt nomor 21 tahun 2020 tentang pedoman ppmd & sd gsPemdes Seboro Sadang
 
Permen DesaPDTT NO.11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun...
Permen DesaPDTT NO.11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun...Permen DesaPDTT NO.11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun...
Permen DesaPDTT NO.11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun...Pemdes Seboro Sadang
 
Permen desapdtt nomor 11 tahun 2019 ttg prioritas penggunaan dana desa tahun ...
Permen desapdtt nomor 11 tahun 2019 ttg prioritas penggunaan dana desa tahun ...Permen desapdtt nomor 11 tahun 2019 ttg prioritas penggunaan dana desa tahun ...
Permen desapdtt nomor 11 tahun 2019 ttg prioritas penggunaan dana desa tahun ...Wiwin Yusrizal
 
Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...
Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...
Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...KantorHukum1
 
Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016
Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016
Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016yusfi wawan sepriyadi
 
Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016
Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016
Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016desa karangkemiri
 
RPJMDES DESA KUTA TAHUN 2016-2021
RPJMDES DESA KUTA TAHUN  2016-2021RPJMDES DESA KUTA TAHUN  2016-2021
RPJMDES DESA KUTA TAHUN 2016-2021Aldi Cahyono
 
Permen Desa, PDTTno.21 tahun 2015 ttg penetapan prioritas dana desa tahun 2016
Permen Desa, PDTTno.21 tahun 2015 ttg penetapan prioritas dana desa tahun 2016Permen Desa, PDTTno.21 tahun 2015 ttg penetapan prioritas dana desa tahun 2016
Permen Desa, PDTTno.21 tahun 2015 ttg penetapan prioritas dana desa tahun 2016Rawan Utara
 
Permendesa nomor 6 tahun 2020 pdf.pdf
Permendesa nomor 6 tahun 2020 pdf.pdfPermendesa nomor 6 tahun 2020 pdf.pdf
Permendesa nomor 6 tahun 2020 pdf.pdfAkademi Desa 4.0
 
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan, Dan Transmigrasi RI
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan, Dan Transmigrasi RIPeraturan Menteri Desa, Pembangunan, Dan Transmigrasi RI
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan, Dan Transmigrasi RIJalinKrakatau
 
Permendesa Nomor 6 tahun 2020
Permendesa Nomor 6 tahun 2020 Permendesa Nomor 6 tahun 2020
Permendesa Nomor 6 tahun 2020 Akademi Desa 4.0
 
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi Barat
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi BaratPeraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi Barat
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi BaratMuh Saleh
 
Peraturan Menteri Desa, PDT, dan Transmi
Peraturan Menteri Desa, PDT, dan TransmiPeraturan Menteri Desa, PDT, dan Transmi
Peraturan Menteri Desa, PDT, dan TransmiBandingagung
 
Permendes_8_2022 Prioritas DD 2023.pdf
Permendes_8_2022 Prioritas DD 2023.pdfPermendes_8_2022 Prioritas DD 2023.pdf
Permendes_8_2022 Prioritas DD 2023.pdfVitaSari42
 
Permendes PDTT Nomor 8 Tahun 2022.pdf
Permendes PDTT Nomor 8 Tahun 2022.pdfPermendes PDTT Nomor 8 Tahun 2022.pdf
Permendes PDTT Nomor 8 Tahun 2022.pdfYandryAbun1
 

Similar to Pelatihan Masyarakat (20)

Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinanPermen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
Permen desapdt trans-nomor-5-tahun-2016-ttg-pedum-pkp-salinan
 
Permen desapdt trans nomor 10 tahun 2016 ttg pedoman pengelolaan datin dpdttr...
Permen desapdt trans nomor 10 tahun 2016 ttg pedoman pengelolaan datin dpdttr...Permen desapdt trans nomor 10 tahun 2016 ttg pedoman pengelolaan datin dpdttr...
Permen desapdt trans nomor 10 tahun 2016 ttg pedoman pengelolaan datin dpdttr...
 
Permen desapdt trans-nomor-10-tahun-2016-ttg-pedoman-pengelolaan-datin-dpdttr...
Permen desapdt trans-nomor-10-tahun-2016-ttg-pedoman-pengelolaan-datin-dpdttr...Permen desapdt trans-nomor-10-tahun-2016-ttg-pedoman-pengelolaan-datin-dpdttr...
Permen desapdt trans-nomor-10-tahun-2016-ttg-pedoman-pengelolaan-datin-dpdttr...
 
PermenDesaPDTT-Nomor-21-Tahun-2020-tentang-Pedoman-PPMD.pdf
PermenDesaPDTT-Nomor-21-Tahun-2020-tentang-Pedoman-PPMD.pdfPermenDesaPDTT-Nomor-21-Tahun-2020-tentang-Pedoman-PPMD.pdf
PermenDesaPDTT-Nomor-21-Tahun-2020-tentang-Pedoman-PPMD.pdf
 
Permendesa Nomor 21 Tahun 2020.pdf
Permendesa Nomor 21 Tahun 2020.pdfPermendesa Nomor 21 Tahun 2020.pdf
Permendesa Nomor 21 Tahun 2020.pdf
 
Permen desapdtt nomor 21 tahun 2020 tentang pedoman ppmd & sd gs
Permen desapdtt nomor 21 tahun 2020 tentang pedoman ppmd & sd gsPermen desapdtt nomor 21 tahun 2020 tentang pedoman ppmd & sd gs
Permen desapdtt nomor 21 tahun 2020 tentang pedoman ppmd & sd gs
 
Permen DesaPDTT NO.11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun...
Permen DesaPDTT NO.11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun...Permen DesaPDTT NO.11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun...
Permen DesaPDTT NO.11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun...
 
Permen desapdtt nomor 11 tahun 2019 ttg prioritas penggunaan dana desa tahun ...
Permen desapdtt nomor 11 tahun 2019 ttg prioritas penggunaan dana desa tahun ...Permen desapdtt nomor 11 tahun 2019 ttg prioritas penggunaan dana desa tahun ...
Permen desapdtt nomor 11 tahun 2019 ttg prioritas penggunaan dana desa tahun ...
 
Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...
Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...
Permendesa pdtt nomor 16 tahun 2018 tentang prioritas penggunaan dana desa ta...
 
Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016
Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016
Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016
 
Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016
Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016
Permen desapdt trans nomor 22 tahun 2016
 
RPJMDES DESA KUTA TAHUN 2016-2021
RPJMDES DESA KUTA TAHUN  2016-2021RPJMDES DESA KUTA TAHUN  2016-2021
RPJMDES DESA KUTA TAHUN 2016-2021
 
Permen Desa, PDTTno.21 tahun 2015 ttg penetapan prioritas dana desa tahun 2016
Permen Desa, PDTTno.21 tahun 2015 ttg penetapan prioritas dana desa tahun 2016Permen Desa, PDTTno.21 tahun 2015 ttg penetapan prioritas dana desa tahun 2016
Permen Desa, PDTTno.21 tahun 2015 ttg penetapan prioritas dana desa tahun 2016
 
Permendesa nomor 6 tahun 2020 pdf.pdf
Permendesa nomor 6 tahun 2020 pdf.pdfPermendesa nomor 6 tahun 2020 pdf.pdf
Permendesa nomor 6 tahun 2020 pdf.pdf
 
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan, Dan Transmigrasi RI
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan, Dan Transmigrasi RIPeraturan Menteri Desa, Pembangunan, Dan Transmigrasi RI
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan, Dan Transmigrasi RI
 
Permendesa Nomor 6 tahun 2020
Permendesa Nomor 6 tahun 2020 Permendesa Nomor 6 tahun 2020
Permendesa Nomor 6 tahun 2020
 
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi Barat
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi BaratPeraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi Barat
Peraturan Daerah bangunmandar (salinan) Provinsi Sulawesi Barat
 
Peraturan Menteri Desa, PDT, dan Transmi
Peraturan Menteri Desa, PDT, dan TransmiPeraturan Menteri Desa, PDT, dan Transmi
Peraturan Menteri Desa, PDT, dan Transmi
 
Permendes_8_2022 Prioritas DD 2023.pdf
Permendes_8_2022 Prioritas DD 2023.pdfPermendes_8_2022 Prioritas DD 2023.pdf
Permendes_8_2022 Prioritas DD 2023.pdf
 
Permendes PDTT Nomor 8 Tahun 2022.pdf
Permendes PDTT Nomor 8 Tahun 2022.pdfPermendes PDTT Nomor 8 Tahun 2022.pdf
Permendes PDTT Nomor 8 Tahun 2022.pdf
 

More from Pajeg Lempung

Permendagri no.83 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentiaan_perangkat_desa
Permendagri no.83 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentiaan_perangkat_desaPermendagri no.83 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentiaan_perangkat_desa
Permendagri no.83 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentiaan_perangkat_desaPajeg Lempung
 
Permendagri no.82 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentian_kepala_desa
Permendagri no.82 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentian_kepala_desaPermendagri no.82 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentian_kepala_desa
Permendagri no.82 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentian_kepala_desaPajeg Lempung
 
Permendagri 84 2015 sotk pemdes
Permendagri 84 2015 sotk pemdesPermendagri 84 2015 sotk pemdes
Permendagri 84 2015 sotk pemdesPajeg Lempung
 
Permen no81 th_2015_ tentang evaluasi_perkembangan_desa_kelurahan
Permen no81 th_2015_ tentang evaluasi_perkembangan_desa_kelurahanPermen no81 th_2015_ tentang evaluasi_perkembangan_desa_kelurahan
Permen no81 th_2015_ tentang evaluasi_perkembangan_desa_kelurahanPajeg Lempung
 
Permen no 4_2015 pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran bumd
Permen no 4_2015 pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran bumdPermen no 4_2015 pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran bumd
Permen no 4_2015 pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran bumdPajeg Lempung
 
Permen.110 tahun 2016
Permen.110 tahun 2016Permen.110 tahun 2016
Permen.110 tahun 2016Pajeg Lempung
 
Permen no.47 th 2016 lampiran
Permen no.47 th 2016 lampiranPermen no.47 th 2016 lampiran
Permen no.47 th 2016 lampiranPajeg Lempung
 
Permen no.47 th 2016
Permen no.47 th 2016Permen no.47 th 2016
Permen no.47 th 2016Pajeg Lempung
 
Permen no.46 th 2016 lampiran
Permen no.46 th 2016 lampiranPermen no.46 th 2016 lampiran
Permen no.46 th 2016 lampiranPajeg Lempung
 
Permen no.46 th 2016
Permen no.46 th 2016Permen no.46 th 2016
Permen no.46 th 2016Pajeg Lempung
 
Peraturan mentri tentang pemerintah desa
Peraturan mentri tentang pemerintah desaPeraturan mentri tentang pemerintah desa
Peraturan mentri tentang pemerintah desaPajeg Lempung
 
Peraturan menteri desa no 5 tentang penetapan prioritas pembangunan desa
Peraturan menteri desa no 5  tentang penetapan prioritas pembangunan desaPeraturan menteri desa no 5  tentang penetapan prioritas pembangunan desa
Peraturan menteri desa no 5 tentang penetapan prioritas pembangunan desaPajeg Lempung
 
Indeks desa membangun-kementerian-desa
Indeks desa membangun-kementerian-desaIndeks desa membangun-kementerian-desa
Indeks desa membangun-kementerian-desaPajeg Lempung
 
Buku laporan kajian sistem pengelolaan keuangan desa
Buku laporan kajian sistem pengelolaan keuangan desaBuku laporan kajian sistem pengelolaan keuangan desa
Buku laporan kajian sistem pengelolaan keuangan desaPajeg Lempung
 
316397195 rab-siskeudes
316397195 rab-siskeudes316397195 rab-siskeudes
316397195 rab-siskeudesPajeg Lempung
 
Undang undang desa nomor 06 tahun 2014 2
Undang undang desa nomor 06 tahun 2014 2Undang undang desa nomor 06 tahun 2014 2
Undang undang desa nomor 06 tahun 2014 2Pajeg Lempung
 
Undang undang desa nomor 06 tahun 2014
Undang undang desa nomor 06 tahun 2014Undang undang desa nomor 06 tahun 2014
Undang undang desa nomor 06 tahun 2014Pajeg Lempung
 
Tata cara penyusunan apb des nkri berbagi
Tata cara penyusunan apb des   nkri berbagiTata cara penyusunan apb des   nkri berbagi
Tata cara penyusunan apb des nkri berbagiPajeg Lempung
 
Salinan -skb_3_menteri_percepatan_penyaluran_pengelolaan_dan_penggunaan_dana...
Salinan  -skb_3_menteri_percepatan_penyaluran_pengelolaan_dan_penggunaan_dana...Salinan  -skb_3_menteri_percepatan_penyaluran_pengelolaan_dan_penggunaan_dana...
Salinan -skb_3_menteri_percepatan_penyaluran_pengelolaan_dan_penggunaan_dana...Pajeg Lempung
 
Pp 47-tahun-2015-tentang-desa kumpulan-uu_desa
Pp 47-tahun-2015-tentang-desa kumpulan-uu_desaPp 47-tahun-2015-tentang-desa kumpulan-uu_desa
Pp 47-tahun-2015-tentang-desa kumpulan-uu_desaPajeg Lempung
 

More from Pajeg Lempung (20)

Permendagri no.83 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentiaan_perangkat_desa
Permendagri no.83 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentiaan_perangkat_desaPermendagri no.83 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentiaan_perangkat_desa
Permendagri no.83 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentiaan_perangkat_desa
 
Permendagri no.82 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentian_kepala_desa
Permendagri no.82 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentian_kepala_desaPermendagri no.82 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentian_kepala_desa
Permendagri no.82 th_2015_tentang_pengangkatan_pemberhentian_kepala_desa
 
Permendagri 84 2015 sotk pemdes
Permendagri 84 2015 sotk pemdesPermendagri 84 2015 sotk pemdes
Permendagri 84 2015 sotk pemdes
 
Permen no81 th_2015_ tentang evaluasi_perkembangan_desa_kelurahan
Permen no81 th_2015_ tentang evaluasi_perkembangan_desa_kelurahanPermen no81 th_2015_ tentang evaluasi_perkembangan_desa_kelurahan
Permen no81 th_2015_ tentang evaluasi_perkembangan_desa_kelurahan
 
Permen no 4_2015 pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran bumd
Permen no 4_2015 pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran bumdPermen no 4_2015 pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran bumd
Permen no 4_2015 pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran bumd
 
Permen.110 tahun 2016
Permen.110 tahun 2016Permen.110 tahun 2016
Permen.110 tahun 2016
 
Permen no.47 th 2016 lampiran
Permen no.47 th 2016 lampiranPermen no.47 th 2016 lampiran
Permen no.47 th 2016 lampiran
 
Permen no.47 th 2016
Permen no.47 th 2016Permen no.47 th 2016
Permen no.47 th 2016
 
Permen no.46 th 2016 lampiran
Permen no.46 th 2016 lampiranPermen no.46 th 2016 lampiran
Permen no.46 th 2016 lampiran
 
Permen no.46 th 2016
Permen no.46 th 2016Permen no.46 th 2016
Permen no.46 th 2016
 
Peraturan mentri tentang pemerintah desa
Peraturan mentri tentang pemerintah desaPeraturan mentri tentang pemerintah desa
Peraturan mentri tentang pemerintah desa
 
Peraturan menteri desa no 5 tentang penetapan prioritas pembangunan desa
Peraturan menteri desa no 5  tentang penetapan prioritas pembangunan desaPeraturan menteri desa no 5  tentang penetapan prioritas pembangunan desa
Peraturan menteri desa no 5 tentang penetapan prioritas pembangunan desa
 
Indeks desa membangun-kementerian-desa
Indeks desa membangun-kementerian-desaIndeks desa membangun-kementerian-desa
Indeks desa membangun-kementerian-desa
 
Buku laporan kajian sistem pengelolaan keuangan desa
Buku laporan kajian sistem pengelolaan keuangan desaBuku laporan kajian sistem pengelolaan keuangan desa
Buku laporan kajian sistem pengelolaan keuangan desa
 
316397195 rab-siskeudes
316397195 rab-siskeudes316397195 rab-siskeudes
316397195 rab-siskeudes
 
Undang undang desa nomor 06 tahun 2014 2
Undang undang desa nomor 06 tahun 2014 2Undang undang desa nomor 06 tahun 2014 2
Undang undang desa nomor 06 tahun 2014 2
 
Undang undang desa nomor 06 tahun 2014
Undang undang desa nomor 06 tahun 2014Undang undang desa nomor 06 tahun 2014
Undang undang desa nomor 06 tahun 2014
 
Tata cara penyusunan apb des nkri berbagi
Tata cara penyusunan apb des   nkri berbagiTata cara penyusunan apb des   nkri berbagi
Tata cara penyusunan apb des nkri berbagi
 
Salinan -skb_3_menteri_percepatan_penyaluran_pengelolaan_dan_penggunaan_dana...
Salinan  -skb_3_menteri_percepatan_penyaluran_pengelolaan_dan_penggunaan_dana...Salinan  -skb_3_menteri_percepatan_penyaluran_pengelolaan_dan_penggunaan_dana...
Salinan -skb_3_menteri_percepatan_penyaluran_pengelolaan_dan_penggunaan_dana...
 
Pp 47-tahun-2015-tentang-desa kumpulan-uu_desa
Pp 47-tahun-2015-tentang-desa kumpulan-uu_desaPp 47-tahun-2015-tentang-desa kumpulan-uu_desa
Pp 47-tahun-2015-tentang-desa kumpulan-uu_desa
 

Recently uploaded

Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptMuhammadNorman9
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxwansyahrahman77
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukumbrunojahur
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024DEDI45443
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1RomaDoni5
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorDi Prihantony
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAnthonyThony5
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxBudyHermawan3
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...mayfanalf
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfNetraHartana
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...citraislamiah02
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxAmandaJesica
 

Recently uploaded (13)

Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.pptmata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
mata pelajaran geografi ANTROPOSFER 2.ppt
 
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptxSOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
SOSIALISASI RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN DI KOTA MAKASSAR.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara HukumMAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
MAKALAH KELOMPOK II (1).pdf Prinsip Negara Hukum
 
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
Sosialisasi OSS RBA dan SIINAs Tahun 2024
 
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
UUD NRI TAHUN 1945 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASAL 28D AYAT 1
 
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administratorevaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
evaluasi essay agenda 3 pelatihan kepemimpinan administrator
 
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah PemerintahAdministrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
Administrasi_pengelolaan_hibah Pemerintah
 
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptxMateri Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
Materi Membangun Budaya Ber-Integritas Antikorupsi bagi ASN .pptx
 
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
Upaya Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Timor Timur hingga tercip...
 
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdfINDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
INDIKATOR DAN SUB INDIKATOR MCP PELAYANAN PUBLIK.pdf
 
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
Aksi Nyata KKTP.pdAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata KKTP.pdf.pptxAksi Nyata ...
 
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptxemka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
emka_Slide Recall Modul Melakukan Perencanaan PBJP Level 1 V3.1.pptx
 

Pelatihan Masyarakat

  • 1. - 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pendidikan dan pelatihan di bidang pemberdayaan masyarakat desa, pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi, perlu dilakukan penyusunan acuan kebijakan untuk memberikan arah dan pedoman dalam penyelenggaraan, pembinaan, serta penjaminan dan pengendalian mutu pelatihan masyarakat; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi tentang Pelatihan Masyarakat. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 131, MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA SALINAN
  • 2. - 2 - Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4301); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5679); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran
  • 3. - 3 - Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5497); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5497); 9. Paraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 13); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539) sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2014 tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (Lembara Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 264, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5598); 12. Paraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 13); 13. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 3 Tahun 2015
  • 4. - 4 - tentang Pendampingan Desa (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 160); 14. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 463); 15. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 9 Tahun 2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1075); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI TENTANG PELATIHAN MASYARAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan/ atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 2. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan
  • 5. - 5 - sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 3. Daerah Asal Calon Transmigran adalah daerah kabupaten/kota tempat tinggal calon transmigran sebelum pindah ke Kawasan Transmigrasi. 4. Kawasan Transmigrasi adalah kawasan budaya yang memiliki fungsi sebagai permukiman dan tempat usaha masyarakat dalam satu sistem pengembangan berupa wilayah pengembangan transmigrasi atau lokasi permukiman transmigrasi. 5. Permukiman Transmigrasi adalah satu satuan permukiman atau beberapa permukiman sebagai satu kesatuan tempat bermukim masyarakat transmigrasi dengan daya tampung 300-500 keluarga. 6. Daerah Tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. 7. Daerah Tertentu adalah daerah tertinggal yang memiliki karakteristik tertentu seperti daerah rawan pangan, rawan bencana, perbatasan, terdepan, terluar, pasca konflik dan rawan sosial. 8. Masyarakat adalah sekelompok penduduk yang menempati wilayah Desa dan Kawasan Perdesaan, Daerah Tertinggal, Daerah tertentu, permukiman transmigrasi, dan kawasan transmigrasi. 9. Pelatihan Masyarakat adalah sarana pemberdayaan masyarakat yang dilakukan melalui peningkatan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku masyarakat, sehingga mampu memberdayakan serta membangun diri dan lingkungannya secara mandiri di Desa dan Kawasan Perdesaan, Daerah Tertinggal, Daerah Tertentu, Permukiman Transmigrasi dan Kawasan Transmigrasi. 10. Peran serta masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat atau kelompok masyarakat dalam
  • 6. - 6 - pelaksanaan sebagian atau seluruh tahapan kegiatan pelatihan masyarakat. 11. Kelompok masyarakat adalah organisasi kemasyarakatan atau lembaga swadaya masyarakat dan sejenisnya. 12. Kompetensi adalah kemampuan setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. 13. Lembaga pelatihan pemerintah adalah instansi pemerintah pusat maupun daerah yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan masyarakat desa, daerah tertinggal dan transmigrasi. 14. Lembaga Pelatihan Non Pemerintah adalah lembaga pelatihan yang dikelola oleh badan usaha, organisasi masyarakat, atau kelompok-kelompok masyarakat yang memenuhi persyaratan untuk menyelenggarakan pelatihan masyarakat. 15. Standardisasi Pelatihan adalah kriteria minimal tentang sistem pelatihan masyarakat yang berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pelatihan masyarakat dalam rangka mewujudkan pelatihan masyarakat yang bermutu. 16. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program terhadap lembaga pelatihan masyarakat pemerintah dan/atau pemerintah daerah berdasarkan kriteria standar yang telah ditetapkan untuk melakukan kegiatan pelatihan masyarakat dan uji kompetensi. 17. Sertifikasi adalah suatu proses pemberian pengakuan dan penghargaan kompetensi kepada peserta uji kompetensi. Evaluasi pelatihan adalah kegiatan menilai penerapan standar oleh lembaga pelatihan masyarakat dalam rangka pengendalian dan penjaminan mutu pelatihan. 18. Komite Standar Pelatihan yang selanjutnya disingkat KSP adalah lembaga yang dibentuk oleh Menteri Desa,
  • 7. - 7 - Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi dalam rangka pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian standar pelatihan masyarakat, akreditasi, serta sertifikasi. 19. Badan adalah unit eselon 1 yang menangani penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan dan informasi di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. 20. Direktorat Jenderal Teknis adalah Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. 21. Kementerian adalah Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. 22. Menteri adalah Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. BAB II ARAH KEBIJAKAN Bagian Kesatu Tujuan, Sasaran, Kaidah, dan Prinsip Pasal 2 (1) Pelatihan Masyarakat diselenggarakan untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas masyarakat sebagai wujud pemenuhan hak masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian dan kesejahteraan. (2) Sasaran Pelatihan Masyarakat adalah: a. meningkatnya pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta perilaku masyarakat; b. meningkatnya produktivitas dan daya saing masyarakat; dan c. tersedianya sumberdaya manusia terlatih sebagai penggerak keswadayaan masyarakat.
  • 8. - 8 - Pasal 3 (1) Pelatihan Masyarakat diselenggarakan sesuai kaidah: a. mengacu pada kebijakan Direktorat Jenderal Teknis di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; b. menguatkan kerjasama antar pemangku kepentingan; c. mendukung kebijakan dan kebutuhan pembangunan Desa, Kawasan Perdesaan, Daerah Tertinggal, Daerah tertentu, pemukiman transmigrasi dan kawasan transmigrasi; dan d. selaras dengan kebijakan Pemerintah Daerah. (2) Pelatihan Masyarakat diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip: a. berorientasi pada kebutuhan pengembangan potensi sumber daya lokal yang ada; b. sistematis; c. tanggung jawab bersama antara lembaga pemerintah, lembaga non pemerintah dan masyarakat; d. dilaksanakan oleh lembaga pelatihan dan/atau lembaga pemberdayaan yang memenuhi persyaratan; dan e. sinergis antar pemangku kepentingan. Bagian Kedua Strategi dan Cakupan Wilayah Pasal 4 (1) Pelatihan Masyarakat dilakukan melalui strategi: a. optimalisasi pengelolaan pelatihan masyarakat; b. penguatan jejaring dan kerjasama; dan c. integrasi dan kolaborasi program pelatihan dengan progam internal di lingkungan Kementerian, maupun dengan program eksternal Kementerian. (2) Optimalisasi pengelolaan pelatihan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui: a. penjaminan dan pengendalian mutu;
  • 9. - 9 - b. penguatan lembaga pelatihan masyarakat; c. penguatan sumber daya manusia pelatihan masyarakat; d. pelaksanaan pelatihan secara berjenjang; dan e. penyediaan pendanaan dari berbagai sumber baik pemerintah maupun non pemerintah. (3) Penguatan jejaring dan kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan melalui: a. pengembangan kerjasama kemitraan antar lembaga pemerintah; b. pengembangan kerjasama kemitraan antara lembaga pemerintah dengan lembaga non pemerintah; dan c. pengembangan kerjasama kemitraan dengan lembaga donor. (4) Integrasi dan kolaborasi program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan melalui koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program pelatihan dan pemberian bantuan stimulan/pasca pelatihan dan/atau bantuan pemberdayaan lainnya. Pasal 5 Cakupan wilayah pelatihan masyarakat meliputi Desa dan Kawasan Perdesaan, Daerah tertinggal, Daerah tertentu, daerah asal transmigrasi, permukiman transmigrasi, dan kawasan transmigrasi. BAB III PROGRAM PELATIHAN MASYARAKAT Bagian Kesatu Program Pelatihan Pasal 6 (1) Program Pelatihan Masyarakat mempunyai fokus prioritas pada: a. pembangunan dan pemberdayaan masyarakat Desa;
  • 10. - 10 - b. pembangunan dan pemberdayaan Kawasan Perdesaan; c. pemberdayaan masyarakat di Daerah Tertinggal; d. pemberdayaan masyarakat di Daerah Tertentu; dan e. penyiapan calon transmigran dan pemberdayaan masyarakat di permukiman transmigrasi dan kawasan transmigrasi. (2) Program Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikembangkan sesuai hasil penilaian kebutuhan pelatihan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai program Pelatihan Masyarakat, pengembangan program pelatihan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), ditetapkan oleh Kepala Badan. Bagian Kedua Kelompok Sasaran Pelatihan Masyarakat Pasal 7 Pelatihan Masyarakat dilakukan terhadap kelompok sasaran yang meliputi: a. pengurus Lembaga Kemasyarakatan; b. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa; c. tokoh masyarakat; d. unsur masyarakat; e. masyarakat pada cakupan wilayah pelatihan masyarakat; dan f. calon transmigran; g. masyarakat transmigrasi; h. calon pelatih masyarakat dari unsur masyarakat.
  • 11. - 11 - BAB IV PENYELENGGARAAN PELATIHAN MASYARAKAT Bagian Kesatu Pendekatan, Bentuk, dan Tahapan Penyelenggaraa Pasal 8 (1) Pelatihan Masyarakat diselenggarakan dengan pendekatan: a. berbasis masyarakat; dan b. berbasis kompetensi. (2) Pelatihan Berbasis Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditujukan untuk meningkatkan kemampuan setiap kelompok masyarakat atau individu dalam rangka pemberdayaan masyarakat, mencakup aspek pengetahuan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri berdasarkan kekhasan sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat dan sumber daya alam setempat. (3) Pelatihan berbasis kompetensi sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sesuai dengan standar yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja. (4) Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan. Pasal 9 (1)Bentuk Penyelenggaraan Pelatihan Masyarakat meliputi: a. pelatihan di dalam kelas/tatap muka; b. pelatihan di luar kelas; c. studi banding; d. pemagangan; e. pengembangan laboratorium lapang; f. pelatihan keliling; dan g. pelatihan jarak jauh. (2)Bentuk penyelenggaraan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan.
  • 12. - 12 - Pasal 10 (1)Tahapan penyelenggaraan pelatihan masyarakat meliputi : a. perencanaan; b. pengorganisasian; c. pelaksanaan; d. pemantauan dan evaluasi; dan e. pengembangan hasil pelatihan masyarakat. (2)Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mencakup: a. identifikasi kebutuhan Pelatihan Masyarakat; b. penyusunan program Pelatihan Masyarakat; dan c. penyiapan dan pengembangan materi Pelatihan Masyarakat. (3)Pengorganisasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan mendayagunakan: a. sumber daya manusia pelatihan; b. sarana dan prasarana; dan c. dana. (4)Pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c: a. penyiapan materi pembelajaran; b. penyampaian materi pembelajaran; dan c. evaluasi kegiatan pembelajaran. (5)Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan suatu proses sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan informasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan program pelatihan dengan kriteria tertentu untuk keperluan pembuatan keputusan. (6)Pengembangan hasil pelatihan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e: a. tindak lanjut pembinaan pasca pelatihan; dan b. tindak lanjut pemeliharaan purna pelatihan.
  • 13. - 13 - Bagian Kedua Penyelenggara Pelatihan Masyarakat Pasal 11 (1)Penyelenggara Pelatihan Masyarakat adalah: a. Lembaga Pelatihan Masyarakat dan/atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Tingkat Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota; dan b. Lembaga non pemerintah yang memenuhi standar yang berlaku. (2)Penyelenggara Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan sesuai dengan pembagian urusan dan kewenangan dalam ketentuan perundang-undangan. (3)Penyelenggara pelatihan masyarakat terkait dengan sumber daya manusia meliputi pelatih dan tenaga kepelatihan. (4) Pelatih sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari: a. Penggerak Swadaya Masyarakat (PSM); b. instruktur pelatihan atau sebutan lainnya; c. tenaga pendamping profesional atau sebutan lainnya; d. Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa (KPMD); dan e. pelatih masyarakat atau sebutan lainnya yang berasal dari unsur masyarakat. Pasal 12 (1)Penyelenggara Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud Pasal 11 ayat (1) huruf b adalah: a. perguruan tinggi; b. lembaga swadaya masyarakat; c. Organisasi Massa (Ormas)/ Yayasan; d. swasta/perusahaan; dan e. pihak lain sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan. (2)Penyelenggara pelatihan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat menyelenggarakan Pelatihan Masyarakat secara mandiri dan/atau bekerjasama dengan lembaga pelatihan yang memenuhi persyaratan untuk
  • 14. - 14 - menyelenggarakan pelatihan masyarakat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 13 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Pelatihan Masyarakat ditetapkan oleh Kepala Badan. Bagian Ketiga Tata Hubungan Kerja Pasal 14 (1) Penyelenggaraan Pelatihan Masyarakat dilakukan dalam hubungan kerja: a. antar unit di lingkungan Kementerian; b. antar Kementerian/Lembaga Pemerintah non Kementerian; c. Kementerian dengan Dinas Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Lembaga Pelatihan Masyarakat dan/atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Provinsi, dan Kabupaten/Kota yang berwenang; d. Kementerian dengan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) Pelatihan Masyarakat; e. Kementerian dengan lembaga pelatihan masyarakat non Pemerintah; f. Lembaga pelatihan masyarakat pusat dan daerah serta lembaga pemberdayaan masyarakat di daerah dengan badan usaha/perusahaan /perguruan tinggi/yayasan; dan g. Lembaga pelatihan masyarakat pusat dan daerah serta lembaga pemberdayaan masyarakat di daerah dengan Pemerintah Desa. (2) Hubungan kerja antar unit di lingkungan Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan oleh Badan berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal teknis dalam penyusunan program, implementasi, dan pasca
  • 15. - 15 - implementasi program pemberdayaan masyarakat, dengan lingkup kegiatan: a. penyusunan rumusan kebijakan pelatihan masyarakat secara nasional; b. dukungan terhadap implementasi kebijakan Direktorat Jenderal teknis di bidang pemberdayaan masyarakat, dalam bentuk pelatihan, bimbingan pasca pelatihan, serta pengendalian mutu pelatihan; c. sinergi dalam program dan penganggaran pelatihan serta tindak lanjut hasil pelatihan dengan pemberian bantuan pasca pelatihan dan pemeliharaan purna pelatihan masyarakat oleh Direktorat Jenderal teknis; dan d. dukungan penyelenggaraan pelatihan. (3) Hubungan kerja antar Kementerian/Lembaga Pemerintah non kementerian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b dilakukan oleh Badan dengan Kementerian/Lembaga Pemerintah non kementerian dalam hal-hal sebagai berikut: a. penyelenggaraan pelatihan masyarakat yang mengacu kebijakan teknis sektor terkait; b. sinergi dalam program dan penganggaran pelatihan serta tindak lanjut hasil pelatihan dengan pemberian bantuan pasca pelatihan dan pemeliharaan purna pelatihan masyarakat; c. dukungan penyelenggaraan pelatihan; dan d. pelaksanaan pemagangan. (4) Hubungan kerja Kementerian dengan Dinas Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta Lembaga Pelatihan Masyarakat dan/atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Provinsi, dan Kabupaten/Kota yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan oleh Badan melalui koordinasi dan fasilitasi, dengan lingkup kegiatan: a. penyediaan regulasi Pelatihan Masyarakat; b. pembinaan program Pelatihan Masyarakat; c. standardisasi Pelatihan Masyarakat; d. fasilitasi akreditasi lembaga pelatihan di Daerah;
  • 16. - 16 - e. fasilitasi sertifikasi Pelatih dan peserta pelatihan sesuai ketentuan perundang-undangan; f. pembinaan dan peningkatan kapasitas jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan g. pengelolaan data dan informasi Pelatihan Masyarakat. (5) Hubungan kerja Kementerian dengan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan Badan melalui koordinasi dan fasilitasi dengan lingkup kegiatan: a. penyediaan regulasi tentang Pelatihan Masyarakat; b. pembinaan program Pelatihan Masyarakat; c. standardisasi Pelatihan Masyarakat; d. fasilitasi akreditasi UPTP Pelatihan Masyarakat; e. fasilitasi sertifikasi Pelatih dan peserta pelatihan sesuai ketentuan perundang-undangan; f. pembinaan dan peningkatan kapasitas jabatan fungsional, disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; g. pengelolaan data dan informasi pelatihan masyarakat; h. penyediaan layanan konsultasi dan advokasi Pelatihan Masyarakat. (6) Hubungan kerja Kementerian dengan lembaga pelatihan non Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan Badan melalui koordinasi dan fasilitasi dengan lingkup kegiatan: a. penyediaan regulasi tentang Pelatihan Masyarakat; b. pembinaan program Pelatihan Masyarakat; c. standardisasi Pelatihan Masyarakat; d. fasilitasi akreditasi lembaga Pelatihan Masyarakat; e. fasilitasi sertifikasi peserta pelatihan; f. pengelolaan data dan informasi Pelatihan Masyarakat; g. fasilitasi kerjasama/kemitraan dalam bidang program pelatihan, sarana/prasarana, tenaga pelatih, tenaga kepelatihan, pembiayaan, bimbingan pasca pelatihan, penyediaan tempat kerja untuk on-the-job training, dan penempatan tenaga kerja pasca pelatihan; dan
  • 17. - 17 - h. penyediaan layanan konsultasi dan advokasi Pelatihan Masyarakat. (7) Hubungan kerja lembaga pelatihan masyarakat pusat dan daerah serta lembaga pemberdayaan masyarakat di daerah dengan badan usaha/perusahaan /perguruan tinggi/yayasan dilakukan dengan lingkup kegiatan: a. penyelenggaraan program pelatihan masyarakat; b. penyediaan dukungan pendanaan program pelatihan; c. penyediaan tenaga pelatih/narasumber; dan d. penyediaan bantuan stimulan/sarana produksi/modal usaha. (8) Hubungan kerja lembaga pelatihan dan lembaga pemberdayaan masyarakat tingkat Pusat dan Daerah dengan Pemerintah Desa dilakukan dengan lingkup kegiatan: a. penyediaan program pelatihan masyarakat; dan b. kerjasama dalam pendampingan pengembangan masyarakat skala lokal Desa yang melibatkan PSM, KPMD, dan tenaga pendamping lokal Desa. BAB V PENJAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU PELATIHAN MASYARAKAT Pasal 15 (1) Dalam penyelenggaraan pelatihan Masyarakat dilakukan penjaminan dan pengendalian mutu. (2) Penjaminan dan pengendalian mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui standardisasi, akreditasi lembaga, sertifikasi dan evaluasi.
  • 18. - 18 - Bagian Kesatu Standardisasi Pasal 16 (1) Standardisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) terdiri dari: a. standar pelatihan; dan b. standar kompetensi. (2) Standar Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari: a. standar isi; b. standar proses; c. standar penilaian; d. standar kelulusan peserta pelatihan; e. standar pelatih masyarakat dan tenaga pelatihan masyarakat; f. standar sarana dan prasarana; g. standar pengelolaan; dan h. standar pembiayaan. (3) Standar Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi tiga jenis, yaitu: Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), Standar Khusus, dan/atau Standar Internasional. Bagian Kedua Akreditasi Pasal 17 (1) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 15 ayat (2) pada sebagai lembaga pelatihan masyarakat pemerintah dan non pemerintah merupakan upaya untuk menjamin kredibilitas lembaga pelatihan termasuk jaminan kualitas layanan dan lulusan lembaga pelatihan, sesuai dengan standar dan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Akreditasi sebagaimana yang dimaksud ayat (1) dilakukan oleh Komite Standar Pelatihan Masyarakat.
  • 19. - 19 - (3) Akreditasi lembaga pelatihan masyarakat pemerintah Pusat dan Daerah dan non pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut ditetapkan oleh Kepala Badan. Bagian Ketiga Sertifikasi Pasal 18 (1) Untuk memberikan pengakuan dan penghargaan kompetensi yang dimiliki peserta pelatihan masyarakat, dilakukan: a. pemberian surat keterangan; dan /atau b. sertifikasi kompetensi. (2) Surat keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diterbitkan oleh lembaga pelatihan dan/atau lembaga pemberdayaan masyarakat diberikan kepada setiap peserta yang telah mengikuti pelatihan masyarakat. (3) Sertifikasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diberlakukan terhadap: a. pelatih; dan b. peserta pelatihan. (4) Sertifikasi Kompetensi sebagaimana dimaksud ayat (3) diberikan kepada peserta yang mengikuti uji kompetensi dan dinyatakan lulus. (5) Sertfikasi Kompetensi sebagaimana dimaksud ayat (4) diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi yang berlisensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Bagian Keempat Evaluasi Pasal 19 (1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dilakukan terhadap aspek penerapan standar Pelatihan Masyarakat.
  • 20. - 20 - (2) Evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan terhadap lembaga pelatihan pemerintah/pemerintah daerah dan non pemerintah yang menyelenggarakan pelatihan masyarakat. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh Komite Standar Pelatihan Masyarakat. Pasal 20 Kebijakan tentang penjaminan dan pengendalian mutu pelatihan masyarakat ditetapkan oleh Kepala Badan. BAB VI KOMITE STANDAR PELATIHAN MASYARAKAT Pasal 21 (1) Komite Standar Pelatihan Masyarakat dibentuk dalam rangka pengembangan, pemantauan dan pelaporan pencapaian standar pelatihan masyarakat, akreditasi, sertifikasi dan evaluasi. (2) Komite Standar Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk di Pusat dan Provinsi, dan Kabupten/Kota. (3) Dalam hal pemenuhan kebutuhan yang strategis terhadap keberadaan Komite Standar Pelatihan Masyarakat, Pemerintah Provinsi dapat memfasilitasi pembentukan Komite Standar Pelatihan Masyarakat di Kabupaten/Kota. (4) Komite Standar Pelatihan Masyarakat di Pusat (KSP Pusat) ditetapkan oleh Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. (5) Komite Standar Pelatihan Masyarakat di Provinsi/Kabupaten/Kota (KSP Provinsi/Kabupaten/Kota) ditetapkan oleh Kepala Daerah yang bersangkutan. (6) KSP Pusat, KSP Provinsi, dan KSP Kabupaten/Kota mempunyai tugas dan wewenang: a. mengembangkan standar pelatihan masyarakat; b. mengembangkan standar kompetensi;
  • 21. - 21 - c. mengembangkan kriteria penilaian lembaga pelatihan masyarakat; d. memfasilitasi penyelenggaraan akreditasi lembaga pelatihan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan non pemerintah; e. memfasilitasi penyelenggaraan sertifikasi melalui penilaian kelulusan pelatihan masyarakat; f. menyelenggarakan evaluasi terhadap aspek penerapan standar Pelatihan Masyarakat oleh lembaga pelatihan pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan non pemerintah; dan g. memberikan rekomendasi penjaminan dan pengendalian mutu pelatihan masyarakat. Pasal 22 Ketentuan lebih lanjut tentang pembentukan Komite Standar Pelatihan Masyarakat baik Pusat maupun Provinsi dan Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Kepala Badan. BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT DAN KERJASAMA Bagian Kesatu Peran Serta Masyarakat Pasal 23 (1) Masyarakat dapat ikut serta dalam seluruh tahapan kegiatan pelatihan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10. (2) Bentuk peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. pengajuan usulan rencana pelatihan; b. penyiapan sarana dan prasarana pelatihan; c. penyediaan tenaga pelatihan; dan/atau d. kontribusi pembiayaan kegiatan pelatihan.
  • 22. - 22 - (3) Pengajuan usulan rencana pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dilakukan melalui musyawarah desa. (4) Sarana dan prasarana pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi fasilitas, alat, media, dan/atau prasarana pendukung pelaksanaan aktivitas pembelajaran dalam pelatihan masyarakat. (5) Penyediaan tenaga pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c berupa pemberian kesempatan kepada masyarakat yang memenuhi persyaratan untuk menjadi tenaga pelatihan. (6) Kontribusi pembiayaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d adalah penyediaan bantuan pembiayaan pelatihan yang bersifat tidak mengikat. Bagian Kedua Kerja Sama Pasal 24 (1) Dalam rangka menyelenggarakan pelatihan masyarakat dilakukan kerja sama. (2) Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan Pihak Ketiga. (3) Pihak Ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi: a. Perguruan Tinggi; b. Lembaga Swadaya Masyarakat; c. Organisasi Massa (Ormas)/ Yayasan; d. Swasta/Perusahaan; e. Lembaga donor; dan/atau f. Pihak lain sesuai ketentuan yang berlaku. (4) Pusat Latihan Masyarakat melakukan kerjasama dan kemitraan yang bersifat strategis berdasarkan Peta Jalan (Road Map) Pelatihan Masyarakat. (5) Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPTP) Balai Latihan Masyarakat dan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) melaksanakan kerja sama dan kemitraan yang bersifat
  • 23. - 23 - teknis operasional dengan pihak ketiga sesuai ketentuan yang berlaku. (6) Dalam rangka melakukan peningkatan kerja sama pelatihan masyarakat dibentuk forum komunikasi jejaring lembaga pelatihan masyarakat. (7) Ketentuan lebih lanjut tentang pelaksanaan kerjas ama ditetapkan dalam Naskah Perjanjian Kerja Sama. BAB VIII PEMANTAUAN DAN EVALUASI Pasal 25 Pemantauan dan evaluasi kinerja program pelatihan dilakukan untuk mengetahui efektivitas penyelenggaraan Pelatihan Masyarakat. Pasal 26 (1) Pemantauan dan evaluasi kinerja program pelatihan dilakukan terhadap penyelenggaraan Pelatihan Masyarakat dimulai dari perencanaan program, implementasi program, sampai dengan pasca implementasi program. (2) Pemantauan dan evaluasi dalam tahap perencanaan program dititikberatkan pada identifikasi kebutuhan pelatihan masyarakat. (3) Pemantauan dan evaluasi pada tahap implementasi program dilaksanakan secara pararel dan berkala untuk memandu pelaksanaan kegiatan agar aktivitas yang dilakukan sesuai dengan perencanaan program pelatihan masyarakat. (4) Pemantauan dan evaluasi pada tahap pasca implementasi program difokuskan pada pengukuran kemanfaatan dan dampak program pelatihan bagi masyarakat.
  • 24. - 24 - Pasal 27 Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud Pasal 25 dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Informasi. BAB IX PEMBINAAN Pasal 28 (1) Menteri berwenang melakukan pembinaan kelembagaan pelatihan masyarakat. (2) Pembinaan kelembagaan pelatihan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. penetapan pedoman pembinaan pelatihan masyarakat; b. rencana, program dan anggaran pelatihan; c. pembinaan sumber daya manusia pelatihan; d. sarana dan prasarana pelatihan; e. pengendalian pelatihan masyarakat, termasuk pengendalian mutu pelatihan; dan f. fasilitasi akreditasi. (3) Pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilimpahkan kepada Badan. BAB X SISTEM INFORMASI PELATIHAN MASYARAKAT Pasal 29 (1) Untuk penyelenggaran pelatihan masyarakat secara berkelanjutan diperlukan upaya dokumentasi terhadap seluruh informasi pelaksanaan pelatihan. (2) Upaya dokumentasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Sistem Informasi Pelatihan Masyarakat. (3) Sumber data Sistem Informasi Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berasal dari unit- unit penyelenggara pelatihan masyarakat di lingkungan
  • 25. - 25 - Kementerian maupun unit penyelanggara pelatihan masyarakat di daerah. Pasal 30 (1) Sistem Informasi Pelatihan Masyarakat dibangun untuk meningkatkan akses dan pelayanan pelatihan masyarakat. (2) Seluruh informasi pelatihan masyarakat dihimpun dari berbagai pihak dan dilakukan melalui mekanisme: a. pengumpulan; b. pengolahan; c. penyajian; dan d. penyebarluasan data dan informasi. (3) Hasil pengelolaan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan sebagai dasar perencanaan program pelatihan selanjutnya, serta pemantauan dan evaluasi. Pasal 31 Penyelenggaraan Sistim Informasi Pelatihan Masyarakat sebagaimana dimaksud Pasal 30 ditetapkan oleh Kepala Badan. BAB XI PEMBIAYAAN Pasal 32 (1) Sumber pembiayaan penyelenggaraan pelatihan masyarakat adalah: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan/atau c. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. (2) Sumber pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menjamin fasilitas pendanaan pelatihan masyarakat secara berkesinambungan, transparan, efektif dan efisien.
  • 26. - 26 - BAB XII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 33 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka ketentuan tentang pelatihan calon transmigran dan masyarakat transmigrasi, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Latihan Transmigrasi, lembaga pemberdayaan dan/atau lembaga pelatihan masyarakat lainnya, Penggerak Swadaya Masyarakat (PSM) dan pelatih di provinsi dan kabupaten/kota, serta Komite Standar Pelatihan Masyarakat Daerah disesuaikan dengan ketentuan Peraturan Menteri ini. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
  • 27. - 27 - Salinan sesuai aslinya Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Kepala Biro Hukum, Organisasi, dan Tata Laksana Eko Bambang Riadi Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Mei 2016 MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, ttd. MARWAN JAFAR Diundangkan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 2016 DIREKTUR JENDERAL PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd. WIDODO EKATJAHJANA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 787