SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
DASAR KERJA MOTOR BAKAR 
1. Prinsip Kerja Motor Bakar Torak 
Prinsip dasar kerja motor bakar adalah adanya pemanasan pada ruang tertutup yang 
menyebabkan pemuaian gas yang pada gilirannya menaikkan tekanan gas. Agar tekanan 
gas tersebut dapat diubah menjadi daya mekanika, dibuatlah rancangan berupa silinder 
yang ditutup mati pada ujung yang satu sedang ujung lain ditutup dengan torak yang dapat 
bergeser sepanjang silinder (lihat Gambar. 1). Mula-mula posisi piston adalah di a. Piston 
tersebut akan bergeser jika terjadi perbedaan tekanan antara kedua sisinya. Pada saat 
terjadi pemanasan di dalam ruang silinder, terjadilah tekanan yang lebih besar dari tekanan 
atmosfir. Tekanan tersebut mampu menggeser piston sepanjang silinder ke arah kanan (ke 
titik b) pada Gambar 1 berikut ini sehingga ruang dalam silinder akan bertambah besar. Jika 
tekanan yang dihasilkan oleh pemanas pada ruang dalam silinder cukup besar maka gaya 
yang diterima piston akan besar pula sehingga mampu mendorong beban di sebelah kanan 
piston. 
Gambar 1: Silinder dengan piston yang dapat bergerak bebas. 
Gambar 1: Silinder dengan piston yang dapat bergerak bebas. 
Pada kontruksi pada gambar 1 di atas, setelah piston bergeser ke kanan dan tekanan di kiri 
dan kanan piston berimbang, gerakan piston akan berhenti. Kontruksi semacam ini kurang 
bisa dimanfaatkan untuk keperluan praktis. Agar kerja dorongan piston dapat dimanfaatkan 
untuk berbagai keperluan praktis, pada sisi luar piston tersebut disambungkan tuas yang 
dihubungkan ke sebuah poros engkol. Poros engkol tersebut berfungsi mengubah gerak 
translasi piston menjadi gerak rotasi. Daya berbentuk putaran poros engkol ini dapat 
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. 
2. Dasar Termodinamika : Kesetaraan Panas Dan Gerak 
Kerja motor bakar didasarkan pada hukum kesetaraan panas dan gerak atau hukum 
termodinamika. Hukum I termodinamika berbunyi: Energi dapat diubah dari bentuk satu ke 
bentuk lainnya secara timbal balik. Energi yang dimiliki suatu sistem tertutup serta 
tersungkup besarnya tetap. Salah satu bentuk perubahan energi yang teramati ialah dari 
panas ke gerak. Dalil ini berasal dari pengamatan empirik yang memperlihatkan bahwa 
panas bisa berubah menjadi tenaga gerak. Contoh nyata yang mudah ditemui sehari-hari 
sejak dulu ialah air di ceret yang dipanaskan bisa menggerakkan tutupnya ketika mendidih, 
atau gas hasil pembakaran yang mampu menggerakkan dedaunan yang berada di atas 
unggun. Adanya pengetahuan inilah yang mendorong orang berpikir tentang mesin yang 
secara sengaja mencoba mengubah energi panas menjadi gerakan yang dapat 
dimanfaatkan. Gagasan tersebut kemudian akhirnya berhasil diwujudkan orang, salah 
satunya dalam bentuk motor bakar.
Hukum kedua termodinamika juga berasal dari wilayah empirik yaitu bahwa panas tidak bisa 
seluruhnya diubah menjadi gerak, selalu ada panas yang pergi ke lain jurusan. Dengan kata 
lain, tidak ada mesin yang mampu mengubah seluruh tenaga panas dari sumbernya menjadi 
tenaga gerak. 
Siklus Otto 
Perhitungan secara teori pada siklus ideal akan mencakup 4 proses ialah kompresi, ekspansi, 
pemanasan, dan pendinginan. Gambar berikut adalah diagram tekanan-volume (P-V) siklus 
ideal motor 4 langkah volume tetap (siklus Otto). 
Gambar 4. Diagram P-V pada siklus Otto 
Gambar 4. Diagram P-V pada siklus Otto 
Langkah 0-1 adalah langkah isap, langkah 1-2 adalah langkah pemampatan, garis 2-3 
adalah pembakaran secara cepat yang menghasilkan pemanasan gas pada volume konstan, 
langkah 3-4 adalah langkah ekspansi gas panas, sedang segmen 4-1 turunnya tekanan 
secara tiba-tiba karena dibukanya katup buang. Setelah itu gas dibuang pada langkah 1-0. 
Asumsi yang digunakan pada siklus seperti pada gambar di atas beserta penjelasannya 
adalah sebagai berikut: 
1. Langkah isap (0-1) dan langkah buang (1-0) dianggap sebagai proses tekanan tetap.
2. Langkah pemampatan (1-2) dianggap berlangsung secara adiabatik, karena proses 
tersebut berlangsung sangat cepat sehingga dianggap tidak ada panas yang sempat 
keluar sistem. 
3. Proses pembakaran (garis 2-3) dianggap sebagai pemasukan (pengisian) kalor pada 
volume konstan. 
4. Langkah kerja (3-4) dianggap juga berlangsung adiabatik. Penjelasan sama dengan 
nomor 2. 
5. Proses penurunan tekanan karena pembukaan katup buang (garis 4-1) dianggap 
sebagai pengeluaran (pembuangan) kalor pada volume tetap. 
6. Fluida kerja dianggap gas ideal sehingga memenuhi hukum-hukum gas ideal. 
Sesuai hukum 1 termodinamika, kesetaraan panas dan gerak dapat dituliskan sebagai 
persamaan energi sebagai berikut: 
Q = D U + W …………………..(9) 
Dengan 
Q = panas yang keluar atau masuk sistem (joule) 
U = perubahan energi dalamD (joule) 
W = kerja yang diberikan sistem (joule). 
Rancangan motor bakar diinginkan agar mampu mengubah sebanyak-banyaknya energi 
panas menjadi gerak. Untuk itu diperlukan pengetahuan teori mengenai efisiensi sistem 
tersebut. Dalam hal ini, efisiensi dari siklus Otto ialah: 
e = W / Qin………………….(10) 
dengan Qin ialah panas yang dimasukkan ke dalam sistem. 
Pada siklus di atas D U = 0, karena pada akhir siklus posisi grafik kembali ke titik semula 
(atau keadaan fluida pada akhir siklus sama seperti pada awal siklus), sehingga 
W = Qin – Qout ………………..(11) 
dengan Qout ialah panas yang dikeluarkan dari sistem. 
Dengan demikian, efisiensi siklus akan sebesar 
Persamaan penambahan panas pada volume konstan pada siklus di atas ialah: 
Qin = M cv (T3 – T2) 
Sedang pengeluaran panas pada volume tetap ialah
Qout = M cv (T4 – T1) 
Dengan cv ialah panas spesifik udara pada volume tetap. (Notasi 1, 2, 3, dan 4 pada 
persamaan di atas adalah sesuai dengan titik-titik pada grafik dalam gambar 4 di atas.) 
Sehingga efisiensi siklus ialah 
Proses 1-2 dan 3-4 adalah adiabatik, sehingga 
dan 
Sedangkan dari grafik terlihat bahwa V1 = V4 dan V3 =- V2, sehingga 
Dengan demikian maka 
Sehingga efisiensi siklus pada persamaan (a) akan menjadi
Dalam hal in r = V1/V2 adalah perbandingan kompresi motor. 
Dari persamaan di atas terlihat bahwa efisiensi siklus ideal Otto akan sebanding dengan 
perbandingan kompresi dan tidak tergantung pada besarnya pemasukan dan pengeluaran 
panas. 
Siklus Diesel 
Gambar berikut adalah diagram tekanan-volume (P-V) siklus ideal motor 4 langkah tekanan 
tetap (siklus diesel). Langkah 0-1 adalah langkah isap, langkah 1-2 adalah langkah 
pemampatan, langkah 2-3 adalah pembakaran yang menghasilkan pemanasan gas pada 
tekanan konstan, langkah 3-4 adalah langkah ekspansi gas panas, sedang segmen 4-1 
turunnya tekanan secara tiba-tiba karena dibukanya katup buang. Setelah itu gas dibuang 
pada langkah 1-0. 
Asumsi yang digunakan pada siklus diesel ini sama dengan pada siklus Otto, kecuali langkah 
penambahan panas. Pada siklus diesel langkah 2-3 merupakan penambahan panas pada 
tekanan konstan. 
Gambar 6. Diagram P-V pada siklus diesel 
Gambar 6. Diagram P-V pada siklus diesel 
Sebagaimana pada siklus Otto, efisiensi siklus adalah (persamaan 12):
Persamaan penambahan panas pada tekanan konstan pada siklus di atas ialah: 
Qin = M cp (T3 – T2) 
Sedang pengeluaran panas pada volume tetap ialah 
Qout = M cv (T4 – T1) 
Sehingga efisiensi siklus ialah 
Dalam hal ini cv/cp = k, sehingga 
Proses penambahan panas pada 2-3 adalah pada tekanan tetap, sehingga 
atau 
Proses 3-4 adalah adiabatik, sehingga 
atau 
dengan mengganti T3 dengan ruas kanan pada persamaan (c), maka
Karena proses 1-2 adalah adiabatik, sedang V4=V1 (lihat grafik), maka 
Dengan demikian persamaan (d) akan menjadi 
Atau 
Dengan demikian efisiensi siklus pada persamaan (b) akan menjadi 
Karena 
Maka
Dengan (V1/V2)k-1 = r adalah perbandingan kompresi motor, maka efisiensi bisa ditulis 
sebagai 
Dari persamaan di atas terlihat bahwa efisiensi siklus diesel tergantung pada perbandingan 
kompresi dan perbandingan V3/V2.(untuk memudahkan, diberi notasi b). Efisiensi akan 
bertambah dengan memperbesar perbandingan kompresi, dan akan berkurang dengan 
bertambahnya b. Pada persamaan di atas, jika harga b mendekati 1 maka efisiensi siklus 
akan mendekati harga efisiensi siklus Otto. Dari persamaan tersebut terlihat juga bahwa 
pada perbandingan kompresi dan pemasukan panas yang sama, efisiensi siklus Otto lebih 
tinggi dibanding efisiensi siklus diesel. 
Kerja yang dihasilkan per siklus 
Baik pada siklus Otto maupun siklus Diesel, kerja yang dihasilkan pada langkah ekspansi 
merupakan sumber tenaga gerak serta memungkinkan motor menghasilkan daya. Pada 
siklus Otto maupun siklus Diesel, setiap siklusnya kerja yang dihasilkan adalah = kerja yang 
dihasilkan pada langkah ekspansi dikurangi kerja yang dibutuhkan pada langkah kompresi. 
Siklus sebenarnya 
Baik siklus Otto maupun siklus Diesel adalah siklus ideal. Ada beberapa hal yang tidak sesuai 
dengan keadaan yang sesungguhnya. Pada keadaan yang sesungguhnya fluida yang berada 
di dalam ruang silinder bukanlah hanya udara semata melainkan berisi campuran udara dan 
bahan bakar. Selain itu langkah isap maupun langkah buang pada keadaan yang sebenarnya 
bukan terjadi pada tekanan konstan. Langkah isap terjadi pada tekanan sedikit di bawah 
tekanan atmosfir, sedang langkah buang terjadi pada tekanan di atas tekanan atmosfir. 
Proses pemasukan panas pada siklus sebenarnya terjadi karena pembakaran campuran 
bahan bakar dan udara yang berada di dalam silinder. Dalam keadaan sebenarnya, pada 
motor bensin tidak mungkin terjadi penyalaan yang seketika (dengan waktu = 0), sehingga 
tidak ada pemasukan panas yang terjadi pada volume konstan seperti diidealkan oleh siklus 
Otto. Siklus kerja motor bensin bisa dianalisis menggunakan pendekatan siklus Otto, karena 
kurvanya memang mendekati kurva siklus Otto. 
Pada motor diesel, juga tidak terjadi penyalaan pada tekanan konstan, karena penyalaan 
tentu tidak bisa diatur agar persis menghasilkan kenaikan tekanan yang tepat seimbang 
dengan penurunan tekanan karena pergeseran torak. Namun demikian siklus kerja motor 
diesel bisa dianalisis menggunakan pendekatan sklus ideal diesel karena kurva yang 
dihasilkan mendekati kurva siklus ideal diesel. 
Untuk lebih mendekati keadaan sebenarnya, digunakan pendekatan siklus gabungan atau 
siklus tekanan terbatas, yaitu siklus motor bakar yang pemasukannya terjadi pertama pada 
volume konstan kemudian dilanjutkan pada tekanan konstan (Gambar 7 berikut). Meskipun 
demikian, dalam kenyataannya tetap tidak pernah terdapat siklus kerja motor bakar torak 
yang menghasilkan grafik sperti siklus tekanan terbatas.
Gambar 7. Diagram P-V pada siklus tekanan terbatas 
Gambar 7. Diagram P-V pada siklus tekanan terbatas 
Terdapat beberapa variabel yang menyebabkan siklus kerja motor bakar torak pada 
keadaan sebenarnya berbeda dengan siklus ideal, antara lain: 
1. Fluida kerja dalam silinder bukanlah udara, melainkan campuran udara dan bahan 
bakar, yang memiliki sifat sedikit berbeda dengan udara. Selain itu campuran 
tersebut bukan gas ideal, sehingga mekanisme yang terjadi sedikit berbeda dengan 
gas ideal. 
2. Terjadi kebocoran fluida, baik pada saat langkah kompresi, saat penyalaan maupun 
pada saat langkah ekspansi. Hal tersebut disebabkan karena penyekatan antara 
torak dengan dinding silinder tidak mungkin dilakukan secara sempurna. 
3. Katup isap dan katup buang tidak dibuka dan ditutup persis pada saat TMA atau 
TMB. Hal tersebut disebabkan proses pembukaan dan penutupan memerlukan 
waktu, sehingga permulaan pembukaan katup adalah sebelum TMA atau TMB, 
sedangkan saat katup telah tertutup rapat adalah sesat sesudah TMA atau TMB. 
4. Pada motor bakar torak yang sesungguhnya, pada saat torak berada di TMA, 
pemasukan kalor bukan berasal dari luar melainkan berasal dari proses pembakaran 
campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder itu sendiri. Kenaikan tekanan dan 
suhu terjadi karena adanya pembakaran tersebut. 
5. Proses pembakaran memerlukan waktu, tidak berlangsung sekaligus pada satu saat. 
Akibatnya, selama proses pembakaran tersebut torak berubah-ubah posisinya. 
Supaya proses pembakaran bahan bakar terjadi tepat waktu, proses pembakaran 
dimulai sesaat (beberapa derajat putaran) sebelum torak mencapai TMA, serta 
berakhir beberapa derajat setelah TMA. 
6. Terdapat kehilangan kalor ke dinding yang kemudian diteruskan ke fluida pendingin. 
Hal tersebut tidak dapat dihindarkan karena jika tidak didinginkan maka mesin akan 
menjadi terlalu panas dan akan rusak secara cepat. Dengan adanya kehilangan kalor 
tersebut berarti langkah kompresi, proses pemasukan panas maupun langkah 
ekspansi tidak berlangsung secara adiabatik.
Adanya penyimpangan dari siklus ideal tersebut menyebabkan pada keadaan sebenarnya, 
grafik P-V yang terbentuk tidak sesuai dengan grafik P-V ideal. Meskipun demikian grafik 
siklus ideal tetap diperlukan untuk membantu memahami proses kerja motor bakar.

More Related Content

What's hot

Mke 15-4-15-laya-tugasharsa27
Mke 15-4-15-laya-tugasharsa27Mke 15-4-15-laya-tugasharsa27
Mke 15-4-15-laya-tugasharsa27Harsa Rizano
 
Bag 1 pengenalan sistem kontrol
Bag 1 pengenalan sistem kontrolBag 1 pengenalan sistem kontrol
Bag 1 pengenalan sistem kontrolHIMTI
 
Presentasi siklus otto kelompok 4
Presentasi siklus otto kelompok 4Presentasi siklus otto kelompok 4
Presentasi siklus otto kelompok 4Irwan Prayoga
 
DAYA MOTOR.ppt
DAYA MOTOR.pptDAYA MOTOR.ppt
DAYA MOTOR.pptbeng7175
 
Permasalahan umum pada turbin uap
Permasalahan umum pada turbin uapPermasalahan umum pada turbin uap
Permasalahan umum pada turbin uapErna Pratiwi
 
Mesin Konversi Energi (MOTOR DIESEL) Teknik Mesin UNJ
Mesin Konversi Energi (MOTOR DIESEL) Teknik Mesin UNJMesin Konversi Energi (MOTOR DIESEL) Teknik Mesin UNJ
Mesin Konversi Energi (MOTOR DIESEL) Teknik Mesin UNJRizky Affif Hidayat
 
Diagram p v pada mesin diesel
Diagram p v pada mesin dieselDiagram p v pada mesin diesel
Diagram p v pada mesin dieselrijal ghozali
 
Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)Khairul Fadli
 
Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinRinaldi Sihombing
 
Perhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnotPerhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnotDanny Danny
 
Sistem Kontrol Pada Kipas Angin
Sistem Kontrol Pada Kipas AnginSistem Kontrol Pada Kipas Angin
Sistem Kontrol Pada Kipas AnginMughni Syahid
 
Turbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan Nosel
Turbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan NoselTurbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan Nosel
Turbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan NoselIr. Najamudin, MT
 
03b. Kesetimbangan Uap Cair - Perhitungan Bubble Dew Point.pptx
03b. Kesetimbangan Uap Cair - Perhitungan Bubble Dew Point.pptx03b. Kesetimbangan Uap Cair - Perhitungan Bubble Dew Point.pptx
03b. Kesetimbangan Uap Cair - Perhitungan Bubble Dew Point.pptxRifqiSufra1
 
Pompa mesin fluida ajar
Pompa mesin fluida ajarPompa mesin fluida ajar
Pompa mesin fluida ajarKhairul Fadli
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiAli Hasimi Pane
 

What's hot (20)

Mke 15-4-15-laya-tugasharsa27
Mke 15-4-15-laya-tugasharsa27Mke 15-4-15-laya-tugasharsa27
Mke 15-4-15-laya-tugasharsa27
 
Bag 1 pengenalan sistem kontrol
Bag 1 pengenalan sistem kontrolBag 1 pengenalan sistem kontrol
Bag 1 pengenalan sistem kontrol
 
Presentasi siklus otto kelompok 4
Presentasi siklus otto kelompok 4Presentasi siklus otto kelompok 4
Presentasi siklus otto kelompok 4
 
DAYA MOTOR.ppt
DAYA MOTOR.pptDAYA MOTOR.ppt
DAYA MOTOR.ppt
 
Permasalahan umum pada turbin uap
Permasalahan umum pada turbin uapPermasalahan umum pada turbin uap
Permasalahan umum pada turbin uap
 
Mesin Konversi Energi (MOTOR DIESEL) Teknik Mesin UNJ
Mesin Konversi Energi (MOTOR DIESEL) Teknik Mesin UNJMesin Konversi Energi (MOTOR DIESEL) Teknik Mesin UNJ
Mesin Konversi Energi (MOTOR DIESEL) Teknik Mesin UNJ
 
Siklus diesel
Siklus dieselSiklus diesel
Siklus diesel
 
250377343 ciclo-brayton
250377343 ciclo-brayton250377343 ciclo-brayton
250377343 ciclo-brayton
 
ppt Turbin Uap
ppt Turbin Uapppt Turbin Uap
ppt Turbin Uap
 
Diagram p v pada mesin diesel
Diagram p v pada mesin dieselDiagram p v pada mesin diesel
Diagram p v pada mesin diesel
 
Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)
 
Dasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesinDasar perencanaan elemen mesin
Dasar perencanaan elemen mesin
 
Superheater & reheater
Superheater & reheaterSuperheater & reheater
Superheater & reheater
 
Perhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnotPerhitungan siklus otto & carnot
Perhitungan siklus otto & carnot
 
Sistem Kontrol Pada Kipas Angin
Sistem Kontrol Pada Kipas AnginSistem Kontrol Pada Kipas Angin
Sistem Kontrol Pada Kipas Angin
 
Turbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan Nosel
Turbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan NoselTurbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan Nosel
Turbin Uap, Sudu gerak, daya turbin dan Nosel
 
03b. Kesetimbangan Uap Cair - Perhitungan Bubble Dew Point.pptx
03b. Kesetimbangan Uap Cair - Perhitungan Bubble Dew Point.pptx03b. Kesetimbangan Uap Cair - Perhitungan Bubble Dew Point.pptx
03b. Kesetimbangan Uap Cair - Perhitungan Bubble Dew Point.pptx
 
Pompa mesin fluida ajar
Pompa mesin fluida ajarPompa mesin fluida ajar
Pompa mesin fluida ajar
 
Laporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum PengelasanLaporan Praktikum Pengelasan
Laporan Praktikum Pengelasan
 
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasiContoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
Contoh penyelesaian soal sistem refrigerasi
 

Viewers also liked

Motor Bakar - Peragaan Alat - Teknik Mesin Unhas
Motor Bakar - Peragaan Alat - Teknik Mesin UnhasMotor Bakar - Peragaan Alat - Teknik Mesin Unhas
Motor Bakar - Peragaan Alat - Teknik Mesin UnhasAlen Pepa
 
Langkah kerja motor bensin 4tak & 2tak
Langkah kerja motor bensin 4tak & 2takLangkah kerja motor bensin 4tak & 2tak
Langkah kerja motor bensin 4tak & 2taksandy88235
 
Mesin 4 langkah & 2 langkah
Mesin 4 langkah & 2 langkahMesin 4 langkah & 2 langkah
Mesin 4 langkah & 2 langkahRock Sandy
 
Teknologi dasar otomotif hariyanto
Teknologi dasar otomotif hariyantoTeknologi dasar otomotif hariyanto
Teknologi dasar otomotif hariyantoChurotip 72
 
Bab 2 (motor bakar)
Bab 2 (motor bakar)Bab 2 (motor bakar)
Bab 2 (motor bakar)Dwi Ratna
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINDwi Ratna
 

Viewers also liked (8)

Diagram p v
Diagram p vDiagram p v
Diagram p v
 
Motor Bakar - Peragaan Alat - Teknik Mesin Unhas
Motor Bakar - Peragaan Alat - Teknik Mesin UnhasMotor Bakar - Peragaan Alat - Teknik Mesin Unhas
Motor Bakar - Peragaan Alat - Teknik Mesin Unhas
 
Langkah kerja motor bensin 4tak & 2tak
Langkah kerja motor bensin 4tak & 2takLangkah kerja motor bensin 4tak & 2tak
Langkah kerja motor bensin 4tak & 2tak
 
Motor diesel
Motor dieselMotor diesel
Motor diesel
 
Mesin 4 langkah & 2 langkah
Mesin 4 langkah & 2 langkahMesin 4 langkah & 2 langkah
Mesin 4 langkah & 2 langkah
 
Teknologi dasar otomotif hariyanto
Teknologi dasar otomotif hariyantoTeknologi dasar otomotif hariyanto
Teknologi dasar otomotif hariyanto
 
Bab 2 (motor bakar)
Bab 2 (motor bakar)Bab 2 (motor bakar)
Bab 2 (motor bakar)
 
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESINMACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
MACAM-MACAM SAMBUNGAN PADA KONSTRUKSI MESIN
 

Similar to Dasar kerja motor

MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesinMESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesinIKomangDiegoAntara
 
Gas power cycle(chapter 9)
Gas power cycle(chapter 9)Gas power cycle(chapter 9)
Gas power cycle(chapter 9)Habib R
 
Presentasi sistem tenaga gas (termodinamika)
Presentasi sistem tenaga gas (termodinamika)Presentasi sistem tenaga gas (termodinamika)
Presentasi sistem tenaga gas (termodinamika)Ryan Rori
 
Siklus daya gas
Siklus daya gasSiklus daya gas
Siklus daya gasRock Sandy
 
Termo 2 sklus otto diesel
Termo 2 sklus otto dieselTermo 2 sklus otto diesel
Termo 2 sklus otto diesel555
 
Power point motor bensin
Power point motor bensinPower point motor bensin
Power point motor bensinawamku
 
MKE Pertemuan 7 edit tampil okk.pptx
MKE  Pertemuan 7 edit tampil okk.pptxMKE  Pertemuan 7 edit tampil okk.pptx
MKE Pertemuan 7 edit tampil okk.pptxMarfizal Marfizal
 
PLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.ppt
PLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.pptPLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.ppt
PLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.pptPriyoNurmanto3
 
Makalah Maintenance turbin gas
Makalah Maintenance turbin gasMakalah Maintenance turbin gas
Makalah Maintenance turbin gasAmrih Prayogo
 
Jtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-a
Jtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-aJtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-a
Jtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-arianmitra
 
2. TERMODINAMIKA II-.pptx
2. TERMODINAMIKA II-.pptx2. TERMODINAMIKA II-.pptx
2. TERMODINAMIKA II-.pptxssuser997570
 

Similar to Dasar kerja motor (20)

MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesinMESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
MESIN KONVERSI ENERGI I SIKLUS OTTO mesin
 
Motor Bakar
Motor BakarMotor Bakar
Motor Bakar
 
Gas power cycle(chapter 9)
Gas power cycle(chapter 9)Gas power cycle(chapter 9)
Gas power cycle(chapter 9)
 
Presentasi sistem tenaga gas (termodinamika)
Presentasi sistem tenaga gas (termodinamika)Presentasi sistem tenaga gas (termodinamika)
Presentasi sistem tenaga gas (termodinamika)
 
Siklus daya gas
Siklus daya gasSiklus daya gas
Siklus daya gas
 
Termo 2 sklus otto diesel
Termo 2 sklus otto dieselTermo 2 sklus otto diesel
Termo 2 sklus otto diesel
 
motor bensin
motor bensinmotor bensin
motor bensin
 
Power point motor bensin
Power point motor bensinPower point motor bensin
Power point motor bensin
 
MKE Pertemuan 7 edit tampil okk.pptx
MKE  Pertemuan 7 edit tampil okk.pptxMKE  Pertemuan 7 edit tampil okk.pptx
MKE Pertemuan 7 edit tampil okk.pptx
 
PLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.ppt
PLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.pptPLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.ppt
PLTGU_PEMBANGKIT_LISTRIK_TENAGA_GAS_DAN.ppt
 
Makalah Maintenance turbin gas
Makalah Maintenance turbin gasMakalah Maintenance turbin gas
Makalah Maintenance turbin gas
 
Tmesin kata
Tmesin kataTmesin kata
Tmesin kata
 
laporan praktikum motor bakar
laporan praktikum motor bakarlaporan praktikum motor bakar
laporan praktikum motor bakar
 
Thermo mklh 1
Thermo mklh 1Thermo mklh 1
Thermo mklh 1
 
Fisika industri 12
Fisika industri 12Fisika industri 12
Fisika industri 12
 
TURBIN GAS
TURBIN GASTURBIN GAS
TURBIN GAS
 
TURBIN GAS
TURBIN GASTURBIN GAS
TURBIN GAS
 
Jtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-a
Jtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-aJtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-a
Jtptunimus gdl-s1-2008-dhonaelsap-978-ta+dona+-a
 
termodinamika rpp
termodinamika rpptermodinamika rpp
termodinamika rpp
 
2. TERMODINAMIKA II-.pptx
2. TERMODINAMIKA II-.pptx2. TERMODINAMIKA II-.pptx
2. TERMODINAMIKA II-.pptx
 

Dasar kerja motor

  • 1. DASAR KERJA MOTOR BAKAR 1. Prinsip Kerja Motor Bakar Torak Prinsip dasar kerja motor bakar adalah adanya pemanasan pada ruang tertutup yang menyebabkan pemuaian gas yang pada gilirannya menaikkan tekanan gas. Agar tekanan gas tersebut dapat diubah menjadi daya mekanika, dibuatlah rancangan berupa silinder yang ditutup mati pada ujung yang satu sedang ujung lain ditutup dengan torak yang dapat bergeser sepanjang silinder (lihat Gambar. 1). Mula-mula posisi piston adalah di a. Piston tersebut akan bergeser jika terjadi perbedaan tekanan antara kedua sisinya. Pada saat terjadi pemanasan di dalam ruang silinder, terjadilah tekanan yang lebih besar dari tekanan atmosfir. Tekanan tersebut mampu menggeser piston sepanjang silinder ke arah kanan (ke titik b) pada Gambar 1 berikut ini sehingga ruang dalam silinder akan bertambah besar. Jika tekanan yang dihasilkan oleh pemanas pada ruang dalam silinder cukup besar maka gaya yang diterima piston akan besar pula sehingga mampu mendorong beban di sebelah kanan piston. Gambar 1: Silinder dengan piston yang dapat bergerak bebas. Gambar 1: Silinder dengan piston yang dapat bergerak bebas. Pada kontruksi pada gambar 1 di atas, setelah piston bergeser ke kanan dan tekanan di kiri dan kanan piston berimbang, gerakan piston akan berhenti. Kontruksi semacam ini kurang bisa dimanfaatkan untuk keperluan praktis. Agar kerja dorongan piston dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan praktis, pada sisi luar piston tersebut disambungkan tuas yang dihubungkan ke sebuah poros engkol. Poros engkol tersebut berfungsi mengubah gerak translasi piston menjadi gerak rotasi. Daya berbentuk putaran poros engkol ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. 2. Dasar Termodinamika : Kesetaraan Panas Dan Gerak Kerja motor bakar didasarkan pada hukum kesetaraan panas dan gerak atau hukum termodinamika. Hukum I termodinamika berbunyi: Energi dapat diubah dari bentuk satu ke bentuk lainnya secara timbal balik. Energi yang dimiliki suatu sistem tertutup serta tersungkup besarnya tetap. Salah satu bentuk perubahan energi yang teramati ialah dari panas ke gerak. Dalil ini berasal dari pengamatan empirik yang memperlihatkan bahwa panas bisa berubah menjadi tenaga gerak. Contoh nyata yang mudah ditemui sehari-hari sejak dulu ialah air di ceret yang dipanaskan bisa menggerakkan tutupnya ketika mendidih, atau gas hasil pembakaran yang mampu menggerakkan dedaunan yang berada di atas unggun. Adanya pengetahuan inilah yang mendorong orang berpikir tentang mesin yang secara sengaja mencoba mengubah energi panas menjadi gerakan yang dapat dimanfaatkan. Gagasan tersebut kemudian akhirnya berhasil diwujudkan orang, salah satunya dalam bentuk motor bakar.
  • 2. Hukum kedua termodinamika juga berasal dari wilayah empirik yaitu bahwa panas tidak bisa seluruhnya diubah menjadi gerak, selalu ada panas yang pergi ke lain jurusan. Dengan kata lain, tidak ada mesin yang mampu mengubah seluruh tenaga panas dari sumbernya menjadi tenaga gerak. Siklus Otto Perhitungan secara teori pada siklus ideal akan mencakup 4 proses ialah kompresi, ekspansi, pemanasan, dan pendinginan. Gambar berikut adalah diagram tekanan-volume (P-V) siklus ideal motor 4 langkah volume tetap (siklus Otto). Gambar 4. Diagram P-V pada siklus Otto Gambar 4. Diagram P-V pada siklus Otto Langkah 0-1 adalah langkah isap, langkah 1-2 adalah langkah pemampatan, garis 2-3 adalah pembakaran secara cepat yang menghasilkan pemanasan gas pada volume konstan, langkah 3-4 adalah langkah ekspansi gas panas, sedang segmen 4-1 turunnya tekanan secara tiba-tiba karena dibukanya katup buang. Setelah itu gas dibuang pada langkah 1-0. Asumsi yang digunakan pada siklus seperti pada gambar di atas beserta penjelasannya adalah sebagai berikut: 1. Langkah isap (0-1) dan langkah buang (1-0) dianggap sebagai proses tekanan tetap.
  • 3. 2. Langkah pemampatan (1-2) dianggap berlangsung secara adiabatik, karena proses tersebut berlangsung sangat cepat sehingga dianggap tidak ada panas yang sempat keluar sistem. 3. Proses pembakaran (garis 2-3) dianggap sebagai pemasukan (pengisian) kalor pada volume konstan. 4. Langkah kerja (3-4) dianggap juga berlangsung adiabatik. Penjelasan sama dengan nomor 2. 5. Proses penurunan tekanan karena pembukaan katup buang (garis 4-1) dianggap sebagai pengeluaran (pembuangan) kalor pada volume tetap. 6. Fluida kerja dianggap gas ideal sehingga memenuhi hukum-hukum gas ideal. Sesuai hukum 1 termodinamika, kesetaraan panas dan gerak dapat dituliskan sebagai persamaan energi sebagai berikut: Q = D U + W …………………..(9) Dengan Q = panas yang keluar atau masuk sistem (joule) U = perubahan energi dalamD (joule) W = kerja yang diberikan sistem (joule). Rancangan motor bakar diinginkan agar mampu mengubah sebanyak-banyaknya energi panas menjadi gerak. Untuk itu diperlukan pengetahuan teori mengenai efisiensi sistem tersebut. Dalam hal ini, efisiensi dari siklus Otto ialah: e = W / Qin………………….(10) dengan Qin ialah panas yang dimasukkan ke dalam sistem. Pada siklus di atas D U = 0, karena pada akhir siklus posisi grafik kembali ke titik semula (atau keadaan fluida pada akhir siklus sama seperti pada awal siklus), sehingga W = Qin – Qout ………………..(11) dengan Qout ialah panas yang dikeluarkan dari sistem. Dengan demikian, efisiensi siklus akan sebesar Persamaan penambahan panas pada volume konstan pada siklus di atas ialah: Qin = M cv (T3 – T2) Sedang pengeluaran panas pada volume tetap ialah
  • 4. Qout = M cv (T4 – T1) Dengan cv ialah panas spesifik udara pada volume tetap. (Notasi 1, 2, 3, dan 4 pada persamaan di atas adalah sesuai dengan titik-titik pada grafik dalam gambar 4 di atas.) Sehingga efisiensi siklus ialah Proses 1-2 dan 3-4 adalah adiabatik, sehingga dan Sedangkan dari grafik terlihat bahwa V1 = V4 dan V3 =- V2, sehingga Dengan demikian maka Sehingga efisiensi siklus pada persamaan (a) akan menjadi
  • 5. Dalam hal in r = V1/V2 adalah perbandingan kompresi motor. Dari persamaan di atas terlihat bahwa efisiensi siklus ideal Otto akan sebanding dengan perbandingan kompresi dan tidak tergantung pada besarnya pemasukan dan pengeluaran panas. Siklus Diesel Gambar berikut adalah diagram tekanan-volume (P-V) siklus ideal motor 4 langkah tekanan tetap (siklus diesel). Langkah 0-1 adalah langkah isap, langkah 1-2 adalah langkah pemampatan, langkah 2-3 adalah pembakaran yang menghasilkan pemanasan gas pada tekanan konstan, langkah 3-4 adalah langkah ekspansi gas panas, sedang segmen 4-1 turunnya tekanan secara tiba-tiba karena dibukanya katup buang. Setelah itu gas dibuang pada langkah 1-0. Asumsi yang digunakan pada siklus diesel ini sama dengan pada siklus Otto, kecuali langkah penambahan panas. Pada siklus diesel langkah 2-3 merupakan penambahan panas pada tekanan konstan. Gambar 6. Diagram P-V pada siklus diesel Gambar 6. Diagram P-V pada siklus diesel Sebagaimana pada siklus Otto, efisiensi siklus adalah (persamaan 12):
  • 6. Persamaan penambahan panas pada tekanan konstan pada siklus di atas ialah: Qin = M cp (T3 – T2) Sedang pengeluaran panas pada volume tetap ialah Qout = M cv (T4 – T1) Sehingga efisiensi siklus ialah Dalam hal ini cv/cp = k, sehingga Proses penambahan panas pada 2-3 adalah pada tekanan tetap, sehingga atau Proses 3-4 adalah adiabatik, sehingga atau dengan mengganti T3 dengan ruas kanan pada persamaan (c), maka
  • 7. Karena proses 1-2 adalah adiabatik, sedang V4=V1 (lihat grafik), maka Dengan demikian persamaan (d) akan menjadi Atau Dengan demikian efisiensi siklus pada persamaan (b) akan menjadi Karena Maka
  • 8. Dengan (V1/V2)k-1 = r adalah perbandingan kompresi motor, maka efisiensi bisa ditulis sebagai Dari persamaan di atas terlihat bahwa efisiensi siklus diesel tergantung pada perbandingan kompresi dan perbandingan V3/V2.(untuk memudahkan, diberi notasi b). Efisiensi akan bertambah dengan memperbesar perbandingan kompresi, dan akan berkurang dengan bertambahnya b. Pada persamaan di atas, jika harga b mendekati 1 maka efisiensi siklus akan mendekati harga efisiensi siklus Otto. Dari persamaan tersebut terlihat juga bahwa pada perbandingan kompresi dan pemasukan panas yang sama, efisiensi siklus Otto lebih tinggi dibanding efisiensi siklus diesel. Kerja yang dihasilkan per siklus Baik pada siklus Otto maupun siklus Diesel, kerja yang dihasilkan pada langkah ekspansi merupakan sumber tenaga gerak serta memungkinkan motor menghasilkan daya. Pada siklus Otto maupun siklus Diesel, setiap siklusnya kerja yang dihasilkan adalah = kerja yang dihasilkan pada langkah ekspansi dikurangi kerja yang dibutuhkan pada langkah kompresi. Siklus sebenarnya Baik siklus Otto maupun siklus Diesel adalah siklus ideal. Ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Pada keadaan yang sesungguhnya fluida yang berada di dalam ruang silinder bukanlah hanya udara semata melainkan berisi campuran udara dan bahan bakar. Selain itu langkah isap maupun langkah buang pada keadaan yang sebenarnya bukan terjadi pada tekanan konstan. Langkah isap terjadi pada tekanan sedikit di bawah tekanan atmosfir, sedang langkah buang terjadi pada tekanan di atas tekanan atmosfir. Proses pemasukan panas pada siklus sebenarnya terjadi karena pembakaran campuran bahan bakar dan udara yang berada di dalam silinder. Dalam keadaan sebenarnya, pada motor bensin tidak mungkin terjadi penyalaan yang seketika (dengan waktu = 0), sehingga tidak ada pemasukan panas yang terjadi pada volume konstan seperti diidealkan oleh siklus Otto. Siklus kerja motor bensin bisa dianalisis menggunakan pendekatan siklus Otto, karena kurvanya memang mendekati kurva siklus Otto. Pada motor diesel, juga tidak terjadi penyalaan pada tekanan konstan, karena penyalaan tentu tidak bisa diatur agar persis menghasilkan kenaikan tekanan yang tepat seimbang dengan penurunan tekanan karena pergeseran torak. Namun demikian siklus kerja motor diesel bisa dianalisis menggunakan pendekatan sklus ideal diesel karena kurva yang dihasilkan mendekati kurva siklus ideal diesel. Untuk lebih mendekati keadaan sebenarnya, digunakan pendekatan siklus gabungan atau siklus tekanan terbatas, yaitu siklus motor bakar yang pemasukannya terjadi pertama pada volume konstan kemudian dilanjutkan pada tekanan konstan (Gambar 7 berikut). Meskipun demikian, dalam kenyataannya tetap tidak pernah terdapat siklus kerja motor bakar torak yang menghasilkan grafik sperti siklus tekanan terbatas.
  • 9. Gambar 7. Diagram P-V pada siklus tekanan terbatas Gambar 7. Diagram P-V pada siklus tekanan terbatas Terdapat beberapa variabel yang menyebabkan siklus kerja motor bakar torak pada keadaan sebenarnya berbeda dengan siklus ideal, antara lain: 1. Fluida kerja dalam silinder bukanlah udara, melainkan campuran udara dan bahan bakar, yang memiliki sifat sedikit berbeda dengan udara. Selain itu campuran tersebut bukan gas ideal, sehingga mekanisme yang terjadi sedikit berbeda dengan gas ideal. 2. Terjadi kebocoran fluida, baik pada saat langkah kompresi, saat penyalaan maupun pada saat langkah ekspansi. Hal tersebut disebabkan karena penyekatan antara torak dengan dinding silinder tidak mungkin dilakukan secara sempurna. 3. Katup isap dan katup buang tidak dibuka dan ditutup persis pada saat TMA atau TMB. Hal tersebut disebabkan proses pembukaan dan penutupan memerlukan waktu, sehingga permulaan pembukaan katup adalah sebelum TMA atau TMB, sedangkan saat katup telah tertutup rapat adalah sesat sesudah TMA atau TMB. 4. Pada motor bakar torak yang sesungguhnya, pada saat torak berada di TMA, pemasukan kalor bukan berasal dari luar melainkan berasal dari proses pembakaran campuran bahan bakar dan udara di dalam silinder itu sendiri. Kenaikan tekanan dan suhu terjadi karena adanya pembakaran tersebut. 5. Proses pembakaran memerlukan waktu, tidak berlangsung sekaligus pada satu saat. Akibatnya, selama proses pembakaran tersebut torak berubah-ubah posisinya. Supaya proses pembakaran bahan bakar terjadi tepat waktu, proses pembakaran dimulai sesaat (beberapa derajat putaran) sebelum torak mencapai TMA, serta berakhir beberapa derajat setelah TMA. 6. Terdapat kehilangan kalor ke dinding yang kemudian diteruskan ke fluida pendingin. Hal tersebut tidak dapat dihindarkan karena jika tidak didinginkan maka mesin akan menjadi terlalu panas dan akan rusak secara cepat. Dengan adanya kehilangan kalor tersebut berarti langkah kompresi, proses pemasukan panas maupun langkah ekspansi tidak berlangsung secara adiabatik.
  • 10. Adanya penyimpangan dari siklus ideal tersebut menyebabkan pada keadaan sebenarnya, grafik P-V yang terbentuk tidak sesuai dengan grafik P-V ideal. Meskipun demikian grafik siklus ideal tetap diperlukan untuk membantu memahami proses kerja motor bakar.