SlideShare a Scribd company logo
1 of 17
2011SMA SEMESTA (Bilingual
BoardingSchool)
Jl.Raya SemarangGn.
Pati Km.15 – Semarang
www.e-semesta.com
ReskyErvaldi S
M. SyihabuddinA
Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms Dalam
Meningkatkan Daya Resap Air : Sebuah Solusi untuk Mengatasi
Banjir dan Kekeringan
2
Abstrak
Banjir dan kekeringan karena pengaruh perubahan iklim yang ekstrim adalah suatu
masalah besar yang dihadapi oleh dunia termasuk Indonesia dewasa ini. Kondisi ini
diperparah oleh semakin banyaknya lahan-lahan resapan air yang diubah menjadi daerah
pemukiman, perindustrian dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan teknologi yang mampu
meningkatkan resapan air untuk mengatasi masalah banjir dan kekeringan khususnya di
perkotaan. Dalam penelitian ini, dilakukan percobaan pembuatan teknologi resapan air
dengan cara mengoptimalkan interaksi dekomposer dan sampah daun dalam meningkatkan
terbentuknya biopori alami di dalam tanah. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui
pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam meningkatkan daya resap tanah,
mengetahui interaksi antara fauna tanah dan mikroorganisme dalam menguraikan sampah
daun dan mengetahui pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam
meningkatkan kelimpahan fauna tanah yang secara tidak langsung dapat meningkatkan
jumlah biopori tanah alami. Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan cara membuat 9
lubang yang mempunyai diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm. 9 lubang tersebut masing-
masing diberi 3 perlakuan berbeda secara acak. Perlakuan pertama sebagai kontrol lubang
resapan hanya diberi sampah organik. Perlakuan kedua, lubang diberi sampah organik yang
telah dicampuri dengan EM. Perlakuan ketiga, lubang diberi sampah organik yang telah
dibungkus kain kassa halus agar makrofauna seperti cacing tanah tidak ikut menguraikan
sampah organik. Proses penguraian sampah organik ini membutuhkan waktu satu bulan untuk
terbentuk kompos. Setelah terbentuknya lubang biopori, kemudian kemampuan daya resap
tanah diuji dengan cara menuangkan air hingga penuh dan mengukur kecepatan daya resap
tanah dengan menggunakan stopwatch. Kompos yang terbentuk diekstraksi dengan
menggunakan metode Tullgren funnel untuk mendapatkan fauna tanah. Fauna tanah disortir
dan diidentifikasi menggunakan mikroskop binokuler.
Kata kunci: Biopori, Fauna tanah, Effective Microorganism.
3
DAFTAR ISI
ABSTRAK...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................4
BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................5
1.1 Latar Belakang...........................................................................................5
1.2 Perumusan Masalah...................................................................................6
1.3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA................................................................................7
2.1 Biopori.......................................................................................................7
2.1 Fauna Tanah...............................................................................................7
2.3 Effective Microorganism ...........................................................................8
BAB III : Metodologi.....................................................................................................9
3.1 Alat............................................................................................................9
3.2 Bahan.........................................................................................................9
3.3 Metode......................................................................................................10
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................13
4.1. Kelimpahan dan Keanekaragaman Fauna Tanah.....................................13
4.2. Interaksi EM dan Fauna Tanah pada Perlakuan Berbeda........................14
4.3. Kemampuan Daya Resap Air pada Perlakuan Berbeda..........................14
BAB V : KESIMPULAN............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
4
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Foto Mikroskop Elektron dari lubang cacing dan akar pada matriks tanah......7
Gambar 2.2 Effective Microorganism...................................................................................8
Gambar 3.1 Proses pembuatan lubang biopori....................................................................10
Gambar 3.2 Jarak antar lubang............................................................................................10
Gambar 3.3 Proses pengujian kecepatan daya resap lubang percobaan biopori.................11
Gambar 3.4 Proses Ekstraksi...............................................................................................12
Gambar 3.5 Proses Penyortiran...........................................................................................12
Gambar 4.1 Beberapa taksa fauna tanah yang ditemukan pada penelitian ini....................14
5
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pemanasan global menyebabkan meningkatnya curah hujan di berbagai wilayah di
dunia termasuk di Indonesia. Tingginya curah hujan dan tidak mendukungnya keadaan
lingkungan, misalnya semakin terbatasnya lahan resapan dan semakin dangkalnya sungai
menimbulkan semakin tingginya resiko banjir.
Selain itu, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan musim kering yang
berkepanjangan. Sebagai contoh pada waktu musim kemarau, semakin banyak sumber mata
air yang mengering sehingga masyarakat mengalami kekurangan air.
Kedua masalah di atas membutuhkan suatu solusi yang tepat. Salah satu solusi
tersebut ialah diperlukan suatu teknologi yang mampu meningkatkan resapan air untuk
mengatasi masalah banjir dan kekeringan pada suatu wilayah khususnya di perkotaan. Dalam
penelitian ini, dilakukan percobaan pembuatan teknologi resapan air dengan cara membuat
modifikasi lubang biopori tanah yang lebih efektif. Penggunaan lubang biopori pada waktu
sekarang ini sangat penting karena mempunyai kemampuan untuk menangkap air sekaligus
meningkatkan daya resap air ke dalam tanah. Selain itu, teknologi lubang biopori mempunyai
manfaat tambahan untuk menghasilkan kompos
Lubang-lubang biopori adalah lubang di dalam tanah yang secara alami terbentuk
akibat berbagai aktifitas organisme di dalamnya, antara lain perakaran tanaman dan fauna
tanah seperti cacing, makroartropoda, dan mesofauna. Secara alami kondisi seperti lubang
biopori dapat dijumpai di lantai hutan dimana serasah atau bahan organik yang tertumpuk di
bagian permukaan tanah dapat menjadi bahan pakan bagi berbagai fauna tanah untuk
6
melakukan aktifitasnya. Dengan meningkatnya aktifitas fauna tanah maka akan semakin
banyak biopori yang terbentuk. Dalam penelitian ini, dilakukan modifikasi dengan cara
menambahkan EM (Effective Microorganism) untuk mempercepat pembentukkan lubang
biopori tanah. Berdasarkan prinsip biopori tersebut maka kami memberi nama proyek ini
“Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms Untuk Meningkatkan Infiltrasi
Air : Sebuah Solusi Untuk Mengatasi Masalah Banjir dan kekeringan.’’
1.2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara meningkatkan resapan air di perkotaaan untuk mengatasi
permasalahan banjir dan kelangkaan air ?
2. Bagaimana peran dekomposer dalam meningkatkan kemampuan infiltrasi air dalam
tanah ?
3. Bagaimana interaksi antara fauna tanah dan mikroorganisme dalam menguraikan
sampah organik ?
4. Bagaimana cara memanfaatkan sampah organik menjadi produk yang bermanfaaat ?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini ialah :
1. Mengetahui pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam meningkatkan
daya resap tanah.
2. Mengetahui interaksi antara fauna tanah dan mikroorganisme dalam menguraikan sampah
organik.
3. Mengetahui pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam meningkatkan
kelimpahan fauna tanah yang berperan dalam pembentukan biopori tanah.
Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini ialah :
1. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menjaga ketersedian
air tanah saat musim kemarau.
2. Mengurangi run off air yang berisiko mengakibatkan banjir dimusim hujan.
3. Mendapatkan produk samping berupa kompos yang berasal dari sampah organik.
4. Meningkatkan kesuburan pada tanah.
5. Mengatasi permasalahan yang diakibatkan dari sampah organik seperti bau busuk
dan sarang penyakit.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 BIOPORI
Biopori adalah lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktifitas
organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya.
Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air
dalam tanah. Berikut ini adalah contoh gambarnya :
(Gambar 2.1. Foto Mikroskop Elektron dari lubang cacing dan akar pada matriks tanah)
Gambar 2.1 menunjukkan foto melalui mikroskop elektron yang menggambarkan dua
buah lubang yang terbentuk oleh cacing (pada lingkaran kuning bagian atas) dan lubang yang
terbentuk oleh aktifitas akar tanaman (pada lingkaran kuning bagian bawah). Bila lubang-
lubang seperti ini dapat dibuat dengan jumlah banyak, maka kemampuan dari sebidang tanah
untuk menyerap air akan semakin meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam
meresap air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah atau dengan
perkataan lain akan dapat mengurangi bahaya banjir yang mungkin terjadi (Johnherf, 2008).
2.2 FAUNA TANAH
Fauna tanah merupakan sekumpulan organisme penghuni tanah yang berperan sangat
besar dalam perbaikan kesuburan tanah dengan menghancurkan bahan secara fisik kemudian
memecahnya menjadi humus, menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah
bagian atas, dan membentuk kemantapan agregat antar bahan organik dan bahan mineral
tanah (Barnes, 1997). Mereka juga merupakan bagian terpenting dalam suatu ekosistem atau
habitat tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila
tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah.
Fauna tanah dapat dikelompokkan menjadi makrofauna yaitu hewan tanah yang dapat
dilihat secara langsung dengan mata tanpa bantuan mikroskop (>11mm) misalnya cacing
tanah, artropoda, chilopoda (kelabang), diplopoda (kaki seribu), Arachnida (Tungau dan
kalajengking), insekta (belalang, jangkrik,semut dan rayap) dan moluska; serta mesofauna
8
yang berukuran 0,16-10,4 mm, misalnya collembola (Rahmawaty, 2004); dan mikrofauna
yang berukuran <0,16 mm, misalnya protozoa dan nematoda mikroskopis (Wallwork, 1972).
2.3 EFFECTIVE MICROORGANISM
Konsep EM(Effective Microorganism) dikembangkan oleh Professor Teruo Higa,
universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang(Higa dan Wididana,1991). EM merupakan
mikroorganisme alami yang menguntungkan dan dapat diaplikasikan sebagai inokulen untuk
meningkatkan kelimpahan mikroba tanah dan tumbuhan. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa proses inokulasi EM kedalam ekosistem tanah atau tumbuhan dapat
meningkatkan kualitas tanah, kesehatan tanah dan pertumbuhan, panen dan kualitas
pertanian (Khaliq et al.,2006; Primavesi, 1999; Tokeheshi et al., 1999).
(Gambar 2.2. Effective Microorganism)
EM mengandung mikroorganisme pilihan diantaranya bakteri asam laktat dan jamur,
dan jumlah bakteri fotosintesis yang lebih sedikit, actinomycetes dan organisme jenis lain.
Semua ini dapat menyesuaikan satu dengan lainnya dan saling dapat berkerja sama dalam
lingkungan perairan (Higa and Parr, 1994).
9
BAB III
ALAT, BAHAN dan METODE
3.1 ALAT-ALAT
Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah :
 Nampan sampel, 20 x 25 cm (5 buah)
 Botol sampel, 250 ml (12 buah)
 Vial koleksi, 100 ml (100 buah)
 Kantung katun, 15 x 20 cm (12 pak)
 Lampu bohlam 40 watt (6 buah)
 Corong, diameter 14 cm (12 buah)
 Kain kassa halus, 10 x 100 cm (6 buah)
 Bor biopori, panjang 1,5 m (1 buah)
 Kaca objek (1 set)
 Pinset (2 buah)
 Watch glass (5 buah)
 Kuas, no. 4 (2 buah)
 Tullgren funnel (1 set)
3.2 BAHAN-BAHAN
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
 Etanol 95% (4 liter)
 Sayuran untuk kompos, (8,4 kg)
 EM4, 500 ml (1 botol)
10
3.3 METODE
Lokasi percobaan lapangan penelitian ini bertempat di kebun samping gedung
E, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas
Diponegoro. Adapun ekstraksi sampel dan identifikasi fauna tanah dilakukan di
Laboratorium Ekologi dan Biosistematik, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas
Diponegoro.
Penelitian ini dilakukan dengan cara membuat 9 lubang yang berdiameter 10
cm dan berkedalaman 100 cm.
(Gambar 3.1.Proses pembuatan lubang percobaan biopori)
Keseluruhan lubang disusun dalam 3 baris. Masing-masing baris terdiri dari 3
lubang dengan jarak antar lubang 50 cm.
50 cm
50 cm
11
(Gambar 3.2. Posisi dan jarak antar lubang percobaan biopori)
Tiap-tiap lubang tersebut masing-masing diberi sampah organik sebanyak 70
g dan dibedakan kedalam 3 perlakuan yang disusun secara acak, yaitu:
I. Kontrol : tanpa EM dan tanpa pembatasan makrofauna.
II. EM : perlakuan menggunakan larutan EM 80 ml dan tanpa
pembatasan makrofauna.
III. EM-MF : perlakuan menggunakan larutan EM 80 ml dan dengan
pembatasan makrofauna.
Proses penguraian sampah organik di dalam lubang percobaan biopori
dibiarkan selama 4 minggu untuk terbentuk kompos.
Setelah biopori didalam lubang percobaan terbentuk, kemudian kemampuan
daya resap tanah diuji dengan cara menuangkan air kedalam lubang percobaan hingga
penuh (7,85 liter) dan mengukur kecepatan daya resap dengan menggunakan stop
watch.
(Gambar 3.3. Proses pengujian kecepatan daya resap lubang percobaan biopori)
12
Kompos yang telah terbentuk kemudian dibawa ke laboratorium dan
diekstraksi untuk mendapatkan fauna tanah menggunakan Tulgren funnel.
(gambar 3.4.Proses ekstraksi)
Ekstraksi fauna tanah ini menggunakan lampu bohlam 25 Watt dan
berlangsung selama 5 hari.
Fauna tanah yang didapat dari hasil ekstraksi kemudian disortir agar terpisah
dari materi pengotor seperti tanah dan sisa-sisa daun maupun akar.
(Gambar 3.5.Proses penyortiran dan identifikasi fauna tanah)
Fauna tanah selanjutnya dihitung dan diidentifikasi menggunakan bantuan
mikroskop binokuler dan kunci indentifikasi invertebrata tanah. Data yang didapat
kemudian ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui jenis fauna tanah yang berperan
dalam pembentukan biopori tanah.
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kelimpahan dan Keanekaragaman Fauna Tanah
Dari hasil penelitian ini, ditemukan 10 taksa fauna tanah (Tabel 4.1 dan Gambar 4.2)
Secara umum, taksa yang paling melimpah adalah collembola (54%) dan acarina (25%) .
Disetiap perlakuan, jumlah collembola dan acarina juga ditemukan paling melimpah.
Tabel 4.1. Kelimpahan mesofauna tanah pada empat perlakuan berbeda.
Keterangan:
I : Kontrol : tanpa EM dan tanpa pembatasan makrofauna.
II: EM : perlakuan menggunakan EM dan tanpa pembatasan makrofauna.
III: EM-MF : perlakuan menggunakan EM dengan pembatasan makrofauna.
Taxon
Rata-Rata Kelimpahan
(Individu/m2) Total %
I II III
1.Collembola 9.525 41.741 19.854
14.309
7.070
1.778
-
85
212
42
85
-
87.545 54
2.Acarina 5.207 6.943 40.979 25
3.Thysanura 1.312 2.455 16.510 10
4.Larva Diptera 2.752 6.435 13.377 8
5.Hymenoptera 593 974 2.201 1
6.Annelida 296 889 1.355 1
7.Protura 127 381 720 0
8.Araneae 85 42 169 0
9.Isopoda 212 339 635 0
10.Coleoptera - 42 42 0
Jumlah mesofauna
tanah 20.108 60.283 43.434 163.576 100
14
Gambar 4.1. Jumlah mesofauna yang ditemukan pada setiap perlakuan.
Gambar 4.2. Beberapa taksa fauna tanah yang ditemukan pada penelitian ini (A.
Collembola ; B. Acarina ; C. Hymenoptera ; D. Annelida ; E. Araneae ; F. Isopoda
4.2. Interaksi EM dan Fauna Tanah pada Perlakuan Berbeda
Secara umum, perlakuan sampah organik yang diberi EM (perlakuan II dan III)
menunjukkan jumlah fauna tanah lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan yang tidak
diberi EM. Hal ini menunjukkan bahwa EM mampu menarik fauna tanah untuk mengkoloni
sampah organik. Hal ini kemungkinan karena komposisi utama EM terdiri dari berbagai jenis
jamur dan bakteri yanng merupakan sumber makanan bagi fauna tanah terutama pada
collembola dan acarina. Pencampuran EM dengan sampah organik terbukti disukai oleh
fauna tanah sehingga kelimpahan fauna tanah meningkat.
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
(I) Control (II) EM+MF (III) EM-MF
Jumlah Mesofauna
A C
D E F
B
15
Mesofauna tanah pada perlakuan II, yaitu perlakuan menggunakan EM yang disertai
adanya mesofauna maupun makrofauna memiliki kelimpahan lebih tinggi dibandingkan
dengan perlakuan pemberian EM namun tanpa makrofauna (perlakuan III). Hal ini
menunjukkan interaksi antara EM dengan mesofauna maupun makrofauna lebih besar
dibandingkan interaksi EM dengan hanya mesofauna. Pada perlakuan pemberian EM,
makrofauna dan mesofauna bersama-sama memecah sampah organik menjadi fragmen-
fragmen yang lebih kecil. Selanjutnya fragmen-fragmen kecil tersebut diurai lebih lanjut oleh
mikroorganisme. Pemberian EM mampu menambah mikroorganisme yang secara langsung
mampu meningkatkan populasi beberapa kelompok mesofauna pemakan jamur seperti
collembola dan acarina.
4.3. Kemampuan Daya Resap Air pada Perlakuan Berbeda
Pada percobaan untuk mengetahui kemampuan infiltrasi air ke dalam tanah pada tiap
perlakuan diketahui bahwa perlakuan pemberian EM (perlakuan II & III) mampu
mempercepat infiltrasi air sampai dengan dua kali lipat dibandingkan kontrol (Tabel 4.2. dan
Gambar 4.3). Hal ini menunjukkan, bahwa EM dapat meningkatkan populasi fauna tanah
pembentuk biopori. Biopori dapat terbentuk melalui adanya aktivitas fauna tanah baik
makrofauna maupun mesofauna tanah. Semakin banyaknya biopori terbentuk, maka infiltrasi
air di dalam tanah semakin meningkat.
Pada perlakuan II, proses infiltrasi air kedalam tanah lebih cepat dibandingkan dengan
perlakuan III. Hal ini menunjukkan, bahwa pada perlakuan II yang memiliki kelimpahan dan
keanekaragaman mesofauna lebih tinggi (Tabel 4.1) dapat membentuk biopori lebih banyak
sehingga proses infiltrasi air lebih cepat.
Tabel 4.2. Daya resap air per liter pada lubang percobaan biopori
Gambar 4.3. Daya resap air pada setiap perlakuan.
0.000
0.010
0.020
0.030
0.040
0.050
0.060
0.070
(I) Control (II) EM+MF (III) EM-MF
Daya Resap Air (Liter/detik)
Perlakuan Daya Resap (Liter/detik)
(I) Kontrol 3,3 x 10-2
(II) EM 6,5 x 10-2
(III) EM-MF 4,8 x 10-2
16
BAB V
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah :
 Pemberian EM pada sampah organik mampu meningkatkan daya resap tanah hingga
dua kali lipat lebih cepat dari pada perlakuan tanpa pemberian EM dan tanpa
kehadiran fauna tanah.
 Fauna tanah khususnya mesofauna memilik interaksi positif dengan mikroorganisme
dalam menguraikan sampah organik.
 EM terbukti dapat meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman fauna tanah yang
berperan dalam pembentukan biopori tanah .
.
17
DAFTAR PUSTAKA
Johnherf. 2008. Biopori sebagai peresap air mengatasi banjir dan sampah
http://johnherf.wordpress.com/2008/02/21/biopori-sebagai-peresap-air-mengatasi-
banjir-dan-sampah/
Rahmawaty. 2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan Wisata
Alam Sibolangit. Jurusan Kehutanan Program Studi Manajemen Hutan Fakultas
Pertanian, Fakultas Sumatera Utara.
Walwork, J.A. 1976. The distribution and diversity of soil fauna. Academic Press. Inc.
Higa, T. And J.F. Parr. 1994. Beneficial and effective microorganism for a sustainable
agriculture and environment. International Nature Farming Reserach Center, Atami,
Japan, p. 16.
Higa, T. And G.N. Wididana. 1991. Concept and theories of effective microorganism. In:
Proceeding of the first International Conference on Kyusei Nature Farming, US
Department of Agriculture, Washington, DC, USA. 118
Primavesi, A. 1999. EM technology and organic matter amandements in the tropics. The
Sixth International Converence on Kyusei Nature Farming.
Khaliq, A., M.K. Abbasi., T . Hussain. 2006. Effects of integrated use of organic and
inorganic nutrients source with effective microorganism(EM) on seed cotton yield in
Pakistan. Bioresource Technology 97: 967-972.
Tokeshi, H., M.A.T. Lima., J.A. Jorge. 1999. Effect of EM and green manure on soil
productivity in Brazil. The six International Conference on Kyusei Nature Farming.

More Related Content

What's hot

Lingukungan Hidup&Pembangunan Berkelanjutan
Lingukungan Hidup&Pembangunan BerkelanjutanLingukungan Hidup&Pembangunan Berkelanjutan
Lingukungan Hidup&Pembangunan Berkelanjutan
afilahs
 
pengaruh cahaya terhadap tumbuhan
pengaruh cahaya terhadap tumbuhanpengaruh cahaya terhadap tumbuhan
pengaruh cahaya terhadap tumbuhan
lalurangga
 
Bioindikator kualitas lingkungan
Bioindikator kualitas lingkunganBioindikator kualitas lingkungan
Bioindikator kualitas lingkungan
Agus Candra
 
Presentasi Biologi tentang lingkungan
Presentasi Biologi tentang lingkunganPresentasi Biologi tentang lingkungan
Presentasi Biologi tentang lingkungan
Vita Zzz
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
rizky hadi
 
Ppt lingkunagan tanah
Ppt lingkunagan tanahPpt lingkunagan tanah
Ppt lingkunagan tanah
Canny Becha
 
Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12
Debby Ochta
 

What's hot (19)

Acara 4 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 4 Praktikum Dasar-dasar EkologiAcara 4 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
Acara 4 Praktikum Dasar-dasar Ekologi
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Biota Tanah
Biota TanahBiota Tanah
Biota Tanah
 
Lingukungan Hidup&Pembangunan Berkelanjutan
Lingukungan Hidup&Pembangunan BerkelanjutanLingukungan Hidup&Pembangunan Berkelanjutan
Lingukungan Hidup&Pembangunan Berkelanjutan
 
pengaruh cahaya terhadap tumbuhan
pengaruh cahaya terhadap tumbuhanpengaruh cahaya terhadap tumbuhan
pengaruh cahaya terhadap tumbuhan
 
Biodiversitas bioindikator biologi
Biodiversitas bioindikator biologiBiodiversitas bioindikator biologi
Biodiversitas bioindikator biologi
 
MAKALAH BIOPORI
MAKALAH BIOPORIMAKALAH BIOPORI
MAKALAH BIOPORI
 
Ekosistem pada hewan
Ekosistem pada hewanEkosistem pada hewan
Ekosistem pada hewan
 
Ipa7 kd8-d
Ipa7 kd8-dIpa7 kd8-d
Ipa7 kd8-d
 
TANAH DAN ORGANISME
TANAH DAN ORGANISMETANAH DAN ORGANISME
TANAH DAN ORGANISME
 
Bioindikator kualitas lingkungan
Bioindikator kualitas lingkunganBioindikator kualitas lingkungan
Bioindikator kualitas lingkungan
 
Presentasi Biologi tentang lingkungan
Presentasi Biologi tentang lingkunganPresentasi Biologi tentang lingkungan
Presentasi Biologi tentang lingkungan
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
 
Makalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem LautMakalah Ekosistem Laut
Makalah Ekosistem Laut
 
komponen biotik abiotik di Sawah
komponen biotik abiotik di Sawah komponen biotik abiotik di Sawah
komponen biotik abiotik di Sawah
 
Ppt lingkunagan tanah
Ppt lingkunagan tanahPpt lingkunagan tanah
Ppt lingkunagan tanah
 
Komponen ekosistem
Komponen ekosistemKomponen ekosistem
Komponen ekosistem
 
Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12Hutan rahmawaty12
Hutan rahmawaty12
 
Hubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan TanamanHubungan Cahaya dan Tanaman
Hubungan Cahaya dan Tanaman
 

Similar to Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Daya Resap air : Sebuah Solusi untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan

Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Jidun Cool
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Ariefman Fajar
 
Lubang biopori
Lubang bioporiLubang biopori
Lubang biopori
elmahazami
 
Lubang biopori
Lubang bioporiLubang biopori
Lubang biopori
elmahazami
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2
nurasiyahnabil
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2
nurasiyahnabil
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2
nurasiyahnabil
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2
nurasiyahnabil
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
rizky hadi
 
Plh biopori
Plh bioporiPlh biopori
Plh biopori
Py Bayu
 

Similar to Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Daya Resap air : Sebuah Solusi untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan (20)

Bioporii 2
Bioporii 2Bioporii 2
Bioporii 2
 
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...Aplikasi mol (mikro organisme lokal)  sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
Aplikasi mol (mikro organisme lokal) sebagai dekomposer pada pembuatan kompo...
 
Lapporan k ompos
Lapporan k omposLapporan k ompos
Lapporan k ompos
 
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
Laporan praktikum pembuatan pupuk kompos organik menggunakan bioaktivator em4
 
Penerapan Model Pembelajaran CIRC materi
Penerapan Model Pembelajaran CIRC materiPenerapan Model Pembelajaran CIRC materi
Penerapan Model Pembelajaran CIRC materi
 
Tugas makalah mikrobiologi
Tugas makalah mikrobiologiTugas makalah mikrobiologi
Tugas makalah mikrobiologi
 
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docxMAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
MAKALAH MIKROBIOLOGI(LINGKUNGAN).docx
 
Kelompok 7 (Biopori) .pptx
Kelompok 7 (Biopori) .pptxKelompok 7 (Biopori) .pptx
Kelompok 7 (Biopori) .pptx
 
Lubang biopori
Lubang bioporiLubang biopori
Lubang biopori
 
Lubang biopori
Lubang bioporiLubang biopori
Lubang biopori
 
ekosistem_1 - ok.pptx
ekosistem_1 - ok.pptxekosistem_1 - ok.pptx
ekosistem_1 - ok.pptx
 
Biopori
BioporiBiopori
Biopori
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2
 
Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2Makalah biopori yang ke 2
Makalah biopori yang ke 2
 
Bab 9 ekologi
Bab 9 ekologiBab 9 ekologi
Bab 9 ekologi
 
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologisPengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
Pengamatan kualitas tanah dari aspek biologis
 
Plh biopori
Plh bioporiPlh biopori
Plh biopori
 
Ekosistem pada hewan
Ekosistem pada hewanEkosistem pada hewan
Ekosistem pada hewan
 

Recently uploaded (6)

GEJALA PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA.pptx
GEJALA PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA.pptxGEJALA PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA.pptx
GEJALA PEMANASAN GLOBAL DAN EFEK RUMAH KACA.pptx
 
PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptxPPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
PPT Sistem Rekayasa Air Limbah dan Pembuangannya.pptx
 
Teori Analisis Risiko Lingkungan (PowerPoint Presentation)
Teori Analisis Risiko Lingkungan (PowerPoint Presentation)Teori Analisis Risiko Lingkungan (PowerPoint Presentation)
Teori Analisis Risiko Lingkungan (PowerPoint Presentation)
 
JSA jsa working at height , job safety analisis
JSA jsa working at height , job safety analisisJSA jsa working at height , job safety analisis
JSA jsa working at height , job safety analisis
 
modul lingkaran kelas 8.docxmnkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
modul lingkaran kelas 8.docxmnkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjmodul lingkaran kelas 8.docxmnkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
modul lingkaran kelas 8.docxmnkjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjjj
 
penjaminan mutu analisis kimia laboratorium
penjaminan mutu analisis kimia laboratoriumpenjaminan mutu analisis kimia laboratorium
penjaminan mutu analisis kimia laboratorium
 

Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms dalam Meningkatkan Daya Resap air : Sebuah Solusi untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan

  • 1. 2011SMA SEMESTA (Bilingual BoardingSchool) Jl.Raya SemarangGn. Pati Km.15 – Semarang www.e-semesta.com ReskyErvaldi S M. SyihabuddinA Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms Dalam Meningkatkan Daya Resap Air : Sebuah Solusi untuk Mengatasi Banjir dan Kekeringan
  • 2. 2 Abstrak Banjir dan kekeringan karena pengaruh perubahan iklim yang ekstrim adalah suatu masalah besar yang dihadapi oleh dunia termasuk Indonesia dewasa ini. Kondisi ini diperparah oleh semakin banyaknya lahan-lahan resapan air yang diubah menjadi daerah pemukiman, perindustrian dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan teknologi yang mampu meningkatkan resapan air untuk mengatasi masalah banjir dan kekeringan khususnya di perkotaan. Dalam penelitian ini, dilakukan percobaan pembuatan teknologi resapan air dengan cara mengoptimalkan interaksi dekomposer dan sampah daun dalam meningkatkan terbentuknya biopori alami di dalam tanah. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam meningkatkan daya resap tanah, mengetahui interaksi antara fauna tanah dan mikroorganisme dalam menguraikan sampah daun dan mengetahui pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam meningkatkan kelimpahan fauna tanah yang secara tidak langsung dapat meningkatkan jumlah biopori tanah alami. Pada penelitian ini dilakukan percobaan dengan cara membuat 9 lubang yang mempunyai diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm. 9 lubang tersebut masing- masing diberi 3 perlakuan berbeda secara acak. Perlakuan pertama sebagai kontrol lubang resapan hanya diberi sampah organik. Perlakuan kedua, lubang diberi sampah organik yang telah dicampuri dengan EM. Perlakuan ketiga, lubang diberi sampah organik yang telah dibungkus kain kassa halus agar makrofauna seperti cacing tanah tidak ikut menguraikan sampah organik. Proses penguraian sampah organik ini membutuhkan waktu satu bulan untuk terbentuk kompos. Setelah terbentuknya lubang biopori, kemudian kemampuan daya resap tanah diuji dengan cara menuangkan air hingga penuh dan mengukur kecepatan daya resap tanah dengan menggunakan stopwatch. Kompos yang terbentuk diekstraksi dengan menggunakan metode Tullgren funnel untuk mendapatkan fauna tanah. Fauna tanah disortir dan diidentifikasi menggunakan mikroskop binokuler. Kata kunci: Biopori, Fauna tanah, Effective Microorganism.
  • 3. 3 DAFTAR ISI ABSTRAK...............................................................................................................................2 DAFTAR ISI............................................................................................................................3 DAFTAR GAMBAR...............................................................................................................4 BAB I : PENDAHULUAN.........................................................................................5 1.1 Latar Belakang...........................................................................................5 1.2 Perumusan Masalah...................................................................................6 1.3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................6 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA................................................................................7 2.1 Biopori.......................................................................................................7 2.1 Fauna Tanah...............................................................................................7 2.3 Effective Microorganism ...........................................................................8 BAB III : Metodologi.....................................................................................................9 3.1 Alat............................................................................................................9 3.2 Bahan.........................................................................................................9 3.3 Metode......................................................................................................10 BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................13 4.1. Kelimpahan dan Keanekaragaman Fauna Tanah.....................................13 4.2. Interaksi EM dan Fauna Tanah pada Perlakuan Berbeda........................14 4.3. Kemampuan Daya Resap Air pada Perlakuan Berbeda..........................14 BAB V : KESIMPULAN............................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
  • 4. 4 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Foto Mikroskop Elektron dari lubang cacing dan akar pada matriks tanah......7 Gambar 2.2 Effective Microorganism...................................................................................8 Gambar 3.1 Proses pembuatan lubang biopori....................................................................10 Gambar 3.2 Jarak antar lubang............................................................................................10 Gambar 3.3 Proses pengujian kecepatan daya resap lubang percobaan biopori.................11 Gambar 3.4 Proses Ekstraksi...............................................................................................12 Gambar 3.5 Proses Penyortiran...........................................................................................12 Gambar 4.1 Beberapa taksa fauna tanah yang ditemukan pada penelitian ini....................14
  • 5. 5 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pemanasan global menyebabkan meningkatnya curah hujan di berbagai wilayah di dunia termasuk di Indonesia. Tingginya curah hujan dan tidak mendukungnya keadaan lingkungan, misalnya semakin terbatasnya lahan resapan dan semakin dangkalnya sungai menimbulkan semakin tingginya resiko banjir. Selain itu, perubahan iklim juga dapat mengakibatkan musim kering yang berkepanjangan. Sebagai contoh pada waktu musim kemarau, semakin banyak sumber mata air yang mengering sehingga masyarakat mengalami kekurangan air. Kedua masalah di atas membutuhkan suatu solusi yang tepat. Salah satu solusi tersebut ialah diperlukan suatu teknologi yang mampu meningkatkan resapan air untuk mengatasi masalah banjir dan kekeringan pada suatu wilayah khususnya di perkotaan. Dalam penelitian ini, dilakukan percobaan pembuatan teknologi resapan air dengan cara membuat modifikasi lubang biopori tanah yang lebih efektif. Penggunaan lubang biopori pada waktu sekarang ini sangat penting karena mempunyai kemampuan untuk menangkap air sekaligus meningkatkan daya resap air ke dalam tanah. Selain itu, teknologi lubang biopori mempunyai manfaat tambahan untuk menghasilkan kompos Lubang-lubang biopori adalah lubang di dalam tanah yang secara alami terbentuk akibat berbagai aktifitas organisme di dalamnya, antara lain perakaran tanaman dan fauna tanah seperti cacing, makroartropoda, dan mesofauna. Secara alami kondisi seperti lubang biopori dapat dijumpai di lantai hutan dimana serasah atau bahan organik yang tertumpuk di bagian permukaan tanah dapat menjadi bahan pakan bagi berbagai fauna tanah untuk
  • 6. 6 melakukan aktifitasnya. Dengan meningkatnya aktifitas fauna tanah maka akan semakin banyak biopori yang terbentuk. Dalam penelitian ini, dilakukan modifikasi dengan cara menambahkan EM (Effective Microorganism) untuk mempercepat pembentukkan lubang biopori tanah. Berdasarkan prinsip biopori tersebut maka kami memberi nama proyek ini “Pemanfaatan Sampah Organik dan Effective Microorganisms Untuk Meningkatkan Infiltrasi Air : Sebuah Solusi Untuk Mengatasi Masalah Banjir dan kekeringan.’’ 1.2. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara meningkatkan resapan air di perkotaaan untuk mengatasi permasalahan banjir dan kelangkaan air ? 2. Bagaimana peran dekomposer dalam meningkatkan kemampuan infiltrasi air dalam tanah ? 3. Bagaimana interaksi antara fauna tanah dan mikroorganisme dalam menguraikan sampah organik ? 4. Bagaimana cara memanfaatkan sampah organik menjadi produk yang bermanfaaat ? 1.3 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini ialah : 1. Mengetahui pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam meningkatkan daya resap tanah. 2. Mengetahui interaksi antara fauna tanah dan mikroorganisme dalam menguraikan sampah organik. 3. Mengetahui pengaruh penggunaan EM (Effective Microorganism) dalam meningkatkan kelimpahan fauna tanah yang berperan dalam pembentukan biopori tanah. Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini ialah : 1. Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menjaga ketersedian air tanah saat musim kemarau. 2. Mengurangi run off air yang berisiko mengakibatkan banjir dimusim hujan. 3. Mendapatkan produk samping berupa kompos yang berasal dari sampah organik. 4. Meningkatkan kesuburan pada tanah. 5. Mengatasi permasalahan yang diakibatkan dari sampah organik seperti bau busuk dan sarang penyakit.
  • 7. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BIOPORI Biopori adalah lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktifitas organisme di dalamnya, seperti cacing, perakaran tanaman, rayap dan fauna tanah lainnya. Lubang-lubang yang terbentuk akan terisi udara, dan akan menjadi tempat berlalunya air dalam tanah. Berikut ini adalah contoh gambarnya : (Gambar 2.1. Foto Mikroskop Elektron dari lubang cacing dan akar pada matriks tanah) Gambar 2.1 menunjukkan foto melalui mikroskop elektron yang menggambarkan dua buah lubang yang terbentuk oleh cacing (pada lingkaran kuning bagian atas) dan lubang yang terbentuk oleh aktifitas akar tanaman (pada lingkaran kuning bagian bawah). Bila lubang- lubang seperti ini dapat dibuat dengan jumlah banyak, maka kemampuan dari sebidang tanah untuk menyerap air akan semakin meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam meresap air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah atau dengan perkataan lain akan dapat mengurangi bahaya banjir yang mungkin terjadi (Johnherf, 2008). 2.2 FAUNA TANAH Fauna tanah merupakan sekumpulan organisme penghuni tanah yang berperan sangat besar dalam perbaikan kesuburan tanah dengan menghancurkan bahan secara fisik kemudian memecahnya menjadi humus, menggabungkan bahan yang membusuk pada lapisan tanah bagian atas, dan membentuk kemantapan agregat antar bahan organik dan bahan mineral tanah (Barnes, 1997). Mereka juga merupakan bagian terpenting dalam suatu ekosistem atau habitat tanah. Proses dekomposisi dalam tanah tidak akan mampu berjalan dengan cepat bila tidak ditunjang oleh kegiatan makrofauna tanah. Fauna tanah dapat dikelompokkan menjadi makrofauna yaitu hewan tanah yang dapat dilihat secara langsung dengan mata tanpa bantuan mikroskop (>11mm) misalnya cacing tanah, artropoda, chilopoda (kelabang), diplopoda (kaki seribu), Arachnida (Tungau dan kalajengking), insekta (belalang, jangkrik,semut dan rayap) dan moluska; serta mesofauna
  • 8. 8 yang berukuran 0,16-10,4 mm, misalnya collembola (Rahmawaty, 2004); dan mikrofauna yang berukuran <0,16 mm, misalnya protozoa dan nematoda mikroskopis (Wallwork, 1972). 2.3 EFFECTIVE MICROORGANISM Konsep EM(Effective Microorganism) dikembangkan oleh Professor Teruo Higa, universitas Ryukyus, Okinawa, Jepang(Higa dan Wididana,1991). EM merupakan mikroorganisme alami yang menguntungkan dan dapat diaplikasikan sebagai inokulen untuk meningkatkan kelimpahan mikroba tanah dan tumbuhan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa proses inokulasi EM kedalam ekosistem tanah atau tumbuhan dapat meningkatkan kualitas tanah, kesehatan tanah dan pertumbuhan, panen dan kualitas pertanian (Khaliq et al.,2006; Primavesi, 1999; Tokeheshi et al., 1999). (Gambar 2.2. Effective Microorganism) EM mengandung mikroorganisme pilihan diantaranya bakteri asam laktat dan jamur, dan jumlah bakteri fotosintesis yang lebih sedikit, actinomycetes dan organisme jenis lain. Semua ini dapat menyesuaikan satu dengan lainnya dan saling dapat berkerja sama dalam lingkungan perairan (Higa and Parr, 1994).
  • 9. 9 BAB III ALAT, BAHAN dan METODE 3.1 ALAT-ALAT Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah :  Nampan sampel, 20 x 25 cm (5 buah)  Botol sampel, 250 ml (12 buah)  Vial koleksi, 100 ml (100 buah)  Kantung katun, 15 x 20 cm (12 pak)  Lampu bohlam 40 watt (6 buah)  Corong, diameter 14 cm (12 buah)  Kain kassa halus, 10 x 100 cm (6 buah)  Bor biopori, panjang 1,5 m (1 buah)  Kaca objek (1 set)  Pinset (2 buah)  Watch glass (5 buah)  Kuas, no. 4 (2 buah)  Tullgren funnel (1 set) 3.2 BAHAN-BAHAN Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :  Etanol 95% (4 liter)  Sayuran untuk kompos, (8,4 kg)  EM4, 500 ml (1 botol)
  • 10. 10 3.3 METODE Lokasi percobaan lapangan penelitian ini bertempat di kebun samping gedung E, Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Diponegoro. Adapun ekstraksi sampel dan identifikasi fauna tanah dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik, Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Diponegoro. Penelitian ini dilakukan dengan cara membuat 9 lubang yang berdiameter 10 cm dan berkedalaman 100 cm. (Gambar 3.1.Proses pembuatan lubang percobaan biopori) Keseluruhan lubang disusun dalam 3 baris. Masing-masing baris terdiri dari 3 lubang dengan jarak antar lubang 50 cm. 50 cm 50 cm
  • 11. 11 (Gambar 3.2. Posisi dan jarak antar lubang percobaan biopori) Tiap-tiap lubang tersebut masing-masing diberi sampah organik sebanyak 70 g dan dibedakan kedalam 3 perlakuan yang disusun secara acak, yaitu: I. Kontrol : tanpa EM dan tanpa pembatasan makrofauna. II. EM : perlakuan menggunakan larutan EM 80 ml dan tanpa pembatasan makrofauna. III. EM-MF : perlakuan menggunakan larutan EM 80 ml dan dengan pembatasan makrofauna. Proses penguraian sampah organik di dalam lubang percobaan biopori dibiarkan selama 4 minggu untuk terbentuk kompos. Setelah biopori didalam lubang percobaan terbentuk, kemudian kemampuan daya resap tanah diuji dengan cara menuangkan air kedalam lubang percobaan hingga penuh (7,85 liter) dan mengukur kecepatan daya resap dengan menggunakan stop watch. (Gambar 3.3. Proses pengujian kecepatan daya resap lubang percobaan biopori)
  • 12. 12 Kompos yang telah terbentuk kemudian dibawa ke laboratorium dan diekstraksi untuk mendapatkan fauna tanah menggunakan Tulgren funnel. (gambar 3.4.Proses ekstraksi) Ekstraksi fauna tanah ini menggunakan lampu bohlam 25 Watt dan berlangsung selama 5 hari. Fauna tanah yang didapat dari hasil ekstraksi kemudian disortir agar terpisah dari materi pengotor seperti tanah dan sisa-sisa daun maupun akar. (Gambar 3.5.Proses penyortiran dan identifikasi fauna tanah) Fauna tanah selanjutnya dihitung dan diidentifikasi menggunakan bantuan mikroskop binokuler dan kunci indentifikasi invertebrata tanah. Data yang didapat kemudian ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui jenis fauna tanah yang berperan dalam pembentukan biopori tanah.
  • 13. 13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelimpahan dan Keanekaragaman Fauna Tanah Dari hasil penelitian ini, ditemukan 10 taksa fauna tanah (Tabel 4.1 dan Gambar 4.2) Secara umum, taksa yang paling melimpah adalah collembola (54%) dan acarina (25%) . Disetiap perlakuan, jumlah collembola dan acarina juga ditemukan paling melimpah. Tabel 4.1. Kelimpahan mesofauna tanah pada empat perlakuan berbeda. Keterangan: I : Kontrol : tanpa EM dan tanpa pembatasan makrofauna. II: EM : perlakuan menggunakan EM dan tanpa pembatasan makrofauna. III: EM-MF : perlakuan menggunakan EM dengan pembatasan makrofauna. Taxon Rata-Rata Kelimpahan (Individu/m2) Total % I II III 1.Collembola 9.525 41.741 19.854 14.309 7.070 1.778 - 85 212 42 85 - 87.545 54 2.Acarina 5.207 6.943 40.979 25 3.Thysanura 1.312 2.455 16.510 10 4.Larva Diptera 2.752 6.435 13.377 8 5.Hymenoptera 593 974 2.201 1 6.Annelida 296 889 1.355 1 7.Protura 127 381 720 0 8.Araneae 85 42 169 0 9.Isopoda 212 339 635 0 10.Coleoptera - 42 42 0 Jumlah mesofauna tanah 20.108 60.283 43.434 163.576 100
  • 14. 14 Gambar 4.1. Jumlah mesofauna yang ditemukan pada setiap perlakuan. Gambar 4.2. Beberapa taksa fauna tanah yang ditemukan pada penelitian ini (A. Collembola ; B. Acarina ; C. Hymenoptera ; D. Annelida ; E. Araneae ; F. Isopoda 4.2. Interaksi EM dan Fauna Tanah pada Perlakuan Berbeda Secara umum, perlakuan sampah organik yang diberi EM (perlakuan II dan III) menunjukkan jumlah fauna tanah lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan yang tidak diberi EM. Hal ini menunjukkan bahwa EM mampu menarik fauna tanah untuk mengkoloni sampah organik. Hal ini kemungkinan karena komposisi utama EM terdiri dari berbagai jenis jamur dan bakteri yanng merupakan sumber makanan bagi fauna tanah terutama pada collembola dan acarina. Pencampuran EM dengan sampah organik terbukti disukai oleh fauna tanah sehingga kelimpahan fauna tanah meningkat. 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 (I) Control (II) EM+MF (III) EM-MF Jumlah Mesofauna A C D E F B
  • 15. 15 Mesofauna tanah pada perlakuan II, yaitu perlakuan menggunakan EM yang disertai adanya mesofauna maupun makrofauna memiliki kelimpahan lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pemberian EM namun tanpa makrofauna (perlakuan III). Hal ini menunjukkan interaksi antara EM dengan mesofauna maupun makrofauna lebih besar dibandingkan interaksi EM dengan hanya mesofauna. Pada perlakuan pemberian EM, makrofauna dan mesofauna bersama-sama memecah sampah organik menjadi fragmen- fragmen yang lebih kecil. Selanjutnya fragmen-fragmen kecil tersebut diurai lebih lanjut oleh mikroorganisme. Pemberian EM mampu menambah mikroorganisme yang secara langsung mampu meningkatkan populasi beberapa kelompok mesofauna pemakan jamur seperti collembola dan acarina. 4.3. Kemampuan Daya Resap Air pada Perlakuan Berbeda Pada percobaan untuk mengetahui kemampuan infiltrasi air ke dalam tanah pada tiap perlakuan diketahui bahwa perlakuan pemberian EM (perlakuan II & III) mampu mempercepat infiltrasi air sampai dengan dua kali lipat dibandingkan kontrol (Tabel 4.2. dan Gambar 4.3). Hal ini menunjukkan, bahwa EM dapat meningkatkan populasi fauna tanah pembentuk biopori. Biopori dapat terbentuk melalui adanya aktivitas fauna tanah baik makrofauna maupun mesofauna tanah. Semakin banyaknya biopori terbentuk, maka infiltrasi air di dalam tanah semakin meningkat. Pada perlakuan II, proses infiltrasi air kedalam tanah lebih cepat dibandingkan dengan perlakuan III. Hal ini menunjukkan, bahwa pada perlakuan II yang memiliki kelimpahan dan keanekaragaman mesofauna lebih tinggi (Tabel 4.1) dapat membentuk biopori lebih banyak sehingga proses infiltrasi air lebih cepat. Tabel 4.2. Daya resap air per liter pada lubang percobaan biopori Gambar 4.3. Daya resap air pada setiap perlakuan. 0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070 (I) Control (II) EM+MF (III) EM-MF Daya Resap Air (Liter/detik) Perlakuan Daya Resap (Liter/detik) (I) Kontrol 3,3 x 10-2 (II) EM 6,5 x 10-2 (III) EM-MF 4,8 x 10-2
  • 16. 16 BAB V Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah :  Pemberian EM pada sampah organik mampu meningkatkan daya resap tanah hingga dua kali lipat lebih cepat dari pada perlakuan tanpa pemberian EM dan tanpa kehadiran fauna tanah.  Fauna tanah khususnya mesofauna memilik interaksi positif dengan mikroorganisme dalam menguraikan sampah organik.  EM terbukti dapat meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman fauna tanah yang berperan dalam pembentukan biopori tanah . .
  • 17. 17 DAFTAR PUSTAKA Johnherf. 2008. Biopori sebagai peresap air mengatasi banjir dan sampah http://johnherf.wordpress.com/2008/02/21/biopori-sebagai-peresap-air-mengatasi- banjir-dan-sampah/ Rahmawaty. 2004. Studi Keanekaragaman Mesofauna Tanah Di Kawasan Hutan Wisata Alam Sibolangit. Jurusan Kehutanan Program Studi Manajemen Hutan Fakultas Pertanian, Fakultas Sumatera Utara. Walwork, J.A. 1976. The distribution and diversity of soil fauna. Academic Press. Inc. Higa, T. And J.F. Parr. 1994. Beneficial and effective microorganism for a sustainable agriculture and environment. International Nature Farming Reserach Center, Atami, Japan, p. 16. Higa, T. And G.N. Wididana. 1991. Concept and theories of effective microorganism. In: Proceeding of the first International Conference on Kyusei Nature Farming, US Department of Agriculture, Washington, DC, USA. 118 Primavesi, A. 1999. EM technology and organic matter amandements in the tropics. The Sixth International Converence on Kyusei Nature Farming. Khaliq, A., M.K. Abbasi., T . Hussain. 2006. Effects of integrated use of organic and inorganic nutrients source with effective microorganism(EM) on seed cotton yield in Pakistan. Bioresource Technology 97: 967-972. Tokeshi, H., M.A.T. Lima., J.A. Jorge. 1999. Effect of EM and green manure on soil productivity in Brazil. The six International Conference on Kyusei Nature Farming.