Beberapa ulama berfatwa bahwa jika seseorang belum diaqiqahi sewaktu kecil, maka ia boleh mengaqiqahi dirinya sendiri jika sudah dewasa dan mampu. Namun ada pula pendapat bahwa aqiqah adalah kewajiban orang tua, bukan individu. Terdapat berbagai pendapat ulama tentang hukum aqiqah bagi orang dewasa yang belum diaqiqahi sewaktu kecil.
1. Fatwa Ulama: Hukum Aqiqah Sesudah Dewasa
ِنَْْحَّالر ِهَّلال ِمْسِبِميِحَّالر,ُالل ىَّلَصَو َنيِمَلاَعْلا ِّبَر ِهَّلِل ُدْمَْاْلْحَصَو ِهِآلَو ٍدَّمَُُم اَنِّيِبَن ىَلَع َكَارَبَو َمَّلَسَوِهِبَْنيِعََْْجأ,اََّمأ
ُدْعَب:
Saudaraku seiman…
Di bawah ini terdapat beberapa fatwa ulama tentang hukum aqiqah bagi anak yang belum
diaqiqahi orangtuanya semasa kecil sehingga dewasa, apakah masih diaqiqahi, apakah boleh
mengaqiqahi diri sendiri jika orangtua masih tidak mampu? ataukah boleh memberikan uang
kepada orangtua agar mampu membeli kambing aqiqah?
Al Hasan Al Bashri rahimahullah berkata:
[الرج كنتوإن نفسك عن فعق عنك يعق مل إذا].
“Jika belum diaqiqahi atasmu, maka aqiqahkanlah atas dirimu, meskipun kamuseorang lelaki
dewasa.” Lihat Kitab Al Muhalla, 2/204 dan Syarh As Sunnah, 11/264.
Muhammad bin Sirin rahimahullah berkata:
[الرج كنتأن بعد ببختية نفسي عن عققت].
“Aku mengaqiqahkan atas diriku dengan seekor onta betina setelah aku dewasa.” Lihat kitab
Syarah As Sunnah, 11/264.
Dinukilkan dari Imam Ahmad bahwasanya ia lebih baik jika belum diaqiqahi seseorang dimasa
kecilnya maka ia mengaqiqahkan atas dirinya ketika dirinya sudah besar, beliau juga berkata:
“Jika dilakukan oleh seseorang maka aku tidak membencinya.” Lihat kitab Tuhfat Al Mawdud
Bi Ahkam Al Mawlud, (hal. 69 Asy Syamela).
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata:
َلَف ، َبَسَكَو ، ُم َلُغْلا َغَلَبَف ، الَْصأ َّقُعَي َْمل ْنِإَوِهْيَلَع َةَقيِقَع.، ِةَلَأْسَمْلا ِهِذَه ْنَع ُدََْْحأ َلِئُسَوَالَقَف:ىَلَع َكِلَذ
ِدِالَوْلا.ُّقُعَي ََل ِِنْعَي؛ ِهِسْفَن ْنَعِهِْْيَغ ِّقَح ِِف َةَّنُّالس ََّنِِل.ُنَسَْاْلَو ، ٌاءَطَع َالَقَو:ٌةَوعُرْشَم اََّهَنِِل ؛ ِهِسْفَن ْنَع ُّقُعَي
َُّهنَِِلَو ُهْنَعِهِسْفَن ُاكَكِف ُهَل َعَرْشُي ْنَأ يِغَبْنَيَف ، اَ
ِِب ٌنَهَتْرُم.ِِف ٌةَوعُرْشَم اََّهَنأ ، اَنَلَواَهُلَعْفَي َلَف ، ِدِالَوْلا ِّقَح، ُهُرْيَغ
ِرْطِفْلا ِةَقَدَصَكَو ، ِِِّبَنَْجْاِلَك.
2. “Dan jika belum diaqiqahi sama sekali lalu sang anak mencapai baligh dan berpenghasilan, maka
tidak ada kewajiban aqiqah atasnya. Imam Ahmad ditanya tentang permasalahan ini, beliau
berkata: “(Aqiqah) itu kewajiban orangtua, maksudnya adalah ia tidak (boleh) mengaqiqahi atas
dirinya, karena menurut sunnah (mewajibkan) dalam hak selainnya.” Berkata Atha’, Al Hasan:
“Ia (boleh) mengaqiqahi atas dirinya, karena aqiqah ini disyariatkan atasnya dank arena ia
tergadaikan dengannya, maka semestinya ia menyegerakan pembebasan dirinya, dan menurut
kami, bahwa aqiqah adalah disayriatkan pada kewajiban irangtua maka tidak boleh
mengerjakannya selainnya, seperti orang lain dan seperti sedekah fitr.” Lihat Al Mughnni, (22/7
Asy Syamela).
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah rahimahullah berkata:
”عشر التاسع الفصل:اخللل قال ، بلغ إذا نفسه عن يعق هل اهوأب عنه يعق مل من حكم:ملن يستحب ما باب
ذكر مث ، اْيكبنفسه عن يعق أن اْيصغ عنه يعق ملقال الشالنجي سعيد بن إمساعيل مسائل من:عن أْحد سألت
قال ؟ نفسه عن يعق هل ، عنه يعق مل أنه الدهو خيربه الرجل:اِلب على ذلك.
“Pasal ke 19: Hukum siapa yang belum diaqiqahi atasnya kedua orantunya, apakah ia
mengaqiqahi dirinya jika sudah baligh, berkata Al Khallal: “Bab Anjuran bagi siapa yang belum
diaqiqahi atasnya semasa kecil, maka ia boleh mengaqiqahi atas dirinya sendiriketika dewasa.
Kemudian ia menyebutkan pertanyan-pertanyaan Isma’il bin Sa’id Asy Syalinji, ia berkata: “Aku
pernah bertanya kepada Imam Ahmad tentang seseorang yang orangtuanya memberitahukkannya
kepadanya bahwa ia belum diaqiqahi, apakah boleh untuk mengaqiqahkan dirinya sendiri?
Beliau menjawab: “(Aqiqah) itu kewajiban bapak. Lihat kitab Tuhfat Al Mawdud Bi Ahkam Al
Mawlud, (hal. 80 Asy Syamela).
Syeikh Ibnu Baz rahimahullah berkata:
”سنة العقيقة ِلن ؛ نفسه عن يعق أن يستحب أنه وهو ، أظهر اِلول القولوأن له عفشر الدهو كهاتر وقد ، كدةمؤ
لعموم ذلك ؛ استطاع إذا ِبا يقومومنها اِلحاديث:وسلم عليه الل صلى لهوق( :بعقيقته هتنرم غلم كلتذبح
ويسمى وحيلق سابعه يوم عنه)بن مسرة عن السنن أصحابو ، أْحد اإلمام أخرجهبإسناد عنه الل رضي جندب
ومنها ، صحيح:صلى النِب عن الكعبية كرز أم حديثوسلم عليه الل:وعن بشاتني الغلم عن عقُي أن أمر أنه
أخرجه شاة اِلنثىعا عن مثله وصحح الرتمذي جوخر ، اخلمسةئشة,فيعم اِلب إىل يوجه مل وهذااِلمو لدوال
املولود أقارب من وغْيمها”من انتهى“ابن الشيخ فتاوى جمموعباز”(62/622) .
“Dan pendapat yang pertama lebih jelas, yaitu dianjurkan ia mengaqiqahi dirinya, karena aqiqah
adalah sunnah muakkadah dan orangtuanya telah meninggalkannya, maka disyariatkan
kepadanya agar melakukan jika ia mampu, yang demikian itu berdasarkan keumuman beberapa
hadits, diantaranya; Sabda RAsululah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Setiap anak tergadaokan
dengan aqiqahnya, disembelih atasnya (hewan aqiqahnya) pada hari ke tujuhnya, dgunduli
kepalanya dan memberikan nama.” HR. Ahmad dan para penulis kitab Sunan, dari Samurah bin
3. Jundub radhiyallahu ‘anhu dengan sanad yang shahih. Dan termasuk diantaranya; hadits Ummu
Al Kurz Al Ka’biyyah bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “ beliau
memerintahkan anak lelaki agar diaqiqahi dengan dua ekor kambing dan anak perempuan agar
diaqiqahi dengan satu ekor kambing.” HR. Imam yang lima dan Tirmidzi menshahihkan riwayat
yang semisal yaitu dari riwayat Aisyah dan hadits ini tidak ditujukan kepada siapa-siapa, maka
berarti mencakup anak, ibu dan selain keduanya dari para kearabat anak yang terlahir tersebut.”
Lihat kitab Majmu’ Fatawa Syeikh Ibnu Baz, (26/266).
Syeikh Al Fawzan hafizhahullah berkata:
فل ذلك عن تأخرت فإن ،عليه املنصوص اِلفضل هو هذا ،سابعه يوم اِلفضلإَل وقتها آلخر حد وَل بذلك بأس
يقول العلم أهل بعض أن:املولود كربإذامن مانع َل أنه على اجلمهورو ،الكبْي عن العقيقة يرى فل ،وقتها يفوت
ذلككربولو حىت
“Yang utama (aqiqah) dilakukan pada hari ke tujuhnya, ini adalah paling utama yang telah
ditegaskan atasnya, maka jika terlambat dari itu tidak mengapa, dan tidak ada batasan untuk
akhir waktunya kecuali sebagian para ulama berkata: Jika anak yang lahir sudah besar maka
waktu aqiqahnya sudah lewat, maka tidak dianjurkan untuk melakukan aqiqah atas seorang yang
sudah besar. Dan (sedangkan) mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak ada larangan untuk itu
meskipun sudah besar.” Lihat kitab Al Muntaqa min Fatawa Al Fawzan, (4/84 Asy Syamela).
Berdasarkan apa yang sudah dijelaskan, maka tidak mengapa ia mengaqiqahi dirinya sendiri
ketika sudah besar, jika ia belum diaqiqahi pada masa kecil. Wallahu a’lam
Bca juga artikel tentang etika memeberi nama bayi