2. 6 Pokok yang dibicarakan:
1. Landasan kesatuan suku-suku Israel
2. Pendudukan tanah Kanaan
3. Perkembangan Yahwisme di Kanaan
4. Pengaruh El dan Baal dalam perkembangan
Yahwisme
5. Perkembangan Kultus
6. Kaum Nazir
3. I. Landasan kesatuan suku-suku Israel
Faktor pemersatu suku-suku Ibrani kuno
timbul dari kekompakan mereka, yaitu
melalui pengikat motif agamawi
4. I. Landasan kesatuan suku-suku Israel
Pola nomadis bertemu dengan pola agraris
Selama berabad-abad, suku-suku di padang gurun telah
menduduki perbatasan tanah pertanian dan memanfaatkan
penghasilan wilayah tersebut, mulai dari hasil-hasil
pertaniannya kemudian hasil-hasil perkotaannya. Hal ini
yang membuat kelompok-kelompok sosial yang dulu sangat
berbeda, melebur menjadi satu.
Perkembangan rohani dan agamawi Israel disebabkan oleh
adanya pertentangan antara masyarakat agamawi baru yang
muncul di padang gurun dengan kebudayaan yang
berlandaskan pertanian dan perkotaan
5. Pada periode pra-Israeli, persatuan di Sikhem didasarkan
hubungan perjanjian antara penduduk Kanaan asli dan
penduduk Hewi pendatang yang sama-sama beribadat
kepada Baal-Berith ilah utama kota Sikhem
I. Landasan kesatuan suku-suku Israel
Pada zaman hakim-hakim, kelompok-kelompok tertentu
dengan suku Israel yang sudah menerima Yahweh sebagai
Allah, ternyata masih menjalin hubungan perjanjian dengan
Sikhem, persetujuan saling mengambil (pernikahan),
tetapi akhirnya berkembang menjadi suatu mufakat di
hadapan Baal-Berith (Hak 8:29, ps. 9)
6. I. Landasan kesatuan suku-suku Israel
Dinamika Yahwisme berhadapan dengan
kebudayaan Kanaan
Kelompok pendatang yang nilai kebudayaannya lebih rendah harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan di daerah tersebut.
Kelompok pendatang yang nilai kebudayaannya lebih rendah
harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan di daerah
tersebut
Untuk mempertahankan identitasnya, pendatang harus
memiliki atau dikuasai oleh suatu norma sendiri. Suatu norma
yang dinamis, sehingga dapat menutupi keterbelakangan
kebudayaan dan mengikat pendatang itu menjadi persekutuan
yang homogen
Mereka harus dikuasai dinamika rohani yang kuat.
7. I. Landasan kesatuan suku-suku Israel
Masuknya Israel ke Kanaan tidak hanya merupakan
konfrontasi antar agama dan kebudayaan padang
gurun dengan kebudayaan pertanian dan perkotaan,
tetapi konfrontasi kelompok Musais, penganut
Yahwistis dengan kebudayaan Kanaani penganut
agama Baal.
8. II. Pendudukan Tanah Kanaan
Jauh sebelum zaman Yosua, sudah ada kelompok suku
Ibrani yang menduduki Kanaan
Suku-suku yang datang lebih awal berada dalam transisi
dari semi nomadis ke pertanian
Proses asimilasi sudah dimulai, dengan berpartisipasi dalam
agama El, mengunjungi kuil/bait El, walaupun ada juga yang
tetap mempertahankan adat-istiadat nenek moyang mereka
Suku-suku Ibrani yang paling awal memasuki Kanaan
9. II. Pendudukan Tanah Kanaan
Alt dan Noth menekankan bahwa suku-suku Ibrani
memasuki Kanaan dengan perlahan dan damai
Menurut metode Traditionsgeschichte Noth, sumber-sumber
yang paling otentik ialah tradisi suku-suku, tradisi setempat
dan tradisi-tradisi kuil/bait
Metode Traditionsgeschichte sukar untuk mengakui peranan
Yosua sebagai penakhluk Kanaan pada umumnya,
kemenangan-kemenangan besar yang ada menimbulkan
kecurigaan.
Teori Noth tentang cara Isarel menduduki Kanaan
10. II. Pendudukan Tanah Kanaan
Perlu diakui bahwa prosedur yang dipakai
Traditionsgeschichte yaitu bertolak dari tradisi suku-suku
setempat adalah sah, namun kurang mementingkan faktor-
faktor kesejarahan dan keagamaan dalam tradisi kuno
Misalnya dalam proses perebutan tanah, dinamika rohani
yang khas dipertahankan suku-suku Israeli baru yang
memasuki Kanaan dibawah inspirasi ide-ide Yahwistis
adalah faktor penting
Teori Noth tentang cara Isarel menduduki Kanaan
11. II. Pendudukan Tanah Kanaan
Suku-suku yang sudah lama di Kanaan diajak untuk menyadari
ciri khasnya dan dirangsang untuk agresif terhadap golongan-
golongan Kanaani.
Contoh: Pertempuran yang dipimpin Debora dan Barak
merupakan dinamika baru yang menggerakkan suku-suku Israel
pada waktu itu yang menanamkan suatu semangat utk bekerja
sama di bawah bimbingan seorang nabi yang dikuasai oleh Roh
Allah.
Roh yang menggerakkan Debora dan kelompok-kelompok
tersebut, identik dengan roh yang menuntun suku-suku tersebut
lolos dari Mesir, kemudian dijadikan pasukan-pasukan Yahweh
dalam perjanjian Sinai
Teori Noth tentang cara Isarel menduduki Kanaan
12. II. Pendudukan Tanah Kanaan
Suku-suku Ibrani yang sudah lama di Kanaan itu tampaknya
menjadi lebih militan setelah tibanya kelompok Yahwestis
Kelompok-kelompok Yahwistis mendirikan pusatnya di Gilgal
dan dari situlah kemudian menjalar ke Palestina Tengah dan
Palestina Selatan.
Suku-suku Yusuf dan Yehuda adalah pendukung kuat
Yahwisme.
Yosua dan Kaleb meripakan pemimpin-pemimpin Yahwistis
sesudah kematian Musa.
Teori Noth tentang cara Isarel menduduki Kanaan
13. II. Pendudukan Tanah Kanaan
Yosua memimpin suku-suku Ibrani menerobos Palestina
Tengah. Kaleb memimpin kelompok memasuki Palesyina
Selatan serta merebut kota Hebron dan Kiryat-Sefer.
Yosua berjasa menarik suku-suku Ibrani menjadi suatu
persekutuan perjanjian dan menurut Noth, Yosua berperan
dalam mendirikan amfiktioni Sikhem
Teori Noth tentang cara Isarel menduduki Kanaan
14. II. Pendudukan Tanah Kanaan
Walaupun belum cukup kuat bukti riwayat perebutan tanah dalam
kitab Yosua, juga hasil penggalian arkeologi di Yerikho dan Ai
memberi kesan bahwa kota-kota tersebut tidak dihancurkan oleh
suku-suku Israel
Namun peninggalan di Lakhis, terutama di Hazor mendukung
kitab Yosua yang menggambarkan keadaan Kanaan stelah
kelompok Yosua masuk
Teori Noth tentang cara Isarel menduduki Kanaan
Teori Noth, bahwa Israel
memasuki Kanaan secara damai
perlu disoroti lebih teliti
15. II. Pendudukan Tanah Kanaan
Gejala yang nampak dalam situasi yang baru, ialah
pemersatuan suku-suku itu, dibahwah bimbingan penganut
Yahwisme, menjadi suatu amfiktioni
Berarti pengaruh Yahwisme makin terasa di bidang
organisasi dan agama juga susunan hidup masyarakat.
Yahwisme berkembang cepat, dalam jangka 100 tahun
menjadi dominan dalam hidup kerohanian suku-suku Israeli,
tanpa bantuan organisasi
Peranan Amfiktioni
16. 1. Yahwisme Resmi
2. Yahwisme Rakyat
3. Yahwisme Agresif
III. Perkembangan Yahwisme di Kanaan
17. III. Perkembangan Yahwisme di Kanaan
1. Yahwisme Resmi
Yahwisme adalah pembimbing baru untuk suku-suku Israel kuno
Yahwisme membrikan isi dan makna baru dalam kehidupan
suku-suku Israel, yaitu bimbingan Yahweh dan Torah (petunjuk
Yahweh)
Gairah rohani dalam Yahwisme beda dengan agama patriarkh,
yaitu kepercayaan kepada Theos Patroos dan agama El.
Dinamika Yahwisme baru nampak pada oknum-oknum
karismatis di bawah bimbingan Roh Yahwe, misalnya Debora
dan beberapa para Hakim.
18. III. Perkembangan Yahwisme di Kanaan
“Pengerohan” dengan “ruah Yahweh” menyanggupkan oknum
karismatik itu mengerjakan karya keselamatan yang hebat , juga
membawa mereka memerangi kuasa-kuasa non-Yahwistis,
seperti ibadat Baal (Hak 6) dan pemujaan terhadap ilah-ilah
asing (Hak 5:8)
Oknum karismatik menarik kesimpulan bahwa hanya Yahweh
sajalah yang berhak atas gelar “raja”, sehingga gelar tersebut
tidak patutu untuk manusia (Hak 8:22, 9:8)
Ada banyak titik pertentangan dan antara Yahwisme dengan
agama Kanaani, sehingga ada aturan yang melarang
berpartisipasi dalam kultus ilah-ilah lain (Kel 22:20, 23:13, Bil
25:3)
19. Yahwisme memiliki kekhasan dalam sosio-agamani. Albright
mencatat bahwa dalam lapis-lapis Israeli kuno yang telah digali
secara arkeologis, yaitu Betel, Gibea, Mizpa, Silo, dll tidak
terdapat patung-patung lambang Astarte atau jimat-jimat
Yahwisme sebagai penghancur kerukunan sosio-agamani kuno,
memecahkan kesatuan rohani yang telah berabad-abad antara
kebudayaan Kanaani dengan suku-suku Israel yang sudah lama
di Kanaan
Dapat dipastikan bahwa tempat-tempat keramat kuno, yang
memiliki kuil El dan Baal (Betel, Sikhem, Dan, Tabon, Bersyeba,
Hebron) tidak tunduk 100% kepada yahwisme
III. Perkembangan Yahwisme di Kanaan
20. Kemajuan Yahwisme terdapat juga proses asimilasi yang
memiliki arti besar. Contoh, nama Baal dikenakan kepada
Yahweh, misalnya: anggota keluarga Saul, Isybaal dan Mefibaal,
Yerubaal.
Dalam Hakim-hakim 17-21 menggambarkan disamping ada
agama resmi, terdapat juga agama rakyat
III. Perkembangan Yahwisme di Kanaan
2. Yahwisme Rakyat
21. Bentuk Yahwisme yang ketiga ini jarang nampak, tetapi ada
contoh-contoh bahwa Isarel pada periode awal terdapat unsur
kekerasan dengan maksud untuk mempertahankan tradisi
Yahwistis dengan senjata dan memberantas gerakan yang
berlawanan dengan Yahwisme
III. Perkembangan Yahwisme di Kanaan
3. Yahwisme Agresif
22. III. Perkembangan Yahwisme di Kanaan
Peran Lewi yang asli
Sejak semula kaum lewi merupakan pembela-pembela tradisi
Yahwis, fungsi pembelaan itu dipertahankan sampai zaman
kerajaan (I Raj 12:31)
Suku Lewi yang merangsang suku-suku Israel untuk bersama-
sama menghukum suku Benyamin
Imam Pinehas yang merupakan kaum Lewi, bertindak
menjatuhkan hukuman atas pelanggaran hukum (Bil 25:6)
23. III. Perkembangan Yahwisme di Kanaan
Asal dan arti kata “Lewi”
“Lewi” ialah orang yang ada dalam ikatan perjanjian dengan
Allah atau orang yang sudah memasrahkan diri kepada Allah
Maka pada periode Yahwistis, ada sekelompok orang yang
mengabdikan diri secara total pada kultus Yahweh dan
pendukung Musa yang penuh gairah
Kaum Lewi mula-mula merupakan suatu imamat kuno
dikalangan Keni
24. • Kelompok Yahwisme yang militan, tidak agresif terhadap dunia
luar, tetapi mengarahkan perhatian bagi kaum Israel itu sendiri
• Mereka juga bersiap untuk mempertahankan diri terhadap
perlawanan, dengan keyakinan bahwa dengan seperti itu
sedang turut dalam “perang Yahweh”
• “Perang suci” tercermin dalam kegiatan Israel sesudah keluar
dari Padang Gurun
• Praktik perang suci memang ada, walaupun tidak memainkan
peranan penting (perang mealwan Amalek, Kel 17:8)
• “Perang Yahweh” mula-mula dipakai sehubungan dengan
perang mealwan Moab, ketika Israel akan memasuki Kanaan
Yahwisme yang agresif merupakan landasan
“perang Yahweh”
25. Sebelum pertempuran, pejuang meminta orakulum Yahweh
Para penyair melontarkan kutukan terhadap musuh
Para pejuang dihibur dengan nyanyian kemenangan Yahweh (Hak
5:12)
Senjata perang disucikan sebagai persiapan, dan para pejuang
menyucikan diri dengan menghindarkan diri dari hubungan
seksual(2 Sam 21:5)
Yahweh sendiri mengawali barisan perang (Hak 14: 14; I Sam 4)
Teriakan “ demi Yahweh dan demi pemimpin” diserukan (Hak 7:18),
kemudian langsung bertempur
Pada periode berikutnya, para pejuang menyanyikan lagu seperti
dalam Maz 2 bersahut-sahutan
Dalam suatu pertempuran yang sangat berbahaya, pejuang
mengangkat sumpah, dan sehabis perang rampasannya diserahkan
kepada Yahweh
Ciri-ciri Perang Yahweh:
26. Tidak semua perang dianggap suci, terdapat juga perang
sekuler , yang bertujuan untuk merebut tanah (negeri, daerah)
saja (I Sam 21:5)
Perang dianggap suci apabila tujuan utamanya mencegah
ancaman terhadap hidup bangsa Israel
Batas-batas perang Yahweh:
27. Hubungan Yahweh dan “perang Yahweh”
Kemenangan-kemenangan dalam perang suci disebut tsiqoth
Yahweh, yaitu tindakan-tindakan Yahweh yang mengerjakan
keadilan bagi umat-Nya.
Peride padang gurun >>>>> Yahweh sebagai Allah pegunungan
yang sorgawi dan dahsyat
Bagi kelompok suku-suku yang tertindas >>>>> sebagai
pembebas
Mengikat suku-suku Isarel >>>>> Yahweh sebagai pembela
Kuasa dan kesetiaan Yahweh pada masa kepicikan, sungguh
meyakinkan. Pada periode ini, patung-patung kerub dipasang
pada tabut. Konsep kerub diambil dari kebudayaan kanaani
28. IV. Pengaruh El dan Baal dalam perkembangan
Yahwisme
Ciri-ciri El dialihkan kepada Yahweh. Disamping ciri-ciri yang diambil Yahweh
dari dunia politik dan militer, ada sifat yang diambil-Nya dari El dan Baal
Apabila mereka menerima Yahwisme, maka terjadi peleburan ciri “Allah
nenek moyang”dan cirri El, sehingga Yahweh dapat menjadi Allah pencipta
yang maha bijaksana dan dapt mengambil alih nama-nama El, Elohim dan
Elyon.
Pada akhir periode tersebut (perpindahan pola nomadis ke agraris),
Yahwisme bertemu dengan mitologi Asia Barat Daya kuno.
Israel belajar tentang naga-naga mitologis, tentang Lewitan (Yes 27:1) dan
Rakhab, naga laut (yes 51:9; Maz 89:11; Am 9:3)
Mitologi tersebut dikaitkan dengan nama Yahweh, sehingga Yahweh
mengambil alih peran El sebgai Pembunuh naga dan Pencipta alam.
Yahwisme mencapai ciri khasnya di tengah kesusastraan dan pandangan
dunia yang lazim di Asia Barat daya kuno
Yahwisme mengambil alih kebudayaan Asia barat Daya kuno, setelah
terlebih dahulu membersihkannya dari segala anasir yang tidak sesuai
dengan Yahwisme
29. IV. Pengaruh El dan Baal dalam perkembangan
Yahwisme
Jarak antara Yahwisme dan Baalisme sangat jauh, sehingga
pengarang-pengarang di Israel tidak perlu menggariskan dengan
tegas perbedaan pandangan antara Baalisme dan Yahwisme.
Cara terbaik untuk memprotes Baalisme ialah menjauh dari segala
seluk beluknya
Baalisme berpengaruh karena berkaitan dengan kemajuan sosial
Kebiasan-kebiasaan Baalisme bertujuan untuk menyuburkan
proses pertumbuhan serta mencegah bahaya-bahaya yang
mengancam.
Proses-prose Baalisme memuat unsur mantra, korban tuangan,
korban-korban binatang, dan perbuatan simbolik dalam bidang
seksual yang dianggap mutlak perlu supaya pertumbuhan tetap
subur
Jadi Baalisme dianggap faktor mutlak dalam lingkungan pertanian
Kuatnya pengaruh Baalisme, sehingga tidak bisa diberantas
sepanjang sejarah Israel
30. IV. Pengaruh El dan Baal dalam perkembangan
Yahwisme
Akibat dari pertentangan dengan Baalisme itu ialah hukum-hukum
seksual sangat diperketat di Israel (Im 18, 20) dan melarang wanita
memainkan peranan dalam kultus resmi
Adanya qedosyoth atau pelacur-pelacur sakral (pelacur bakti)
dalam Baalisme, mengakibatkan wanita dilarang memasuki bait
Yahweh
Cara untuk menolak Baalisme adalah dengan menolak kebiasaan-
kebiasaannya yang tidak cocok dan dengan mengambil alih
unsur-unsur Baalisme yang dapat disesuaikan dengan Yahwisme
Lambat laun Yahweh memperoleh berbagai gelar yang dulu
dipakai
El dan Baal, misalnya gelar “melekh” (raja), kemudian menjadi
gelar
31. Konsep “istana kerajaan”
Yahweh menjadi pemenang dalam persaingan dengan El dan
Baal, ilah-ilah lain menjadi hamba Yahweh
Timbul konsep “istana kerajaan”, Yahweh penguasa mutlak ilah-
ilah yang ada di sekitarnya
Semua ilah-ilah Kanaani berdiri sendiri dengan nama dan tabiat
sendiri, namun tidak diperkenankan mempunyai pendapat
sendiri
Pasukan-pasukan di sekitar Yahweh disebut “tsebaoth”, yaitu
“pasukan-pasukan sorgawi”, pasukan tersbut kadang-kadang
diidentikkan dengan bintang-bintang, dalam konteks lain
digambarkan sebagai oknum-oknum rohani yang mondar-mandir
di atas bumi atau di bawah bumi (kel 20:4)
32. V. Perkembangan Kultus
Keanekaragaman kultus disebabkan karena suku-suku Israel
yang telah lebih dulu di Kanaan, telah mengadakan hubungan
dengan kuil tertentu pada zaman para patriarkh, maka banyak
upacara kuno yang terlanjur dipertahankan dan dikembangkan.
Keanekaragaman ini menjadi sumber ketegangan yang terasa
pengaruhnya sepanjang sejarah
33. V. Perkembangan Kultus
Hukum Kultis
Dasa titah ritual merupakan hukum kultis terkuno yang tersusun
dalam periode sesudah agama Yahwis mulai berpengaruh (kel
34; 20:23; 23:12-23)
Hukum tersebut untuk masyarakat agraris, hal ini tampak dari
pengaturan masa raya, yaitu masa raya musim semi (awal dan
akhir panen gandum), masa raya musim gugur, masa raya
panen buah-buhan (kel 38:18, 21-23; 23:14-17)
Masing-masing masa raya mengandung unsur persembahan
buah sulung
Hukum sebagai pembatasan pengaruh Kanaanisme
34. V. Perkembangan Kultus
Hukum Mezbah
Mezbah sebagai fokus ibadat Israel kuno.
Mezbah dari tanah dan batu alam berasal
dari periode transisi antara nomadisme
dan praktik pertanian.
Peringatan kepada kita, supaya jangan
melebih-lebihkan peranan bait dalam ibadat
pada awal perkembangan Yahwisme
dan menyadri bahwa Yahweh dapat
menyatakan diri di setiap
tempat yang dipilihnya sendiri.
35. V. Perkembangan Kultus
Kuil-kuil/bait-bait Yahwis
Walaupun mula-mula Yahwisme tidak menggunakan
kuil/bait, karena Yahweh lebih sering disembah pada
mezbah di lapangan terbuka, tetapi beberapa kuil
permanen segera muncul
Sukar dipastikan apakah suku-suku di Israel tetap
menggunakan kuil-kuil kanaani sesudah mereka
menganut Yahwisme
36. Empat Jenis tempat Ibadat
1. Kapel-kapel pribadi
Gideon dan Daud punya kapel pribadi/kapel keluarga
Kapel pribadi mungkin sudah ada sejak zaman para patriarkh
(Kej 31) dan dipertahankan sampai periode Yahwistis
2. Kuil-kuil kuno untuk ibadat El
Kuil-kuil kuno yang dipakai oleh Israel sejak zaman Patriarkh
dan dipakai bersama kaum Isarel dan kaum Kanaani, seperti,
kuil di sikhem, Betel, Hebron, Bersyeba, Mahanaim (Pniel)
37. Empat Jenis tempat Ibadat
3. Bukit-bukit pengorbanan
Bukit pengorbanan atau “bamoth” merupakan tempat ibadah
terkemuka didesa-desa. Unsur khasnya yaitu pohon-pohon, sumur-
sumur dan batu-batu keramat. Batu-batu tersebut didirikan sebagai
“matseboth” atau lambang dewa. Pohon-pohon keramat menjadi
tiang-tiang keramat atau “asyerim” lambang dari dewi.
Tiang-tiang asyera menjadi simbol Dewi Astarte, karena itu unsur
seksual begitu menonjol dalam ibadat di bamoth
4. Tempat-tempat ibadat Yahwis
Didirikan oleh kaum Israel sendiri, bila mereka membuka desa baru,
misalnya kuil di Gilgal. Kadang juga kaum Israel mendirikan tempat
ibadat baru di atas puing-puing bekas kota kanaani, seperti di Silo
dan mungkin juga di Nob
38. Tempat-tempat ibadat itu semakin berpengaruh, akhirnya
tidak hanya menjadi pusat kultus, tetapi juga pusat hukum
dan pengadilan
Kuil-kuil dengan sendirinya menjadi pusat kebudayaan
dan keagamaan, pasukan perang berkumpul di kuil
sebelum berperang, masyarakat berkumpul di kuil untuk
memilih raja (I Sam 11:13)
Pejabat-pejabat yang melayani di kuil atau bait, ada para
imam yang mengatur persembahan di atas mezbah, kaum
Lewi yang membawakan orakulum. Sebagian besar nabi-
nabi juga bernubuat di kuil
V. Perkembangan Kultus
39. • Kaum Nazir tidak termasuk pejabat dalam bait, tetapi mereka
mengkhususkan diri bagi Yahweh
• Kitab Amos 2:11 menyebut seorang Nazir bersama dengan
nabi,tergolong dalam kaum karismatis (Hak 13:25; 14:6;29;
15:14)
• Karya roh dalam kaum Nazir lebih dalam bentuk kepahlawanan
dan pembebasan dari pada menyampaikan firman Allah
• Kemunculan kaum Nazir kemungkinan besar pada periode
para hakim. Mereka dikhususkan untuk menjalankan perang
suci dan membiarkan rambutnya panjang (Hak 5:1) dan tidak
diperbolehkan minum anggur
VI. Kaum Nazir
40. • Kemungkinan kaum Nazir mengambil alih fungsi asli kaum
Lewi, mengingat kaum Lewi menjadi pejabat resmi dalam
kultus Israel
• Dengan berdirinya kerajaan, kaum Nazir kehilangan maknanya
yang asli, yaitu sebagai ordo pahlawan dan pejuang karismatis.
Di bawah kerajaan ada tentara sewaan yang menjadi inti
tentara resmi
• Ciri kenaziran berubah, peranannya
terbatas pada bidang perorangan.
VI. Kaum Nazir