Masterplan IAD-PSDA Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat
P4GN BERBASIS TEMPAT KERJA.PPT
1. Pencegahan dan Pananggulangan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap
Narkoba di Tempat Kerja
Oleh : dr. Amarudin
Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja
DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI RI
2. PENGERTIAN
• NARKOBA adalah istilah yang merupakan singkatan
dari : NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN
BAHAN ADIKTIF LAINNYA.
• NARKOTIKA adalah zat atau obat, baik yang berasal
dari tanaman maupun bukan, baik sintetis maupun
semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, sampai
menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan
ketergantungan kecanduan.
3. PENGERTIAN
• PSIKOTROPIKA adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang
bersifat atau berkhasiat psikoaktif melalui
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat
yang menyebabkan perubahan khas pada
aktifitas mental dan perilaku.
• BAHAN ADIKTIF adalah bahan lain yang
tidak tergolong narkotika atau psikotropika
yang dalam penggunaannya dapat
menimbulkan ketergantungan
4. JENIS NARKOBA
• NARKOTIKA :
– Golongan I : hanya dapat digunakan untuk kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi dan mempunyai potensi amat kuat dan mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh : HEROIN/PUTAUW,
KOKAIN, GANJA/CIMENG/KANABIS/GELEK.
– Golongan II : berkhasiat pengobatan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terpai dan atau
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. (Contoh : MORFIN,
PETIDIN, METHADON)
– Golongan III : berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan menyebabkan ketergantuangan.
(contoh : Codein
5. JENIS NARKOBA
• PSIKOTROPIKA :
– Golongan I : hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu
pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma
ketrgantungan Contoh : ECTASI
– Golongan II : berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan
dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh : AMPHETAMINE/SHABU-
SHABU
– Golongan III : berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan atau tujuan ilmu pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan menyebabkan sindroma
ketergantuangan. contoh : Amorbital
– Golongan IV : Bisa menimbulkan ketergantungan rendah,
berkhasiat dan dipergunakan luas untuk tujuan pengobatan
dan ilmu pengetahuan. Contoh : DIAZEPAM, BARBITAL
6. JENIS NARKOBA
• BAHAN ADIKTIF LAINNYA :
– Minuman keras (alkohol) (Golongan A : 1-5%,
Golongan B : 5 – 20%, Golongan C : 20 – 50%
– Kafein
– Nikotin
– Inhalansia depresan (lem, bahan bakar, cairan
pelarut, penghapus cat, tip-ex dll
7. HEROIN/PUTAUW/DIACETIL
MORFIN/SMACK/DOPE/HORSE
• Opiat semi sintetik
• Serbuk putih, butiran dan cairan
• Rasanya pahit
• Sifatnya menghilangkan rasa nyeri, 2 kali lebih kuat dari
morfin
• Dibuat dari morfin (bahan dari tanaman candu)
• Paling sering disalahgunakan
• Efek : kantuk, menghilangkan rasa nyeri, lesu rasa
gembira berlebihan (euforia), awal pemakaian rasa tidak
nyaman (disforia)
• Bahaya : apatis, gejala sakauw, overdosis, kematian
• Cara penggunaan : disuntik, dihirup, dimakan
8. MORPHIN/MORFIN
• Zat aktif dari candu (opium)
• Bahan analgetik sangat kuat (untuk sakit berat)
• Dosis tepat tidak menyebabkan ketergantungan
• Bubuk kristal putih, seperti jarum lembut atau prisma
berkilauan dan tidak berbau (seperti bubuk kapur)
• Diapsaran warna : putih, kuning gading, coklat, coklat
kopi
• Efek : kantuk, menghilangkan rasa nyeri, sembelit,
gangguan menstruasi, impotensi.
• Bahaya : apatis, gejala sakauw, overdosis, kematian
• Cara penggunaan : disuntik
9. COCAIN/KOKAIN/SNOW/COKE/GIRL/L
ADY/CRACK
• Dari tumbuhan erytroksilon coca (lereng pegunungan andes
Amerika selatan)
• Termasuk obat perangsang atau stimulan
• Dampak ketergantungan sangat kuat
• Kristal halus putih bersih, ada yang berbentuk kepingan salju,
kapur barus, gula atau garam
• Digunakan untuk anestesi lokal khusunya untuk pembedahan
mata, hidung, tenggorok karena ada juga efek vasokonstriki
• Efek : paranoid, halusinasi, kurang percaya diri, mengganggu
pernafasan dan gangguan otak
• Bahaya : overdosis, tidak makan hingga kelaparan karena pilih
kokain, kematian
12. GANJA/CIMENG/KANABIS/POT/THAI
STICK/GRASS/GELEK/RASTA/DOPE/WEED/H
ASH/MAYIJANE/SINSEMILLA
• Jenis :
– hashish atau hash (saripati/eksudat daun dan pucuk daun dan
dikeringkan, dapat dihisap rokok atau dimsukkan dalam
makanan)
– marijuana (daun dan bunga kering dihisap)
• Hashish 10 kali lebih besar efeknya dari marijuana
• Bahaya : gangguan jarak pandang shg terjadi kecelakan
lalulintas, tidak wajar dalam berpikir secara logis,
meningkatkan selera makan, nadi meningkat, gangguan
persepsi, gangguan jiwa dan sakit jiwa (skizofrenia)
13. CANDU/OPIUM
• Getah tanaman papaver somniferum, dari buah
yang hendak masak digores
• Warna putih kemudian cokelat kehitaman
• Pemakaian dengan cara dihisap
14. CODEIN
• Garam atau turunan dari opium/candu
• Lebih lemah dari heroin
• Sifat ketergantungan rendah
• Bentuk pil atu serbuk putih
• Digunakan untuk obat peredam batuk tau
penghilang rasa sakit
17. SHABU-SHABU/ICE/CRYSTAL/YABA/UBAS/SS/MECIN
• Termasuk dalam golongan ATS (Amphetamin
Type Stimulants)
• Efek : memacu sistem kerja otak, euforia
• Bentuk bubuk, tablet, kristal bening, cairan
• Bahaya : stroke, merusak tubuh, overdosis,
kematian, kurang gizi, berat badan tutun, depresi
(rasa murung), gangguan fungsi hati, perilaku
agresif, kekerasan
• Cara penggunaan : dibakar dan dihisap dengan
alat bong
18. ALKOHOL
• Hasil fermentasi/peragian karbohidrat
• Efek : menekan dan merusak sistem saraf,
memperlambat reflek motorik, menekan
pernafasan, menggangu penalaran,
menimbulakan perilaku kekerasan,
meningkatkan risiko kecelakaan lalulintas
• Gejala putus zat : hilang nafsu makan, sensitif,
sukar tidur, kejang otot, halusinasi, kematian
19. GEJALA PENDERITA PENYALAHGUNAAN NARKOBA :
• Ketahanan fisik menurun
• Badan kurus, lemah, malas, dan tidak nafsu makan
• Pupil mata mengecil
• Sifat mudah kecewa dan cenderung menjadi agresif dan destruktif
• Perasaan rendah diri
• Cenderung mengabaikan peraturan-paraturan
• Cenderung memiliki gangguan jiwa, seperti kecemasan, apatis,
menarik diri dari pergaulan, depresi, kurang mampu menghadapi
stres atau sebaliknya yaitu hiperaktif dan sering berbohong
• Sekali-kali dijumpai dalam keadaan mabuk, bicara pelo dan jalan
sempoyongan
• Pola tidur berubah
• Muka pucat, mata merah/cekung, bibir hitam/pucat
• Sering buang air kecil/ besar
• Tangan dan lengan ada bekas tusukan jarum, bengkak dan merah
goresan jaringan parut
• Sangat sensitif dan cepat curiga.
21. PENYALAHGUNAAN NARKOBA
DIPENGARUHI OLEH :
• Faktor ketersediaan narkoba (harga terjangkau/relatif
meriah, mudah memperoleh obat sperti; Apoteker,
perawat, dokter, ataupun detailer)
• Faktor Individu (Tidak mampu atau tidak berani
menghadapi tekanan dari lingkungan atau kelompok
pergaulan untuk menggunakan narkoba)
• Faktor pekerjaan dan lingkungan kerja (beban kerja
berlebih, ketidaknyamanan hubungan kerja,
penyalahguna narkoba sebagai rekan kerja)
• Faktor zat yang ada di dalam narkoba itu sendiri
(Penyalahguna narkoba secara fisik akan merasakan
sakit dan tidak nyaman apabila tidak ada zat yang bisa
ada di dalam tubuhnya)
22. FAKTOR TEMPAT KERJA
• Hasil penelitian tentang penyalahgunaan
narkoba di industri transport menunjukkan
bahwa stimulan seperti amfetamin, terdeteksi
pada 15 % pengemudi dan 62 % pengemudi
jarak jauh.
Sumber : BNN
23. URAIAN
DI LINGK.
UMUM
DI LINGK.
PEKERJA
DI LINGK.
LAPAS
USIA PERTAMA PAKAI 11–15 20– 24 15–2 4
PENDIDIKAN
TERBANYAK
SLTA SLTA SLTA
JENIS PERTAMA PAKAI Ganja Ganja Ganja
ALASAN UTAMA
MEMAKAI
Coba-2 Coba-2 Coba-2
FAKTOR UTAMA
PENYEBAB
TEMAN TEMAN TEMAN
KEBIASAN MEROKOK YA YA YA
KERAWANAN MASALAH NARKOBA
DI TEMPAT KERJA
SURVEY
BNN
2003-
2004
Pecandu sebagaian besar adalah usia produktif / angkatan
kerja
24. Demographic data karyawan yang berisiko
tinggi menyalahgunakan narkoba :
•Bujangan; hidup berpisah, cerai
•Laki-laki
•Tingkat pendidikan rendah
•Tinggal sendiri
•Telah mengalami krisis dalam kehidupan
•Socially and economically disadvantaged
25. Demographic Data
Hasil penelitian
Epidemiologi menunjukkan
bahwa sebagian besar
penyalahguna narkoba
adalah pada umumnya
berusia di atas 25 tahun,
80% laki-laki dan 20%
perempuan,di usia productive
dan bekerja.
26. Pengaruh Penyalahgunaan Narkoba
Sejumlah penelitian telah menunjukkan
dampak negatif dari penyalahgunaan
Narkoba pada
• Perusahaan
• Karyawan
• Teman kerja
• Keluarga
27. Pengaruh
Narkoba pada
Perusahaan
* Absensi
* Biaya lembur
* Sering datang
terlambat
* Kecelakaan akibat
kerja
* Perkelahian/
Perselisihan antar
karyawan
* Biaya tunjangan
kesehatan
* Biaya kompensasi
28. KECELAKAAN KERJA BERKAITAN DENGAN
PENYALAHGUNAAN MINUMAN KERAS :
• Reaction time lambat
• Motor performance (clumsy movements dan
poor coordination)
• Sight (blurred vision)
• Mood (agression atau depression)
• Memory (loss of concentration)
• Intellectual performance (logical thinking
impaired)
29. PENGARUH NARKOBA DI TEMPAT KERJA
TERHADAP KARYAWAN / TEMAN KERJA /
KELUARGA :
• Pergantian cepat karyawan (fast turnover)
• Merusak potensi SDM
• Merusak hubungan antar karyawan dan
perusahaan
• Merusak hubungan antar anggota keluarga.
30. 1998
2 laboratorium gelap.
(1 di Jawa Barat: dengan kapabilitas memproduksi 1,8 juta tablet/ bulan)
1999 4 laboratorium lagi dibongkar.
2000 1 laboratorium.
2001 1 laboratorium MDMA lagi dibongkar.
2002
1 Laboratorium gelap milik Ang Kim Soei, yang terungkap dalam
penyidikan: kemampuan memproduksi lebih dari 1 juta tablet/hari.
(yang terbesar di dunia menurut pakar DEA).
2003 Laboratorium rumahan: yang dibongkar di Pulau Batam.
2004 2 Laboratorium dengan kemampuan produksi 10.000 tablet/hari di Jakarta.
2006
Polri mengungkap penyelundupan shabu sebesar 966 kg melalui perusahaan
di Kab. Tangerang
umumnya merupakan tempat kerja ( perusahaan, pabrik, ruko, gudang )
33. ADVOKASI
Terhadap Para pengusaha,
Pimpinan perusahaan,
pimpinan SP/SB agar
mendukung
setiap upaya P4GN
PENYULUHAN
Terhadap seluruh lapisan
pekerja agar merubah sikap
Menolak narkoba
PELATIHAN
Terhadap para fasilitator
Penyuluh Pencegahan
Bahaya Narkoba di
Tempat kerja.
PROGRAM/KEGIATAN
BERBASIS KELUARGA
Individu Ang.Klg & Orang Tua
BERBASIS SEKOLAH
Guru, Murid, dan Teman Sebaya
BERBASIS TEMPAT KERJA
Pimpinan, Karyawan & Klg nya
BERBASIS INSTITUSI
Penentu kebijakan dan bawahan
BERBASIS ORGANISASI
Pemuka masyarakat, TOMA
BERBASIS GIAT MASYARAKAT
Pemuda, Klp.Remaja & Masy.Umum
BERBASIS MEDIA MASA
Cetak, Elektronik dgn pemberitaan
yang lurus, jelas dan mendidik
PENDEKATAN
PENDEKATAN & PROGRAM PENCEGAHAN
PRO
DUK
TIVI
TAS
34. PERATURAN
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: PER. 11/MEN/ VI/2005
TENTANG
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT
ADIKTIF LAINNYA DI TEMPAT KERJA
35. Pasal 2
• Pengusaha wajib melakukan upaya aktif
pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya di tempat kerja.
• Upaya aktif adalah :
– penetapan kebijakan;
– penyusunan dan pelaksanaan program.
• Melibatkan:
– pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh,
– pihak ketiga atau ahli di bidang narkotika, psikotropika dan
zat adiktif lainnya.
Ketentuan umum
36. Pasal 3
• Dalam melaksanakan upaya pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya ditempat kerja, pengusaha,
pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh
dapat berkonsultasi dengan instansi pemerintah
yang terkait*.
*BNN, BNP. BNK, Pusat T& R dll.
37. Pasal 4
• Proses penetapan kebijakan sebagaimana harus melalui
konsultasi antara pengusaha dengan pekerja/buruh dan
atau serikat pekerja/serikat buruh.
• Kebijakan tertulis harus dinyatakan secara tertulis dan
sekurang-kurangnya memuat :
– komitmen pengusaha dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan;
– komitmen pembentukan unit yang menangani program
pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya
di tempat kerja.
• unit dapat merupakan unit tersendiri atau terintegrasi
dengan panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan
kerja (P2K3) atau pelayanan kesehatan kerja.
• kebijakan harus diberlakukan tanpa diskriminasi.
38. PROGRAM
Pasal 5
• Pelaksanaan program dilaksanakan dengan cara :
– mengkomunikasikan kebijakan dan program
kepada semua pekerja/buruh;
– melaksanakan program penyuluhan, pendidikan
dan latihan untuk meningkatkan kesadaran
pekerja/buruh;
– mengembangkan program bantuan konsultasi bagi
pekerja/buruh;
– melaksanakan evaluasi kebijakan dan program
secara berkala.
• Pelaksanaan program harus terintegrasi dalam
program keselamatan dan kesehatan kerja.
39. Pelaksanaan Tes ( Pasal 6 )
• Pengusaha dapat meminta tes narkoba pada
pekerja/buruh yang diduga menyalahgunakan
narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya dengan
biaya ditanggung oleh perusahaan.
• Pelaksanaan tes harus dilakukan oleh sarana kesehatan
atau laboratorium yang berwenang sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
• Hasil tes harus dijaga kerahasiaannya seperti halnya
yang berlaku bagi data rekam medis lainnya.
• Berdasarkan hasil tes, dokter yang telah mendapatkan
pelatihan di bidang narkotika, psikotropika dan zat
adiktif lainnya dapat menetapkan apakah pekerja/
buruh harus mengikuti perawatan dan atau rehabilitasi.
40. Terapi dan rehabilitasi
Pasal 7
• Ketentuan mengenai pekerja/ buruh yang
membutuhkan perawatan dan atau rehabilitasi akibat
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif
lainnya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
• Pengusaha dapat menjatuhkan tindakan disiplin pada
pekerja/buruh dalam hal pekerja/buruh tidak bersedia
untuk mengikuti program pencegahan,
penanggulangan, perawatan dan atau rehabilitasi akibat
penyalahgunaan narkotika, psikotropika atau zat adiktif
lainnya.
41. Peran Pengawas Ketenagakerjaan Dalam
P4GN Di Tempat Kerja.
• Merupakan bagian dari pelaksanaan fungsi
pengawasan
• Berperan melalui :
– Pembinaan dan pengawasan
– Pemberdayaan kelembagaan dan SDM K3 dalam
mendukung program,
– Mengkoordinasikan peran APINDO dan SP/SB
dan melakukan advokasi kepada
pengusaha/pengurus dalam rangka penerapan
Kepmenakertrans No. Per. 11/ MEN/VI/2005.
– Melakukan kerja sama lintas sektor khususnya
dalam pembinaan, monitoring dan evaluasi
42. POLA PENGAWASAN
• Pola pengawasan penerapan persyaratan
program P4GN di tempat kerja, yang terkait
dengan persyaratan Upaya aktif P4GN di
tempat kerja, yang meliputi :
– Penetapan kebijakan
– Penyusunan dan pelaksanaan program
• Memeriksa dan menilai terhadap dokumen
penerapan persyaratan program P4GN di
tempat kerja
• Koreksi atau rekomendasi temuan pelanggaran.
• Hasil pemeriksaan dicatat dan dianalisis