SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
i
TUGAS MANDIRI
TUTORIAL PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN OCTAVE
MATA KULIAH : Pengolahan Citra Digital (Praktek / Teori)
Nama Mahasiswa : Hegie Octori Hardianto
NPM : 130210264
Kode Kelas : 142-TI28T-M5 / 142-TI28P-M5
Dosen : Cosmas Eko Suharyanto, S.Kom.
UNIVERSITAS PUTERA BATAM
2015
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan
karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas mandiri mata kuliah
Pengolahan Citra Digital ini. Penulis menyadari bahwa laporan tugas mandiri ini masih
jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Karena itu, kritik dan saran akan
senang hati penulis terima.
Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari pula bahwa laporan tugas
mandiri ini takkan terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai
pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima
kasih kepada Cosmas Eko Suharyanto, S.Kom. selaku dosen mata kuliah Pengolahan
Citra Digital. Semoga Tuhan membalas kebaikan dan mencurahkan rahmatNya yang
melimpah, Amin.
Batam, Juni 2015
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
TUTORIAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN
OCTAVE............................................................................................................... 1
1
TUTORIAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN
MENGGUNAKAN OCTAVE
1. Pengertian Pengolahan Citra Digital
Secara umum, istilah pengolahan citra digital menyatakan β€œpemrosesan
gambar berdimensi-dua melalui komputer digital” (Jain, 1989). Menurut Efford
(2000), pengolahan citra adalah istilah umum untuk berbagai teknik yang
keberadaannya untuk memanipulasi dan memodifikasi citra dengan berbagai cara.
Foto adalah contoh gambar berdimensi dua yang bisa diolah dengan mudah. Setiap
foto dalam bentuk citra digital (misalnya berasal dari kamera digital) dapat diolah
melalui perangkat-lunak tertentu. Sebagai contoh, apabila hasil bidikan kamera
terlihat agak gelap, citra dapat diolah agar menjadi lebih terang. Dimungkinkan
pula untuk memisahkan foto orang dari latarbelakangnya. Gambaran tersebut
menunjukkan hal sederhana yang dapat dilakukan melalui pengolahan citra digital.
Tentu saja, banyak hal lain yang lebih pelik yang dapat dilakukan melalui
pengolahan citra digital.
Pengolahan citra antara lain berperan untuk memisahkan objek dari
latarbelakang secara otomatis. Selanjutnya, objek akan diproses oleh
pengklasifikasi pola. Sebagai contoh, sebuah objek buah bisa dikenali sebagai
jeruk, apel, atau pepaya. Pada penginderaan jarak jauh, tekstur atau warna pada
citra dapat dipakai untuk mengidentifikasi objek-objek yang terdapat di dalam
citra. Pengolahan citra juga memungkinkan wajah seseorang dikartunkan.
2. Octave
GNU Octave adalah suatu perangkat lunak gratis (freeware) dan bahasa
tingkat tinggi untuk komputasi numerik dan visualisasi data. Octave dirancang
sebagai tiruan dari Matlab. Sumber informasi mengenai Octave dapat dilihat pada
website www.octave.org.
2
Pada awalnya Octave dikembangkan oleh John W. Eaton (Universitas
Texas) dan sekarang pengembangan dan pemeliharaan Octave dilakukan oleh
beberapa orang volunteer dari berbagai penjuru dunia. Kelebihan utama dari
Octave yaitu gratis (freeware) dan tersedia untuk berbagai sistem operasi seperti
Windows 98/2000/XP, Mac OS/X, Debian, Suse, Fedora, RedHat Linux.
3. Menjalankan Program Octave
Pada kebanyakan sistem operasi program GNU Octave dapat dijalankan
dengan memberikan perintah octave pada shell command. Setelah perintah
tersebut kita berikan maka akan muncul suatu jendela GNU Octave. Pada jendela
tersebut akan ditampilkan beberapa pesan singkat mengenai Octave dan kemudian
di bawah pesan singkat tersebut ditampilkan sebuah prompt, yang menandakan
bahwa Octave siap untuk menerima perintah yang akan kita berikan. Gambar 1
adalah tampilan dari program Octave untuk sistem operasi Windows. Berikut
tampilan awal Program Octave:
4. Membaca dan Menampilakan Citra Pada Octave
Untuk kepentingan memudahkan dalam memahami hasil proses
pengolahan citra, Anda perlu mengenal perintah yang berguna untuk membaca
citra yang tersimpan dalam bentuk file. Octave menyediakan fungsi bernama
imread. Bentuk pemanggilannya:
Img = imread(nama_file_citra)
3
Dalam hal ini, nama_file_citra menyatakan nama file citra yang hendak
dibaca dan Img menyatakan larik (array) yang menampung data citra yang dibaca.
Sedangakan Citra dapat ditampilkan dengan mudah melalui fungsi
imshow. Contoh berikut digunakan untuk menampilkan citra yang terdapat di Img:
>> imshow(Img);
Berikut Contohnya:
5. Menampilkan Banyak Citra
Dalam octave, kita juga dapat menampilkan beberapa gambar sekaligus
dengan menggunakan subplot. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:
4
Hasilnya:
Angka-angka seltelah perintah sublot diatas berturut-turut berarti (banyak baris
yang akan ditampilkan, banyak kolom yang akan ditampilkan, citra ke...)
Berikut untuk citra yang lebih banyak:
5
6. Mengubah Citra Berwarna ke Citra Keabuan
Secara umum citra berwarna dapat dikonversikan ke citra berskala keabuan
melalui rumus:
𝐼 = π‘Ž π‘₯ 𝑅 + 𝑏 π‘₯ 𝐺 + 𝑐 π‘₯ 𝐡, π‘Ž + 𝑏 + 𝑐 = 1
Dengan R menyatakan nilai komponen merah, G menyatakan nilai
komponen hijau, dan B menyatakan nilai komponen biru. Misalnya, sebuah piksel
mempunyai komponen R, G, B sebagai berikut:
R = 50
G = 70
B = 61
Salah satu contoh rumus yang biasa dipakai untuk mengubah ke skala
keabuan yaitu:
𝐼 = 0,2989 π‘₯ 𝑅 + 0,5870 π‘₯ 𝐺 + 0,1141 π‘₯ 𝐡
Berikut contoh penerapannya:
6
7. Menyimpan Citra
Apabila kita ingin menyimpan sebuah citra yang telah kita olah ke Drive
C:/Image dengan nama misalnya abu.jpg, maka dalam octave penerpannya
sebagai berikut:
7
8. Menggunakan Histogram Citra
Histogram citra merupakan diagram yang menggambarkan frekuensi setiap
nilai intensitas yang muncul di seluruh piksel citra. Nilai yang besar menyatakan
bahwa piksel-piksel yang mempunyai intensitas tersebut sangat banyak. Pada citra
berskala keabuan, jumlah aras keabuan (biasa disimbolkan dengan L) sebanyak
256. Nilai aras dimulai dari 0 hingga 255. Untuk memperoleh histogram, gunakan
rumus berikut:
function histo(Img)
% HISTO Digunakan sebagai contoh pembuatan histogram
[jum_baris, jum_kolom] = size(Img);
Img = double(Img);
Histog = zeros(256, 1);
for baris=1 : jum_baris
for kolom=1 : jum_kolom
Histog(Img(baris, kolom)+1) = ...
Histog(Img(baris, kolom)+1) + 1;
end
end
% Tampilkan dalam bentuk diagram batang
Horis = (0:255)';
bar(Horis, Histog);
Selanjutnya untuk memunculkan histogram, panggil gambar yang akan dibuat
histogramnya, misalkan:
>> Img = imread('C:Imageabu.png'); 
>> histo(Img); 
Berikut contoh penerapan dari citra berikut:
8
9
Berikut perbedaannya ketika kita menggunakan citra yang lebih cerah:
9. Meningkatkan Kecerahan
Operasi dasar yang sering dilakukan pada citra adalah peningkatan
kecerahan (brightness). Operasi ini diperlukan dengan tujuan untuk membuat
gambar menjadi lebih terang. Secara matematis, peningkatan kecerahan dilakukan
dengan cara menambahkan suatu konstanta terhadap nilai seluruh piksel.
10
Misalkan, f(y, x) menyatakan nilai piksel pada citra berskala keabuan pada
koordinat (y, x). Maka, citra baru
𝑔( 𝑦, π‘₯) = 𝑓( 𝑦, π‘₯) + 𝛽
telah meningkat nilai kecerahan semua pikselnya sebesar 𝛽 terhadap citra asli f(y,
x). Apabila Ξ² berupa bilangan negatif, kecerahan akan menurun atau menjadi lebih
gelap. Berikut contoh penerapannya :
Berikut perbedaan antara sebelum dan sesudahnya:
10. Meregangkan Kontras
Kontras dalam suatu citra menyatakan distribusi warna terang dan warna
gelap. Suatu citra berskala keabuan dikatakan memiliki kontras rendah apabila
distribusi warna cenderung pada jangkauan aras keabuan yang sempit.
Sebaliknya, citra mempunyai kontras tinggi apabila jangkauan aras keabuan lebih
terdistribusi secara melebar. Kontras dapat diukur berdasarkan perbedaan antara
nilai intensitas tertinggi dan nilai intensitas terendah yang menyusun piksel-piksel
dalam citra.
Sebelum Sesudah
11
Perlu diketahui, citra dengan kontras rendah acapkali terjadi karena
kondisi pencahayaan yang jelek ataupun tidak seragam. Hal itu dapat diakibatkan
oleh sensor-sensor penangkap citra yang tidak linear (Jain, 1989). Agar distribusi
intensitas piksel berubah perlu dilakukan peregangan kontras. Hal ini dilaksanakan
dengan menggunakan rumus
𝑔( 𝑦, π‘₯) = 𝛼 𝑓( 𝑦, π‘₯)
Berdasarkan rumus di atas, kontras akan naik kalau Ξ± > 1 dan kontras akan
turun kalau Ξ± < 1. Berikut contoh penerapannya:
Berikut perbandingan antara sebelum dan sesudahnya:
11. Kombinasi Kecerahan dan Kontras
Operasi peningkatan kecerahan dan peregangan kontras dapat dilakukan
sekaligus untuk kepentingan memperbaiki citra. Secara umum, gabungan kedua
operasi tersebut dapat ditulis menjadi
𝑔( 𝑦, π‘₯) = 𝛼 𝑓( 𝑦, π‘₯) + 𝛽
Berikut contoh implementasi rumus diatas:
Sebelum Sesudah
12
Hasil penerapannya:
12. MenggeserCitra
Penggeseran citra ke arah mendatar atau vertikal dapat dilaksanakan
dengan mudah. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
π‘₯ π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘’ = π‘₯ π‘™π‘Žπ‘šπ‘Ž + 𝑠 π‘₯
𝑦 π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘’ = π‘¦π‘™π‘Žπ‘šπ‘Ž + 𝑠 𝑦
Untuk penyederhanaan pembahasan, sx dan sy dianggap bertipe bilangan bulat.
Berikut contoh program yang digunakan untuk melakukan penggeseran citra:
Sebelum Sesudah
13
13. Memutar Citra
Suatu citra dapat diputar dengan sudut πœƒ seiring arah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam dengan pusat putaran pada koordinat (0,0). Adapun
rumus yang digunakan untuk memutar citra dengan sudut πœƒ berlawanan arah jam
berupa:
π‘₯ π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘’ = π‘₯ βˆ— πΆπ‘œπ‘ ( πœƒ) + 𝑦 βˆ— 𝑆𝑖𝑛( πœƒ)
𝑦 π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘’ = 𝑦 βˆ— πΆπ‘œπ‘ ( πœƒ) βˆ’ π‘₯ βˆ— 𝑆𝑖𝑛(πœƒ)
Berdasarkan Persamaan diatas, pemutaran citra dengan sudut πœƒ searah
jarum jam dapat dilakukan. Caranya, dengan menggunakan x dan y sebagai posisi
baru dan xbaru justru sebagai posisi lama. Pada saat menghitung dengan rumus di
atas, apabila posisi koordinat (ybaru ,xbaru) berada di luar area [1, lebar] dan [1,
tinggi], intensitas yang digunakan berupa nol. Cara inilah yang merupakan contoh
pemetaan ke belakang. Implementasinya dapat dilihat berikut ini:
14

More Related Content

What's hot

Pcd topik1 - fundamental
Pcd   topik1 - fundamentalPcd   topik1 - fundamental
Pcd topik1 - fundamentalSyafrizal
Β 
Matlabputufahri
MatlabputufahriMatlabputufahri
MatlabputufahrianakBaik
Β 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citraOvie Poenya
Β 
Tugas mandiri pengolahan citra digital
Tugas mandiri pengolahan citra digitalTugas mandiri pengolahan citra digital
Tugas mandiri pengolahan citra digitalAndree Ddoank
Β 
Matlab Untuk Pengolahan Citra
Matlab Untuk Pengolahan CitraMatlab Untuk Pengolahan Citra
Matlab Untuk Pengolahan Citraarifgator
Β 
Bab 11 citra biner
Bab 11 citra binerBab 11 citra biner
Bab 11 citra binerSyafrizal
Β 
Tugas mandiri pengolahan citra digital
Tugas mandiri pengolahan citra digitalTugas mandiri pengolahan citra digital
Tugas mandiri pengolahan citra digitalFauji Gabe
Β 
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalSyafrizal
Β 
Bab 10 pemampatan citra
Bab 10 pemampatan citraBab 10 pemampatan citra
Bab 10 pemampatan citraSyafrizal
Β 
Pengolahan citra digital
Pengolahan citra digitalPengolahan citra digital
Pengolahan citra digitalDin Afriansyah
Β 
Jenis-Jenis Format Citra
Jenis-Jenis Format CitraJenis-Jenis Format Citra
Jenis-Jenis Format CitraLesmardin Hasugian
Β 
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)khaerul azmi
Β 
Bab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citraBab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citraSyafrizal
Β 
Pertemuan 1 - Introduction - Citra Digital
Pertemuan 1 - Introduction - Citra DigitalPertemuan 1 - Introduction - Citra Digital
Pertemuan 1 - Introduction - Citra Digitalahmad haidaroh
Β 
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)Abdullah Azzam Al Haqqoni
Β 
Materi 1 Konsep Citra
Materi 1 Konsep CitraMateri 1 Konsep Citra
Materi 1 Konsep Citradedidarwis
Β 
Bab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepiBab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepiSyafrizal
Β 

What's hot (20)

Pcd topik1 - fundamental
Pcd   topik1 - fundamentalPcd   topik1 - fundamental
Pcd topik1 - fundamental
Β 
Matlabputufahri
MatlabputufahriMatlabputufahri
Matlabputufahri
Β 
jurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citrajurnal pengolahan citra
jurnal pengolahan citra
Β 
Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)Slide minggu 6 (citra digital)
Slide minggu 6 (citra digital)
Β 
Tugas mandiri pengolahan citra digital
Tugas mandiri pengolahan citra digitalTugas mandiri pengolahan citra digital
Tugas mandiri pengolahan citra digital
Β 
Matlab Untuk Pengolahan Citra
Matlab Untuk Pengolahan CitraMatlab Untuk Pengolahan Citra
Matlab Untuk Pengolahan Citra
Β 
Bab 11 citra biner
Bab 11 citra binerBab 11 citra biner
Bab 11 citra biner
Β 
Tugas mandiri pengolahan citra digital
Tugas mandiri pengolahan citra digitalTugas mandiri pengolahan citra digital
Tugas mandiri pengolahan citra digital
Β 
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijitalBab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Bab 4 operasi-operasi dasar pengolahan citra dijital
Β 
Bab 10 pemampatan citra
Bab 10 pemampatan citraBab 10 pemampatan citra
Bab 10 pemampatan citra
Β 
Pengolahan citra digital
Pengolahan citra digitalPengolahan citra digital
Pengolahan citra digital
Β 
Jenis-Jenis Format Citra
Jenis-Jenis Format CitraJenis-Jenis Format Citra
Jenis-Jenis Format Citra
Β 
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)pembentukan citra (pengolahan citra digital)
pembentukan citra (pengolahan citra digital)
Β 
Bab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citraBab 2 pembentukan citra
Bab 2 pembentukan citra
Β 
Pertemuan 1 - Introduction - Citra Digital
Pertemuan 1 - Introduction - Citra DigitalPertemuan 1 - Introduction - Citra Digital
Pertemuan 1 - Introduction - Citra Digital
Β 
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Pengolahan Citra Digital (Resume materi kuliah)
Β 
Modul 1 pengolahan citra
Modul 1 pengolahan citraModul 1 pengolahan citra
Modul 1 pengolahan citra
Β 
Materi 1 Konsep Citra
Materi 1 Konsep CitraMateri 1 Konsep Citra
Materi 1 Konsep Citra
Β 
Bab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepiBab 8 pendeteksian tepi
Bab 8 pendeteksian tepi
Β 
Pcd 5
Pcd 5Pcd 5
Pcd 5
Β 

Similar to TM pengolahan citra digital

Tutorial pengolahan citra menggunakan octave
Tutorial pengolahan citra menggunakan octaveTutorial pengolahan citra menggunakan octave
Tutorial pengolahan citra menggunakan octaveTumiarsimamora
Β 
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdfASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdfDikywahyu5
Β 
Tifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunus
Tifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunusTifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunus
Tifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunusTifanie Indah
Β 
Tifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunus
Tifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunusTifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunus
Tifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunusTifanie Indah
Β 
Laporan tugasgrafikakomputer merancangbangun3ddenganopeng-ldanvb6.docx
Laporan tugasgrafikakomputer merancangbangun3ddenganopeng-ldanvb6.docxLaporan tugasgrafikakomputer merancangbangun3ddenganopeng-ldanvb6.docx
Laporan tugasgrafikakomputer merancangbangun3ddenganopeng-ldanvb6.docxkomzud
Β 
Citra digital
Citra digitalCitra digital
Citra digitalcalderaboys
Β 
Pertemuan 2 Kuantitas,Kualitas Citra dan Pemograman Citra di Matlab.pdf
Pertemuan 2 Kuantitas,Kualitas Citra dan Pemograman Citra di Matlab.pdfPertemuan 2 Kuantitas,Kualitas Citra dan Pemograman Citra di Matlab.pdf
Pertemuan 2 Kuantitas,Kualitas Citra dan Pemograman Citra di Matlab.pdfFahriFauzih
Β 
Pengenalan photoshop
Pengenalan photoshopPengenalan photoshop
Pengenalan photoshopYahya Ma'arif
Β 
Projek asti(b) revisi
Projek asti(b) revisiProjek asti(b) revisi
Projek asti(b) revisiPande Narendra
Β 
Dasar Algoritma
Dasar Algoritma Dasar Algoritma
Dasar Algoritma casnadi
Β 
Makalah pemrograman mobile smart dimensional
Makalah pemrograman mobile smart dimensionalMakalah pemrograman mobile smart dimensional
Makalah pemrograman mobile smart dimensionalandreafrizza
Β 
2 pengenalan matlab
2 pengenalan matlab2 pengenalan matlab
2 pengenalan matlabSimon Patabang
Β 
membuat grafis dengan PHP
membuat grafis dengan PHPmembuat grafis dengan PHP
membuat grafis dengan PHPdetal 31392
Β 
Efisiensi algoritma
Efisiensi algoritmaEfisiensi algoritma
Efisiensi algoritmaIcha Dicaprio
Β 
pengantar metode numerik
 pengantar metode numerik pengantar metode numerik
pengantar metode numeriksoftscients
Β 

Similar to TM pengolahan citra digital (20)

Tutorial pengolahan citra menggunakan octave
Tutorial pengolahan citra menggunakan octaveTutorial pengolahan citra menggunakan octave
Tutorial pengolahan citra menggunakan octave
Β 
Operasi dasar matlab job 1
Operasi dasar matlab job 1Operasi dasar matlab job 1
Operasi dasar matlab job 1
Β 
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdfASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
ASLI_ 16_MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN CITRA DIGITAL v2023.pdf
Β 
Tifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunus
Tifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunusTifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunus
Tifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunus
Β 
Tifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunus
Tifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunusTifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunus
Tifanieindahyulianti 1610530183 tugasperulangan_algoritma_muhammadyunus
Β 
Laporan tugasgrafikakomputer merancangbangun3ddenganopeng-ldanvb6.docx
Laporan tugasgrafikakomputer merancangbangun3ddenganopeng-ldanvb6.docxLaporan tugasgrafikakomputer merancangbangun3ddenganopeng-ldanvb6.docx
Laporan tugasgrafikakomputer merancangbangun3ddenganopeng-ldanvb6.docx
Β 
Citra digital
Citra digitalCitra digital
Citra digital
Β 
File
FileFile
File
Β 
Pertemuan 2 Kuantitas,Kualitas Citra dan Pemograman Citra di Matlab.pdf
Pertemuan 2 Kuantitas,Kualitas Citra dan Pemograman Citra di Matlab.pdfPertemuan 2 Kuantitas,Kualitas Citra dan Pemograman Citra di Matlab.pdf
Pertemuan 2 Kuantitas,Kualitas Citra dan Pemograman Citra di Matlab.pdf
Β 
Pengenalan photoshop
Pengenalan photoshopPengenalan photoshop
Pengenalan photoshop
Β 
Projek asti(b) revisi
Projek asti(b) revisiProjek asti(b) revisi
Projek asti(b) revisi
Β 
Dasar Algoritma
Dasar Algoritma Dasar Algoritma
Dasar Algoritma
Β 
Wirman algoritma
Wirman algoritmaWirman algoritma
Wirman algoritma
Β 
Algoritma
AlgoritmaAlgoritma
Algoritma
Β 
Makalah pemrograman mobile smart dimensional
Makalah pemrograman mobile smart dimensionalMakalah pemrograman mobile smart dimensional
Makalah pemrograman mobile smart dimensional
Β 
2 pengenalan matlab
2 pengenalan matlab2 pengenalan matlab
2 pengenalan matlab
Β 
membuat grafis dengan PHP
membuat grafis dengan PHPmembuat grafis dengan PHP
membuat grafis dengan PHP
Β 
Efisiensi algoritma
Efisiensi algoritmaEfisiensi algoritma
Efisiensi algoritma
Β 
pengantar metode numerik
 pengantar metode numerik pengantar metode numerik
pengantar metode numerik
Β 
Dasar matlab
Dasar matlabDasar matlab
Dasar matlab
Β 

Recently uploaded

1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
Β 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
Β 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfsdn3jatiblora
Β 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
Β 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
Β 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
Β 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
Β 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
Β 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
Β 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
Β 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
Β 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BAbdiera
Β 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTIndraAdm
Β 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
Β 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
Β 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
Β 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
Β 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
Β 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
Β 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
Β 

Recently uploaded (20)

1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
Β 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
Β 
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdfaksi nyata sosialisasi  Profil Pelajar Pancasila.pdf
aksi nyata sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Β 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
Β 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
Β 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
Β 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Β 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
Β 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
Β 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
Β 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Β 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase BModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 4 Fase B
Β 
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UTKeterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Keterampilan menyimak kelas bawah tugas UT
Β 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
Β 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Β 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
Β 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Β 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Β 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
Β 
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
Β 

TM pengolahan citra digital

  • 1. i TUGAS MANDIRI TUTORIAL PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN OCTAVE MATA KULIAH : Pengolahan Citra Digital (Praktek / Teori) Nama Mahasiswa : Hegie Octori Hardianto NPM : 130210264 Kode Kelas : 142-TI28T-M5 / 142-TI28P-M5 Dosen : Cosmas Eko Suharyanto, S.Kom. UNIVERSITAS PUTERA BATAM 2015
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas mandiri mata kuliah Pengolahan Citra Digital ini. Penulis menyadari bahwa laporan tugas mandiri ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Karena itu, kritik dan saran akan senang hati penulis terima. Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari pula bahwa laporan tugas mandiri ini takkan terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Cosmas Eko Suharyanto, S.Kom. selaku dosen mata kuliah Pengolahan Citra Digital. Semoga Tuhan membalas kebaikan dan mencurahkan rahmatNya yang melimpah, Amin. Batam, Juni 2015 Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................................i KATA PENGANTAR...............................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................................iii TUTORIAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN OCTAVE............................................................................................................... 1
  • 4. 1 TUTORIAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN OCTAVE 1. Pengertian Pengolahan Citra Digital Secara umum, istilah pengolahan citra digital menyatakan β€œpemrosesan gambar berdimensi-dua melalui komputer digital” (Jain, 1989). Menurut Efford (2000), pengolahan citra adalah istilah umum untuk berbagai teknik yang keberadaannya untuk memanipulasi dan memodifikasi citra dengan berbagai cara. Foto adalah contoh gambar berdimensi dua yang bisa diolah dengan mudah. Setiap foto dalam bentuk citra digital (misalnya berasal dari kamera digital) dapat diolah melalui perangkat-lunak tertentu. Sebagai contoh, apabila hasil bidikan kamera terlihat agak gelap, citra dapat diolah agar menjadi lebih terang. Dimungkinkan pula untuk memisahkan foto orang dari latarbelakangnya. Gambaran tersebut menunjukkan hal sederhana yang dapat dilakukan melalui pengolahan citra digital. Tentu saja, banyak hal lain yang lebih pelik yang dapat dilakukan melalui pengolahan citra digital. Pengolahan citra antara lain berperan untuk memisahkan objek dari latarbelakang secara otomatis. Selanjutnya, objek akan diproses oleh pengklasifikasi pola. Sebagai contoh, sebuah objek buah bisa dikenali sebagai jeruk, apel, atau pepaya. Pada penginderaan jarak jauh, tekstur atau warna pada citra dapat dipakai untuk mengidentifikasi objek-objek yang terdapat di dalam citra. Pengolahan citra juga memungkinkan wajah seseorang dikartunkan. 2. Octave GNU Octave adalah suatu perangkat lunak gratis (freeware) dan bahasa tingkat tinggi untuk komputasi numerik dan visualisasi data. Octave dirancang sebagai tiruan dari Matlab. Sumber informasi mengenai Octave dapat dilihat pada website www.octave.org.
  • 5. 2 Pada awalnya Octave dikembangkan oleh John W. Eaton (Universitas Texas) dan sekarang pengembangan dan pemeliharaan Octave dilakukan oleh beberapa orang volunteer dari berbagai penjuru dunia. Kelebihan utama dari Octave yaitu gratis (freeware) dan tersedia untuk berbagai sistem operasi seperti Windows 98/2000/XP, Mac OS/X, Debian, Suse, Fedora, RedHat Linux. 3. Menjalankan Program Octave Pada kebanyakan sistem operasi program GNU Octave dapat dijalankan dengan memberikan perintah octave pada shell command. Setelah perintah tersebut kita berikan maka akan muncul suatu jendela GNU Octave. Pada jendela tersebut akan ditampilkan beberapa pesan singkat mengenai Octave dan kemudian di bawah pesan singkat tersebut ditampilkan sebuah prompt, yang menandakan bahwa Octave siap untuk menerima perintah yang akan kita berikan. Gambar 1 adalah tampilan dari program Octave untuk sistem operasi Windows. Berikut tampilan awal Program Octave: 4. Membaca dan Menampilakan Citra Pada Octave Untuk kepentingan memudahkan dalam memahami hasil proses pengolahan citra, Anda perlu mengenal perintah yang berguna untuk membaca citra yang tersimpan dalam bentuk file. Octave menyediakan fungsi bernama imread. Bentuk pemanggilannya: Img = imread(nama_file_citra)
  • 6. 3 Dalam hal ini, nama_file_citra menyatakan nama file citra yang hendak dibaca dan Img menyatakan larik (array) yang menampung data citra yang dibaca. Sedangakan Citra dapat ditampilkan dengan mudah melalui fungsi imshow. Contoh berikut digunakan untuk menampilkan citra yang terdapat di Img: >> imshow(Img); Berikut Contohnya: 5. Menampilkan Banyak Citra Dalam octave, kita juga dapat menampilkan beberapa gambar sekaligus dengan menggunakan subplot. Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:
  • 7. 4 Hasilnya: Angka-angka seltelah perintah sublot diatas berturut-turut berarti (banyak baris yang akan ditampilkan, banyak kolom yang akan ditampilkan, citra ke...) Berikut untuk citra yang lebih banyak:
  • 8. 5 6. Mengubah Citra Berwarna ke Citra Keabuan Secara umum citra berwarna dapat dikonversikan ke citra berskala keabuan melalui rumus: 𝐼 = π‘Ž π‘₯ 𝑅 + 𝑏 π‘₯ 𝐺 + 𝑐 π‘₯ 𝐡, π‘Ž + 𝑏 + 𝑐 = 1 Dengan R menyatakan nilai komponen merah, G menyatakan nilai komponen hijau, dan B menyatakan nilai komponen biru. Misalnya, sebuah piksel mempunyai komponen R, G, B sebagai berikut: R = 50 G = 70 B = 61 Salah satu contoh rumus yang biasa dipakai untuk mengubah ke skala keabuan yaitu: 𝐼 = 0,2989 π‘₯ 𝑅 + 0,5870 π‘₯ 𝐺 + 0,1141 π‘₯ 𝐡 Berikut contoh penerapannya:
  • 9. 6 7. Menyimpan Citra Apabila kita ingin menyimpan sebuah citra yang telah kita olah ke Drive C:/Image dengan nama misalnya abu.jpg, maka dalam octave penerpannya sebagai berikut:
  • 10. 7 8. Menggunakan Histogram Citra Histogram citra merupakan diagram yang menggambarkan frekuensi setiap nilai intensitas yang muncul di seluruh piksel citra. Nilai yang besar menyatakan bahwa piksel-piksel yang mempunyai intensitas tersebut sangat banyak. Pada citra berskala keabuan, jumlah aras keabuan (biasa disimbolkan dengan L) sebanyak 256. Nilai aras dimulai dari 0 hingga 255. Untuk memperoleh histogram, gunakan rumus berikut: function histo(Img) % HISTO Digunakan sebagai contoh pembuatan histogram [jum_baris, jum_kolom] = size(Img); Img = double(Img); Histog = zeros(256, 1); for baris=1 : jum_baris for kolom=1 : jum_kolom Histog(Img(baris, kolom)+1) = ... Histog(Img(baris, kolom)+1) + 1; end end % Tampilkan dalam bentuk diagram batang Horis = (0:255)'; bar(Horis, Histog); Selanjutnya untuk memunculkan histogram, panggil gambar yang akan dibuat histogramnya, misalkan: >> Img = imread('C:Imageabu.png');  >> histo(Img);  Berikut contoh penerapan dari citra berikut:
  • 11. 8
  • 12. 9 Berikut perbedaannya ketika kita menggunakan citra yang lebih cerah: 9. Meningkatkan Kecerahan Operasi dasar yang sering dilakukan pada citra adalah peningkatan kecerahan (brightness). Operasi ini diperlukan dengan tujuan untuk membuat gambar menjadi lebih terang. Secara matematis, peningkatan kecerahan dilakukan dengan cara menambahkan suatu konstanta terhadap nilai seluruh piksel.
  • 13. 10 Misalkan, f(y, x) menyatakan nilai piksel pada citra berskala keabuan pada koordinat (y, x). Maka, citra baru 𝑔( 𝑦, π‘₯) = 𝑓( 𝑦, π‘₯) + 𝛽 telah meningkat nilai kecerahan semua pikselnya sebesar 𝛽 terhadap citra asli f(y, x). Apabila Ξ² berupa bilangan negatif, kecerahan akan menurun atau menjadi lebih gelap. Berikut contoh penerapannya : Berikut perbedaan antara sebelum dan sesudahnya: 10. Meregangkan Kontras Kontras dalam suatu citra menyatakan distribusi warna terang dan warna gelap. Suatu citra berskala keabuan dikatakan memiliki kontras rendah apabila distribusi warna cenderung pada jangkauan aras keabuan yang sempit. Sebaliknya, citra mempunyai kontras tinggi apabila jangkauan aras keabuan lebih terdistribusi secara melebar. Kontras dapat diukur berdasarkan perbedaan antara nilai intensitas tertinggi dan nilai intensitas terendah yang menyusun piksel-piksel dalam citra. Sebelum Sesudah
  • 14. 11 Perlu diketahui, citra dengan kontras rendah acapkali terjadi karena kondisi pencahayaan yang jelek ataupun tidak seragam. Hal itu dapat diakibatkan oleh sensor-sensor penangkap citra yang tidak linear (Jain, 1989). Agar distribusi intensitas piksel berubah perlu dilakukan peregangan kontras. Hal ini dilaksanakan dengan menggunakan rumus 𝑔( 𝑦, π‘₯) = 𝛼 𝑓( 𝑦, π‘₯) Berdasarkan rumus di atas, kontras akan naik kalau Ξ± > 1 dan kontras akan turun kalau Ξ± < 1. Berikut contoh penerapannya: Berikut perbandingan antara sebelum dan sesudahnya: 11. Kombinasi Kecerahan dan Kontras Operasi peningkatan kecerahan dan peregangan kontras dapat dilakukan sekaligus untuk kepentingan memperbaiki citra. Secara umum, gabungan kedua operasi tersebut dapat ditulis menjadi 𝑔( 𝑦, π‘₯) = 𝛼 𝑓( 𝑦, π‘₯) + 𝛽 Berikut contoh implementasi rumus diatas: Sebelum Sesudah
  • 15. 12 Hasil penerapannya: 12. MenggeserCitra Penggeseran citra ke arah mendatar atau vertikal dapat dilaksanakan dengan mudah. Rumus yang digunakan sebagai berikut: π‘₯ π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘’ = π‘₯ π‘™π‘Žπ‘šπ‘Ž + 𝑠 π‘₯ 𝑦 π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘’ = π‘¦π‘™π‘Žπ‘šπ‘Ž + 𝑠 𝑦 Untuk penyederhanaan pembahasan, sx dan sy dianggap bertipe bilangan bulat. Berikut contoh program yang digunakan untuk melakukan penggeseran citra: Sebelum Sesudah
  • 16. 13 13. Memutar Citra Suatu citra dapat diputar dengan sudut πœƒ seiring arah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam dengan pusat putaran pada koordinat (0,0). Adapun rumus yang digunakan untuk memutar citra dengan sudut πœƒ berlawanan arah jam berupa: π‘₯ π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘’ = π‘₯ βˆ— πΆπ‘œπ‘ ( πœƒ) + 𝑦 βˆ— 𝑆𝑖𝑛( πœƒ) 𝑦 π‘π‘Žπ‘Ÿπ‘’ = 𝑦 βˆ— πΆπ‘œπ‘ ( πœƒ) βˆ’ π‘₯ βˆ— 𝑆𝑖𝑛(πœƒ) Berdasarkan Persamaan diatas, pemutaran citra dengan sudut πœƒ searah jarum jam dapat dilakukan. Caranya, dengan menggunakan x dan y sebagai posisi baru dan xbaru justru sebagai posisi lama. Pada saat menghitung dengan rumus di atas, apabila posisi koordinat (ybaru ,xbaru) berada di luar area [1, lebar] dan [1, tinggi], intensitas yang digunakan berupa nol. Cara inilah yang merupakan contoh pemetaan ke belakang. Implementasinya dapat dilihat berikut ini:
  • 17. 14