SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsep dan Konsepsi
Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang
dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan
bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan
ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide
atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep
dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai
macam kharakteristik.
Berbagai pengertian konsep dikemukan oleh beberapa pakar. Konsep
didefinisikan sebagai suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang
mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi
dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan
memungkinkan manusia untuk berpikir. Pengertian konsep yang lain adalah
sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi,
obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental. Suatu
konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat.
Konsep adalah abstrak di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala
sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep
adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap
extensinya.
Sebelum siswa mempelajari suatu konsep, siswa sudah memiliki
konsepsi terhadap konsep yang akan dipelajari. Konsepsi tersebut terus
berkembang dari pengalaman belajar mereka sehari-hari dalam memahami
gejala atau fenomena alam, maupun dari pengalaman belajar mereka pada
jenjang pendidikan sebelumnya. Menurut Duit, konsepsi adalah representasi
mental mengenai ciri-ciri dunia luar atau domain-domain teoritik. Konsepsi
merupakan perwujudan dari interpretasi seseorang terhadap suatu obyek yang
diamatinya yang sering bahkan selalu muncul sebelum pembelajaran, sehingga
sering diistilahkan konsepsi prapembelajaran. Konsepsi prapembelajaran dapat
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu prakonsepsi (preconception) dan
miskonsepsi (misconception). Prakonsepsi adalah konsepsi yang berdasarkan
pengalaman formal dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan miskonsepsi
adalah salah pemahaman yang disebabkan oleh pembelajaran sebelumnya dan
kesalahan yang berkaitan dengan prakonsepsi pada umumnya. Prakonsepsi ini
bersumber dari pikiran siswa sendiri atas pemahamannya yang masih terbatas
pada alam sekitarnya atau sumber-sumber lain yang dianggapnya lebih tahu
akan tetapi tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
B. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi atau salah konsep merupakan konsep yang tidak sesuai
dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para ilmuwan pada
bidang yang bersangkutan. Novak, menyatakan bahwa prakonsepsi yang tidak
sesuai dengan konsepsi ilmiah disebut dengan miskonsepsi. Brown,
memandang

miskonsepsi

sebagai

suatu

pandangan

yang

naif

dan

mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan
konsepsi ilmiah. Fowler memandang miskonsepsi sebagai suatu pengertian
yang tidak akurat terhadap konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi
contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan
hubungan konsep-konsep yang tidak benar. Bentuk miskonsepsi dapat berupa
kesalahan konsep, hubungan yang tidak benar antar konsep, dan gagasan
intuitif atau pandangan yang naif.
Miskonsepsi pada siswa yang muncul secara terus menerus dapat
mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Pembelajaran yang tidak
memperhatikan miskonsepsi menyebabkan kesulitan belajar dan akhirnya akan
bermuara pada rendahnya prestasi belajar mereka. Pandangan tradisional yang
menganggap bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran
guru ke pikiran siswa perlu digeser menuju pandangan konstruktivisme yang
berasumsi bahwa pengetahuan dibangun dalam diri siswa.
Secara khusus diperlukan perubahan pola pikir yang digunakan sebagai
landasan pendidikan. Pada umumnya kegiatan belajar mengajar lebih
menekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran. Pembelajaran diartikan
sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap, atau perilaku siswa yang relatif
permanen sebagai akibat dari pengalaman atau pelatihan. Pola pikir
pembelajaran pun perlu diubah dari sekedar memahami menuju pada
penerapan konsep dan prinsip keilmuwan. Dalam pilar-pilar pembelajaran dari
UNESCO, selain terjadi learning to know (pembelajaran untuk tahu), juga
harus terjadi learning to do (kemampuan untuk berbuat). Pembelajaran
terfokus pada siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan mediator.
Dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran,
pada saat munculnya miskonsepsi, guru menyajikan konflik kognitif sehingga
terjadi ketidakseimbangan (disekualibrasi) pada diri siswa. Konflik kognitif
yang disajikan guru, diharapkan dapat menyadarkan siswa atas kekeliruan
konsepsinya dan pada akhirnya mereka merekonstruksi konsepsinya menuju
konsepsi ilmiah.
Miskonsepsi yang dialami siswa secara umum bersifat resisten dalam
pembelajaran, sedangkan di sisi lain anak-anak memiliki penalaran formal
yang berbeda-beda.
C. Analisis sumber-sumber miskonsepsi
Suparno menjelaskan ada lima faktor yang merupakan penyebab
miskonsepsi pada siswa, yaitu : 1) siswa, 2) guru, 3) buku teks, 4) konteks, dan
5) metode mengajar.
1. Siswa
Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam 8
kategori, sebagai berikut:
 Prakonsepsi atau konsep awal siswa. Banyak siswa sudah mempunyai
konsep awal sebelum mereka mengikuti pelajaran di sekolah.
Prakonsepsi sering bersifat miskonsepsi karena penalaran seseorang
terhadap suatu fenomena berbeda-beda
 Pemikiran asosiatif yaitu jenis pemikiran yang mengasosiasikan atau
menganggap suatu konsep selalu sama dengan konsep yang lain. Asosiasi
siswa terhadap istilah yang ditemukan dalam pembelajaran dan
kehidupan sehari-hari sering menimbulkan salah penafsiran.
 Pemikiran humanistik yaitu memandang semua benda dari pandangan
manusiawi. Tingkah laku benda dipahami sebagai tingkah laku makhluk
hidup, sehingga tidak cocok.
 Reasoning atau penalaran yang tidak lengkap atau salah. Alasan yang
tidak lengkap diperoleh dari informasi yang tidak lengkap pula.
Akibatnya siswa akan menarik kesimpulan yang salah dan menimbulkan
miskonsepsi.
 Intuisi yang salah, yaitu suatu perasaan dalam diri seseorang yang secara
spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu tanpa
penelitian secara obyektif dan rasional. Pola pikir intuitif sering dikenal
dengan pola pikir yang spontan.
 Tahap perkembangan kognitif siswa. Secara umum, siswa yang dalam
proses perkembangan kognitif akan sulit memahami konsep yang
abstrak. Dalam hal ini, siswa baru belajar pada hal-hal yang konkrit yang
dapat dilihat dengan indera.
 Kemampuan siswa. Siswa yang kurang mampu dalam mempelajari fisika
akan menemukan kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang
diajarkan. Secara umum, siswa yang tingkat matematika-logisnya tinggi
akan mengalami kesulitan memahami konsep fisika, terlebih konsep yang
abstrak.
 Minat belajar. Siswa yang memiliki minat belajar fisika yang besar akan
sedikit mengalami miskonsepsi dibandingkan siswa yang tidak berminat.
2. Guru
Guru yang tidak menguasai bahan atau tidak memahami konsep fisika
dengan benar juga merupakan salah satu penyebab miskonsepsi siswa. Guru
terkadang menyampaikan konsep fisika yang kompleks secara sederhana
dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman siswa. Kadang-kadang
guru

mengutamakan

penyampaian

rumusan

matematis

sedangkan

penyampaian konsep fisisnya dikesampingkan. Pola pengajaran guru masih
terpaku pada papan tulis, jarang melakukan eksperimen dan penyampaian
masalah yang menantang proses berpikir siswa. Miskonsepsi siswa akan
semakin kuat apabila guru bersikap otoriter dan menerapkan metode
ceramah dalam mengajar. Hal ini mengakibatkan interaksi yang terjadi
hanya satu arah, sehingga semakin besar peluang miskonsepsi guru
ditransfer langsung pada siswa.
Penyampaian informasi yang kurang jelas dan kurang lengkap yang
diterima oleh siswa dalam proses belajar juga diduga sebagai penyebab
terjadinya miskonsepsi.
3. Buku Teks
Buku teks yang dapat mengakibatkan munculnya miskonsepsi siswa
adalah buku teks yang bahasanya sulit dimengerti dan penjelasannya tidak
benar. Buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa yang sedang belajar
dapat menumbuhkan miskonsepsi karena mereka sulit menangkap isinya.
4. Konteks
Konteks yang dimaksud di sini adalah pengalaman, bahasa sehari-hari,
teman, serta keyakinan dan ajaran agama. Bahasa sebagai sumber
prakonsepsi pertama sangat potensial mempengaruhi miskonsepsi, karena
bahasa mengandung banyak penafsiran.
5. Metode Mengajar
Metode mengajar guru yang tidak sesuai dengan konsep yang dipelajari
akan dapat menimbulkan miskonsepsi. Guru yang hanya menggunakan satu
metode pembelajaran untuk semua konsep akan memperbesar peluang siswa
terjangkit

miskonsepsi.

Metode

ceramah

yang

tidak

memberikan

kesempatan siswa untuk bertanya dan juga untuk mengungkapkan
gagasannya

sering

kali

meneruskan

dan

memupuk

miskonsepsi.

Penggunaan analogi yang tidak tepat juga merupakan salah satu penyebab
timbulnya miskonsepsi. Metode praktikum yang sangat membantu dalam
proses pemahaman, juga dapat menimbulkan miskonsepsi karena siswa
hanya dapat menangkap konsep dari data-data yang diperoleh selama
praktikum. Metode diskusi juga dapat berperan dalam menciptakan
miskonsepsi. Bila dalam diskusi semua siswa mengalami miskonsepsi,
maka miskonsepsi mereka semakin diperkuat. Bahkan pemilihan strategi
pengajaran yang kurang tepat, misalnya penggunaan analogi yang kurang
tepat, dapat juga mengganggu proses berpikir siswa dan mendapat kesulitan
dalam memahami konsep-konsep fisika yang dipelajari.
Miskonsepsi merupakan bagian dari pengetahuan yang dimiliki siswa
dan bertentangan dengan pelajaran berikutnya, sedemikian sehingga
informasi yang baru tidak bisa terintegrasi sewajarnya dan pemahaman
siswa kurang serta miskonsepsi terhadap konsep baru tak bisa diabaikan.
Pengetahuan siswa yang miskonsepsi mendorong guru untuk menemukan
pertanyaan dan permasalahan yang bisa menciptakan ketidakpuasan ke
dalam diri siswa terhadap pandangan yang mereka miliki. Dengan demikian
akan memunculkan pengenalan gagasan ke arah situasi yang berlawanan.
Ini mampu memodifikasi siswa ke arah pandangan yang baru, yang
akhirnya menuju ke perubahan konseptual dan pemahaman konseptual.
Miskonsepsi terbentuk secara alami dan tidak terelakkan bagian dari
proses belajar. Miskonsepsi sering di bawa siswa dari tingkat sekolah dasar
sampai ke perguruan tinggi. Miskonsepsi bisa berasal dari hasil pengajaran
guru yang hanya mengulangi buku catatan dan tidak mengadakan percobaan
dengan kuantitas pengamatan.

Analisis sumber-sumber miskonsepsi di SMA Negeri 1 Tinggimoncong:
1. Perangkat pembelajaran
Penyusunan perangkat pembelajaran untuk mata pelajaran fisika
dan matematika yang tidak sejalan, dapat menyebabkan terjadinya
miskonsepsi pada siswa. Dimana untuk materi vektor. Untuk
menentukan

posisi

dari

fungsi

kecepatan,

ditentukan

dengan

mengintegralkan fungsi kecepatan tersebut. Pada materi fisika kelas XI
ini sudah dipelajari tentang pengintegralan sedangkan untuk materi
matematika tentang pengintegralan nanti akan diajarkan pada kelas XII.
Berdasarkan hal tersebut, guru fisika harus mengajarkan terlebih dahulu
mengenai pengintegralan sebelum masuk pada materi vektor. Hal ini
menyebabkan jadwal yang telah disusun pada perangkat pembelajaran
akan rancuh.
Selain itu, terkadang pula perangkat pembelajaran (RPP) yang
telah disusun itu tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi dilapangan.
Misalnya saja kita telah mengalokasikan waktu untuk kegiatan awal 5
menit, kegiatan inti 35 menit dan kegiatan penutup 5 menit. Karena
terjadinya kegaduhan didalam kelas maka merubah apa yang telah kita
susun sebelumnya.
2. Siswa
Miskonsepsi dapat terjadi pada siswa, diakibatkan karena konsep
dasar atau konsep awal yang didapatkannya pada jenjang pendidikan
sebelumnya itu memang sudah salah.
Pada analisis miskonsepsi di SMA Negeri 1 Tinggimoncong, kami
tidak menemukan adanya miskonsepsi untuk materi yang diajarkan
pada saat itu. Tapi ketika kami mewawancarai guru yang bersangkutan
beliau mengatakan bahwa untuk beberapa materi didapati peserta didik
mengalami

miskonsepsi.

Contoh,

mereka

mengatakan

bahwa

berat=massa tapi pada kenyataannya berat merupakan massa yang
dipengaruhi oleh gravitasi (N) sedangkan massa merupakan banyaknya
zat yang terkandung dalam suatu materi (Kg).
3. Sumber Belajar
Jenis-jenis sumber belajar fisika yang digunakan di SMA Negeri 1
Tinggimoncong meliputi
 Pemanfaatan internet
 Kegiatan eksperimen yang dilakukan di laboratorium.
 Berbagai buku/literature/referensi fisika yang telah memenuhi
Standar Isi KTSP 2006,
1. Buku teks
Bambang Haryadi
Ir. Marten Kanginan
D. Cara mendeteksi miskonsepsi pada siswa
1. Menurut Katu, untuk mendeteksi miskonsepsi dapat dilakukan sebagai
berikut.
a. Memberi tes diagnostik pada awal pembelajaran atau pada setiap akhir
pembahasan. Bentuknya dapat berupa tes obyektif pilihan ganda atau
bentuk lain seperti menggambarkan diagram fisis atau vektoris, grafik,
atau penjelasan dengan kata-kata.
b. Dengan memberikan tugas-tugas terstruktur misalnya tugas mandiri
atau kelompok sebagai tugas akhir pengajaran atau tugas pekerjaan
rumah.
c. Dengan memberikan pertanyaan terbuka, pertanyaan terbalik (reverse
question) atau pertanyaan yang kaya konteks (context-rich problem).
d. Dengan mengoreksi langkah-langkah yang digunakan peserta didik
dalam menyelesaikan soal-soal esai.
e. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka secara lisan kepada
peserta didik.
f. Dengan

mewawancarai

misalnya

dengan

menggunakan

kartu

pertanyaan
2. Menurut Novak diperlukan cara-cara mengidentifikasi atau mendeteksi
salah konsep (miskonsepsi) tersebut yaitu melalui peta konsep, tes essai,
interview klinis dan diskusi kelas
 Peta Konsep (Concept Maps)
Novak mendefinisikan peta konsep sebagai suatu alat skematis
untuk merepresentasikan suatu rangkaian konsep yang digambarkan
dalam suatu kerangka proposisi. Peta itu mengungkapkan hubunganhubungan yang berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasangagasan pokok. Peta konsep disusun hierarkis, konsep esensial akan
berada pada bagian atas peta. Miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan
melihat hubungan antara dua konsep apakah benar atau tidak. Biasanya
miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya
hubungan yang lengkap antar konsep. Pearsal menyatakan bahwa
dengan peta konsep kita dapat melihat refleksi pengetahuan yang
dimiliki siswa. Dengan mencermati kompleksitas peta konsep tersebut
kita dapat mendeteksi konsep-konsep mana yang kurang tepat dan
sekaligus perubahan konsepnya. Untuk lebih melihat latar belakang
susunan peta konsep tersebut ada baiknya peta konsep itu digabung
dengan interview klinis.

Dalam interview

itu siswa diminta

mengungkapkan lebih mendalam gagasan-gagasannya.
 Tes Esai Tertulis Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang
memuat beberapa konsep fisika yang memang mau diajarkan atau yang
sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat diketahui salah pengertian yang
dibawa siswa dan salah pengertian dalam bidang apa. Setelah
ditemukan salah pengertiannya, beberapa siswa dapat diwawancarai
untuk lebih mendalami mengapa mereka punya gagasan seperti itu.
Dari wawancara itulah akan kentara dari mana salah pengertian itu
dibawa
 Interview klink,Interview klinis dilakukan untuk melihat miskonsepsi
pada siswa. Guru memilih beberapa konsep fisika yang diperkirakan
sulit dimengerti siswa, atau beberapa konsep fisika yang essensial dari
bahan

yang

mau

diajarkan.

Kemudian,

siswa

diajak

untuk

mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas.
Dari sini dapat dimengerti latar belakang munculnya miskonsepsi yang
ada dan sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh
miskonsepsi tersebut.
 Diskusi dalam Kelas Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan
gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang mau
diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi juga apakah
gagasan/ide mereka tepat atau tidak. Dari diskusi tersebut, guru atau
seorang peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai
siswa.
3. Hal yang dilakukan oleh guru SMA Negeri 1 Tinggimoncong dalam
mendeteksi miskonsepsi terhadap peserta didik yaitu memberikan tes awal
berupa tes lisan mengenai dasar-dasar materi yang akan dipelajari, dari
jawaban tersebutlah sehingga dapat diketahui apakah siswa tersebut salah
konsep dalam memahami materi tersebut atau tidak. Sama halnya ketika
dilakukan supervisi oleh pengawas kepada guru. Dari situlah diketahui
apakah guru tersebut salah konsep dalam memberikan materi pada peserta
didik.

More Related Content

What's hot

PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKA
PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKAPENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKA
PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKAHikmawati Suhardi
 
Technopreneurship
TechnopreneurshipTechnopreneurship
Technopreneurshipkemarau20
 
Fp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
Fp_Rangkuman Materi Filsafat PendidikanFp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
Fp_Rangkuman Materi Filsafat PendidikanMuhammad Hafizh Annur
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...Dadang DjokoKaryanto
 
Logic and psychology
Logic and psychologyLogic and psychology
Logic and psychologyFauzan Wildan
 
AFI PARNAWI, M.Pd Mata kuliah psikologi belajar.
AFI PARNAWI, M.Pd  Mata kuliah psikologi belajar. AFI PARNAWI, M.Pd  Mata kuliah psikologi belajar.
AFI PARNAWI, M.Pd Mata kuliah psikologi belajar. Dr. Afi Parnawi, M.Pd
 
pendekatan inkuiri dalam pendidikan kimia
pendekatan inkuiri dalam pendidikan kimiapendekatan inkuiri dalam pendidikan kimia
pendekatan inkuiri dalam pendidikan kimiaAbil Darma
 
Teori pemerolehan bahasa (kebaikan & kelemahan)
Teori pemerolehan bahasa (kebaikan & kelemahan)Teori pemerolehan bahasa (kebaikan & kelemahan)
Teori pemerolehan bahasa (kebaikan & kelemahan)ArifahAzlanShah2
 
Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)
Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)
Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)Henry Kurniawan
 
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) nftama77
 

What's hot (17)

Tugas ipa 2
Tugas ipa 2Tugas ipa 2
Tugas ipa 2
 
Teori belajar
Teori belajarTeori belajar
Teori belajar
 
PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKA
PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKAPENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKA
PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNNER DALAM MATEMATIKA
 
Technopreneurship
TechnopreneurshipTechnopreneurship
Technopreneurship
 
Fp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
Fp_Rangkuman Materi Filsafat PendidikanFp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
Fp_Rangkuman Materi Filsafat Pendidikan
 
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
PSIKOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
Logic and psychology
Logic and psychologyLogic and psychology
Logic and psychology
 
Teori humanistic
Teori humanisticTeori humanistic
Teori humanistic
 
Makalah inquiry
Makalah inquiryMakalah inquiry
Makalah inquiry
 
AFI PARNAWI, M.Pd Mata kuliah psikologi belajar.
AFI PARNAWI, M.Pd  Mata kuliah psikologi belajar. AFI PARNAWI, M.Pd  Mata kuliah psikologi belajar.
AFI PARNAWI, M.Pd Mata kuliah psikologi belajar.
 
Kb2 teori kognitif
Kb2 teori kognitifKb2 teori kognitif
Kb2 teori kognitif
 
pendekatan inkuiri dalam pendidikan kimia
pendekatan inkuiri dalam pendidikan kimiapendekatan inkuiri dalam pendidikan kimia
pendekatan inkuiri dalam pendidikan kimia
 
Teori pemerolehan bahasa (kebaikan & kelemahan)
Teori pemerolehan bahasa (kebaikan & kelemahan)Teori pemerolehan bahasa (kebaikan & kelemahan)
Teori pemerolehan bahasa (kebaikan & kelemahan)
 
Teori Belajar Bruner
Teori Belajar BrunerTeori Belajar Bruner
Teori Belajar Bruner
 
Matematika
MatematikaMatematika
Matematika
 
Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)
Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)
Uas filsafat ilmu henry kurniawan (06022681318024)
 
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan) Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
Teori belajar kognitif ( gestalt dan teori medan)
 

Viewers also liked

выборы в координационный совет оппозиции
выборы в координационный совет оппозициивыборы в координационный совет оппозиции
выборы в координационный совет оппозицииТимур Зильберштейн
 
Metodology penel ernhy
Metodology penel ernhyMetodology penel ernhy
Metodology penel ernhyErnhy Hijoe
 
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Ernhy Hijoe
 
Makalah fisika inti pltn
Makalah fisika inti pltnMakalah fisika inti pltn
Makalah fisika inti pltnErnhy Hijoe
 
Kelompok vi efek medan magnet
Kelompok vi efek medan magnetKelompok vi efek medan magnet
Kelompok vi efek medan magnetErnhy Hijoe
 
Motivational interviewing, role of assessment and case planning in community ...
Motivational interviewing, role of assessment and case planning in community ...Motivational interviewing, role of assessment and case planning in community ...
Motivational interviewing, role of assessment and case planning in community ...Brigid Morgan
 
Makalah fisika inti
Makalah fisika intiMakalah fisika inti
Makalah fisika intiErnhy Hijoe
 

Viewers also liked (11)

Demi malaysia
Demi malaysiaDemi malaysia
Demi malaysia
 
выборы в координационный совет оппозиции
выборы в координационный совет оппозициивыборы в координационный совет оппозиции
выборы в координационный совет оппозиции
 
HIV i AIDS
HIV i AIDSHIV i AIDS
HIV i AIDS
 
Metodology penel ernhy
Metodology penel ernhyMetodology penel ernhy
Metodology penel ernhy
 
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
Laporan lengkap geiger muller kelompok 1
 
Antykoncepcja
AntykoncepcjaAntykoncepcja
Antykoncepcja
 
Makalah fisika inti pltn
Makalah fisika inti pltnMakalah fisika inti pltn
Makalah fisika inti pltn
 
Kelompok vi efek medan magnet
Kelompok vi efek medan magnetKelompok vi efek medan magnet
Kelompok vi efek medan magnet
 
Laporan lengka1
Laporan lengka1Laporan lengka1
Laporan lengka1
 
Motivational interviewing, role of assessment and case planning in community ...
Motivational interviewing, role of assessment and case planning in community ...Motivational interviewing, role of assessment and case planning in community ...
Motivational interviewing, role of assessment and case planning in community ...
 
Makalah fisika inti
Makalah fisika intiMakalah fisika inti
Makalah fisika inti
 

Similar to Bab ii terbaru

Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatMiskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatPuji Lestari
 
Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Yoshiie Srinita
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...Dadang DjokoKaryanto
 
Makalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaranMakalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaranPujiati Puu
 
Community language learning
Community language learningCommunity language learning
Community language learningYuzz Niee
 
Epistemologi kurikulum 2013_pasca_sarjan
Epistemologi kurikulum 2013_pasca_sarjanEpistemologi kurikulum 2013_pasca_sarjan
Epistemologi kurikulum 2013_pasca_sarjanMaman Med
 
PPT Teori Proses berpikir.pptx
PPT Teori Proses berpikir.pptxPPT Teori Proses berpikir.pptx
PPT Teori Proses berpikir.pptxumipratiwi4
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...Dadang DjokoKaryanto
 
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptxRogsBuck
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxWAKURSMKUMMA
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...Dadang DjokoKaryanto
 
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaranMakalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaransundelubek1
 
Tugas kelompok 3 motorik
Tugas kelompok 3 motorikTugas kelompok 3 motorik
Tugas kelompok 3 motorikporja_b
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialAri Sanjaya
 
Karakteristik kognitif siswa presentasi
Karakteristik kognitif siswa presentasiKarakteristik kognitif siswa presentasi
Karakteristik kognitif siswa presentasiIkak Waysta
 
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniPenerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniAwal Akbar Jamaluddin
 

Similar to Bab ii terbaru (20)

Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang TepatMiskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
Miskonsepsi dalam Pembelajaran Fisika dan Penyelesaian yang Tepat
 
Ppt sbm 3
Ppt sbm 3Ppt sbm 3
Ppt sbm 3
 
Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)Teori Belajar Bruner (Bruner)
Teori Belajar Bruner (Bruner)
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
Makalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaranMakalah belajar dan pembelajaran
Makalah belajar dan pembelajaran
 
Community language learning
Community language learningCommunity language learning
Community language learning
 
Epistemologi kurikulum 2013_pasca_sarjan
Epistemologi kurikulum 2013_pasca_sarjanEpistemologi kurikulum 2013_pasca_sarjan
Epistemologi kurikulum 2013_pasca_sarjan
 
Kontruktivis
KontruktivisKontruktivis
Kontruktivis
 
PPT Teori Proses berpikir.pptx
PPT Teori Proses berpikir.pptxPPT Teori Proses berpikir.pptx
PPT Teori Proses berpikir.pptx
 
5 fasa needham
5 fasa needham5 fasa needham
5 fasa needham
 
Dede gugun
Dede gugunDede gugun
Dede gugun
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif,.pptx
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
 
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
SOSIOLOGI PENDIDIKAN; KETERKAITAN ANTARA PEMBELAJARAN DAN KOGNISI, SERTA MOTI...
 
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaranMakalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
Makalah kelomppk 2 teoribelajar dan pembelajaran
 
Tugas kelompok 3 motorik
Tugas kelompok 3 motorikTugas kelompok 3 motorik
Tugas kelompok 3 motorik
 
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
 
Karakteristik kognitif siswa presentasi
Karakteristik kognitif siswa presentasiKarakteristik kognitif siswa presentasi
Karakteristik kognitif siswa presentasi
 
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan JasmaniPenerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
Penerapan Model Teori Belajar Kontruktivis ke Dalam Pendidikan Jasmani
 

Bab ii terbaru

  • 1. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Konsep dan Konsepsi Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik. Berbagai pengertian konsep dikemukan oleh beberapa pakar. Konsep didefinisikan sebagai suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir. Pengertian konsep yang lain adalah sesuatu yang umum atau representasi intelektual yang abstrak dari situasi, obyek atau peristiwa, suatu akal pikiran, suatu ide atau gambaran mental. Suatu konsep adalah elemen dari proposisi seperti kata adalah elemen dari kalimat. Konsep adalah abstrak di mana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam ekstensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik. Konsep adalah universal di mana mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap extensinya. Sebelum siswa mempelajari suatu konsep, siswa sudah memiliki konsepsi terhadap konsep yang akan dipelajari. Konsepsi tersebut terus berkembang dari pengalaman belajar mereka sehari-hari dalam memahami gejala atau fenomena alam, maupun dari pengalaman belajar mereka pada jenjang pendidikan sebelumnya. Menurut Duit, konsepsi adalah representasi mental mengenai ciri-ciri dunia luar atau domain-domain teoritik. Konsepsi merupakan perwujudan dari interpretasi seseorang terhadap suatu obyek yang diamatinya yang sering bahkan selalu muncul sebelum pembelajaran, sehingga
  • 2. sering diistilahkan konsepsi prapembelajaran. Konsepsi prapembelajaran dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu prakonsepsi (preconception) dan miskonsepsi (misconception). Prakonsepsi adalah konsepsi yang berdasarkan pengalaman formal dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan miskonsepsi adalah salah pemahaman yang disebabkan oleh pembelajaran sebelumnya dan kesalahan yang berkaitan dengan prakonsepsi pada umumnya. Prakonsepsi ini bersumber dari pikiran siswa sendiri atas pemahamannya yang masih terbatas pada alam sekitarnya atau sumber-sumber lain yang dianggapnya lebih tahu akan tetapi tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. B. Pengertian Miskonsepsi Miskonsepsi atau salah konsep merupakan konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para ilmuwan pada bidang yang bersangkutan. Novak, menyatakan bahwa prakonsepsi yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah disebut dengan miskonsepsi. Brown, memandang miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan konsepsi ilmiah. Fowler memandang miskonsepsi sebagai suatu pengertian yang tidak akurat terhadap konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan konsep-konsep yang tidak benar. Bentuk miskonsepsi dapat berupa kesalahan konsep, hubungan yang tidak benar antar konsep, dan gagasan intuitif atau pandangan yang naif. Miskonsepsi pada siswa yang muncul secara terus menerus dapat mengganggu pembentukan konsepsi ilmiah. Pembelajaran yang tidak memperhatikan miskonsepsi menyebabkan kesulitan belajar dan akhirnya akan bermuara pada rendahnya prestasi belajar mereka. Pandangan tradisional yang menganggap bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa perlu digeser menuju pandangan konstruktivisme yang berasumsi bahwa pengetahuan dibangun dalam diri siswa. Secara khusus diperlukan perubahan pola pikir yang digunakan sebagai landasan pendidikan. Pada umumnya kegiatan belajar mengajar lebih
  • 3. menekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran. Pembelajaran diartikan sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap, atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman atau pelatihan. Pola pikir pembelajaran pun perlu diubah dari sekedar memahami menuju pada penerapan konsep dan prinsip keilmuwan. Dalam pilar-pilar pembelajaran dari UNESCO, selain terjadi learning to know (pembelajaran untuk tahu), juga harus terjadi learning to do (kemampuan untuk berbuat). Pembelajaran terfokus pada siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan mediator. Dalam menjalankan fungsinya sebagai fasilitator dan mediator pembelajaran, pada saat munculnya miskonsepsi, guru menyajikan konflik kognitif sehingga terjadi ketidakseimbangan (disekualibrasi) pada diri siswa. Konflik kognitif yang disajikan guru, diharapkan dapat menyadarkan siswa atas kekeliruan konsepsinya dan pada akhirnya mereka merekonstruksi konsepsinya menuju konsepsi ilmiah. Miskonsepsi yang dialami siswa secara umum bersifat resisten dalam pembelajaran, sedangkan di sisi lain anak-anak memiliki penalaran formal yang berbeda-beda. C. Analisis sumber-sumber miskonsepsi Suparno menjelaskan ada lima faktor yang merupakan penyebab miskonsepsi pada siswa, yaitu : 1) siswa, 2) guru, 3) buku teks, 4) konteks, dan 5) metode mengajar. 1. Siswa Miskonsepsi yang berasal dari siswa dapat dikelompokkan dalam 8 kategori, sebagai berikut:  Prakonsepsi atau konsep awal siswa. Banyak siswa sudah mempunyai konsep awal sebelum mereka mengikuti pelajaran di sekolah. Prakonsepsi sering bersifat miskonsepsi karena penalaran seseorang terhadap suatu fenomena berbeda-beda  Pemikiran asosiatif yaitu jenis pemikiran yang mengasosiasikan atau menganggap suatu konsep selalu sama dengan konsep yang lain. Asosiasi
  • 4. siswa terhadap istilah yang ditemukan dalam pembelajaran dan kehidupan sehari-hari sering menimbulkan salah penafsiran.  Pemikiran humanistik yaitu memandang semua benda dari pandangan manusiawi. Tingkah laku benda dipahami sebagai tingkah laku makhluk hidup, sehingga tidak cocok.  Reasoning atau penalaran yang tidak lengkap atau salah. Alasan yang tidak lengkap diperoleh dari informasi yang tidak lengkap pula. Akibatnya siswa akan menarik kesimpulan yang salah dan menimbulkan miskonsepsi.  Intuisi yang salah, yaitu suatu perasaan dalam diri seseorang yang secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasannya tentang sesuatu tanpa penelitian secara obyektif dan rasional. Pola pikir intuitif sering dikenal dengan pola pikir yang spontan.  Tahap perkembangan kognitif siswa. Secara umum, siswa yang dalam proses perkembangan kognitif akan sulit memahami konsep yang abstrak. Dalam hal ini, siswa baru belajar pada hal-hal yang konkrit yang dapat dilihat dengan indera.  Kemampuan siswa. Siswa yang kurang mampu dalam mempelajari fisika akan menemukan kesulitan dalam memahami konsep-konsep yang diajarkan. Secara umum, siswa yang tingkat matematika-logisnya tinggi akan mengalami kesulitan memahami konsep fisika, terlebih konsep yang abstrak.  Minat belajar. Siswa yang memiliki minat belajar fisika yang besar akan sedikit mengalami miskonsepsi dibandingkan siswa yang tidak berminat. 2. Guru Guru yang tidak menguasai bahan atau tidak memahami konsep fisika dengan benar juga merupakan salah satu penyebab miskonsepsi siswa. Guru terkadang menyampaikan konsep fisika yang kompleks secara sederhana dengan tujuan untuk mempermudah pemahaman siswa. Kadang-kadang guru mengutamakan penyampaian rumusan matematis sedangkan penyampaian konsep fisisnya dikesampingkan. Pola pengajaran guru masih
  • 5. terpaku pada papan tulis, jarang melakukan eksperimen dan penyampaian masalah yang menantang proses berpikir siswa. Miskonsepsi siswa akan semakin kuat apabila guru bersikap otoriter dan menerapkan metode ceramah dalam mengajar. Hal ini mengakibatkan interaksi yang terjadi hanya satu arah, sehingga semakin besar peluang miskonsepsi guru ditransfer langsung pada siswa. Penyampaian informasi yang kurang jelas dan kurang lengkap yang diterima oleh siswa dalam proses belajar juga diduga sebagai penyebab terjadinya miskonsepsi. 3. Buku Teks Buku teks yang dapat mengakibatkan munculnya miskonsepsi siswa adalah buku teks yang bahasanya sulit dimengerti dan penjelasannya tidak benar. Buku teks yang terlalu sulit bagi level siswa yang sedang belajar dapat menumbuhkan miskonsepsi karena mereka sulit menangkap isinya. 4. Konteks Konteks yang dimaksud di sini adalah pengalaman, bahasa sehari-hari, teman, serta keyakinan dan ajaran agama. Bahasa sebagai sumber prakonsepsi pertama sangat potensial mempengaruhi miskonsepsi, karena bahasa mengandung banyak penafsiran. 5. Metode Mengajar Metode mengajar guru yang tidak sesuai dengan konsep yang dipelajari akan dapat menimbulkan miskonsepsi. Guru yang hanya menggunakan satu metode pembelajaran untuk semua konsep akan memperbesar peluang siswa terjangkit miskonsepsi. Metode ceramah yang tidak memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan juga untuk mengungkapkan gagasannya sering kali meneruskan dan memupuk miskonsepsi. Penggunaan analogi yang tidak tepat juga merupakan salah satu penyebab timbulnya miskonsepsi. Metode praktikum yang sangat membantu dalam proses pemahaman, juga dapat menimbulkan miskonsepsi karena siswa hanya dapat menangkap konsep dari data-data yang diperoleh selama praktikum. Metode diskusi juga dapat berperan dalam menciptakan
  • 6. miskonsepsi. Bila dalam diskusi semua siswa mengalami miskonsepsi, maka miskonsepsi mereka semakin diperkuat. Bahkan pemilihan strategi pengajaran yang kurang tepat, misalnya penggunaan analogi yang kurang tepat, dapat juga mengganggu proses berpikir siswa dan mendapat kesulitan dalam memahami konsep-konsep fisika yang dipelajari. Miskonsepsi merupakan bagian dari pengetahuan yang dimiliki siswa dan bertentangan dengan pelajaran berikutnya, sedemikian sehingga informasi yang baru tidak bisa terintegrasi sewajarnya dan pemahaman siswa kurang serta miskonsepsi terhadap konsep baru tak bisa diabaikan. Pengetahuan siswa yang miskonsepsi mendorong guru untuk menemukan pertanyaan dan permasalahan yang bisa menciptakan ketidakpuasan ke dalam diri siswa terhadap pandangan yang mereka miliki. Dengan demikian akan memunculkan pengenalan gagasan ke arah situasi yang berlawanan. Ini mampu memodifikasi siswa ke arah pandangan yang baru, yang akhirnya menuju ke perubahan konseptual dan pemahaman konseptual. Miskonsepsi terbentuk secara alami dan tidak terelakkan bagian dari proses belajar. Miskonsepsi sering di bawa siswa dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi. Miskonsepsi bisa berasal dari hasil pengajaran guru yang hanya mengulangi buku catatan dan tidak mengadakan percobaan dengan kuantitas pengamatan. Analisis sumber-sumber miskonsepsi di SMA Negeri 1 Tinggimoncong: 1. Perangkat pembelajaran Penyusunan perangkat pembelajaran untuk mata pelajaran fisika dan matematika yang tidak sejalan, dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada siswa. Dimana untuk materi vektor. Untuk menentukan posisi dari fungsi kecepatan, ditentukan dengan mengintegralkan fungsi kecepatan tersebut. Pada materi fisika kelas XI ini sudah dipelajari tentang pengintegralan sedangkan untuk materi matematika tentang pengintegralan nanti akan diajarkan pada kelas XII. Berdasarkan hal tersebut, guru fisika harus mengajarkan terlebih dahulu
  • 7. mengenai pengintegralan sebelum masuk pada materi vektor. Hal ini menyebabkan jadwal yang telah disusun pada perangkat pembelajaran akan rancuh. Selain itu, terkadang pula perangkat pembelajaran (RPP) yang telah disusun itu tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi dilapangan. Misalnya saja kita telah mengalokasikan waktu untuk kegiatan awal 5 menit, kegiatan inti 35 menit dan kegiatan penutup 5 menit. Karena terjadinya kegaduhan didalam kelas maka merubah apa yang telah kita susun sebelumnya. 2. Siswa Miskonsepsi dapat terjadi pada siswa, diakibatkan karena konsep dasar atau konsep awal yang didapatkannya pada jenjang pendidikan sebelumnya itu memang sudah salah. Pada analisis miskonsepsi di SMA Negeri 1 Tinggimoncong, kami tidak menemukan adanya miskonsepsi untuk materi yang diajarkan pada saat itu. Tapi ketika kami mewawancarai guru yang bersangkutan beliau mengatakan bahwa untuk beberapa materi didapati peserta didik mengalami miskonsepsi. Contoh, mereka mengatakan bahwa berat=massa tapi pada kenyataannya berat merupakan massa yang dipengaruhi oleh gravitasi (N) sedangkan massa merupakan banyaknya zat yang terkandung dalam suatu materi (Kg). 3. Sumber Belajar Jenis-jenis sumber belajar fisika yang digunakan di SMA Negeri 1 Tinggimoncong meliputi  Pemanfaatan internet  Kegiatan eksperimen yang dilakukan di laboratorium.  Berbagai buku/literature/referensi fisika yang telah memenuhi Standar Isi KTSP 2006, 1. Buku teks Bambang Haryadi Ir. Marten Kanginan
  • 8. D. Cara mendeteksi miskonsepsi pada siswa 1. Menurut Katu, untuk mendeteksi miskonsepsi dapat dilakukan sebagai berikut. a. Memberi tes diagnostik pada awal pembelajaran atau pada setiap akhir pembahasan. Bentuknya dapat berupa tes obyektif pilihan ganda atau bentuk lain seperti menggambarkan diagram fisis atau vektoris, grafik, atau penjelasan dengan kata-kata. b. Dengan memberikan tugas-tugas terstruktur misalnya tugas mandiri atau kelompok sebagai tugas akhir pengajaran atau tugas pekerjaan rumah. c. Dengan memberikan pertanyaan terbuka, pertanyaan terbalik (reverse question) atau pertanyaan yang kaya konteks (context-rich problem). d. Dengan mengoreksi langkah-langkah yang digunakan peserta didik dalam menyelesaikan soal-soal esai. e. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka secara lisan kepada peserta didik. f. Dengan mewawancarai misalnya dengan menggunakan kartu pertanyaan 2. Menurut Novak diperlukan cara-cara mengidentifikasi atau mendeteksi salah konsep (miskonsepsi) tersebut yaitu melalui peta konsep, tes essai, interview klinis dan diskusi kelas  Peta Konsep (Concept Maps)
  • 9. Novak mendefinisikan peta konsep sebagai suatu alat skematis untuk merepresentasikan suatu rangkaian konsep yang digambarkan dalam suatu kerangka proposisi. Peta itu mengungkapkan hubunganhubungan yang berarti antara konsep-konsep dan menekankan gagasangagasan pokok. Peta konsep disusun hierarkis, konsep esensial akan berada pada bagian atas peta. Miskonsepsi dapat diidentifikasi dengan melihat hubungan antara dua konsep apakah benar atau tidak. Biasanya miskonsepsi dapat dilihat dalam proposisi yang salah dan tidak adanya hubungan yang lengkap antar konsep. Pearsal menyatakan bahwa dengan peta konsep kita dapat melihat refleksi pengetahuan yang dimiliki siswa. Dengan mencermati kompleksitas peta konsep tersebut kita dapat mendeteksi konsep-konsep mana yang kurang tepat dan sekaligus perubahan konsepnya. Untuk lebih melihat latar belakang susunan peta konsep tersebut ada baiknya peta konsep itu digabung dengan interview klinis. Dalam interview itu siswa diminta mengungkapkan lebih mendalam gagasan-gagasannya.  Tes Esai Tertulis Guru dapat mempersiapkan suatu tes esai yang memuat beberapa konsep fisika yang memang mau diajarkan atau yang sudah diajarkan. Dari tes tersebut dapat diketahui salah pengertian yang dibawa siswa dan salah pengertian dalam bidang apa. Setelah ditemukan salah pengertiannya, beberapa siswa dapat diwawancarai untuk lebih mendalami mengapa mereka punya gagasan seperti itu. Dari wawancara itulah akan kentara dari mana salah pengertian itu dibawa  Interview klink,Interview klinis dilakukan untuk melihat miskonsepsi pada siswa. Guru memilih beberapa konsep fisika yang diperkirakan sulit dimengerti siswa, atau beberapa konsep fisika yang essensial dari bahan yang mau diajarkan. Kemudian, siswa diajak untuk mengekspresikan gagasan mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat dimengerti latar belakang munculnya miskonsepsi yang
  • 10. ada dan sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh miskonsepsi tersebut.  Diskusi dalam Kelas Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang mau diajarkan. Dari diskusi di kelas itu dapat dideteksi juga apakah gagasan/ide mereka tepat atau tidak. Dari diskusi tersebut, guru atau seorang peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa. 3. Hal yang dilakukan oleh guru SMA Negeri 1 Tinggimoncong dalam mendeteksi miskonsepsi terhadap peserta didik yaitu memberikan tes awal berupa tes lisan mengenai dasar-dasar materi yang akan dipelajari, dari jawaban tersebutlah sehingga dapat diketahui apakah siswa tersebut salah konsep dalam memahami materi tersebut atau tidak. Sama halnya ketika dilakukan supervisi oleh pengawas kepada guru. Dari situlah diketahui apakah guru tersebut salah konsep dalam memberikan materi pada peserta didik.