[Ringkasan]
Praktikum ini bertujuan untuk mengukur beberapa parameter produksi ternak potong kambing. Berdasarkan hasil pengukuran, didapatkan bahwa umur ternak adalah 5-6 tahun, panjang badan 51 cm, lingkar dada 67 cm, dan berat hidup 24,78 kg. Selain itu, skor kondisi tubuh ternak adalah 4. Hasil karkas dan non karkas mencakup berat karkas 7,64 kg dan non karkas 10,54 kg.
1. i
LAPORAN PRAKTIKUM PRODUKSI TERNAK POTONG KAMBING
KACANG(CAPRAAEGAGRUS HIRCUS)
Oleh Kelompok 1
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023
LAMPIRAN
2. ii
NAMA-NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1
1. Elsania Monalisa Rambu Danga Koti (2205030007)
2. Claudia Cindi Desi (2205030012)
3. Fransisko Kristianto Jangkal (2205030013)
4. Maria Scholastika Gedhi Nua (2205030023)
5. Maria Oktaviay Peu (2205030036)
6. Maria Eksanti Un (2205030040)
7. Robertus Yofantus (2205030044)
8. Juan Nathanael Pratama Mehan (220503051)
9. Paskalis Baylon (2205030054)
10. Adrianus Sumarno (2205030059)
11. Philipus Nong Deni (2205030070)
12. Rezkhi Samuel David Mafo (2205030076)
13. Katrina Wila (2205030086)
14. Milkior Yanuari Libang (2205030093)
15. Benaya Albian Data (2205030099)
16. Yoseph Tryadi Adreano (2205030110)
17. Kyrie E. Obed Rini (2205030111)
18. Harlan Fadila Duru (2205030130)
19. Jenalder Adis Hauteas (2205030133)
20. Ryo Hendrik Pian (2205030140)
3. iii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………………………i
LAMPIRAN………………………………………………………………………………ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….iii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………..iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..v
BAB I PENDAHULUAN :……………………………………………………………….1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………….2
1.2 Tujuan………………………………………………………………………..3
1.3 Manfaat……………………………………………………………………....3
BAB II MATERI DAN METODE : …………………………………………………….4
2.1 Waktu dan Tempat Praktikum……………………………………………..4
2.2 Alat dan Bahan……………………………………………………………..4
2.3 Metode yang Digunakan……………………………………………………4
2.4 Metode Praktikum…………………………………………………………..4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN :……………………………………………….5
3.1 Hasil…………………………………………………………………………5
3.2 Pembahasan …………………………………………………………………5
BAB IV PENUTUP :……………………………………………………………………15
4.1 kesimpulan…………………………………………………………………..15
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….16
4. iv
Daftar gambar
1. Gambar 3.1 proses penghitungan gigi, diperoleh pada saat praktikum PTP, sumber
kelompok 1
2. Gambar 3.2 pengukuran LD, diperoleh pada saat praktikum PTP, sumber kelompok1
3. gambar 3.3 tersebut di ambil pada saat penimbangan ternak kambing. Sumber foto
kelompok 1
4. Gambar ; 3.4 pengamatan ternak untuk menentukan SKT/BCS, sumber foto kelompok 1
5. Diagram Alir Penyiapan Karkas Ruminansia Kecil (Kambing, Domba, dan lain-lain)
6. Gambar; 3.5 penimbangan darah
7. Gambar; 3.6 Proses pengulitan ternak kambing
8. gambar; 3.7 proses pembelahan Pembelahan Dada dan Pengeluaran Jeroan
9. Gambar; 3.8 penimbangan karkas tampak depan dan tampak samping
10. gambar 3.9, komponen non karkas(Kepala, berat darah, kulit, hati, ginjal, limpa, paru-paru,
jantung, saluran pernapasan, empedu, ambing, saluran pencernaan, alat reproduksi, keempat
kaki kambing).
5. v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpah dan berkat-Nya sehinga
kelompok kami dapat menyelesaikan praktikum Produksi Ternak Potong ini dengan baik.
Laporan hasil praktikum Ternak Potong ini kami susun sebagai salah satu tugas akademis dalam
mata kuliah kami. Praktikum Ternak Potong adalah langkah penting dalam pembelajaran kami
untuk mendalami ilmu dan keterampilan yang berkaitan dengan penelitian dan pengukuran.
Laporan ini memuat hasil pengamatan, analisis, dan kesimpulan yang kami peroleh selama
pelaksanaan praktikum Ternak Potong.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing serta asisten praktikum yang
telah memberikan bimbingan, panduan, dan dukungan selama proses praktikum berlangsung.
Tanpa bantuan mereka, kami tidak akan dapat mencapai kesuksesan dalam menyelesaikan
praktikum ini.
Selain itu, kami juga ingin berterima kasih kepada teman-teman sepraktikum yang telah
berkolaborasi dan berbagi pengetahuan dengan kami. Keharmonisan dalam kelompok praktikum
kami menjadi faktor penting dalam kesuksesan pelaksanaan tugas ini.
Kami sadar bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan dan batasan, oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan guna perbaikan di
masa mendatang.
Akhir kata, semoga laporan hasil praktikum Ternak Potong ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca yang ingin mendalami materi terkait. Semoga ilmu yang kami peroleh dari praktikum
ini dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan aplikasinya di masa depan.
Kupang, 7 November 2023
Penulis
8. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak potong adalah sektor penting dalam industri peternakan yang bertujuan untuk
memproduksi hewan ternak, seperti sapi, domba, dan kambing dengan tujuan untuk diolah
menjadi daging yang dikonsumsi oleh manusia. Latar belakang ternak potong mencakup
sejumlah aspek yang relevan. Ternak potong berperan dalam memenuhi kebutuhan pangan
manusia dengan menyediakan sumber protein hewani yang penting. Daging dari ternak
potong menjadi bagian integral dalam diet banyak orang di seluruh dunia. Industri ternak
potong memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Ini mencakup pekerjaan, perdagangan,
dan pendapatan petani serta pelaku industri seperti peternak, pengolahan daging, dan
distributor. Perhatian terhadap kesejahteraan hewan telah meningkat dalam industri ini.
Upaya telah dilakukan untuk memastikan perlakuan yang baik terhadap hewan selama proses
pemeliharaan, transportasi, dan pemotongan.
Industri ternak potong memiliki standar ketat terkait keamanan dan kualitas pangan. Ini
mencakup pengawasan sanitasi, pengendalian penyakit, dan pemantauan residu obat-obatan
hewan. Ternak potong juga memiliki dampak lingkungan, seperti emisi gas rumah kaca,
penggunaan air, dan penebangan hutan untuk perluasan lahan peternakan. Beberapa upaya
telah dilakukan untuk mengurangi dampak ini melalui praktik pertanian yang lebih
berkelanjutan. Penggunaan teknologi dalam ternak potong telah berkembang, termasuk
pemantauan kesehatan hewan dengan sensor, penggunaan data untuk meningkatkan efisiensi
produksi, dan metode pemotongan yang lebih efisien.
Banyak negara memiliki regulasi ketat yang mengatur industri ternak potong untuk
memastikan kepatuhan terhadap standar kesehatan hewan, keamanan pangan, dan
lingkungan. Dalam konteks ini, ternak potong adalah industri yang kompleks dengan dampak
yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, dari pangan hingga ekonomi,
lingkungan, dan kesejahteraan hewan.
9. 2
Beberapa parameter produksi dalam usaha ternak potong yang penting untuk
dipertimbangkan meliputi:
Bobot Hidup: Ini mengacu pada berat rata-rata hewan sebelum dipotong. Bobot
hidup yang optimal akan memengaruhi hasil akhir produksi daging.
Pertambahan Bobot Harian: Ini mengukur seberapa cepat hewan tumbuh dalam
periode pemeliharaan. Pertambahan bobot harian yang baik dapat menghasilkan
produksi daging yang efisien.
Konversi Pakan: Ini adalah rasio antara pakan yang dikonsumsi oleh hewan dan
pertambahan bobotnya. Semakin efisien konversi pakan, semakin hemat biaya
produksi.
Tingkat Kematian: Ini adalah persentase hewan yang mati selama periode
pemeliharaan. Rendahnya tingkat kematian menguntungkan produksi.
Rasio Kelamin: Memilih rasio kelamin yang tepat dalam pemeliharaan ternak potong
dapat memengaruhi produksi dan manajemen reproduksi.
Umur Panen: Menentukan umur kapan hewan akan dipotong adalah keputusan
penting dalam produksi ternak potong.
Kualitas Daging: Selain jumlah, kualitas daging juga penting, termasuk rasa,
kelezatan, dan tekstur daging.
Efisiensi Reproduksi: Jika ada program pemuliaan, parameter reproduksi seperti
tingkat keberhasilan kawin atau jumlah anak per betina juga relevan.
Semua parameter ini perlu dimonitor dan dioptimalkan untuk mencapai produksi daging
yang efisien dan berkualitas.
10. 3
1.2 Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui pendugaan umur ternak,
2. Untuk mengetahui ukuran linear tubuh ternak
3. Untuk mengetahui berat badan pada ternak kambing
4. Untuk mengetahui penilaian berdasarkan skor kondisi tubuh (skt)
5. Untuk mengetahui berat potong, berat karkas dan juga persentase karkas dan non karkas
1.3 Manfaat
1. Hasil praktikum ini dapat digunakan sebagai nilai praktikum produksi ternak potong
2. Hasil praktikum ini juga digunakan sebagai bahan informasi untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan dalam bidang ilmu peternakan khususnya produksi ternak potong
11. 4
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, 4 November 2023, pukul 07.30-
09.50 WITA di Desa Baumata, Kecamatan Taebenu, Kabupaten Kupang, Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah :
buku, pisau, linggis,
pulpen, parang, sekop,
kamera(hp), baskom, tali,
pita ukur, karung, timbangan.
2.3 Metode yang Digunakan
Praktikum ini menggunakan teknik kualitatif dengan materi yang dikirim melalui
panduan praktikum. Adapun materi yang dipakai pada praktikum ini adalah :
1. Melakukan pendugaan umur ternak,
2. Melakukan pengukuran linear tubuh,
3. Mengukur berat badan pada ternak kambing,
4. Melakukan penilaian berdasarkan skor kondisi tubuh (SKT),
5. Karkas dan non karkas.
2.4 Metode Praktikum
Metode yang digunakan yaitu observasi dan demonstrasi
12. 5
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
No Jenis praktikum Hasil
1. Pendugaan umur ternak 5-6 tahun
2. Mengukur ukuran linear tubuh:
- Ukuran panjang badan
- Ukuran lingkar dada
51 cm
67 cm
3. Mengukur berat badan :
- Berat hidup 24,78 kg
4. Skor kondisi tubuh Skor 4
5. Karkas dan non-karkas :
- Karkas
- Non karkas :
Kepala
Berat darah
Kulit
Hati,ginjal,limpa,paru-paru,
jantung,saluranpernapasan,
empedu,
Ambing, saluran pencernaan,
alat reproduksi
Ke-4 kaki kambing
7,64 kg
1,28 kg
1,04 kg
1,60 kg
0,98 kg (total dari hati-
empedu).
10,54 kg
0,38 kg
1.2 Pembahasan
a) Pendugaan umur ternak
Tenangkan ternak kambing agar tidak stress,
Setelah kambing tenang, angkat kepala kambing dengan lembut
Buka mulut dan kambing dengan hati-hati
Periksa gigi kambing dan hitunglah gigi yg ada
13. 6
Bandingkan gigi kambing dengan table perubahan gigi kambing seirng dengan
bertambahnya usia yg telah dijelaskan dosen.
Berdasarkan pengamatan yg ilakukan didapati umur ernka kambing tersebut
adalah : 5-6 tahun.
Gambar 3.1 proses penghitungan gigi, diperoleh pada saat praktikum PTP,
sumber kelompok 1
b) Mengukur ukuran linear tubuh
Tempatkan ternak kambing pada bidang datar
Lakukan pengkuran linear tubuh
Ukuran Panjang badan:
Jarak lurus (cm) dari benjolan tulang bahu (pertamuan tulang
scapula dan humerus ) sampai benjolan/ujung tulang duduk/tulang
tapis ( tuber ischii ). Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan
panjang badan terank kambing adalah 51 cm.
Ukuran Lingkar dada :
Ukuran (cm) melingkar dada yang diukur tepat di belakang siku,
tegak lurus dengan sumbu tubuh. Ukuran lingkar dada yang besar
menggambarkan produksi dagingnya tinggi, dan tentu berat
badannya juga lebih tinggi daripada ternak yang berukuran lingkar
dada yang lebih kecil. Berdaskan hasil pengikuran yang dilakukan
didapatkan LD ternak kambing 67 cm.
14. 7
Gambar 3.2 pengukuran LD, diperoleh pada saat praktikum PTP,
sumber kelompok 1
c) Mengukur berat badan:
Selain dengan cara penimbangan ada banyak cara yang bisa digunakan salah satunya
dengan menggunakan dugaan bobot badan dengan pita ukur atau dengan
menggunakan berbagai rumus yang lazim digunakan (Hasnudi, 2005; Soenarjo,
1988).
gambar 3.3 tersebut di ambil pada saat penimbangan ternak kambing. Sumber foto
kelompok 1
Dari hasil penimbangan ternak kambing diperoleh berat hidup ternak adalah :
24,78 kg. Lalu kita masukkan rumus yang sesui unuk ternak kambing.
Rumus yang digunakan untuk menduga bobot badan kambing/domba adalah:
15. 8
Rumus Adjodarmoko (1975)
BB = (LD²)×(PB)
104
BB = (672
)×(51)
104
BB = 4,489×51
104
BB = 22,89 kg
Jadi, berat badan/hidup ternak jika dihitung menggunkan rumus
Adjomarko (1975) adalah = 22,89 kg.
Keterangan :
BB = Bobot Badan (kg)
LD = Lingkar Dada (cm)
PB = Panjang Badan (cm)
d) Melakukan penilaian berdasarkan skor kondisi tubuh(SKT),
Dalam menentukan skor kondisi tubuh ternak harus didasarkan atas inspeksi dan
palpasi. Skor Kondisi Tubuh (SKT) atau Body Condition Score (BCR) adalah
nilai kondisi tubuh yang didasarkan pada estimasi visual timbunan lemak tubuh
dibawah kulit sekitar pangkal ekor, tulang punggung, tulang rusuk, dan pingggul
lemak, dapat digunakan untuk prediksi dini status kesenjangan energi pada awal
laktasi.
Berdasarkan pengamatan dan perabaan yang dilakukan maka kami
menyimpulkan bahwa ternak kambing tersebut berada pada skor 4.
Mengapa karena, kondisi tubuh sedang; daerah rusuk, pantat dan paha
terlihat sudah berisi. Dan juga tulang spionosa hanya dapat dirasa bila
ditekan; terdapat lemak yang cukup tebal saat ditekan antara kulit dan
tulang (Charry et al.,1992).
16. 9
Gambar ; 3.4 pengamatan ternak untuk menentukan SKT/BCS, sumber
foto kelompok 1
e) Karkas dan non karkas.
Berat Potong (slaughter weigh), merupakan berat ternak sebelum dipotong
yaitu 24,78 kg
Sebelum masuk pada karkas dan non-karkas berikut mekanisme
pemotongan ternak kambing.
Diagram Alir Penyiapan Karkas Ruminansia Kecil (Kambing, Domba, dan lain-
lain)
Pengeluaran Darah
Proses pengeluaran (“bleeding”), dapat disembelih pada bagian leher dengan
memotong arteri karotis dan vena jugularis serta esofagus, dengan menggunakan
pisau khusus. Pengeluaran darah merupakan faktor penting karena darah
merupakan media yang sangat baik untuk pertumbuhan mikroorganisma dan hal
ini mempengaruhi mutu karkas( Natasasmita, 1987). Selain itu menurut
Swatland (1984) serta Williamson dan Payne (1993), proses pengeluaran darah
17. 10
yang sempurna sangat penting guna menghasilkan daging dan kulit yang
mempunyai mutu penyimpanan baik, karena pengeluaran darah yang tidak
sempurna selama proses penyembelihan akan menyebabkan lebih banyak residu
darah yang tertinggal di dalam karkas, sehingga daging yang dihasilkan
berwarna lebih gelap dan lemak daging dapat tercemar oleh darah. Darah yang
didapat yakni 1,04 kg.
Gambar; 3.5 penimbangan darah
Setelah hasil pemotongan ternak ruminansia dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu bagian yang disebut karkas dan non karkas atau yang lazim disebut “offal”
yang terdiri dari kulit, kepala, keempat kaki bagian bawah mulai dari tulang tarsus
dan carpus, serta jeroan. Selama proses penyiapan karkas, ternak yang telah
dipotong digantung pada gantungan karkas (hook). Penggantungan biasanya
dilakukan pada bagian “tendo archiles”, yaitu pada selasela tulang pada kedua paha
belakang. Menurut Natasasmita (1987) Penggantungan pada bagian ini akan
menyebabkan daging menjadi lebih empuk pada bagian has dalam (“fillet” atau
“tenderloin”). Menurut Swatland (1984), secara umum proses pe-nyiapan karkas
meliputi kegiatan sebagai berikut ;
- Pemisahan Kepala dan Keempat Kaki
Pemisahan bagian kepala dari tubuh ternak dilakukan pada bagian bekas pemotongan
atau penyembelihan, dan yang terbaik dilakukan pada bagian sambungan antara
tulang leher dengan tulang kepala (tulang atlas), sehingga bagian leher tidak banyak
terbuang dari karkas (Undang, 1995). Pemotong keempat kaki ternak yang telah
18. 11
disembelih dilakukan pada bagian persendian tulang kanon, yaitu sambungan tulang
lutut (tibia dan fibula) di daerah benjolan “tarsus” untuk kaki belakang dan pada
sambungan tulang siku (radius dan ulna) di daerah benjolan tulang “carpus” untuk
kaki depan. Pada pemotongan kedua kaki belakang disertai pula dengan sedikit
pengulitan sebatas tumit kaki belakang, begitu pula pada pemotongan kedua kaki
depan disertai dengan pengulitan pada bagian tumit kaki depan, terus menyusur paha
dan diteruskan ke bagian dada.
- Proses Pengulitan
Proses pengulitan atau yang lazim disebut “skinning”, diawali dengan cara membuat
irisan panjang pada kulit sepanjang permukaan dalam (medial kaki). Kulit dipisahkan
mulai dari ventral kearah punggung tubuh. Berdasarkan cara pelaksanaannya dikenal
tiga macam cara pengulitan, yaitu pengulitan di lantai, pengulitan dengan di gantung,
dan pengulitan dengan menggunakan mesin. Kebaikan pelaksanaan pengulitan di
lantai, yaitu biaya peralatan rendah dan pengulitan dapat di-lakukan secara masal
(padat karya). Keburukannya, yaitu kulit dan karkas menjadi kotor bila tercemar
darah dan kotoran, serta pelaksanaan pengulitan lebih sukar, sehingga banyak terjadi
cacat, baik pada kulit maupun karkas. Kebaikan cara pengulitan dengan digantung,
yaitu kulit dan karkas tidak kotor, dan cacat yang terjadi tidak terlalu banyak.
Keburukan cara pengulitan dengan digantung adalah memerlukan alat penggantung
khusus dan biasanya hanya dikerjakan oleh dua orang. Kebaikan cara pengulitan
dengan menggunakan mesin, yaitu kulit dan karkas tidak kotor atau tercemar, serta
tidak banyak cacat. Keburukannya adalah memerlukan biaya besar untuk mesin
pengulit dan memerlukan tenaga ahli khusus. Menurut Williamson dan Payne (1993)
pengirisan dasar harus dibuat sebagai berikut :
a. satu irisan panjang, lurus ke bawah di tengah-tengah, dari dagu sampai ke
dubur (pemotongan hanya mendekati ambing atau kantung buah pelir tidak
dianjurkan karena berpengaruh terhadap bentuk kulit; dua kulit penutup yang
tidak penting dibiarkan yang harus dipotong sedikit sehingga mempengaruhi
bentuk dan ukuran kulit);
b. dua irisan melingkar pada kaki-kaki depan mengelilingi lutut;
c. dua irisan yang sama mengelilingi tumit pada kaki-kaki belakang;
19. 12
d. dua sayatan lurus di sebelah sisi dalam kaki-kaki depan mulai dari lutut ke
ujung depan tulang dada; dan
e. dua sayatan lurus pada kaki-kaki belakang mulai dari belakang tiap sendi
tumit ke suatu titik di pertengahan jalan antara dubur dan kantong buah pelir
atau ambing.
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan proses pengulitan kambing
dilakukan dengan ternak kambing digantung. Hasil dari kulit yakni 1,06 kg.
Gambar; 3.6 Proses pengulitan ternak kambing
- Pembelahan Dada dan Pengeluaran Jeroan
Sebelum melakukan pembelahan dada dan pengeluaran jeroan, terlebih dahulu
dilakukan pembedahan lubang anus, Pembukaan perut atau rongga abdomen,
dilakukan dengan membuat irisan dari atas ke bawah sepanjang bagian ventral tengah,
kemudian lakukan pemisahan penis dan testikel pada ternak jantan atau jaringan
ambing pada ternak betina, serta lemak ruang abdominal yang sudah lepas. Belah
bonggol pelvik dan pisahkan kedua bagian tulang pelvik. Lakukan pengulitan pada
ekor bila belum dilakukan. Setelah dinding perut terbuka, kemudian dilakukan
pengeluaran jeroan, yaitu kantung kencing dan uterus bila ada, usus, lemak susu,
rumen dan bagian lain dari lambung, limpa, hati, dan ginjal yang diselaputi lemak
ginjal. Bersamaan dengan pengeluaran jeroan dilakukan pula pemotongan ekor atau
“Oxtail”. Pemotongan ekor biasanya dilakukan pada bagian tulang pangkal ekor
(“cocygeal vertebrae”).
20. 13
gambar; 3.7 proses pembelahan Pembelahan Dada dan Pengeluaran
Jeroan
i. Karkas adalah bagian tubuh hasil pemotongan setelah dikurangi darah,
kepala, keempat kaki bagian bawah (tarsus dan carpus ke bawah), saluran
pencernaan beserta isinya, saluran kencing, jantung, tenggorokan, paru-paru,
limpa dan hati (1999). Karkas yang didapat pada saat pemotongan yaitu;
7,64 kg.
Gambar; 3.8 penimbangan karkas tampak depan dan tampak samping
ii. Non karkas
Bagian non-karkas (offal) ada yang layak dimakan dan tidak layak
dimakan. Kepala, berat darah, kulit, hati, ginjal, limpa, paru-paru,
jantung, saluran pernapasan, empedu, ambing, saluran pencernaan, alat
reproduksi, keempat kaki kambing.
21. 14
Komponen non karkas terdiri dari darah, kepala, kaki, kulit, ekor,
saluran pencernaan, kantong urin, jantung, trakhea, paru-paru, ginjal,
limpa, hati dan jaringan lemak (Lawrie, 1991).
Total dari berat nonkarkas yaitu 15,82 kg
gambar 3.9, komponen non karkas(Kepala, berat darah, kulit, hati, ginjal,
limpa, paru-paru, jantung, saluran pernapasan, empedu, ambing, saluran
pencernaan, alat reproduksi, keempat kaki kambing).
iii persentase karkas (carcass weight), merupakan berat karkas dibagi berat
potong dikali 100%.
Persentase Karkas = Berat karkas ×100%
Berat potong
Persentase karkas = 7,64 kg×100% = 30,83 kg
24,78 kg
22. 15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut;
1. Ternak kambing merupakan salah satu ternak potong yang dagingnya dapat
dikonsumsi manusia.
2. Sebelum melakukan pemotongan ternak, peternak harus memperhatikan; umur,
ukuran linear tubuh, berat badan ternak, dan skor kondisi tubuh/body condition
score.
3. Hasil akhir dari pemotongan ternak adalah karkas dan nonkarkas.
23. 16
DAFTAR PUSTAKA
Pratama, R. (2017). HUBUNGAN BOBOT HIDUP DENGAN BOBOT KARKAS, BOBOT
KEPALA, BOBOT KULIT DAN BOBOT JEROAN KAMBING KACANG
JANTAN (Doctoral dissertation, FAKULTAS PETERNAKAN).
Charry, E. S. (1992). Musical thought, history, and practice among the Mande of West Africa.
Princeton University.
Natasasmita, A. (1987). Body composition of Swamp Buffalo (Bubalus bubalis), a study of
development growth and of sex differens (Doctoral dissertation, Ph. D. Thesis.
University of Melbourne).
Blakely J, Bade DH. 1992. Ilmu peternakan diterjemahkan oleh Bambang Srigandono. Gadjah
Mada University Press: Yogyakarta.
Cole HH. 1982. Introduction to livestock Production.
W.H. Freeman & Company: London Forrest JC. Aberle ED. Hendrick HB. Judge MD. Markel
RA. 1975. Principle of meat science. W.H. Freeman and Company: San Fransisco
Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. Parakkasi A, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari:
Meat Science.
Soeharsono, A. M., Hernawan, E., Adriani, L., & Kamil, K. A. (2010). Fisiologi Ternak:
Fenomena dan Nomena Dasar, Fungsi, dan Interaksi Organ pada Hewan. Widya
Padjadjaran, Bandung.