1. AUTOEXPERT / 6362 / AUTOEXPERT
Prologue
Berusaha lepas dari kelamnya perang Korea di era 1950-an,
Korea Selatan terus berkembang dan kini melesat terbang
menjadi salah satu poros wajah Asia modern. Secara
sistemik, negara yang memiliki julukan Negeri Ginseng ini
terus membangun sebuah “Nation Branding” lewat inovasi
dan kreasi terkini di bidang teknologi dan budaya, yang
dikemas dalam spirit Korean Wave (K-Wave).
Selain “Nation Branding” yang menjadi sarana pembuktian
ke negara-negara global, Korea Selatan pun selama dua
dekade terakhir berhasil mengubah wajah dunia otomotif
global dengan mengedepankan brand dan varian mobil
yang memadukan teknologi, desain, inovasi, serta tetap
mempertahankan cita rasa Asia. And the result is amazing!
Untuk edisi ini, kami ajak Anda merasakan spirit kebangkitan
industri otomotif Korea Selatan, tidak hanya dalam skala
internasional, tapi juga dalam skala nasional. Dalam skala
international, kami sajikan napak tilas dunia otomotif
Korea Selatan, termasuk wow factor dan ikon mobil yang
menjadi simbol perjalanan industri otomotif Korea Selatan
hingga saat ini.
Tak hanya itu, kami kan ajak Anda melihat visi dari misi dua
brand Korea Selatan, Hyundai dan Kia, dalam memajukan
image mobil Korea Selatan di Indonesia. Termasuk di
antaranya mengenai pelayanan, dan wow factor, serta masa
depan mobil Korea Selatan di kancah Indonesia.
The Rise of K-Autos
2. AUTOEXPERT / 6564 / AUTOEXPERT
orea Selatan memiliki satu
kesamaan dengan negara-negara
maju di kawasan Eropa. Salah
satu kesamaan tersebut ialah
kemajuan industri dimulai setelah
keterpurukan akibat perang yang
menorehkan sejarah dan luka
tersendiri.
Semangat untuk bangkit
dari keterpurukan inilah yang membuat Korea
Selatan mulai menatap industri otomotif sebagai
salah satu stimulus untuk membangkitkan
perekonomian negari. Adalah Choi Mu-Seong
bersama Choi Hae-Seong and Choi Soon-
Seong, yang memulai pergerakan industri
otomotif Korea Selatan di tahun 1955, dengan
menghadirkan mobil bertajuk Sibal (New Start)
berbasis kendaraan perang Jeep Willys.
Imbas gebrakan Choi Mu-Seong dengan
Sibal, pemerintah Korea Selatan di tahun 1962
mulai merancang sistem pembangunan industri
otomotif di negeri tersebut melalui serangkaian
program yang memfokuskan diri pada
pelarangan impor mobil non-Korea. Kecuali jika
mengadakan produksi dan joint venture bersama
brand lokal, serta mengajak para Chaebol
(konglomerat.red) memasuki bisnis otomotif
dengan membentuk ‘start-up’ brand mobil baru.
Hasilnya cukup signifikan, terhitung sejak ta-
hun 1962 bermunculan brand mobil Korea Selatan
yang merupakan hasil joint venture, sebut saja
Shinjin Motors yang mulai memproduksi mobil
perdana bersama Toyota, Saenara Motor (penda-
hulu Daewoo Motor) yang berkolaborasi dengan
Nissan dan General Motors, serta Ha Dong-hwan
Motor Company (SsangYong Motor Company)
dan Kyeongseong Precision Industry (Kia Motors)
bersama Jeep dan Mazda di tahun 1964.
Meski pada awalnya brand-brand tersebut
hanya bersifat sebagai assembler dan importir
parts, namun keinginan besar untuk belajar dari
para expert di kancah otomotif global semakin
menggeliat. Salah satu yang tergolong
ambisius dalam belajar dan menciptakan
kendaraan massal perdana yang diba
ngun oleh masyarakat Korea Selatan
ialah Hyundai Motor Company, yang
berhasil menjadi brand perdana yang
menghadirkan mobil massal perdana
Korea Selatan, Hyundai Pony, di tahun
1975, tujuh tahun setelah brand tersebut
berdiri.
Bukan sekadar mengedepankan
produksi dalam negeri, industri mobil
korea pun banyak mengundang expert
global untuk mensukseskan impian
Korea Selatan dalam memajukan
industri otomotif mereka. Nama-nama
seperti George Turnbull dari British
Leyland Motor Corporation dan rumah
desain Italdesign Giugiaro S.p.A adalah
sebagian insan expert di bidang otomotif
dunia yang turut serta memajukan dunia
otomotif Korea Selatan.
Ekspansi ke pasar otomotif di luar
Korea Selatan pun menjadi keputusan
tepat, setelah melihat kesiapan
infrastruktur pabrikan Korea Selatan
yang semakin mumpuni berkat joint
venture maupun dengan mengundang
para expert otomotif untuk mencurahkan
langkah terbaik untuk masuk ke pasar
internasional. Dan era 1970- 1980-an
menjadi era “Halo” bagi ekspansi varian
mobil asal Negeri Gingseng di kancah
dunia.
Meski tidak semasif ekspansi brand
mobil Jepang, brand mobil Korea Selatan
justru memulai secara perlahan ekspansi
mereka dengan fokus pasar di kawasan
Amerika dan Eropa terlebih dahulu,
sebelum akhinya ekspansi di kawasan
Asia. Keputusan tersebut juga diikuti
dengan pembangunan pabrik maupun
development centre dan perekrutan
engineer terbaik di kawasan Eropa
dan Asia. Selain itu, fokus produksi
kendaraan pun mulai berubah dari
sekedar menyediakan mobil ekonomis
yang bersifat value maker, menjadi
kendaraan yang teruji prima pada long-
term development, serta memiliki serta
build quality terbaik.
AKSI DI INDONESIA
Masyarakat Indonesia mulai akrab
dengan mobil Korea pada pertengahan
dekade 1990-an. Awalnya dimulai
pada 1995 dengan munculnya PT Citra
Mobil Nasional sebagai ATPM (Agen
Tunggal Pemegang Merek) Hyundai
dengan dua produk Elantra dan Accent.
Sebagai tambahan, muncul Daewoo yang
menghadirkan Espero dan Nexian dan
Ssangyong dengan Musso dan Korando.
History
K
Learn
Adapt
RunBelajar dari para insan terbaik di
industri otomotif, Korea Selatan pun
maju melesat menjadi salah satu negara
penting di kancah otomotif global.
Teks: Hafizh Fauzan
3. AUTOEXPERT / 6766 / AUTOEXPERT
History
Namun kisah paling heboh tentulah
program Mobil Nasional (Mobnas). Adalah
1997 PT Timor Putra Nasional melakukan
rebranding Kia Sephia menjadi Timor S515
pada 1997. Berikutnya, produk-produk
Hyundai ikut dinamai ulang menjadi
Bimantara Nenggala dan Cakra.
Sayang, krisis ekonomi mengguncang
kawasan Asia di tahun 1997 - 1998,
menyebabkan industri otomotif Korea
Selatan ikut terpukul. Salah satu buktinya
adalah dibelinya Kia Motors oleh Hyundai
Motor Company di tahun 1998. Selain
proses akuisisi, grup otomotif global pun
ikut menggunakan kesempatan ini untuk
masuk ke Korea Selatan lebih mudah.
Beberapa group yang berhasil melakukan
hal tersebut ialah General Motors dengan
GM Daewoo, Renault melalui Renault
Samsung Motors, serta Ssangyong Motor
Company dengan kepemilikan terakhir oleh
Mahindra & Mahindra Group.
Bagaimana dengan Indonesia?
Pergantian pemerintah pada 1998 pun
membuat progam Mobnas berhenti total.
Bimantara kembali menjadi Hyundai.
Kisah Timor pun berakhir, berganti kisah
dengan munculnya PT Kia Mobil Indonesia
pada 1999.
Deregulasi otomotif 1999 yang
mengizinkan impor kendaraan secara
CBU dimanfaatkan dengan sangat
baik oleh brand-brand Korea. Selain
mengedepankan dengan kendaraan
berjenis sedan, baik Hyundai dan Kia pun
turut memperkenalkan varian-varian yang
berhasil mengedepankan tren-tren terbaru
di kancah otomotif Indonesia pada tahun
2000-an. Sebut saja Hyundai Atoz dan
Kia Visto yang menjadi trendsetter untuk
kendaraan city-car, serta Kia Carnival
dan Hyundai Trajet yang menjadi ikon
booming-nya kendaraan MPV premium
dari Asia.
Tak hanya itu, kapabilitas Hyundai dan
Kia dalam menciptakan kendaraan yang
mendukung mobilitas masyarakat Tanah Air
pun sudah teruji, seperti Kia Sportage untuk
sektor militer, kepolisian dengan Hyundai
Elantra dan Sonata, hingga sarana transpor-
tasi komersial menggunakan Kia Travello.
Belakangan tinggal Kia dan Hyundai
yang eksis. Produk terakhir Ssangyong
adalah Rexton. Sementara strategi one brand
General Motors membuat Daewoo hanya
beroperasi di Korea Selatan. Meski begitu
produk-produk Daewoo masih membanjiri
pasar, menjadi basis line-up Chevrolet.
PRESTASI GLOBAL
Aksi brand Korea di pasar global pun
semakin menggeliat. Kia dan Hyundai
mulai membajak beberapa petinggi top
otomotif dunia di tahun 2005 hingga saat
ini, untuk mencurahkan kreasi mereka
dalam memajukan industri otomotif
mereka. Penekanan inovasi yang dilakukan
oleh kedua brand tersebut memang bersifat
long term dengan fokus pada sektor desain
dan teknologi mobil. Sehingga efeknya
baru terasa pada era 2010-an yang berhasil
menjadi era puncak dunia otomotif Korea
Selatan di kancah dunia.
Hasilnya sangat signifikan, baik dari
segi statistik angka maupun dari segi
inovasi yang diberikan. Menilik data
OICA (Organisation Internationale des
Constructeurs d’Automobiles), industri
otomotif Korea Selatan boleh berbangga
dengan total produksi domestik 4.124.116
unit untuk passenger car per tahun 2014,
dimana kontribusi terbesar diberikan
Hyundai dan Kia dengan total 3.208.685
unit.Bahkansecaraglobal,kolaborasikedua
brand tersebut berhasil mengalahkan Ford
Motor Company di peringkat ke lima pada
tahun yang sama, dengan total produksi
mencapai 8.008.987 unit. Wow!
Meski secara global mampu berada di
posisi empat, namun eksistensi Hyundai
dan Kia masih belum mampu bersaing
secarasengitdiTanahAir.Berdasarkandata
Total Industry Vehicle Sales oleh Gaikindo
per tahun 2015, dari total penjualan
1.013.291 unit, brand mobil Korea Selatan
hanya mampu menyumbangkan 4.325 unit
alias 0,4 % . Angka tersebut jauh di bawah
angka penjualan brand mobil asal Eropa
dengan 18.321 unit, serta Jepang dengan
988.715 unit.
The Last Standing
& The Newcomer
Dalam skala global, industri otomotif Korea
Selatan memang kalah dari segi jumlah
brand, jika dibandingkan industri otomotif
Jepang yang notabene merupakan saingan
terdekat. Dari awal booming industri
otomotif Korea Selatan hingga ini, hanya
Hyundai dan Kia yang berhasil menjadi
brand Korea Selatan yang bertahan dan eksis
di kancah global dunia.
Meski begitu, di kancah domestik Korea
Selatan Hyundai dan Kia tidak sendiri. Masih
ada tiga brand mobil yang berhasil bertahan
meski dengan positioning yang tidak sekuat
Hyundai dan Kia. Beberapa brand tersebut
di antaranya adalah GM Daewoo, Renault-
Samsung Motors, dan Ssangyong Motor.
Last but not least, Hyundai pun mencoba
menyasar segmen premium dengan merilis
sub-brand Genesis di tahun 2015, dengan
target market Amerika dan Eropa varian
perdana Genesis G90. Untuk mewujudkan
hal tersebut, Hyundai menempatkan
Manfred Fitzgerald (Lamborghini) sebagai
Senior Vice President, dengan formasi tim
kawakan seperti Luc Donckerwolke (VW
Group) dan Peter Schreyer (Hyundai-Kia)
untuk memimpin bidang desain, serta Albert
Biermann (BMW M) untuk sektor teknis dan
performa Genesis.
Meski terdapat perbedaan signifikan di
kancah global maupun di sektor domestik
Tanah Air, salah satu badan firma KMPG
dalam KPMG’s Global Automotive
Executive Survey 2015 mengungkapkan
bahwa positioning brand mobil asal Korea
Selatan, khususnya Hyundai-Kia, akan
berada di posisi lima besar dalam sektor
sales ranking hingga 2020 mendatang, di
bawah bayang-bayang General Motors,
Renault-Nissan, Toyota, dan Volkswagen
Group.
Lebih dari setengah abad industri
otomotif Korea Selatan terus berkembang
dari sekadar belajar memproduksi sebuah
mobil, hingga menjadi salah satu negara
yang mampu beradaptasi dengan market
yang dituju, dan melahirkan kendaraan-
kendaraan yang fungsional dan menjadi
trendsetter.
Pertanyaan pun muncul, bisakah
Indonesia memiliki kemajuan industri
seperti Korea Selatan? Well, maybe we
should try to learn, adapt, and run like a
South Korean carmaker!/
4. AUTOEXPERT / 6968 / AUTOEXPERT
Before &
After South
Korean Car
Hyundai Santa Fe
Diperkenalkan sejak tahun 2000, Hyundai Santa Fe berhasil
menjadi varian flagship Hyundai di segmen Mid-Size SUV
yang diterima di kancah global dunia. Varian yang sudah
mengalami perubahan tiga generasi ini membawa spirit baru
pada generasi ketiga, yang diperkenalkan di Indonesia pada
awal 2016 ini.
Membawa bahasa desain ‘Storm Edge’ yang dikembangkan
oleh Hyundai Design Centre di California, Santa Fe mengusung
serangkaian inovasi yang cukup
menjanjikan untuk pasar global dan
Indonesia. Salah satu inovasi tersebut
datang dari sistem teknologi
Common Rail Direct injection
dengan Variable Geometry Turbo
pada mesin diesel 2.2 liter
4-silinder yang disandangnya.
Efeknya adalah sang SUV
sanggup menghasilkan tenaga
197 ps dan torsi maksimal di
angka 445 Nm.
Kia Optima
Gemuknya segmen mid-size sedan di kancah global, tidak
disia-siakan oleh Kia yang kini mengedepankan varian
sedan sporty nan elegan, Kia Optima. Varian yang masih
berbagi ‘jiwa’ dengan Hyundai Sonata ini terus mendapatkan
penghargaan Best of The Best dari Red Dot Awards 2016.
Salah satu varian yang digarap secara langsung oleh Chief of
Design Kia, Peter Schreyer, ini masih mengedepankan ikon
‘tiger nose’ sebagai identitas Kia, serta dibalut sentuhan lekuk
desain aerodinamis. Under the hood, sang mid-size sedan
menggunakan jantung pacu 1.6 liter ‘Gamma’ Turbocharger
4-silinder, 2.4 liter ‘Theta’ GDI 4-silinder, dan 2.0 liter ‘Theta
II’ Turbocharger 4-silinder.
Genesis G90
Memasuki akhir tahun 2015, industri otomotif Korea Selatan
berhasil melangkah ke level yang jauh lebih ekslusif, dengan
menghadirkan sub-brand Genesis yang masih dalam lingkup
Hyundai. Membawa spirit Human-Centered Luxury, Genesis
akhirnya berhasil memperkenalkan salah satu calon kuda
hitam untuk melawan BMW 7-Series dan Mercedes-Benz
S-Class, Genesis G90
Didesain oleh Peter Schreyer dan Luc Donckerwolke dari
Prestige Design Division, penerus Hyundai Equus ini
membawa konsep Athletic Elegance yang terpancar dalam
siluet bodi yang eksotis. Dibalut kemewahan semi-aniline
leather dan glossy real wood, G90 mengusung tiga pilihan
jantung pacu yakni 3.8 liter V6 GDI berkekuatan 311 dk, 3.3
Liter V6 T-GDI bertenaga 365 dk, serta 5.0 Liter V8 GDI yang
sanggup menghantarkan total 419 dk.
Sibal
Langkah pertama dalam
historikal dunia otomotif
Korea Selatan dimulai
ketika tiga bersaudara
(Choi Mu-seong, Choi
Hae-seong, dan
Choi Soon-seong)
menciptakan sebuah
SUV 4x4 berbasis Jeep Willys,
yang memiliki nama “Sibal” atau dalam bahasa Indonesia disebut
sebagai perubahan. Diproduksi sejak Agustus 1955 hingga
Mei 1963, Sibal sukses diproduksi hingga 3000 unit, dimana
mayoritas Sibal dipergunakan untuk armada taksi.
For a start, Sibal menggunakan mesin 1.3 liter 4-silinder dengan
transmisi manual 4 percepatan. Kabarnya 50% material engine
dibuat di Korea Selatan dengan material spare part ex-US
Military. Oh ya, seluruh bodi mobil ini dipahat secara handmade
dengan menggunakan material kaleng oli. That’s what we called
ambitious!
Kia Brisa
Pengaruh aturan Automobile Industry Promotion Policy di tahun
1962 membuat brand mobil Korea Selatan jauh lebih berkembang,
karena brand mobil global harus melakukan joint venture dengan
entitas lokal, sehingga membuat pabrikan otomotif Korea Selatan
memiliki kesempatan besar dalam mempelajari sekaligus
membangun mobil yang memiliki standar tinggi. Salah satu
contohnya ialah Kia Brisa yang lahir di tahun 1974.
Memiliki basis dan teknologi serupa Mazda Familia 2nd Gen,
Kia Brisa menggandeng jantung pacu Mazda 1.0 liter 4-silinder
yang sanggup menghasilkan tenaga 62 ps. Tersedia dalam versi
pick-up dan sedan, Kia Brisa memiliki perbedaan di sektor
headlight dibandingkan Mazda Familia, dimana Brisa memiliki
twin headlight dan Familia menggunakan single headlight. Dari
produksi awal hingga 1982, Kia berhasil memproduksi Brisa
sebanyak 75,987 unit dengan 31 unit diekspor ke Qatar.
Hyundai Pony
Salah satu ‘halo’ project brand mobil Korea Selatan di kancah
internasional yang menuai kesuksesan signifikan adalah Hyundai
Pony. Mobil produksi massal pertama Korea Selatan yang memulai
debutnya di Turin Motor Show 1974 dan diproduksi pada 1975-
1990 ini merupakan hasil kolaborasi desain dari Italdesign
Giugiaro, powertrain dari Mitsubishi, dan tim engineering terbaik
Inggris ( Kenneth Barnett, John Simpson, Edward Chapman, John
Crosthwaite, Peter Slater) di bawah kendali ex- Managing Director
Austin Morris, Sir George Turnbull.
Diproduksi dalam varian hatchback dan estate, Pony hadir dalam
tiga tipe mesin 1.2 liter, 1.4 liter, dan 1.6 liter 4-silinder dari
Mitsubishi Galant. Meskipun banyak yang memparmasalahkan
reliabilitas dan kualitas yang rendah, tapi karena harganya
yang terjangkau membuat mobil ini langsung diekspor ke Chile,
Argentina, Kolombia, Ecuador, Mesir, Belgia, Belanda, Yunani,
Britania Raya, dan Kanada selama 1976-1982.
Transformasi rasanya menjadi kata
yang tepat dalam menggambarkan
industri otomotif Korea Selatan dari
awal era 1950an hingga saat ini.
Tidak hanya dari segi teknologi yang
berbeda, dalam desain pun mobil
korea selatan melakukan lompatan
signifikan dengan taste yang lebih
mendunia.
The
Giant
Leap Teks: Hafizh Fauzan
Foto: Dok. AutoExpert
5. AUTOEXPERT / 7170 / AUTOEXPERT
jebolan brand mobil Eropa sukses
menciptakan sebuah filosofi desain yang
ikonik untuk Hyundai dan Kia, yakni Fluidic
Sculpture dan Tiger Nose. Kedua identitas
inilah yang membuat Hyundai dan Kia
mudah dikenali oleh kacamata awam, serta
mampu memudahkan pemetaan segmen
pasar yang diraih masing-masing brand.
Kini, tugas desain Hyundai dan Kia
sedikit lebih terfokus usai Hyundai-Kia
Group memilih Peter Schreyer sebagai
Chief Design untuk kedua brand tersebut,
plus dengan hadirnya Genesis sebagai sub-
brand flagship dari Hyundai yang menyasar
segmen premium. Untuk Genesis, Peter
mendapatkan teammate Luc Donckerwolke
dari Volkswagen Group, yang akan menjadi
partner-nya dalam mengkreasikan filosofi
desain Athletic Elegance pada varian-varian
premium Genesis.
Innovation for 2020
Fokus development mobil kini tak lagi
sekedar membicarakan teknologi apa yang
akan menjadi trend di dunia otomotif,
Technology
& Design
ungkin Anda
bertanya, faktor
“wow” apakah yang
membuat para pabrikan
otomotif Korea Selatan
berhasil memajukan
industri mereka? Dan
seperti apakah langkah
para pabrikan otomotif
Korea Selatan dalam menyiapkan perkembangan
teknologi masa depan? Well, let’s find out!
Tasteful Design
Untukmenciptakanimpresi‘loveatfirstsight’
pada sebuah kendaraan tidak semudah perkara
membalikkan telapak tangan. Ya, dibutuhkan
konsep yang kuat dan mendalam dari para
desainer mobil, bukan oleh akuntan, sehingga
sebuah mobil bisa menyimpan ciri tersendiri dan
mudah memberikan impresi positif.
Baik Kia dan Hyundai sebagai pabrikan Korea
Selatan membaca hal tersebut dengan merubah
kebiasaan kolaborasi dengan rumah desain
kenamaan Eropa, seperti Italdesign Giugiaro
S.p.A & Pininfarina, dan mulai memberanikan
diri membangun infrastruktur Design Centre
yang tersebar di negara-negara besar, seperti
Amerika Serikat, Jerman, Rusia, Jepang, India,
dan Korea Selatan.
Selain mengedepankan infrastruktur
yang mumpuni, baik Hyundai dan Kia
menyempurnakan sisi sumber daya manusia,
dalam hal ini desainer mobil, dengan mengambil
para desainer mobil top dari brand-brand
berkelas premium. Jika Hyundai merekrut
Thomas Bürkle dari BMW sebagai Chief Designer
di tahun 2005, maka Kia merekrut Peter Schreyer
dari Volkswagen Group sebagai Chief Design
Officer
Masing-masing desainer top yang merupakan
M
The
Taste of
TechnologyKetika inovasi terkini dengan
“kemasan” yang ciamik
Teks: Hafizh Fauzan
Foto: Dok. AutoExpert
6. AUTOEXPERT / 7372 / AUTOEXPERT
Profile
Mukiat
Sutikno
erawal dari posisi Sales
Forecast & Market Research Manager
GM Indonesia di tahun 1997, karir
Mukiat Sutikno langsung meroket
hingga akhirnya mendapat posisi Sales
& Marketing Division Head di PT Astra
International – Peugeot Operation di
tahun 2001. Kenyang akan pengala-
man mengendalikan brand asal Eropa,
membuat dirinya kembali ditarik oleh GM Indo-
nesia sebagai Managing Director Chevrolet, enam
tahun setelah berkarir di Peugeot.
Restorasi beasr yang terjadi di kubu Hyundai
pun membuat pria 44 tahun yang memiliki hobi
Muaythai dan Kickboxing ini akhirnya menambat-
kan laju karirnya di pabrikan asal Korea Selatan
itu, sebagai Vice President Director, hingga
akhirnya menjadi ‘nahkoda’ utama sebaga Presi-
dent Director PT Hyundai Mobil Indonesia. Visi
besar seperti apa yang saat ini dijalankan Mukiat
Sutikno dengan Hyundai? Berikut adalah moment
interview kami dengan beliau.
AutoExpert (AX) : Apakah bisa diceritakan
sejarah Hyundai dari pertama kali masuk ke Indo-
nesia hingga sampai saat ini dan apa yang pertama
kali dirilis?
Mukiat Sutikno (MS) : Di Indonesia Hyun-
dai baru didaftarkan tahun 1994 dan start pada
tahun 1995, itu pun masih Bimantara Nenggala
dan tahun berikutnya, Bimantara Cakra, yang
notabene adalah Hyundai Accent dan Hyundai
Elantra. Harus diakui Hyundai lahir kurang begitu
tepat juga karena di tahun 1997 kita mengalami
krisis moneter, sehingga menyebabkan penurunan
Market Otomotif dari 386.000 unit di tahun
1997 menjadi 58.000 unit di tahun 1998. Pada
saat kejadian krisis moneter itu, Hyundai juga
merencanakan ingin membangun pabrik di daerah
Cikampek pada waktu itu. Melihat kondisi regional
crisis pelik dan tidak bisa diprediksi, maka rencana
itu dinonaktifkan atau distop dulu proyeknya, dan
tetap memakai pabrik yang ada di Pondok Ungu,
Bekasi saat ini.
AX : Setelah Hyundai berada di Indonesia
selama 2 dekade terakhir, apakah ada perubahan
dari sisi strategi atau apa pun itu yang terjadi pada
Hyundai sendiri?
MS : Ada dan cukup signifikan. Pada saat itu
Saya sebelum di Hyundai atau bisa dikatakan Saya
masih melihat secara ‘netral’, Saya ingat di tahun
2010 tepatnya di Indonesia International Motor
Show, Saya melihat Hyundai Tucson. Pertama
Saya lihat mobil itu, Saya bilang sama tim Saya un-
tuk hati-hati dan jangan meremehkan produk ini.
Kemudian di tahun yang sama ketika Saya ke di
Korea Selatan dan Saya naik taksi Hyundai Sonata
terbaru. Tapi saat itu saya tidak sadar, dan saat be-
rada di dalam mobilnya terasa cakep dan nyaman.
Saya sampai bertanya dengan supirnya ini benar
Hyundai atau apa? Di situlah titik momen dimana
Saya merasa Hyundai berubah secara drastis.
Mindset atau positioning Hyundai itu sudah
beda, yang sebelumnya lebih value for money
Vision for
Modern
Premium
B
Teks: Hafizh Fauzan
Foto: Rusli Ilfan
tapi juga membicarakan
akan seperti apa inovasi
teknologi otomotif di masa
depan. Dan saat ini fokus
dari hal tersebut sudah
terlihat pada dua tema
besar, yakni teknologi
engine dan sistem
autonomous..
Dari segi engine,
Hyundai termasuk sebagai
salah satu brand yang
cukup serius berkembang
ke arah eco-friendly. Terhitung sejak 2001, Hyundai mulai
menelurkan varian berteknologi Fuel Cell, diantaranya
adalah Santa Fe FCEV, Tucson FCEV, dan ix35 FCEV yang
menjadi varian produksi massal pertama yang mengusung
teknologi tersebut.
Salah satu kreasi terbaru Hyundai dalam menciptakan
eco-friendly powertrain adalah dengan memperkenalkan
Hyundai Ioniq yang memulai debutnya di Geneva Motor
Show 2016. Kali ini Hyundai merilis tiga pilihan teknologi
mesin Plug-in Hybrid, Hybrid, dan Electric Vehicle (EV).
Hyundai pun mentargetkan hingga tahun 2020 akan hadir
total 22 mobil berteknologi
ramah lingkungan.
Sementara Kia sedang
mencanangkan teknologi
autonomous pada semua
modelnya di tahun 2030.
Untuk itu, pada ajang
Consumer Electronic
Show 2016, Kia merilis
program Advanced Driver
Assistance System (ADAS)
bertajuk “Drive Wise”.
Teknologi ini merupakan
visi masa depan Kia akan sistem yang mampu meningkatkan
keselamatan dan kenyamanan berkendara, sekaligus
meminimalisir potensi insiden kecelakaan juga bahaya saat
berkendara.
Project Drive Wise yang masih dalam tahap pengem-
bangan di Amerika Serikat dengan total investasi US$2 mil-
iar ini akan mengedepankan fitur-fitur autonomous, seperti
Highway Autonomous Driving (HAD), Urban Autonomous
Driving (UAD), Traffic Jam Assist (TJA), Autonomous Valet
Parking, Emergency Stop System (ESS), dan Preceding Ve-
hicle Following (PVF)./
7. AUTOEXPERT / 7574 / AUTOEXPERT
atau jika Saya blak-blakan (maaf) bisa
dikatakan mobil “murah” dengan kualitas
nomor 10, itu pada saat Hyundai lahir di
tahun 1995. Tetapi di tahun 2009-2010
perubahan drastis itu terjadi, karena
Hyundai sadar ketika mereka ingin mem-
bangun perusahaan dan masuk market
Eropa, Amerika, mereka harus punya
Designer yang memang ‘jagoan’ di sana.
Boleh mungkin jagoan di Korea
Selatan, tapi belum tentu dia mengerti
taste orang Eropa dan Amerika, as if
kalau benar-benar orang Eropa. Makanya
mereka mengambil Thomas Bürkle, Peter
Schreyer, Manfred Fitzgerald, dan masih
ada lagi yang lainnya.
AX : Apakah image yang ingin Hyun-
dai bentuk juga Indonesia, atau Hyundai
di Indonesia punya konsep lain untuk
membangun Hyundai?
MS : Saat pertama kali join dengan
Hyundai di tahun 2011, Saya tanya sama
Hyundai “kamu maunya apa? Positioning
Hyundai sebagai apa?”. Saat itu jawaban-
nya adalah Modern Premium. Image
Hyundai inilah yang sedang dibentuk di
Indonesia, dan uniknya lebih mengena
di segment Middle Up-nya. Jika meli-
hat tahun lalu, Hyundai memiliki tiga
best selling yaitu Hyundai H1, Santa-Fe
dan Grand i10. Nah, ketiga produk ini
menurut kita yang in-line dengan Modern
Premium, karena uniknya customer kita
kebanyakan melihat Hyundai itu di luar
negeri, kemudian naksir, dan cari-cari pas
mereka balik lagi ke Indonesia. Menurut
saya ini merupakan nilai positif, karena
menguatnya Hyundai di sektor Interna-
sional memberikan sedikit ‘brainwash’
yang tanpa disadari.
AX : flashback sedikit, dari pertama
kali Hyundai berdiri di Indonesia hingga
sampai saat ini, kira-kira produk yang
paling fenomenal itu apa?
MS : Menurut Saya, Santa Fe. Karena
Santa Fe pertama kali diluncurkan di
Indonesia pada tahun 2003-2004 terjadi
perubahan drastis dengan Santa-Fe saat
ini. Nah itu merupakan perubahan yang
fenomenal, karena perubahannya dapat
di lihat hampir 180°.
AX : Secara teknologi dan design
Hyundai memiliki peningkatan signifi-
kan, namun di sisi lain secara global
positioning pasar mobil Korea kan masih
kecil. Apakah mindset masyarakat umum
yang belum berubah atau apa?
MS : It takes times, menurut Saya,
untuk membuat customer sadar ada
perubahan yang drastis dan signifikan di
Hyundai. Kedua adalah para customer
yang ingin berpindah dari mobil Jepang
ke mobil Korea itu masih wait and see.
Makanya saat kita survey pemilik Hyun-
dai, interestingly adalah orang-orang
yang sering berpergian ke luar negeri atau
tinggal di sana. Tapi paling utama adalah
mobil Hyundai itu harus di test drive,
baru customer bisa merasakan sendiri
experience tersebut. At the end, quality
speaks for itself.
AX : Di samping mengutamakan ke-
sempatan test drive untuk customer, ada
tidak strategi Hyundai Mobil Indonesia
lainnya agar eksistensi Hyundai terus
meningkat?
MS : Paling utama tahun ini main
focus kita meluncurkan 4-5 produk baru
Hyundai. Memang tahun lalu kami ‘under
the radar’ karena melihat perekonomian
di Indonesia. Sampai sekarang ini sudah
ada 3 varian yang di-launching, Santa-Fe
Facelift, Tucson, dan H1 Facelift. Dan
dalam waktu dekat akan ada 2 lagi.
AX : Berdasarkan data di Gaikindo
tahun 2015 itu kan Hyundai 1.511 unit
dan untuk di Januari sampai Maret kisa-
rannya di 261. Kira-kira dengan diusung-
nya 5 produk tadi, berani target berapa?
MS : Harapan kita di tahun ini secara
total mencapai 1.800 ke 2.000 unit, terus
terang kita tidak mau targetin yang besar
dulu karena yang paling utama dalam
kondisi ekonomi yang belum terlalu
mendukung, kita harus memastikan stock
di dealer sehat. Karena kita tidak ingin
dealer-dealer tenggelam sama stoknya
sendiri. Selain itu juga masyarakat sampai
saat ini masih wait and see, karena saat ini
fenomenanya uang yang digunakan tidak di
spend, melainkan digunakan day-to-day.
AX : Dengan adanya market yang
sulit diprediksi dan kurang kondusif, ada
program lain yang akan diluncurkan tidak
selain 5 produk baru tadi?
MS : Ada, dari segi after sales. Baik
cabang, workshop kita, customer, dan
komunitas sudah kita informasikan me
ngenai program ‘Service Hyundai Makin
Ringaaan’, dimana mulai April tanggal
1, customer yang ke bengkel Hyundai
mereka bisa gunakan kartu kredit BCA
atau Mandiri cicilan 3 bulan 0% untuk
semua Hyundai, baik itu sparepart, jasa
semuanya All In. Dan development kedua
itu program yang akan kami luncurkan di
GIIAS 2016, tapi kami belum bisa cerita
lebih lanjut. Kita juga sedang mendevelop
sistem komputerisasi yang lebih memu-
dahkan kita dalam mendekatkan diri
dengan customer, dan memudahkan kita
menganalisis baik varian terbaru Hyun-
dai apakah yang sesuai dengan customer
kami, dan lain-lain.
Q : Melihat 5 tahun ke depan, akan
seperti apa Hyundai Mobil Indonesia
melihat eksistensi Hyundai di Indonesia?
A : Cukup menarik. Kalau dari kami
sendiri tentunya bisa meluncurkan
volume produk tadi itu, karena begini,
market di Indonesia ini kan penetrasi
kendaraannya baru 6,9% dibandingkan
Malaysia yang sudah 36,5% sedangkan
populasi cuma 28 juta orang, sedangkan
kita 255 juta orang. Gak kaget Saya ketika
setelah ekonomi membaik, penjualan
otomotif itu melonjak.
AX : By the way, boleh tahu untuk
daily activity Pak Mukiat pake Hyundai
apa?
MS : Hyundai Santa-Fe.
AX : Kalau misalkan boleh memilih 4
mobil terbaik, yang kira-kira ada di garasi
Pak Mukiat apa?
MS : Santa-Fe pasti, H1, veloster, dan
satu lagi harus mobil balap. Hehehe
AX : Bisa gambarkan Hyundai dalam
3 kata?
MS : Modern Premium, Saya rasa cu-
kup 2 kata saja. Karena Modern Premium
sudah mencakup semuanya, dari segi
desain, dari segi service yang kita berikan
kepada customer, dan dari segi produk./
Profile
Mukiat
Sutikno
8. AUTOEXPERT / 7776 / AUTOEXPERT
AX: Seperti apa image yang saat
ini dibangun oleh Kia Mobil Indonesia
kepada masyarakat? Dan seberapa
positifkah image yang dibangun
tersebut saat di-deliver ke masyarakat?
HS: Kendaraan Kiasaat ini
dirancang semakin stylish yang
dilengkapi dengan feature-feature
terbaru untuk orang-orang atau
pemakai kendaraan yangberjiwa
muda dan beranimencoba hal-hal
baru. Dengan sloganKia “The Power
toSurprise”,Kiamengharapkan para
customer mendapatkan pengalaman
yang menyenangkan dan melebihi
ekspektasi mereka.
AX: Adakah impact image tersebut
mempengaruhi angka penjualan
Kia di Indonesia? Dan menilikdari
data penjualan Kia dari awal masuk
ke Indonesia hingga saat ini, di era
manakah Kia mendapat pencapaian
penjualan tertinggi, dan varian apa
yang menyumbang pencapaian tersebut?
HS: Tentunya banyak faktor
yang menyebabkan naikturunnya
angka penjualan. Salah satu faktornya
adalah dari image yang dibangun
Kiake masyarakat akan konsep baru
dari kendaraan-kendaraan Kiayang
semakin stylish, berjiwa muda danjuga
mempunyai teknologi yang terdepan.
Namun,ituhanya salah satu faktornya.
Untuk pencapaian tertinggi saat ini
terjadi di tahun 2012yang mencapai
13.651 unit, dimana varian kendaraan
Kiayang menjadi backbone penjualan
pada saatitu adalah KiaAllNew Picanto.
AX: Berdasarkan dataGaikindo,
Kiaselama tahun 2015secara total
penjualan hanya menyentuh angka
3.041 unit, dan hinggaawal Januari
– Maret2016 angka penjualan masih
di kisaran 322 unit. Adakah program
ataumungkin menghadirkan produk
baru,untuk terus menstimulus angka
penjualan Kiahingga akhir tahun ke
depan?
HS: Beberapa waktu lagi,KMI
berencana akan mengeluarkan
beberapa penyegaran dariproduk yang
sudahadadi Indonesia dan berencana
meluncurkan model-model baru.
Untuk informasi lebih lanjut,ditunggu
informasi berikutnya dari kami.
AX: Selain gebrakan tersebut,
apakah Kiajugaterusfokus
meningkatkan pelayanan dari sisiafter
sales? Sepertiapabentuknya?
HS: Kia Mobil Indonesia
mempunyai program Family Like
Care Plus dimana program tersebut
bertujuan menjadikan customer
Kiasebagai bagian darikeluarga dan
diharapkan dengan adanya program
ini,KiaMobil Indonesia mampu
memberikan pelayanan yang terbaik
dan memuaskan bagi customer Kia di
Indonesia.
AX: Adakah layanan bagi
masyarakat yang ingin meminang
used car dari Kia? ataupun layanan
dimana pengguna varian Kialama bisa
melakukan tradein dengan Kiaterbaru?
HS: Untuk used car, KMItelah
bekerja sama dengan beberapa dealer/
showroom usedcar di Indonesia
yang dapat melayani kendaraan used
car Kia.Selainitu,semua showroom
Kia dapatmelayani program trade-in
kendaraannya untukmendapatkan
mobil-mobil Kiaterbaru.
AX: Bagaimana Kiamenatap
industri otomotif Indonesia baikdalam
jangkawaktutahun ini, maupun dalam
lima tahunkedepan?
HS: Dengan melihat potensi
dansumber daya yang dimiliki, maka
Indonesia masih merupakan pasar
yang sangat potensial. Semoga dengan
membaiknya daya beli masyarakat dan
pembangunan infrastruktur yang ada
dapat menggairahkan industri otomotif
khususnya dan perekonomianpada
umumnya./
Profile
Hartanto
Sukmono
edikasi tinggi yang
dilakukan Hartanto Sukmono
dalam meningkatkan eksistensi
Kia di Indonesia memang tak
perlu diragukan. Bermula dari
posisi Direktur Produksi PT Kia
Mobil Indonesia pada tahun 2004,
pria yang memiliki semangat
kerja tinggi ini terus menjadi ‘motor’ dari setiap
pergerakan Kia di Indonesia, hingga akhirnya
menjadi Direktur Marketing seperti posisi yang
didudukinya saat ini.
Di balik kesibukannya, pria kelahiran
Pekalongan, 64 tahun lalu ini juga memiliki
hobi yang menarik, kuliner. Hobi ini pula yang
membuatnya penuh dengan spirit positif, yang
pastinya tersalurkan ke dalam langkahnya
membangun Kia sebagai salah satu brand mobil
yang erat akan spirit muda.
AutoExpert: Bagaimana Sejarahperjalanan
Kiahingga akhirnya bisa masuk ke Indonesia?
Dan varian perdana Kiaapakah yang
menorehkan sejarah perdana sebagai kendaraan
pertama di Indonesia?
Hartanto Sukmono: Kia melihat ada peluang
pasar yang cukup menjanjikan sehingga Kia
Motors Corporation menunjuk KiaMobil
Indonesia sebagai Agen Pemegang Merek untuk
mendistribusikan Kiadi wilayah Indonesia di
awal tahun 2000.Varian perdana Kia yang
menjadi sejarahkehadiran Kia di Indonesia
adalah KiaCarnival, dimana penjualannya
booming pada masa itu,dandiikuti varian lain
seperti KiaSportage & Kia Visto yang menjadi
salah satu pelopor city car di Indonesia. Saatini
kendaraan-kendaraan Kiatampil lebih modern
danstylish, sepertiKiaPicanto, KiaRio,KiaCarens,
Kia Sportage, Kia SorentodanKiaOptima.
Dedicated
for
Existance
D
Teks: Hafizh Fauzan