SlideShare a Scribd company logo
1 of 23
IDENTITAS SOSIAL
Menurut William James dalam Walgito, identitas sosial
lebih diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial,
dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang
tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan
keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak–
istrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, teman–
temannya, milikinya, uangnya dan lain–lain.
Lebih lanjut disimpulkan bahwa diri adalah semua ciri, jenis
kelamin, pengalaman, sifat – sifat, latar belakang budaya,
pendidikan, dan semua atribut yang melekat pada seseorang.
4 Dimensi dalam
mengkonseptualisasikan identitas sosial
Menurut Jackson and Smith dalam Barron and Donn:
1.Persepsi dalam konteks antar kelompok.
2.Daya tarik in- group
3.Keyakinan saling terkait
4.Depersonalisasi
Keempat dimensi di atas, cenderung muncul ketika individu
berada ditengah – tengah kelompok.
Komponen dalam Identitas Sosial
1. Diri pribadi
Berfikir mengenai diri sendiri merupakan hal yang paling
sering dilakukan oleh orang. Pada umumnya, orang akan
berpusat pada dirinya sendiri. Sehingga, diri adalah pusat
dari dunia sosial setiap orang. James membagi diri menjadi
dua jenis. Pertama diri sebagai “DIRI”. Dan yang kedua diri
sebagai “AKU”. Diri adalah aku sebagaimana dipersepsikan
oleh orang lain sebagai objek (objective self) sedangkan Aku
adalah inti dari diri aktif, mengamati, berfikir dan
berkehendak (subjective self).
Aspek-aspek dalam diri :
Kesadaran diri subjektif
Kesadaran diri objektif
Kesadaran diri simbolik
• 2. Konsep diri pribadi
Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan
persepsi diri terhadap diri sendiri yang teroganisir.
Chaplin mengartikan konsep diri sebagai evaluasi
individu mengenai diri sendiri; penilaian atau penaksiran
mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan.
Struktur konsep diri :
1.Central Self – conception
2.Peripheral self – conception
Diri dan Konsep Diri
Ketika diri berjalan selaras dengan konsep diri yang
diyakini oleh individu, maka yang akan muncul
kemudian adalah effect self – reference. efek ini berasal
dari perhatian dan memori yang terjadi karena
pemrosesan kognitif terhadap informasi yang relevan
terhadap diri lebih efisien daripada pemoresesan
informasi jenis lain.
Konsep Diri Sosial
Selain identitas diri unik yang dikenal dengan
identitas diri personal, juga ada aspek sosial dari diri yang
kita bagi dengan orang lain. Aspek ini yang kita sebut
dengan konsep diri sosial. Secara umum didefinisikan
bahwa diri sosial adalah bagian dari siapa kita dan
bagaimana kita berfikir tentang diri kita sendiri ditentukan
oleh identitas kolektif. Terdapat 2 komponen yang
melandasi diri sosial, yaitu:
1.Hubungan interpersonal
2.Hubungan keanggotaan pada kelompok yang lebih besar
FAKTOR EKSTERNAL YANG
MEMPENGARUHI KONSEP DIRI
1. Perubahan usia
2. Memasuki pekerjaan baru
3. Perubahan hidup yang besar
4. Interaksi interpersonal
Self - Esteem
Ada banyak motif yang memungkinkan munculnya self –
esteem, yaitu:
1.Self – assesment
2.Self – enhancement
3.Self - verification
Mengevaluasi diri sendiri
Ketika individu memiliki self – esteem yang
tinggi terhadap dirinya sendiri, berarti individu
tersebut memiliki kecenderungan menyukai
dirinya sendiri. Evaluasi positif tersebut,
sebagian berdasarkan opini orang lain dan
sebagian berdasarkan dari pengalaman spesifik
individu tersebut.
Namun, tak dapat dipungkiri bahwa
pembentukan self – esteem tidak lepas dari
pengaruh budaya setempat.
Social comparisons
Ketika individu mengevaluasi tentang siapa dirinya,
secara langsung dia akan menemukan informasi utama
yang relevan tersebut di orang lain. Individu akan menilai
dirinya sendiri atas dasar perbandingan sosial. Ini yang
disebut dengan social comparison.
Social comparison tersebut bergantung pada siapa,
kelompok apa atau aspek apa yang dijadikan sebagai
parameter pembanding. Ketika individu membandingkan
bahwa orang lain jauh lebih buruk daripada dirinya, maka
ini dikenal dengan istilah perbandingan sosial ke bawah
(baca; downward social comparison). Sikap ini bisa
menjadi positif atau negatif pada individu terssebut,
bergantung pada kelompok pembandingnya
Aspek lain dari fungsi Self
Self – focusing
Individu, disadari atau tidak dalam keadaan apapun
akan selalu memberikan perhatian kepada dirinya sendiri
dan dunia eksternalnya. Ini yang disebut dengan fokus diri
(self – focusing). Lebih lanjut didefinisikan bahwa fokus
diri adalah tingkah laku yang mengarahkan perhatian
seseorang kepada diri sendiri daripada sekelilingnya.
Fokus diri yang terus menerus dan konsisten dapat
menyebabkan kesulitan bagi individunya.
Kondisi ini, berdasarkan hasil penelitian sering dan
lebih kuat terjadi pada wanita dibanding pria (Flory,dkk.
2000).
Self – monitoring
Istilah self – monitoring merujuk pada kecenderungan
untuk mengatur tingkah – laku berdasarkan petunjuk
eksternal seperti bagaimana orang lain bereaksi (self –
monitoring tinggi) atau berdasar pada petunjuk internal
sebagai petunjuk keyakinan seseorang dan sikapnya (self –
monitoring rendah).
1.Self – monitoring rendah
Individu dengan monitoring diri yang rendah cenderung
akan melakukan dengan cara yang konsisten terlepas dari
situasi yang ia hadapi.
2.Self – monitoring tinggi
Individu dengan monitoring diri yang tinggi akan
cenderung mengubah bertingkah laku saat situasi berubah.
Self – efficacy (Percaya pada diri sendiri)
Merupakan evaluasi seseorang terhadap kemampuan
dan kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas,
mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan (Bandura,
1977).
Lebih lanjut mengenai self-efficacy, Bandura (2000)
mengajukan self-efficacy kolektif yaitu keyakinan yang
dibagi oleh anggota sebuah kelompok bahwa aksi
kolektif akan menghasilkan efek yang diinginkan.
GENDER : Menjadi Seorang Laki-laki atau
Perempuan Sebagai Aspek Krusial Identitas
Jenis kelamin dan Gender
Jenis kelamin didefinisikan sebagai istilah biologis
berdasarkan perbedaan anatomi fisik antara laki-laki dan
perempuan. Gender merujuk pada segala sesuatu yang
berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk
peran, tingkah laku, kecenderungan, dan atribut lain yang
mendefinisikan arti menjadi seorang laki-laki atau
perempuan dalam kebudayaan yang ada.
Dasar identitas gender
Teori skema gender menyatakan bahwa anak-anak
memiliki kesiapan umum untuk mengorganisasikan
informasi tentang self atas dasar definisi budaya pada
atribut laki-laki dan perempuan yang sesuai (Bem, 1981,
1983).
Dengan bertambah dewasanya anak, tipe jenis
kelamin (sex typing) terjadi ketika mereka memahami
stereotip “tepat” yang berhubungan dengan kelaki-lakian
dan kepermpuanan dalam budaya mereka. Hal penting
dari apa yang dipelajari anak tentang gender adalah
berdasarkan observasi terhadap orang tua mereka dan
mencoba menjadi seperti mereka.
Peran Tingkah Laku Gender dan Reaksi
Terhadapnya
Dengan diperkenalkannya androgini sebagai salah
satu kemungkinan peran gender, banyak penelitian
berfokus pada hipotesis yang menyatakan bahwa
androgini lebih disukai daripada tipe gender laki-laki
atau perempuan.
Dalam budaya tertentu, maskulinitas lebih
menguntungkan dibandingkan androgini. Abdalla
(1995) mempelajari self-efficacy dari mahasiswa Arab
di Qatar dan Kuwait dalam proses membuat keputusan
karir.
Dibalik jenis maskulinitas dan feminitas yang
diteliti oleh BSRI, ada identifikasi peran
eksterm.hal pertama yang dipelajari adalah
hipermaskulinitas dan hiperfeminitas.
Baik hipermaskulinitas dan hiperfeminitas
berhubungan dengan dukungan terhadap
berbagai bentuk agresi legal. Bahkan pada
tingkat maskulinitas yang kurang eksterm, pria
yang mengidentifikasikan diri secara kuat
dengan peran maskulin bertingkah laku lebih
kasar dan agresif dibanding pria yang moderat.
Peran Gender Tradisional pada masa ke-21
Pad tahun 1998 konvensi U.S Southern Babtist
menyetujui deklarasi bahwa wanita seharusnya “
mengabdikan dirinya dengan senang hati” pada
kepemimpinan suaminya dan seorang pria harus
”membiayai, melindungi dan mempin
keluarganya” (niebuhr, 1998)
Pria dan Laki-laki memainkan peran yang aktif
dalam mengambil keputusan sementara wanita
dan anak perempuan hanya mengikuti pimpinan
laki-laki.
Perbedaan kenis kelamin dalam tingkah laku
interpersonal
Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan tingkah
laku karna mereka memiliki jumlah hormon yang
berbeda. Pria memiliki tingkat testoteron yang lebih
tinggi dibanding wanita, sehingga pria bertingkah laku
lebih dominan dibanding wanita. Aube serta
kolegannya (2000).menyatakan bahwa alasan dari
perbedaan jenis kelamin adalah karena wanita merasa
terlalu bertanggung jawab akan kesejahteraan orang
lain dan sulit bersikap asertif galam lingkungannya.
Perbedaan Persepsidiri Laki-laki dan perempuan
Dibanding pria, wanita cenderung mengekspresikan
kekhawatiran dalam ketidak puasan lebih banyak
terhadap tubuh dan penampilan fisik mereka secara
keseluruhan (Hagborg, 1993). Bahkan penuaan
dipandang lebih negatif bagi wanita dari pada pria
(Clark, 1986).
Kolumnis Dave Barry(1998) menyatakan bahwa pria
memandang diri mereka memiliki penampilan biasa-
biasa saja, ini menarik. Namun bagi wanita, memiliki
penampilan biasa-biasa saja berarti penampilan mereka
tersebut tidak cukup memuaskan.

More Related Content

What's hot

Kebutuhan Psikososial
Kebutuhan PsikososialKebutuhan Psikososial
Kebutuhan Psikososialpjj_kemenkes
 
Konsep kebutuhan psikososial sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial sexual dan spiritualKonsep kebutuhan psikososial sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial sexual dan spiritualValny Majid
 
Psikologi sosial - persepsi tentang diri
Psikologi sosial -  persepsi tentang diriPsikologi sosial -  persepsi tentang diri
Psikologi sosial - persepsi tentang diriBagus Aji
 
Psikologi sosial - persepsi terhadap orang lain
Psikologi sosial  - persepsi terhadap orang lainPsikologi sosial  - persepsi terhadap orang lain
Psikologi sosial - persepsi terhadap orang lainBagus Aji
 
Ppt keperawatan jiwa pak reki
Ppt keperawatan jiwa pak rekiPpt keperawatan jiwa pak reki
Ppt keperawatan jiwa pak rekirosioktarida
 
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi SosialSELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosialajengseptiana
 
Self & self esteem kelompok 11 psikologi sosial, univ mercu buana jakarta
Self & self esteem kelompok 11 psikologi sosial, univ mercu buana jakartaSelf & self esteem kelompok 11 psikologi sosial, univ mercu buana jakarta
Self & self esteem kelompok 11 psikologi sosial, univ mercu buana jakartaismailirhasanie
 
Faktor faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor faktor yang mempengaruhi konsep diriFaktor faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor faktor yang mempengaruhi konsep diriTama Ariyanti
 
Menerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Menerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi SosialMenerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Menerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosialatone_lotus
 
Hal2 yang berhubungan dngan konsep diri
Hal2 yang berhubungan dngan konsep diriHal2 yang berhubungan dngan konsep diri
Hal2 yang berhubungan dngan konsep diriDeep Walker
 

What's hot (19)

Henry murray
Henry murrayHenry murray
Henry murray
 
Kebutuhan Psikososial
Kebutuhan PsikososialKebutuhan Psikososial
Kebutuhan Psikososial
 
Self & self esteem
Self & self esteemSelf & self esteem
Self & self esteem
 
Konsep kebutuhan psikososial sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial sexual dan spiritualKonsep kebutuhan psikososial sexual dan spiritual
Konsep kebutuhan psikososial sexual dan spiritual
 
Psikologi sosial - persepsi tentang diri
Psikologi sosial -  persepsi tentang diriPsikologi sosial -  persepsi tentang diri
Psikologi sosial - persepsi tentang diri
 
Psikologi sosial - persepsi terhadap orang lain
Psikologi sosial  - persepsi terhadap orang lainPsikologi sosial  - persepsi terhadap orang lain
Psikologi sosial - persepsi terhadap orang lain
 
Ppt keperawatan jiwa pak reki
Ppt keperawatan jiwa pak rekiPpt keperawatan jiwa pak reki
Ppt keperawatan jiwa pak reki
 
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi SosialSELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
SELF dari Sudut Pandang Psikologi Sosial
 
Self & self esteem kelompok 11 psikologi sosial, univ mercu buana jakarta
Self & self esteem kelompok 11 psikologi sosial, univ mercu buana jakartaSelf & self esteem kelompok 11 psikologi sosial, univ mercu buana jakarta
Self & self esteem kelompok 11 psikologi sosial, univ mercu buana jakarta
 
Faktor faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor faktor yang mempengaruhi konsep diriFaktor faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor faktor yang mempengaruhi konsep diri
 
Gejala konasi kholipah 1
Gejala konasi kholipah 1Gejala konasi kholipah 1
Gejala konasi kholipah 1
 
Gejala konasi
Gejala konasiGejala konasi
Gejala konasi
 
Gejala konasi
Gejala konasiGejala konasi
Gejala konasi
 
Menerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Menerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi SosialMenerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
Menerima dan Memahami Orang Lain (Pengaruh Sosial) Psikologi Sosial
 
Hal2 yang berhubungan dngan konsep diri
Hal2 yang berhubungan dngan konsep diriHal2 yang berhubungan dngan konsep diri
Hal2 yang berhubungan dngan konsep diri
 
Meningkatkan harga diri
Meningkatkan harga diriMeningkatkan harga diri
Meningkatkan harga diri
 
Konsep diri
Konsep diriKonsep diri
Konsep diri
 
Hbse 2011.ppt erikson
Hbse 2011.ppt eriksonHbse 2011.ppt erikson
Hbse 2011.ppt erikson
 
Psikologi Sosial - "Diri"
Psikologi Sosial - "Diri"Psikologi Sosial - "Diri"
Psikologi Sosial - "Diri"
 

Similar to Identitas sosial

Big 5 Personality : Learn How to know yourself
Big 5 Personality : Learn How to know yourselfBig 5 Personality : Learn How to know yourself
Big 5 Personality : Learn How to know yourselfSeta Wicaksana
 
Psikologi Kepribadian
Psikologi KepribadianPsikologi Kepribadian
Psikologi KepribadianJoko Setiawan
 
Psikologi Kepribadian
Psikologi KepribadianPsikologi Kepribadian
Psikologi Kepribadiannorthonism
 
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan kopingKebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan kopingValny Majid
 
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II (perkembangan seksual pada remaja)
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II (perkembangan seksual pada remaja)PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II (perkembangan seksual pada remaja)
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II (perkembangan seksual pada remaja)Firdasari6
 
DIRI-SOSIAL-SOSIAL-SELF-hunadiah.jurnalppt
DIRI-SOSIAL-SOSIAL-SELF-hunadiah.jurnalpptDIRI-SOSIAL-SOSIAL-SELF-hunadiah.jurnalppt
DIRI-SOSIAL-SOSIAL-SELF-hunadiah.jurnalpptbastianaldrichsitang
 
Psikologi kepribadian-1235077983853326-1
Psikologi kepribadian-1235077983853326-1Psikologi kepribadian-1235077983853326-1
Psikologi kepribadian-1235077983853326-1Dede M Latiev
 
Individu,keluarga,dan masyarakat
Individu,keluarga,dan masyarakatIndividu,keluarga,dan masyarakat
Individu,keluarga,dan masyarakativansahrulmubaroq
 
Presentation kuliah perdana
Presentation kuliah perdanaPresentation kuliah perdana
Presentation kuliah perdanarizky_de
 
Presentation kuliah
Presentation kuliah Presentation kuliah
Presentation kuliah rizky_de
 
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosionalModul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosionalRizka Supriyanti
 

Similar to Identitas sosial (20)

Self concept
Self conceptSelf concept
Self concept
 
Big 5 Personality : Learn How to know yourself
Big 5 Personality : Learn How to know yourselfBig 5 Personality : Learn How to know yourself
Big 5 Personality : Learn How to know yourself
 
Sikap
SikapSikap
Sikap
 
Psisos.9.05
Psisos.9.05Psisos.9.05
Psisos.9.05
 
Psikologi Kepribadian
Psikologi KepribadianPsikologi Kepribadian
Psikologi Kepribadian
 
Psikologi Kepribadian
Psikologi KepribadianPsikologi Kepribadian
Psikologi Kepribadian
 
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan kopingKebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
Kebutuhan psikososial, konsep diri, seksualitas, spritual, stress dan koping
 
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II (perkembangan seksual pada remaja)
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II (perkembangan seksual pada remaja)PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II (perkembangan seksual pada remaja)
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN II (perkembangan seksual pada remaja)
 
DIRI-SOSIAL-SOSIAL-SELF-hunadiah.jurnalppt
DIRI-SOSIAL-SOSIAL-SELF-hunadiah.jurnalpptDIRI-SOSIAL-SOSIAL-SELF-hunadiah.jurnalppt
DIRI-SOSIAL-SOSIAL-SELF-hunadiah.jurnalppt
 
SOSIO6.pptx
SOSIO6.pptxSOSIO6.pptx
SOSIO6.pptx
 
Psikologi kepribadian-1235077983853326-1
Psikologi kepribadian-1235077983853326-1Psikologi kepribadian-1235077983853326-1
Psikologi kepribadian-1235077983853326-1
 
Persepsi Sosial
 Persepsi Sosial Persepsi Sosial
Persepsi Sosial
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologi
 
Individu,keluarga,dan masyarakat
Individu,keluarga,dan masyarakatIndividu,keluarga,dan masyarakat
Individu,keluarga,dan masyarakat
 
Makalah isd dosen
Makalah isd dosenMakalah isd dosen
Makalah isd dosen
 
Presentation kuliah perdana
Presentation kuliah perdanaPresentation kuliah perdana
Presentation kuliah perdana
 
Presentation kuliah
Presentation kuliah Presentation kuliah
Presentation kuliah
 
Dinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasiDinamika kelompok dalam organisasi
Dinamika kelompok dalam organisasi
 
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosionalModul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
Modul 2 psikologi perkembangan sosial-emosional
 
Persepsi novi catur muspita
Persepsi novi catur muspitaPersepsi novi catur muspita
Persepsi novi catur muspita
 

Identitas sosial

  • 1.
  • 2. IDENTITAS SOSIAL Menurut William James dalam Walgito, identitas sosial lebih diartikan sebagai diri pribadi dalam interaksi sosial, dimana diri adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan fisiknya sendiri saja, melainkan juga tentang anak– istrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, teman– temannya, milikinya, uangnya dan lain–lain. Lebih lanjut disimpulkan bahwa diri adalah semua ciri, jenis kelamin, pengalaman, sifat – sifat, latar belakang budaya, pendidikan, dan semua atribut yang melekat pada seseorang.
  • 3. 4 Dimensi dalam mengkonseptualisasikan identitas sosial Menurut Jackson and Smith dalam Barron and Donn: 1.Persepsi dalam konteks antar kelompok. 2.Daya tarik in- group 3.Keyakinan saling terkait 4.Depersonalisasi Keempat dimensi di atas, cenderung muncul ketika individu berada ditengah – tengah kelompok.
  • 4. Komponen dalam Identitas Sosial 1. Diri pribadi Berfikir mengenai diri sendiri merupakan hal yang paling sering dilakukan oleh orang. Pada umumnya, orang akan berpusat pada dirinya sendiri. Sehingga, diri adalah pusat dari dunia sosial setiap orang. James membagi diri menjadi dua jenis. Pertama diri sebagai “DIRI”. Dan yang kedua diri sebagai “AKU”. Diri adalah aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain sebagai objek (objective self) sedangkan Aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berfikir dan berkehendak (subjective self).
  • 5. Aspek-aspek dalam diri : Kesadaran diri subjektif Kesadaran diri objektif Kesadaran diri simbolik
  • 6. • 2. Konsep diri pribadi Konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri terhadap diri sendiri yang teroganisir. Chaplin mengartikan konsep diri sebagai evaluasi individu mengenai diri sendiri; penilaian atau penaksiran mengenai diri sendiri oleh individu yang bersangkutan. Struktur konsep diri : 1.Central Self – conception 2.Peripheral self – conception
  • 7. Diri dan Konsep Diri Ketika diri berjalan selaras dengan konsep diri yang diyakini oleh individu, maka yang akan muncul kemudian adalah effect self – reference. efek ini berasal dari perhatian dan memori yang terjadi karena pemrosesan kognitif terhadap informasi yang relevan terhadap diri lebih efisien daripada pemoresesan informasi jenis lain.
  • 8. Konsep Diri Sosial Selain identitas diri unik yang dikenal dengan identitas diri personal, juga ada aspek sosial dari diri yang kita bagi dengan orang lain. Aspek ini yang kita sebut dengan konsep diri sosial. Secara umum didefinisikan bahwa diri sosial adalah bagian dari siapa kita dan bagaimana kita berfikir tentang diri kita sendiri ditentukan oleh identitas kolektif. Terdapat 2 komponen yang melandasi diri sosial, yaitu: 1.Hubungan interpersonal 2.Hubungan keanggotaan pada kelompok yang lebih besar
  • 9. FAKTOR EKSTERNAL YANG MEMPENGARUHI KONSEP DIRI 1. Perubahan usia 2. Memasuki pekerjaan baru 3. Perubahan hidup yang besar 4. Interaksi interpersonal
  • 10. Self - Esteem Ada banyak motif yang memungkinkan munculnya self – esteem, yaitu: 1.Self – assesment 2.Self – enhancement 3.Self - verification
  • 11. Mengevaluasi diri sendiri Ketika individu memiliki self – esteem yang tinggi terhadap dirinya sendiri, berarti individu tersebut memiliki kecenderungan menyukai dirinya sendiri. Evaluasi positif tersebut, sebagian berdasarkan opini orang lain dan sebagian berdasarkan dari pengalaman spesifik individu tersebut. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa pembentukan self – esteem tidak lepas dari pengaruh budaya setempat.
  • 12. Social comparisons Ketika individu mengevaluasi tentang siapa dirinya, secara langsung dia akan menemukan informasi utama yang relevan tersebut di orang lain. Individu akan menilai dirinya sendiri atas dasar perbandingan sosial. Ini yang disebut dengan social comparison. Social comparison tersebut bergantung pada siapa, kelompok apa atau aspek apa yang dijadikan sebagai parameter pembanding. Ketika individu membandingkan bahwa orang lain jauh lebih buruk daripada dirinya, maka ini dikenal dengan istilah perbandingan sosial ke bawah (baca; downward social comparison). Sikap ini bisa menjadi positif atau negatif pada individu terssebut, bergantung pada kelompok pembandingnya
  • 13. Aspek lain dari fungsi Self Self – focusing Individu, disadari atau tidak dalam keadaan apapun akan selalu memberikan perhatian kepada dirinya sendiri dan dunia eksternalnya. Ini yang disebut dengan fokus diri (self – focusing). Lebih lanjut didefinisikan bahwa fokus diri adalah tingkah laku yang mengarahkan perhatian seseorang kepada diri sendiri daripada sekelilingnya. Fokus diri yang terus menerus dan konsisten dapat menyebabkan kesulitan bagi individunya. Kondisi ini, berdasarkan hasil penelitian sering dan lebih kuat terjadi pada wanita dibanding pria (Flory,dkk. 2000).
  • 14. Self – monitoring Istilah self – monitoring merujuk pada kecenderungan untuk mengatur tingkah – laku berdasarkan petunjuk eksternal seperti bagaimana orang lain bereaksi (self – monitoring tinggi) atau berdasar pada petunjuk internal sebagai petunjuk keyakinan seseorang dan sikapnya (self – monitoring rendah). 1.Self – monitoring rendah Individu dengan monitoring diri yang rendah cenderung akan melakukan dengan cara yang konsisten terlepas dari situasi yang ia hadapi. 2.Self – monitoring tinggi Individu dengan monitoring diri yang tinggi akan cenderung mengubah bertingkah laku saat situasi berubah.
  • 15. Self – efficacy (Percaya pada diri sendiri) Merupakan evaluasi seseorang terhadap kemampuan dan kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan (Bandura, 1977). Lebih lanjut mengenai self-efficacy, Bandura (2000) mengajukan self-efficacy kolektif yaitu keyakinan yang dibagi oleh anggota sebuah kelompok bahwa aksi kolektif akan menghasilkan efek yang diinginkan.
  • 16. GENDER : Menjadi Seorang Laki-laki atau Perempuan Sebagai Aspek Krusial Identitas Jenis kelamin dan Gender Jenis kelamin didefinisikan sebagai istilah biologis berdasarkan perbedaan anatomi fisik antara laki-laki dan perempuan. Gender merujuk pada segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin individu, termasuk peran, tingkah laku, kecenderungan, dan atribut lain yang mendefinisikan arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam kebudayaan yang ada.
  • 17. Dasar identitas gender Teori skema gender menyatakan bahwa anak-anak memiliki kesiapan umum untuk mengorganisasikan informasi tentang self atas dasar definisi budaya pada atribut laki-laki dan perempuan yang sesuai (Bem, 1981, 1983). Dengan bertambah dewasanya anak, tipe jenis kelamin (sex typing) terjadi ketika mereka memahami stereotip “tepat” yang berhubungan dengan kelaki-lakian dan kepermpuanan dalam budaya mereka. Hal penting dari apa yang dipelajari anak tentang gender adalah berdasarkan observasi terhadap orang tua mereka dan mencoba menjadi seperti mereka.
  • 18. Peran Tingkah Laku Gender dan Reaksi Terhadapnya Dengan diperkenalkannya androgini sebagai salah satu kemungkinan peran gender, banyak penelitian berfokus pada hipotesis yang menyatakan bahwa androgini lebih disukai daripada tipe gender laki-laki atau perempuan. Dalam budaya tertentu, maskulinitas lebih menguntungkan dibandingkan androgini. Abdalla (1995) mempelajari self-efficacy dari mahasiswa Arab di Qatar dan Kuwait dalam proses membuat keputusan karir.
  • 19. Dibalik jenis maskulinitas dan feminitas yang diteliti oleh BSRI, ada identifikasi peran eksterm.hal pertama yang dipelajari adalah hipermaskulinitas dan hiperfeminitas. Baik hipermaskulinitas dan hiperfeminitas berhubungan dengan dukungan terhadap berbagai bentuk agresi legal. Bahkan pada tingkat maskulinitas yang kurang eksterm, pria yang mengidentifikasikan diri secara kuat dengan peran maskulin bertingkah laku lebih kasar dan agresif dibanding pria yang moderat.
  • 20.
  • 21. Peran Gender Tradisional pada masa ke-21 Pad tahun 1998 konvensi U.S Southern Babtist menyetujui deklarasi bahwa wanita seharusnya “ mengabdikan dirinya dengan senang hati” pada kepemimpinan suaminya dan seorang pria harus ”membiayai, melindungi dan mempin keluarganya” (niebuhr, 1998) Pria dan Laki-laki memainkan peran yang aktif dalam mengambil keputusan sementara wanita dan anak perempuan hanya mengikuti pimpinan laki-laki.
  • 22. Perbedaan kenis kelamin dalam tingkah laku interpersonal Laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan tingkah laku karna mereka memiliki jumlah hormon yang berbeda. Pria memiliki tingkat testoteron yang lebih tinggi dibanding wanita, sehingga pria bertingkah laku lebih dominan dibanding wanita. Aube serta kolegannya (2000).menyatakan bahwa alasan dari perbedaan jenis kelamin adalah karena wanita merasa terlalu bertanggung jawab akan kesejahteraan orang lain dan sulit bersikap asertif galam lingkungannya.
  • 23. Perbedaan Persepsidiri Laki-laki dan perempuan Dibanding pria, wanita cenderung mengekspresikan kekhawatiran dalam ketidak puasan lebih banyak terhadap tubuh dan penampilan fisik mereka secara keseluruhan (Hagborg, 1993). Bahkan penuaan dipandang lebih negatif bagi wanita dari pada pria (Clark, 1986). Kolumnis Dave Barry(1998) menyatakan bahwa pria memandang diri mereka memiliki penampilan biasa- biasa saja, ini menarik. Namun bagi wanita, memiliki penampilan biasa-biasa saja berarti penampilan mereka tersebut tidak cukup memuaskan.