Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai aspek teknis dalam menyusun profil sanitasi suatu daerah, termasuk sumber data sekunder yang dibutuhkan, metode penetapan area berisiko sanitasi, dan cara membuat peta area berisiko awal.
Permen PU 01 2014 Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataa...
6 Aspek Teknis dan Operasional Sanitasi
1. FREQUENTLY ASKED QUESTIONS
ASPEK TEKNIS
Data demografi, geologi, dsbnya
BAGAIMANA BILA ADA PERBEDAAN DATA YANG BERASAL DARI SUMBER-SUMBER YANG
BERBEDA?
Buat kesepakatan di dalam Pokja melalui diskusi kelompok/FGD terkait sumber data yang dipilih.
Penilaian dan Pemetaan Kondisi Sanitasi
APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN DIAGRAM SISTEM SANITASI/DSS?
DSS merupakan sebuah piranti/alat yang dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan sanitasi: air
limbah, persampahan, dan drainase, sebagai sebuah sistem atau proses multilangkah yang
mencakup pengelolaan berbagai jenis produk seperti limbah cair dan padat dilakukan sejak dari
sumbernya hingga sampai ke titik pembuangan akhir.
DATA SEKUNDER APA SAJA YANG DIPERLUKAN DALAM MENYUSUN PROFIL SANITASI
KHUSUSNYA UNTUK ASPEK TEKNIS?
Data sekunder aspek teknis yang diperlukan harus mampu menguraikan sistem pengelolaan sub-
sektor, baik yang ddimiliki/diselenggarakan oleh masyarakat (individu/komunal), pemerintah/dinas,
maupun kalangan swast. Data tersebut mencakup:
1. Sub-sektor air limbah:
- produksi air limbah domestik dan non-domestik
- cakupan/akses pada layanan air limbah, baik yg menggunakan sarana sanitasi sederhana
(improved1 sanitation) atau sarana sanitasi yang lebih baik (unimproved2 sanitation).
- kondisi sarana dan prasarana: sistem pengangkutan dan pengolahan tinja; sistem
pengolahan air limbah domestik offsite/terpusat (skala kota dan komunal) dan onsite/setempat
(skala rumah tangga dan komunal); sistem pembuangan akhir.
2. Sub-sektor persampahan:
- timbulan sampah rumah tangga dan sumber-sumber lain seperti kawasan komersial, kawasan
industri, fasum/fasos dan medis.
- pola penanganan sampah yang meliputi pengurangan (melalui berbagai kegiatan 3R) dan
penanganan sampah.
- akses terhadap pewadahan, pengumpulan/penampungan sementara, pemindahan,
pengangkutan, pengolahan/pengolahan sampah terpadu dan pemrosesan akhir.
- dilengkapi dengan peta pendukung yang menggambarkan daerah pelayanan, rute
pengangkutan, lokasi TPA, TPS/transfer station, TPA serta TPA regional bila tersedia.
3. Sub-sektor drainase lingkungan:
- panjang dan kondisi saluran tersier, sekunder dan primer dalam wilayah administrasi
- lokasi dan frekuensi genangan yang terjadi selama lebih dari 2 jam dan ketinggian
genangan lebih dari 30 cm serta luas genangan lebih dari 10 Ha
1
Improved sanitation menurut Joint Monitoring Programme for Water and Sanitation meliputi fasilitas jamban ke
perpipaan air limbah; jamban ke tangki septik, jamban ke cubluk, atau jamban ke cubluk dilengkapi ventilasi; serta
composting toilet
2
Unimproved sanitation meliputi shared toilet/ MCK, Buang Air Besar Sembarangan (di kolam, di kebun, di sungai)
2. DARI SUMBER MANA SAJAKAH POKJA BISA MEMPEROLEH DATA SEKUNDER?
Data dan peta dapat dihimpun dari laporan berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
maupun non SKPD, baik berupa laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh universitas atau LSM
atau dokumen lain.
TOPIK: Penetapan area berisiko
APA TUJUAN DILAKUKANNYA PENETAPAN AREA BERISIKO?
Untuk memetakan area-area (kelurahan) yang memiliki tingkat resiko sanitasi. Klasifikasi area
berdasarkan tingkat resiko kesehatan lingkungan akan menjadi salah satu pertimbangan dalam
menentukan prioritas/kegiatan program pembangunan dan pengembangan sanitasi
DATA APA SAJA YANG DIGUNAKAN UNTUK MENENTUKAN KRITERIA PENETAPAN
KLASIFIKASI AREA?
Ada dua jenis data yang digunakan untuk menetapkan kriteria:
1. Data primer: hasil studi EHRA; persepsi SKPD
2. Data sekunder: kepadatan penduduk; angka kemiskinan; jumlah jamban; cakupan air minum:
sambungan rumah/SR dan hidran umum/HU.
BAGAIMANA METODOLOGI ANALISIS DATA YANG DIGUNAKAN?
Analisis data sekunder dilakukan dengan menggunakan skor dan pembobotan:
- pemberian skor (1-4) dan pembobotan untuk setiap area (1= resiko sangat rendah, 2= resiko
agak rendah; 3= resiko agak tinggi; 4 = resiko sangat tinggi)
- hitung mean weighted seluruh area
- buat beberapa skenario/alternatif berdasarkan pembobotan yang berbeda-beda untuk setiap
kriteria
Analisis persepsi SKPD dengan menggunakan score dan pembobotan:
- setiap perwakilan SKPD yang menjadi anggota Pokja kabupaten/kota memberikan score (1-4)
terhadap seluruh area berdasarkan pengamatan/pengalaman professional
- hitung frekuensi score terbanyak yang diberikan untuk setiap area
Sandingkan kedua hasil tersebut dan diskusikan dalam kelompok (FGD) dan buat kesepakatan
mengenai penetapan “area berisiko awal”, apakah melalui:
- rata-rata dari kedua hasil tersebut, atau
- dipilih dari skor tertinggi.
BAGAIMANA MEMBUAT PETA AREA BERISIKO AWAL?
Beri tanda yang jelas area/kelurahan/desa tersebut dalam peta administratif dengan
menggunakan warna sebagai petanda:
- merah: area dengan skor 4
- kuning: area dengan skor 3
- hijau: area dengan skor 2, dan
- biru: area dengan skor 2.