Aksi Nyata Disiplin Positif Keyakinan Kelas untuk SMK
Arkan buletin 3
1. Edisi 01
1 Ramadhan 1438 H/ 28 Mei 2017
Jangandibacasaat khutbahsedangberlangsung
Edisi 01
Halaman 4
Assalamu'alaikumwr.wb Beberapa hal yang perlu kita ketahui tentang
bulan Ramadhan
Segala puji bagi Allah Rabbul 'alamin,
shalawat dan salam semoga dilimpahkan
kepada Rasulullah, keluarganya, para
sahabatnya dan orang-orang yang
mengikutinyahinggahari kiamat, amma ba'd.
Ada beberapa yang diperhatikan oleh setiap kaum
muslimin tentang bulan Ramadhan. Diantaranya
adalah :
1. Untuk mengetahui awal dan akhir bulan
Ramadhan dengan dua cara: Pertama,
terlihatnya hilal (bulan sabit yang
menunjukkan tanggal satu Ramadhan)
oleh orang, meskipun yang melihatnya
hanyaseorang(yakni orangyang adil), jika
belum nampak maka dengan
menyempurnakan bulan Sya’ban menjadi
30 hari.
2. Kita dilarang melakukan puasa di hari
yang masih meragukan karena khawatir
bulan Ramadhan sudah tiba, Ammar bin
Yasir radhiyallahu 'anhu berkata:
Jangandibacasaat khutbahsedangberlangsung Halaman1
Informasi :
- 081808056352,
- 082112309280,
- 08561080941
2. Edisi 01
Halaman 2
Jangandibacasaat khutbahsedangberlangsung
ْنَمَْامَصَْموَياليِذَّالْكُشَيِْيهِفَُّْاسالنْدَقَفىَصَعَْبَأِْمِاسَقالىَّلَصَُّْاّللِْهيَلَعَْمَّلَسَو
Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang manusia masih ragu-ragu
terhadapnya, maka sungguh ia telah bermaksiat kepada Abul. Qaasim
(Rasulullah shallallahu'alaihiwa sallam).”(HR.Tirmidzi,AbuDawud dan Ibnu
Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah 1645)
Hari yang masih meragukan adalah hari yang masih belum terlihat hilal di
malam harinya seperti karena mendung dsb, hari tersebut adalah hari yang
berkemungkinan masih bulan Sya’ban dan berkemungkinan sudah masuk
awal Ramadhan. Jika ternyata sudah masuk awal Ramadhan, maka hari yang
meragukan tersebut diqadha’ setelah bulan Ramadhan.
d. Hendaknyakitamelakukanpuasatidaksendiri tetapi bersama dengan orang-
orang, demikian juga jika berbuka (di akhir Ramadhan), maka hendaknya
berbuka/berhari raya (baik ‘Idul Fithri maupun ‘Idul Adh-ha) berjama’ah
dengan orang-orang. Hal ini untuk menjaga persatuan umat, sebagaimana
dijelaskan oleh Imam Tirmidzi setelah ia menyebutkan hadits “Ash Shaumu
yauma tashuumuun…dst.
Lajnah Daa'imah pernah ditanya tentang sikap yang harus dilakukan ketika
terjadi khilaf dalam penentuan awal puasa dan berakhirnya, sedangkan
masing-masing pihak memiliki dalil, maka dijawabnya bahwa hal tersebut
termasukmasalahyangdiperselisihkan juga di zaman dahulu, dan bahwa hal
itutidakmembawadampakburukselamamasing-masingpihak memiliki niat
baik dan menghormati mujtahid yang lain, akan tetapi sikap yang harus
dilakukan adalah
menyelesaikan masalah tersebut kepada waliyyul amri, karena hukmul
haakimyarfa'ul khilaf (ketetapanhakimdapatmenyelesaikanmasalah),hal ini
untuk menjaga persatuan.
e. Syarat-syarat puasa adalah: Muslim, baligh, berakal, sehat dan tidak safar.
Bagi wanita ditambah lagi dengan suci dari haidh dan nifas.
Edisi 01
Halaman 3
Jangandibacasaat khutbahsedangberlangsung
3. Jika orang yang sakit dan orang yang safar tidak merasakan kepayahan
dalam berpuasa, maka berpuasa lebih utama, namun jika keduanya
merasakan kepayahan maka berbuka lebih utama. (dan orang yang
hendak safar boleh berbuka meskipun belum berangkat safar).
Adapun orang yang safar disyaratkan sebagai berikut :
a. Safar harus memenuhi jarak atau kebiasaan perjalanan jauh (sesuai
pendapat para ulama di dalam pemabatasannya)
b. Safar harus melampaui negerinya dan pinggirannya
c. Safar harusbukanuntuk tujuankemaksiatan(sebagaimana pendapat
jumhur ulama)
d. Safar tidak boleh dimaksudkan untuk mencari alas an supaya boleh
berbuka (tidak puasa)
Boleh berbuka bagi musafir sebagaimana disepakati para ulama, baik ia
mampu berpuasa ataupun tidak, apakah sulit baginya berpuasa ataupun
tidak, sampai sekalipun kepergiannya itu selalu ada dibawah naungan
(ruang AC) dan banyak air serta disertai seorang pembantu, tetap
diperbolehkan tidak berpuasa dan mengqasar shalat.
4. Rukun puasa adalah:
a. Berniat di hati untuk berpuasa sebelum fajar setiap malam (tanpa
perlu diucapkan),
b. Menahan diri dari hal yang membatalkan ((yaitu makan dan minum
dengansengaja, Muntahdengansengaja,mengeluarkanmani dengan
sengaja, berjima’ dan datang haidh atau nifas meskipun datangnya
ketika matahari mau tenggelam)),
c. Mulai dari terbit fajar hingga tenggelam matahari.
Abu Fathin Akum, S.Pd.I