SlideShare a Scribd company logo
1 of 48
suatu grate yang men-transport clinker dengan gerakan reciprocating
dan fan dengan ducting system yang mendistribusikan udara
melewati lapisan clinker dg maksud untuk mendinginkan clinker
Basic Concept
Grate Cooler / Terminology
Primary air
Cooling air
Secondary air
Tertiary air
Cooled
clinker
Hot clinker
Waste air
Middle air
Recuperation zone
Cooling zone
Apa fungsi GRATE COOLER ?
– Pendinginan clinker
– Recuperation panas untuk
dimanfaatkan dalam Kiln system
–Transport clinker setelah Kiln system
Heat Recuperation Terminology
• Apakah Recuperation itu ?
Adalah suatu proses dimana udara dari fan cooler melewati lapisan clinker
panas untuk kemudian panas dari clinker dipisahkan dan diuapkan
menjadi gas panas.
• Gas panas tersebut dimanfaatkan sebagai : Dimana :
KI = Aliran clinker dari kiln
O = Aliran clinker keluar
Cooler
SA = Udara sekunder ke kiln
TA = Udara tersier ke SP
VA = Udara buang ke EP
CA = Udara Pendingin
Mengapa klinker perlu didinginkan?
 Klinker panas sangat sulit untuk ditransportasikan.
 Klinker panas berpengaruh tidak baik terhadap proses
penggilingan selanjutnya.
 Agar diperoleh klinker yang bersifat amorf sehingga
mudah digilin
 Recovery panas yang terkandung pada klinker panas
diperlukan untuk mengurangi biaya produksi.
 Pendinginan klinker yang baik dapat meningkatkan
kualitas danproduksi semen.
 Agar C3S tidak terdekomposisi kembali menjadi C2S dan
C.
Laju Pendinginan Klinker
• Laju kecepatan pendinginan klinker menentukan komposisi
akhir klinker.
• Jika klinker yang terbentuk selama pembakaran didinginkan
perlahan maka beberapa reaksi yang telah terjadi di kiln
akan berbalik (reverse), sehingga C3S yang telah terbentuk
di kiln akan berkurang dan terlarut pada klinker cair yang
belum sempat memadat selama proses pendinginan.
• Dengan pendinginan cepat fasa cair akan
memadat dengan cepat sehingga mencegah
berkurangnya C3S.
• Fasa cair yang kandungan SiO2-nya tinggi dan
cair alumino-ferric yang kaya lime akan
terkristalisasi sempurna pada pendinginan
cepat. Laju pendinginan juga mempengaruhi
keadaan kristal, reaktivitas fasa klinker dan
tekstur klinker.
• Pendinginan klinker yang cepat berpengaruh
pada perilaku dari oksida magnesium dan juga
terhadap soundness dari semen yang
dihasilkan.
• Makin cepat proses pendinginannya maka
kristal periclase yang terbentuk semakin kecil
yang timbul pada saat kristalisasi fasa cair.
• Klinker dengan pendinginan cepat
menunjukkan daya spesifik yang lebih rendah.
Hal ini disebabkan proporsi fasa cair yang
lebih besar dan sekaligus ukuran kristalnya
lebih kecil.
COOLER
Secara garis besar pengaruh laju pendinginan klinker terhadap kualitas klinker
dapat terlihat berikut ini :
Material/Parameter Pendinginan lambat Pendinginan cepat
( 4-5 oC/menit ) ( 18 – 20 oC/menit )
MgO Kristal periclase Kristal glassy
C3A dan C4AF Kristaline Glassy
C2S dan C3S Kurang aktif Aktif
Stabil Tidak stabil
Ukuran partikel Lebih besar Relatif lebih kecil
Kuat tekan awal Tinggi Rendah
Kuat tekan akhir Rendah Tinggi
Keaktifan hidrolis Kurang Lebih baik
Soundness Kurang Baik
Ketahanan terhadap sulfur Kurang Baik
COOLER
b. Efisiensi konversi energi dalam proses pendinginan klinker.
• Efisiensi pendinginan klinker diukur berdasarkan jumlah energi yang
dapat dipindahkan ke udara pendingin dibanding energi total yang
terkandung di dalam klinker saat keluar dari kiln.
• Semakin tinggi energi yang terserap oleh udara, proses pendinginan
klinker semakin efisien.
• Akan lebih bagus lagi bila jumlah udara yang dibutuhkan untuk
pendinginan semakin sedikit (mendekati kebutuhan udara untuk
pembakaran bahan bakar), karena biasanya udara sisa yang tidak
dipergunakan untuk pembakaran akan dibuang kembali ke lingkungan
yang dapat pula berarti merupakan tambahan kerugian energi secara
keseluruhan.
COOLER
Grate Cooler
• Pada awal pengembangannya pemakaian grate cooler dimaksudkan untuk
mendapatkan laju pendinginan yang cepat untuk mengurangi pengaruh kristal
periclase sehingga diperoleh kualitas klinker yang baik. Tetapi pada kenyataannya
diperoleh juga perpindahan panas yang sangat baik sekali sehingga cooler jenis ini
bisa menerima klinker dengan temperatur sampai dengan 1360 - 1400 oC.
• Dengan penggunaan udara berlebih klinker yang keluar bisa mencapai temperatur
sampai dengan 65oC di atas temperatur udara sekitar sehingga bisa langsung
digiling dan efisiensi perpindahan panas dari klinker ke udara dapat berkisar 72 - 75
%.
• Perpindahan panas terjadi pada kondisi kombinasi cross current dengan counter
current antara klinker dengan udara pendinginnya. Partikel-partikel halus akan
jatuh ke dalam chamber udara yang ada di bawah grate plate dan dikeluarkan
menggunakan air sluice dan ditarik oleh drag chain conveyor, sementara klinker
yang berukuran besar dihancurkan oleh clinker breaker, berupa hammer crusher,
yang ada di ujung grate cooler.
• Penggunaan udaranya berkisar 1,8 - 2,4 Nm3/kg klinker dengan temperatur klinker
dingin bisa mencapai 120 - 150 oC.
• Penggunaan udara sirkulasi dapat dilakukan pada sistem ini sehingga mengurangi
udara yang terbuang keluar.
Air Distribution
Air Distribution Velocity
• C1 (Cooler Throat) : 5-6 m/sec
• C2 (Above Grate) : 10-12 m/sec
• C3 (TAD w/o Settle. Ch) : 5-6 m/sec
• C3 (TAD w Settling. Ch) : 8-10 m/sec
• C4 (Hot Air Take Off) : 8-10 m/sec
• C5 (Exhaust Air) : 8-10 m/sec
Air Distribution Simple Calculation
Following step below :
 Measuring static and dynamics pressure
- Tertiary Air Duct
- Hot Air Take Off
- Exhaust Air
 Measuring temperature
 Measuring cooling fans velocity
 Measuring cooling fans horn diameter
 Establish Nm3/kcal combustion air minimum
Bagian-Bagian Utama Cooler
• 1. Casing
• Lining casing luar cooler terbuat dari
konstruksi baja/plate dan rip langit-langit
diperkuat dengan beam. Plate untuk dinding
dilapisi dengan isolasi dan batu tahan api
castable, untuk mengurangi kehilangan
radiasi panas. Keadaan bagian dalam cooler
dapat dilihat melalaui inspection hole yang
tersedia pada bagian atas dan samping cooler.
• Cooling Grate
• Cooling Grate terdiri dari beberapa baris grate plate
yang disusun sejajar dengan kemiringan 100. Grate
plate terdiri dari dari movable grate dan stationary
grate yang disusun secara longitudinal terhadap arah
cooler. Stationary grate dipasang pada support bracket
plate dan center support dihubungkan ke center beam.
Movable grate dipasang pada support frame dan
dihubungkan ke moving frame. Grate plate memiliki
lubang pendingin. Stationary grate plate tidak sama
bentuknya dengan movable grate plate, sehingga tidak
dapat ditukar pemasangannya
• Hydraulic Drive Movable frame digerakkan
oleh Cylinder Hydraulic Pump yang
dihubungkan ke movable grate. Bukaan pada
dinding Cooler bagian bawah untuk
pergerakan. Hydraulic Drive dilengkapi
dengan partition plate sebagai sealing.
• Carrying Axle
• Carrying axle/running axle disupport oleh 2
buah internal roller dan satu buah guide
roller yang mempunyai flange/guide untuk
mengarahkan gerakan movable frame.
• 5. Hammer Breaker
• Cooler dilengkapi dengan 2 unit hammer
breaker yang terdiri dari dari breaker rotor dan
casing spesial wear lining yang ditumpu oleh 2
buah bearing hausing. Pelumasan pada bearing
diberikan secara otomatis central lubricantion
lube dengan grease pump. Breaker rotor,
digerakkan oleh motor listrik yang dihubungkan
dengan V-belt. Hammer dipasang pada rotor
disc, sedangkan casing rotor dapat diangkat
dengan hoist untuk mempermudah perbaikan.
• Hopper
• Untuk menampung debu yang lolos dari
lubang grate plate, sedangkan pengeluaran
dari hopper diatur oleh double tiping valve.
• Drag Chain Conveyor
• Drag chain biasanya untuk membawa butir
debu material yang lolos melewati lubang-
lubang grate cooler.
• Cara Kerja Clinker Cooler Bahan mentah yang telah digiring di raw
mill selanjutnya masuk ke homogenizing silo dan selanjutnya
diberikan proses pemanasan awal sehingga suhunya menjadi
8000C sebelum masuk ke rotary kiln yang bersuhu sekitar 14000C
ini kemudian masuk ke unit cooler untuk pendinginan sehingga
suhu klinker menjadi sekitar 1000C.
• Clinker (terak) dengan suhu tinggi akan jatuh pada cooler dan
didistribusikan secara seragam ke area kompartemen sesuai dengan
lebar gratenya. Dikarenakan suhu material akan berubah menurut
jarak, maka pendingin klinker dibagi menjadi beberapa
kompartemen dimana semakin dekat dengan kiln maka panjang
kompartemen semakin panjang. Udara yang telah melewati
material bersuhu sekitar 2000C akan dihisap untuk kemudian
digunakan sebagai sumber panas di preheater dan kiln yang
bertujuan untuk meminimalkan energi yang hilang ke
• lingkungan sekitar serta yang berarti pula menghemat
biaya. Volume jatuhan klinker ini akan selalu dimonitor
oleh sebuah transmitter tekanan yang dipasang di
undergrate. Jika volume curahan terak dari kiln
melebihi atau kurang dari nilai yang telah disetkan
maka transmitter tekanan akan mengirim sinyal ke
pengontrol tekanan sehingga akan segera mengolah
data tersebut yang selanjutnya data tersebut akan
dikirim ke pengontrol kecepetan motor penggerak
grate. Jika volume jatuhan klinker lebih besar dari yang
disetkan maka motor akan bergerak lebih cepat
dengan tujuan untuk mengecilkan bed depth dan
sebaliknya.
• Data dari pengontrol tekanan juga akan dikirim ke pengontrol katup fan
kompartemen pertama. Nilai bed depth yang besar akan menyebabkan laju
kecepatan aliran udara yang kecil tidak cukup kuat untuk menembus klinker yang
akan didinginkan. Hubungan antara beda tekanan (P), laju alir udara (v) dan
percepatan gravitasi (g) ditentukan oleh hubungan:
• P = v2. ξ /2g dimana : ξ = densitas udara Pertambahan nilai P akan berusaha
disetkan kembali dengan menambah laju aliran udara.
• Suatu nilai laju keepatan udara normal dengan open area 100% adalah sekitar
2meter/detik. Clinker dari kompartemen pertama dengan memanfaatkan gaya
gravitasi dengan memanfaatkan Hukum Newton I bahwa suatu benda akan selalu
mempertahankan gerak asalnya. Dengan didinginkan oleh udara yang bersumber
dari fan di undergrate tiap kompartemennya clinker bergerak ke ujung cooler
dengan suhu turun menjadi sekitar 1000oC. clinker yang telah didinginkan
selanjutnya diperkecil ukurannya dengan clinker breaker dengan maksud untuk
memperluas area clinker yang terkena udara, sehingga mempercepat pendinginan
secara alami dalam perjalanan dengan mekanisme ban berjalan ke klinker silo
untuk disimpan. Debu dari pemecahan klinker dan debu selama proses
pendinginan akan dihisap melalui fan dan direduksi oleh EP untuk mengurangi
partikel yang akan menyebabkan pencemaran udara sebelum dilepas ke atmosfer.
Grate Cooler / Terminology
Primary air
Cooling air
Secondary air
Tertiary air
Cooled
clinker
Hot clinker
Waste air
Middle air
Recuperation zone
Cooling zone
Undergrate Pressure (Bed Resistance)
• Pressure undergrate dipengaruhi oleh :
– Ketebalan clinker bed diatas cooler – clinker bed yang tebal lebih
susah ditembus udara fan cooler.
– Rata-rata partikel size clinker – clinker bed yang kasar mempunyai
resistance yang lebih rendah daripada clinker bed yang halus.
– Temperature clinker (naik) – naiknya temperatur clinker akan
menambah volume udara pendingin yg berakibat naiknya bed
resistance.
• Optimum clinker bed depth memberi kesempatan udara pendingin
melewati clinker di atas grate.
Undergrate Pressure (Bed Resistance)
High Resistance
Low Resistance
clinker
Ilustrasi Volume udara terhadap fungsi dari Clinker Size
Undergrate Pressure (Bed Resistance)
Bed depth Granulometry
Grate Cooler Control Parameters
• Control parameters adalah indikator yang membantu mengontrol
dan monitoring clinker cooler.
• Main control parameters grate cooler yaitu:
– Pressure under grate
– Pressure Kiln hood
– Flow udara
– Temperatur udara sekunder dan tersier
• Secondary control parameters grate cooler yaitu:
– Temperature Grate plate
– Temperature Clinker discharge
Grate Cooler Control Parameters and Variables
Clinker Discharge Temperature
Kiln Hood Pressure
To ILC & SLC
Undergrate Pressure
Cooling Air Flowrate
Grate Plate Temperatures
Control Parameters
Exhaust Fan Speed
Grate Speed
Air Flowrate
Control Variables
To Raw Mill
Cooler Control Variables
• Control variables adalah actuators/penggerak-penggerak yang
digunakan untuk menjaga parameter-parameter control cooler
agar tetap mendekati set point-nya.
• Variable-variable grate clinker cooler yaitu :
– Airflow rates
• Menyediakan udara pendingin yang dibutuhkan
untuk mendinginkan clinker maupun udara
pembakaran untuk kiln system.
– Exhaust fan speed
• Mengontrol pressure kiln hood.
– Grate speed
• Mempengaruhi pressure undergrate cooler (bed
resistance).
Grate Speed Control
• Control speed grate mencegah resistansi clinker bed dari
berlebihnya pressure cooling fans dengan memastikan dijaga
konstan.
• Dua pilihan untuk kontrol speed grate yaitu:
– Menggunakan pressure undergrate compartment pertama
untuk mengontrol speed grate #1 dan untuk speed grate
berikutnya menggunakan ratio berdasarkan speed grate #1.
– Mengontrol setiap drive dengan pressure undergrate
compartment pertama dan kedua dari setiap seksi grate yang
akan mempengaruhi speed setiap drive.
Cooler Upset Conditions
• Kondisi upset adalah suatu kondisi proses abnormal yang
mengganggu operasi dan dapat mengakibatkan kehilangan
produksi.
• Tipikal kondisi-kondisi cooler upset yaitu :
– Red river
– Geyser effect
– Snowman formation
– Temperatur grate plate tinggi
Red River
• A red river adalah lapisan tipis
clinker yang sangat panas diatas
lapisan clinker normal yang
berjalan/mengalir lebih cepat ke
cooler discharge end.
• Tindakan yang dilakukan
– Naikkan
uniformity/distribusi clinker
bed dengan menaikkan
ketebalan clinker bed dalam
cooler (dalam batas
normal).
– Optimalkan distribusi udara
dalam cooler untuk
memastikan aerasi yang
cukup diatas area yang
terjadi red river.
– Pastikan clinker chemistry
dari hasil pembakaran
normal, misalnya Lsf Cl’ dlsb.
Red River
Geyser Effect
• Geyser effect terjadi ketika terlalu banyak udara diatas grate cooler dan
udara secara kuat/langsung menembus clinker bed.
• Tindakan yang dilakukan
– Naikkan pressure undergrate dengan menurunkan speed grate cooler,
ini akan menaikkan ketebalan clinker bed.
– Turunkan airflow sampai clinker “dances” diatas clinker bed.
Blow through
Snowman Formation
Snowman Formation
• Snowman formation adalah sebuah tumpukan/timbunan material melting
didalam inlet cooler yang mengganggu aliran udara ke kiln sebagai akibat
dari kondisi kiln yang tidak stabil.
• Snowman terdeteksi dalam cooler yaitu dengan adanya kenaikan pressure
undergrate secara tajam yang diikuti dengan kenaikan speed grate.
• Tindakan yang dilakukan
– Kurangi panas pembakaran
– Kurangi Kiln speed
– Naikkan cooler airflow
Grate Cooler Control Loops
• Otomatisasi operasi Cooler terdiri dari control loops yang digunakan untuk
membuat stabil operasi Cooler.
FN1 FN3FN2 FN4 FN5 FN6 FN7
Cooler High-level Control
• Cooler high-level control adalah sebuah system supervisor dan
optimizing yang mengontrol operasi cooler secara otomatis.
• Keuntungan-keuntungan control high-level cooler yaitu:
– Membuat stabil operasi cooler sehingga akan diperoleh kondisi
Kiln yang stabil
– Heat consumption lebih rendah
– Temperature udara secondary dan tertiary stabil dan tinggi
– Temperature Clinker discharge lebih rendah
Cooler High-level Control
• Sinyal-sinyal input LINKman (Expert Optimizer) untuk cooler control
yaitu:
– Temperature udara secondary
– Jumlah cooling air flow
– Pressure undergrate
– Pressure Kiln hood
– Temperature clinker discharge
– Speed grate
– Temperature grate
• Sinyal-sinyal output LINKman (Expert Optimizer) yaitu:
– Set points masing-masing cooling fan
– Set point ratio speed grate #1
Chamber aeration systemA
Profile pressure untuk
aerasi chamber
Critical Variables
• Temperature udara exit cooler seharusnya serendah mungkin untuk
memastikan bahwa kuantitas udara panas yang dibuang ke atmosphere
sedikit (minim).
• Pressure Kiln hood seharusnya selalu sedikit negatif.
• Temperature udara secondary seharusnya tinggi dan stabil.
1. Kiln operation stability
2. Efisiensi fuel maksimum
Note :
• Salah satu aktivitas utama selama commissioning adalah untuk
menentukan ketinggian bed clinker yang optimal
Factors Influencing Under grate
Pressure
• Rata-rata particle size clinker di dalam cooler
• Ketebalan clinker bed
• Temperature clinker dalam cooler
• Banyaknya udara pendingin yang dimasukkan ke dalam cooler

More Related Content

What's hot

Thermal Power Plant Boiler Efficiency Improvement
Thermal Power Plant Boiler Efficiency ImprovementThermal Power Plant Boiler Efficiency Improvement
Thermal Power Plant Boiler Efficiency ImprovementAnkur Gaikwad
 
2.2.0.2. Turbine Serious Inspection MATERI.pdf
2.2.0.2. Turbine Serious Inspection MATERI.pdf2.2.0.2. Turbine Serious Inspection MATERI.pdf
2.2.0.2. Turbine Serious Inspection MATERI.pdfErikson24
 
Pembangkit listrik tenaga uap
Pembangkit listrik tenaga uapPembangkit listrik tenaga uap
Pembangkit listrik tenaga uapMuhammad Irham
 
Improving boiler efficiency by using air preheater
Improving boiler efficiency by using air preheaterImproving boiler efficiency by using air preheater
Improving boiler efficiency by using air preheaterNetha Jashuva
 
Steam Reforming - Common Problems
Steam Reforming - Common ProblemsSteam Reforming - Common Problems
Steam Reforming - Common ProblemsGerard B. Hawkins
 
Pompa & kompresor; sularso, haruo tahara
Pompa & kompresor; sularso, haruo taharaPompa & kompresor; sularso, haruo tahara
Pompa & kompresor; sularso, haruo taharaAzzam Robbani
 
Bahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi DasarBahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi DasarRizaldi Satria N
 
Reformer Tube Metallurgy: Design Considerations; Failure Mechanisms; Inspecti...
Reformer Tube Metallurgy: Design Considerations; Failure Mechanisms; Inspecti...Reformer Tube Metallurgy: Design Considerations; Failure Mechanisms; Inspecti...
Reformer Tube Metallurgy: Design Considerations; Failure Mechanisms; Inspecti...Gerard B. Hawkins
 
An introduction to Fired Heaters.pdf
An introduction to Fired Heaters.pdfAn introduction to Fired Heaters.pdf
An introduction to Fired Heaters.pdfKarnav Rana
 
Refrigeration cycle
Refrigeration cycleRefrigeration cycle
Refrigeration cyclevidya Alex
 
Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Reandy Risky
 
Fired Heater and Combustion Optimization From Yokogawa
Fired Heater and Combustion Optimization From YokogawaFired Heater and Combustion Optimization From Yokogawa
Fired Heater and Combustion Optimization From YokogawaMiller Energy, Inc.
 

What's hot (20)

Boiler cfb
Boiler cfbBoiler cfb
Boiler cfb
 
Thermal Power Plant Boiler Efficiency Improvement
Thermal Power Plant Boiler Efficiency ImprovementThermal Power Plant Boiler Efficiency Improvement
Thermal Power Plant Boiler Efficiency Improvement
 
2.2.0.2. Turbine Serious Inspection MATERI.pdf
2.2.0.2. Turbine Serious Inspection MATERI.pdf2.2.0.2. Turbine Serious Inspection MATERI.pdf
2.2.0.2. Turbine Serious Inspection MATERI.pdf
 
Pembangkit listrik tenaga uap
Pembangkit listrik tenaga uapPembangkit listrik tenaga uap
Pembangkit listrik tenaga uap
 
Improving boiler efficiency by using air preheater
Improving boiler efficiency by using air preheaterImproving boiler efficiency by using air preheater
Improving boiler efficiency by using air preheater
 
Steam Reforming - Common Problems
Steam Reforming - Common ProblemsSteam Reforming - Common Problems
Steam Reforming - Common Problems
 
Ammonia CO2 Removal Systems
Ammonia CO2 Removal SystemsAmmonia CO2 Removal Systems
Ammonia CO2 Removal Systems
 
Screening
ScreeningScreening
Screening
 
Siklus buat slideshare
Siklus buat slideshareSiklus buat slideshare
Siklus buat slideshare
 
Perpan kel.2
Perpan kel.2Perpan kel.2
Perpan kel.2
 
Pompa & kompresor; sularso, haruo tahara
Pompa & kompresor; sularso, haruo taharaPompa & kompresor; sularso, haruo tahara
Pompa & kompresor; sularso, haruo tahara
 
cooling towers
 cooling towers cooling towers
cooling towers
 
Heat 4e chap10_lecture
Heat 4e chap10_lectureHeat 4e chap10_lecture
Heat 4e chap10_lecture
 
Bahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi DasarBahan Ajar Refrigerasi Dasar
Bahan Ajar Refrigerasi Dasar
 
Condensate
Condensate Condensate
Condensate
 
Reformer Tube Metallurgy: Design Considerations; Failure Mechanisms; Inspecti...
Reformer Tube Metallurgy: Design Considerations; Failure Mechanisms; Inspecti...Reformer Tube Metallurgy: Design Considerations; Failure Mechanisms; Inspecti...
Reformer Tube Metallurgy: Design Considerations; Failure Mechanisms; Inspecti...
 
An introduction to Fired Heaters.pdf
An introduction to Fired Heaters.pdfAn introduction to Fired Heaters.pdf
An introduction to Fired Heaters.pdf
 
Refrigeration cycle
Refrigeration cycleRefrigeration cycle
Refrigeration cycle
 
Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi Sistem Refrigerasi
Sistem Refrigerasi
 
Fired Heater and Combustion Optimization From Yokogawa
Fired Heater and Combustion Optimization From YokogawaFired Heater and Combustion Optimization From Yokogawa
Fired Heater and Combustion Optimization From Yokogawa
 

Similar to Tugas cooler

Agung Fathony - Sistem pendingin
Agung Fathony - Sistem pendinginAgung Fathony - Sistem pendingin
Agung Fathony - Sistem pendingingunksho
 
cooling Tower and water pump maintenance.pptx
cooling Tower and water pump maintenance.pptxcooling Tower and water pump maintenance.pptx
cooling Tower and water pump maintenance.pptxairas1703
 
Ppt oprsn sistem pelumasan pendinginan mbr- 19-sdk
Ppt oprsn  sistem pelumasan  pendinginan mbr- 19-sdkPpt oprsn  sistem pelumasan  pendinginan mbr- 19-sdk
Ppt oprsn sistem pelumasan pendinginan mbr- 19-sdkdewi inne kumalasari
 
Dry Process Kiln .pptx
Dry Process Kiln .pptxDry Process Kiln .pptx
Dry Process Kiln .pptxVrgawan12
 
Melakukan overhoul sistem pendinginan minimum
Melakukan overhoul sistem pendinginan minimumMelakukan overhoul sistem pendinginan minimum
Melakukan overhoul sistem pendinginan minimumArvin Saptyan
 
MESIN PENDINGIN AIR CONDITIIONING (AC)
MESIN PENDINGIN  AIR CONDITIIONING (AC)MESIN PENDINGIN  AIR CONDITIIONING (AC)
MESIN PENDINGIN AIR CONDITIIONING (AC)suyono fis
 
Melakukan overhoul sistem pendinginan
Melakukan overhoul sistem pendinginanMelakukan overhoul sistem pendinginan
Melakukan overhoul sistem pendinginanArvin Saptyan
 
servis chiller dan litar pendawaian lampu.pptx
servis chiller dan litar pendawaian lampu.pptxservis chiller dan litar pendawaian lampu.pptx
servis chiller dan litar pendawaian lampu.pptxmegatfairoznasir
 
Teori asas penyaman udara by Muhrif IKBN DT Selangor. Malaysia
Teori asas penyaman udara by Muhrif IKBN DT Selangor. MalaysiaTeori asas penyaman udara by Muhrif IKBN DT Selangor. Malaysia
Teori asas penyaman udara by Muhrif IKBN DT Selangor. MalaysiaMuhrif Maharoff
 
Chapter iv komponen komponen alat berat
Chapter iv komponen komponen alat beratChapter iv komponen komponen alat berat
Chapter iv komponen komponen alat beratpraptome
 
SISTEM PENDINGIN.ppt
SISTEM PENDINGIN.pptSISTEM PENDINGIN.ppt
SISTEM PENDINGIN.pptkalim28
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregarKiman Siregar
 
air_conditioner_mobil_konvensional_lengk.pptx
air_conditioner_mobil_konvensional_lengk.pptxair_conditioner_mobil_konvensional_lengk.pptx
air_conditioner_mobil_konvensional_lengk.pptxMuhammadAliIdris
 
Pengertian boiler tungku furnace
Pengertian boiler tungku furnace Pengertian boiler tungku furnace
Pengertian boiler tungku furnace distributor boiler
 
CoalFireSteamPowerPlant System
CoalFireSteamPowerPlant SystemCoalFireSteamPowerPlant System
CoalFireSteamPowerPlant Systems4712io
 
Boiler_terorical basic of steam generator and aplication
Boiler_terorical basic of steam generator and aplicationBoiler_terorical basic of steam generator and aplication
Boiler_terorical basic of steam generator and aplicationDANANG AJI PURWANTORO
 
sertf Air Conditioner.ppt
sertf Air Conditioner.pptsertf Air Conditioner.ppt
sertf Air Conditioner.pptWayanSantosa2
 

Similar to Tugas cooler (20)

Anggi
AnggiAnggi
Anggi
 
Agung Fathony - Sistem pendingin
Agung Fathony - Sistem pendinginAgung Fathony - Sistem pendingin
Agung Fathony - Sistem pendingin
 
cooling Tower and water pump maintenance.pptx
cooling Tower and water pump maintenance.pptxcooling Tower and water pump maintenance.pptx
cooling Tower and water pump maintenance.pptx
 
Ppt oprsn sistem pelumasan pendinginan mbr- 19-sdk
Ppt oprsn  sistem pelumasan  pendinginan mbr- 19-sdkPpt oprsn  sistem pelumasan  pendinginan mbr- 19-sdk
Ppt oprsn sistem pelumasan pendinginan mbr- 19-sdk
 
Dry Process Kiln .pptx
Dry Process Kiln .pptxDry Process Kiln .pptx
Dry Process Kiln .pptx
 
Melakukan overhoul sistem pendinginan minimum
Melakukan overhoul sistem pendinginan minimumMelakukan overhoul sistem pendinginan minimum
Melakukan overhoul sistem pendinginan minimum
 
MESIN PENDINGIN AIR CONDITIIONING (AC)
MESIN PENDINGIN  AIR CONDITIIONING (AC)MESIN PENDINGIN  AIR CONDITIIONING (AC)
MESIN PENDINGIN AIR CONDITIIONING (AC)
 
Melakukan overhoul sistem pendinginan
Melakukan overhoul sistem pendinginanMelakukan overhoul sistem pendinginan
Melakukan overhoul sistem pendinginan
 
servis chiller dan litar pendawaian lampu.pptx
servis chiller dan litar pendawaian lampu.pptxservis chiller dan litar pendawaian lampu.pptx
servis chiller dan litar pendawaian lampu.pptx
 
Teori asas penyaman udara by Muhrif IKBN DT Selangor. Malaysia
Teori asas penyaman udara by Muhrif IKBN DT Selangor. MalaysiaTeori asas penyaman udara by Muhrif IKBN DT Selangor. Malaysia
Teori asas penyaman udara by Muhrif IKBN DT Selangor. Malaysia
 
MAKALAH Mesin Pendingin
MAKALAH Mesin PendinginMAKALAH Mesin Pendingin
MAKALAH Mesin Pendingin
 
Chapter iv komponen komponen alat berat
Chapter iv komponen komponen alat beratChapter iv komponen komponen alat berat
Chapter iv komponen komponen alat berat
 
SISTEM PENDINGIN.ppt
SISTEM PENDINGIN.pptSISTEM PENDINGIN.ppt
SISTEM PENDINGIN.ppt
 
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregarTeknologi pendinginan dan pembekuan  by kiman siregar
Teknologi pendinginan dan pembekuan by kiman siregar
 
air_conditioner_mobil_konvensional_lengk.pptx
air_conditioner_mobil_konvensional_lengk.pptxair_conditioner_mobil_konvensional_lengk.pptx
air_conditioner_mobil_konvensional_lengk.pptx
 
Pengertian boiler tungku furnace
Pengertian boiler tungku furnace Pengertian boiler tungku furnace
Pengertian boiler tungku furnace
 
CoalFireSteamPowerPlant System
CoalFireSteamPowerPlant SystemCoalFireSteamPowerPlant System
CoalFireSteamPowerPlant System
 
Boiler_terorical basic of steam generator and aplication
Boiler_terorical basic of steam generator and aplicationBoiler_terorical basic of steam generator and aplication
Boiler_terorical basic of steam generator and aplication
 
sertf Air Conditioner.ppt
sertf Air Conditioner.pptsertf Air Conditioner.ppt
sertf Air Conditioner.ppt
 
3 steam jet
3 steam jet3 steam jet
3 steam jet
 

Tugas cooler

  • 1.
  • 2.
  • 3. suatu grate yang men-transport clinker dengan gerakan reciprocating dan fan dengan ducting system yang mendistribusikan udara melewati lapisan clinker dg maksud untuk mendinginkan clinker Basic Concept
  • 4. Grate Cooler / Terminology Primary air Cooling air Secondary air Tertiary air Cooled clinker Hot clinker Waste air Middle air Recuperation zone Cooling zone
  • 5. Apa fungsi GRATE COOLER ? – Pendinginan clinker – Recuperation panas untuk dimanfaatkan dalam Kiln system –Transport clinker setelah Kiln system
  • 6. Heat Recuperation Terminology • Apakah Recuperation itu ? Adalah suatu proses dimana udara dari fan cooler melewati lapisan clinker panas untuk kemudian panas dari clinker dipisahkan dan diuapkan menjadi gas panas. • Gas panas tersebut dimanfaatkan sebagai : Dimana : KI = Aliran clinker dari kiln O = Aliran clinker keluar Cooler SA = Udara sekunder ke kiln TA = Udara tersier ke SP VA = Udara buang ke EP CA = Udara Pendingin
  • 7. Mengapa klinker perlu didinginkan?  Klinker panas sangat sulit untuk ditransportasikan.  Klinker panas berpengaruh tidak baik terhadap proses penggilingan selanjutnya.  Agar diperoleh klinker yang bersifat amorf sehingga mudah digilin  Recovery panas yang terkandung pada klinker panas diperlukan untuk mengurangi biaya produksi.  Pendinginan klinker yang baik dapat meningkatkan kualitas danproduksi semen.  Agar C3S tidak terdekomposisi kembali menjadi C2S dan C.
  • 8. Laju Pendinginan Klinker • Laju kecepatan pendinginan klinker menentukan komposisi akhir klinker. • Jika klinker yang terbentuk selama pembakaran didinginkan perlahan maka beberapa reaksi yang telah terjadi di kiln akan berbalik (reverse), sehingga C3S yang telah terbentuk di kiln akan berkurang dan terlarut pada klinker cair yang belum sempat memadat selama proses pendinginan.
  • 9. • Dengan pendinginan cepat fasa cair akan memadat dengan cepat sehingga mencegah berkurangnya C3S. • Fasa cair yang kandungan SiO2-nya tinggi dan cair alumino-ferric yang kaya lime akan terkristalisasi sempurna pada pendinginan cepat. Laju pendinginan juga mempengaruhi keadaan kristal, reaktivitas fasa klinker dan tekstur klinker.
  • 10. • Pendinginan klinker yang cepat berpengaruh pada perilaku dari oksida magnesium dan juga terhadap soundness dari semen yang dihasilkan.
  • 11. • Makin cepat proses pendinginannya maka kristal periclase yang terbentuk semakin kecil yang timbul pada saat kristalisasi fasa cair.
  • 12. • Klinker dengan pendinginan cepat menunjukkan daya spesifik yang lebih rendah. Hal ini disebabkan proporsi fasa cair yang lebih besar dan sekaligus ukuran kristalnya lebih kecil.
  • 13. COOLER Secara garis besar pengaruh laju pendinginan klinker terhadap kualitas klinker dapat terlihat berikut ini : Material/Parameter Pendinginan lambat Pendinginan cepat ( 4-5 oC/menit ) ( 18 – 20 oC/menit ) MgO Kristal periclase Kristal glassy C3A dan C4AF Kristaline Glassy C2S dan C3S Kurang aktif Aktif Stabil Tidak stabil Ukuran partikel Lebih besar Relatif lebih kecil Kuat tekan awal Tinggi Rendah Kuat tekan akhir Rendah Tinggi Keaktifan hidrolis Kurang Lebih baik Soundness Kurang Baik Ketahanan terhadap sulfur Kurang Baik
  • 14. COOLER b. Efisiensi konversi energi dalam proses pendinginan klinker. • Efisiensi pendinginan klinker diukur berdasarkan jumlah energi yang dapat dipindahkan ke udara pendingin dibanding energi total yang terkandung di dalam klinker saat keluar dari kiln. • Semakin tinggi energi yang terserap oleh udara, proses pendinginan klinker semakin efisien. • Akan lebih bagus lagi bila jumlah udara yang dibutuhkan untuk pendinginan semakin sedikit (mendekati kebutuhan udara untuk pembakaran bahan bakar), karena biasanya udara sisa yang tidak dipergunakan untuk pembakaran akan dibuang kembali ke lingkungan yang dapat pula berarti merupakan tambahan kerugian energi secara keseluruhan.
  • 15. COOLER Grate Cooler • Pada awal pengembangannya pemakaian grate cooler dimaksudkan untuk mendapatkan laju pendinginan yang cepat untuk mengurangi pengaruh kristal periclase sehingga diperoleh kualitas klinker yang baik. Tetapi pada kenyataannya diperoleh juga perpindahan panas yang sangat baik sekali sehingga cooler jenis ini bisa menerima klinker dengan temperatur sampai dengan 1360 - 1400 oC. • Dengan penggunaan udara berlebih klinker yang keluar bisa mencapai temperatur sampai dengan 65oC di atas temperatur udara sekitar sehingga bisa langsung digiling dan efisiensi perpindahan panas dari klinker ke udara dapat berkisar 72 - 75 %. • Perpindahan panas terjadi pada kondisi kombinasi cross current dengan counter current antara klinker dengan udara pendinginnya. Partikel-partikel halus akan jatuh ke dalam chamber udara yang ada di bawah grate plate dan dikeluarkan menggunakan air sluice dan ditarik oleh drag chain conveyor, sementara klinker yang berukuran besar dihancurkan oleh clinker breaker, berupa hammer crusher, yang ada di ujung grate cooler. • Penggunaan udaranya berkisar 1,8 - 2,4 Nm3/kg klinker dengan temperatur klinker dingin bisa mencapai 120 - 150 oC. • Penggunaan udara sirkulasi dapat dilakukan pada sistem ini sehingga mengurangi udara yang terbuang keluar.
  • 17. Air Distribution Velocity • C1 (Cooler Throat) : 5-6 m/sec • C2 (Above Grate) : 10-12 m/sec • C3 (TAD w/o Settle. Ch) : 5-6 m/sec • C3 (TAD w Settling. Ch) : 8-10 m/sec • C4 (Hot Air Take Off) : 8-10 m/sec • C5 (Exhaust Air) : 8-10 m/sec
  • 18. Air Distribution Simple Calculation Following step below :  Measuring static and dynamics pressure - Tertiary Air Duct - Hot Air Take Off - Exhaust Air  Measuring temperature  Measuring cooling fans velocity  Measuring cooling fans horn diameter  Establish Nm3/kcal combustion air minimum
  • 19. Bagian-Bagian Utama Cooler • 1. Casing • Lining casing luar cooler terbuat dari konstruksi baja/plate dan rip langit-langit diperkuat dengan beam. Plate untuk dinding dilapisi dengan isolasi dan batu tahan api castable, untuk mengurangi kehilangan radiasi panas. Keadaan bagian dalam cooler dapat dilihat melalaui inspection hole yang tersedia pada bagian atas dan samping cooler.
  • 20. • Cooling Grate • Cooling Grate terdiri dari beberapa baris grate plate yang disusun sejajar dengan kemiringan 100. Grate plate terdiri dari dari movable grate dan stationary grate yang disusun secara longitudinal terhadap arah cooler. Stationary grate dipasang pada support bracket plate dan center support dihubungkan ke center beam. Movable grate dipasang pada support frame dan dihubungkan ke moving frame. Grate plate memiliki lubang pendingin. Stationary grate plate tidak sama bentuknya dengan movable grate plate, sehingga tidak dapat ditukar pemasangannya
  • 21. • Hydraulic Drive Movable frame digerakkan oleh Cylinder Hydraulic Pump yang dihubungkan ke movable grate. Bukaan pada dinding Cooler bagian bawah untuk pergerakan. Hydraulic Drive dilengkapi dengan partition plate sebagai sealing.
  • 22. • Carrying Axle • Carrying axle/running axle disupport oleh 2 buah internal roller dan satu buah guide roller yang mempunyai flange/guide untuk mengarahkan gerakan movable frame.
  • 23. • 5. Hammer Breaker • Cooler dilengkapi dengan 2 unit hammer breaker yang terdiri dari dari breaker rotor dan casing spesial wear lining yang ditumpu oleh 2 buah bearing hausing. Pelumasan pada bearing diberikan secara otomatis central lubricantion lube dengan grease pump. Breaker rotor, digerakkan oleh motor listrik yang dihubungkan dengan V-belt. Hammer dipasang pada rotor disc, sedangkan casing rotor dapat diangkat dengan hoist untuk mempermudah perbaikan.
  • 24. • Hopper • Untuk menampung debu yang lolos dari lubang grate plate, sedangkan pengeluaran dari hopper diatur oleh double tiping valve.
  • 25. • Drag Chain Conveyor • Drag chain biasanya untuk membawa butir debu material yang lolos melewati lubang- lubang grate cooler.
  • 26.
  • 27. • Cara Kerja Clinker Cooler Bahan mentah yang telah digiring di raw mill selanjutnya masuk ke homogenizing silo dan selanjutnya diberikan proses pemanasan awal sehingga suhunya menjadi 8000C sebelum masuk ke rotary kiln yang bersuhu sekitar 14000C ini kemudian masuk ke unit cooler untuk pendinginan sehingga suhu klinker menjadi sekitar 1000C. • Clinker (terak) dengan suhu tinggi akan jatuh pada cooler dan didistribusikan secara seragam ke area kompartemen sesuai dengan lebar gratenya. Dikarenakan suhu material akan berubah menurut jarak, maka pendingin klinker dibagi menjadi beberapa kompartemen dimana semakin dekat dengan kiln maka panjang kompartemen semakin panjang. Udara yang telah melewati material bersuhu sekitar 2000C akan dihisap untuk kemudian digunakan sebagai sumber panas di preheater dan kiln yang bertujuan untuk meminimalkan energi yang hilang ke
  • 28. • lingkungan sekitar serta yang berarti pula menghemat biaya. Volume jatuhan klinker ini akan selalu dimonitor oleh sebuah transmitter tekanan yang dipasang di undergrate. Jika volume curahan terak dari kiln melebihi atau kurang dari nilai yang telah disetkan maka transmitter tekanan akan mengirim sinyal ke pengontrol tekanan sehingga akan segera mengolah data tersebut yang selanjutnya data tersebut akan dikirim ke pengontrol kecepetan motor penggerak grate. Jika volume jatuhan klinker lebih besar dari yang disetkan maka motor akan bergerak lebih cepat dengan tujuan untuk mengecilkan bed depth dan sebaliknya.
  • 29. • Data dari pengontrol tekanan juga akan dikirim ke pengontrol katup fan kompartemen pertama. Nilai bed depth yang besar akan menyebabkan laju kecepatan aliran udara yang kecil tidak cukup kuat untuk menembus klinker yang akan didinginkan. Hubungan antara beda tekanan (P), laju alir udara (v) dan percepatan gravitasi (g) ditentukan oleh hubungan: • P = v2. ξ /2g dimana : ξ = densitas udara Pertambahan nilai P akan berusaha disetkan kembali dengan menambah laju aliran udara. • Suatu nilai laju keepatan udara normal dengan open area 100% adalah sekitar 2meter/detik. Clinker dari kompartemen pertama dengan memanfaatkan gaya gravitasi dengan memanfaatkan Hukum Newton I bahwa suatu benda akan selalu mempertahankan gerak asalnya. Dengan didinginkan oleh udara yang bersumber dari fan di undergrate tiap kompartemennya clinker bergerak ke ujung cooler dengan suhu turun menjadi sekitar 1000oC. clinker yang telah didinginkan selanjutnya diperkecil ukurannya dengan clinker breaker dengan maksud untuk memperluas area clinker yang terkena udara, sehingga mempercepat pendinginan secara alami dalam perjalanan dengan mekanisme ban berjalan ke klinker silo untuk disimpan. Debu dari pemecahan klinker dan debu selama proses pendinginan akan dihisap melalui fan dan direduksi oleh EP untuk mengurangi partikel yang akan menyebabkan pencemaran udara sebelum dilepas ke atmosfer.
  • 30. Grate Cooler / Terminology Primary air Cooling air Secondary air Tertiary air Cooled clinker Hot clinker Waste air Middle air Recuperation zone Cooling zone
  • 31. Undergrate Pressure (Bed Resistance) • Pressure undergrate dipengaruhi oleh : – Ketebalan clinker bed diatas cooler – clinker bed yang tebal lebih susah ditembus udara fan cooler. – Rata-rata partikel size clinker – clinker bed yang kasar mempunyai resistance yang lebih rendah daripada clinker bed yang halus. – Temperature clinker (naik) – naiknya temperatur clinker akan menambah volume udara pendingin yg berakibat naiknya bed resistance. • Optimum clinker bed depth memberi kesempatan udara pendingin melewati clinker di atas grate.
  • 32. Undergrate Pressure (Bed Resistance) High Resistance Low Resistance clinker Ilustrasi Volume udara terhadap fungsi dari Clinker Size
  • 33. Undergrate Pressure (Bed Resistance) Bed depth Granulometry
  • 34. Grate Cooler Control Parameters • Control parameters adalah indikator yang membantu mengontrol dan monitoring clinker cooler. • Main control parameters grate cooler yaitu: – Pressure under grate – Pressure Kiln hood – Flow udara – Temperatur udara sekunder dan tersier • Secondary control parameters grate cooler yaitu: – Temperature Grate plate – Temperature Clinker discharge
  • 35. Grate Cooler Control Parameters and Variables Clinker Discharge Temperature Kiln Hood Pressure To ILC & SLC Undergrate Pressure Cooling Air Flowrate Grate Plate Temperatures Control Parameters Exhaust Fan Speed Grate Speed Air Flowrate Control Variables To Raw Mill
  • 36. Cooler Control Variables • Control variables adalah actuators/penggerak-penggerak yang digunakan untuk menjaga parameter-parameter control cooler agar tetap mendekati set point-nya. • Variable-variable grate clinker cooler yaitu : – Airflow rates • Menyediakan udara pendingin yang dibutuhkan untuk mendinginkan clinker maupun udara pembakaran untuk kiln system. – Exhaust fan speed • Mengontrol pressure kiln hood. – Grate speed • Mempengaruhi pressure undergrate cooler (bed resistance).
  • 37. Grate Speed Control • Control speed grate mencegah resistansi clinker bed dari berlebihnya pressure cooling fans dengan memastikan dijaga konstan. • Dua pilihan untuk kontrol speed grate yaitu: – Menggunakan pressure undergrate compartment pertama untuk mengontrol speed grate #1 dan untuk speed grate berikutnya menggunakan ratio berdasarkan speed grate #1. – Mengontrol setiap drive dengan pressure undergrate compartment pertama dan kedua dari setiap seksi grate yang akan mempengaruhi speed setiap drive.
  • 38. Cooler Upset Conditions • Kondisi upset adalah suatu kondisi proses abnormal yang mengganggu operasi dan dapat mengakibatkan kehilangan produksi. • Tipikal kondisi-kondisi cooler upset yaitu : – Red river – Geyser effect – Snowman formation – Temperatur grate plate tinggi
  • 39. Red River • A red river adalah lapisan tipis clinker yang sangat panas diatas lapisan clinker normal yang berjalan/mengalir lebih cepat ke cooler discharge end. • Tindakan yang dilakukan – Naikkan uniformity/distribusi clinker bed dengan menaikkan ketebalan clinker bed dalam cooler (dalam batas normal). – Optimalkan distribusi udara dalam cooler untuk memastikan aerasi yang cukup diatas area yang terjadi red river. – Pastikan clinker chemistry dari hasil pembakaran normal, misalnya Lsf Cl’ dlsb. Red River
  • 40. Geyser Effect • Geyser effect terjadi ketika terlalu banyak udara diatas grate cooler dan udara secara kuat/langsung menembus clinker bed. • Tindakan yang dilakukan – Naikkan pressure undergrate dengan menurunkan speed grate cooler, ini akan menaikkan ketebalan clinker bed. – Turunkan airflow sampai clinker “dances” diatas clinker bed. Blow through
  • 42. Snowman Formation • Snowman formation adalah sebuah tumpukan/timbunan material melting didalam inlet cooler yang mengganggu aliran udara ke kiln sebagai akibat dari kondisi kiln yang tidak stabil. • Snowman terdeteksi dalam cooler yaitu dengan adanya kenaikan pressure undergrate secara tajam yang diikuti dengan kenaikan speed grate. • Tindakan yang dilakukan – Kurangi panas pembakaran – Kurangi Kiln speed – Naikkan cooler airflow
  • 43. Grate Cooler Control Loops • Otomatisasi operasi Cooler terdiri dari control loops yang digunakan untuk membuat stabil operasi Cooler. FN1 FN3FN2 FN4 FN5 FN6 FN7
  • 44. Cooler High-level Control • Cooler high-level control adalah sebuah system supervisor dan optimizing yang mengontrol operasi cooler secara otomatis. • Keuntungan-keuntungan control high-level cooler yaitu: – Membuat stabil operasi cooler sehingga akan diperoleh kondisi Kiln yang stabil – Heat consumption lebih rendah – Temperature udara secondary dan tertiary stabil dan tinggi – Temperature Clinker discharge lebih rendah
  • 45. Cooler High-level Control • Sinyal-sinyal input LINKman (Expert Optimizer) untuk cooler control yaitu: – Temperature udara secondary – Jumlah cooling air flow – Pressure undergrate – Pressure Kiln hood – Temperature clinker discharge – Speed grate – Temperature grate • Sinyal-sinyal output LINKman (Expert Optimizer) yaitu: – Set points masing-masing cooling fan – Set point ratio speed grate #1
  • 46. Chamber aeration systemA Profile pressure untuk aerasi chamber
  • 47. Critical Variables • Temperature udara exit cooler seharusnya serendah mungkin untuk memastikan bahwa kuantitas udara panas yang dibuang ke atmosphere sedikit (minim). • Pressure Kiln hood seharusnya selalu sedikit negatif. • Temperature udara secondary seharusnya tinggi dan stabil. 1. Kiln operation stability 2. Efisiensi fuel maksimum Note : • Salah satu aktivitas utama selama commissioning adalah untuk menentukan ketinggian bed clinker yang optimal
  • 48. Factors Influencing Under grate Pressure • Rata-rata particle size clinker di dalam cooler • Ketebalan clinker bed • Temperature clinker dalam cooler • Banyaknya udara pendingin yang dimasukkan ke dalam cooler