2. DEFINISI
Emboli cairan amnion adalah masuknya cairan
amnion dengan tidak sengaja ke dalam aliran
darah ibu di bawah tekanan kontraksi uterus.
(Mary Hamilton 1995)
Emboli cairan merupakan sindrom dimana setelah
sejumlah besar cairan ketuban memasuki
sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi
gangguan pernafasan yang akut, dan syok.
(Oxorn, 1990)
3. ETIOLOGI
Penyebab emboli cairan amnion diantaranya
adalah:
Lepasnya bagian pinggir placenta, robekan
uterus atau serviks yang menimbulkan
kebocoran.
Persalinan yang kuat, yang diinduksi dengan
oksitosin dosis berlebih yang menyebabkan
tekanan yang kuat.
Mitayani (2009: 102)
4. MANIFESTASI
KLINIS
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kasus
emboli amnion adalah:
Hipotensi (syok), terutama disebabkan reaksi
anafilaksis terhadap adanya bahan-bahan air ketuban
terutama emboli meconium bersifat lethal.
Gawat janin (bila janin belum dilahirkan).
Edema paru atau sindrom distress pernafasan dewasa.
Henti Kardiopulmoner.
Sianosis.
Koagulopati.
Dipsneu.
6. KOMPLIKASI
Komplikasi yang bisa terjadi antara lain:
Edema paru yang luas dan akhirnya
mengakibatkan kegagalan dan payah jantung.
Gangguan pembekuan darah.
7. PENGKAJIAN
1. Airway maintenance dengan cervical spine
protection.
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway
pada pasien gawat darurat antara lain:
Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien
dapat berbicara atau bernafas dengan bebas?
Kaji adanya tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan
nafas pada pasien seperti:
Adanya snoring atau gurgling.
Stridor atau suara nafas tidak normal.
Penggunaan otot bantu pernafasan.
Sianosis
8. Look dan listen bukti adanya masalah pada
saluran nafas bagian atas dan potensial
penyebab obstruksi, seperti:
Muntahan.
Perdarahan.
Gigi lepas atau hilang.
Gigi palsu.
Trauma wajah.
9. Jika terjadi obstruksi jalan nafas maka pastika
jalan nafas pasien terbuka.
Gunakan berbagai alat bantu untuk
mempatenkan jalan nafas sesuai indikasi,
seperti:
Chin lift/jaw thrust
Lakukan suction (jika tersedia)
Oropharyngeal airway/nasopharyngeal
airway, Laryngeal Mask Airway
Lakukan intubasi.
10. 2. Breathing
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian
breathing pada pasien gawat darurat antara lain:
Look, Listen, dan feel: lakukan penilaian terhadap
ventilasi dan oksigenasi pasien.
Inspeksi dari tingkat pernafasan sangat penting.
Apakah ada tanda-tanda seperti: sianosis,
penetrating injury, flail chest, sucking chest
wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
Palpasi adanya pergeseran trakhea, fraktur iga.
Auskultasi untuk adanya suara abnormal pada
dada.
11. 3. Circulation
Cek nadi dan mulai lakukan CPR juka
diperlukan.
CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi
siap untuk digunakan.
Kontrol perdarahan yang dapat mengancam
kehidupan dengan pemberian penekanan
secara langsung.
Palpasi nadi radialis jika diperlukan.
Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda
hipoperfusi atau hipoksia (capillary refill).