SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
Download to read offline
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                                  habibullah792002@yahoo.com


    Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia (Menggagas Model Jaminan
                       Sosial Universal Bidang Kesehatan)1
                                      Oleh:
                           Habibullah, S.Sos, M.Kesos2

Pengantar
Pertama-tama, saya beri apresiasi terhadap penulis Bapak Edi Suharto, Ph.D atas
sumbangan pemikiran beliau baik yang dituangkan melalui buku ataupun
website:http://www.policy.hu/suharto. Buku-buku: Kebijakan Sosial sebagai
kebijakan publik (Bandung: Alfabeta, 2008 edisi kedua), Analisis Kebijakan Publik:
Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial (Bandung, 2008 edisi
keempat), Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: Refika Aditama,
2006 edisi kedua). Ketiga buku tersebut, semasa saya kuliah merupakan referensi
utama dalam menulis tesis terutama yang terkait dengan kesejahteraan sosial
sehingga ada teman ketika bimbingan penulisan tesis pada seorang dosen menyatakan
bahwa disuruh nyari referensi lain selain Edi Suharto, Ph.D dan Prof. Isbandi Adi
Rukminto, Ph.D. Hal tersebut disebabkan masih kurangnya referensi yang berkaitan
dengan ilmu kesejahteraan sosial dan pembangunan sosial yang mampu memberikan
referensi yang mudah dipahami. Dan tulisan-tulisan Bapak Edi Suharto, Ph.D
merupakan satu diantara referensi yang mudah dipahami dan cukup “membumi” bagi
ranah ilmu kesejahteraan sosial terutama yang berkaitan dengan kebijakan sosial.

Buku yang saya bedah ini, sangat bermanfaat bagi referensi untuk penelitian-
penelitian yang akan dilakukan oleh Puslitbang Kesos kedepan seperti penelitian
yang mengambil tema-tema kemiskinan, perlindungan dan jaminan sosial maupun
sebagai referensi untuk penulisan policy papers (naskah kebijakan) karena buku ini
dikembangkan dari dua policy papers yaitu Proyek Perlindungan Sosial Bagi Orang
Dengan Kemampuan Khusus (ODKK) Menkokesra dan Naskah Kebijakan The Hatta
Project kerjasama Perkumpulan Prakarsa dan The Asia Foundation.

Buku ini terdiri dari dua bagian. Bagian satu, yang terdiri dari 5 bab, membahas
beberapa topik yang menyangkut dimensi kemiskinan, pendekatan berbasis hak,
kebijakan publik, serta konsep dan beberapa contoh skema perlindungan sosial.
Bagian ini merupakan fondasi untuk memahami mozaik dan isu-isu perlindungan
sosial, khususnya jaminan sosial bidang kesehatan, yang diurai oleh 6 bab pada
Bagian dua. Bagian Dua pada intinya mendiskusikan korelasi antara pembangunan
dan jaminan kesehatan di Indonesia saat ini. Model-model jaminan kesehatan
dibeberapa negara maju dan berkembang juga dibahas untuk dijadikan pelajaran dan
1
  Disampaikan pada Bedah Buku Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia Menggagas Model
Perlindungan Sosial Universal Bidang Kesehatan Karya Edi Suharto Penerbit Alfabeta tahun 2009 di
Puslitbang Kesos pada tanggal 1 November 2011
2
  Peneliti Pertama Puslitbang Kesos Kementerian Sosial RI, Alumni Jurusan Pembangunan Sosial dan
Kesejahteraan (Sosiatri) Fisipol UGM (S1) dan Program Magister Ilmu Kesejahteraan Sosial Fisip UI
(S2)



                                                1
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                           habibullah792002@yahoo.com


basis dalam menggagas model pembiayaan jaminan kesehatan universal yang
berkeadilan berkelanjutan. Bab terakhir dari buku ini mengajukan strategi dan
rekomendasi model jaminan kesehatan alternatif yang progresif dan insklusif, seraya
tetap memperhatikan faktor ekonomi dan sosio kultural Indonesia. Buku ini juga
dilengkapi juga dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional dan Undang-Undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial.

Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah sosial bersifat global. Artinya kemiskinan
merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia.
Pesan yang disampaikan penulis bahwa kemiskinan tidak hanya melanda negara-
negara miskin akan tetapi negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman,
Jepang, Australia juga terdapat masyarakat miskin meskipun prosentasenya jauh lebih
sedikit dibanding dengan negara miskin. Kemiskinan mempunyai banyak definisi
namun penulis lebih merujuk pada pendapat Piven dan Cloward (1993) dan Swanson
(2001) menunjukkan bahwa kemiskinan berhubungan dengan kekurangan materi,
rendahnya penghasilan dan adanya kebutuhan sosial. Penulis juga merujuk pada hasil
studi SMERU yang menunjukkan sembilan kreteria yang menandai kemiskinan:
1) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan
     papan).
2) Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental
3) Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita korban
     tindak kekerasaan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan
     terpencil)
4) Rendahnya kualitas sumber daya manusia (buta huruf, rendahnya pendidikan
     dan keterampilan, sakit-sakitan) dan keterbatasan sumber alam ( tanah tidak
     subur, lokasi terpencil, ketiadaan infrastruktur jalan, listrik air)
5) Kerentanan terhadap gonjangan yang bersifat individu (rendahnya pendapatan
     dan asset) maupun massal (rendahnya modal sosial, ketiadaan fasilitas umum)
6) Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang memadai
     dan berkesinambungan
7) Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,
     sanitasi, air bersih dan transportasi)
8) Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
     keluarga atau tidak adanya perlindungan sosial dari negara dan masyarakat.
9) Keterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

Empat faktor penyebab kemiskinan: 1). Individual, 2). Sosial, 3). Kultural dan
Struktural. Dengan menggunakan persfektif yang lebih luas, penulis mengutip
pendapat David Cox (2004:1-6) yang membagi kemiskinan ke dalam beberapa
dimensi: 1). Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi, 2). Kemiskinan yang berkaitan
dengan pembangunan, 3). Kemiskinan Sosial, 4). Kemiskinan konsekuensial.




                                        2
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                               habibullah792002@yahoo.com


Penulis juga mengungkap potret kemiskinan di Indonesia dengan menyajikan data
kemiskinan yang dikeluarkan oleh INDEF tahun 2009 yang memproyeksikan jumlah
penduduk miskin mencapai 40 juta (16,8%) sedangkan data BPS pada Maret 2008
menyatakan bahwa penduduk miskin sebanyak 35 juta jiwa (15,4%).

Data kemiskinan yang saya punya dapat dilihat sebagai berikut:

                   Tabel 1. Jumlah dan Prosentase Penduduk Miskin (%)
                                 (Di bawah garis kemiskinan)

                       Jumlah Penduduk Miskin             Persentase Penduduk
                            (juta orang)                       Miskin (%)
           Tahun
                       Kota       Desa       Kota+       Kota       Desa      Kota+
                                              Desa                             Desa
            1998       17,60      31,90      49,50       21,92      25,72      24,23
            1999       15,64      32,33      47,97       19,41      26,03      23,43
            2000       12,30      26,40      38,70        14,6      22,38      19,14
            2001        8,60      29,30      37,90        9,76      24,84      18,41
            2002       13,30      25,10      38,40       14,46      21,1       18,2
            2003       12,20      25,10      37,30       13,57      20,23      17,42
            2004       11,40      24,80      36,20       12,13      20,11      16,66
            2005       12,40      22,70      35,10       11,68      19,98      15,97
            2006       14,49      24,81      39,30       13,47      21,81      17,75
            2007       13,56      23,61      37,17       12,52      20,37      16,58
            2008       12,77      22,19      34,96       11,65      18,93      15,42
            2009       11,91      20,62      32,53       10,72      17,35      14,15
            2010       11,10      19,93      31,03       9,87       16,56      13,33
         Rata-rata       12,87     25,29         38,16     13,52     21,19      17,75

        Sumber : Diolah kembali dari data BPS, 2010

Memang terjadi penurunan jumlah angka kemiskinan dari tahun ke tahun namun
penurunan angka kemiskinan tersebut tidak seimbang dengan berbagai program yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Penurunan angka kemiskinan sejak tahun 2004 terasa
lambat mengingat anggaran yang dibenamkan untuk program-program
penanggulangan kemiskinan mengalami peningkatan yang signifikan, dari hanya Rp
18 triliun tahun 2004 menjadi sekitar 70 triliun tahun 2008 atau naik hampir empat
kali lipat (Basri, Kompas 12 Juli 2010). Secara rinci perbandingan antara jumlah
penduduk miskin di Indonesia dengan pembiayaan negara melalui skema APBN pada
tahun 2005-2010 pada jenis belanja bantuan sosial dapat dilihat pada tabel 2.




                                             3
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                           habibullah792002@yahoo.com


   Tabel. 2. Perbandingan Antara Jenis Belanja Bantuan Sosial Pada APBN
              dengan Jumlah Penduduk Miskin tahun 2005- 2010

Tahun          Belanja Bantuan Sosial Jumlah Penduduk Miskin
               (Rp)
2005           24,9 Trilyun               35,10 Juta Jiwa ( 15,97%)
2006           40,7 Trilyun               39,30 Juta Jiwa ( 17,75%)
2007           49,75 Trilyun              37,17 Juta Jiwa ( 16,58%)
2008           57,7 Trilyun               34,96 Juta Jiwa ( 15,42%)
2009           73,8 Trilyun               32,53 Juta Jiwa ( 14,15%)
2010           71,7 Trilyun               31,03 Juta Jiwa ( 13,33%)
Sumber: BPS 2010, Kemenkeu, 2011 (diolah)

Pendekatan Berbasis Hak Sebagai Penentu Kreteria dan Indikator Kemiskinan
Kreteria dan indikator untuk mengukur kemiskinan masih didominasi pendekatan
ekonomi. Sebagian besar pendekatan dalam mengkaji kemiskinan masih berporos
pada paradigma neo-liberal dan teori-teori modernisasi yang sangat mengangungkan
pertumbuhan ekonomi dan produksi. Pengukuran kemiskinan sangat dipengaruhi oleh
persfektif income poverty yang menggunakan pendapatan sebagai satu-satunya
indikator garis kemiskinan. Namun pendekatan income poverty menurut Satterthwaite
(1997) :1). Kurang memberi perhatian pada dimensi sosial dan bentuk-bentuk
kesengsaraan orang miskin, 2). Tidak mempertimbangkan keterlibatan orang miskin
dalam menghadapi kemiskinan, 3). Tidak menerangkan faktor-faktor yang
menyebabkan kemiskinan.

Pendekatan GNP dan Income poverty memiliki kelemahan dalam memotret
kemiskinan, sejak tahun 1970-an telah dikembangkan berbagai pendekatan alternatif,
diantaranya kombinasi garis kemiskinan dengan distribusi pendapatan (Sen,1973),
Social Accounting Matrik (SAM; Pyatt dan Round,1977), Physical Quality of Life
Index (PQLI; Morris, 1977) dan UNDP pada tahun 1990-an memperkenalkan
pendekatan pembangunan manusia (human development) serta beberapa variannya
seperti Indeks Kemiskinan Manusia dan Indeks Pembangunan Gender.

Pendekatan Pembangunan manusia relatif lebih komprehensif dan mencakup faktor
ekonomi dan sosial orang miskin, memadukan model kebutuhan dasar (basic needs
model: Paul Streeten dan konsep kapabilitas (capability; Amartya Zen). Secara garis
besar, pengukuran HDI difokuskan pada dimensi yang dipandang paling penting bagi
kehidupan manusia, yakni usia hidup, pengetahuan dan standar hidup layak.

Baik pendekatan GNP, income poverty maupun pembangunan manusia masih
menyimpan kelemahan yaitu masih melihat kemiskinan sebagai persoalan individu
dan kurang memperhatikan dimensi struktural. Masih terfokus pada “kondisi”
kemiskinan berdasarkan negative outcome indicators, sehingga belum menjangkau




                                        4
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                            habibullah792002@yahoo.com


variabel-variabel yang menunjukkan “kekuatan” orang miskin dan dinamika
kemiskinannya.

Akibatnya, orang miskin hanya dipandang sebagai “orang yang serba tidak
memiliki”; tidak memiliki pendapatan tinggi, tidak terdidik, tidak sehat, dsb. Aktor
kemiskinan dan sebab-sebab yang mempengaruhinya juga belum tersentuh secara
memadai. Si miskin dilihat hanya sebagai “korban pasif” pembangunan. Bukan
sebagai manusia (human being) yang memiliki “sesuatu” yang dapat digunakan
olehnya, baik dalam mengindentifikasi kondisi kehidupannya, maupun mengatasi
masalah-masalah yang dihadapinya.

Pendekatan Berbasis Hak
Pendekatan berbasis hak memperhatikan hubungan antara proses-proses makro
ekonomi dan strategi-strategi pengurangan kemiskinan yang menekankan pentingnya
investasi sosial dalam mencegah dan mengurangi kemiskinan, serta mencapai tujuan-
tujuan pembangunan dan keadilan sosial dalam arti luas. Manfaat pendekatan ini
sesuai dengan agenda pembangunan nasional maupun internasional yang
mengedepankan hak azazi manusia manusia dan Millennium Development
Goals(MDGs).

Indikator kemiskinan berbasis hak dapat didefinisikan sebagai data statistik yang
menunjukkan perubahan (atau konsistensi) pada kondisi kehidupan, termasuk aspek
ekonomi, kesehatan, pendidikan dan perilaku orang miskin. Selain itu, data ini juga
memperlihatkan sesuatu yang penting bagaimana orang miskin saat ini hidup dan
bagaimana sebuah masyarakat (negara-bangsa) menjamin kelangsungan hidup
mereka.

Perumusan kerangka konseptual yang mantap merupakan langkah awal yang penting
dalam merancang kreteria dan indikator kemiskinan. Idealnya kerangka tersebut
harus memiliki dasar teoritis maupun empiris, sejalan dengan pemahaman para
penggunannya, memperhatikan ketersedian data, serta mampu menunjukkan variabel-
variabel yang mempengaruhi kehidupan orang miskin yang dapat mudah diukur.
Selain itu, sejarah keragaman budaya dan mozaik sosio-ekonomi Indonesia dengan
mesti dipertimbangkan juga dalam merancang kerangka ini.

Kerangka konseptual mencangkup parameter mulai dari kerangka kebijakan yang
berkaitan dengan hak-hak orang miskin hingga lima jenis indikator yang bisa
dikembangkan untuk memotret kemiskinan.




                                         5
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                                       habibullah792002@yahoo.com


      Gambar 1. Kerangka Konseptual Pendekatan Berbasis Hak untuk Mengukur
                                  Kemiskinan

      Hak dasar dan instrumen legal beserta informasi mengenai faktor-faktor yang mempromosikan
      kehidupan orang miskin plus kebijakan-kebijakan yang ada, tujuan-tujuan dan standar-standar
                            pelayanan yang mendasari lima jenis indikator



                                Tipe 1: Status Kehidupan Orang Miskin
                     (Realisasi hak-hak dan peningkatan kualitas hidup orang miskin)

      •   Economic well-being ( memiliki pendapatan yang cukup dan terpenuhinya kebutuhan dasar
          secara layak untuk ambil bagian dalam menjalankan berbagai kesempatan dan m
      •   Being healthy (memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik serta dapat hidup sehat)
      •   Staying safe (hidup aman dari segala macam bahaya dan eksploitasi dan mampu memelihara
          keamanan dirinya)
      •   Enjoying and achieving (hidup bahagia dan dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan
          yang berguna bagi kehidupannya)
      •   Making positive contribution (kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan dan
          berkontribusi terhadap masyarakat dimana dia hidup)




    Enabling inputs yang mendukung realisasi hak-hak publik dan kesejahteraan manusia
Tipe 2                    Tipe 3                      Tipe 3                           Tipe 4
Lingkungan                Lingkungan                  Akses ke                         Alokasi
keluarga dan              tetangga                    pelayanan                        sumber publik
rumah tangga              sekitar                     dasar                            pro-poor



    Sumber: dikembangkan dari Bradswaw dan          Mayhew (2003:3) dan Bray dan Dawes (2007:45),
    Suharto (2009:28)

    Sementara itu dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2011 tentang Penanganan
    Fakir Miskin Pasal 1 ayat 1, definisi Fakir miskin adalah orang yang sama sekali
    tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata
    pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang
    layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya.

    Kebijakan Publik
    Kebijakan publik adalah keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang
    bersifat strategis atau garis besar yang secara langsung mengatur pengelolaan dan
    pendistribusian sumber daya publik (alam, finansial dan manusia) demi kepentingan
    rakyat banyak, penduduk masyarakat atau warga negara.




                                                     6
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                           habibullah792002@yahoo.com


Negara adalah institusi paling absah yang memiliki kewenangan menarik pajak dari
rakayat dan karenanya paling berkewajiban menyediakan pelayanan sosial dasar bagi
warganya. Memang, negara bukanlah satu-satunya aktor yang dapat
menyelenggarakan pelayanan sosial. Masyarakat, dunia usaha da bahkan lembaga-
lembaga kemanusian internasional, memiliki peran penting dalam penyelenggaraan
pelayanan sosial. Namun, sebagai salah satu bentuk kebijakan sosial dan public
goods, pelayanan sosial tidak dapat dan tidak boleh diserahkan begitu saja kepada
masyarakat dan pihak swasta. Sebagai lembaga yang memiliki legistimasi publik
yang dipilih dan dibiayai oleh rakyat, negara memiliki kewajiban (obligation) dalam
memenuhi (to fulfill), melindungi (to protect) dan menghargai (to respect) hak-hak
dasar, ekonomi dan budaya warganya. Mandat negara dalam pelayanan sosial lebih
kuat dibanding dengan masyarakat atau dunia usaha. Berdasarkan konvensi
internasional mandat negara dalam pelayanan sosial bersifat ‘wajib’ sedangkan,
mandat masyarakat dan dunia usaha dalam pelayanan bersifat “tanggung jawab”
(responsibility).

Fokus utama kebijakan publik dalam negara modern adalah pelayanan publik yang
merupakan segala bentuk jasa publik yang pada prinsipnyamenjadi tanggung jawab
dan dilaksanakan oleh negara untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas
kehidupan orang banyak. Ada tiga pergeseran paradigma pelayanan publik untuk
merespon tantangan global, yaitu:
   1. Dari problems based services ke right based services. Pelayanan sosial yang
       dahulunya diberikan sekedar untuk merespon masalah atau kebutuhan
       masyarakat, kini diselenggarakan guna memenuhi hak-hak sosial masyarakat
       sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi nasional dan konvensi internasional.
   2. Dari rules based approarches ke outcome oriented approaches. Pendekatan
       pelayanan publik cenderung bergeser dari yang semata didasari peraturan
       normatif menjadi pendekatan yang berorientasi kepada hasil.
   3. Dari public managemet ke public governance, dari masyarakat hanya
       dianggap sebagai klien, pelanggan atau sekedar pengguna layanan merupakan
       bagian dari market contract menjadi masyarakat sebagai warga negara yang
       merupakan bagian dari social contract.

Perlindungan Sosial
Di Indonesia, terdapat kecenderungan bahwa seakan-akan kemiskinana hanya
diberantas oleh program-program “pemberdayaan” masyarakat dalam arti sempit.
Pemberdayaan seolah hanya mencakup pemberian modal usaha untuk membuka
warung kecil di sudut kampung, pemberian sapi atau kambing untuk peternakan dan
pelatihan keterampilan perbengkelan atau kerajinan tangan. Asumsinya sederhananya
jika orang miskin diberi modal dan dilatih, maka mereka akan memiliki pekerjaan
dan pendapatan, kehidupan mereka kemudian lebih baik dan tidak miskin lagi.

Asumsi tersebut telah menjadi keyakinan umum dan bahkan cenderung dianggap
kebenaran mutlak. Tidak heran, jika banyak penentu kebijakan, politisi, akademisi
dan masyarakat awam sangat “memusuhi” program-program penanganan kemiskinan


                                        7
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                                     habibullah792002@yahoo.com


       yang bermatra perlindungan sosial seperti: BLT, BOS, Raskin dan PKH. Padahal
       seandainya jika program pemberdayaan itu berhasil dan mampu memberikan
       pendapatan Rp. 50.000,-/hari atau Rp. 1,5 juta/bulan. Namun tiba-tiba Bapak yang
       diberdayakan tersebut mengalami gagal ginjal dan harus cuci darah (hemodialisa)
       paling sedikit Rp. 450.000,- sekali cuci darah dan harus dilakukan dua kali seminggu
       artinya, keluarga tersebut memerlukan dana paling sedikit Rp. 3,6 juta/bulan maka
       bisa dipastikan keluarga tersebut yang tadinya berdaya menjadi sengsara.
       Oleh karena itu diperlukan program-program perlindungan sosial untuk meringankan
       dampak kemiskinan dan kemelaratan yang dihadapi oleh kelompok miskin beserta
       anak-anaknya. Namun meskipun demikian, perlindungan sosial bukan merupakan
       satu-satunya pendekatan strategi penanngulangan kemiskinan.

       Kritik terhadap skema perlindungan sosial adalah hanya mampu merespon “gejala”
       dan bukan penyebab utama. Menurut Paul Spicker (1995) tidak ada yang salah jika
       penanganan atau respon terhadap gejala masalah, sepanjang respon terhadap gejala
       masalah tersebut memiliki dampak terhadap masalah yang ditangani. Sebagai contoh
       obat penawar sakit kepala (Bodrek, Paramek, Panadol, dll) tidak mampu
       menghilangkan sakit kepala tapi ditujukan untuk merespon sakit kepala. Sepanjang
       obat tersebut mampu memberi dampak mengurangi rasa sakit, para ahli kesehatan
       sepakat bahwa obat-obat tersebut sangat bermanfaat.

       Perlindungan sosial dapat didefinisikan sebagai segala bentuk kebijakan dan
       intervensi publik yang dilakukan untuk merespon beragam resiko, kerentanan dan
       kesengsaraan baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial terutama yang dialami
       oleh mereka yang hidup dalam kemiskinan.

                   Gambar 2. Perlindungan Sosial Formal dan Non Formal

                                                      Perlindungan
                                                         Sosial



                                Formal                                           Informal

                                                      Pendapatan

 Tingkat                       Pekerjaan                                       Mata Pencaharian
 Individu

                                                      •   Uang
                                                      •   Barang
                                                      •   Pelayanan            Jaminan Masyarakat
                           Jaminan Sosial                 sosial                • Asuransi Mikro
 Tingkat                  • Pasar Tenaga                                        • Dana Sosial
Komunitas                   Kerja                                               • Jaring Pengaman
                          • Bantuan sosial                                        Sosial
                          • Asuransi Sosial


                                                  8
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                                   habibullah792002@yahoo.com




      Tabel 3. Jenis-jenis Resiko dan Beberapa Mekanisme Perlindungan Sosial

  JENIS RESIKO                      MEKANISME PERLINDUNGAN SOSIAL
                              INFORMAL     SEKTOR PUBLIK    SEKTOR SWASTA

Siklus Kehidupan         Dukungan keluarga             Pelayanan                  Pelayanan kesehatan,
• Kecacatan              besar, menabung,              kesehatan/gizi,            asuransi,    reasuransi
• Menjadi tua            arisan, penggunaan            kebijakan asuransi         kesehatan, kecelakaan,
• Kecelakaan, sakit      asset yang dimiliki,          sosial wajib bidang        kecacatan, kematian,
   (terkena HIV/AIDS)    mengutang, dana               kesehatan, hari tua,       tabungan hari tua
• Kelaparan, anak        kematian                      kecacatan, kematian,
   mengalami gizi                                      asuransi mikro,
   buruk                                               bantuan sosial,
• Kematian                                             perlindungan anak

Ekonomi                  Peragaman mata                Kebijakan makro yang       Investasi swasta untuk
• Tidak bisa bekerja     pencaharian, dukungan         berkeadilan, perluasan     perluasan lapangan
• Tidak memperoleh       keluarga besar, kiriman       kesempatan usaha,          kerja, asuransi dan
  pekerjaan              uang keluarga, pekerja        kebijakan pasar kerja,     reasuransi pertanian,
• PHK                    anak, penjualan asset,        pendidikan dan             peternakan, pelayanan
• Pendapatan rendah      mengutang,                    pelatihan, dana sosial     perbankan, kredit
• Harga sembako naik     menghemat                                                mikro, pelatihan dan
• Krisis ekonomi         pengeluaran, migrasi                                     perekrutan kerja

Lingkungan               Migrasi, aksi                 Kebijakan lingkungan,      Asuransi dan
• Banjir                 komunitas, bantuan            investasi infrastruktur,   reasuransi
• Kekeringan             keluarga besar,               pencegahan dan             pertanian/peternakan,
• Kebakaran              penggunaan asset              mitigasi bencana,          asuransi kebencanaan
• Gempa bumi,                                          bantuan sosial bencana
  longsor

Tata Kepemerintahan      Penguatan jaringan            Promosi good               Penguatan (dana,
(governance) dan         sosial (perkawinan,           governance, kebijakan      SDM), good corporate
Sosial                   keagamaan, barter,            anti-diskriminasi, dan     governance yang
• Diskriminasi dan       kekerabatan),                 anti-korupsi, kampanye     menjamin pelayanan
   ekslusivisme          penguatan kelompok            informasi publik,          dan kesempatan kerja
• Ketidakefektifan       warga, migrasi                penguatan (dana,           yang adil tanpa
   dan mismanajemen                                    SDM) organisasi            memandang ras,
   organisassi sosial                                  sosial, perluasan akses    jender, usia, afiliasi
• Korupsi                                              keamanan dan               politik
• Kehilangan                                           keadilan, penguatan
   status/modal sosial                                 kontrol sosial
• Kejahatan,




                                                   9
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                                   habibullah792002@yahoo.com


  kekerasan dan
  kerusuhan sosial
• Ketidakstabilan
  politik




Tiga tujuan utama perlindungan sosial:
   1. Mencegah resiko yang dialami manusia sehingga terhindar dari kesengsaraan
        yang parah dan berkepanjangan
   2. Meningkatkan kemampuan kelompok-kelompok rentan dalam menghadapi
        dan keluar dari kemiskinan, kesengsaraan dan ketidaksamaan sosial-ekonomi
   3. Memungkinkan kelompok-kelompok miskin untuk memiliki standar hidup
        yang bermartabat sehinggga kemiskinan tidak diwariskan dari satu generasi ke
        generasi lainnya.

Perlindungan sosial mencakup lima elemen utama, yakni pasar tenaga kerja, asuransi
sosial, bantuan sosial, skema mikro berbasis komunitas serta perlindungan anak
(ADB, 2009).

         Tabel 4. Kelebihan dan Kekurangan Mekanisme Perlindungan Sosial

 MEKANISME                       KELEBIHAN                              KEKURANGAN
Berbasis publik:     • Menjamin aksesibilitas dan              • Kurang sejalan dengan kebutuhan
Pemerintah pusat       portabilitas yang konsisten dan           lokal, karena rendahnya
                       berkeadilan secara nasional               pemahaman dan pengetahuan
                     • Memungkinkan subsidi silang daerah        tentang situasi lokal
                       kaya ke daerah miskin                   • Memerlukan waktu panjang untuk
                     • Dapat dimonitor, dievaluasi dan           merancang dan menerapkan
                       dibandingkan secara nasional              program
                     • Setiap sektor (pendidikan, kesehatan,   • Seringkali mengalami masalah in-
                       perumahan, tenaga kerja, pendanaan)       efisiensi terkait bad governance
                       dapat terkoordinasi                       dan korupsi
Berbasis publik:     • Responsif      terhadap    kelompok-    • Kurang menjamin portabilitas dan
Pemerintah lokal       kelompok rentan dalam wilayah             universalitas pelayanan
                       komunitas lokal                         • Kurang sesuai dengan “law of the
                     • Biaya relatif rendah, karena lokasi       large numbers” sehingga kurang
                       dan cakupan relatif terjangkau            mampu dana dan merespon
                     • Mampu        menerapkan      program      berbagai resiko
                       melalui infrastruktur yang ada          • Daerah yang memiliki sumber
                                                                 daya kecil kurang mampu
                                                                 menjalankan dan
                                                                 mengembangkan program
                                                               • SDM yang kurang kompeten
Berbasis pasar:      • Lebih efisien                           • Tidak melayani kelompok miskin,
Sektor swasta        • Ideal untuk melayani warga kaya dan       karena tingginya biaya dan
atau dunia usaha       kelas menengah (asuransi komersial)       rendahnya keuntungan
                     • Berkelanjutan                           • Tidak tersebar merata di setiap



                                                10
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                                habibullah792002@yahoo.com


                                                             daerah
                                                           • Manakala terjadi krisis atau
                                                             malpraktik,     masyarakat      dan
                                                             pemerintah      seringkali     harus
                                                             menanggung akibatnya
Berbasis          • Biaya relatif murah                    • Kurang sesuai prinsip
masyarakat:       • Sesuai dengan kebutuhan dan              universalitas dan portabilitas
LSM atau            kemampuan komunitas                    • Program dan pendanaan sporadis,
lembaga amal                                                 tidak efektif dan tidak
                  • Cepat    dan      fleksibel    dalam     berkelanjutan
                    implementasinya                        • Pemberian pelayanan kurang
                  • Melibatkan partisipasi luas              efisien dan tidak terkoordinasi
                                                           • Sistem monitoring, evaluasi, audit
                                                             dan akuntabilitas kurang jelas

Sistem            • Memadukan kekuatan berbagai            • Dalam praktiknya tidak mudah
Campuran:           skema                                    dilakukan, karena harus
Mixed  delivery   • Memadukan kebijakan nasional dan         menggabungkan beragam sistem
system              lokal, standar nasional dan            • Seringkali mahal karena
                    kebutuhan lokal terpenuhi                melibatkan seluruh lembaga
                  • Memungkinkan terjadinya subsidi          penyedia
                    silang antar wilayah dan sektor        • Menciptakan kompetisi,
                                                             ketimbang koordinasi, diantara
                                                             lembaga penyedia

Pembangunan dan Jaminan Kesehatan
Setiap manusia, kaya maupun miskin, hidup di negara maju maupun berkembang
senantiasa dihadapkan pada resiko yang mengancam kehidupan setiap saat. Jaminan
sosial (social security) adalah intervensi melembaga yang dirancang oleh pemeritah
maupun sektor swasta untuk melindungi masyarakat dari berbagai resiko yang timbul
dari dirinya (kecelakaan, sakit, meninggal dunia) maupun dari lingkungannya (PHK,
bencana alam, bencana sosial).

Jaminan sosial terdiri dari bantuan sosial (social assistance) dan asuransi sosial.
Diantara berbagai bentuk jaminan sosial, jaminan kesehatan merupakan sistem yang
telah berdiri sejak lama dan sangat diperlukan oleh masyarakat. Jaminan kesehatan
merupakan pendorong pembangunan dan strategi penting penanggulangan
kemiskinan.

Sistem jaminan kesehatan di Indonesia pada intinya menggabungkan pendekatan
market-driven dan state controlled. Sedikitnya ada tujuh skema jaminan kesehatan di
Indonesia yaitu:
1) Askes (asuransi kesehatan), skema asuaransi kesehatan yang diwajibakan bagi
    PNS
2) Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), skema asuransi sosial bagi tenaga kerja
    sektor formal swasta yang dikelola oleh PT. Jamsostek. Mencakup empat
    program yaitu: kecelakaan kerja, kematian, dana pensiun dan kesehatan




                                              11
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                                habibullah792002@yahoo.com


3) Asabri (Asuransi Sosial ABRI), skema asuaransi sosial bagi anggota ABRI dan
   kepolisian. Skema yang mirip dana pendamping ini mencakup pesangon dan
   pensiun hari tua, namun peserta juga memiliki akses terhadap RS milik angkatan
   bersenjata
4) JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat), skema asuransi komersial
   yang dioperasionalkan oleh pemerintah
5) Askeskin ( Asuransi Kesehatan untuk Keluarga Miskin), skema kartu kesehatan
   yang diterapkan sejak tahun 2005 menggantikan Kartu Sehat yag diberikan bagi
   orang miskin sebagai bagian dari program JPS. Sejak tahun 2008, Program
   Askeskin berubah menjadi Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat)
6) Dana Sehat, skema jaminan kesehatan berbasis komunitas yang beroperasi
   berdasarkan sistem pendanaan mikro dan inisiatif lokal, seperti dana masyarakat.
7) Asuransi kesehatan komersial yang diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan
   swasta bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah keatas.


                      Tabel 5. Model-Model Jaminan Kesehatan

       TIPE                   KAREKTERISTIK UTAMA                               NEGARA
                                                                              PENGANUT
Model Beveridge       •   Skema jaminan kesehatan berbasis pajak         Inggris, Spanyol,
                      •   Kepesertaan bersifat wajib, premi dibayar      sebagian besar
                          pemerintah                                     Skandinavia,
                      •   Fasilitas, tenaga dan perawatan kesehatan      Hongkong, Kuba
                          disediakan dan dibiayai pemerintah
                      •   Negara sebagai sole payer menentukan jenis
                          dan harga pelayanan kesehatan
Model Bismarck        •   Skema jaminan kesehatan berbasis               Jerman, Perancis,
                          kontribusi                                     Belgia, Belanda,
                      •   Kepesertaan bersifat wajib, namun hanya        Jepang, Swiss dalam
                          premi orang miskin yang ditanggung             tingkat tertentu AS dan
                          pemerintah                                     Amerika Latin
                      •   Fasilitas, tenaga dan perawatan kesehatan
                          sebagian besar disediakan dan dikelola
                          swasta
                      •   Tidak menggunakan sistem pembayar
                          tunggal

Model Asuransi        •   Gabungan Model Beveridge dan Bismarck          Korea, Kanada, Taiwan
Kesehatan Nasional    •   Kepesertaan bersifat wajib
                      •   Penyedia pelayanan adalah pihak swasta,
                          namun pembayaran klaim didanai
                          pemerintah melalui program asuransi
                          nasional
                      •   Menggunakan sistem pembayar tunggal

Model Biaya Sendiri   •   Skema jaminan kesehatan berbasis               India, China sebagian
                          kontribusi                                     besar negara di Afrika,
                      •   Kepersertaan secara normatif bersifat wajib,   dan Amerika Selatan.



                                              12
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                              habibullah792002@yahoo.com


                        namun kenyataannya tidak jelas dan             Dalam praktiknya
                        fragmanted                                     jaminan kesehatan di
                    •   Fasilitas dan pelayanan kesehatan disediakan   Indonesia cenderung
                        oleh pemerintah dan swasta, namun sistem       seperti model ini.
                        pembiayaan didominasi mekanisme
                        pembayaran tunai
                    •   Manajemen sumber dana dan pembayaran
                        kurang terkoordinasi

Dalam praktiknya model jaminan kesehatan di Indonesia masih didominasi oleh
model biaya sendiri, tetapi berdasarkan UU SJSN, sistem jaminan kesehatan di
Indonesia sedang mengarah kepada model Asuransi Kesehatan Nasional. Lebih
cocoknya model jaminan kesehatan di Indonesia bersifat “gado-gado” yang
mengandung dan mencampuradukan berbagai elemen dari empat sistem jaminan
kesehatan model Beveridge, Bismarck, NHI dan biaya sendiri.

Apabila menunjuk pada tunjangan pensiun, model Indonesia mirip Inggris dan Kuba.
Perawatan kesehatan bagi PNS, Indonesia seperti Kanada atau Taiwan. Merujuk pada
pekerja yang mengikuti Jamsostek, Indonesia seperti Jerman atau Amerika Latin.
Namun jika melihat 60% populasi yang belum memiliki asuransi kesehatan,
Indonesia tidak berbeda dengan Kamboja, Burkina Faso atau India. Artinya sebagian
besar warga negara Indonesia harus membayar sendiri biaya kesehatan jika sakit.

Tingginya jumlah penduduk Indonesia yang tidak tercakup jaminan kesehatan
menunjukkan model gado-gado dan terutama biaya sendiri sangat menyulitkan
kalangan miskin dan pekerja sektor informal yang berpendaptan rendah serta tidak
menentu. Karena sistem bantuan sosial dari pemerintah juga cenderung masih ad-hoc,
kecil dan tidak pasti, maka lengkaplah sudah penderitaan kelompok rentan ini.

Model Universal
Setiap sistem memiliki tujuan yang berbeda, namun terdapat aspek umum yang ingin
dicapai oleh sebuah sistem pendanaan kesehatan, yakni: 1). Memperoleh dana yang
cukup, meningkatkan efisiensi atau mengurangi biaya, 2). Mengurangi resiko
finansial dalam memperoleh perawatan kesehatan, 3). Menjamin agar biaya
perawatan kesehatan tidak menghambat orang dalam memperoleh pelayanan
kesehatan yang diperlukan.

Skema jaminan kesehatan yang universal harus memiliki lima elemen, yaitu:
1) Paket intervensi kesehatan yang terdiri dari perawatan kesehatan dan pelayanan
   kesehatan publik yang merata.
2) Tingkat kualitas pelayanan kesehatan yang memadai atau dapat diterima yang
   bisa dilihat dari intervensi kesehatan yang jelas (terukur) dan penyedia pelayanan
   terakreditasi
3) Jadwal atau waktu yang tepat dimana pelayanan kesehatan dapat diberikan secara
   tepat
4) Tingkat pembayaran bersama dan penjaminan bersama


                                           13
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                              habibullah792002@yahoo.com


5) Pelayanan kesehatan yang memiliki tingkat kerahasian, privasi, partisipasi dan
   hak-hak pasien tertentu.




             Tabel 6. Jaminan Kesehatan Universal dan Pendanaannya

    SKEMA           SASARAN UTAMA                  LEMBAGA                STRATEGI DAN
                                                  PELAKSANA                   SUMBER
                                                                           PENDANAAN
Bantuan Sosial    • Kelompok miskin tidak       Kementerian Sosial    •    Berbasis pajak
                    potensial (Orang dengan                           •    State controled
                    kecacatan,          Jompo                         •    APBN
                    telantar)                                         •    APBD
                  • Kelompok rentan (ibu
                    dan anak dari keluarga
                    miskin)
Asuransi Sosial   • Kelompok tidak miskin       Badan                 •    Berbasis kontribusi
                    (pekerja formal, PNS,       Penyelenggara         •    Market driven
                    Polri)                      Jaminan      Sosial   •    Premi/iuran pekerja,
                  • Pekerja miskin potensial    (BPJS)                     majikan          dan
                    (pekerja sektor informal)                              pemerintah
                                                                      •    Hasil investasi


Opsi Kebijakan
1) Mengamandemen Undang-Undang No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
   Sosial Nasional karena penyelenggaraan jaminan sosial yang dilakukan oleh
   beberapa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang ada merupakan
   pemburu rente ekonomi sehingga perlu dilebur menjadi 1 BPJS yang menerapkan
   prinsip universalitas seperti kepesertaan bersifat wajib, nirlaba, portabilitas,
   transparan dn akuntabel.
2) Menindaklanjuti Undang-Undang No 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan
   Sosial, menyangkut aspek kesehatan, program Jamkesmas apabila masih
   menganut sistem seperti saat ini yaitu berbasis bantuan sosial semestinya
   diserahkan Kemensos. Namun jika dirubah sistemnya menjadi berbasis asuransi
   sosial maka harus diserahkan ke BPJS. Skema Askesos yang beroperasi sekarang
   tepat berada dalam payung konsep perlindungan sosial mikro dan berbasis
   komunitas agar masyarakat tidak bingung dengan “penamaan” asuaransi maka
   sebaiknya dirubah menjadi Asuransi Mikro Kesejahteraan Sosial
   (Asmikes/AMKS) atau Bantuan Kesejahteraan Sosial (Bankesos atau BKS).
3) Memperbesar Anggaran Kesehatan, memperkuat visi dan komitmen pemerintah
   terhadap pendanaan kesehatan yang lebih besar lagi 5-10% dari GDP.




                                           14
Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia
                                                          habibullah792002@yahoo.com


4) Menetapkan peran Pemda; pengembangan program jaminan kesehatan tambahan
   atau komplemen, pendanaan masyarakat miskin atau hampir miskin, pemenuhan
   biaya selisih harga di luar jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan, bantuan
   biaya transportasi, bantuan biaya penginapan, penanggulangan kekurangan dana
   operasional Puskesmas




                                       15

More Related Content

What's hot

Perubahan sosial-Bentuk bentuk perubahan sosial
Perubahan sosial-Bentuk bentuk perubahan sosialPerubahan sosial-Bentuk bentuk perubahan sosial
Perubahan sosial-Bentuk bentuk perubahan sosialBayu Pangestu
 
Teori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalTeori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalNovri To Day
 
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desaMakalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desaSeptian Muna Barakati
 
Pekerjaan sosial internasional class 1
Pekerjaan sosial internasional class 1Pekerjaan sosial internasional class 1
Pekerjaan sosial internasional class 1HIMA KS FISIP UNPAD
 
Perubahan sosial dalam masyarakat pedesaan
Perubahan sosial dalam masyarakat pedesaanPerubahan sosial dalam masyarakat pedesaan
Perubahan sosial dalam masyarakat pedesaanVeronica Silalahi II
 
Mewujudkan inklusi sosial program peduli
Mewujudkan inklusi sosial program peduliMewujudkan inklusi sosial program peduli
Mewujudkan inklusi sosial program pedulisroyat
 
Presentasi anak jalanan
Presentasi anak jalananPresentasi anak jalanan
Presentasi anak jalananAstana Maulana
 
Pembangunan berkelanjutan-fd
Pembangunan berkelanjutan-fdPembangunan berkelanjutan-fd
Pembangunan berkelanjutan-fdFrans Dione
 
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya PariwisataPPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya PariwisataDoris Agusnita
 
Kependudukan
KependudukanKependudukan
KependudukanWanjuve
 
Diferensiasi dan Stratifikasi Sosial
Diferensiasi dan Stratifikasi SosialDiferensiasi dan Stratifikasi Sosial
Diferensiasi dan Stratifikasi SosialAldi Gozali
 
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode StoretPenentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode StoretYahya M Aji
 
Tanyajawab pemberdayaan
Tanyajawab pemberdayaanTanyajawab pemberdayaan
Tanyajawab pemberdayaanHadi Purwanto
 
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaPerubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaDwi Halimasari
 
Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Sosialisasi dan Pembentukan KepribadianSosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Sosialisasi dan Pembentukan KepribadianSam Michael
 

What's hot (20)

Pengarusutamaan Gender (PUG) Dalam Pembangunan
Pengarusutamaan Gender (PUG) Dalam PembangunanPengarusutamaan Gender (PUG) Dalam Pembangunan
Pengarusutamaan Gender (PUG) Dalam Pembangunan
 
Perubahan sosial-Bentuk bentuk perubahan sosial
Perubahan sosial-Bentuk bentuk perubahan sosialPerubahan sosial-Bentuk bentuk perubahan sosial
Perubahan sosial-Bentuk bentuk perubahan sosial
 
1. perubahan sosial
1. perubahan sosial1. perubahan sosial
1. perubahan sosial
 
Teori struktural fungsional
Teori struktural fungsionalTeori struktural fungsional
Teori struktural fungsional
 
PPT MIGRASI PENDUDUK
PPT MIGRASI PENDUDUKPPT MIGRASI PENDUDUK
PPT MIGRASI PENDUDUK
 
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desaMakalah pemberdayaan masyarakat desa
Makalah pemberdayaan masyarakat desa
 
Pekerjaan sosial internasional class 1
Pekerjaan sosial internasional class 1Pekerjaan sosial internasional class 1
Pekerjaan sosial internasional class 1
 
Perubahan sosial dalam masyarakat pedesaan
Perubahan sosial dalam masyarakat pedesaanPerubahan sosial dalam masyarakat pedesaan
Perubahan sosial dalam masyarakat pedesaan
 
Mewujudkan inklusi sosial program peduli
Mewujudkan inklusi sosial program peduliMewujudkan inklusi sosial program peduli
Mewujudkan inklusi sosial program peduli
 
Presentasi anak jalanan
Presentasi anak jalananPresentasi anak jalanan
Presentasi anak jalanan
 
Pembangunan berkelanjutan-fd
Pembangunan berkelanjutan-fdPembangunan berkelanjutan-fd
Pembangunan berkelanjutan-fd
 
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya PariwisataPPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
PPT Potensi dan Pengelolaan Sumber Daya Pariwisata
 
Kependudukan
KependudukanKependudukan
Kependudukan
 
Diferensiasi dan Stratifikasi Sosial
Diferensiasi dan Stratifikasi SosialDiferensiasi dan Stratifikasi Sosial
Diferensiasi dan Stratifikasi Sosial
 
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode StoretPenentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet
Penentuan Status Mutu Air dengan Metode Storet
 
Dinamika sosial
Dinamika sosialDinamika sosial
Dinamika sosial
 
Tanyajawab pemberdayaan
Tanyajawab pemberdayaanTanyajawab pemberdayaan
Tanyajawab pemberdayaan
 
Perubahan sosial budaya
Perubahan sosial budayaPerubahan sosial budaya
Perubahan sosial budaya
 
Globalisasi ppt
Globalisasi pptGlobalisasi ppt
Globalisasi ppt
 
Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Sosialisasi dan Pembentukan KepribadianSosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
 

Similar to Kemiskinan dan Perlindungan Sosial

adoc.pub_pekerjaan-sosial-jilid-3.pdf
adoc.pub_pekerjaan-sosial-jilid-3.pdfadoc.pub_pekerjaan-sosial-jilid-3.pdf
adoc.pub_pekerjaan-sosial-jilid-3.pdfRachmadZikriAbadi
 
Makalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di IndonesiaMakalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di Indonesiadena sundari alief
 
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docxMakalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docxByOneNet
 
Pengantar dan latar belakang perkembangan praktik peksos dengan kemiskinan.pptx
Pengantar dan latar belakang perkembangan praktik peksos dengan kemiskinan.pptxPengantar dan latar belakang perkembangan praktik peksos dengan kemiskinan.pptx
Pengantar dan latar belakang perkembangan praktik peksos dengan kemiskinan.pptxRadityoHadiUtomo
 
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...Vinny Ariva
 
Kemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur IndonesiaKemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur IndonesiaAnisa Fatmawati
 
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata   Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata Perpus Maya
 
07.1 kemiskinan di indonesia
07.1 kemiskinan di indonesia07.1 kemiskinan di indonesia
07.1 kemiskinan di indonesiasindu_57
 
Makalah dasar pancasila
Makalah dasar pancasilaMakalah dasar pancasila
Makalah dasar pancasilajoylanda
 
Penduduk dan sumber daya manusia , dasar ilmu sosial
Penduduk dan sumber daya manusia , dasar ilmu sosialPenduduk dan sumber daya manusia , dasar ilmu sosial
Penduduk dan sumber daya manusia , dasar ilmu sosialfaisalhasan48
 
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummitPaparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummitKurniawan Saputra
 
KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdf
KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdfKELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdf
KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdfAntonRey5
 
Pertemuan ke 2 - definisi studi dan praktek kebijakan sosial
Pertemuan ke 2 - definisi studi dan praktek kebijakan sosialPertemuan ke 2 - definisi studi dan praktek kebijakan sosial
Pertemuan ke 2 - definisi studi dan praktek kebijakan sosialUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
 

Similar to Kemiskinan dan Perlindungan Sosial (20)

Strategi pemberdayaan pn_pm-libre
Strategi pemberdayaan pn_pm-libreStrategi pemberdayaan pn_pm-libre
Strategi pemberdayaan pn_pm-libre
 
adoc.pub_pekerjaan-sosial-jilid-3.pdf
adoc.pub_pekerjaan-sosial-jilid-3.pdfadoc.pub_pekerjaan-sosial-jilid-3.pdf
adoc.pub_pekerjaan-sosial-jilid-3.pdf
 
Makalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di IndonesiaMakalah kemiskinan di Indonesia
Makalah kemiskinan di Indonesia
 
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docxMakalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
Makalah Dampak Kemiskinan IPAS.docx
 
sosiologi pembangunan
sosiologi pembangunansosiologi pembangunan
sosiologi pembangunan
 
Garis kemiskinan
Garis kemiskinanGaris kemiskinan
Garis kemiskinan
 
Jurnal kependudukan di indonesia
Jurnal kependudukan di indonesiaJurnal kependudukan di indonesia
Jurnal kependudukan di indonesia
 
Jurnal kependudukan di indonesia
Jurnal kependudukan di indonesiaJurnal kependudukan di indonesia
Jurnal kependudukan di indonesia
 
Pengantar dan latar belakang perkembangan praktik peksos dengan kemiskinan.pptx
Pengantar dan latar belakang perkembangan praktik peksos dengan kemiskinan.pptxPengantar dan latar belakang perkembangan praktik peksos dengan kemiskinan.pptx
Pengantar dan latar belakang perkembangan praktik peksos dengan kemiskinan.pptx
 
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
 
Kemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur IndonesiaKemiskinan Kawasan Timur Indonesia
Kemiskinan Kawasan Timur Indonesia
 
Makalah_55 Kemiskinan desa dan kota (timeseries)
Makalah_55 Kemiskinan desa dan kota (timeseries)Makalah_55 Kemiskinan desa dan kota (timeseries)
Makalah_55 Kemiskinan desa dan kota (timeseries)
 
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata   Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
Program Penanggulangan Kemiskinan - Andika Azzi Djannata
 
07.1 kemiskinan di indonesia
07.1 kemiskinan di indonesia07.1 kemiskinan di indonesia
07.1 kemiskinan di indonesia
 
Makalah dasar pancasila
Makalah dasar pancasilaMakalah dasar pancasila
Makalah dasar pancasila
 
Penduduk dan sumber daya manusia , dasar ilmu sosial
Penduduk dan sumber daya manusia , dasar ilmu sosialPenduduk dan sumber daya manusia , dasar ilmu sosial
Penduduk dan sumber daya manusia , dasar ilmu sosial
 
Kebijakan sosiallembang2006
Kebijakan sosiallembang2006Kebijakan sosiallembang2006
Kebijakan sosiallembang2006
 
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummitPaparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
Paparan Wamen PPN Bappenas - RBSummit
 
KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdf
KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdfKELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdf
KELOMPOK 7 (EKONOMI PEMBANGUNAN).pdf
 
Pertemuan ke 2 - definisi studi dan praktek kebijakan sosial
Pertemuan ke 2 - definisi studi dan praktek kebijakan sosialPertemuan ke 2 - definisi studi dan praktek kebijakan sosial
Pertemuan ke 2 - definisi studi dan praktek kebijakan sosial
 

More from Habibullah

Peran pendamping pkh
Peran pendamping pkhPeran pendamping pkh
Peran pendamping pkhHabibullah
 
Jurusan Sosiatri, "Hidup" Tak Banyak Tahu dan "Mati" Jangan Dulu
Jurusan Sosiatri, "Hidup" Tak Banyak Tahu dan "Mati" Jangan DuluJurusan Sosiatri, "Hidup" Tak Banyak Tahu dan "Mati" Jangan Dulu
Jurusan Sosiatri, "Hidup" Tak Banyak Tahu dan "Mati" Jangan DuluHabibullah
 
Penerimaan SP 1 STKS
Penerimaan SP 1 STKSPenerimaan SP 1 STKS
Penerimaan SP 1 STKSHabibullah
 
Penerimaan D IV STKS
Penerimaan D IV STKSPenerimaan D IV STKS
Penerimaan D IV STKSHabibullah
 
Hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri gelandangan dan pengemis ...
Hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri gelandangan dan pengemis ...Hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri gelandangan dan pengemis ...
Hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri gelandangan dan pengemis ...Habibullah
 
Sebaran masyarakat miskin dan program bantuan langsung tunai (blt) di kecamat...
Sebaran masyarakat miskin dan program bantuan langsung tunai (blt) di kecamat...Sebaran masyarakat miskin dan program bantuan langsung tunai (blt) di kecamat...
Sebaran masyarakat miskin dan program bantuan langsung tunai (blt) di kecamat...Habibullah
 
Tipologi pengamen jogja_jurnal kessos edisi i_2008
Tipologi pengamen jogja_jurnal kessos edisi i_2008Tipologi pengamen jogja_jurnal kessos edisi i_2008
Tipologi pengamen jogja_jurnal kessos edisi i_2008Habibullah
 
Program community development Pertamina Sebagai Wujud CSR
Program community development Pertamina Sebagai Wujud CSRProgram community development Pertamina Sebagai Wujud CSR
Program community development Pertamina Sebagai Wujud CSRHabibullah
 
Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008
Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008
Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008Habibullah
 
Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008
Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008
Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008Habibullah
 
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas LokalJaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas LokalHabibullah
 
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat Desa
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat DesaPemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat Desa
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat DesaHabibullah
 

More from Habibullah (12)

Peran pendamping pkh
Peran pendamping pkhPeran pendamping pkh
Peran pendamping pkh
 
Jurusan Sosiatri, "Hidup" Tak Banyak Tahu dan "Mati" Jangan Dulu
Jurusan Sosiatri, "Hidup" Tak Banyak Tahu dan "Mati" Jangan DuluJurusan Sosiatri, "Hidup" Tak Banyak Tahu dan "Mati" Jangan Dulu
Jurusan Sosiatri, "Hidup" Tak Banyak Tahu dan "Mati" Jangan Dulu
 
Penerimaan SP 1 STKS
Penerimaan SP 1 STKSPenerimaan SP 1 STKS
Penerimaan SP 1 STKS
 
Penerimaan D IV STKS
Penerimaan D IV STKSPenerimaan D IV STKS
Penerimaan D IV STKS
 
Hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri gelandangan dan pengemis ...
Hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri gelandangan dan pengemis ...Hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri gelandangan dan pengemis ...
Hubungan antara konsep diri dengan penyesuaian diri gelandangan dan pengemis ...
 
Sebaran masyarakat miskin dan program bantuan langsung tunai (blt) di kecamat...
Sebaran masyarakat miskin dan program bantuan langsung tunai (blt) di kecamat...Sebaran masyarakat miskin dan program bantuan langsung tunai (blt) di kecamat...
Sebaran masyarakat miskin dan program bantuan langsung tunai (blt) di kecamat...
 
Tipologi pengamen jogja_jurnal kessos edisi i_2008
Tipologi pengamen jogja_jurnal kessos edisi i_2008Tipologi pengamen jogja_jurnal kessos edisi i_2008
Tipologi pengamen jogja_jurnal kessos edisi i_2008
 
Program community development Pertamina Sebagai Wujud CSR
Program community development Pertamina Sebagai Wujud CSRProgram community development Pertamina Sebagai Wujud CSR
Program community development Pertamina Sebagai Wujud CSR
 
Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008
Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008
Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008
 
Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008
Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008
Pkh majalah informasi kessos edisi i_2008
 
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas LokalJaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
Jaminan Sosial Berbasis Komunitas Lokal
 
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat Desa
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat DesaPemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat Desa
Pemanfataan Lahan Sebagai Upaya Pembangunan Masyarakat Desa
 

Kemiskinan dan Perlindungan Sosial

  • 1. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia (Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan)1 Oleh: Habibullah, S.Sos, M.Kesos2 Pengantar Pertama-tama, saya beri apresiasi terhadap penulis Bapak Edi Suharto, Ph.D atas sumbangan pemikiran beliau baik yang dituangkan melalui buku ataupun website:http://www.policy.hu/suharto. Buku-buku: Kebijakan Sosial sebagai kebijakan publik (Bandung: Alfabeta, 2008 edisi kedua), Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial (Bandung, 2008 edisi keempat), Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial (Bandung: Refika Aditama, 2006 edisi kedua). Ketiga buku tersebut, semasa saya kuliah merupakan referensi utama dalam menulis tesis terutama yang terkait dengan kesejahteraan sosial sehingga ada teman ketika bimbingan penulisan tesis pada seorang dosen menyatakan bahwa disuruh nyari referensi lain selain Edi Suharto, Ph.D dan Prof. Isbandi Adi Rukminto, Ph.D. Hal tersebut disebabkan masih kurangnya referensi yang berkaitan dengan ilmu kesejahteraan sosial dan pembangunan sosial yang mampu memberikan referensi yang mudah dipahami. Dan tulisan-tulisan Bapak Edi Suharto, Ph.D merupakan satu diantara referensi yang mudah dipahami dan cukup “membumi” bagi ranah ilmu kesejahteraan sosial terutama yang berkaitan dengan kebijakan sosial. Buku yang saya bedah ini, sangat bermanfaat bagi referensi untuk penelitian- penelitian yang akan dilakukan oleh Puslitbang Kesos kedepan seperti penelitian yang mengambil tema-tema kemiskinan, perlindungan dan jaminan sosial maupun sebagai referensi untuk penulisan policy papers (naskah kebijakan) karena buku ini dikembangkan dari dua policy papers yaitu Proyek Perlindungan Sosial Bagi Orang Dengan Kemampuan Khusus (ODKK) Menkokesra dan Naskah Kebijakan The Hatta Project kerjasama Perkumpulan Prakarsa dan The Asia Foundation. Buku ini terdiri dari dua bagian. Bagian satu, yang terdiri dari 5 bab, membahas beberapa topik yang menyangkut dimensi kemiskinan, pendekatan berbasis hak, kebijakan publik, serta konsep dan beberapa contoh skema perlindungan sosial. Bagian ini merupakan fondasi untuk memahami mozaik dan isu-isu perlindungan sosial, khususnya jaminan sosial bidang kesehatan, yang diurai oleh 6 bab pada Bagian dua. Bagian Dua pada intinya mendiskusikan korelasi antara pembangunan dan jaminan kesehatan di Indonesia saat ini. Model-model jaminan kesehatan dibeberapa negara maju dan berkembang juga dibahas untuk dijadikan pelajaran dan 1 Disampaikan pada Bedah Buku Kemiskinan dan Perlindungan Sosial di Indonesia Menggagas Model Perlindungan Sosial Universal Bidang Kesehatan Karya Edi Suharto Penerbit Alfabeta tahun 2009 di Puslitbang Kesos pada tanggal 1 November 2011 2 Peneliti Pertama Puslitbang Kesos Kementerian Sosial RI, Alumni Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (Sosiatri) Fisipol UGM (S1) dan Program Magister Ilmu Kesejahteraan Sosial Fisip UI (S2) 1
  • 2. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com basis dalam menggagas model pembiayaan jaminan kesehatan universal yang berkeadilan berkelanjutan. Bab terakhir dari buku ini mengajukan strategi dan rekomendasi model jaminan kesehatan alternatif yang progresif dan insklusif, seraya tetap memperhatikan faktor ekonomi dan sosio kultural Indonesia. Buku ini juga dilengkapi juga dengan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-Undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Kemiskinan Kemiskinan merupakan masalah sosial bersifat global. Artinya kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia. Pesan yang disampaikan penulis bahwa kemiskinan tidak hanya melanda negara- negara miskin akan tetapi negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, Jepang, Australia juga terdapat masyarakat miskin meskipun prosentasenya jauh lebih sedikit dibanding dengan negara miskin. Kemiskinan mempunyai banyak definisi namun penulis lebih merujuk pada pendapat Piven dan Cloward (1993) dan Swanson (2001) menunjukkan bahwa kemiskinan berhubungan dengan kekurangan materi, rendahnya penghasilan dan adanya kebutuhan sosial. Penulis juga merujuk pada hasil studi SMERU yang menunjukkan sembilan kreteria yang menandai kemiskinan: 1) Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan papan). 2) Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental 3) Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita korban tindak kekerasaan rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil) 4) Rendahnya kualitas sumber daya manusia (buta huruf, rendahnya pendidikan dan keterampilan, sakit-sakitan) dan keterbatasan sumber alam ( tanah tidak subur, lokasi terpencil, ketiadaan infrastruktur jalan, listrik air) 5) Kerentanan terhadap gonjangan yang bersifat individu (rendahnya pendapatan dan asset) maupun massal (rendahnya modal sosial, ketiadaan fasilitas umum) 6) Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang memadai dan berkesinambungan 7) Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi) 8) Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga atau tidak adanya perlindungan sosial dari negara dan masyarakat. 9) Keterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat. Empat faktor penyebab kemiskinan: 1). Individual, 2). Sosial, 3). Kultural dan Struktural. Dengan menggunakan persfektif yang lebih luas, penulis mengutip pendapat David Cox (2004:1-6) yang membagi kemiskinan ke dalam beberapa dimensi: 1). Kemiskinan yang diakibatkan globalisasi, 2). Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan, 3). Kemiskinan Sosial, 4). Kemiskinan konsekuensial. 2
  • 3. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com Penulis juga mengungkap potret kemiskinan di Indonesia dengan menyajikan data kemiskinan yang dikeluarkan oleh INDEF tahun 2009 yang memproyeksikan jumlah penduduk miskin mencapai 40 juta (16,8%) sedangkan data BPS pada Maret 2008 menyatakan bahwa penduduk miskin sebanyak 35 juta jiwa (15,4%). Data kemiskinan yang saya punya dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah dan Prosentase Penduduk Miskin (%) (Di bawah garis kemiskinan) Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk (juta orang) Miskin (%) Tahun Kota Desa Kota+ Kota Desa Kota+ Desa Desa 1998 17,60 31,90 49,50 21,92 25,72 24,23 1999 15,64 32,33 47,97 19,41 26,03 23,43 2000 12,30 26,40 38,70 14,6 22,38 19,14 2001 8,60 29,30 37,90 9,76 24,84 18,41 2002 13,30 25,10 38,40 14,46 21,1 18,2 2003 12,20 25,10 37,30 13,57 20,23 17,42 2004 11,40 24,80 36,20 12,13 20,11 16,66 2005 12,40 22,70 35,10 11,68 19,98 15,97 2006 14,49 24,81 39,30 13,47 21,81 17,75 2007 13,56 23,61 37,17 12,52 20,37 16,58 2008 12,77 22,19 34,96 11,65 18,93 15,42 2009 11,91 20,62 32,53 10,72 17,35 14,15 2010 11,10 19,93 31,03 9,87 16,56 13,33 Rata-rata 12,87 25,29 38,16 13,52 21,19 17,75 Sumber : Diolah kembali dari data BPS, 2010 Memang terjadi penurunan jumlah angka kemiskinan dari tahun ke tahun namun penurunan angka kemiskinan tersebut tidak seimbang dengan berbagai program yang dikeluarkan oleh pemerintah. Penurunan angka kemiskinan sejak tahun 2004 terasa lambat mengingat anggaran yang dibenamkan untuk program-program penanggulangan kemiskinan mengalami peningkatan yang signifikan, dari hanya Rp 18 triliun tahun 2004 menjadi sekitar 70 triliun tahun 2008 atau naik hampir empat kali lipat (Basri, Kompas 12 Juli 2010). Secara rinci perbandingan antara jumlah penduduk miskin di Indonesia dengan pembiayaan negara melalui skema APBN pada tahun 2005-2010 pada jenis belanja bantuan sosial dapat dilihat pada tabel 2. 3
  • 4. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com Tabel. 2. Perbandingan Antara Jenis Belanja Bantuan Sosial Pada APBN dengan Jumlah Penduduk Miskin tahun 2005- 2010 Tahun Belanja Bantuan Sosial Jumlah Penduduk Miskin (Rp) 2005 24,9 Trilyun 35,10 Juta Jiwa ( 15,97%) 2006 40,7 Trilyun 39,30 Juta Jiwa ( 17,75%) 2007 49,75 Trilyun 37,17 Juta Jiwa ( 16,58%) 2008 57,7 Trilyun 34,96 Juta Jiwa ( 15,42%) 2009 73,8 Trilyun 32,53 Juta Jiwa ( 14,15%) 2010 71,7 Trilyun 31,03 Juta Jiwa ( 13,33%) Sumber: BPS 2010, Kemenkeu, 2011 (diolah) Pendekatan Berbasis Hak Sebagai Penentu Kreteria dan Indikator Kemiskinan Kreteria dan indikator untuk mengukur kemiskinan masih didominasi pendekatan ekonomi. Sebagian besar pendekatan dalam mengkaji kemiskinan masih berporos pada paradigma neo-liberal dan teori-teori modernisasi yang sangat mengangungkan pertumbuhan ekonomi dan produksi. Pengukuran kemiskinan sangat dipengaruhi oleh persfektif income poverty yang menggunakan pendapatan sebagai satu-satunya indikator garis kemiskinan. Namun pendekatan income poverty menurut Satterthwaite (1997) :1). Kurang memberi perhatian pada dimensi sosial dan bentuk-bentuk kesengsaraan orang miskin, 2). Tidak mempertimbangkan keterlibatan orang miskin dalam menghadapi kemiskinan, 3). Tidak menerangkan faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan. Pendekatan GNP dan Income poverty memiliki kelemahan dalam memotret kemiskinan, sejak tahun 1970-an telah dikembangkan berbagai pendekatan alternatif, diantaranya kombinasi garis kemiskinan dengan distribusi pendapatan (Sen,1973), Social Accounting Matrik (SAM; Pyatt dan Round,1977), Physical Quality of Life Index (PQLI; Morris, 1977) dan UNDP pada tahun 1990-an memperkenalkan pendekatan pembangunan manusia (human development) serta beberapa variannya seperti Indeks Kemiskinan Manusia dan Indeks Pembangunan Gender. Pendekatan Pembangunan manusia relatif lebih komprehensif dan mencakup faktor ekonomi dan sosial orang miskin, memadukan model kebutuhan dasar (basic needs model: Paul Streeten dan konsep kapabilitas (capability; Amartya Zen). Secara garis besar, pengukuran HDI difokuskan pada dimensi yang dipandang paling penting bagi kehidupan manusia, yakni usia hidup, pengetahuan dan standar hidup layak. Baik pendekatan GNP, income poverty maupun pembangunan manusia masih menyimpan kelemahan yaitu masih melihat kemiskinan sebagai persoalan individu dan kurang memperhatikan dimensi struktural. Masih terfokus pada “kondisi” kemiskinan berdasarkan negative outcome indicators, sehingga belum menjangkau 4
  • 5. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com variabel-variabel yang menunjukkan “kekuatan” orang miskin dan dinamika kemiskinannya. Akibatnya, orang miskin hanya dipandang sebagai “orang yang serba tidak memiliki”; tidak memiliki pendapatan tinggi, tidak terdidik, tidak sehat, dsb. Aktor kemiskinan dan sebab-sebab yang mempengaruhinya juga belum tersentuh secara memadai. Si miskin dilihat hanya sebagai “korban pasif” pembangunan. Bukan sebagai manusia (human being) yang memiliki “sesuatu” yang dapat digunakan olehnya, baik dalam mengindentifikasi kondisi kehidupannya, maupun mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya. Pendekatan Berbasis Hak Pendekatan berbasis hak memperhatikan hubungan antara proses-proses makro ekonomi dan strategi-strategi pengurangan kemiskinan yang menekankan pentingnya investasi sosial dalam mencegah dan mengurangi kemiskinan, serta mencapai tujuan- tujuan pembangunan dan keadilan sosial dalam arti luas. Manfaat pendekatan ini sesuai dengan agenda pembangunan nasional maupun internasional yang mengedepankan hak azazi manusia manusia dan Millennium Development Goals(MDGs). Indikator kemiskinan berbasis hak dapat didefinisikan sebagai data statistik yang menunjukkan perubahan (atau konsistensi) pada kondisi kehidupan, termasuk aspek ekonomi, kesehatan, pendidikan dan perilaku orang miskin. Selain itu, data ini juga memperlihatkan sesuatu yang penting bagaimana orang miskin saat ini hidup dan bagaimana sebuah masyarakat (negara-bangsa) menjamin kelangsungan hidup mereka. Perumusan kerangka konseptual yang mantap merupakan langkah awal yang penting dalam merancang kreteria dan indikator kemiskinan. Idealnya kerangka tersebut harus memiliki dasar teoritis maupun empiris, sejalan dengan pemahaman para penggunannya, memperhatikan ketersedian data, serta mampu menunjukkan variabel- variabel yang mempengaruhi kehidupan orang miskin yang dapat mudah diukur. Selain itu, sejarah keragaman budaya dan mozaik sosio-ekonomi Indonesia dengan mesti dipertimbangkan juga dalam merancang kerangka ini. Kerangka konseptual mencangkup parameter mulai dari kerangka kebijakan yang berkaitan dengan hak-hak orang miskin hingga lima jenis indikator yang bisa dikembangkan untuk memotret kemiskinan. 5
  • 6. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com Gambar 1. Kerangka Konseptual Pendekatan Berbasis Hak untuk Mengukur Kemiskinan Hak dasar dan instrumen legal beserta informasi mengenai faktor-faktor yang mempromosikan kehidupan orang miskin plus kebijakan-kebijakan yang ada, tujuan-tujuan dan standar-standar pelayanan yang mendasari lima jenis indikator Tipe 1: Status Kehidupan Orang Miskin (Realisasi hak-hak dan peningkatan kualitas hidup orang miskin) • Economic well-being ( memiliki pendapatan yang cukup dan terpenuhinya kebutuhan dasar secara layak untuk ambil bagian dalam menjalankan berbagai kesempatan dan m • Being healthy (memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik serta dapat hidup sehat) • Staying safe (hidup aman dari segala macam bahaya dan eksploitasi dan mampu memelihara keamanan dirinya) • Enjoying and achieving (hidup bahagia dan dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berguna bagi kehidupannya) • Making positive contribution (kemampuan berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan dan berkontribusi terhadap masyarakat dimana dia hidup) Enabling inputs yang mendukung realisasi hak-hak publik dan kesejahteraan manusia Tipe 2 Tipe 3 Tipe 3 Tipe 4 Lingkungan Lingkungan Akses ke Alokasi keluarga dan tetangga pelayanan sumber publik rumah tangga sekitar dasar pro-poor Sumber: dikembangkan dari Bradswaw dan Mayhew (2003:3) dan Bray dan Dawes (2007:45), Suharto (2009:28) Sementara itu dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin Pasal 1 ayat 1, definisi Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan/atau mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak mempunyai kemampuan memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi kehidupan dirinya dan/atau keluarganya. Kebijakan Publik Kebijakan publik adalah keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang bersifat strategis atau garis besar yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya publik (alam, finansial dan manusia) demi kepentingan rakyat banyak, penduduk masyarakat atau warga negara. 6
  • 7. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com Negara adalah institusi paling absah yang memiliki kewenangan menarik pajak dari rakayat dan karenanya paling berkewajiban menyediakan pelayanan sosial dasar bagi warganya. Memang, negara bukanlah satu-satunya aktor yang dapat menyelenggarakan pelayanan sosial. Masyarakat, dunia usaha da bahkan lembaga- lembaga kemanusian internasional, memiliki peran penting dalam penyelenggaraan pelayanan sosial. Namun, sebagai salah satu bentuk kebijakan sosial dan public goods, pelayanan sosial tidak dapat dan tidak boleh diserahkan begitu saja kepada masyarakat dan pihak swasta. Sebagai lembaga yang memiliki legistimasi publik yang dipilih dan dibiayai oleh rakyat, negara memiliki kewajiban (obligation) dalam memenuhi (to fulfill), melindungi (to protect) dan menghargai (to respect) hak-hak dasar, ekonomi dan budaya warganya. Mandat negara dalam pelayanan sosial lebih kuat dibanding dengan masyarakat atau dunia usaha. Berdasarkan konvensi internasional mandat negara dalam pelayanan sosial bersifat ‘wajib’ sedangkan, mandat masyarakat dan dunia usaha dalam pelayanan bersifat “tanggung jawab” (responsibility). Fokus utama kebijakan publik dalam negara modern adalah pelayanan publik yang merupakan segala bentuk jasa publik yang pada prinsipnyamenjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh negara untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas kehidupan orang banyak. Ada tiga pergeseran paradigma pelayanan publik untuk merespon tantangan global, yaitu: 1. Dari problems based services ke right based services. Pelayanan sosial yang dahulunya diberikan sekedar untuk merespon masalah atau kebutuhan masyarakat, kini diselenggarakan guna memenuhi hak-hak sosial masyarakat sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi nasional dan konvensi internasional. 2. Dari rules based approarches ke outcome oriented approaches. Pendekatan pelayanan publik cenderung bergeser dari yang semata didasari peraturan normatif menjadi pendekatan yang berorientasi kepada hasil. 3. Dari public managemet ke public governance, dari masyarakat hanya dianggap sebagai klien, pelanggan atau sekedar pengguna layanan merupakan bagian dari market contract menjadi masyarakat sebagai warga negara yang merupakan bagian dari social contract. Perlindungan Sosial Di Indonesia, terdapat kecenderungan bahwa seakan-akan kemiskinana hanya diberantas oleh program-program “pemberdayaan” masyarakat dalam arti sempit. Pemberdayaan seolah hanya mencakup pemberian modal usaha untuk membuka warung kecil di sudut kampung, pemberian sapi atau kambing untuk peternakan dan pelatihan keterampilan perbengkelan atau kerajinan tangan. Asumsinya sederhananya jika orang miskin diberi modal dan dilatih, maka mereka akan memiliki pekerjaan dan pendapatan, kehidupan mereka kemudian lebih baik dan tidak miskin lagi. Asumsi tersebut telah menjadi keyakinan umum dan bahkan cenderung dianggap kebenaran mutlak. Tidak heran, jika banyak penentu kebijakan, politisi, akademisi dan masyarakat awam sangat “memusuhi” program-program penanganan kemiskinan 7
  • 8. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com yang bermatra perlindungan sosial seperti: BLT, BOS, Raskin dan PKH. Padahal seandainya jika program pemberdayaan itu berhasil dan mampu memberikan pendapatan Rp. 50.000,-/hari atau Rp. 1,5 juta/bulan. Namun tiba-tiba Bapak yang diberdayakan tersebut mengalami gagal ginjal dan harus cuci darah (hemodialisa) paling sedikit Rp. 450.000,- sekali cuci darah dan harus dilakukan dua kali seminggu artinya, keluarga tersebut memerlukan dana paling sedikit Rp. 3,6 juta/bulan maka bisa dipastikan keluarga tersebut yang tadinya berdaya menjadi sengsara. Oleh karena itu diperlukan program-program perlindungan sosial untuk meringankan dampak kemiskinan dan kemelaratan yang dihadapi oleh kelompok miskin beserta anak-anaknya. Namun meskipun demikian, perlindungan sosial bukan merupakan satu-satunya pendekatan strategi penanngulangan kemiskinan. Kritik terhadap skema perlindungan sosial adalah hanya mampu merespon “gejala” dan bukan penyebab utama. Menurut Paul Spicker (1995) tidak ada yang salah jika penanganan atau respon terhadap gejala masalah, sepanjang respon terhadap gejala masalah tersebut memiliki dampak terhadap masalah yang ditangani. Sebagai contoh obat penawar sakit kepala (Bodrek, Paramek, Panadol, dll) tidak mampu menghilangkan sakit kepala tapi ditujukan untuk merespon sakit kepala. Sepanjang obat tersebut mampu memberi dampak mengurangi rasa sakit, para ahli kesehatan sepakat bahwa obat-obat tersebut sangat bermanfaat. Perlindungan sosial dapat didefinisikan sebagai segala bentuk kebijakan dan intervensi publik yang dilakukan untuk merespon beragam resiko, kerentanan dan kesengsaraan baik yang bersifat fisik, ekonomi maupun sosial terutama yang dialami oleh mereka yang hidup dalam kemiskinan. Gambar 2. Perlindungan Sosial Formal dan Non Formal Perlindungan Sosial Formal Informal Pendapatan Tingkat Pekerjaan Mata Pencaharian Individu • Uang • Barang • Pelayanan Jaminan Masyarakat Jaminan Sosial sosial • Asuransi Mikro Tingkat • Pasar Tenaga • Dana Sosial Komunitas Kerja • Jaring Pengaman • Bantuan sosial Sosial • Asuransi Sosial 8
  • 9. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com Tabel 3. Jenis-jenis Resiko dan Beberapa Mekanisme Perlindungan Sosial JENIS RESIKO MEKANISME PERLINDUNGAN SOSIAL INFORMAL SEKTOR PUBLIK SEKTOR SWASTA Siklus Kehidupan Dukungan keluarga Pelayanan Pelayanan kesehatan, • Kecacatan besar, menabung, kesehatan/gizi, asuransi, reasuransi • Menjadi tua arisan, penggunaan kebijakan asuransi kesehatan, kecelakaan, • Kecelakaan, sakit asset yang dimiliki, sosial wajib bidang kecacatan, kematian, (terkena HIV/AIDS) mengutang, dana kesehatan, hari tua, tabungan hari tua • Kelaparan, anak kematian kecacatan, kematian, mengalami gizi asuransi mikro, buruk bantuan sosial, • Kematian perlindungan anak Ekonomi Peragaman mata Kebijakan makro yang Investasi swasta untuk • Tidak bisa bekerja pencaharian, dukungan berkeadilan, perluasan perluasan lapangan • Tidak memperoleh keluarga besar, kiriman kesempatan usaha, kerja, asuransi dan pekerjaan uang keluarga, pekerja kebijakan pasar kerja, reasuransi pertanian, • PHK anak, penjualan asset, pendidikan dan peternakan, pelayanan • Pendapatan rendah mengutang, pelatihan, dana sosial perbankan, kredit • Harga sembako naik menghemat mikro, pelatihan dan • Krisis ekonomi pengeluaran, migrasi perekrutan kerja Lingkungan Migrasi, aksi Kebijakan lingkungan, Asuransi dan • Banjir komunitas, bantuan investasi infrastruktur, reasuransi • Kekeringan keluarga besar, pencegahan dan pertanian/peternakan, • Kebakaran penggunaan asset mitigasi bencana, asuransi kebencanaan • Gempa bumi, bantuan sosial bencana longsor Tata Kepemerintahan Penguatan jaringan Promosi good Penguatan (dana, (governance) dan sosial (perkawinan, governance, kebijakan SDM), good corporate Sosial keagamaan, barter, anti-diskriminasi, dan governance yang • Diskriminasi dan kekerabatan), anti-korupsi, kampanye menjamin pelayanan ekslusivisme penguatan kelompok informasi publik, dan kesempatan kerja • Ketidakefektifan warga, migrasi penguatan (dana, yang adil tanpa dan mismanajemen SDM) organisasi memandang ras, organisassi sosial sosial, perluasan akses jender, usia, afiliasi • Korupsi keamanan dan politik • Kehilangan keadilan, penguatan status/modal sosial kontrol sosial • Kejahatan, 9
  • 10. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com kekerasan dan kerusuhan sosial • Ketidakstabilan politik Tiga tujuan utama perlindungan sosial: 1. Mencegah resiko yang dialami manusia sehingga terhindar dari kesengsaraan yang parah dan berkepanjangan 2. Meningkatkan kemampuan kelompok-kelompok rentan dalam menghadapi dan keluar dari kemiskinan, kesengsaraan dan ketidaksamaan sosial-ekonomi 3. Memungkinkan kelompok-kelompok miskin untuk memiliki standar hidup yang bermartabat sehinggga kemiskinan tidak diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya. Perlindungan sosial mencakup lima elemen utama, yakni pasar tenaga kerja, asuransi sosial, bantuan sosial, skema mikro berbasis komunitas serta perlindungan anak (ADB, 2009). Tabel 4. Kelebihan dan Kekurangan Mekanisme Perlindungan Sosial MEKANISME KELEBIHAN KEKURANGAN Berbasis publik: • Menjamin aksesibilitas dan • Kurang sejalan dengan kebutuhan Pemerintah pusat portabilitas yang konsisten dan lokal, karena rendahnya berkeadilan secara nasional pemahaman dan pengetahuan • Memungkinkan subsidi silang daerah tentang situasi lokal kaya ke daerah miskin • Memerlukan waktu panjang untuk • Dapat dimonitor, dievaluasi dan merancang dan menerapkan dibandingkan secara nasional program • Setiap sektor (pendidikan, kesehatan, • Seringkali mengalami masalah in- perumahan, tenaga kerja, pendanaan) efisiensi terkait bad governance dapat terkoordinasi dan korupsi Berbasis publik: • Responsif terhadap kelompok- • Kurang menjamin portabilitas dan Pemerintah lokal kelompok rentan dalam wilayah universalitas pelayanan komunitas lokal • Kurang sesuai dengan “law of the • Biaya relatif rendah, karena lokasi large numbers” sehingga kurang dan cakupan relatif terjangkau mampu dana dan merespon • Mampu menerapkan program berbagai resiko melalui infrastruktur yang ada • Daerah yang memiliki sumber daya kecil kurang mampu menjalankan dan mengembangkan program • SDM yang kurang kompeten Berbasis pasar: • Lebih efisien • Tidak melayani kelompok miskin, Sektor swasta • Ideal untuk melayani warga kaya dan karena tingginya biaya dan atau dunia usaha kelas menengah (asuransi komersial) rendahnya keuntungan • Berkelanjutan • Tidak tersebar merata di setiap 10
  • 11. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com daerah • Manakala terjadi krisis atau malpraktik, masyarakat dan pemerintah seringkali harus menanggung akibatnya Berbasis • Biaya relatif murah • Kurang sesuai prinsip masyarakat: • Sesuai dengan kebutuhan dan universalitas dan portabilitas LSM atau kemampuan komunitas • Program dan pendanaan sporadis, lembaga amal tidak efektif dan tidak • Cepat dan fleksibel dalam berkelanjutan implementasinya • Pemberian pelayanan kurang • Melibatkan partisipasi luas efisien dan tidak terkoordinasi • Sistem monitoring, evaluasi, audit dan akuntabilitas kurang jelas Sistem • Memadukan kekuatan berbagai • Dalam praktiknya tidak mudah Campuran: skema dilakukan, karena harus Mixed delivery • Memadukan kebijakan nasional dan menggabungkan beragam sistem system lokal, standar nasional dan • Seringkali mahal karena kebutuhan lokal terpenuhi melibatkan seluruh lembaga • Memungkinkan terjadinya subsidi penyedia silang antar wilayah dan sektor • Menciptakan kompetisi, ketimbang koordinasi, diantara lembaga penyedia Pembangunan dan Jaminan Kesehatan Setiap manusia, kaya maupun miskin, hidup di negara maju maupun berkembang senantiasa dihadapkan pada resiko yang mengancam kehidupan setiap saat. Jaminan sosial (social security) adalah intervensi melembaga yang dirancang oleh pemeritah maupun sektor swasta untuk melindungi masyarakat dari berbagai resiko yang timbul dari dirinya (kecelakaan, sakit, meninggal dunia) maupun dari lingkungannya (PHK, bencana alam, bencana sosial). Jaminan sosial terdiri dari bantuan sosial (social assistance) dan asuransi sosial. Diantara berbagai bentuk jaminan sosial, jaminan kesehatan merupakan sistem yang telah berdiri sejak lama dan sangat diperlukan oleh masyarakat. Jaminan kesehatan merupakan pendorong pembangunan dan strategi penting penanggulangan kemiskinan. Sistem jaminan kesehatan di Indonesia pada intinya menggabungkan pendekatan market-driven dan state controlled. Sedikitnya ada tujuh skema jaminan kesehatan di Indonesia yaitu: 1) Askes (asuransi kesehatan), skema asuaransi kesehatan yang diwajibakan bagi PNS 2) Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja), skema asuransi sosial bagi tenaga kerja sektor formal swasta yang dikelola oleh PT. Jamsostek. Mencakup empat program yaitu: kecelakaan kerja, kematian, dana pensiun dan kesehatan 11
  • 12. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com 3) Asabri (Asuransi Sosial ABRI), skema asuaransi sosial bagi anggota ABRI dan kepolisian. Skema yang mirip dana pendamping ini mencakup pesangon dan pensiun hari tua, namun peserta juga memiliki akses terhadap RS milik angkatan bersenjata 4) JPKM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat), skema asuransi komersial yang dioperasionalkan oleh pemerintah 5) Askeskin ( Asuransi Kesehatan untuk Keluarga Miskin), skema kartu kesehatan yang diterapkan sejak tahun 2005 menggantikan Kartu Sehat yag diberikan bagi orang miskin sebagai bagian dari program JPS. Sejak tahun 2008, Program Askeskin berubah menjadi Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) 6) Dana Sehat, skema jaminan kesehatan berbasis komunitas yang beroperasi berdasarkan sistem pendanaan mikro dan inisiatif lokal, seperti dana masyarakat. 7) Asuransi kesehatan komersial yang diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan swasta bagi masyarakat yang berpenghasilan menengah keatas. Tabel 5. Model-Model Jaminan Kesehatan TIPE KAREKTERISTIK UTAMA NEGARA PENGANUT Model Beveridge • Skema jaminan kesehatan berbasis pajak Inggris, Spanyol, • Kepesertaan bersifat wajib, premi dibayar sebagian besar pemerintah Skandinavia, • Fasilitas, tenaga dan perawatan kesehatan Hongkong, Kuba disediakan dan dibiayai pemerintah • Negara sebagai sole payer menentukan jenis dan harga pelayanan kesehatan Model Bismarck • Skema jaminan kesehatan berbasis Jerman, Perancis, kontribusi Belgia, Belanda, • Kepesertaan bersifat wajib, namun hanya Jepang, Swiss dalam premi orang miskin yang ditanggung tingkat tertentu AS dan pemerintah Amerika Latin • Fasilitas, tenaga dan perawatan kesehatan sebagian besar disediakan dan dikelola swasta • Tidak menggunakan sistem pembayar tunggal Model Asuransi • Gabungan Model Beveridge dan Bismarck Korea, Kanada, Taiwan Kesehatan Nasional • Kepesertaan bersifat wajib • Penyedia pelayanan adalah pihak swasta, namun pembayaran klaim didanai pemerintah melalui program asuransi nasional • Menggunakan sistem pembayar tunggal Model Biaya Sendiri • Skema jaminan kesehatan berbasis India, China sebagian kontribusi besar negara di Afrika, • Kepersertaan secara normatif bersifat wajib, dan Amerika Selatan. 12
  • 13. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com namun kenyataannya tidak jelas dan Dalam praktiknya fragmanted jaminan kesehatan di • Fasilitas dan pelayanan kesehatan disediakan Indonesia cenderung oleh pemerintah dan swasta, namun sistem seperti model ini. pembiayaan didominasi mekanisme pembayaran tunai • Manajemen sumber dana dan pembayaran kurang terkoordinasi Dalam praktiknya model jaminan kesehatan di Indonesia masih didominasi oleh model biaya sendiri, tetapi berdasarkan UU SJSN, sistem jaminan kesehatan di Indonesia sedang mengarah kepada model Asuransi Kesehatan Nasional. Lebih cocoknya model jaminan kesehatan di Indonesia bersifat “gado-gado” yang mengandung dan mencampuradukan berbagai elemen dari empat sistem jaminan kesehatan model Beveridge, Bismarck, NHI dan biaya sendiri. Apabila menunjuk pada tunjangan pensiun, model Indonesia mirip Inggris dan Kuba. Perawatan kesehatan bagi PNS, Indonesia seperti Kanada atau Taiwan. Merujuk pada pekerja yang mengikuti Jamsostek, Indonesia seperti Jerman atau Amerika Latin. Namun jika melihat 60% populasi yang belum memiliki asuransi kesehatan, Indonesia tidak berbeda dengan Kamboja, Burkina Faso atau India. Artinya sebagian besar warga negara Indonesia harus membayar sendiri biaya kesehatan jika sakit. Tingginya jumlah penduduk Indonesia yang tidak tercakup jaminan kesehatan menunjukkan model gado-gado dan terutama biaya sendiri sangat menyulitkan kalangan miskin dan pekerja sektor informal yang berpendaptan rendah serta tidak menentu. Karena sistem bantuan sosial dari pemerintah juga cenderung masih ad-hoc, kecil dan tidak pasti, maka lengkaplah sudah penderitaan kelompok rentan ini. Model Universal Setiap sistem memiliki tujuan yang berbeda, namun terdapat aspek umum yang ingin dicapai oleh sebuah sistem pendanaan kesehatan, yakni: 1). Memperoleh dana yang cukup, meningkatkan efisiensi atau mengurangi biaya, 2). Mengurangi resiko finansial dalam memperoleh perawatan kesehatan, 3). Menjamin agar biaya perawatan kesehatan tidak menghambat orang dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan. Skema jaminan kesehatan yang universal harus memiliki lima elemen, yaitu: 1) Paket intervensi kesehatan yang terdiri dari perawatan kesehatan dan pelayanan kesehatan publik yang merata. 2) Tingkat kualitas pelayanan kesehatan yang memadai atau dapat diterima yang bisa dilihat dari intervensi kesehatan yang jelas (terukur) dan penyedia pelayanan terakreditasi 3) Jadwal atau waktu yang tepat dimana pelayanan kesehatan dapat diberikan secara tepat 4) Tingkat pembayaran bersama dan penjaminan bersama 13
  • 14. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com 5) Pelayanan kesehatan yang memiliki tingkat kerahasian, privasi, partisipasi dan hak-hak pasien tertentu. Tabel 6. Jaminan Kesehatan Universal dan Pendanaannya SKEMA SASARAN UTAMA LEMBAGA STRATEGI DAN PELAKSANA SUMBER PENDANAAN Bantuan Sosial • Kelompok miskin tidak Kementerian Sosial • Berbasis pajak potensial (Orang dengan • State controled kecacatan, Jompo • APBN telantar) • APBD • Kelompok rentan (ibu dan anak dari keluarga miskin) Asuransi Sosial • Kelompok tidak miskin Badan • Berbasis kontribusi (pekerja formal, PNS, Penyelenggara • Market driven Polri) Jaminan Sosial • Premi/iuran pekerja, • Pekerja miskin potensial (BPJS) majikan dan (pekerja sektor informal) pemerintah • Hasil investasi Opsi Kebijakan 1) Mengamandemen Undang-Undang No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional karena penyelenggaraan jaminan sosial yang dilakukan oleh beberapa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang ada merupakan pemburu rente ekonomi sehingga perlu dilebur menjadi 1 BPJS yang menerapkan prinsip universalitas seperti kepesertaan bersifat wajib, nirlaba, portabilitas, transparan dn akuntabel. 2) Menindaklanjuti Undang-Undang No 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, menyangkut aspek kesehatan, program Jamkesmas apabila masih menganut sistem seperti saat ini yaitu berbasis bantuan sosial semestinya diserahkan Kemensos. Namun jika dirubah sistemnya menjadi berbasis asuransi sosial maka harus diserahkan ke BPJS. Skema Askesos yang beroperasi sekarang tepat berada dalam payung konsep perlindungan sosial mikro dan berbasis komunitas agar masyarakat tidak bingung dengan “penamaan” asuaransi maka sebaiknya dirubah menjadi Asuransi Mikro Kesejahteraan Sosial (Asmikes/AMKS) atau Bantuan Kesejahteraan Sosial (Bankesos atau BKS). 3) Memperbesar Anggaran Kesehatan, memperkuat visi dan komitmen pemerintah terhadap pendanaan kesehatan yang lebih besar lagi 5-10% dari GDP. 14
  • 15. Puslitbang Kesos Kementerian Sosial Republik Indonesia habibullah792002@yahoo.com 4) Menetapkan peran Pemda; pengembangan program jaminan kesehatan tambahan atau komplemen, pendanaan masyarakat miskin atau hampir miskin, pemenuhan biaya selisih harga di luar jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan, bantuan biaya transportasi, bantuan biaya penginapan, penanggulangan kekurangan dana operasional Puskesmas 15