Cut Nyak Dhien adalah pahlawan wanita Aceh yang berjuang melawan Belanda selama Perang Aceh setelah suaminya tewas. Ia bersumpah untuk menghancurkan Belanda.
Sisingamangaraja adalah tokoh pemersatuan Batak pada abad ke-16. Dinastinya memimpin sejak tahun 1515.
Pattimura adalah pahlawan Maluku yang berjuang melawan penjajahan Belanda. Ia berasal dari keluarga kera
2. Cut Nyak Dhien (ejaan lamaTjoet Nja' Dhien, Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 – Sumedang, Jawa
Barat, 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang Pahlawan
Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang Aceh. Setelah wilayah
VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga bertempur melawan Belanda.
Ibrahim Lamnga tewas di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878 yang menyebabkan Cut Nyak Dhien
sangat marah dan bersumpah hendak menghancurkan Belanda.
Sisingamangaraja merupakan nama besar dalam sejarah Batak. Dia tokoh pemersatu.
Dinasti Sisingamangaraja dimulai sejak pertengahan tahun 1500-an, saat Raja
Sisingamangaraja I yang lahir tahun 1515 mulai memerintah. Dia memang bukan raja
pertama di sana. Pemerintahan masa sebelum itu dikenal dengan nama bius. Satu bius
merupakan kumpulan sekitar tujuh horja. Sedangkan satu horja terdiri dari 20 huta atau
desa yang punya pimpinan sendiri. Ada Bius Toba, Patane Bolon, Silindung dan sebagainya.
Pattimura, lahir di Saparua.Ia adalah putra Frans Matulesi dengan Fransina Silahoi. Adapun dalam buku
biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M Sapija menulis, "Bahwa pahlawan
Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama
Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja
Sahulau. Sahulau merupakan nama orang di negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan".
patimura sebenarnya merupakan pahlawan tanpa tanda jasa,, seperti guru pada era soeharto
Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (Bahasa Jawa: Sultan Agung Adi Prabu
Hanyokrokusumo, lahir: Kutagede, Kesultanan Mataram,1593 - wafat: Karta (Plered,
Bantul), Kesultanan Mataram, 1645) adalah Sultan ke-tiga Kesultanan Mataram yang memerintah pada
tahun1613-1645. Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar
di Jawa dan Nusantara pada saat itu.
Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi pahlawan
nasional Indonesia berdasarkan S.K. PresidenNo. 106/TK/1975 tanggal 3 November 1975.
[2][3] [4][5][6][7]
Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar, 1797 atau 1809 – meninggal di
Bayan Begok, Hindia-Belanda, 11 Oktober1862 pada umur 53 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia.
[8]
Ia adalah Sultan Banjar. Pada 14 Maret 1862, beliau dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan
tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin
Khalifatul Mukminin dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayahDusun
[9]
Atas, Kapuas dan Kahayan yaitu Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.
[10]
emasa muda nama beliau adalah Gusti Inu Kartapati. Ibu Pangeran Antasari adalah Gusti Hadijah
binti Sultan Sulaiman. Ayah Pangeran Antasari adalah Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir.
Pangeran Amir adalah anak Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang gagal naik tahta pada tahun
1785. Ia diusir oleh walinya sendiri, Pangeran Nata, yang dengan dukungan Belanda memaklumkan
[11][12][13]
dirinya sebagai Sultan Tahmidullah II Pangeran Antasari memiliki 3 putera dan 8 putri