Makalah ini membahas tentang omfalokel, yaitu kelainan konjenital dimana organ abdomen keluar melalui tali pusat. Makalah ini menjelaskan definisi, etiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan, penatalaksanaan, dan komplikasi dari omfalokel. Tujuan makalah ini adalah untuk memahami kondisi omfalokel secara menyeluruh.
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur, penulis kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat
rahmat dan hidayah Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Makalah Omfalokel”. Dalam penyusunan makalah ini penulis tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik
bagi penulis maupun pembaca.
Bandar Lampung, September 2021
Penulis
3. iii
DAFTAR ISI
Cover ................................................................................................................... i
Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi................................................................................................. 3
B. Etiologi................................................................................................. 4
C. Patofisiologi......................................................................................... 5
D. Manifestasi klinis................................................................................. 5
E. Pemeriksaan Penunjang........................................................................ 5
F. Penatalaksanaan.................................................................................... 7
G. Komplikasi........................................................................................... 8
H. Evidance Based
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
4. 1
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi
yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital
dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian
segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya
sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-
akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayiyang
dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan
sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk
masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan kongenital
berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan
diagnosekelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi
preantenatal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu
misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah
janin.
Kelainan kongenital yang akan diteliti pada penelitian ini, yaitu kelainan
kongenital traktus digestivus dan dinding abdomen, yang terdiri atas
Omphalocele, Gastroschisis, Hirscshprung, serta Atresia Ani. Kelainan
kongenital tersebut, tidak jarang terjadi di Provinsi Sumatra Barat ini. Pada
penelitian kali ini, penulis ingin melaporkan kasus repair defek omphalocele.
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Omfalokel?
5. 2
C. Tujuan
1 Untuk mengetahui definisi Omfalokel
2 Untuk mengetahui etiologi dari Omfalokel
3 Untuk mengetahui manifestasi dari Omfalokel
4 Untuk mengetahui patofisiologi dari Omfalokel
5 Untuk mengetahui komplikasi dari Omfalokel
6 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Omfalokel
7 Untuk mengetahui hasil analisa di masyarakat mengenai Omfalokel
8 Untuk mengetahui askep dari Omfalokel
6. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Omfalokel adalah berniasi atau penonjolan (Protusi) isi abdomen ke dasar tali
pusat. Berbeda dengan hernia umbilikalis yang lebih lazim, kantongnya
tertutup peritoneum tampa penumpangan kulit. Besar kantong yang terletak di
luar rongga abdomen tergantung pada isinya. Herniasi usus ke dalam tali
pusat di jumpai pada sekitar 1 dari 5000 kelahiran, dan Herniasi hati serta
usus di jumpai sekitar 1 dari 10000 kelahiran. Rongga abdomen secara
proporsional kecil karena dorongan untuk tumbuh dan berkembang kurang.
Omfalokel adalah kelainan yang disebaban oleh kegagalan alat dalam
kembali kerongga abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu hingga
menyebabkan timbulnya omfalokel (Ngastiyah, 2005).
B. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa
faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya
omphalokel diantaranya adalah infeksi, penggunaan obat dan rokok pada ibu
hamil, defisiensi asam folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan genetik
serta polihidramnion. Menurut Glasser (2003) ada beberapa penyebab
omfalokel, yaitu:
1. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan
terinfeksi, penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik.
Faktor-faktor tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan
lahir pada umur kehamilan kurang atau bayi prematur, diantaranya bayi
dengan gastroschizis dan omfalokel paling sering dijumpai.
2. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding
abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis
masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal
Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi
memberikan suatu kepastian telah teijadi kelainan struktural pada fetus.
7. 4
Bila suatu kelainan didapati bersamaan dengan adanya omfalokel, layak
untuk dilakukan amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
3. Polihidramnion, dapat diduga adanya atresia intestinal fetus dan
kemungkinan tersebut harus dilacak dengan USG.
C. Patofisiologi
1. Selama perkembangan embrio,ada suatu kelemahan yang terjadi pada
dinding abdomen semasa embrio yang mana menyebabkan herniasi pada
isi usus pada salah satu samping umbilikus.hal ini menyebabakan organ
visera abdomen keluar dari kapasitas abdomen dan terbungkus kantong.
2. Terjadinya penurunan kapasitas abdomen yang dianggap abnormal.
3. Omfalokel terbentuk akibat kegagalan fungsi dalam pembentukan dinding
abdomen ,dan terbentuk defek.
4. Letak defek umumnya di sebelah kanan umbilikus
5. Usus sebagian besar berkembang di luar rongga abdomen janin,akibatnya
usus menjadi tebal dan kaku karena pengendapan dan iritasi dari cairan
as.amino,usus juga terlihat pendek dan rongga abdomen sempit.
6. Usus,visera dan seluruh permukaan rongga abdomen yang berhubungan
dengan dunia luar menyebabkan penguapan dan pancaran panas dari tubuh
cepat berlangsung,sehingga terjadi dehidrasi dan hipotermi,kontaminasi
usus dengan kuman dapat terjadi,dan distensi usus sehingga mempersulit
koreksi pemasukan kerongga abdomen pada saat pembedahan.
7. Embriogenesis pada saat janin berumur 5 -8 minggu isi abdomen terletak
diluar embrio.pada usia lOminggu terjadi pegembangan lumen abdomen
sehingga usus dari extra peritoneum akan masukke rongga perut.bila
proses ini terhambat maka akan terbentuk kantong di pangkal umbilikus
yang terisi usus,lambung dan kadang hati.dindingnya tipis terdiri dari
lapisan peritoneum dan lapisan amino yang keduanya bening sehingga isi
kantong tampak keluar,keadaan ini disebut omfalokel.bila usus keluar di
titik terlemah dikanan umbilikus,usus akan berada diluar rongga perut
tanpa di bungkus,peritoneum dan amino keadaan ini disebut gastrokhisis.
8. 5
D. Manifestasi klinis
Manifestasi dari omphalokel adalah :
1. Organ visera / internal abdomen keluar
2. Penonjolan pada isi usus
3. Teridentifikasi pada prenatal dengan ultrasound
Sedang tanda yang lain :
1. Apabila berukuran kecil di dalam korda umbilicus terdapat sembuhan yang
berisi usus
2. Apabila ukuran besaar di dalam korda berisi hati dan usus
3. Tali pusat tampak terletak di daerah apeckantong dengan pembuluh darah
umbilicus meluncur se3panjang kantong masuk kedalam rongga perut
4. Sering ditemukan pada bayi premature
5. Umbilicus menonjol keluar.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan maternal serum alfa fetoprotein (MSAFP).Diagnosis prenatal
defek pada dinding abdome dapat di deteksi dengan peningkatan serum
MSAFP
a. USG
b. Radiologi
a. Fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan
memperlihatkan marker struktural.
b. Echocardiography fetus untuk membantu melihat kelainan jantung.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Terapeutik menurut Suriadi & Yuliani R (2001) adalah :
1. Perawatan pra-bedah
a. Terpeliharanya suhu tubuh
b. Kehilangan panas dapat berlebihan karena usus yang mengalami
prolaps sangat meningkatkan area permukaan.
9. 6
c. Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu untuk mencegah
distensi usus-usus yang mempersulit pembedahan.
d. Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis yang tidak
melengket seperti xeroform, kemudian dengan kerlix dan pembungkus
Saran untuk menutup usus atau menutup dengan kasa steril lembab
dengan cairan NaCl steril untuk mencegah kontaminasi
e. Omphalocele dianjurkan tidak melakukan traksi yang berlebihan pada
mesenterium.
f. Terapi intravena untuk hidrasi
g. Antiseptik dengan spectrum luas secara intravena: Besarnya kantong,
luasnya cacat dinding perut dan ada tidaknya hepar di dalam kantong,
akan menentukan cara pengelolaan. Bila kantong omphalocele kecil,
dapat dilakukan operasi satu tahap. Dinding kantong dibuang, isi
kantong dimasukkan ke dalam rongga perut, kemudian lubang ditutup
dengan peritoneum, fasia dan kulit. Tetapi biasanya omphalocele terlalu
besar dan rongga perut terlalu kecil sehingga isi kantong tidak dapat
dimasukkan ke dalam perut.
Jika dipaksakan, maka karena regangan pada dinding perut, diafragma
akan terdorong ke atas sehingga terjadi gangguan pernapasan. Obstruksi
vena cava inferior dapat juga terjadi karena tekanan tersebut.
Tindakan yang dapat dilakukan ialah melindungi kantong omphalocele
dengan cairan antiseptik, misalnya betadin dan menutupnya dengan
kain dakron agar tidak tercemar. Dengan demikian, ada kesempatan
untuk terjadinya epitelisasi dari tepi, sehingga seluruh kantong tertutup
epitel dan terbentuk hernia ventralis yang besar. Epitelisasi ini
membutuhkan waktu 3-4 bulan. Kemudian operasi koreksi hernia
ventralis tersebut dapat dikerjakan setelah anak berumur 5-10 bulan.
h. Terapi oksigen diberikan untuk membantu pernafasan
2. Pembedahan
Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya lubang
pada dinding abdomen. Tujuan pebedahan adalah untuk mengembalikan
visera kedalam kavum abdomen dan menutup diding abdomen.
10. 7
Pada omphalokel, jika lubangnya kecil maka akan disambungkan saja,
namun jika lubangnya besar maka akan dicangkok dengan mengambil
kulit dari bokong atau paha bayi. Operasi koreksi ini untuk menempatkan
usus ke dalam rongga perut dan menutup lubang. Hams dikerjakan secepat
mungkin sebab tidak ada perlindungan infeksi. Tambahan lagi makin
ditunda operasi makin sukar karena usus akan udem.
3. Paska Bedah
a. Perawatan paska bedah neonatus rutin
b. Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan diperlukan
c. Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastrik
d. Pemberian antibiotika
e. Terapi intravena diberikan untuk perbaikan cairan
Pada sekitar 7-12 hari setelah pembedahan, anak akan kembali lagi
mengalami pembedahan untuk menjalani perbaikan cacat. Namun ini
tergantung dari kondisi si bayi (lemah atau tidak).
a. Bayi post bedah omphalokel yang masih dalam perawatan
b. Bayi post operasi omphalokel dengan dinding abdomen yang sudah rapi
seperti orang normal lainnya.
G. Komplikasi
Komplikasi dini merupakan infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada
permukaan yang telanjang. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin
disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk prognosi. komplikasi dari
omphalokel adalah :
1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada
permukaan yang telanjang.
2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi
yang adekuat misalnya dengan nutrisi parenteral.
3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan
ventilator yang lama.
4. Nekrosis
11. 8
H. Evidance Based
Berdasarkan Penelitian Komara dkk, 2017 tentang Angka Mortalitas pasien
Neonatus yang Menjalani Operasi berdasar atas Kenaikan Berat Badan
Pascaoperasi yang Dirawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung menyatakan pemberian cairan selama
perioperatif menunjukkan bahwa pemberian cairan secara restriktif
memberikan hasil luaran yang lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari komplikasi
pascaoperasi berkurang dan juga lama perawatan di ruang intensif yang akan
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Pemberian cairan secara liberal
berdasar atas penelitian menunjukkan bahwa hasil luaran pascaoperasi berupa
kelebihan cairan yang ditandai dengan kenaikan berat badan pascaoperasi,
komplikasi pascaoperasi, lama perawatan, dan penggunaan ventilator di ruang
intensif.
12. 9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Omfalokel adalah berniasi atau penonjolan (Protusi) isi abdomen ke dasar tali
pusat. Berbeda dengan hernia umbilikalis yang lebih lazim, kantongnya
tertutup peritoneum tampa penumpangan kulit. Besar kantong yang terletak di
luar rongga abdomen tergantung pada isinya.
Penyebab pasti terjadinya omphalokel belum jelas sampai sekarang. Beberapa
faktor resiko atau faktor-faktor yang berperan menimbulkan terjadinya
omphalokel diantaranya adalah infeksi, penggunaan obat dan rokok pada ibu
hamil, defisiensi asam folat, hipoksia, penggunaan salisilat, kelainan genetik
serta polihidramnion.
13. 10
DAFTAR PUSTAKA
Komara, dkk. Angka Mortalitas pasien Neonatus yang Menjalani Operasi berdasar
atas Kenaikan Berat Badan Pascaoperasi yang Dirawat di Neonatal
Intensive Care Unit (NICU) RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal
Anestesi Perioperatif (JAP) Volume 5 Nomor 2
Morgan GE, Mikhail MS, Muray MJ, penyunting. Clinical anesthesiology. Edisi
ke-5. New York: McGraw Hill; 2012. hlm. 877−905.
Silva JM, Ribas AM, Oliveira RD, Nogueira FA , Vianna FM , Filho MC. The
effect of excess fluid balance on the mortality rate of surgical patients: a
multicenter prospective study. Crit Care. 2013;17(R288):1−7.