SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
Studi Kompleksitas Dinamika
   Permasalahan TKI PLRT
   di Kabupaten Sukabumi

    Oleh Musni Umar, Ph.D
   Sociologist and Researcher
1. Latar belakang
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang banyak didominasi Penata
Laksana Rumah Tangga (PLRT) telah menjadi salah satu penggerak
pembangunman yang penting di Indonesia. Ia telah memberi andil yang
besar dalam pembangunan di Indonesia, paling tidak dalam tiga sektor.

Pertama, menjadi penyumbang devisa negara terbesar kedua setelah migas
(minyak dan gas). "Rata-rata devisa TKI itu 6 hingga 7 milyar dolar Amerika
Serikat pertahun".

Kedua, mengurangi pengangguran di Indonesia. Kabupaten Sukabumi
merupakan salah satu pengirin TKI terbesar di Jawa Barat. Menurut Kepala
Pusat Penelitian Pengembangan dan Informasi BNP2TKI, Benyamin
Suprayogo, pada 2011 berdasarkan data BNP2TKI per Maret 2011, ada lima
kabupaten/kota di Jawa Barat yang menjadi daerah pengirim TKI keluar
negeri, yaitu kabupaten Indramyu sebanyak 39.000 TKI, kabupaten Cianjur
37.000 TKI, kabupaten Cirebon 27.000 TKI, kabupaten Sukabumi 25 TKI, dan
kabupaten Karawang sebanyak 24.000 TKI.
Ketiga, pengentas kemiskinan. TKI di luar negeri telah memberi
kontribusi yang tidak kecil dalam pengentasan kemiskinan di
Indonesia khususnya di kabupaten Sukabumi. Setiap bulan TKI
PLRT telah mengirim uang ke kampung halamannya.
Peranan dan andil TKI yang bekerja di luar negeri khususnya TKI
PLRT seperti memberi pemasukan devisa, mengurangi
pengangguran, dan pengentas kemiskinan, ternyata memiliki
kompleksitas dinamika permasalahan yang besar pula.
Secara internal, TKI PLRT perempuan yang sudah berkeluarga,
menimbulkanpermasalahan dalam keluarga ketika meninggalkan
rumah tangga dalam kurun waktu lama seperti anak-anak tidak
terurus dan terhenti pendidikannya, dan suami berselingkuh dan
menikah lagi.
Sementara secara eksternal, TKI PLRT perempuan mengalami
kesepian ditempat bekerja, sehingga sering terjadi kasus
perselingkuhan antara sesama TKI PLRT perempuan dengan TKI
laki-laki atau dengan majikan atau anak majikan yang sering
disebut sebagai pemerkosaan. Dampak negatifnya, banyak terjadi
kehancuran keluarga seperti perceraian.
2. Permasalahan
2.1. Kemiskinan

Permasalahan pertama yang menghimpit para calon TKI PLRT adalah kemiskinan.
Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidak-mampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh
kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.

Kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat Kabupaten Sukabumi, bukan
kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, tetapi sulit mengakses pendidikan dan
pekerjaan, karena kemiskinan yang mendera mereka, menyebabkam tidak memiliki
biaya yang cukup unruk mengikuti pendidikan dengan baik. Oleh karena tidak
mempunyai pendidikan yang memadai, maka sulit diterima untuk bekerja di sektor
format, baik di pemerintah maupun swasta.
Kemiskinan bagaikan lingkaran setan yang tidak ada akhir bagi orang-orang miskin.
Mereka miskin karena sumber daya manusia rendah akibatnya pendidikan
kurang. Karena pendidikan rendah, maka mereka miskin.
2.2. Pendidikan
Permasalahan kedua calon TKI PLRT ialah pendidikan rendah. Masalah ini
telah lama menjadi perbincangan di masyarakat, karena mayoritas
pendidikan mereka hanya Sekolah Dasar (SD). Dengan diberlakukannya
wajib belajar 9 tahun, seharusnya pendidikan TKI PLRT sekurang-kurangnya
SLTP sekarang, tetapi ini tidak terjadi.
Pendidikan TKI yang rendah menyulitkan bagi TKI dan majikan dalam
melaksanakan hubungan kerjqaan sehingga menimbulkan banyak
persoalan, paling tidak dalam 4 hal.
Pertama, komunikasi terhambat. TKI tidak cepat bisa beradaptasi dan tidak
percaya diri.
Kedua, TKI dianggap oleh majikan tidak bisa bekerja sesuai perjanjian kerja.
Ketiga, majikan merendahkan TKI
Keempat, majikan suka kesal dan rewel.
Dampak dari empat hal tersebut, maka majikan tidak jarang melakukan:
1). Menyiksa TKI
2). Tidak membayar gaji
3). Memutus hubungan kerja secara sepihak.
2.3. Pengangguran
Persoalan ketiga yang dihadapi masyarakat bawah adalah pengangguran.
Tidak ada pekerjaan yang bisa dimasuki kecuali menjadi buruh tani dan
pedagang. Kedua sektor ini selain tidak menjanjikan penghasilan yang
memadai untuk keluar dari lingkaran kemiskinan, juga semakin kompetitif
karena lahan pertanian semakin menyempit karena dipergunakan untuk
membangun rumah dan pabrik.
2.4. Lingkungan sosial ekonomi, budaya dan agama
Lingkungan sosial ekonomi bangsa Indonesia telah berubah. Kalau di masa
dahulu yang bekerja dan mencari nafkah dalam keluarga adalah laki-
laki. Budaya itu telah tinggalkan karena disebabkan oleh beberapa faktor.

 Pertama, kesulitan ekonomi yang dialami keluarga, mendorong para
perempuan muda dari berbagai perkampungan di desa-desa seluruh
Indonesia menjadi TKI PLRT di luar negeri dalam upaya keluar dari kesulitan
ekonomi yang dialami keluarga sehari-hari. Ini sisi positif dari globalisasi.
Kedua, dorongan lingkungan seperti orang tua serta keluarga,
ketika melihat kesuksesan tetangga yang bekerja sebagai TKI
PLRT di luar negeri. Faktor ini turut mendorong para calon TKI
PLRT untuk bekerja di luar negeri tanpa mempertimbangkan
kemampuan berbahasa asing, kepakaran bekerja dan lain
sebagainya.
Ketiga, faktor agama tidak dominan dalam memandu
masyarakat supaya laki-laki berada dibarisan terdepan dalam
mencari nafkah buka perempuan.
Keempat, konsumerisme dan dorongan hidup hedonistik
yang memengaruhi masyarakat Indonesia termasuk di
Sukabumi, akibat berbagai iklan dari macam-macam produk
yang disiarkan diberbagai TV selama 24 jam, telah memberin
pengaruh dan dorongan besar, serta animo yang tinggi untuk
bekerja di luar negeri guna mendapatkan uang alam jumlah
yang besar.
Dari latar belakang yang dikemukakan diatas dapat
dikemukakan bahwa pendorong utama mereka memilih
sebagai buruh migrant di luar negeri baik laki-laki
maupun perempuan menurut Agustini (2008:110)
dalam Kustini, 2011:5) ialah pembangunan di wilayah
pesesaan yang tidak diikuti oleh peningkatan
penghasilan bagi penduduknya menjadi faktor yang
memicu perpindahan penduduk dari desa ke kota
maupun ke negara lain.

Demikian pula dengan berbagai hasil studi di Indonesia
terhadap buruh migrant menunjukkan bahwa faktor
ekonomi sebagai motivasi yang hampir selalu ada pada
setiap buruh migrant. Namun jika dikaji lebih lanjut
faktor ekonomi bukanlah atu-satunya pendorong
seorang menjadi buruh migrant.
3. Metodologi Penelitian
    Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif.
    Adapun perinciannya sebagai berikut:

     3.1 Wawancara dan Perbincangan

    3.1.1 Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara yang
    intensif dengan dua belas orang yang terdiri dari kalangan
    mantan TKI PLRT, dan TKI PLRT dan tokoh masyarakat.
     3.1.2 Pengumpulan data selanjutnya dilakukan dengan
    bertemu dan berbincang dengan tiga tokoh di Sagaranten,
    Kabupaten Sukabumi.
    3.1.3 Pengumplan data selanjutnya dilakukan pula dengan
    bertemu dan berbincang dengan Sekretaris Kecamatan
    Sagaranten, dan Kepala Urusan Agama serta melapor kepada
    Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi.
•
3.2 Observasi lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan melihat langsung
aktivitas masyarakat pada siang dan malam hari yaitu:
3.2. 1. Melihat pasar dan aktivitas masyarakat pada
siang hari, di Sagaranten, Kabupaten Sukabumi.
 3.2.2. Shalat Jum’at, di Masjid Agung Sagaranten, Kab.
Sukabumi.
3.2.3. Shalat Magrib dan Subuh, di Masjid Agung
Sagaranten, Kab. Sukabumi.
 3.2.4. Melihat aktivitas santri dan santriwati Pondok
Pesantren Al Jamilyah, Kampung Pesantren, Kecamatan
Sagaranten, Kab. Sukabumi.
 3.2.5. Bertemu dan berbincang beberapa mantan TKI
di malam hari dan siang hari untuk melihat aktivitas
mereka purna penempatan.
3.3 Penelitian Perpustakaan dan Internet
Penelitian perpustakaan dan internet dilakukan pula
untuk mengumpulkan data dan bahan-bahan yang
berkaitan dengan yang dikaji. Juga untuk mendapatkan
bahan-bahan yang pernah diteliti, ditulis dan dikaji oleh
para peneliti terdahulu, khususnya jurnal yang menulis
tentang dinamika permasalahan TKI PLRT yang bekerja
di luar negeri.
 Tahap-tahap Penelitian
 Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
 3.1. Tahap pra penelitian
 3.2. Tahap penelitian.
 3.3. Tahap purna penelitian
Tahap pertama, ialah pra penelitian, yang meliputi
 penelusuran literatur melalui studi kepustakaan dan
 internet. pembuatan proposal penelitian, pembuatan
 jadwal penelitian, menetapkan lebih detil (rinci) lokasi
 penelitian, dan penyusunan daftar pertanyaan
 (questionare).

Tahap kedua, ialah pelaksanaan penelitian, yang
 meliputi wawancara dengan informan kunci, temu
 wicara terbatas dengan para mantan TKI PLRT, dan
 melakukan observasi lapangan dengan melihat
 langsung kondisi sosial ekonomi mereka.
 Tahap ketiga, purna penelitian, yang meliputi recording,
 pengolahan data dan analisis data dari lapangan, dan
 selanjutnya penulisan laporan untuk disajikan hasil
 penelitian.
4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kabupaten Sukabumi.
Berikut ini dikemukakan tabel penduduk Kabupaten
Sukabumi.
                      Tabel 1
   Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
                Kabupaten Sukabumi
Untuk mengetahui lebih mendalam tentang
Kabupaten Sukabumi, dikemukakan nama-nama
Kecamatan sebanyak 47 Kecamatan dan 367
Kelurahan/Desa dalam tabel berikut ini.

                  Tabel 2
  Nama Kecamatan dan Jumlah Kelurahan/Desa
            Kabupaten Sukabumi
5. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian
Adapun alasan pemilihan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi
sebagai lokasi penelitian antara lain:
5.1 Sagaranten merupakan salah satu pengirim Tenaga Kerja
Indonesia TKI) Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) terbesar
keluar negeri dari Kabupetan Sukabumi.
 Sebagaimana diketahui bahwa Jawa Barat merupakan
pengirim TKI terbesar di luar negeri per Desember 2011. Di
Jawa Barat terdapat empat kabupaten pengirim TKI terbesar
yaitu: Indramayu menempati urutan terbesar dalam
mengirim TKI di luar negeri yaitu sebesar 39.000 orang.
Menyusul Cianjur sebanyak 27.000 orang, Sukabumi
sebanyak 25.000 orang, dan Karawang sebanyak 24.000
orang. 1)
Di Kabupaten Sukabumi terdapat tiga kecamatan terbesar
yang mengirim TKI di keluar negeri, sebagaimana dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 4
      Tiga Kecamatan Pengirim TKI Terbesar
           di Kabupaten Sukabumi 2010
1. Sagaranten, jumlah TKI 2.384, penduduk 47.309 orang
2. Ciracap, jumlah TKI 2.169, penduduk 47.495 orang
3. Curugkembar, jumlah TKI 1.804, penduduk 28.463 orang


5.2. Jumlah penduduk kecamatan Sagaranten hanya
menempatai urutan ke 21 dari 47 kecamatan di Kabupaten
Sukabumi, tetapi menjadi pengirim TKI PLRT terbesar.
5.3. Sekitar 90 persen TKI PLRT yang bekerja di luar negeri
berpendidikan sekolah dasar (SD).
5.4. Remitansi TKI PLRT termasuk terbesar yang dikirim oleh
para pekerja di Sagaranten, sehingga menjadi penopang
utama ekonomi masyarakat Sagaranten.
6. Kompleksitas Dinamika Permasalahan TKI PLRT
Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT dapat
diperincikan:
 6.1 Aspek Sosial Ekonomi
Kompleksitas dinamika permasalahan Tenaga Kerja
Indonesia Penata Laksana Rumah Tangga (TKI-PLRT),
ditinjau dari aspek sosial ekonomi, paling tidak dipengaruhi
atau disebabkan oleh lima faktor yaitu:.
 6.1.1. Pendidikan rendah.
 6.1.2. Kemiskinam.
 6.1.3. Kelas bawah (lower class).
 6.1.4. Pengangguran (tidak bekerja).
 6.1.5. Budaya kemiskinan (culture of poverty).
Faktor pertama, pendidikan rendah Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Peñata Laksana Rumah Tangga (PLRT) telah dibahas panjang lebar
dalam membahas permasalahan TKI pada bab pendahuluan.

Pemerintah di era Orde Reformasi, melalui Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) yang dipilih
dalam pemilihan umum 1999, telah melakukan amandemen UUD
1945 dan menetapkan Bab XIII Pendidikan dan Kebudayaan Pasal
31 ayat (4) “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan
sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan
dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan
nasional”.

Akan tetapi, implementasi dari ayat tersebut melalui wajib belajar
9 (Sembilan) tahun, sampai saat ini belum nampak hasilnya.
Sebagaimana dikemukakan, mayoritas TKI PLRT yang bekerja di
luar negeri, pendidikan mereka hanya sekolah dasar (SD).
Faktor kedua, kemiskinan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Peñata Laksana
Rumah Tangga (PLRT), juga sudah dibahas pada Bab I Pendahuluan dan Bab
II Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat Sagaranten.

Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT sangat terkait erat dengan
kemiskinan yang dialami mereka di kampung halamannya. Kemiskinan telah
menjadi lingkaran setan yang membelit masyarakat desa termasuk
masyarakat Sagaranten, Kabupaten Sukabumi.

Kemiskinan berkaitan dengan aspek pendidikan dan kualitas sumber daya
manusia. Para TKI PLRT dengan gagah berani meninggalkan kampung
halamannya untuk bekerja di luar negeri, tujuan utamanya hanya satu, mau
membebaskan dari kemiskinan.

Akan tetapi, tidak semua yang berangkat keluar negeri sebagai TKI PLRT
berhasil. Mereka yang kurang berhasil dan tidak berhasil (gagal) dan
bahkan ada yang mendapat perlakuan kurang manusiawi, yang harus
diselamatkan dengan skema perlindungan dan pemberdayaan.
Faktor ketiga, kelas bawah (lower class). Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) yang berprofesi Peñata Laksana Rumah
Tangga (PLRT) dalam stratifikasi sosial dapat
digolongkan sebagai lower class. Max Weber (1864-
1920) pakar ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman,
yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi,
telah memformulasikan tiga komponen teori
stratifikasi. Dia percaya bahwa posisi kelas (class
position) ditentukan oleh kepakaran seseorang dan
pendidikan.

Jika ingin memecahkan kompleksitas dinamika TKI
PLRT, maka berdasarkan pendapat Weber, para TKI
PLRT harus ditingkatkan kepakaran (keahlian) dan
pendidikan mereka.
Faktor keempat adalah pengangguran. Masalah
pengangguran, juga merupakan salah satu bagian dari
kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT di
Kabupaten Sukabumi. Pemecahannya telah dilakukan
para TKI PLRT dengan bekerja di luar negeri, dengan
tidak memiliki kepakaran dan pendidikan yang
memadai.

Pada masa mendatang, para TKI PLRT mutlak diberikan
pendidikan dan pelatihan untuk memberikan
kepakaran dalam bekerja. Signifikansinya,
pertama, meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Kedua, menanamkan kepercayaan kepada TKI PLRT
bahwa mereka memiliki kemampuan (kepakaran) kerja.
Ketiga, memberi layanan yang semakin meningkat
kepada para majikan bahwa TKI PLRT dari Indonesia
memiliki kemampuan kerja dan dapat dipercaya.
Faktor kelima, budaya kemiskinan (culture of poverty).
Budaya kemiskinan yang dihinggapi orang-orang miskin
seperti malas, tidak berdaya, ketergantungan, pesimis,
pasrah dan lain sebagainya, telah diterobos oleh para
TKI PLRT dengan memberanikan diri bekerja di luar
negeri.
Untuk meningkatkan posisi TKI PLRT di masa depan,
dan memutus supaya kemiskinan tidak diwarisi
generasi berikutnya, maka seperti dikemukakan Max
Weber di atas, harus dilakukan dua hal.
Pertama, memberikan pendidikan yang semakin tinggi
dan berkualitas kepada putera-puteri TKI PLRT.
Kedua, memberi kepakaran (keahlian) kepada putera-
puteri TKI PLRT. Dengan memiliki dua hal itu, maka
diyakini bisa meningkatkan posisi kelas dalam bidang
sosial ekonomi para TKI PLRT di masa depan.
6.2 Aspek Sosial Budaya
Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT,
ditinjau dari aspek sosial budaya, paling kurang
dipengaruhi oleh lima hal.

6.2.1.   Perubahan lingkungan sosial.
6.2.2.   Kontak antar bangsa.
6.2.3.   Perubahan struktur sosial.
6.2.4.   Perubahan nilai dan sikap.
6.2.5.   Perubahan budaya.
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa kompleksitas dinamika
permasalahan TKI PLRT, ditinjau dari aspek sosial budaya, dipengaruhi oleh
lima faktor.
Pertama, perubahan lingkungan sosial. Kemajuan teknologi informasi dan
hampir semua lapisan masyarakat bisa mengakses dan menggunakan TV,
media cetak, media online, Short Message Service (SMS), laman (e-mail),
akun facebook, akun twitter, You Tube dan lain sebagainya, telah membawa
perubahan lingkungan sosial, termasuk perubahan masyarakat di
Sagaranten, Kabupaten Sukabumi.
 Perubahan lingkungan sosial yang dialami masyarakat Sagaranten,
diantaranya dalam memilih pekerjaan. Memang faktor dominan yang
mendorong TKI PLRT bekerja di luar negeri adalah dorongan untuk keluar
dari kemiskinan dan kesulitan ekonomi, tetapi juga akibat perubahan
lingkungan sosial, sehingga perempuan ikut terpengaruh untuk bekerja.

Akan tetapi, pilihan untuk bekerja berubah menjadi TKI PLRT yang lebih
menjanjikan penghasilan, ketimbang menjadi buruh tani di kampung
halamannya. Pilihan untuk bekerja di luar negeri bisa disebabkan oleh
pengaruh media, lingkungan sosial seperti orang tua, keluarga atau teman.
Kedua, kontak antar bangsa. Kontak antar bangsa melalui
alat komunikasi dan teknologi yang disebutkan di atas,
disamping memiliki sisi positif juga sisi negatif. Segi positifnya
cukup banyak, seperti membuka cakrawala pandang untuk
mengetahui perkembangan dan kemajuan negara lain. Juga
bisa mengetahui budaya, sosial, ekonomi, hukum, pertahanan
keamanan dan lain sebagainya. Segi negatifnya, bangsa
Indonesia bisa kehilangan identitas, budaya, dan segala yang
dimiliki, jika bangsa Indonesia tidak dipersiapkan ketahanan
mental, ideologi dan nasionalisme untuk mengadapi perang
budaya, ekonomi dan lain sebagainya.
Dalam konteks itu, maka penempatan TKI PLRT di luar negeri,
tanpa didahului upaya membumikan dan mengakarkan
ideologi Pancasila kepada para TKI PLRT, maka akan semakin
menimbulkan kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT,
karena kompleksitas yang dialami tidak saja yang bersifat
internal, seperti dalam lingkungan rumah tangga, tetapi juga
bersifat eksternal, seperti hilangnya nasionalisme, budaya dan
bahkan agama yang dianut TKI PLRT.
Ketiga, perubahan struktur sosial. Pada masa awal bangsa
Indonesia, sebelum dilaksanakan pembangunan, walaupun sudah
dikenal adanya struktur sosial seperti wong cilik dan wong gedhe,
tetapi struktur sosial tidak terdeferensiasi secara tajam seperti
sekarang.
 Menurut Radclife-Brown (1881-1955) bahwa struktur sosial
adalah suatu rangkaian kompleks dari relasi-relasi sosial yang
terwujud dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, struktur
sosial meliputi relasi sosial diantara para individu dan perbedaan
individu dan kelas sosial menurut peran sosial mereka. 2)
Terjadinya perubahan struktur sosial, mengakibatkan
terbangunnya kelompok-kelompok sosial seperti upper class,
middle class, dan lower class, secara tidak disadari telah ikut
mendorong TKI PLRT yang berada dilapisan sosial paling bawah,
berjuang untuk keluar dari kemiskinan, yang tidak lain adalah
keluar dari lower class.
Dengan demikian, kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT
di Kabupaten Sukabumi, juga ikut dipengaruhi dari perubahan
struktur sosial di masyarakat Sagaranten.
Faktor keempat, perubahan nilai dan sikap. Pembangunan,
kemajuan teknologi informasi, adanya kontak antar bangsa, dan
success story dari para mantan TKI PLRT yang bekerja di luar
negeri, telah melahirkan perubahan nilai dan sikap, tidak hanya di
kalangan para mantan TKI, dan TKI, tetapi juga di dalam
masyarakat.

 Perubahan nilai dan sikap di kalangan TKI dan mantan TKI nampak
sekali dalam perkawinan. Menurut Bakri, tokoh masyarakat di
Sagaranten bahwa tingkat perceraian TKI perempuan yang sudah
berkeluarga sangat tinggi. Mayoritas perceraian disebabkan oleh
perempuan. Para TKI perempuan berubah setelah bekerja di luar
negeri, sehingga meminta cerai kepada suaminya di kampung.
Akan tetapi, hampir semua perceraian dilakukan dibawah tangan
(tidak melalui pengadilan Agama).
Di dalam permintaan cerai, selalu terjadi negosiasi (tawar-
menawar) tentang besarnya tebusan perceraian. Para suami
mengemukakan alasan, mengapa perempuan harus membayar
mahar perceraian kepada suami (besarnya antara Rp 5 juta sampai
Rp 25 juta). Oleh karena keberhasilan isteri bekerja di luar negeri
karena atas izin dan dorongan suami.
Kelima, perubahan budaya. Masyarakat Sagaranten, Kabupaten
Sukabumi, telah mengalami perubahan budaya. Perubahan
budaya, setidaknya disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal.
 Perubahan yang bersifat internal, biasanya dimulai dari manusia
itu sendiri, misalnya mereka bosan, tidak tahan terus berada
dalam kemiskinan dan kesulitan ekonomi, sehingga mendorong
mereka menjadi TKI PLRT dengan bekerja di luar negeri.
Selanjutnya, perubahan yang bersifat eksternal, yaitu perubahan
yang disebabkan dorongan dari luar. Misalnya, success story para
TKI yang bekerja di luar negeri. Cerita sukses para TKI PLRT
tersebar luas di masyarakat, seperti dari hasil bekerja di luar
negeri, mereka membeli tanah, bangun rumah, menyekolahkan
anak dan lain sebagainya.
 Kisah sukses itu, didengar orang tua, famili dan keluarga.
Merekalah yang mendorong saudara mereka untuk menjadi TKI
PLRT di luar negeri.
Dengan demikian, perubahan budaya masyarakat, menimbulkan
kompleksitas dinamika TKI PLRT karena memberi pengaruh
meningkatnya jumlah TKI perempuan yang bekerja di luar negeri
sebagai Peñata Laksana Rumah Tangga (PLRT).
7. Keluarga Hancur
Banyak kisah sukses TKI peñata laksana rumah tangga (PLRT)
yang pernah bekerja di luar negeri. Akan tetapi, tidak kurang
dari 70 persen TKI perempuan yang sudah berkeluarga,
terpaksa harus bercerai dan anak-anaknya berantakan.

TKI perempuan yang sudah berkeluarga dan bekerja di luar
negeri, keluarga meraka banyak yang pecah. Hal itu
disebabkan sekurang-kurangnya lima faktor:
7.1. Suami habiskan harta.
 7.2. Isteri merasa hebat.
 7.3. Suami kawin.
 7.4. Suami tidak berguna.
 7.5 . Isteri punya pacar.
Kompleksitas dinamika TKI PLRT salah satunya ialah TKI
perempuan yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak,
karena bekerja di luar negeri, akhirnya bahtera rumah tangga
karam di tengah jalan. Pecahnya keluarga sebagaimana
dikemukakan di atas, sekurang-kurangnya disebabkan:
Pertama, suami habiskan harta. Yani bt Mulyana (31 tahun)
menceritakan pengalamannya bahwa sejak berusia 21 tahun
sudah bekerja di Saudi Arabia. Dari hasil bekerja selama 6
(enam) tahun di Saudi Arabia, telah berhasil membeli tanah
dan membangun rumah. Akan tetapi, suaminya menjual
rumahnya dan menghabiskan uangnya.
Oleh karena itu, Yani merasa lebih baik bercerai. Akan tetapi,
kalau bercerai melalui Pengadilan Agama, selain jaraknya jauh
dari Sagaranten, juga memakan waktu lama dan
menghabiskan biaya bolak-balik di Pengadilan Agama. Maka,
dia bercerai dibawah tangan, tidak melalui Pengadilan Agama.
Hanya harus membayar uang cerai kepada suami sebesar Rp
5.000.000 (lima juta rupiah).
Perceraian semacam itu, mempunyai implikasi hukum, Pertama,
perceraian itu tidak sah menurut hukum negara, karena
perceraian harus melalui Pengadilan Agama setempat. Akan
tetapi, masyarakat Sagaranten pada umumnya bercerai dibawa
tangan, dan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sagaranten,
seolah membiarkan hal itu terjadi karena kendala yang dihadapi
masyarakat seperti dikemukakan di atas.

Kedua, terasa ada ketidak-adilan. Suami sejatinya mencari
nafkah. Dalam kasus Yani, TKI yang bekerja di Saudi Arabia, justeru
mengambil alih tugas dan peran suami. Ketika suami tidak amanah
dalam mengelola harta hasil kerja isteri di luar negeri, seperti
dikemukakan, Yani memilih bercerai, harus membayar konpensasi
cerai kepada suami.
Ketiga, isteri di vonis penyebab perceraian. Dalam banyak kasus
perceraian di Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, adanya kebiasaan
isteri harus membayar sejumlah uang kepada suami jika
menggugat perceraian, dapat disimpulkan bahwa semua
perceraian disebabkan isteri. Pada hal harus dipilah satu-persatu,
tidak boleh disimpulkan bahwa semua kasus perceraian adalah
ulah dari isteri yang sudah berubah setelah bekerja di luar negeri.
8. Dampak Negatif Perceraian
Perceraian yang banyak terjadi dikalangan TKI, menimbulkan persoalan.
Pertama, banyak janda, dari mantan TKI perempuan. Kedua, anak-anak
menjadi korban, karena kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari
ibu-bapaknya yang bercerai.
 Ketiga, tidak ada yang bertanggungjawab mendidik anak. Kalau ibunya
terpaksa bekerja lagi keluar negeri untuk mencari nafkah, maka yang
mendidik anak hanya mengandalkan neneknya, sehingga pendidikan anak
berantakan. Keempat, nilai kesakralan dari perkawinan hilang, karena
perkawinan hanya sekedar mau mengumbar hafsu seksual.
 Pertanyaan, di mana peran dan fungsi Kantor Urusan Agama, Kecamatan
Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, yang seharusnya memandu,
membimbing, mengarahkan dan mendidik masyarakat untuk membangun
keluarga yang selamat dunia dan akhirat.
 Untuk mencegah terus menjamurnya perceraian di kalangan TKI, maka
sebaiknya dicegah perkawinan usia muda, karena yang korban bukan saja
suami-isteri, tetapi juga anak-anak mereka. Pada tataran tersebut, Kantor
Urusan Agama, Pesantren, ulama dan tokoh masyarakat dan pemerintah
setempat dituntut untuk semakin meningkatkan peran dan
tanggungjawabnya.
9. Perlindungan dan Pemberdayaan TKI PLRT
9.1 Perekrutan TKI
Telah dikemukakan dalam laporan ini bahwa salah satu persoalan yang dihadapi
dalam penempatan TKI di luar negeri yang berprofesi sebagai peñata laksana
rumah tangga (PLRT) ialah TKI tidak trampil (unskill workers).
Beberapa penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian
Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2002
menyimpulkan bahwa kebanyakan TKI wanita mengalami kesulitan dalam
memahami isi kontrak kerja, terutama karena rendahnya tingkat pendidikan
mereka (Adi, 1996, Tirto Sudarmo dan Romdiati, 1998).
Selain itu, rekrutmen TKI seperti dikemukakan para responden yang diwawancarai
secara mendalam mengatakan bahwa yang memberi informasi, menunjuki dan
membantu moril dan materil kepada TKI untuk bekerja di luar negeri adalah
sponsor. Ternyata yang dimaksud sponsor adalah calo. Sponsor ini memegang
peranan penting.
 Pertama, memberi bantuan pinjaman uang untuk keberangkatan keluar negeri.
Kedua, Memberi bantuan pinjaman uang kepada keluarga yang ditinggal di rumah.
Ketiga, membantu pemenuhan syarat-syarat adiminstrasi untuk bisa bekerja di luar
negeri.
Berdasarkan alasan yang dikemukakan TKI memilih sponsor (calo) untuk
bekerja di luar negeri, dapat disimpulkan bahwa hampir mustahil
menghapuskan keberadaan calo daerah (sponsor daerah) karena pada
hakikatnya diperlukan oleh PPTIKS (perusahaan pengirim TKI) untuk
menghemat biaya perekrutan dan memperlancar perekrutan TKI di
kampung-kampung, dan calon TKI yang akan bekerja di luar negeri sangat
memerlukan sponsor seperti dikemukakan di atas.

Yang penting dilakukan adalah mencegah jangan sampai calon TKI, TKI dan
mantan TKI diperas oleh sponsor. Disinilah pentingnya pembinaan dan
perlindungan kepada TKI oleh pemerintah daerah pada pra penempatan.
Pada masa penempatan, peranan Kedutaan Besar RI di Negara-negara
penempatan TKI sangat penting. Sementara, pada purna penempatan,
Kementerian Sosial RI harus bekerjasama dengan pemerintah daerah,
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, BNP2TKI, Kementerian
Koperasi Usaha Kecil Menengah, bahkan Kementerian Agama RI untuk
memberi pemberdayaan, motivasi, semangat dan optimism baru kepada
para TKI yang kurang beruntung supaya kembali bangkit membangun
kehidupan baru.
10.2. Pembinaan pra Penempatan
Pendidikan yang terbatas para TKI, tidak mungkin
mereka dicegah keluar negeri untuk bekerja karena
berlaku hukum pasar yaitu demand and supply.
Permintaan terhadap TKI peñata laksana rumah
tangga (PLRT) masih sangat besar, sehingga peluang
ini dimanfaatkan oleh TKI yang ingin merubah nasib
dengan bekerja sebagai PLRT.
Yang harus dilakukan bukan menyotop pengiriman
TKI keluar negeri, karena pemerintah belum bisa
menyediakan lapangan kerja bagi mereka yang
kurang pendidikan. Akan tetapi, memberikan
pembinaan pra penempatan, yaitu:
10.2.1 Kepakaran (keahlian) dalam bekerja
Pembinaan melalui pemberian pendidikan dan latihan kepada para calon
TKI merupakan hal yang mutlak. Sudah saatnya pembinaan TKI pra
penempatan, tidak hanya diserahkan kepada PPTKIS tetapi pemerintah
daerah, wajib terlibat dalam upaya peningktan kepakaran (keahlian) bekerja
kepada para calon TKI.
Pembinaan kepakaran (keahlian) bekerja sangat ditentukan pendidikan dan
pekerjaan yang kelak akan dikerjakan calon TKI dan di negara mana akan
ditempatkan. Kalau untuk pekerjaan peñata laksana rumah tangga (PLRT)
dan calon TKI akan ditempatkan di Saudi Arabia, maka perlu diberikan
pelatihan dan kemahiran untuk bisa memasak makanan Arab. Begitu juga
kemahiran merawat anak, menggunakan perabotan dapur yang modern,
mesin menyedot debu karena pada umumnya mereka memakai karpet.
Calon TKI perlu dan penting pintar mengaji supaya bisa mengajar anak-anak
majikan mengaji dan shalat.
Ny. Cicih Nur bt Roswa, TKI PLRT yang sukses bekerja di Saudi Arabia,
menceritakan pengalamannya yang memiliki kepakaran (keahlian)
memasak, bisa berbahasa Inggris, dan menari, ketika diwawancara,
mengatakan bahwa berdasarkan pengalamannya, dia sangat disayangi
majikan. Menurut dia. Orang Arab sangat menghormati orang yang berilmu.
10.2.2. Penguasaan bahasa
 Pembinaan pra penempatan calon TKI yang juga sangat penting ialah
penguasaan bahasa. Kalau calon TKI yang akan ditempatkan di Saudi Arabia
dan Negara-Negara Timur Tengah, mutlak bisa berbahasa Arab. Ini modal
awal yang sangat penting dikuasai oleh calon TKI. Kalau sudah bisa
berbahasa Arab misalnya yang menjadi bahasa majikan, maka segala yang
diinginkan majikan, bisa dilaksanakan.
 Masalah penguasaan bahasa harus menjadi prioritas dalam pendidikan dan
pelatihan pada calon TKI di pra penempatan. Selama ini sangat lemah
pengawasan, sehingga banyak calon TKI peñata laksana rumah tangga
(PLRT) yang berangkat keluar negeri tanpa bekal penguasaan bahasa yang
memadai.
Studi ini menemukan adanya TKI yang kurang menguasai bahasa Arab,
sehingga sulit memahami perintah majikan dan dampaknya mengalami
kesulitan dalam melakukan pekerjaan dan kemudian stress. Di masa depan
tidak boleh terjadi seperti yang dialami Rani binti Bohim, TKI PLRT yang
mulai bekerja di Saudi Arabia ketika baru berusia 16 tahun.
10.2.3 Penguasaan Budaya, Agama dan Lingkungan

Pembinaan pada masa pra penempatan bagi calon TKI
sangat penting, terutama tentang budaya, agama dan
lingkungan sosial, negara yang akan dituju. Pemahaman
tentang budaya, agama dan lingkungan sosial, akan
memudahkan calon TKI untuk bisa cepat menyesuaikan
diri atau beradaptasi.
Memahami bahasa, budaya, agama dan lingkungan
sosial di negara yang dituju sangat penting karena
bangsa apapun di dunia, banyak dipengaruhi budaya,
agama dan lingkungan sosialnya. Calon TKI harus
mengetahui dan menghayati apa yang disukai dan tidak
disukai perempuan Arab, jika bekerja di Saudi Arabia.
10.2.4 Tata Cara Berkomunikasi dengan Majikan

Studi ini menemukan pentingnya TKI mengetahui dan
mengamalkan tata cara berkomunikasi dengan majikan. Ny.
Dede, TKI yang sukses bekerja di Saudi Arabia mengingatkan
pentingnya mengambil hati majikan perempuan dan menjauh
dari majikan laki-laki untuk mencegah majikan perempuan
cemburu. Ini tata cara berkomunikasi yang perlu diketahui
dan dipraktikkan setiap TKI PLRT.
Manfaatnya besar sekali dalam melindungi TKI dari perlakuan
seksual oleh majikan dan anak majikan. Dalam banyak kasus,
terjadinya hubungan seksual antara TKI PLRT dan majikan dan
anak majikan karena dekat dengan majikan laki-laki dan
puteranya yang sudah bewasa, sehingga nafsu birahi muncul,
dan sulit dikendalikan. Kalau sudah mulai sekali melakukan
hubungan seksual maka akan berlanjut dan tidak jarang kalau
dimulai anak majikan, kemudian ditiru pula majikan dengan
pemberian sejumlah uang atau barang berharga.
10.3 Perlindungan TKI masa penempatan di luar negeri

Studi ini menemukan bahwa perlindungan terhadap TKI di
luar negeri masih minim. Rani Bt Bohim, TKI PLRT di Saudi
Arabia yang mengalami nasib kurang beruntung. Pertama,
bekerja 3 (tiga) tahun tidak dibayar gajinya. Kedua, mau
diperkosa anak majikan, lalu melawan dengan menendang
kemaluannya. Ketiga, majikan membawa Rani ke polisi dan
melaporkannya.
Rani yang ketika mulai bekerja di Saudi Arabia baru berumur
16 tahun dan berstatus yatim piatu di kampung halamannya,
di Sagaranten, Sukabumi, kemudian diproses di pengadilan
dan dihukum 15 tahun. Menurut dia, hanya sekali didatangi
dari staf kedutaan Indonesia (KBRI) di Saudi Arabia dan tidak
member pembelaan apa-apa, dan akhirnya di hukum penjara
selama 15 tahun. Akan tetapi, baru menjalani hukuman
selama 2 tahun dua bulan sudah dibebaskan, kemudian
dibelikan tiket dan dipulangkan ke Indonesia.
10.3.1 Pendataan TKI tempat bekerja
Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan terhadap TKI yang
berprofesi sebagai PLRT, maka sangat penting
adanya pendataan TKI tempat kerja seperti nama
majikan, alamat rumah dan kantor, nomor telepon
dan hand phone majikan serta TKI yang
bersangkutan. Atase Tenaga Kerja di Kedutaan Besar
Republik Indonesia, mutlak memiliki data TKI di
Negara manapun mereka ditugaskan, apalagi di
Saudi Arabia dan Malaysia yang banyak masalahnya.
10.3.2 Monitoring TKI secara berkala
Atase Tenaga Kerja tidak hanya mendata, tetapi
secara berkala melakukan monitoring dengan
menelepon, mengirim surat dan sekali waktu staf di
Atase Tenaga Kerja Kedutaan Besar Republik
Indonesia kunjungan silaturrahim ke rumah majikan
TKI dan dipublikasikan media.
Ini kerja besar yang harus dilakukan Kedutaan Besar
RI di seluruh dunia untuk memberikan perlindungan
kepada TKI secara maksimal terutama PLRT yang
rawan mendapat perlakuan kurang manusiawi.
10.4 Perlindungan TKI purna penempatan
Perlindungan TKI purna penempatan, yang mengalami
masalah ditempat pekerjaan di luar negeri, ataupun yang
pulang secara normal, telah mendapat pelayanan yang
semakin baik dengan adanya pelayanan GPK TKI Selapajang di
Tangerang.
10.4.1 Pemulangan TKI sampai ke kampung halaman
Pelayanan yang diperoleh TKI purna penempatan, tidak hanya
ketika mendarat di Pelabuhan Udara Sukarno-Hatta, yang
dijemput petugas dan dibawa ke GPK Selapajang, tetapi juga
mendapatkan pelayanan baik berupa bantuan pemulangan
TKI sampai ke kampung halamannya.
Perlindungan terhadap TKI semacam ini, diharapkan terus
ditingkatkan sehingga TKI yang diberi julukan sebagai
pahlawan devisa, semakin memperoleh perlindungan,
pelayanan dan kenyamanan sampai tiba di kampung
halamannya.
Akan tetapi, sangat mengherankan adanya Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 18
Tahun 2012 Tentang Tata Cara Kepulangan Tenaga
Kerja Indonesia dari Negara Penempatan Secara
Mandiri ke Daerah Asal.
Peraturan menteri tersebut menghilangkan
tanggungjawab pemerintah dalam melindungi TKI PLRT
purna penempatan. Pada hal tidak ada TKI PLRT
mandiri. Sejak perekrutan TKI PLRT, proses pengurusan
surat-surat keluar negeri, komunikasi dan penyerahan
calon TKI kepada sponsor pusat dari PPTKIS, semuanya
diurus oleh sponsor yang tidakl lain adalah calo.
Bahkan penempatan calon TKI keluar negeri, yang
ditangani oleh PPTKIS, dapat juga dikategorikan
sebagai “calo”.
10.4.2 Pemberian advokasi dan bantuan jika TKI dapat masalah

Sebagaimana dikemukakan bahwa disamping banyak TKI yang berhasil
dalam bekerja di luar negeri, tetapi juga ada kurang beruntung dan bahkan
gagal meraih kesuksesan dalam bekerja di luar negeri.
Mereka yang kurang berhasil dan bahkan gagal dalam pekerjaan di luar
negeri, misalnya seperti yang dialami responden Rani binti Bohim
10.4.3 Pemberdayaan TKI purna penempatan
Studi ini menemukan TKI purna penempatan yang hidupnya amat
memprihatinkan. Pipi bt Juanidi (45 tahun) merupakan TKI peñata laksana
rumah tangga (PLRT) yang pernah bekerja di Suriah pada 2006-2020. Dia
dikirim oleh PT. Abdillah Putra Tamala yang beralamat di Condet, Jakarta
Timur, dengan gaji sebesar Rp 1.200.000 (satu juta dua ratus ribu rupiah)
perbulan.
Akan tetapi, gajinya dipotong perusahaan dan sponsor, sehingga yang
diterima hanya sebesar Rp 700.000 (tujuh ratus ribu rupiah) perbulan Gaji
sebesar itu, hanya habis untuk dimakan keluarganya di Sagaranten, sehingga
tidak ada yang bisa ditabung apalagi mau memberi tanah dan membangun
rumah sebagaimana yang banyak dilakukan para TKI peñata laksana rumah
tangga (PLRT) di kampung halamannya di Sagaranten.
10.4.3.1 Pelatihan alih profesi
Pelatihan alih profesi kepada TKI purna
penempatansemacam seperti Pipi diperlukan supaya
TKI yang kurang berhasil dan bahkan gagal dalam
meraih sukses di luar negeri, dapat melanjutkan hidup
bersama keluarga di kampung halamannya.
Bagaimanapun mereka sudah berjasa membantu
pemerintah dalam membuka lapangan pekerjaan di
luar negeri, dan membawa devisa di dalam negeri,
sehingga tidak sepantasnya mereka disia-siakan.
 Untuk memberdayakan mereka, maka diperlukan
adanya pelatihan alih profesi misalnya menjadi
pedagang di pasar, membuka warung nasi, potho copy,
supplier, dan lain sebagainya.
Dalam rangka itu, mereka perlu dibantu untuk
mendapatkan izin usaha.
10.4.3.2 Pemberian izin usaha dan tempat usaha
Izin usaha dari Kementerian Perdagangan kalau usaha yang akan
digeluti di bidang perdagangan, diperlukan supaya usaha yang
dilakukan legal dan bisa mendapatkan fasilitas dari pemerintah,
dan bisa membayar pajak jika usaha yang dijalankan sudah maju.
 Untuk mendapatkan izin usaha dan tempat usaha, pemerintah
wajib memberi kemudahan dan sebaiknya diberikan secara gratis
(cuma-cuma).
10.4.3.3 Pemberian peluang usaha
Untuk memberdayakan dan memajukan usaha para mantan TKI
purna penempatan, mesti diberikan perlakuan khusus (special
treatment). Tidak boleh diberlakukan persaingan bebas.
Oleh karena itu, kalau ada pesanan (order) barang dari
pemerintah, harus diberikan kepada mereka, supaya mendapat
keuntungan, ada pemupukan modal dari hasil laba dan cepat
maju.
10.4.3.4 Pemberian modal
 Disamping memberi peluang usaha, juga pemerintah harus
memberi modal kerja dan modal investasi. Modal yang
diberikan sebaiknya dijamin oleh pemerintah. Kalau tidak ada
jaminan (hipotek), maka bank tidak akan membantu
permodalan.
 Jadi pemerintah harus pro aktif dan memberi pemihakan
kepada usaha yang dikembangkan para TKI purna
penempatan.
 10.4.3.5 Pengawasan
 Segala fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kepada para
TKI purna penempatan, mutlak dilakukan pengawasan. Tidak
boleh dibiarkan seperti selama ini.
 Pengawasan terhadap jalannya usaha yang dikembangkan
para mantan TKI sangat diperlukan, supaya ada kesungguhan,
semangat dan motivasi, sehingga diharapkan mereka maju
dalam bidang usaha.
11. Kesimpulan
Akhirnya disampaikan kesimpulan sebagai berikut:
11.1 Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT pada
pra penempatan keluar negeri, disebabkan oleh minimnya
bahkan dapat dikatakan tidak ada keterlibatan pemerintah
daerah dalam memberi perlindungan kepada para calon TKI
PLRT pada saat perekrutan, pembinaan dan peningkatan skill
(kepakaran) calon TKI PLRT.
11.2 Peran sponsor (calo) luar biasa besar, sejak perekrutan
calon TKI PLRT, pengurusan dokumen keluar negeri,
pemberian pinjaman uang kepada calon TKI PLRT dan
keluarga di kampung, penyerahan calon TKI PLRT kepada
sponsor dalam PPTKIS sampai pemberangkatan keluar negeri,
melibatkan calo. Akibatnya, ketergantungan calon TKI PLRT
kepada calo sangat besar, sehingga TKI PLRT banyak dirugikan
karena setelah bekerja di luar negeri harus membayar utang
yang sudah bunga berbunga.
11.3 Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT
pada masa penempatan disebabkan minimnya
kepakaran calon TKI PLRT dalam bekerja, kurangnya
kemampuan berbahasa asing, tidak adanya penguasaan
budaya dan lingkungan kerja dan tata cara
berkomunikasi yang baik dengan majikan. Akibatnya
majikan sering melecehkan TKI PLRT, memarahi dan
bahkan menyiksa, dan puncaknya memutus hubungan
kerja secara sepihak dan tidak membayar gaji TKI PLRT.
11.4 Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT di
luar negeri pada masa penempatan terutama di
Malaysia dan Saudi Arabia, disebabkan banyaknya TKI
PLRT di dua negara itu, dan terbatasnya staf di
kedutaan RI di kedua negara yang melayani TKI PLRT,
sehingga tidak mampu melayani TKI PLRT yang
mendapat banyak masalah di tempat kerja.
11.5 Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT purna
penempatan disebabkan banyaknya TKI PLRT yang mengalami
permasalahan, seperti pemutusan kerja sepihak oleh majikan,
mendapat penyiksaan ditempat kerja dan tidak dibayar
gajinya, sehingga banyak TKI PLRT purna penempatan yang
stres, depresi dan bahkan sakit ingatan (gila). Untuk itu, perlu
ditingkatkan perlindungan TKI PLRT pada masa
penempatan oleh Kedutaan Besar RI di luar negeri
dan pemberian advokasi dari pakar, psikolog, sosiolog dan
bantuan dalam segala bidang jika TKI PLRT sudah kembali ke
tanah air.
11.6 Rendahnya pendidikan TKI PLRT di Kabupaten
Sukabumi, menyebabkan mereka tidak mempunyai pilihan
kecuali bekerja sebagai TKI PLRT di luar negeri yang tidak
memerlukan persyaratan formal seperti pendidikan tinggi,
pengalaman kerja dan kepakaran kerja. Oleh karena itu,
animo untuk bekerja di luar negeri, saat ini dan di masa
depan akan tetap besar.
Maka, walaupun kompleksitas
dinamika permasalahan dalam penempatan TKI
PLRT di luar negeri masih besar, tetapi tidak bisa
dijadikan alasan oleh pemerintah untuk melakukan
moratorium (penghentian sementara) atau
penghentian permanen penempatan TKI PLRT di
luar negeri seperti di Malaysia dan Saudi Arabia,
kecuali pemerintah sudah bisa memberi solusi atas
permasalahan yang dihadapi TKI PLRT seperti
kemiskinan, pendidikan rendah, dan ketiadaan
lapangan kerja yang sesuai tingkat pendidikan
mereka.
2. Rekomendasi
Untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh TKI
PLRT dan
untuk mengurangi kompleksitas dinamika permasalahan TKI
PLRT pada masa pra penempatan, masa penempatan dan
purna penempatan TKI PLRT, maka direkomendasikan kepada
pemerintah cq BNP2TKI dan Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi RI supaya:

2.1 Pemerintah setempat sebaiknya terlibat secara aktif
dalam memberi perlindungan kepada calon TKI PLRT
terutama dalam proses perekrutan dengan
turut menyaksikan dan menanda tangani kebenaran
dokumen calon TKI PLRT. Selain itu, keterlibatan pemerintah
daerah untuk melindungi calon TKI PLRT dari kemungkinan
mendapat pemerasan secara tidak langsung dari
sponsor lapangan yang mengurus calon TKI PLRT.
2.2 Pemerintah daerah (Kabupaten dan Kota)
sepatutnya bertanggungjawab dalam peningkatan perlindungan
terhadap calon TKI PLRT dengan terlibat secara aktif dalam
meningkatkan kepakaran kerja, kemampuan berbahasa asing,
penguatan karakter dan nasionalisme, keamanan pribadi (self
security), tata cara berkomunikasi dengan majikan, serta akhlak
mulia, supaya kompleksitas dinamika permasalahan TKI
PLRT masa penempatan di luar negeri dapat dipecahkan. Untuk
itu direkomendasikan sekurang-kurangnya setiap kabupaten dan
kota, didirikan satu Balai Latihan Ketrampilan Kerja yang dikelola
secara profesional untuk meningkatkan kualitas calon TKI PLRT dan
Tenaga Kerja Indonesia pada umumnya.

2.3 Untuk mencegah berlanjutnya permasalahan TKI PLRT masa
penempatan di Malaysia dan Saudi Arabia, dan banyaknya TKI
PLRT yang melarikan diri sehingga merugikan majikan, maka
direlomendasikan supaya didirikan Lembaga Perlindungan TKI
dan Majikan di Malaysia dan Saudi Arabia yang dikelola secara
profesional. Sumber pendanaannya dari pemerintah kedua negara,
dan personil yang mengelola lembaga itu adalah dari kalangan
profesional yang direkrut dari kedua negara tersebut
2.4 Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) warga Kabupaten Sukabumi dari keluarga TKI PLRT,
maka direkomendasikan supaya dilakukan kampanye kepada
calon TKI PLRT dan TKI PLRT untuk memberi pencerahan dan
penyadaran agar uang dari hasil bekerja di luar negeri
diutamakan untuk investasi pengembangan sumber daya
manusia (SDM) bagi anak-anak mereka atau keluarga
terdekat supaya pendidikannya meningkat minimal tamat
Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat.
Dengan meningkatnya kualitas SDM Indonesia, maka kalau
perempuan, bisa di didik dan dilatih supaya memiliki
kepakaran khusus seperti Babby Sitter untuk merawat orang
tua manula, anak-anak (bayi), perawat di rumah sakit, ahli
memasak, ahli dalam mengoperasikan komputer dan lain
sebagainya. Jika laki-laki dapat diberi latihan ketrampilan
kerja supaya memiliki kepakaran kerja dalam salah
satu bidang tertentu, yang sangat diperlukan di dalam negeri
maupun di luar negeri.
2.5 Untuk meningkatkan kepeduliaan terhadap TKI
PLRT purna penempatan yang mendapat masalah
ditempat bekerja di luar negeri, maka
direkomendasikan supaya mereka yang mengalami
stres, depresi dan gangguan jiwa, direhabilitasi
sampai sembuh. Sementara yang sehat
diberdayakan dengan diberi pelatihan alih profesi,
difasilitasi untuk mendapatkan izin usaha dan
tempat usaha, diberi order (pekerjaan), dan modal
usaha serta dilakukan pembinaan dan pengawasan
supaya mereka dapat meningkatkan dan
memajukan usaha yang dijalani.
• 2.6 Direkemendasikan supaya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
  Transmigrasi RI Nomor 16 Tahun 2012 tentang “TATA CARA KEPULANGAN
  TENAGA KERJA INDONESIA DARI NEGARA PENEMPATAN SECARA MANDIRI
  KE DAERAH ASAL”, segera dicabut karena bertentangan dengan UU Nomor
  39 Tahun 2004 dan Peraturan Presiden RI Nomor 81 Tahun 2006, dan No.
  15 Tahun 2011, serta aspirasi masyarakat yang menghendaki
  ditingkatkannya perlindungan terhadap TKI PLRT Pra Penempatan, Masa
  Penempatan dan Purna penempatan. Oleh karena, tidak ada TKI PLRT yang
  mandiri. Kalau ada kelemahan dalam proses pemulangan TKI PLRT di
  Sepajangan, Tangerang, sebaiknya disempurnakan, jangan membuat
  peraturan baru, yang justeru menghilangkan kewajiban dan tanggungjawab
  pemerintah dalam memberi perlindungan kepada TKI PLRT, dan memberi
  peluang beroperasinya calo dalam menjemput dan memulangkan TKI PLRT
  dikampung halaman mereka.

* Musni Umar adalah Sosiolog dan Peneliti Institute for Social Empowerment
   and Democracy (INSED), yang melakukan penelitian tentang “Studi
   Kompleksitas Dinamika TKI PLRT Kabupaten Sukabumi” Oktober-November
   2012, di Sagaranten, Kabupan Sukabumi, Jawa Barat.
* Tulisan ini adalah makalah untuk workshop hasil penelitian di Kabupaten
   Sukabumi yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Pengembangan dan
   Informasi BPN2TKI, 03 Januari 2013 di BNP2TKI Jakarta.

More Related Content

Viewers also liked

Sintracom sincovan pdf
Sintracom sincovan pdfSintracom sincovan pdf
Sintracom sincovan pdfRodrigo Brito
 
Prezy juan pablo
Prezy juan pabloPrezy juan pablo
Prezy juan pabloJuancho Roa
 
A Leitura é Uma Fonte De Entendimentos
A Leitura é Uma Fonte De EntendimentosA Leitura é Uma Fonte De Entendimentos
A Leitura é Uma Fonte De Entendimentosgegeprof
 
非常嬌點Vol.1 - 陳宜廷 - 1個人105天9國30城的北歐之旅
非常嬌點Vol.1 - 陳宜廷 - 1個人105天9國30城的北歐之旅非常嬌點Vol.1 - 陳宜廷 - 1個人105天9國30城的北歐之旅
非常嬌點Vol.1 - 陳宜廷 - 1個人105天9國30城的北歐之旅交點
 
Eliana salazarppp
Eliana salazarpppEliana salazarppp
Eliana salazarpppLidaNeira
 
Los gatos
Los gatosLos gatos
Los gatosdhahyi
 
31 july 2013 to 06 august 2013, hindu sabha varta, year 37, issue-17
31 july 2013 to 06 august 2013, hindu sabha varta, year 37, issue-1731 july 2013 to 06 august 2013, hindu sabha varta, year 37, issue-17
31 july 2013 to 06 august 2013, hindu sabha varta, year 37, issue-17Akhil Bharat Mahasabha
 
Amigdalas e vegetações adenóides
Amigdalas e vegetações adenóidesAmigdalas e vegetações adenóides
Amigdalas e vegetações adenóidesAmanda Thomé
 

Viewers also liked (20)

16º dia pdf
16º dia   pdf16º dia   pdf
16º dia pdf
 
Sintracom sincovan pdf
Sintracom sincovan pdfSintracom sincovan pdf
Sintracom sincovan pdf
 
test prezentacie
test prezentacietest prezentacie
test prezentacie
 
Prezy juan pablo
Prezy juan pabloPrezy juan pablo
Prezy juan pablo
 
A Leitura é Uma Fonte De Entendimentos
A Leitura é Uma Fonte De EntendimentosA Leitura é Uma Fonte De Entendimentos
A Leitura é Uma Fonte De Entendimentos
 
Usg i3-chison
Usg i3-chisonUsg i3-chison
Usg i3-chison
 
Apresenta..
Apresenta..Apresenta..
Apresenta..
 
Dellys
DellysDellys
Dellys
 
非常嬌點Vol.1 - 陳宜廷 - 1個人105天9國30城的北歐之旅
非常嬌點Vol.1 - 陳宜廷 - 1個人105天9國30城的北歐之旅非常嬌點Vol.1 - 陳宜廷 - 1個人105天9國30城的北歐之旅
非常嬌點Vol.1 - 陳宜廷 - 1個人105天9國30城的北歐之旅
 
15º dia pdf
15º dia   pdf15º dia   pdf
15º dia pdf
 
Tese 6
Tese 6Tese 6
Tese 6
 
Eliana salazarppp
Eliana salazarpppEliana salazarppp
Eliana salazarppp
 
Como insertar un video en el blog
Como insertar un video en el blogComo insertar un video en el blog
Como insertar un video en el blog
 
Apresenta..
Apresenta..Apresenta..
Apresenta..
 
Los gatos
Los gatosLos gatos
Los gatos
 
Tuccapitulo
TuccapituloTuccapitulo
Tuccapitulo
 
Nkk
NkkNkk
Nkk
 
31 july 2013 to 06 august 2013, hindu sabha varta, year 37, issue-17
31 july 2013 to 06 august 2013, hindu sabha varta, year 37, issue-1731 july 2013 to 06 august 2013, hindu sabha varta, year 37, issue-17
31 july 2013 to 06 august 2013, hindu sabha varta, year 37, issue-17
 
Amigdalas e vegetações adenóides
Amigdalas e vegetações adenóidesAmigdalas e vegetações adenóides
Amigdalas e vegetações adenóides
 
Idh nordeste goiás
Idh nordeste goiásIdh nordeste goiás
Idh nordeste goiás
 

Similar to DINAMIKA TKI

Presentation psk ppt
Presentation psk pptPresentation psk ppt
Presentation psk pptsu pardi
 
Contoh Format Proposal KKN Mandiri
Contoh Format Proposal KKN MandiriContoh Format Proposal KKN Mandiri
Contoh Format Proposal KKN Mandiriajelestari
 
Aspek sosial perkembangan penduduk
Aspek sosial perkembangan pendudukAspek sosial perkembangan penduduk
Aspek sosial perkembangan pendudukAgus Mahmuda
 
PKL (Pelayanan Publik Pemerintah)
PKL (Pelayanan Publik Pemerintah)PKL (Pelayanan Publik Pemerintah)
PKL (Pelayanan Publik Pemerintah)Roni Darmanto
 
edit untuk sempro ppt jenhhhhhhhhhni.pdf
edit untuk sempro ppt jenhhhhhhhhhni.pdfedit untuk sempro ppt jenhhhhhhhhhni.pdf
edit untuk sempro ppt jenhhhhhhhhhni.pdfEdoPanjaitan2
 
jumlah penduduk
jumlah pendudukjumlah penduduk
jumlah pendudukMelz Mutz
 
Pentingnya Deteksi Dini Terhadap Ancaman dan Gangguan di Masyarakat DKI Jakarta
Pentingnya Deteksi Dini Terhadap Ancaman dan Gangguan di Masyarakat DKI JakartaPentingnya Deteksi Dini Terhadap Ancaman dan Gangguan di Masyarakat DKI Jakarta
Pentingnya Deteksi Dini Terhadap Ancaman dan Gangguan di Masyarakat DKI Jakartamusniumar
 
artikel ketimpangan sosial.docx
artikel ketimpangan sosial.docxartikel ketimpangan sosial.docx
artikel ketimpangan sosial.docxtinaagustina38
 
Musni Umar: Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...
Musni Umar:  Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...Musni Umar:  Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...
Musni Umar: Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...musniumar
 
31612975 folio-geografi-2010-migrasi
31612975 folio-geografi-2010-migrasi31612975 folio-geografi-2010-migrasi
31612975 folio-geografi-2010-migrasiAulia Pein
 
Laporan final revisi
Laporan final revisiLaporan final revisi
Laporan final revisiArif Dp
 
PEMASARAN INTERNASIONAL PERBANDINGAN LINGKUNGAN PEMASARAN INTERNASIONAL INDO...
PEMASARAN INTERNASIONAL PERBANDINGAN LINGKUNGAN PEMASARAN INTERNASIONAL  INDO...PEMASARAN INTERNASIONAL PERBANDINGAN LINGKUNGAN PEMASARAN INTERNASIONAL  INDO...
PEMASARAN INTERNASIONAL PERBANDINGAN LINGKUNGAN PEMASARAN INTERNASIONAL INDO...Putri Sanuria
 

Similar to DINAMIKA TKI (20)

Makalah kwn
Makalah kwnMakalah kwn
Makalah kwn
 
Presentation psk ppt
Presentation psk pptPresentation psk ppt
Presentation psk ppt
 
Contoh Format Proposal KKN Mandiri
Contoh Format Proposal KKN MandiriContoh Format Proposal KKN Mandiri
Contoh Format Proposal KKN Mandiri
 
PROPOSAL ppt maryana.pptx
PROPOSAL ppt maryana.pptxPROPOSAL ppt maryana.pptx
PROPOSAL ppt maryana.pptx
 
Gejala Sosial - 2020
Gejala Sosial - 2020Gejala Sosial - 2020
Gejala Sosial - 2020
 
Aspek sosial perkembangan penduduk
Aspek sosial perkembangan pendudukAspek sosial perkembangan penduduk
Aspek sosial perkembangan penduduk
 
Bantuan Langsung Tunai - LAPORAN HASIL PENELITIAN KONFLIK SOSIAL kelompok 1 k...
Bantuan Langsung Tunai - LAPORAN HASIL PENELITIAN KONFLIK SOSIAL kelompok 1 k...Bantuan Langsung Tunai - LAPORAN HASIL PENELITIAN KONFLIK SOSIAL kelompok 1 k...
Bantuan Langsung Tunai - LAPORAN HASIL PENELITIAN KONFLIK SOSIAL kelompok 1 k...
 
PKL (Pelayanan Publik Pemerintah)
PKL (Pelayanan Publik Pemerintah)PKL (Pelayanan Publik Pemerintah)
PKL (Pelayanan Publik Pemerintah)
 
Asuhan keperawatan komunitas ibu asmalia
Asuhan keperawatan komunitas ibu asmaliaAsuhan keperawatan komunitas ibu asmalia
Asuhan keperawatan komunitas ibu asmalia
 
edit untuk sempro ppt jenhhhhhhhhhni.pdf
edit untuk sempro ppt jenhhhhhhhhhni.pdfedit untuk sempro ppt jenhhhhhhhhhni.pdf
edit untuk sempro ppt jenhhhhhhhhhni.pdf
 
jumlah penduduk
jumlah pendudukjumlah penduduk
jumlah penduduk
 
Pentingnya Deteksi Dini Terhadap Ancaman dan Gangguan di Masyarakat DKI Jakarta
Pentingnya Deteksi Dini Terhadap Ancaman dan Gangguan di Masyarakat DKI JakartaPentingnya Deteksi Dini Terhadap Ancaman dan Gangguan di Masyarakat DKI Jakarta
Pentingnya Deteksi Dini Terhadap Ancaman dan Gangguan di Masyarakat DKI Jakarta
 
artikel ketimpangan sosial.docx
artikel ketimpangan sosial.docxartikel ketimpangan sosial.docx
artikel ketimpangan sosial.docx
 
Musni Umar: Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...
Musni Umar:  Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...Musni Umar:  Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...
Musni Umar: Evaluasi 2013 dan Harapan 2014 Diperlukan Perubahan untuk Mewuju...
 
31612975 folio-geografi-2010-migrasi
31612975 folio-geografi-2010-migrasi31612975 folio-geografi-2010-migrasi
31612975 folio-geografi-2010-migrasi
 
Laporan final revisi
Laporan final revisiLaporan final revisi
Laporan final revisi
 
PROPOSAL KF
PROPOSAL KFPROPOSAL KF
PROPOSAL KF
 
Laporan kkn kelompok UNIB
Laporan kkn kelompok UNIBLaporan kkn kelompok UNIB
Laporan kkn kelompok UNIB
 
..Ukm kecil
..Ukm kecil..Ukm kecil
..Ukm kecil
 
PEMASARAN INTERNASIONAL PERBANDINGAN LINGKUNGAN PEMASARAN INTERNASIONAL INDO...
PEMASARAN INTERNASIONAL PERBANDINGAN LINGKUNGAN PEMASARAN INTERNASIONAL  INDO...PEMASARAN INTERNASIONAL PERBANDINGAN LINGKUNGAN PEMASARAN INTERNASIONAL  INDO...
PEMASARAN INTERNASIONAL PERBANDINGAN LINGKUNGAN PEMASARAN INTERNASIONAL INDO...
 

More from musniumar

Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan SosialRevolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosialmusniumar
 
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...musniumar
 
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI JakartaMusni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakartamusniumar
 
Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki JakartaMusni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki Jakartamusniumar
 
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...musniumar
 
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan PancasilaMembangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasilamusniumar
 
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi KitaMusni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kitamusniumar
 
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi KitaMusni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kitamusniumar
 
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsa
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan BangsaMusni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsa
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsamusniumar
 
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuan
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan PersatuanMusni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuan
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuanmusniumar
 
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit IndonesiaMusnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesiamusniumar
 
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"musniumar
 
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI JakartaMusni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakartamusniumar
 
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI JakartaMusni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakartamusniumar
 
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014musniumar
 
Musni Umar: Demokrasi dan HAM Dalam Praktik
Musni Umar: Demokrasi dan HAM  Dalam PraktikMusni Umar: Demokrasi dan HAM  Dalam Praktik
Musni Umar: Demokrasi dan HAM Dalam Praktikmusniumar
 
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"musniumar
 
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara MencegahnyaMusni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnyamusniumar
 
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani musniumar
 
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat MadaniMusni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madanimusniumar
 

More from musniumar (20)

Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan SosialRevolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Revolusi Mental dan Peningkatan Kesejahteraan Sosial
 
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...
Perubahan dan pemberdayaan untuk Jakarta yang Aman dan Sejahtera Visi Misi da...
 
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI JakartaMusni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangun Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
 
Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki JakartaMusni Umar: Membangun Dki Jakarta
Musni Umar: Membangun Dki Jakarta
 
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
Musni Umar di Kabupaten Berau, Membangun Wawasan Kebangsaan Mengimplementasik...
 
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan PancasilaMembangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
Membangun Wawasan Kebangsaan: Mengimplementasikan Pancasila
 
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi KitaMusni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
 
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi KitaMusni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
Musni Umar: Perkembangan Demokrasi Kita
 
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsa
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan BangsaMusni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsa
Musni Umar: Peran Perempuan dalam Membangun Kejuangan Bangsa
 
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuan
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan PersatuanMusni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuan
Musni Umar: Aktualisasi Nilai Nilai Pembauran untuk Kebersamaan dan Persatuan
 
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit IndonesiaMusnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
Musnu Umar: Peluncuran Buku Jokowi Satrio Piningit Indonesia
 
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangun Dari Desa"
 
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI JakartaMusni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
Musni Umar: Ancaman Stabilitas Sosial Keamanan di DKI Jakarta
 
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI JakartaMusni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
Musni Umar: Membangkitkan Kewirausahaan Warga DKI Jakarta
 
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
Musni Umar: Budaya Demokrasi, Pileg dan Pilpres 2014
 
Musni Umar: Demokrasi dan HAM Dalam Praktik
Musni Umar: Demokrasi dan HAM  Dalam PraktikMusni Umar: Demokrasi dan HAM  Dalam Praktik
Musni Umar: Demokrasi dan HAM Dalam Praktik
 
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
Musni Umar di Kabupaten Banggai "Membangu Dari Desa"
 
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara MencegahnyaMusni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
Musni Umar: Potensi Konflik di DKI Jakarta yang Multi Etnis dan Cara Mencegahnya
 
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Peran Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
 
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat MadaniMusni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
Musni Umar: Tugas Pemimpin dan Pentingnya Membangun Masyarakat Madani
 

DINAMIKA TKI

  • 1. Studi Kompleksitas Dinamika Permasalahan TKI PLRT di Kabupaten Sukabumi Oleh Musni Umar, Ph.D Sociologist and Researcher
  • 2. 1. Latar belakang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri yang banyak didominasi Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) telah menjadi salah satu penggerak pembangunman yang penting di Indonesia. Ia telah memberi andil yang besar dalam pembangunan di Indonesia, paling tidak dalam tiga sektor. Pertama, menjadi penyumbang devisa negara terbesar kedua setelah migas (minyak dan gas). "Rata-rata devisa TKI itu 6 hingga 7 milyar dolar Amerika Serikat pertahun". Kedua, mengurangi pengangguran di Indonesia. Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu pengirin TKI terbesar di Jawa Barat. Menurut Kepala Pusat Penelitian Pengembangan dan Informasi BNP2TKI, Benyamin Suprayogo, pada 2011 berdasarkan data BNP2TKI per Maret 2011, ada lima kabupaten/kota di Jawa Barat yang menjadi daerah pengirim TKI keluar negeri, yaitu kabupaten Indramyu sebanyak 39.000 TKI, kabupaten Cianjur 37.000 TKI, kabupaten Cirebon 27.000 TKI, kabupaten Sukabumi 25 TKI, dan kabupaten Karawang sebanyak 24.000 TKI.
  • 3. Ketiga, pengentas kemiskinan. TKI di luar negeri telah memberi kontribusi yang tidak kecil dalam pengentasan kemiskinan di Indonesia khususnya di kabupaten Sukabumi. Setiap bulan TKI PLRT telah mengirim uang ke kampung halamannya. Peranan dan andil TKI yang bekerja di luar negeri khususnya TKI PLRT seperti memberi pemasukan devisa, mengurangi pengangguran, dan pengentas kemiskinan, ternyata memiliki kompleksitas dinamika permasalahan yang besar pula. Secara internal, TKI PLRT perempuan yang sudah berkeluarga, menimbulkanpermasalahan dalam keluarga ketika meninggalkan rumah tangga dalam kurun waktu lama seperti anak-anak tidak terurus dan terhenti pendidikannya, dan suami berselingkuh dan menikah lagi. Sementara secara eksternal, TKI PLRT perempuan mengalami kesepian ditempat bekerja, sehingga sering terjadi kasus perselingkuhan antara sesama TKI PLRT perempuan dengan TKI laki-laki atau dengan majikan atau anak majikan yang sering disebut sebagai pemerkosaan. Dampak negatifnya, banyak terjadi kehancuran keluarga seperti perceraian.
  • 4. 2. Permasalahan 2.1. Kemiskinan Permasalahan pertama yang menghimpit para calon TKI PLRT adalah kemiskinan. Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidak-mampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan yang dialami sebagian masyarakat Kabupaten Sukabumi, bukan kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, tetapi sulit mengakses pendidikan dan pekerjaan, karena kemiskinan yang mendera mereka, menyebabkam tidak memiliki biaya yang cukup unruk mengikuti pendidikan dengan baik. Oleh karena tidak mempunyai pendidikan yang memadai, maka sulit diterima untuk bekerja di sektor format, baik di pemerintah maupun swasta. Kemiskinan bagaikan lingkaran setan yang tidak ada akhir bagi orang-orang miskin. Mereka miskin karena sumber daya manusia rendah akibatnya pendidikan kurang. Karena pendidikan rendah, maka mereka miskin.
  • 5. 2.2. Pendidikan Permasalahan kedua calon TKI PLRT ialah pendidikan rendah. Masalah ini telah lama menjadi perbincangan di masyarakat, karena mayoritas pendidikan mereka hanya Sekolah Dasar (SD). Dengan diberlakukannya wajib belajar 9 tahun, seharusnya pendidikan TKI PLRT sekurang-kurangnya SLTP sekarang, tetapi ini tidak terjadi. Pendidikan TKI yang rendah menyulitkan bagi TKI dan majikan dalam melaksanakan hubungan kerjqaan sehingga menimbulkan banyak persoalan, paling tidak dalam 4 hal. Pertama, komunikasi terhambat. TKI tidak cepat bisa beradaptasi dan tidak percaya diri. Kedua, TKI dianggap oleh majikan tidak bisa bekerja sesuai perjanjian kerja. Ketiga, majikan merendahkan TKI Keempat, majikan suka kesal dan rewel. Dampak dari empat hal tersebut, maka majikan tidak jarang melakukan: 1). Menyiksa TKI 2). Tidak membayar gaji 3). Memutus hubungan kerja secara sepihak.
  • 6. 2.3. Pengangguran Persoalan ketiga yang dihadapi masyarakat bawah adalah pengangguran. Tidak ada pekerjaan yang bisa dimasuki kecuali menjadi buruh tani dan pedagang. Kedua sektor ini selain tidak menjanjikan penghasilan yang memadai untuk keluar dari lingkaran kemiskinan, juga semakin kompetitif karena lahan pertanian semakin menyempit karena dipergunakan untuk membangun rumah dan pabrik. 2.4. Lingkungan sosial ekonomi, budaya dan agama Lingkungan sosial ekonomi bangsa Indonesia telah berubah. Kalau di masa dahulu yang bekerja dan mencari nafkah dalam keluarga adalah laki- laki. Budaya itu telah tinggalkan karena disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, kesulitan ekonomi yang dialami keluarga, mendorong para perempuan muda dari berbagai perkampungan di desa-desa seluruh Indonesia menjadi TKI PLRT di luar negeri dalam upaya keluar dari kesulitan ekonomi yang dialami keluarga sehari-hari. Ini sisi positif dari globalisasi.
  • 7. Kedua, dorongan lingkungan seperti orang tua serta keluarga, ketika melihat kesuksesan tetangga yang bekerja sebagai TKI PLRT di luar negeri. Faktor ini turut mendorong para calon TKI PLRT untuk bekerja di luar negeri tanpa mempertimbangkan kemampuan berbahasa asing, kepakaran bekerja dan lain sebagainya. Ketiga, faktor agama tidak dominan dalam memandu masyarakat supaya laki-laki berada dibarisan terdepan dalam mencari nafkah buka perempuan. Keempat, konsumerisme dan dorongan hidup hedonistik yang memengaruhi masyarakat Indonesia termasuk di Sukabumi, akibat berbagai iklan dari macam-macam produk yang disiarkan diberbagai TV selama 24 jam, telah memberin pengaruh dan dorongan besar, serta animo yang tinggi untuk bekerja di luar negeri guna mendapatkan uang alam jumlah yang besar.
  • 8. Dari latar belakang yang dikemukakan diatas dapat dikemukakan bahwa pendorong utama mereka memilih sebagai buruh migrant di luar negeri baik laki-laki maupun perempuan menurut Agustini (2008:110) dalam Kustini, 2011:5) ialah pembangunan di wilayah pesesaan yang tidak diikuti oleh peningkatan penghasilan bagi penduduknya menjadi faktor yang memicu perpindahan penduduk dari desa ke kota maupun ke negara lain. Demikian pula dengan berbagai hasil studi di Indonesia terhadap buruh migrant menunjukkan bahwa faktor ekonomi sebagai motivasi yang hampir selalu ada pada setiap buruh migrant. Namun jika dikaji lebih lanjut faktor ekonomi bukanlah atu-satunya pendorong seorang menjadi buruh migrant.
  • 9. 3. Metodologi Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Adapun perinciannya sebagai berikut: 3.1 Wawancara dan Perbincangan 3.1.1 Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara yang intensif dengan dua belas orang yang terdiri dari kalangan mantan TKI PLRT, dan TKI PLRT dan tokoh masyarakat. 3.1.2 Pengumpulan data selanjutnya dilakukan dengan bertemu dan berbincang dengan tiga tokoh di Sagaranten, Kabupaten Sukabumi. 3.1.3 Pengumplan data selanjutnya dilakukan pula dengan bertemu dan berbincang dengan Sekretaris Kecamatan Sagaranten, dan Kepala Urusan Agama serta melapor kepada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Sukabumi. •
  • 10. 3.2 Observasi lapangan Observasi lapangan dilakukan dengan melihat langsung aktivitas masyarakat pada siang dan malam hari yaitu: 3.2. 1. Melihat pasar dan aktivitas masyarakat pada siang hari, di Sagaranten, Kabupaten Sukabumi. 3.2.2. Shalat Jum’at, di Masjid Agung Sagaranten, Kab. Sukabumi. 3.2.3. Shalat Magrib dan Subuh, di Masjid Agung Sagaranten, Kab. Sukabumi. 3.2.4. Melihat aktivitas santri dan santriwati Pondok Pesantren Al Jamilyah, Kampung Pesantren, Kecamatan Sagaranten, Kab. Sukabumi. 3.2.5. Bertemu dan berbincang beberapa mantan TKI di malam hari dan siang hari untuk melihat aktivitas mereka purna penempatan.
  • 11. 3.3 Penelitian Perpustakaan dan Internet Penelitian perpustakaan dan internet dilakukan pula untuk mengumpulkan data dan bahan-bahan yang berkaitan dengan yang dikaji. Juga untuk mendapatkan bahan-bahan yang pernah diteliti, ditulis dan dikaji oleh para peneliti terdahulu, khususnya jurnal yang menulis tentang dinamika permasalahan TKI PLRT yang bekerja di luar negeri. Tahap-tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: 3.1. Tahap pra penelitian 3.2. Tahap penelitian. 3.3. Tahap purna penelitian
  • 12. Tahap pertama, ialah pra penelitian, yang meliputi penelusuran literatur melalui studi kepustakaan dan internet. pembuatan proposal penelitian, pembuatan jadwal penelitian, menetapkan lebih detil (rinci) lokasi penelitian, dan penyusunan daftar pertanyaan (questionare). Tahap kedua, ialah pelaksanaan penelitian, yang meliputi wawancara dengan informan kunci, temu wicara terbatas dengan para mantan TKI PLRT, dan melakukan observasi lapangan dengan melihat langsung kondisi sosial ekonomi mereka. Tahap ketiga, purna penelitian, yang meliputi recording, pengolahan data dan analisis data dari lapangan, dan selanjutnya penulisan laporan untuk disajikan hasil penelitian.
  • 13. 4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Sukabumi. Berikut ini dikemukakan tabel penduduk Kabupaten Sukabumi. Tabel 1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten Sukabumi
  • 14. Untuk mengetahui lebih mendalam tentang Kabupaten Sukabumi, dikemukakan nama-nama Kecamatan sebanyak 47 Kecamatan dan 367 Kelurahan/Desa dalam tabel berikut ini. Tabel 2 Nama Kecamatan dan Jumlah Kelurahan/Desa Kabupaten Sukabumi
  • 15. 5. Alasan Pemilihan Lokasi Penelitian Adapun alasan pemilihan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi sebagai lokasi penelitian antara lain: 5.1 Sagaranten merupakan salah satu pengirim Tenaga Kerja Indonesia TKI) Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) terbesar keluar negeri dari Kabupetan Sukabumi. Sebagaimana diketahui bahwa Jawa Barat merupakan pengirim TKI terbesar di luar negeri per Desember 2011. Di Jawa Barat terdapat empat kabupaten pengirim TKI terbesar yaitu: Indramayu menempati urutan terbesar dalam mengirim TKI di luar negeri yaitu sebesar 39.000 orang. Menyusul Cianjur sebanyak 27.000 orang, Sukabumi sebanyak 25.000 orang, dan Karawang sebanyak 24.000 orang. 1) Di Kabupaten Sukabumi terdapat tiga kecamatan terbesar yang mengirim TKI di keluar negeri, sebagaimana dalam tabel dibawah ini.
  • 16. Tabel 4 Tiga Kecamatan Pengirim TKI Terbesar di Kabupaten Sukabumi 2010 1. Sagaranten, jumlah TKI 2.384, penduduk 47.309 orang 2. Ciracap, jumlah TKI 2.169, penduduk 47.495 orang 3. Curugkembar, jumlah TKI 1.804, penduduk 28.463 orang 5.2. Jumlah penduduk kecamatan Sagaranten hanya menempatai urutan ke 21 dari 47 kecamatan di Kabupaten Sukabumi, tetapi menjadi pengirim TKI PLRT terbesar. 5.3. Sekitar 90 persen TKI PLRT yang bekerja di luar negeri berpendidikan sekolah dasar (SD). 5.4. Remitansi TKI PLRT termasuk terbesar yang dikirim oleh para pekerja di Sagaranten, sehingga menjadi penopang utama ekonomi masyarakat Sagaranten.
  • 17. 6. Kompleksitas Dinamika Permasalahan TKI PLRT Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT dapat diperincikan: 6.1 Aspek Sosial Ekonomi Kompleksitas dinamika permasalahan Tenaga Kerja Indonesia Penata Laksana Rumah Tangga (TKI-PLRT), ditinjau dari aspek sosial ekonomi, paling tidak dipengaruhi atau disebabkan oleh lima faktor yaitu:. 6.1.1. Pendidikan rendah. 6.1.2. Kemiskinam. 6.1.3. Kelas bawah (lower class). 6.1.4. Pengangguran (tidak bekerja). 6.1.5. Budaya kemiskinan (culture of poverty).
  • 18. Faktor pertama, pendidikan rendah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Peñata Laksana Rumah Tangga (PLRT) telah dibahas panjang lebar dalam membahas permasalahan TKI pada bab pendahuluan. Pemerintah di era Orde Reformasi, melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) yang dipilih dalam pemilihan umum 1999, telah melakukan amandemen UUD 1945 dan menetapkan Bab XIII Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 31 ayat (4) “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”. Akan tetapi, implementasi dari ayat tersebut melalui wajib belajar 9 (Sembilan) tahun, sampai saat ini belum nampak hasilnya. Sebagaimana dikemukakan, mayoritas TKI PLRT yang bekerja di luar negeri, pendidikan mereka hanya sekolah dasar (SD).
  • 19. Faktor kedua, kemiskinan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Peñata Laksana Rumah Tangga (PLRT), juga sudah dibahas pada Bab I Pendahuluan dan Bab II Kondisi Sosial Budaya dan Ekonomi Masyarakat Sagaranten. Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT sangat terkait erat dengan kemiskinan yang dialami mereka di kampung halamannya. Kemiskinan telah menjadi lingkaran setan yang membelit masyarakat desa termasuk masyarakat Sagaranten, Kabupaten Sukabumi. Kemiskinan berkaitan dengan aspek pendidikan dan kualitas sumber daya manusia. Para TKI PLRT dengan gagah berani meninggalkan kampung halamannya untuk bekerja di luar negeri, tujuan utamanya hanya satu, mau membebaskan dari kemiskinan. Akan tetapi, tidak semua yang berangkat keluar negeri sebagai TKI PLRT berhasil. Mereka yang kurang berhasil dan tidak berhasil (gagal) dan bahkan ada yang mendapat perlakuan kurang manusiawi, yang harus diselamatkan dengan skema perlindungan dan pemberdayaan.
  • 20. Faktor ketiga, kelas bawah (lower class). Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berprofesi Peñata Laksana Rumah Tangga (PLRT) dalam stratifikasi sosial dapat digolongkan sebagai lower class. Max Weber (1864- 1920) pakar ekonomi politik dan sosiolog dari Jerman, yang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi, telah memformulasikan tiga komponen teori stratifikasi. Dia percaya bahwa posisi kelas (class position) ditentukan oleh kepakaran seseorang dan pendidikan. Jika ingin memecahkan kompleksitas dinamika TKI PLRT, maka berdasarkan pendapat Weber, para TKI PLRT harus ditingkatkan kepakaran (keahlian) dan pendidikan mereka.
  • 21. Faktor keempat adalah pengangguran. Masalah pengangguran, juga merupakan salah satu bagian dari kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT di Kabupaten Sukabumi. Pemecahannya telah dilakukan para TKI PLRT dengan bekerja di luar negeri, dengan tidak memiliki kepakaran dan pendidikan yang memadai. Pada masa mendatang, para TKI PLRT mutlak diberikan pendidikan dan pelatihan untuk memberikan kepakaran dalam bekerja. Signifikansinya, pertama, meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kedua, menanamkan kepercayaan kepada TKI PLRT bahwa mereka memiliki kemampuan (kepakaran) kerja. Ketiga, memberi layanan yang semakin meningkat kepada para majikan bahwa TKI PLRT dari Indonesia memiliki kemampuan kerja dan dapat dipercaya.
  • 22. Faktor kelima, budaya kemiskinan (culture of poverty). Budaya kemiskinan yang dihinggapi orang-orang miskin seperti malas, tidak berdaya, ketergantungan, pesimis, pasrah dan lain sebagainya, telah diterobos oleh para TKI PLRT dengan memberanikan diri bekerja di luar negeri. Untuk meningkatkan posisi TKI PLRT di masa depan, dan memutus supaya kemiskinan tidak diwarisi generasi berikutnya, maka seperti dikemukakan Max Weber di atas, harus dilakukan dua hal. Pertama, memberikan pendidikan yang semakin tinggi dan berkualitas kepada putera-puteri TKI PLRT. Kedua, memberi kepakaran (keahlian) kepada putera- puteri TKI PLRT. Dengan memiliki dua hal itu, maka diyakini bisa meningkatkan posisi kelas dalam bidang sosial ekonomi para TKI PLRT di masa depan.
  • 23. 6.2 Aspek Sosial Budaya Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT, ditinjau dari aspek sosial budaya, paling kurang dipengaruhi oleh lima hal. 6.2.1. Perubahan lingkungan sosial. 6.2.2. Kontak antar bangsa. 6.2.3. Perubahan struktur sosial. 6.2.4. Perubahan nilai dan sikap. 6.2.5. Perubahan budaya.
  • 24. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT, ditinjau dari aspek sosial budaya, dipengaruhi oleh lima faktor. Pertama, perubahan lingkungan sosial. Kemajuan teknologi informasi dan hampir semua lapisan masyarakat bisa mengakses dan menggunakan TV, media cetak, media online, Short Message Service (SMS), laman (e-mail), akun facebook, akun twitter, You Tube dan lain sebagainya, telah membawa perubahan lingkungan sosial, termasuk perubahan masyarakat di Sagaranten, Kabupaten Sukabumi. Perubahan lingkungan sosial yang dialami masyarakat Sagaranten, diantaranya dalam memilih pekerjaan. Memang faktor dominan yang mendorong TKI PLRT bekerja di luar negeri adalah dorongan untuk keluar dari kemiskinan dan kesulitan ekonomi, tetapi juga akibat perubahan lingkungan sosial, sehingga perempuan ikut terpengaruh untuk bekerja. Akan tetapi, pilihan untuk bekerja berubah menjadi TKI PLRT yang lebih menjanjikan penghasilan, ketimbang menjadi buruh tani di kampung halamannya. Pilihan untuk bekerja di luar negeri bisa disebabkan oleh pengaruh media, lingkungan sosial seperti orang tua, keluarga atau teman.
  • 25. Kedua, kontak antar bangsa. Kontak antar bangsa melalui alat komunikasi dan teknologi yang disebutkan di atas, disamping memiliki sisi positif juga sisi negatif. Segi positifnya cukup banyak, seperti membuka cakrawala pandang untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan negara lain. Juga bisa mengetahui budaya, sosial, ekonomi, hukum, pertahanan keamanan dan lain sebagainya. Segi negatifnya, bangsa Indonesia bisa kehilangan identitas, budaya, dan segala yang dimiliki, jika bangsa Indonesia tidak dipersiapkan ketahanan mental, ideologi dan nasionalisme untuk mengadapi perang budaya, ekonomi dan lain sebagainya. Dalam konteks itu, maka penempatan TKI PLRT di luar negeri, tanpa didahului upaya membumikan dan mengakarkan ideologi Pancasila kepada para TKI PLRT, maka akan semakin menimbulkan kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT, karena kompleksitas yang dialami tidak saja yang bersifat internal, seperti dalam lingkungan rumah tangga, tetapi juga bersifat eksternal, seperti hilangnya nasionalisme, budaya dan bahkan agama yang dianut TKI PLRT.
  • 26. Ketiga, perubahan struktur sosial. Pada masa awal bangsa Indonesia, sebelum dilaksanakan pembangunan, walaupun sudah dikenal adanya struktur sosial seperti wong cilik dan wong gedhe, tetapi struktur sosial tidak terdeferensiasi secara tajam seperti sekarang. Menurut Radclife-Brown (1881-1955) bahwa struktur sosial adalah suatu rangkaian kompleks dari relasi-relasi sosial yang terwujud dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, struktur sosial meliputi relasi sosial diantara para individu dan perbedaan individu dan kelas sosial menurut peran sosial mereka. 2) Terjadinya perubahan struktur sosial, mengakibatkan terbangunnya kelompok-kelompok sosial seperti upper class, middle class, dan lower class, secara tidak disadari telah ikut mendorong TKI PLRT yang berada dilapisan sosial paling bawah, berjuang untuk keluar dari kemiskinan, yang tidak lain adalah keluar dari lower class. Dengan demikian, kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT di Kabupaten Sukabumi, juga ikut dipengaruhi dari perubahan struktur sosial di masyarakat Sagaranten.
  • 27. Faktor keempat, perubahan nilai dan sikap. Pembangunan, kemajuan teknologi informasi, adanya kontak antar bangsa, dan success story dari para mantan TKI PLRT yang bekerja di luar negeri, telah melahirkan perubahan nilai dan sikap, tidak hanya di kalangan para mantan TKI, dan TKI, tetapi juga di dalam masyarakat. Perubahan nilai dan sikap di kalangan TKI dan mantan TKI nampak sekali dalam perkawinan. Menurut Bakri, tokoh masyarakat di Sagaranten bahwa tingkat perceraian TKI perempuan yang sudah berkeluarga sangat tinggi. Mayoritas perceraian disebabkan oleh perempuan. Para TKI perempuan berubah setelah bekerja di luar negeri, sehingga meminta cerai kepada suaminya di kampung. Akan tetapi, hampir semua perceraian dilakukan dibawah tangan (tidak melalui pengadilan Agama). Di dalam permintaan cerai, selalu terjadi negosiasi (tawar- menawar) tentang besarnya tebusan perceraian. Para suami mengemukakan alasan, mengapa perempuan harus membayar mahar perceraian kepada suami (besarnya antara Rp 5 juta sampai Rp 25 juta). Oleh karena keberhasilan isteri bekerja di luar negeri karena atas izin dan dorongan suami.
  • 28. Kelima, perubahan budaya. Masyarakat Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, telah mengalami perubahan budaya. Perubahan budaya, setidaknya disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Perubahan yang bersifat internal, biasanya dimulai dari manusia itu sendiri, misalnya mereka bosan, tidak tahan terus berada dalam kemiskinan dan kesulitan ekonomi, sehingga mendorong mereka menjadi TKI PLRT dengan bekerja di luar negeri. Selanjutnya, perubahan yang bersifat eksternal, yaitu perubahan yang disebabkan dorongan dari luar. Misalnya, success story para TKI yang bekerja di luar negeri. Cerita sukses para TKI PLRT tersebar luas di masyarakat, seperti dari hasil bekerja di luar negeri, mereka membeli tanah, bangun rumah, menyekolahkan anak dan lain sebagainya. Kisah sukses itu, didengar orang tua, famili dan keluarga. Merekalah yang mendorong saudara mereka untuk menjadi TKI PLRT di luar negeri. Dengan demikian, perubahan budaya masyarakat, menimbulkan kompleksitas dinamika TKI PLRT karena memberi pengaruh meningkatnya jumlah TKI perempuan yang bekerja di luar negeri sebagai Peñata Laksana Rumah Tangga (PLRT).
  • 29. 7. Keluarga Hancur Banyak kisah sukses TKI peñata laksana rumah tangga (PLRT) yang pernah bekerja di luar negeri. Akan tetapi, tidak kurang dari 70 persen TKI perempuan yang sudah berkeluarga, terpaksa harus bercerai dan anak-anaknya berantakan. TKI perempuan yang sudah berkeluarga dan bekerja di luar negeri, keluarga meraka banyak yang pecah. Hal itu disebabkan sekurang-kurangnya lima faktor: 7.1. Suami habiskan harta. 7.2. Isteri merasa hebat. 7.3. Suami kawin. 7.4. Suami tidak berguna. 7.5 . Isteri punya pacar.
  • 30. Kompleksitas dinamika TKI PLRT salah satunya ialah TKI perempuan yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak, karena bekerja di luar negeri, akhirnya bahtera rumah tangga karam di tengah jalan. Pecahnya keluarga sebagaimana dikemukakan di atas, sekurang-kurangnya disebabkan: Pertama, suami habiskan harta. Yani bt Mulyana (31 tahun) menceritakan pengalamannya bahwa sejak berusia 21 tahun sudah bekerja di Saudi Arabia. Dari hasil bekerja selama 6 (enam) tahun di Saudi Arabia, telah berhasil membeli tanah dan membangun rumah. Akan tetapi, suaminya menjual rumahnya dan menghabiskan uangnya. Oleh karena itu, Yani merasa lebih baik bercerai. Akan tetapi, kalau bercerai melalui Pengadilan Agama, selain jaraknya jauh dari Sagaranten, juga memakan waktu lama dan menghabiskan biaya bolak-balik di Pengadilan Agama. Maka, dia bercerai dibawah tangan, tidak melalui Pengadilan Agama. Hanya harus membayar uang cerai kepada suami sebesar Rp 5.000.000 (lima juta rupiah).
  • 31. Perceraian semacam itu, mempunyai implikasi hukum, Pertama, perceraian itu tidak sah menurut hukum negara, karena perceraian harus melalui Pengadilan Agama setempat. Akan tetapi, masyarakat Sagaranten pada umumnya bercerai dibawa tangan, dan Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sagaranten, seolah membiarkan hal itu terjadi karena kendala yang dihadapi masyarakat seperti dikemukakan di atas. Kedua, terasa ada ketidak-adilan. Suami sejatinya mencari nafkah. Dalam kasus Yani, TKI yang bekerja di Saudi Arabia, justeru mengambil alih tugas dan peran suami. Ketika suami tidak amanah dalam mengelola harta hasil kerja isteri di luar negeri, seperti dikemukakan, Yani memilih bercerai, harus membayar konpensasi cerai kepada suami. Ketiga, isteri di vonis penyebab perceraian. Dalam banyak kasus perceraian di Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, adanya kebiasaan isteri harus membayar sejumlah uang kepada suami jika menggugat perceraian, dapat disimpulkan bahwa semua perceraian disebabkan isteri. Pada hal harus dipilah satu-persatu, tidak boleh disimpulkan bahwa semua kasus perceraian adalah ulah dari isteri yang sudah berubah setelah bekerja di luar negeri.
  • 32. 8. Dampak Negatif Perceraian Perceraian yang banyak terjadi dikalangan TKI, menimbulkan persoalan. Pertama, banyak janda, dari mantan TKI perempuan. Kedua, anak-anak menjadi korban, karena kurang mendapat perhatian dan kasih sayang dari ibu-bapaknya yang bercerai. Ketiga, tidak ada yang bertanggungjawab mendidik anak. Kalau ibunya terpaksa bekerja lagi keluar negeri untuk mencari nafkah, maka yang mendidik anak hanya mengandalkan neneknya, sehingga pendidikan anak berantakan. Keempat, nilai kesakralan dari perkawinan hilang, karena perkawinan hanya sekedar mau mengumbar hafsu seksual. Pertanyaan, di mana peran dan fungsi Kantor Urusan Agama, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, yang seharusnya memandu, membimbing, mengarahkan dan mendidik masyarakat untuk membangun keluarga yang selamat dunia dan akhirat. Untuk mencegah terus menjamurnya perceraian di kalangan TKI, maka sebaiknya dicegah perkawinan usia muda, karena yang korban bukan saja suami-isteri, tetapi juga anak-anak mereka. Pada tataran tersebut, Kantor Urusan Agama, Pesantren, ulama dan tokoh masyarakat dan pemerintah setempat dituntut untuk semakin meningkatkan peran dan tanggungjawabnya.
  • 33. 9. Perlindungan dan Pemberdayaan TKI PLRT 9.1 Perekrutan TKI Telah dikemukakan dalam laporan ini bahwa salah satu persoalan yang dihadapi dalam penempatan TKI di luar negeri yang berprofesi sebagai peñata laksana rumah tangga (PLRT) ialah TKI tidak trampil (unskill workers). Beberapa penelitian sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan Pusat Penelitian Kependudukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2002 menyimpulkan bahwa kebanyakan TKI wanita mengalami kesulitan dalam memahami isi kontrak kerja, terutama karena rendahnya tingkat pendidikan mereka (Adi, 1996, Tirto Sudarmo dan Romdiati, 1998). Selain itu, rekrutmen TKI seperti dikemukakan para responden yang diwawancarai secara mendalam mengatakan bahwa yang memberi informasi, menunjuki dan membantu moril dan materil kepada TKI untuk bekerja di luar negeri adalah sponsor. Ternyata yang dimaksud sponsor adalah calo. Sponsor ini memegang peranan penting. Pertama, memberi bantuan pinjaman uang untuk keberangkatan keluar negeri. Kedua, Memberi bantuan pinjaman uang kepada keluarga yang ditinggal di rumah. Ketiga, membantu pemenuhan syarat-syarat adiminstrasi untuk bisa bekerja di luar negeri.
  • 34. Berdasarkan alasan yang dikemukakan TKI memilih sponsor (calo) untuk bekerja di luar negeri, dapat disimpulkan bahwa hampir mustahil menghapuskan keberadaan calo daerah (sponsor daerah) karena pada hakikatnya diperlukan oleh PPTIKS (perusahaan pengirim TKI) untuk menghemat biaya perekrutan dan memperlancar perekrutan TKI di kampung-kampung, dan calon TKI yang akan bekerja di luar negeri sangat memerlukan sponsor seperti dikemukakan di atas. Yang penting dilakukan adalah mencegah jangan sampai calon TKI, TKI dan mantan TKI diperas oleh sponsor. Disinilah pentingnya pembinaan dan perlindungan kepada TKI oleh pemerintah daerah pada pra penempatan. Pada masa penempatan, peranan Kedutaan Besar RI di Negara-negara penempatan TKI sangat penting. Sementara, pada purna penempatan, Kementerian Sosial RI harus bekerjasama dengan pemerintah daerah, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, BNP2TKI, Kementerian Koperasi Usaha Kecil Menengah, bahkan Kementerian Agama RI untuk memberi pemberdayaan, motivasi, semangat dan optimism baru kepada para TKI yang kurang beruntung supaya kembali bangkit membangun kehidupan baru.
  • 35. 10.2. Pembinaan pra Penempatan Pendidikan yang terbatas para TKI, tidak mungkin mereka dicegah keluar negeri untuk bekerja karena berlaku hukum pasar yaitu demand and supply. Permintaan terhadap TKI peñata laksana rumah tangga (PLRT) masih sangat besar, sehingga peluang ini dimanfaatkan oleh TKI yang ingin merubah nasib dengan bekerja sebagai PLRT. Yang harus dilakukan bukan menyotop pengiriman TKI keluar negeri, karena pemerintah belum bisa menyediakan lapangan kerja bagi mereka yang kurang pendidikan. Akan tetapi, memberikan pembinaan pra penempatan, yaitu:
  • 36. 10.2.1 Kepakaran (keahlian) dalam bekerja Pembinaan melalui pemberian pendidikan dan latihan kepada para calon TKI merupakan hal yang mutlak. Sudah saatnya pembinaan TKI pra penempatan, tidak hanya diserahkan kepada PPTKIS tetapi pemerintah daerah, wajib terlibat dalam upaya peningktan kepakaran (keahlian) bekerja kepada para calon TKI. Pembinaan kepakaran (keahlian) bekerja sangat ditentukan pendidikan dan pekerjaan yang kelak akan dikerjakan calon TKI dan di negara mana akan ditempatkan. Kalau untuk pekerjaan peñata laksana rumah tangga (PLRT) dan calon TKI akan ditempatkan di Saudi Arabia, maka perlu diberikan pelatihan dan kemahiran untuk bisa memasak makanan Arab. Begitu juga kemahiran merawat anak, menggunakan perabotan dapur yang modern, mesin menyedot debu karena pada umumnya mereka memakai karpet. Calon TKI perlu dan penting pintar mengaji supaya bisa mengajar anak-anak majikan mengaji dan shalat. Ny. Cicih Nur bt Roswa, TKI PLRT yang sukses bekerja di Saudi Arabia, menceritakan pengalamannya yang memiliki kepakaran (keahlian) memasak, bisa berbahasa Inggris, dan menari, ketika diwawancara, mengatakan bahwa berdasarkan pengalamannya, dia sangat disayangi majikan. Menurut dia. Orang Arab sangat menghormati orang yang berilmu.
  • 37. 10.2.2. Penguasaan bahasa Pembinaan pra penempatan calon TKI yang juga sangat penting ialah penguasaan bahasa. Kalau calon TKI yang akan ditempatkan di Saudi Arabia dan Negara-Negara Timur Tengah, mutlak bisa berbahasa Arab. Ini modal awal yang sangat penting dikuasai oleh calon TKI. Kalau sudah bisa berbahasa Arab misalnya yang menjadi bahasa majikan, maka segala yang diinginkan majikan, bisa dilaksanakan. Masalah penguasaan bahasa harus menjadi prioritas dalam pendidikan dan pelatihan pada calon TKI di pra penempatan. Selama ini sangat lemah pengawasan, sehingga banyak calon TKI peñata laksana rumah tangga (PLRT) yang berangkat keluar negeri tanpa bekal penguasaan bahasa yang memadai. Studi ini menemukan adanya TKI yang kurang menguasai bahasa Arab, sehingga sulit memahami perintah majikan dan dampaknya mengalami kesulitan dalam melakukan pekerjaan dan kemudian stress. Di masa depan tidak boleh terjadi seperti yang dialami Rani binti Bohim, TKI PLRT yang mulai bekerja di Saudi Arabia ketika baru berusia 16 tahun.
  • 38. 10.2.3 Penguasaan Budaya, Agama dan Lingkungan Pembinaan pada masa pra penempatan bagi calon TKI sangat penting, terutama tentang budaya, agama dan lingkungan sosial, negara yang akan dituju. Pemahaman tentang budaya, agama dan lingkungan sosial, akan memudahkan calon TKI untuk bisa cepat menyesuaikan diri atau beradaptasi. Memahami bahasa, budaya, agama dan lingkungan sosial di negara yang dituju sangat penting karena bangsa apapun di dunia, banyak dipengaruhi budaya, agama dan lingkungan sosialnya. Calon TKI harus mengetahui dan menghayati apa yang disukai dan tidak disukai perempuan Arab, jika bekerja di Saudi Arabia.
  • 39. 10.2.4 Tata Cara Berkomunikasi dengan Majikan Studi ini menemukan pentingnya TKI mengetahui dan mengamalkan tata cara berkomunikasi dengan majikan. Ny. Dede, TKI yang sukses bekerja di Saudi Arabia mengingatkan pentingnya mengambil hati majikan perempuan dan menjauh dari majikan laki-laki untuk mencegah majikan perempuan cemburu. Ini tata cara berkomunikasi yang perlu diketahui dan dipraktikkan setiap TKI PLRT. Manfaatnya besar sekali dalam melindungi TKI dari perlakuan seksual oleh majikan dan anak majikan. Dalam banyak kasus, terjadinya hubungan seksual antara TKI PLRT dan majikan dan anak majikan karena dekat dengan majikan laki-laki dan puteranya yang sudah bewasa, sehingga nafsu birahi muncul, dan sulit dikendalikan. Kalau sudah mulai sekali melakukan hubungan seksual maka akan berlanjut dan tidak jarang kalau dimulai anak majikan, kemudian ditiru pula majikan dengan pemberian sejumlah uang atau barang berharga.
  • 40. 10.3 Perlindungan TKI masa penempatan di luar negeri Studi ini menemukan bahwa perlindungan terhadap TKI di luar negeri masih minim. Rani Bt Bohim, TKI PLRT di Saudi Arabia yang mengalami nasib kurang beruntung. Pertama, bekerja 3 (tiga) tahun tidak dibayar gajinya. Kedua, mau diperkosa anak majikan, lalu melawan dengan menendang kemaluannya. Ketiga, majikan membawa Rani ke polisi dan melaporkannya. Rani yang ketika mulai bekerja di Saudi Arabia baru berumur 16 tahun dan berstatus yatim piatu di kampung halamannya, di Sagaranten, Sukabumi, kemudian diproses di pengadilan dan dihukum 15 tahun. Menurut dia, hanya sekali didatangi dari staf kedutaan Indonesia (KBRI) di Saudi Arabia dan tidak member pembelaan apa-apa, dan akhirnya di hukum penjara selama 15 tahun. Akan tetapi, baru menjalani hukuman selama 2 tahun dua bulan sudah dibebaskan, kemudian dibelikan tiket dan dipulangkan ke Indonesia.
  • 41. 10.3.1 Pendataan TKI tempat bekerja Untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap TKI yang berprofesi sebagai PLRT, maka sangat penting adanya pendataan TKI tempat kerja seperti nama majikan, alamat rumah dan kantor, nomor telepon dan hand phone majikan serta TKI yang bersangkutan. Atase Tenaga Kerja di Kedutaan Besar Republik Indonesia, mutlak memiliki data TKI di Negara manapun mereka ditugaskan, apalagi di Saudi Arabia dan Malaysia yang banyak masalahnya.
  • 42. 10.3.2 Monitoring TKI secara berkala Atase Tenaga Kerja tidak hanya mendata, tetapi secara berkala melakukan monitoring dengan menelepon, mengirim surat dan sekali waktu staf di Atase Tenaga Kerja Kedutaan Besar Republik Indonesia kunjungan silaturrahim ke rumah majikan TKI dan dipublikasikan media. Ini kerja besar yang harus dilakukan Kedutaan Besar RI di seluruh dunia untuk memberikan perlindungan kepada TKI secara maksimal terutama PLRT yang rawan mendapat perlakuan kurang manusiawi.
  • 43. 10.4 Perlindungan TKI purna penempatan Perlindungan TKI purna penempatan, yang mengalami masalah ditempat pekerjaan di luar negeri, ataupun yang pulang secara normal, telah mendapat pelayanan yang semakin baik dengan adanya pelayanan GPK TKI Selapajang di Tangerang. 10.4.1 Pemulangan TKI sampai ke kampung halaman Pelayanan yang diperoleh TKI purna penempatan, tidak hanya ketika mendarat di Pelabuhan Udara Sukarno-Hatta, yang dijemput petugas dan dibawa ke GPK Selapajang, tetapi juga mendapatkan pelayanan baik berupa bantuan pemulangan TKI sampai ke kampung halamannya. Perlindungan terhadap TKI semacam ini, diharapkan terus ditingkatkan sehingga TKI yang diberi julukan sebagai pahlawan devisa, semakin memperoleh perlindungan, pelayanan dan kenyamanan sampai tiba di kampung halamannya.
  • 44. Akan tetapi, sangat mengherankan adanya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. 18 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Kepulangan Tenaga Kerja Indonesia dari Negara Penempatan Secara Mandiri ke Daerah Asal. Peraturan menteri tersebut menghilangkan tanggungjawab pemerintah dalam melindungi TKI PLRT purna penempatan. Pada hal tidak ada TKI PLRT mandiri. Sejak perekrutan TKI PLRT, proses pengurusan surat-surat keluar negeri, komunikasi dan penyerahan calon TKI kepada sponsor pusat dari PPTKIS, semuanya diurus oleh sponsor yang tidakl lain adalah calo. Bahkan penempatan calon TKI keluar negeri, yang ditangani oleh PPTKIS, dapat juga dikategorikan sebagai “calo”.
  • 45. 10.4.2 Pemberian advokasi dan bantuan jika TKI dapat masalah Sebagaimana dikemukakan bahwa disamping banyak TKI yang berhasil dalam bekerja di luar negeri, tetapi juga ada kurang beruntung dan bahkan gagal meraih kesuksesan dalam bekerja di luar negeri. Mereka yang kurang berhasil dan bahkan gagal dalam pekerjaan di luar negeri, misalnya seperti yang dialami responden Rani binti Bohim 10.4.3 Pemberdayaan TKI purna penempatan Studi ini menemukan TKI purna penempatan yang hidupnya amat memprihatinkan. Pipi bt Juanidi (45 tahun) merupakan TKI peñata laksana rumah tangga (PLRT) yang pernah bekerja di Suriah pada 2006-2020. Dia dikirim oleh PT. Abdillah Putra Tamala yang beralamat di Condet, Jakarta Timur, dengan gaji sebesar Rp 1.200.000 (satu juta dua ratus ribu rupiah) perbulan. Akan tetapi, gajinya dipotong perusahaan dan sponsor, sehingga yang diterima hanya sebesar Rp 700.000 (tujuh ratus ribu rupiah) perbulan Gaji sebesar itu, hanya habis untuk dimakan keluarganya di Sagaranten, sehingga tidak ada yang bisa ditabung apalagi mau memberi tanah dan membangun rumah sebagaimana yang banyak dilakukan para TKI peñata laksana rumah tangga (PLRT) di kampung halamannya di Sagaranten.
  • 46. 10.4.3.1 Pelatihan alih profesi Pelatihan alih profesi kepada TKI purna penempatansemacam seperti Pipi diperlukan supaya TKI yang kurang berhasil dan bahkan gagal dalam meraih sukses di luar negeri, dapat melanjutkan hidup bersama keluarga di kampung halamannya. Bagaimanapun mereka sudah berjasa membantu pemerintah dalam membuka lapangan pekerjaan di luar negeri, dan membawa devisa di dalam negeri, sehingga tidak sepantasnya mereka disia-siakan. Untuk memberdayakan mereka, maka diperlukan adanya pelatihan alih profesi misalnya menjadi pedagang di pasar, membuka warung nasi, potho copy, supplier, dan lain sebagainya. Dalam rangka itu, mereka perlu dibantu untuk mendapatkan izin usaha.
  • 47. 10.4.3.2 Pemberian izin usaha dan tempat usaha Izin usaha dari Kementerian Perdagangan kalau usaha yang akan digeluti di bidang perdagangan, diperlukan supaya usaha yang dilakukan legal dan bisa mendapatkan fasilitas dari pemerintah, dan bisa membayar pajak jika usaha yang dijalankan sudah maju. Untuk mendapatkan izin usaha dan tempat usaha, pemerintah wajib memberi kemudahan dan sebaiknya diberikan secara gratis (cuma-cuma). 10.4.3.3 Pemberian peluang usaha Untuk memberdayakan dan memajukan usaha para mantan TKI purna penempatan, mesti diberikan perlakuan khusus (special treatment). Tidak boleh diberlakukan persaingan bebas. Oleh karena itu, kalau ada pesanan (order) barang dari pemerintah, harus diberikan kepada mereka, supaya mendapat keuntungan, ada pemupukan modal dari hasil laba dan cepat maju.
  • 48. 10.4.3.4 Pemberian modal Disamping memberi peluang usaha, juga pemerintah harus memberi modal kerja dan modal investasi. Modal yang diberikan sebaiknya dijamin oleh pemerintah. Kalau tidak ada jaminan (hipotek), maka bank tidak akan membantu permodalan. Jadi pemerintah harus pro aktif dan memberi pemihakan kepada usaha yang dikembangkan para TKI purna penempatan. 10.4.3.5 Pengawasan Segala fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kepada para TKI purna penempatan, mutlak dilakukan pengawasan. Tidak boleh dibiarkan seperti selama ini. Pengawasan terhadap jalannya usaha yang dikembangkan para mantan TKI sangat diperlukan, supaya ada kesungguhan, semangat dan motivasi, sehingga diharapkan mereka maju dalam bidang usaha.
  • 49. 11. Kesimpulan Akhirnya disampaikan kesimpulan sebagai berikut: 11.1 Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT pada pra penempatan keluar negeri, disebabkan oleh minimnya bahkan dapat dikatakan tidak ada keterlibatan pemerintah daerah dalam memberi perlindungan kepada para calon TKI PLRT pada saat perekrutan, pembinaan dan peningkatan skill (kepakaran) calon TKI PLRT. 11.2 Peran sponsor (calo) luar biasa besar, sejak perekrutan calon TKI PLRT, pengurusan dokumen keluar negeri, pemberian pinjaman uang kepada calon TKI PLRT dan keluarga di kampung, penyerahan calon TKI PLRT kepada sponsor dalam PPTKIS sampai pemberangkatan keluar negeri, melibatkan calo. Akibatnya, ketergantungan calon TKI PLRT kepada calo sangat besar, sehingga TKI PLRT banyak dirugikan karena setelah bekerja di luar negeri harus membayar utang yang sudah bunga berbunga.
  • 50. 11.3 Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT pada masa penempatan disebabkan minimnya kepakaran calon TKI PLRT dalam bekerja, kurangnya kemampuan berbahasa asing, tidak adanya penguasaan budaya dan lingkungan kerja dan tata cara berkomunikasi yang baik dengan majikan. Akibatnya majikan sering melecehkan TKI PLRT, memarahi dan bahkan menyiksa, dan puncaknya memutus hubungan kerja secara sepihak dan tidak membayar gaji TKI PLRT. 11.4 Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT di luar negeri pada masa penempatan terutama di Malaysia dan Saudi Arabia, disebabkan banyaknya TKI PLRT di dua negara itu, dan terbatasnya staf di kedutaan RI di kedua negara yang melayani TKI PLRT, sehingga tidak mampu melayani TKI PLRT yang mendapat banyak masalah di tempat kerja.
  • 51. 11.5 Kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT purna penempatan disebabkan banyaknya TKI PLRT yang mengalami permasalahan, seperti pemutusan kerja sepihak oleh majikan, mendapat penyiksaan ditempat kerja dan tidak dibayar gajinya, sehingga banyak TKI PLRT purna penempatan yang stres, depresi dan bahkan sakit ingatan (gila). Untuk itu, perlu ditingkatkan perlindungan TKI PLRT pada masa penempatan oleh Kedutaan Besar RI di luar negeri dan pemberian advokasi dari pakar, psikolog, sosiolog dan bantuan dalam segala bidang jika TKI PLRT sudah kembali ke tanah air. 11.6 Rendahnya pendidikan TKI PLRT di Kabupaten Sukabumi, menyebabkan mereka tidak mempunyai pilihan kecuali bekerja sebagai TKI PLRT di luar negeri yang tidak memerlukan persyaratan formal seperti pendidikan tinggi, pengalaman kerja dan kepakaran kerja. Oleh karena itu, animo untuk bekerja di luar negeri, saat ini dan di masa depan akan tetap besar.
  • 52. Maka, walaupun kompleksitas dinamika permasalahan dalam penempatan TKI PLRT di luar negeri masih besar, tetapi tidak bisa dijadikan alasan oleh pemerintah untuk melakukan moratorium (penghentian sementara) atau penghentian permanen penempatan TKI PLRT di luar negeri seperti di Malaysia dan Saudi Arabia, kecuali pemerintah sudah bisa memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi TKI PLRT seperti kemiskinan, pendidikan rendah, dan ketiadaan lapangan kerja yang sesuai tingkat pendidikan mereka.
  • 53. 2. Rekomendasi Untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh TKI PLRT dan untuk mengurangi kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT pada masa pra penempatan, masa penempatan dan purna penempatan TKI PLRT, maka direkomendasikan kepada pemerintah cq BNP2TKI dan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI supaya: 2.1 Pemerintah setempat sebaiknya terlibat secara aktif dalam memberi perlindungan kepada calon TKI PLRT terutama dalam proses perekrutan dengan turut menyaksikan dan menanda tangani kebenaran dokumen calon TKI PLRT. Selain itu, keterlibatan pemerintah daerah untuk melindungi calon TKI PLRT dari kemungkinan mendapat pemerasan secara tidak langsung dari sponsor lapangan yang mengurus calon TKI PLRT.
  • 54. 2.2 Pemerintah daerah (Kabupaten dan Kota) sepatutnya bertanggungjawab dalam peningkatan perlindungan terhadap calon TKI PLRT dengan terlibat secara aktif dalam meningkatkan kepakaran kerja, kemampuan berbahasa asing, penguatan karakter dan nasionalisme, keamanan pribadi (self security), tata cara berkomunikasi dengan majikan, serta akhlak mulia, supaya kompleksitas dinamika permasalahan TKI PLRT masa penempatan di luar negeri dapat dipecahkan. Untuk itu direkomendasikan sekurang-kurangnya setiap kabupaten dan kota, didirikan satu Balai Latihan Ketrampilan Kerja yang dikelola secara profesional untuk meningkatkan kualitas calon TKI PLRT dan Tenaga Kerja Indonesia pada umumnya. 2.3 Untuk mencegah berlanjutnya permasalahan TKI PLRT masa penempatan di Malaysia dan Saudi Arabia, dan banyaknya TKI PLRT yang melarikan diri sehingga merugikan majikan, maka direlomendasikan supaya didirikan Lembaga Perlindungan TKI dan Majikan di Malaysia dan Saudi Arabia yang dikelola secara profesional. Sumber pendanaannya dari pemerintah kedua negara, dan personil yang mengelola lembaga itu adalah dari kalangan profesional yang direkrut dari kedua negara tersebut
  • 55. 2.4 Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) warga Kabupaten Sukabumi dari keluarga TKI PLRT, maka direkomendasikan supaya dilakukan kampanye kepada calon TKI PLRT dan TKI PLRT untuk memberi pencerahan dan penyadaran agar uang dari hasil bekerja di luar negeri diutamakan untuk investasi pengembangan sumber daya manusia (SDM) bagi anak-anak mereka atau keluarga terdekat supaya pendidikannya meningkat minimal tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) atau sederajat. Dengan meningkatnya kualitas SDM Indonesia, maka kalau perempuan, bisa di didik dan dilatih supaya memiliki kepakaran khusus seperti Babby Sitter untuk merawat orang tua manula, anak-anak (bayi), perawat di rumah sakit, ahli memasak, ahli dalam mengoperasikan komputer dan lain sebagainya. Jika laki-laki dapat diberi latihan ketrampilan kerja supaya memiliki kepakaran kerja dalam salah satu bidang tertentu, yang sangat diperlukan di dalam negeri maupun di luar negeri.
  • 56. 2.5 Untuk meningkatkan kepeduliaan terhadap TKI PLRT purna penempatan yang mendapat masalah ditempat bekerja di luar negeri, maka direkomendasikan supaya mereka yang mengalami stres, depresi dan gangguan jiwa, direhabilitasi sampai sembuh. Sementara yang sehat diberdayakan dengan diberi pelatihan alih profesi, difasilitasi untuk mendapatkan izin usaha dan tempat usaha, diberi order (pekerjaan), dan modal usaha serta dilakukan pembinaan dan pengawasan supaya mereka dapat meningkatkan dan memajukan usaha yang dijalani.
  • 57. • 2.6 Direkemendasikan supaya Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor 16 Tahun 2012 tentang “TATA CARA KEPULANGAN TENAGA KERJA INDONESIA DARI NEGARA PENEMPATAN SECARA MANDIRI KE DAERAH ASAL”, segera dicabut karena bertentangan dengan UU Nomor 39 Tahun 2004 dan Peraturan Presiden RI Nomor 81 Tahun 2006, dan No. 15 Tahun 2011, serta aspirasi masyarakat yang menghendaki ditingkatkannya perlindungan terhadap TKI PLRT Pra Penempatan, Masa Penempatan dan Purna penempatan. Oleh karena, tidak ada TKI PLRT yang mandiri. Kalau ada kelemahan dalam proses pemulangan TKI PLRT di Sepajangan, Tangerang, sebaiknya disempurnakan, jangan membuat peraturan baru, yang justeru menghilangkan kewajiban dan tanggungjawab pemerintah dalam memberi perlindungan kepada TKI PLRT, dan memberi peluang beroperasinya calo dalam menjemput dan memulangkan TKI PLRT dikampung halaman mereka. * Musni Umar adalah Sosiolog dan Peneliti Institute for Social Empowerment and Democracy (INSED), yang melakukan penelitian tentang “Studi Kompleksitas Dinamika TKI PLRT Kabupaten Sukabumi” Oktober-November 2012, di Sagaranten, Kabupan Sukabumi, Jawa Barat. * Tulisan ini adalah makalah untuk workshop hasil penelitian di Kabupaten Sukabumi yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian Pengembangan dan Informasi BPN2TKI, 03 Januari 2013 di BNP2TKI Jakarta.