SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
Download to read offline
PEDOMAN TEKNIK
TATA CARA
PELAKSANAAN PONDASI CERUCUT KAYU
DI ATAS TANAH LEMBEK DAN TANAH GAMBUT
No. 029/T/BM/1999
Lampiran No. 6 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga
No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
Diterbitkan oleh PT. Mediatama Saptakarya ( PT. Medisa )
YAYASAN BADAN PENERBIT PEKERJAAN UMUM
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
A L A M A T : J A L A N P A T T I M U R A N O . 2 0 T E L P . 7 2 2 1 9 6 0 - 7 2 0 3 1 6 5 - 7 2 2 2 8 0 6 F A X 7 3 9 3 9 3 8
K E B A Y O R A N B A R U - J A K A R T A S E L A T A N K O D E P O S 1 2 1 1 0
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA
NOMOR : 76/KPTS/Db/1999
TENTANG
PENGESAHAN LIMA BELAS PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL
BINAMARGA
DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA,
Menimbang :
a. bahwa dalam rangka menunjang pembangunan nasional di bidang kebinamargaan dan kebijaksanaan
pemerintah untuk meningkatkan pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya alam, diperlukan
pedoman-pedoman teknik bidang jalan;
b. bahwa pedoman teknik yang termaktub dalam Lampiran Keputusan ini telah disusun berdasarkan konsensus
pihak-pihak yang terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan umum serta
memperkirakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh manfaat sebesar-
besarnya bagi kepentingan umum sehingga dapat disahkan sebagai Pedoman Teknik Direktorat Jenderal
Bina Marga;
c. bahwa untuk maksud tersebut, perlu diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga.
Mengingat
1. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen;
2. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1984, tentang Susunan Organisasi Departemen;
3. Keputusan Presidcn Nomor 278/M Tahun 1997, tentang Pengangkatan Direktur Jenderal Bina Marga;
4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 211/KPTS/1984 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pekerjaan Umum;
5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 111/KPTS/1995 tentang Panitia Tetap dan Panitia Kerja serta
Tata Kerja Standardisasi Bidang Pekerjaan Umum;
6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 28/KPTS/1995 tentang Pembentukan Panitia Kerja
Standardisasi Naskah Rancangan SNI/Pedoman Teknik Bidang Pengairan/Jalan/ Permukiman;
Membaca
Surat Ketua Panitia Kerja Standardisasi Bidang Jalan Nomor UM 01 01-Bt.2005/768 tanggal 20 Desember 1999
tentang Laporan Panja Standardisasi Bidang Jalan.
Memutuskan ....................../2.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA TENTANG PENGESAHAN LIMA
BELAS PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Kesatu : Mengesahkan lima belas Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga, sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini yang merupakan bagian yang tak terpisahkan
dari ketetapan ini.
Kedua : Pedoman Tenik tersebut pada diktum kesatu berlaku bagi unsur aparatur pemerintah
bidang kebinamargaan dan dapat digunakan dalam perjanjian kerja antar pihak-pihak
yang bersangkutan dengan bidang konstruksi.
Keempat : Menugaskan kepada Direktur Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga untuk:
a. menyebarluaskan Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga;
b. memberikan bimbingan Teknik kepada unsur pemerintah dan unsur masyarakat
yang bergerak dalam bidang kebinamargaan;
c. menghimpun masukan sebagai akibat dari penerapan Pedoman Teknik ini untuk
peyempurnaannya di kemudian hari.
Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa, jika terdapat
kesalahan dalam penetapan ini, segala sesuatunya akan diperbaiki sebagaimana
mestinya.
'I'embusan Keputusan ini disampaikan kepada Yth. :
1. Kepala Badan Penelitian dan pengembangan PU, selaku Ketua Panitia Tetap Standardisasi.
2. Direktur Bina Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga, selaku Ketua Panitia Kerja Standardisasi
Bidang Jalan.
3. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan, selaku Sekretaris Panitia Kerja Standardisasi
Bidang Jalan.
Lampiran
Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga
Nomor : 76 /KPTS/Db/1999
Tanggal : 21 Desember 1999
PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
Nomor
Urut
JUDUL PEDOMAN TEKNIK
NOMOR P'EDOMAN
TEKNIK
(1) (2) (3)
1 Pedoman Pelaksanaan Campuran Beraspal Dingin untuk
Pemeliharaan
023/T/BM/I999
2 Pedoman Pembuatan Aspal Emulsi Jenis Kationik 024/T/BM/1999
3 Pedoman Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan
Pendekatan Kepadatan Mutlak
025/T/BM/1999
4 Pedoman Perencanaan Bubur Aspal Emulsi (Slurry seal) 026/T/BM/1999
5 Jembatan untuk Lalu Lintas Ringan dengan Gelagar Baja
Tipe Kabel, Tipe Simetris, Bentang, 125 meter (Buku 2)
027/T/BM/1999
6 Pedoman Penanggulangan Korosi Komponen Baja
Jembatan dengan Cara Pcngecatan
028/T/BM/1999
7 Tata Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk Kayu di Atas
Tanah Lembek dan Tanah Gambut
029/T/BM/1999
8 Tata Cara Pencatatan Data Kecelakaan Lalu Lintas (Sistem
3L)
030/T/BM/1999
9 Pedoman Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan 031/T/BM/1999
10 Pedoman Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki pada Jalan
Umum
032/T/BM/1999
11 Persyaratan Aksebilitas pada Jalan Umum 033/T/BM/1999
12 Pedoman Pemilihan Berbagai Jenis Tanaman untuk Jalan 034/T/BM/1999
13 Pedoman Penataan Tanaman untuk Jalan 035/T/BM/1999
14 Pedoman Perencanaan Teknik Bangunan Perendam Bising 036/T/BM/1999
15 Tata cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat di Jalan Bebas
Hambatan
037/T/BM/1999
DAFTAR ISI
Halaman
Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999
Tanggal 20 Desember 1999
DAFTAR ISI i
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Maksud dan Tujuan 1
1.2 Ruang Lingkup 1
1.3 Pengertian 1
BABII KETENTUAN 3
2.1 Umum 3
2.1.1 Keadaan Medan 3
2.1.2 Bahan 3
2.2 Teknik 3
2.2.1 Pelaksana 3
2.2.2 Peralatan 4
2.2.3 Bahan 4
BAB III CARA PELAKSANAAN 6
3.1 Persiapan 6
3.1.1 Penentuan Lokasi 6
3.1.2 Penyiapan Tanah Dasar 6
3.2 Pelaksanaan 7
3.2.1 Pemancangan Cerucuk Kayu dengan Tenaga 7
Manusia
3.2.2 Pemancangan Cerucuk denagan Alat Pemancang 8
3.2.3 Pemancangan Cerucuk dengan Back Hoe 8
3.2.4 Pemasangan Kepala tiang Cerucuk 9
3.3 Timbunan 11
3.3.1 Pemasangan Lapis Pemisah 11
3.3.2 Penimbunan Material 12
LAMPIRAN A : DAFTAR ISTILAH 13
LAMPIRAN B : LAIN – LAIN 14
LAMPIRAN C : DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA
BAB I
DESKRIPSI
1.1 Maksud dan Tujuan
Tata cara ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para pelaksana dalam
melaksanakan pekerjaan pondasi cerucuk kayu di atas tanah lembek dan tanah
gambut.
Tujuannya adalah untuk mempermudah cara pelaksanaan pondasi cerucuk
kayu di atas tanah lembek dan tanah gambut
1.2 Ruang Lingkup
Tata cara ini mencakup ketentuan bahan, dan cara-cara pelaksanaan
pembuatan pondasi cerucuk kayu di atas tanah lembek dan tanah gambut.
1.3 Pengertian
1) Tanah Lembek adalah tanah yang secara visual dapat ditembus dengan ibu
jari minimum sedalam ± 25mm, atau mempunyai kuat geser 40 kpa
berdasakan uji geser baling lapangan. Tanah lembek dapat terdiri atas
tanah lembek anorganik dan organik
2) Tanah Lembek Anorganik adalah tanah lembek yang pada umumnya
terdiri atas lempung atau lanau dengan kadar organik dari 0 % sampai
dengan 25 % atau kadar abu dari 100 % sampai 75 %.
3) Tanah Lembek Organik adalah tanah lembek yang mengandung kadar
organik 25 % sampai 75 % atau dengan kadar abu 75 % sampai
dengan 25%.
4) Tanah Gambut adalah tanah organik yang mengandung kadar abu lebih
kecil dari 25 % atau kadar organik 75 %.
5) Cerucuk Kayu adalah susunan tiang kayu dengan diameter atau ukuran
sisi antara 8 dan 15 cm yang dimasukkan ke dalam tanah sehingga
berfungsi sebagai pondasi.
6) Kepala Cerucuk adalah sesuatu konstruksi yang berfungsi untuk
menyatukan kelompok tiang dalam menerima beban. Kepala cerucuk dapat
berupa pengapit dan tiang-tiang kayu, matras, kawat pengikat, papan
penutup atau balok poer.
BAB II
KETENTUAN
2.1 Umum
2.1.1 Keadaan Medan
1) Pada umumnya tanah lembek dan tanah gambut banyak terdapat di
daerah rawa dengan muka air cukup tinggi, sehingg sangat berpengaruh
terhadap pelaksanaan konstruksi.
2) Umununya dipengaruhi pasang surut, yang sangat berpengaruh terhadap
elevasi rencana kepala tiang.
3) Pada permukaan lahan sering dijumpai tunggul-tunggul kayu, yang
umumnya tidak perlu dicabut.
2.1.2 Bahan
1) Kulit kayu untuk bahan cerucuk tidak perlu dikupas.
2) Cerucuk kayu yang digunakan dapat berupa batang kayu atau
hasil olahan dengan spesifikasi seperti pada Tabel 1.
Tabel 1.
Persyaratan Cerucuk kayu
Uraian Persyaratan
Diameter Minimum 8 Cm,, maksimum 15 cm
Panjang Minimum 3,5m, maksimum 6 in
Kelurusan Cukup lurus, tidak belok dan bercabang
Kekuatan Minimum kelas kuat II I PKKI 1973
Tegangan Minimum Was kuat III untuk mutu A PKKI 1973
2.2 Teknik
2.2.1 Pelaksanaan
1) Pemancangan cerucuk kayu dapat menggunakan tenaga manusia, alat
pancang cerucuk atau dengan Back Hoe.
2) Lantai kerja, dengan muka air cukup tinggi, maka lokasi pemancangan
cerucuk dapat diurug terlebih dahulu dengan material setempat. Bila
menggunakan alat pancang cerucuk harus diberi landasan dari balok
atau papan kayu.
3) Diatas pondasi cerucuk kayu yang diberi kepala tiang yang selanjutnya
dibentuk timbunan badan jalan sesuai dengan spesifikasi bahan
timbunan yang diuraikan pada lampiran B (diambil dari seksi 3.2,
Spesifikasi Umum, Volume 3, Bina Marga), 1992.
4) Pelaksanaan cerucuk kayu harus sesuai dengan pedoman yang diuraikan
dalam “Tata Cara Perencanaan Pondasi di Atas Tanah Lembek, Organik
dan Tanah Gambut”.
2.2.2 Peralatan
1) Gergaji kayu
2) Kapak
3) Palu 5 kg
4) Linggis
5) Cangkul
6) Alat pengangkut tanah
7) Alat pancang cerucuk
8) Alas pemukul tiang
9) Perancah atau platform dari susunan drum-drum dan papan kayu
10) Back Hoer
11) Mesin Las
2.2.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaanpembuatan pondasi cerucuk
kayu di atas tanah lembek dan tanah gambut adalah sebagai berikut.
1) Lantai Kerja
Berupa bahan lokal setempat yaitu tanah lempung, tanah organik, pasir
kuarsa, dengan cara PLTB (Penyiapan Lahan Tanpa Bakar).
2) Bahan Timbunan
Disesuaikan dengan persyaratan (biasanya sesuai dengan seksi3.1,
Spesifikasi Bina Marga dalam Spesifikasi Umum Volume 3, lihat
Lampiran B).
3) Kepala Tiang
1. Papan kayu
2. Tiang kayu dengan dimensi dan kekuatan yang sama dengan
cerucuk.
3. Paku panjang minimum 1,5 diameter kayu yang akan dipaku
4. Tanah yang telah distabilisasi sehingga berfungsi untuk menyatukan
kelompok tiang dalam menerima beban dan penyeragaman
penurunan.
5. Kawat untuk mengikat tiang-tiang satu sama lain.
6. Pelat besi penutup tiang.
BAB III
PELAKSANAAN
3.1 Persiapan
3.1.1 Penentuan Lokasi
1) Pasangpatok-patokukuruntukmenentukanlebardanpanjangpondasi.
2) Tentukan tempat kedudukan tiang-tiang cerucuk yang akan dipancang dan diberi
tandadenganmenggunakanpatok-patok(lihatGambar1)
Gambar 1.Persiapan Perletakan Cerucuk Kayu
Keterangan: b = Lebar pondasi
+ Patok tanda penempatan cerucuk (dilihat dari atas)
Tanda penempatan cerucuk (dilihat dari sampimg)
3.1.2 Penyiapan Tanah Dasar
Lakukan penyiapan tanah dasar sesuai dengan gambar rencana dan lakukan
hal-hal sebagai berikut:
1) Bersihkantanahdasaryangdapatmengganggupelaksanaan.
2) RatakanlahandengancaraPenyiapanlahanTanpaBakar(PLTB).
3) Bila rnuka air mencapai pcrmukaan tanah, maka timbun tanah dasar sehingga muka
tanahtimbunandiatasmukaair.
3.2 Pelaksanaan
3.2.1 PemancanganCerucukKayudenganTenagaManusia
1) Runcingkan bagian ujung bawah cenrcuk kayu agar mudah rnenembus ke dalam
tanah.
2) Pasang perancah atau platformsedemikian rupa sehingga orang dapat dengan mudah
memukulkepalatiangpadaketinggiantertentu(lihatGambar2).
3) Ratakanbagianujungtiangyangakandipukuldanberitopitiang.
4) Tegakkan tiang cerurcuk dan masukkan sedikit ke dalarn tanah agar dapat dipukul
dcnganstabildantetaptegaklurus.
5) Pukul tiang dengan palu pcmukul pada ujung atas cenrcuk yang sudah diberi topi
sampaikedalamanrencana.
Gambar 2. Pemancangan Tiang Cerucuk dengan Tenaga
Manusia
3.2.2 Pemancangan Cerucuk dengan Alat Pancang
1) Siapkan alat pancang tiang cerucuk dengan kedudukan yang dapat
menjangkau pekerjaan pemancangan seefektip mungkin.
2) Siapkan tiang cerucuk pada kedudukan rencana.
4) Pasang tiang cerucuk berikut topi pemukulnya pada alat pancang, dan
pastikan tiang berdiri tegak lurus.
5) Catat penurunan pemancangan sampai kedalaman rencana minimum 1
tiang untuk setiap 5 m kearah memanjang jalan.
Gambar 3. Pemancangan Cerucuk dengan AIat Pancang
3.2.3 Pemancangan Cerucuk dengan Back Hoe
1) Sipkan lantai kerja yang tcrdiri atas baok-balok kayu atau papan untuk
operasional Back Hoe.
3) Siapkan sejunllah tiang yang akan dipancang pada tempat
kedudukannya.
4) Tegakkan tiang pada posisi kedudukan rencana dengan bantuan tenaga
manusia
5) Operasikan Bac khoe, dan pastikan bagian mangkok (Bucket) akan
menekan tiang secara tegak lurus.
6) Tekan tiang dengan Bucket sampai masuk tanah sesuai dengan
kedalaman rencana.
3.2.4. Pemasangan Kepala Tiang Cerucuk
1) Kepala Tiang dari Balok Kayu atau Papan
a. Sistim Paku
Hubungkan kepala tiang dcngan cenicuk mcn<s i inakan paku,
yang dipakukan dart atas kepala tiang sampai masuk ke daam
tiang cenicuk pada barisan arah melintang jalan.
Agar tiang cenicuk menjadi satu kesatuan maka pada arah
memanjang jalan dapat dipasang balok kayu atau papan
dengan jarak dari sumbu ke sumbu 1,00 meter yang menumpu
pada kepala tilling ar h mchntang jalan dan diperkuat deng.in
paku (Gambar 4).
Gambar 4. Hubungan Kepala Tiang dengan Ujung atau Cerucuk
menggunakan Paku
b. Sistiin Gapit
Hubungan kepala tiang dengan cerucuk dibuat Sistim
gapit.Diperlukan 2 (dua) balok kayu arah melintang jalan untuk
menggapit 1 (satu baris) cerucuk arah melintang jalan dengan cara
dipaku. Arah sejajar memanjang jalan juga diberi kepala tiang
dengan jarak sumbu ke sumbu 1,00 meter (Gainbar 5).
Gambar 5. Hubungan antara Kepala Tiang dengan Cerucuk dengan
Sistim Gapit diperkuat Paku
6) Kepala Tiang dari Matras
a. Buat lantai kerja untuk hamparan matras, dari bahan timbunan lokal
yang berfungsi untuk meratakan tempat dudukan matras.
b. Hampar matras, yang dapat. terdiri atas stabilisasi tanah dengan
semen atau beton kurus. Usahakan agar bagian ujung atas cerucuk
menyatu dengan matras pada ketebalan rencana (Gambar 6).
Gambar 6. Matras sebagai Kepala Tiang Cerucu
7) Kepala Tiang dari Ikatan Kawat
a. Tipe ikatan kepala (Gambar 7a)
i. Ikatkan bagian ujung atas tiang cerucuk dengan kawat,yang
dihubungkan satu sama lain.
ii. Pasang batang-batang kawat sebag l pcrkuatan yang inenyikung
dan mengelilingi bagian atas tiang.
b. Tipe Silang (Gambar 7b)
i. pasang topi baja pada ujung atas tiang cerucuk.
ii. Ikatkan pcrkuatan kawat dengan Las titik pada tiap ujung
cerucuk.
a. Tipe Ikatan Kepala b. Tipe Silang
Gambar 7. Ikatan Kawat sebagai Kepala Tiang
3.3 Timbunan
3.3.1 Pemasangan Lapis Pemisah
Lapis pemisah dipasang untuk mencegah lolosnya bahan timbunan yang
melewati celah-celah kepala tiang. Bahan pemisah menggunakan geotekstil
lokal atau dari bilik bambu.
pasang bahan lapis pemisah selebar permukaan kepala tiang yang telah
dipasang, dengan diberi tambahan lebar satu meter pada bagian kiri dan
kanannya (lihatgambar8).
Gambar 8. Pemasangan Lapis Pemisah di Atas Kepala Cerucuk
3.3.2 Penimbunan Material
1) 'I'ebal tinbunan jalan minimum satu meter.
2) Bila lapis pemisah merupakan bahan hasil pabrikasi, timbunan lapisan
pertama setebal ½ m padat harus berupa tanah berbutir.
3) Bila digunakan lapis pemisah anyaman bambu (bilik) maka timbunan
lapis pertama 1/2 m padat tidak perlu digunakan tanah berbutir, tetapi
tidak disarankan menggunakan bahan dari tanah organik atau tanah
gambut.
4) Lapis timbunan berikutnya menggunakan bahan timbunan scsuai
dengul persyaratan atau spesifikasi yang terdapat pada Seksi 3.1, Buku
Volume 3: Spesifikasi Umum, Bina Marga.
LAMPIRAN A
DAFTAR ISTILAH
saling tindih : overlap
bahan pemisa : separator
LAMPIRAN B
LAIN – LAIN
Spesifikasi Bahan Timbunan
(Seksi 3.1 Spesifikasi Umum Volume 3, Bina Marga)
Jenis Urugan Spesifik:asi Keterangan
1 2 3
I. Un~gati.diiasa Tidak tenuasuk jeius tanah plastisitas tinggi
(A-7-6 atau CI-I)
Klasilikasi AASI IT O
AI-145 atau klasil-
ikasi
unified.
Bila pengguaan tanah plastisitas tinggi tidak
dapat dihiudarkan, bahan tersebut hams
digunakan hanya pada bagian dasar dan
unigau atau pada umgan kemb;di yang tidak
meuiedukau daya dukung yang tiuggi. Tanah
plastis seperti itu tidak boleh digunakan saina
sekali pada lapisan 30 cm di bawah tanah
perkerasan alai balm.
CBR >_ (%. sctelah pereudam:ui 4 hari dan
dipadatkan 100/ kepadatan keiing
maksinwm sesuai dengan SN I- 1742-1989-F.
Tanah dengan pengembangan tiuggi yang
unemilild nilai aktif > 1,25 tidak boleh
diguuakan.
Nilai aktif diukur sebagai
perbandingan antara PI
dan persentase ukuran
leoqumg.
2. Untgan l'ilihau Memeuuhi persyaratan umgarn biasa.
CBR>10"P;P
;- setclah 4 had 1wremtaman bila
dipadatkau sampai 100"/~. kepadatan kening
maksimmn, sesuai dengan SN I- 1742-1989-F.
1 2 3
Biladiguuakan pemadatan dalam keadaan
jenuh atau banjir tidak dapat dihindari, maka
urugan pilihan barus digunakan pasir atau
kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya
dengan indeks plastisitas maksim 6%.
Bila digunakan pada lereng atau pekerjaan
stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya
yang kuat gesernya penting tetapi dijumpai kondisi
pemadatan normal dan kering, maka urugan
pilihan dapat digunakan kerikil lempung
bergradasi baik atan lempung
berpasir atau lempung berplastisitas rendah.
Tipe bahan yang dipilih
tegantung pada kecuraman
lereng atau pada tekanan
yang akan dipikul.
LAMPIRAN C
DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA
1). Pemrakarsa
Pusat Penelitian dan Pengembangan jalan, Badan Penelitian dan Pengembangan PU.
Direktorat Bina Teknik, Direktora Jenderal Bina Marga
2). Penyusun :
4). Kelompok Kerja Bidang Geoteknik Jalan
Ir. Suhaimi Daud Pusat Litbang Jalan (SK Ketua Panja No.:
13/KPTS/Bt/1999) Ketua:
3). Tim Pembahas : Ir. Hartom, M.Sc Ditjen Bina Marga
DR. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc Pusat Litbang jalan W akil Ketua:
Ir. Lanny Hidayat Ditjen Bina Marga DR. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc Pusat Litbang lalan
Ir. Suhaimi Daud Pusat LitbangJalan Anggota:
Ir. Slamet Prabudi Pusat Litbang lalan Ir. Djoko Slistyono, MSc Ditjen Bina marga
Drs. Oman Suherman Pusat LitbangJalan Ir. Didt Irahadi Ditjen Bina Marga
Ir. Lanneke Tristanto Pusat Litbang lalan Ir. Gjw Fernandez Ditjen Bina Marga
Ir. Edy Sunaryo Pusat LitbangJalan Ir. Eddy Soenaryo, MSc Ditjen Bina Marga
Term Rustandie, BE Pusat Litbang lalan Ir. Herman Tjahyati, MSc Ditjen Bina Marga
Ir. Saroso BS Pusat Litbang Jalan Drs. HM. Suherman Pusat LitbangJalan
Zubirhan Lubis, BE Pusat Litbang lalan Ir. Suhaimi Daud Pusat Litbang lalan
Ir. Benny Mustafa Pusat Litbang lalan
Ir. And: Renald Pusat Litbang lalan
Ir. Saroso BS Pusat Litbang lalan
Ir. Theo Nayoan Pusat Litbang lalan
Ir. Agus Sumaryono, DipLlng Pusat Litbang Pengatran
Ir. Tatang Sutardjo, NISc Pusat Litbang Pengairan
DR. Ir. Isdiana, MSc Pusat Litbang Pengairan
Ir. Rismantoyo Pusat Litbang Pengairan
Ir. Habibbullah Rots Assosiasi Prolzsi
Ir. Willy Tumewu, M.Sc Assostasi Protest
DR. Ir. Paulus Pramono R., M.Sc. Perguruan TinggiDR. Ir.
Nlashur Irsam, hISc Pergunian Tinggi

More Related Content

What's hot

Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanSni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanterbott
 
Analisa pekerjaan bongkaran
Analisa pekerjaan bongkaranAnalisa pekerjaan bongkaran
Analisa pekerjaan bongkaranSaeful Fajri
 
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet PileMetoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet PileIMRA MORALDY
 
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer TestPile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Testinka -chan
 
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normalSni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normalMira Pemayun
 
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANPELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANMOSES HADUN
 
Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...
Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...
Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...Ellan Syahnoorizal Siregar
 
Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017NUR SETIAJI
 
Sni 6897-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk kons...
Sni 6897-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk kons...Sni 6897-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk kons...
Sni 6897-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk kons...Ellan Syahnoorizal Siregar
 
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)Yusrizal Mahendra
 
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalTes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalAngga Nugraha
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Harsanty Seran
 
Konstruksi Jalan Komposit
Konstruksi Jalan KompositKonstruksi Jalan Komposit
Konstruksi Jalan KompositBudi Suryanto
 
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"MOSES HADUN
 
Metode teknis dan flow chart of work
Metode teknis dan  flow chart of workMetode teknis dan  flow chart of work
Metode teknis dan flow chart of workZinet Yeha
 
Setting Out Construction
Setting Out ConstructionSetting Out Construction
Setting Out ConstructionShopyan Sauri
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMOSES HADUN
 

What's hot (20)

Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatanSni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
Sni 1725 2016 pembebanan untuk jembatan
 
Analisa pekerjaan bongkaran
Analisa pekerjaan bongkaranAnalisa pekerjaan bongkaran
Analisa pekerjaan bongkaran
 
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet PileMetoda pelaksanaan Sheet Pile
Metoda pelaksanaan Sheet Pile
 
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer TestPile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
Pile Dynamic Analyzer (PDA) Test and Hammer Test
 
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normalSni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
Sni 03-2834-1993-tata-cara-pembuatan-rencana-campuran-beton-normal
 
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATANPELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
PELAKSANAAN PEMELIHARAAN JALAN DAN JEMBATAN
 
Metode pelaksanaan gedung
Metode pelaksanaan gedung Metode pelaksanaan gedung
Metode pelaksanaan gedung
 
Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...
Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...
Sni 7393-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminium...
 
Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017Manual desain-perkerasan-jalan-2017
Manual desain-perkerasan-jalan-2017
 
Sni 6897-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk kons...
Sni 6897-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk kons...Sni 6897-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk kons...
Sni 6897-2008-tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan dinding untuk kons...
 
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
Manual Desain Perkerasan Jalan - Baru (2012)
 
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspalTes core drill pada pekerjaan jalan aspal
Tes core drill pada pekerjaan jalan aspal
 
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
Peraturan perencanaan geometrik jalan antar kota no.38 tbm 1997 (2)
 
Konstruksi Jalan Komposit
Konstruksi Jalan KompositKonstruksi Jalan Komposit
Konstruksi Jalan Komposit
 
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
TEKNIK SIPIL : "METODE PELAKSANAAN PEMBANGUNAN JALAN BARU"
 
Metode teknis dan flow chart of work
Metode teknis dan  flow chart of workMetode teknis dan  flow chart of work
Metode teknis dan flow chart of work
 
Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020Pedoman desain geometrik jalan 2020
Pedoman desain geometrik jalan 2020
 
Buku etabs
Buku etabsBuku etabs
Buku etabs
 
Setting Out Construction
Setting Out ConstructionSetting Out Construction
Setting Out Construction
 
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedungMakalah tentang metode pelaksanaan gedung
Makalah tentang metode pelaksanaan gedung
 

Similar to 6 pelaksanaan-pondasi-cerucuk-kayu-diatas-tanah-lembek-dan-tanah-gambut

Gambar dan spec
Gambar dan specGambar dan spec
Gambar dan specian skay
 
PENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptx
PENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptxPENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptx
PENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptxssusere1a96a
 
Sni pengujian beton
Sni pengujian betonSni pengujian beton
Sni pengujian betongede sancita
 
Metode pelaksanaan pintu gerbang toll
Metode pelaksanaan pintu gerbang tollMetode pelaksanaan pintu gerbang toll
Metode pelaksanaan pintu gerbang tollmujiyono_st
 
Persiapan Penerapan Ekatalog Wilayah 1 (100821).pptx
Persiapan Penerapan Ekatalog Wilayah 1 (100821).pptxPersiapan Penerapan Ekatalog Wilayah 1 (100821).pptx
Persiapan Penerapan Ekatalog Wilayah 1 (100821).pptxneni hasnini
 
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdfRaihanZahran2
 
CONTOH METODE PELAKSANAAN
CONTOH METODE PELAKSANAANCONTOH METODE PELAKSANAAN
CONTOH METODE PELAKSANAANMOSES HADUN
 
Rigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdf
Rigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdfRigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdf
Rigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdfAdamTaufik2
 
Rks spek tek makam
Rks spek tek makamRks spek tek makam
Rks spek tek makamArdi Saputra
 
skh-2719 spesifikasi khusus interim untuk
skh-2719 spesifikasi khusus interim untukskh-2719 spesifikasi khusus interim untuk
skh-2719 spesifikasi khusus interim untukRomiRajiman
 
Materi 2 Pemilihan Jenis Konstruksi (HK).pdf
Materi 2 Pemilihan Jenis Konstruksi (HK).pdfMateri 2 Pemilihan Jenis Konstruksi (HK).pdf
Materi 2 Pemilihan Jenis Konstruksi (HK).pdfSenjaWulanPutri1
 
Dimensi Angkutan Barang ( 2008 )
Dimensi Angkutan Barang ( 2008 )Dimensi Angkutan Barang ( 2008 )
Dimensi Angkutan Barang ( 2008 )Om Gama Ayah Nanda
 
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Herlyn Meylisa
 
LAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptx
LAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptxLAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptx
LAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptxABayuAriWijaya
 
Seminar Hasil Presentation1
Seminar Hasil Presentation1Seminar Hasil Presentation1
Seminar Hasil Presentation1Ihsan Rabbani
 
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatanPelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatanismailacox.blogspot.com
 
dokumen.tips_onshore-pipeline-engineeringppt.ppt
dokumen.tips_onshore-pipeline-engineeringppt.pptdokumen.tips_onshore-pipeline-engineeringppt.ppt
dokumen.tips_onshore-pipeline-engineeringppt.pptssuser583159
 

Similar to 6 pelaksanaan-pondasi-cerucuk-kayu-diatas-tanah-lembek-dan-tanah-gambut (20)

Gambar dan spec
Gambar dan specGambar dan spec
Gambar dan spec
 
PENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptx
PENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptxPENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptx
PENYUSUNAN RTR DAN RAB.pptx
 
Sni pengujian beton
Sni pengujian betonSni pengujian beton
Sni pengujian beton
 
Metode pelaksanaan pintu gerbang toll
Metode pelaksanaan pintu gerbang tollMetode pelaksanaan pintu gerbang toll
Metode pelaksanaan pintu gerbang toll
 
Persiapan Penerapan Ekatalog Wilayah 1 (100821).pptx
Persiapan Penerapan Ekatalog Wilayah 1 (100821).pptxPersiapan Penerapan Ekatalog Wilayah 1 (100821).pptx
Persiapan Penerapan Ekatalog Wilayah 1 (100821).pptx
 
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
01. Webinar Gb. Standar Perkerasan Jalan_Ok.pdf
 
CONTOH METODE PELAKSANAAN
CONTOH METODE PELAKSANAANCONTOH METODE PELAKSANAAN
CONTOH METODE PELAKSANAAN
 
Cth spec
Cth specCth spec
Cth spec
 
Rigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdf
Rigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdfRigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdf
Rigid Pavement di Jalan Tol (Agus Wardhono).pdf
 
39. boq
39. boq39. boq
39. boq
 
Rks spek tek makam
Rks spek tek makamRks spek tek makam
Rks spek tek makam
 
skh-2719 spesifikasi khusus interim untuk
skh-2719 spesifikasi khusus interim untukskh-2719 spesifikasi khusus interim untuk
skh-2719 spesifikasi khusus interim untuk
 
Materi 2 Pemilihan Jenis Konstruksi (HK).pdf
Materi 2 Pemilihan Jenis Konstruksi (HK).pdfMateri 2 Pemilihan Jenis Konstruksi (HK).pdf
Materi 2 Pemilihan Jenis Konstruksi (HK).pdf
 
Dimensi Angkutan Barang ( 2008 )
Dimensi Angkutan Barang ( 2008 )Dimensi Angkutan Barang ( 2008 )
Dimensi Angkutan Barang ( 2008 )
 
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
Perkerasan Kaku dan Lentur (Perkerasan Jalan Raya)
 
LAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptx
LAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptxLAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptx
LAPORAN MAGANG TEKNIK SIPIL.pptx
 
Seminar Hasil Presentation1
Seminar Hasil Presentation1Seminar Hasil Presentation1
Seminar Hasil Presentation1
 
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatanPelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan
 
dokumen.tips_onshore-pipeline-engineeringppt.ppt
dokumen.tips_onshore-pipeline-engineeringppt.pptdokumen.tips_onshore-pipeline-engineeringppt.ppt
dokumen.tips_onshore-pipeline-engineeringppt.ppt
 
Spesifikasi tekni ss
Spesifikasi tekni ssSpesifikasi tekni ss
Spesifikasi tekni ss
 

6 pelaksanaan-pondasi-cerucuk-kayu-diatas-tanah-lembek-dan-tanah-gambut

  • 1. PEDOMAN TEKNIK TATA CARA PELAKSANAAN PONDASI CERUCUT KAYU DI ATAS TANAH LEMBEK DAN TANAH GAMBUT No. 029/T/BM/1999 Lampiran No. 6 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Diterbitkan oleh PT. Mediatama Saptakarya ( PT. Medisa ) YAYASAN BADAN PENERBIT PEKERJAAN UMUM
  • 2. DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA A L A M A T : J A L A N P A T T I M U R A N O . 2 0 T E L P . 7 2 2 1 9 6 0 - 7 2 0 3 1 6 5 - 7 2 2 2 8 0 6 F A X 7 3 9 3 9 3 8 K E B A Y O R A N B A R U - J A K A R T A S E L A T A N K O D E P O S 1 2 1 1 0 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA NOMOR : 76/KPTS/Db/1999 TENTANG PENGESAHAN LIMA BELAS PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINAMARGA DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang pembangunan nasional di bidang kebinamargaan dan kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan pendayagunaan sumber daya manusia dan sumber daya alam, diperlukan pedoman-pedoman teknik bidang jalan; b. bahwa pedoman teknik yang termaktub dalam Lampiran Keputusan ini telah disusun berdasarkan konsensus pihak-pihak yang terkait, dengan memperhatikan syarat-syarat kesehatan dan keselamatan umum serta memperkirakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh manfaat sebesar- besarnya bagi kepentingan umum sehingga dapat disahkan sebagai Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga; c. bahwa untuk maksud tersebut, perlu diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga. Mengingat 1. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Organisasi Departemen; 2. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1984, tentang Susunan Organisasi Departemen; 3. Keputusan Presidcn Nomor 278/M Tahun 1997, tentang Pengangkatan Direktur Jenderal Bina Marga; 4. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 211/KPTS/1984 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pekerjaan Umum; 5. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 111/KPTS/1995 tentang Panitia Tetap dan Panitia Kerja serta Tata Kerja Standardisasi Bidang Pekerjaan Umum; 6. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 28/KPTS/1995 tentang Pembentukan Panitia Kerja Standardisasi Naskah Rancangan SNI/Pedoman Teknik Bidang Pengairan/Jalan/ Permukiman; Membaca Surat Ketua Panitia Kerja Standardisasi Bidang Jalan Nomor UM 01 01-Bt.2005/768 tanggal 20 Desember 1999 tentang Laporan Panja Standardisasi Bidang Jalan. Memutuskan ....................../2.
  • 3. MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA MARGA TENTANG PENGESAHAN LIMA BELAS PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Kesatu : Mengesahkan lima belas Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari ketetapan ini. Kedua : Pedoman Tenik tersebut pada diktum kesatu berlaku bagi unsur aparatur pemerintah bidang kebinamargaan dan dapat digunakan dalam perjanjian kerja antar pihak-pihak yang bersangkutan dengan bidang konstruksi. Keempat : Menugaskan kepada Direktur Bina Teknik, Direktorat Jenderal Bina Marga untuk: a. menyebarluaskan Pedoman Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga; b. memberikan bimbingan Teknik kepada unsur pemerintah dan unsur masyarakat yang bergerak dalam bidang kebinamargaan; c. menghimpun masukan sebagai akibat dari penerapan Pedoman Teknik ini untuk peyempurnaannya di kemudian hari. Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan bahwa, jika terdapat kesalahan dalam penetapan ini, segala sesuatunya akan diperbaiki sebagaimana mestinya. 'I'embusan Keputusan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Kepala Badan Penelitian dan pengembangan PU, selaku Ketua Panitia Tetap Standardisasi. 2. Direktur Bina Teknik Direktorat Jenderal Bina Marga, selaku Ketua Panitia Kerja Standardisasi Bidang Jalan. 3. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan, selaku Sekretaris Panitia Kerja Standardisasi Bidang Jalan.
  • 4. Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga Nomor : 76 /KPTS/Db/1999 Tanggal : 21 Desember 1999 PEDOMAN TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA Nomor Urut JUDUL PEDOMAN TEKNIK NOMOR P'EDOMAN TEKNIK (1) (2) (3) 1 Pedoman Pelaksanaan Campuran Beraspal Dingin untuk Pemeliharaan 023/T/BM/I999 2 Pedoman Pembuatan Aspal Emulsi Jenis Kationik 024/T/BM/1999 3 Pedoman Perencanaan Campuran Beraspal Panas dengan Pendekatan Kepadatan Mutlak 025/T/BM/1999 4 Pedoman Perencanaan Bubur Aspal Emulsi (Slurry seal) 026/T/BM/1999 5 Jembatan untuk Lalu Lintas Ringan dengan Gelagar Baja Tipe Kabel, Tipe Simetris, Bentang, 125 meter (Buku 2) 027/T/BM/1999 6 Pedoman Penanggulangan Korosi Komponen Baja Jembatan dengan Cara Pcngecatan 028/T/BM/1999 7 Tata Cara Pelaksanaan Pondasi Cerucuk Kayu di Atas Tanah Lembek dan Tanah Gambut 029/T/BM/1999 8 Tata Cara Pencatatan Data Kecelakaan Lalu Lintas (Sistem 3L) 030/T/BM/1999 9 Pedoman Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan 031/T/BM/1999 10 Pedoman Perencanaan Fasilitas Pejalan Kaki pada Jalan Umum 032/T/BM/1999 11 Persyaratan Aksebilitas pada Jalan Umum 033/T/BM/1999 12 Pedoman Pemilihan Berbagai Jenis Tanaman untuk Jalan 034/T/BM/1999 13 Pedoman Penataan Tanaman untuk Jalan 035/T/BM/1999 14 Pedoman Perencanaan Teknik Bangunan Perendam Bising 036/T/BM/1999 15 Tata cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat di Jalan Bebas Hambatan 037/T/BM/1999
  • 5. DAFTAR ISI Halaman Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No. 76/KPTS/Db/1999 Tanggal 20 Desember 1999 DAFTAR ISI i BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Maksud dan Tujuan 1 1.2 Ruang Lingkup 1 1.3 Pengertian 1 BABII KETENTUAN 3 2.1 Umum 3 2.1.1 Keadaan Medan 3 2.1.2 Bahan 3 2.2 Teknik 3 2.2.1 Pelaksana 3 2.2.2 Peralatan 4 2.2.3 Bahan 4 BAB III CARA PELAKSANAAN 6 3.1 Persiapan 6 3.1.1 Penentuan Lokasi 6 3.1.2 Penyiapan Tanah Dasar 6 3.2 Pelaksanaan 7 3.2.1 Pemancangan Cerucuk Kayu dengan Tenaga 7 Manusia 3.2.2 Pemancangan Cerucuk denagan Alat Pemancang 8 3.2.3 Pemancangan Cerucuk dengan Back Hoe 8 3.2.4 Pemasangan Kepala tiang Cerucuk 9 3.3 Timbunan 11 3.3.1 Pemasangan Lapis Pemisah 11 3.3.2 Penimbunan Material 12
  • 6. LAMPIRAN A : DAFTAR ISTILAH 13 LAMPIRAN B : LAIN – LAIN 14 LAMPIRAN C : DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA
  • 7. BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan Tata cara ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para pelaksana dalam melaksanakan pekerjaan pondasi cerucuk kayu di atas tanah lembek dan tanah gambut. Tujuannya adalah untuk mempermudah cara pelaksanaan pondasi cerucuk kayu di atas tanah lembek dan tanah gambut 1.2 Ruang Lingkup Tata cara ini mencakup ketentuan bahan, dan cara-cara pelaksanaan pembuatan pondasi cerucuk kayu di atas tanah lembek dan tanah gambut. 1.3 Pengertian 1) Tanah Lembek adalah tanah yang secara visual dapat ditembus dengan ibu jari minimum sedalam ± 25mm, atau mempunyai kuat geser 40 kpa berdasakan uji geser baling lapangan. Tanah lembek dapat terdiri atas tanah lembek anorganik dan organik 2) Tanah Lembek Anorganik adalah tanah lembek yang pada umumnya terdiri atas lempung atau lanau dengan kadar organik dari 0 % sampai dengan 25 % atau kadar abu dari 100 % sampai 75 %. 3) Tanah Lembek Organik adalah tanah lembek yang mengandung kadar organik 25 % sampai 75 % atau dengan kadar abu 75 % sampai dengan 25%. 4) Tanah Gambut adalah tanah organik yang mengandung kadar abu lebih kecil dari 25 % atau kadar organik 75 %.
  • 8. 5) Cerucuk Kayu adalah susunan tiang kayu dengan diameter atau ukuran sisi antara 8 dan 15 cm yang dimasukkan ke dalam tanah sehingga berfungsi sebagai pondasi. 6) Kepala Cerucuk adalah sesuatu konstruksi yang berfungsi untuk menyatukan kelompok tiang dalam menerima beban. Kepala cerucuk dapat berupa pengapit dan tiang-tiang kayu, matras, kawat pengikat, papan penutup atau balok poer.
  • 9. BAB II KETENTUAN 2.1 Umum 2.1.1 Keadaan Medan 1) Pada umumnya tanah lembek dan tanah gambut banyak terdapat di daerah rawa dengan muka air cukup tinggi, sehingg sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan konstruksi. 2) Umununya dipengaruhi pasang surut, yang sangat berpengaruh terhadap elevasi rencana kepala tiang. 3) Pada permukaan lahan sering dijumpai tunggul-tunggul kayu, yang umumnya tidak perlu dicabut. 2.1.2 Bahan 1) Kulit kayu untuk bahan cerucuk tidak perlu dikupas. 2) Cerucuk kayu yang digunakan dapat berupa batang kayu atau hasil olahan dengan spesifikasi seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Persyaratan Cerucuk kayu Uraian Persyaratan Diameter Minimum 8 Cm,, maksimum 15 cm Panjang Minimum 3,5m, maksimum 6 in Kelurusan Cukup lurus, tidak belok dan bercabang Kekuatan Minimum kelas kuat II I PKKI 1973 Tegangan Minimum Was kuat III untuk mutu A PKKI 1973
  • 10. 2.2 Teknik 2.2.1 Pelaksanaan 1) Pemancangan cerucuk kayu dapat menggunakan tenaga manusia, alat pancang cerucuk atau dengan Back Hoe. 2) Lantai kerja, dengan muka air cukup tinggi, maka lokasi pemancangan cerucuk dapat diurug terlebih dahulu dengan material setempat. Bila menggunakan alat pancang cerucuk harus diberi landasan dari balok atau papan kayu. 3) Diatas pondasi cerucuk kayu yang diberi kepala tiang yang selanjutnya dibentuk timbunan badan jalan sesuai dengan spesifikasi bahan timbunan yang diuraikan pada lampiran B (diambil dari seksi 3.2, Spesifikasi Umum, Volume 3, Bina Marga), 1992. 4) Pelaksanaan cerucuk kayu harus sesuai dengan pedoman yang diuraikan dalam “Tata Cara Perencanaan Pondasi di Atas Tanah Lembek, Organik dan Tanah Gambut”. 2.2.2 Peralatan 1) Gergaji kayu 2) Kapak 3) Palu 5 kg 4) Linggis 5) Cangkul 6) Alat pengangkut tanah 7) Alat pancang cerucuk 8) Alas pemukul tiang 9) Perancah atau platform dari susunan drum-drum dan papan kayu 10) Back Hoer 11) Mesin Las
  • 11. 2.2.3 Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam pelaksanaanpembuatan pondasi cerucuk kayu di atas tanah lembek dan tanah gambut adalah sebagai berikut. 1) Lantai Kerja Berupa bahan lokal setempat yaitu tanah lempung, tanah organik, pasir kuarsa, dengan cara PLTB (Penyiapan Lahan Tanpa Bakar). 2) Bahan Timbunan Disesuaikan dengan persyaratan (biasanya sesuai dengan seksi3.1, Spesifikasi Bina Marga dalam Spesifikasi Umum Volume 3, lihat Lampiran B). 3) Kepala Tiang 1. Papan kayu 2. Tiang kayu dengan dimensi dan kekuatan yang sama dengan cerucuk. 3. Paku panjang minimum 1,5 diameter kayu yang akan dipaku 4. Tanah yang telah distabilisasi sehingga berfungsi untuk menyatukan kelompok tiang dalam menerima beban dan penyeragaman penurunan. 5. Kawat untuk mengikat tiang-tiang satu sama lain. 6. Pelat besi penutup tiang.
  • 12. BAB III PELAKSANAAN 3.1 Persiapan 3.1.1 Penentuan Lokasi 1) Pasangpatok-patokukuruntukmenentukanlebardanpanjangpondasi. 2) Tentukan tempat kedudukan tiang-tiang cerucuk yang akan dipancang dan diberi tandadenganmenggunakanpatok-patok(lihatGambar1) Gambar 1.Persiapan Perletakan Cerucuk Kayu Keterangan: b = Lebar pondasi + Patok tanda penempatan cerucuk (dilihat dari atas) Tanda penempatan cerucuk (dilihat dari sampimg) 3.1.2 Penyiapan Tanah Dasar Lakukan penyiapan tanah dasar sesuai dengan gambar rencana dan lakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Bersihkantanahdasaryangdapatmengganggupelaksanaan. 2) RatakanlahandengancaraPenyiapanlahanTanpaBakar(PLTB).
  • 13. 3) Bila rnuka air mencapai pcrmukaan tanah, maka timbun tanah dasar sehingga muka tanahtimbunandiatasmukaair. 3.2 Pelaksanaan 3.2.1 PemancanganCerucukKayudenganTenagaManusia 1) Runcingkan bagian ujung bawah cenrcuk kayu agar mudah rnenembus ke dalam tanah. 2) Pasang perancah atau platformsedemikian rupa sehingga orang dapat dengan mudah memukulkepalatiangpadaketinggiantertentu(lihatGambar2). 3) Ratakanbagianujungtiangyangakandipukuldanberitopitiang. 4) Tegakkan tiang cerurcuk dan masukkan sedikit ke dalarn tanah agar dapat dipukul dcnganstabildantetaptegaklurus. 5) Pukul tiang dengan palu pcmukul pada ujung atas cenrcuk yang sudah diberi topi sampaikedalamanrencana.
  • 14. Gambar 2. Pemancangan Tiang Cerucuk dengan Tenaga Manusia 3.2.2 Pemancangan Cerucuk dengan Alat Pancang 1) Siapkan alat pancang tiang cerucuk dengan kedudukan yang dapat menjangkau pekerjaan pemancangan seefektip mungkin. 2) Siapkan tiang cerucuk pada kedudukan rencana. 4) Pasang tiang cerucuk berikut topi pemukulnya pada alat pancang, dan pastikan tiang berdiri tegak lurus. 5) Catat penurunan pemancangan sampai kedalaman rencana minimum 1 tiang untuk setiap 5 m kearah memanjang jalan.
  • 15. Gambar 3. Pemancangan Cerucuk dengan AIat Pancang 3.2.3 Pemancangan Cerucuk dengan Back Hoe 1) Sipkan lantai kerja yang tcrdiri atas baok-balok kayu atau papan untuk operasional Back Hoe. 3) Siapkan sejunllah tiang yang akan dipancang pada tempat kedudukannya. 4) Tegakkan tiang pada posisi kedudukan rencana dengan bantuan tenaga manusia 5) Operasikan Bac khoe, dan pastikan bagian mangkok (Bucket) akan menekan tiang secara tegak lurus. 6) Tekan tiang dengan Bucket sampai masuk tanah sesuai dengan kedalaman rencana.
  • 16. 3.2.4. Pemasangan Kepala Tiang Cerucuk 1) Kepala Tiang dari Balok Kayu atau Papan a. Sistim Paku Hubungkan kepala tiang dcngan cenicuk mcn<s i inakan paku, yang dipakukan dart atas kepala tiang sampai masuk ke daam tiang cenicuk pada barisan arah melintang jalan. Agar tiang cenicuk menjadi satu kesatuan maka pada arah memanjang jalan dapat dipasang balok kayu atau papan dengan jarak dari sumbu ke sumbu 1,00 meter yang menumpu pada kepala tilling ar h mchntang jalan dan diperkuat deng.in paku (Gambar 4). Gambar 4. Hubungan Kepala Tiang dengan Ujung atau Cerucuk menggunakan Paku b. Sistiin Gapit Hubungan kepala tiang dengan cerucuk dibuat Sistim gapit.Diperlukan 2 (dua) balok kayu arah melintang jalan untuk menggapit 1 (satu baris) cerucuk arah melintang jalan dengan cara dipaku. Arah sejajar memanjang jalan juga diberi kepala tiang dengan jarak sumbu ke sumbu 1,00 meter (Gainbar 5).
  • 17. Gambar 5. Hubungan antara Kepala Tiang dengan Cerucuk dengan Sistim Gapit diperkuat Paku 6) Kepala Tiang dari Matras a. Buat lantai kerja untuk hamparan matras, dari bahan timbunan lokal yang berfungsi untuk meratakan tempat dudukan matras. b. Hampar matras, yang dapat. terdiri atas stabilisasi tanah dengan semen atau beton kurus. Usahakan agar bagian ujung atas cerucuk menyatu dengan matras pada ketebalan rencana (Gambar 6). Gambar 6. Matras sebagai Kepala Tiang Cerucu 7) Kepala Tiang dari Ikatan Kawat a. Tipe ikatan kepala (Gambar 7a)
  • 18. i. Ikatkan bagian ujung atas tiang cerucuk dengan kawat,yang dihubungkan satu sama lain. ii. Pasang batang-batang kawat sebag l pcrkuatan yang inenyikung dan mengelilingi bagian atas tiang. b. Tipe Silang (Gambar 7b) i. pasang topi baja pada ujung atas tiang cerucuk. ii. Ikatkan pcrkuatan kawat dengan Las titik pada tiap ujung cerucuk. a. Tipe Ikatan Kepala b. Tipe Silang Gambar 7. Ikatan Kawat sebagai Kepala Tiang 3.3 Timbunan 3.3.1 Pemasangan Lapis Pemisah Lapis pemisah dipasang untuk mencegah lolosnya bahan timbunan yang melewati celah-celah kepala tiang. Bahan pemisah menggunakan geotekstil lokal atau dari bilik bambu. pasang bahan lapis pemisah selebar permukaan kepala tiang yang telah dipasang, dengan diberi tambahan lebar satu meter pada bagian kiri dan kanannya (lihatgambar8).
  • 19. Gambar 8. Pemasangan Lapis Pemisah di Atas Kepala Cerucuk 3.3.2 Penimbunan Material 1) 'I'ebal tinbunan jalan minimum satu meter. 2) Bila lapis pemisah merupakan bahan hasil pabrikasi, timbunan lapisan pertama setebal ½ m padat harus berupa tanah berbutir. 3) Bila digunakan lapis pemisah anyaman bambu (bilik) maka timbunan lapis pertama 1/2 m padat tidak perlu digunakan tanah berbutir, tetapi tidak disarankan menggunakan bahan dari tanah organik atau tanah gambut. 4) Lapis timbunan berikutnya menggunakan bahan timbunan scsuai dengul persyaratan atau spesifikasi yang terdapat pada Seksi 3.1, Buku Volume 3: Spesifikasi Umum, Bina Marga.
  • 20. LAMPIRAN A DAFTAR ISTILAH saling tindih : overlap bahan pemisa : separator
  • 21. LAMPIRAN B LAIN – LAIN Spesifikasi Bahan Timbunan (Seksi 3.1 Spesifikasi Umum Volume 3, Bina Marga) Jenis Urugan Spesifik:asi Keterangan 1 2 3 I. Un~gati.diiasa Tidak tenuasuk jeius tanah plastisitas tinggi (A-7-6 atau CI-I) Klasilikasi AASI IT O AI-145 atau klasil- ikasi unified. Bila pengguaan tanah plastisitas tinggi tidak dapat dihiudarkan, bahan tersebut hams digunakan hanya pada bagian dasar dan unigau atau pada umgan kemb;di yang tidak meuiedukau daya dukung yang tiuggi. Tanah plastis seperti itu tidak boleh digunakan saina sekali pada lapisan 30 cm di bawah tanah perkerasan alai balm. CBR >_ (%. sctelah pereudam:ui 4 hari dan dipadatkan 100/ kepadatan keiing maksinwm sesuai dengan SN I- 1742-1989-F. Tanah dengan pengembangan tiuggi yang unemilild nilai aktif > 1,25 tidak boleh diguuakan. Nilai aktif diukur sebagai perbandingan antara PI dan persentase ukuran leoqumg. 2. Untgan l'ilihau Memeuuhi persyaratan umgarn biasa. CBR>10"P;P ;- setclah 4 had 1wremtaman bila dipadatkau sampai 100"/~. kepadatan kening maksimmn, sesuai dengan SN I- 1742-1989-F.
  • 22. 1 2 3 Biladiguuakan pemadatan dalam keadaan jenuh atau banjir tidak dapat dihindari, maka urugan pilihan barus digunakan pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan indeks plastisitas maksim 6%. Bila digunakan pada lereng atau pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang kuat gesernya penting tetapi dijumpai kondisi pemadatan normal dan kering, maka urugan pilihan dapat digunakan kerikil lempung bergradasi baik atan lempung berpasir atau lempung berplastisitas rendah. Tipe bahan yang dipilih tegantung pada kecuraman lereng atau pada tekanan yang akan dipikul.
  • 23. LAMPIRAN C DAFTAR NAMA DAN LEMBAGA 1). Pemrakarsa Pusat Penelitian dan Pengembangan jalan, Badan Penelitian dan Pengembangan PU. Direktorat Bina Teknik, Direktora Jenderal Bina Marga 2). Penyusun : 4). Kelompok Kerja Bidang Geoteknik Jalan Ir. Suhaimi Daud Pusat Litbang Jalan (SK Ketua Panja No.: 13/KPTS/Bt/1999) Ketua: 3). Tim Pembahas : Ir. Hartom, M.Sc Ditjen Bina Marga DR. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc Pusat Litbang jalan W akil Ketua: Ir. Lanny Hidayat Ditjen Bina Marga DR. Ir. Hedy Rahadian, M.Sc Pusat Litbang lalan Ir. Suhaimi Daud Pusat LitbangJalan Anggota: Ir. Slamet Prabudi Pusat Litbang lalan Ir. Djoko Slistyono, MSc Ditjen Bina marga Drs. Oman Suherman Pusat LitbangJalan Ir. Didt Irahadi Ditjen Bina Marga Ir. Lanneke Tristanto Pusat Litbang lalan Ir. Gjw Fernandez Ditjen Bina Marga Ir. Edy Sunaryo Pusat LitbangJalan Ir. Eddy Soenaryo, MSc Ditjen Bina Marga Term Rustandie, BE Pusat Litbang lalan Ir. Herman Tjahyati, MSc Ditjen Bina Marga Ir. Saroso BS Pusat Litbang Jalan Drs. HM. Suherman Pusat LitbangJalan Zubirhan Lubis, BE Pusat Litbang lalan Ir. Suhaimi Daud Pusat Litbang lalan Ir. Benny Mustafa Pusat Litbang lalan Ir. And: Renald Pusat Litbang lalan Ir. Saroso BS Pusat Litbang lalan Ir. Theo Nayoan Pusat Litbang lalan Ir. Agus Sumaryono, DipLlng Pusat Litbang Pengatran Ir. Tatang Sutardjo, NISc Pusat Litbang Pengairan DR. Ir. Isdiana, MSc Pusat Litbang Pengairan Ir. Rismantoyo Pusat Litbang Pengairan Ir. Habibbullah Rots Assosiasi Prolzsi Ir. Willy Tumewu, M.Sc Assostasi Protest DR. Ir. Paulus Pramono R., M.Sc. Perguruan TinggiDR. Ir. Nlashur Irsam, hISc Pergunian Tinggi