SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
MAKALAH EMBRIOLOGI MANUSIA
“SISTEM PERNAFASAN”
Oleh :
Kelompok 4
1. Annisa Namirah Nasution (1920332006)
2. Eka Darmayantii Putri Siregar (1920332009)
3. Ryskina Fatimah Siregar (1920332008)
4. Salma Afriliza (1920332015)
Dosen : Dr. dr. Joserizal Serudji, SpOG(K)
PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN
PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Sistem Pernafasan“ ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini diajukan untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Embriologi
Manusia.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini
baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh kata sempurna, baik dari segi kalimat,
isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen
mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Padang, November 2020
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3. Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
2.1. Sistem Pernafasan ............................................................................................................... 3
2.2. Perkembangan Laring ......................................................................................................... 4
2.3. Perkembangan Trakea.......................................................................................................... 6
2.4. Perkembangan Bronkus Dan Paru........................................................................................ 7
2.5. Pematangan Paru.................................................................................................................. 9
2.6. Fetal Breathing Movement................................................................................................. 14
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 17
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Hubungan Divertikulum Respiratorium (Tunas Paru) dengan Jantung, Lambung
dan Hati ................................................................................................................... 3
Gambar 2. 2. Tahap Perkembangan Divertikulum Respiratorium ................................................. 4
Gambar 2. 3. Tahapan Perkembangan Aditus Laringis dan Penebalan Disekitarnya ................... 5
Gambar 2. 4. Perkembangan Trakea............................................................................................... 7
Gambar 2. 5 Perkembangan Bronkus Minggu 5............................................................................. 8
Gambar 2. 6 Perluasan Tunas Paru ke Dalam Kanalis Perikardioperitonealis............................... 8
Gambar 2. 7 Perkembangan Histologik dan Fungsional Paru ...................................................... 11
Gambar 2. 8 Tahap Maturasi Paru ................................................................................................ 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem pernapasan adalah pertumbuhan keluar dari dinding ventral usus depan
dan epitel laring, trakea, bronkus dan alveolus yang berasal dari endoderm. Paru-paru
berkembang foregut sebelah depan yang terletak ventral terhadap esofagus. Mula-mula disebelah
kaudal foregut akan timbul sekat pemisah yang membagi dua usus sederhana tersebut. Sekat ini
disebut septum oesophagotracheale dan salurannya disebut divertikulum tracheobrochiole yang
akan menjadi tunas paru-paru. Dindidng kaudal dari lantai ventral akan mengeadakan evaginasi
memmbentuk saluran yang dengan faring yang akan menghubungkan dengan suatu celah yang
disebut dengan glotis.
Dibagian kaudal glotis, saluran pernafasan membentuk suatu rongga yang disebut
laring. Dibagian kaudal dari laring akan dibentuk trakea. Ujung trakea akan bercabang
membentuk bronkus. Tunas paru-paru akan kanan akan bercabang menjadi tiga bagian yang
menunjukkan bahwa paru kanan akan menjadi tiga lobus dengan tiga bronkus, sedanngkan tunas
paru kiri akan bercabang menjadi dua yang menunjukkan bahwa paru kiri akan menjadi dua
lobus dengan dua bronkus. Selanjutnya bronkus-bronkus itu akan bercabang-cabang secara
dikotom membentuk brochioles dan samai akhirnya membentuk alveolus. Pleura parientalis
(selaput yang melapisi paru sebelah luar) akan dibentuk dari mesoderm dari mesoderm
parientalis dan pleura vieralis (selaput yang melapisi permukaan paru) akan dibentuk dari
mesoderm sekitarnya.
2
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari makalah ini adalah
1. Bagaimana proses perkembangan sistem pernafasan?
2. Bagaimana perkembangan laring?
3. Bagaiamana proses perkembangan trakea?
4. Bagaimana proses perkembangan bronkus dan paru?
5. Bagaimana proses pematangan paru?
6. Bagaimana dengan fetal birthing movement?
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses perkembangan sistem pernafasan
mulai dari perkembangan laring sampai dengan pematangan paru dan fetal birthing movement.
3
Gambar 2. 1. Hubungan Divertikulum Respiratorium (Tunas Paru) dengan
Jantung, Lambung dan Hati
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sistem Pernafasan
Saat mudigah berusia sekitar 4 minggu, dinding ventral usus depan mengalami
pertumbuhan keluar sehingga membentuk divertikulum respiratorium (tunas paru). Terbentuknya
tunas paru ini bergantung pada peningkatan asam retinoat (RA) yang dihasilkan oleh bagian
sekitar dari mesoderm. Peningkatan RA ini menyebabkan bertambahnya faktor transkripsi TBX4
yang diekspresikan di dalam endoderm tabung usus divertikulum respiratorium. TBX4 akan
menginduksi pembentukan tunas paru serta pertumbuhan dan diferensiasi paru selanjutnya. Oleh
sebab itu, epitel yang melapisi bagian dalam laring, trakea dan bronkus serta paru, seluruhnya
berasal dari endoderm. Komponen kartilago, otot dan jaringan ikat trakea dan paru berasal dari
mesoderm splanknik yang mengelilingi usus depan.
Mulanya, tunas paru akan berhubungan langsung dengan usus depan. Namun, sewaktu
divertikulum yang meluas ke kaudal akan terbentuk dua bubungan longitudinal yaaitu
tracheoesophageal ridge yang memisahkannya dengan usus depan. Selanjutnya, saat bubungan-
4
Gambar 2. 2. Tahap Perkembangan Divertikulum Respiratorium
bubungan ini menyatu untuk membentuk septum trakeoesofageale, usus depan terbagi menjadi
bagian dorsal yaitu esophagus dan bagian ventral yaitu trakea dan tunas paru. Kemudian,
terdapat primordium respiratorium yang mempertahankan hubungannya dengan faring melalui
aditus laringis.
2.2. Perkembangan Laring
Lapisan bagian dalam laring berasal dari endoderm, sedangkan kartilago dan otot-ototnya
berasal dari mesenkim arkus faring keempat dan keenam. Sebagai hasil dari proliferasi cepat
5
Gambar 2. 3. Tahapan Perkembangan Aditus Laringis dan Penebalan
Disekitarnya
mesenkim ini, penampakan aditus laringis berubah dari celah sagital menjadi lubang berbentuk
T. Selanjutnya, ketika mesenkim dari kedua arkus berubah menjadi kartilago tiroidea,
krikoidea,dan aritenoidea, bentuk khas aditus laringis dewasa telah dapat dikenali.
Pada saat kartilago terbentuk, epitel laring juga berproliferasi cepat sehingga menimbulkan
penutupan lumen sementara. Selanjutnya, vakuolisasi dan rekanalisasi menghasilkan sepasang
resesus (cekungan) lateral yaitu ventrikulus laringis. Resesus (cekungan) ini dibatasi lipatan-
lipatan jaringan yang berdiferensiasi menjadi pita suara sejati dan palsu. Karena otot-otot laring
berasal dari mesenkim arkus faring keempat dan keenam maka seluruh otot laring disarafi oleh
cabang-cabang saraf kranial kesepuluh yaitu nervus vagus (nervus vagus merupakan nervus
laringeus superior yang mensarafi turunan-turunan arkus dari faring keempat dan nervus
laringeus rekurens mensarafi turunan-turunan arkus dari faring keenam).
6
2.3. Perkembangan Trakea
Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung tulang rawan yang menghubungkan laring ke
bronkus paru - paru yang memungkinkan jalannya udara. Trakea memanjang dari laring dan
bercabang menjadi dua bronkus primer . Di bagian atas trakea, tulang rawan krikoid menempel
pada laring. Trakea dibentuk oleh sejumlah cincin berbentuk tapal kuda yang disatukan secara
vertikal oleh ligamen di atas substansinya dan oleh otot trakea di ujungnya. Epiglotis menutup
bukan ke laring saat menelan.
Pada usia 4 minggu kehamilan, mulai terbentuknya divertikulum respiratorium (lung bund)
sebagi tonjolan dari dinding ventral foregut(usus depan) di perbatasan faring dan esofagus
membentuk bubungan trakeoesofagus. Bubungan trakeoesofagus memanjang dan memisahkan
diri dari usus depan yang kemudian tumbuh sebagai trakea yang terletak di ventral esofagus.
Endoderm yang berasal dari usus depan akan membentuk epitel trakea, sedangkan tulang rawan,
jaringan ikat dan otot berasal dari sekitar mesenkim. Sementara trakea memanjang, pada ujung
dari trakea akan bercabang dua menggelembung menjadi tunas paru. Mesoderm akan
menginduksi tunas paru untuk terus tumbuh dan membentuk percabangan bronkus dan
bronkiolus.
7
Gambar 2. 4. Perkembangan Trakea
2.4. Perkembangan Bronkus Dan Paru
Selama pemisahannya dari usus depan, tunas paru membentuk trakea dan dua kantong luar
lateral (tunas bronkus). Di awal minggu kelima, setiap tunas ini membesar membentuk bronkus
utama kanan dan kiri. Bronkus utama sebelah kanan lebih besar dari pada yang sebelah kiri dan
lebih berorientasi pada trakea. Bronkus utama sebelah kiri, terletak lebih melintang daripada
bronkus utama sebelah kanan. Bronkus utama akan mengisyaratkan adanya tiga lobus di paru
bagian kanan dan dua lobus di bagian kiri. Bronkus utama sebelah kanan yang membentuk tiga
lobus bronkus sekunder yaitu atas, tengah dan bawah . Ketiga lobus sekunder dari bronkus utama
sebelah kanan akan mensuplai dari paru kanan. Sedangkan bronkus utama sebelah kiri
membentuk dua lobus bronkus sekunder yaitu atas (superior) dan bawah (inferior) yang masing-
masing memmasok dari paru-paru kiri. Seiring dengan pertumbuhan ke arah kaudal dan lateral,
8
Gambar 2. 6 Perluasan Tunas Paru ke Dalam Kanalis Perikardioperitonealis
tunas paru akan meluas ke dalam rongga tubuh.
Di dalam paru terdapat pula ruang yang berukuran sempit yaitu kanalis
perikardioperitonealis. Ruang ini terletak di kedua sisi usus depan dan secara bertahap terisi oleh
tunas paru yang terus meluas. Pada akhirnya, lipatan pleuroperitoneum dan pleuroperikardium,
masing-masing memisahkan kanalis perikardioperitonealis dari rongga peritoneum dan rongga
perikardium, dan ruang yang tersisa membentuk rongga pleura primitive. Mesoderm, yang
melapisi bagian luar paru akan berkembang menjadi pleura viseralis. Lapisan mesoderm
somatik, yang melapisi dinding tubuh dari dalam selanjutnya menjadi pleura parietalis. Ruang di
antara pleura parietalis dan viseralis adalah rongga pleura.
Gambar 2. 5 Perkembangan Bronkus
Minggu 5
9
Pada minggu ke tujuh, bronkus sekunder membelah berulang-ulang secara
dikotomi dan mulai terbentuk bronkus segmental (bronkus tersier). Pada setiap lobus bronkus
terbagi menjadi sepuluh bronkus segmental untuk paru kanan dan delapan bronkus segmental
untuk paru kiri. Setiap bronkus segmental dengan massa mesenkim di sekitarnya membentuk
segmen bronkopulmonalis paru dewasa. Di akhir bulan keenam, telah terbentuk sekitar 17
generasi anak cabang (bronkial). Namun, sebelum percabangan bronkus mencapai bentuk
akhirnya, terbentuk enam hingga tujuh cabang tambahan selama kehidupan pascanatal. Cabang
dari setiap bronkus segmental akan membentuk bagian distal dari anak cabang (bronkial) yang
terdiiri dari bronkiolus, saluran alveolar dan alveoli. Percabangan diatur oleh interaksi epitel
mesenkim antara endoderm tunas paru dan mesoderm splanknik yang mengelilinginya.
Pembentukan sinyal untuk membentuk cabang yang keluar dari mesoderm. Selagi semua anak
cabang (bronkial) baru ini mulai terbentuk dan percabangan bronkus sedang berkembang, paru
terletak semakin ke kaudal.
2.5. Pematangan Paru
Hingga bulan ketujuh pranatal, bronkiolus membelah berulang-ulang menjadi saluran-
saluran yang semakin banyak dan semakin kecil (fase kanalikular) dan suplai vaskular semakin
bertambah banyak. Bronkiolus terminalis membelah membentuk bronkiolus respiratorius dan
setiap bronkiolus ini membelah menjadi tiga hingga enam duktus alveolaris. Duktus berakhir di
sakus terminalis (alveolus primitif) yang dikelilingi oleh sel-sel alveolus gepeng yang berkontak
erat dengan kapiler di sekitarnya. Pada akhir bulan ketujuh, terdapat sakulus alveolaris matur dan
kapiler dalam jumlah yang cukup untuk menjamin pertukaran gas yang adekuat, dan bayi yang
dilahirkan prematur mampu bertahan hidup. Selama 2 bulan terakhir kehidupan pranatal dan
selama beberapa tahun sesudahnya, jumlah sakus terminalis terus bertambah.
10
Selain itu, sel-sel yang melapisi sakus dikenal sebagai sel epitel alveolus tipe I yang
menjadi lebih gepeng sehingga kapiler di sekitarnya menonjol ke dalam sakulus alveolaris.
Kontak erat antara sel endotel dan epitel ini membentuk sawar darah-udara. Alveolus matur tidak
terdapat sebelum lahir. Selain sel-sel endotel dan sel epitel alveolus gepeng, tipe sel lainnya
berkembang di akhir bulan keenam. Sel-sel ini, sel epitel alveolus tipe II menghasilkan surfaktan
yaitu suatu cairan kaya fosfolipid yang mampu menurunkan tegangan permukaan di pertemuan
udara alveolus. Sebelum lahir, paru dipenuhi oleh cairan yang mengandung klorida
berkonsentrasi tinggi, sedikit protein, sejumlah mukus dari kelenjar bronkus, dan surfaktan dari
sel epitel alveolus (tipe II). Jumlah surfaktan di dalam cairan bertambah, terutama selama 2
minggu terakhir sebelum lahir.
Seiring peningkatan konsentrasi surfaktan selama minggu ke-34 kehamilan, beberapa
fosfolipid ini masuk ke cairan amnion dan bekerja pada makrofag di dalam rongga amnion. Saat
"teraktivasi" bukti menunjukkan bahwa makrofag-makrofag ini bermi-grasi melewati korion ke
dalam uterus tempat makrofag ini mulai memproduksi protein sistem imun, termasuk
interleukin-1β (1L-1β). Peningkatan protein-protein ini menghasilkan peningkatan produksi
prostaglanding yang menyebabkan kontraksi uterus. Oleh sebab itu, kemungkinan ter-dapat
sinyaldari janin yang ikut berperan dalam menggerakan bernapas janin dimulai sebelum lahir dan
menyebabkan aspirasi cairan amnion. Gerakan ini penting untuk merangsang perkembangan
parudan mengondisikan otot-otot pernapasan.
Sewaktu pernapasan dimulai saat lahir, sebagian besar cairan paru secara cepat diserap
oleh kapiler darah dan limfe, dan sebagian kecil kemungkinan dikeluarkan melalui trakea dan
bronkus selama persalinan. Ketika cairan diserap dari sakulus alveolaris, surfaktan tetap
mengendap sebagai selubung fosfolipid tipis di membran sel alveolus. Seiring dengan udara
11
masuk ke dalam alveolus saat bernapas pertama kali, selubung surfaktan mencegah terbentuknya
pertemuan udara air (darah) dengan tegangan permukaan yang tinggi. Tanpa lapisan surfaktan
yang mengandung lemak ini, alveolus akan kolaps selama ekspirasi (atelektasis). Gerakan napas
sesudah lahir membawa udara ke dalam paru, yang mengembangkan dan mengisi rongga pleura.
Walaupun ukuran alveolus agak bertambah besar, pertumbuhan paru sesudah lahir disebabkan
terutama oleh peningkatan jumlah bronkiolus respiratorius dan alveolus.
Diperkirakan bahwa hanya seperenam dari jumlah alveolus pada orang dewasa yang
terdapat pada saat lahir. Sisa alveolus terbentuk selama 10 tahun pertama kehidupan pascanatal
melalui pembentukan alveolus primitif barn secara terus menerus.
Gambar 2. 7 Perkembangan Histologik dan Fungsional Paru
12
Pematangan paru-paru dibagi menjadi empat tahap/periode, tahap
pseudoglandular, tahap kanalikuli, tahap kantung terminal, dan tahap alveolar.
1. Tahap / periode pseudoglandular (5–16 minggu):
Selama periode ini, penampilan secara histologis dari paru-paru menyerupai kelenjar
eksokrin yang sedang berkembang. Pembagian bronkus dijangkau hingga terminal
bronkiolus (yaitu, semua elemen utama paru-paru adalah terbentuk), tetapi elemen
pernapasan (misalnya, pernapasan bronkiolus dan alveoli) yang terlibat dalam
respirasi tidak terbentuk. Makanya janin lahir selama periode ini tidak dapat bertahan.
2. Tahap kanalikular (16-26 minggu):
Selama ini tahap, lumens bronkiolus terminal melebar dan ada subdivisi lebih lanjut
dari bronkiolus terminal menjadi bronkiolus pernapasan. Pernafasan bronkiolus
membelah menjadi saluran alveolar. Beberapa kantung terminal (alveoli primitif) juga
dapat terbentuk di ujung bronkiolus pernapasan. Janin lahir menjelang akhir periode
ini dapat bertahan jika diberikan perawatan intensif. Hal utama yang terjadi pada
tahap ini adalah bahwa jaringan paru-paru tervaskularisasi dengan baik.
3. Tahap kantung terminal (26 minggu sampai lahir):
Selama periode ini, sejumlah besar kantung terminal (alveoli primitif) berkembang.
Kapiler juga berkembang biak dan membentuk pleksus di sekitar kantung terminal.
Dinding (epitel) kantung terminal menjadi sangat tipis dan kapiler membengkak ke
dalam kantung-kantung ini. Itu kontak intim antara sel epitel dan endotel membentuk
sawar darah-udara memungkinkan pertukaran gas yang memadai untuk kelangsungan
hidup janin jika lahir prematur. Kantung terminal adalah terutama dilapisi oleh sel
skuamosa endodermal yang disebut tipe I sel epitel alveolar (tipe I pneumosit) di
13
Gambar 2. 8 Tahap Maturasi Paru
mana pertukaran gas terjadi. Tersebar di antara sel epitel skuamosa (pneumosit tipe I),
beberapa sel epitel alveolar tipe II bulat (pneumosit tipe II) juga menyajikan.
Pneumosit tipe II mengeluarkan surfaktan dan jumlahnya secara bertahap meningkat
jangka penuh. Ada juga peningkatan jumlahnya kapiler limfatik.
4. Stadium alveolar (8 bulan sampai 8 tahun):
Dalam hal ini tahap, kantung terminal dan bronkiolus pernapasan membagi dan
membentuk saluran alveolar; pada akhir saluran alveolar, alveoli definitif (benar) adalah
terbentuk. Pembentukan alveoli yang matang (benar) berlanjut bahkan setelah lahir sampai usia
sekitar 8 tahun. Alveoli sejati yang terbentuk memiliki sangat banyak dinding tipis dan dilapisi
oleh pneumosit tipe I dan tipe II. Pneumosit tipe II menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang
cukup untuk bertahan hidup. Kapiler juga berkembang biak dan menyebabkan vaskularisasi pada
alveoli yang baru terbentuk. Sejumlah alveoli mencapai tingkat dewasa pada tahun kedelapan
.
14
2.6. Fetal Breathing Movement
Ultrasonografi waktu nyata telah mengungkapkan janin itu gerakan pernapasan (FBM)
dimulai sebelum lahir. Mereka terjadi sesekali dan mengerahkan kekuatan yang cukup untuk
menyebabkannya aspirasi cairan ketuban di paru-paru. FBM adalah penting untuk perkembangan
dan peningkatan paru-paru normal sebagai pendekatan waktu pengiriman. Saat lahir, paru-paru
kira-kira setengah terisi cairan, yang berasal dari cairan ketuban dan kelenjar trakea. Aerasi paru-
paru saat lahir dengan cepat menggantikan cairan intraalveolar oleh udara. Cairan dari paru-paru
ini dibersihkan dengan mengikuti tiga rute:
1. Melalui mulut dan hidung dengan tekanan pada dinding toraks janin selama persalinan
pervaginam
2. Melalui arteri pulmonalis, vena, dan kapiler
3. Melalui limfatik.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem pernapasan adalah pertumbuhan keluar dari dinding ventral usus depan, dan epitel
laring, trakea, bronkus dan alveolus berasal dari endoderm. Komponen kartilago, otot, dan
jaringan ikat berasal dari mesoderm. Pada minggu keempat perkembangan, septum
trakeoesofageale memisahkan trakea dari usus depan, membelah usus depan menjadi tunas paru
di bagman anterior dan esofagus di bagian posterior. Kontak di antara keduanya dipertahankan
melalui laring, yang dibentuk oleh jaringan dari arkus faring keempat dan keenam. Tunas paru
berkembang menjadi dua bronkus utama: bronkus kanan membentuk tiga bronkus sekunder dan
tiga lobus; bronkus kiri membentuk dua bronkus sekunder dan dua lobus.
Sesudah fase pseudoglandular (minggu ke-5 hingga ke-16) dan kanalikular (minggu ke-16
hingga ke-26), sel-sel kuboid yang melapisi bronkiolus respiratorius berubah menjadi sel
gepengyang tipis, sel epitel alveolus tipe I, yang berkontak erat dengan kapiler darah dan limfe.
Pada bulan ketujuh, telah dapat terjadi pertukaran gas antara darah dan udara di dalam alveolus
primitif. Sebelum lahir, paru terisi oleh cairan dengan sedikit protein, sejumlah mukus, dan
surfaktan, yang dihasilkan oleh sel epitel alveolus tipe II dan yang membentuk selubung
fosfolipid di membran alveolus.
Di awal pernapasan, cairan paru diserap kecuali untuk selubung surfaktan, yang mencegah
kolapsnya alveolus selama ekspirasi dengan menurunkan tegangan permukaan di pertemuan
udara-kapiler darah. Tidak adanya atau tidak cukupnya surfaktan pada bayi prematur
menyebabkan respiratory distress syndrome (RDS) akibat kolapsnya alveolus primitif (penyakit
membran hialin). Pertumbuhan paru sesudah lahir terutama disebabkan oleh penambahan jumlah
16
bronkiolus respiratorius dan alveolus dan bukan karena penambahan ukuran alveolus. Alveolus
yang baru akan terbentuk selama 10 tahun pertama kehidupan pascanatal.
17
DAFTAR PUSTAKA
Sadler, T.W. 2012. Langman’s Medical Embriology. Ed.12. China: Lippincott Williams &
Wilkins, a Wolters Kluwer Business.
Singh, Vishram. 2012. Textbook of Clinical Embriology. New Delhi: Elsevier.

More Related Content

Similar to Makalah MK Embriologi Manusia Sistem Pernafasan.pdf

Buku ajar siswa 01
Buku ajar siswa 01Buku ajar siswa 01
Buku ajar siswa 01Sutikah Tika
 
Tugas 4 tik afifah nurul
Tugas 4 tik afifah nurulTugas 4 tik afifah nurul
Tugas 4 tik afifah nurulPipaaah
 
Tugas 4 tik afifah nurul
Tugas 4 tik afifah nurulTugas 4 tik afifah nurul
Tugas 4 tik afifah nurulPipaaah
 
Sistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi ManusiaSistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi Manusiazia mujahidah
 
Sistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi ManusiaSistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi Manusiazia mujahidah
 
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docxKel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docxMutmainnaInna16
 
karil_27_(teratologi).pdf-karil_27_(teratologi).pdf
karil_27_(teratologi).pdf-karil_27_(teratologi).pdfkaril_27_(teratologi).pdf-karil_27_(teratologi).pdf
karil_27_(teratologi).pdf-karil_27_(teratologi).pdfAgathaHaselvin
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervical
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervicalPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervical
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervicalVertilia Desy
 

Similar to Makalah MK Embriologi Manusia Sistem Pernafasan.pdf (20)

Makalah sistem pernapasan 7
Makalah sistem pernapasan 7Makalah sistem pernapasan 7
Makalah sistem pernapasan 7
 
Makalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasanMakalah sistem pernapasan
Makalah sistem pernapasan
 
Buku ajar siswa 01
Buku ajar siswa 01Buku ajar siswa 01
Buku ajar siswa 01
 
Tumbuh kembang fetus.docx01
Tumbuh kembang fetus.docx01Tumbuh kembang fetus.docx01
Tumbuh kembang fetus.docx01
 
Tumbuh kembang fetus.docx01
Tumbuh kembang fetus.docx01Tumbuh kembang fetus.docx01
Tumbuh kembang fetus.docx01
 
Tumbuh kembang fetus.docx01
Tumbuh kembang fetus.docx01Tumbuh kembang fetus.docx01
Tumbuh kembang fetus.docx01
 
Tugas 4 tik afifah nurul
Tugas 4 tik afifah nurulTugas 4 tik afifah nurul
Tugas 4 tik afifah nurul
 
Tugas 4 tik afifah nurul
Tugas 4 tik afifah nurulTugas 4 tik afifah nurul
Tugas 4 tik afifah nurul
 
Kanker kandung kemih
Kanker kandung kemihKanker kandung kemih
Kanker kandung kemih
 
Makalah sistem pernapasan 9
Makalah sistem pernapasan 9Makalah sistem pernapasan 9
Makalah sistem pernapasan 9
 
Anatomi pernafasan
Anatomi pernafasanAnatomi pernafasan
Anatomi pernafasan
 
Sistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi ManusiaSistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi Manusia
 
Sistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi ManusiaSistem Reproduksi Manusia
Sistem Reproduksi Manusia
 
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docxKel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
Kel 5 Embriologi Hewan organogenesis.docx
 
karil_27_(teratologi).pdf-karil_27_(teratologi).pdf
karil_27_(teratologi).pdf-karil_27_(teratologi).pdfkaril_27_(teratologi).pdf-karil_27_(teratologi).pdf
karil_27_(teratologi).pdf-karil_27_(teratologi).pdf
 
ERNAWATI.pdf
ERNAWATI.pdfERNAWATI.pdf
ERNAWATI.pdf
 
Proses pertumbuhan embriogenesis.docxtia 03
Proses pertumbuhan embriogenesis.docxtia 03Proses pertumbuhan embriogenesis.docxtia 03
Proses pertumbuhan embriogenesis.docxtia 03
 
Proses pertumbuhan embriogenesis.docxtia 03
Proses pertumbuhan embriogenesis.docxtia 03Proses pertumbuhan embriogenesis.docxtia 03
Proses pertumbuhan embriogenesis.docxtia 03
 
Proses pertumbuhan embriogenesis.docxtia 03
Proses pertumbuhan embriogenesis.docxtia 03Proses pertumbuhan embriogenesis.docxtia 03
Proses pertumbuhan embriogenesis.docxtia 03
 
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervical
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervicalPenatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervical
Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus brakhialgia ec spondiloarthrosis cervical
 

Recently uploaded

Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikassuser1cc42a
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinanDwiNormaR
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesNadrohSitepu1
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdncindyrenatasaleleuba
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptAcephasan2
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosizahira96431
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAcephasan2
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptxNezaPurna
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)AsriSetiawan3
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensissuser1cc42a
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfssuser1cc42a
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxAcephasan2
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIMuhammadAlfiannur2
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUNYhoGa3
 

Recently uploaded (20)

Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutikaPresentasi materi antibiotik kemoterapeutika
Presentasi materi antibiotik kemoterapeutika
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
3. HEACTING LASERASI.ppt pada persalinan
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal DiabetesFARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
FARMAKOLOGI HORMONAL obat hormonal Diabetes
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdnkel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
kel 8 TB PARU.pptxyahahbhbbsnncndncndncndncbdncbdncdn
 
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.pptSISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
SISTEM KONDUKSI / KELISTRIKAN JANTUNG.ppt
 
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosikarbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
karbohidrat dalam bidang ilmu farmakognosi
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.pptAnatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
Anatomi Fisiologi Sistem Muskuloskeletal.ppt
 
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
1 FEB_KEBIJAKAN DAN SITUASI SURV PD3I_AK I CIKARANG.pptx
 
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
one minute preceptor ( pembelajaran dalam satu menit)
 
Presentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensiPresentasi farmakologi materi hipertensi
Presentasi farmakologi materi hipertensi
 
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdfPpt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
Ppt Inflamasi, mekanisme, obat, penyebab, pdf
 
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptxPPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
PPT.Materi-Pembelajaran-genetika.dasarpptx
 
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATIPPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
PPT KAWASAN TANPA ROKOK SESUAI PERATURAN BUPATI
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUNPPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 -  5 TAHUN
PPT KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK DINI 1 - 5 TAHUN
 

Makalah MK Embriologi Manusia Sistem Pernafasan.pdf

  • 1. MAKALAH EMBRIOLOGI MANUSIA “SISTEM PERNAFASAN” Oleh : Kelompok 4 1. Annisa Namirah Nasution (1920332006) 2. Eka Darmayantii Putri Siregar (1920332009) 3. Ryskina Fatimah Siregar (1920332008) 4. Salma Afriliza (1920332015) Dosen : Dr. dr. Joserizal Serudji, SpOG(K) PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2020
  • 2. ii KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Sistem Pernafasan“ ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diajukan untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Embriologi Manusia. Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Kami menyadari isi makalah ini masih jauh kata sempurna, baik dari segi kalimat, isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Padang, November 2020 Penulis
  • 3. iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................... iv BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2 1.3. Tujuan............................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................... 3 2.1. Sistem Pernafasan ............................................................................................................... 3 2.2. Perkembangan Laring ......................................................................................................... 4 2.3. Perkembangan Trakea.......................................................................................................... 6 2.4. Perkembangan Bronkus Dan Paru........................................................................................ 7 2.5. Pematangan Paru.................................................................................................................. 9 2.6. Fetal Breathing Movement................................................................................................. 14 BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 15 3.1. Kesimpulan......................................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 17
  • 4. iv DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1. Hubungan Divertikulum Respiratorium (Tunas Paru) dengan Jantung, Lambung dan Hati ................................................................................................................... 3 Gambar 2. 2. Tahap Perkembangan Divertikulum Respiratorium ................................................. 4 Gambar 2. 3. Tahapan Perkembangan Aditus Laringis dan Penebalan Disekitarnya ................... 5 Gambar 2. 4. Perkembangan Trakea............................................................................................... 7 Gambar 2. 5 Perkembangan Bronkus Minggu 5............................................................................. 8 Gambar 2. 6 Perluasan Tunas Paru ke Dalam Kanalis Perikardioperitonealis............................... 8 Gambar 2. 7 Perkembangan Histologik dan Fungsional Paru ...................................................... 11 Gambar 2. 8 Tahap Maturasi Paru ................................................................................................ 13
  • 5. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pernapasan adalah pertumbuhan keluar dari dinding ventral usus depan dan epitel laring, trakea, bronkus dan alveolus yang berasal dari endoderm. Paru-paru berkembang foregut sebelah depan yang terletak ventral terhadap esofagus. Mula-mula disebelah kaudal foregut akan timbul sekat pemisah yang membagi dua usus sederhana tersebut. Sekat ini disebut septum oesophagotracheale dan salurannya disebut divertikulum tracheobrochiole yang akan menjadi tunas paru-paru. Dindidng kaudal dari lantai ventral akan mengeadakan evaginasi memmbentuk saluran yang dengan faring yang akan menghubungkan dengan suatu celah yang disebut dengan glotis. Dibagian kaudal glotis, saluran pernafasan membentuk suatu rongga yang disebut laring. Dibagian kaudal dari laring akan dibentuk trakea. Ujung trakea akan bercabang membentuk bronkus. Tunas paru-paru akan kanan akan bercabang menjadi tiga bagian yang menunjukkan bahwa paru kanan akan menjadi tiga lobus dengan tiga bronkus, sedanngkan tunas paru kiri akan bercabang menjadi dua yang menunjukkan bahwa paru kiri akan menjadi dua lobus dengan dua bronkus. Selanjutnya bronkus-bronkus itu akan bercabang-cabang secara dikotom membentuk brochioles dan samai akhirnya membentuk alveolus. Pleura parientalis (selaput yang melapisi paru sebelah luar) akan dibentuk dari mesoderm dari mesoderm parientalis dan pleura vieralis (selaput yang melapisi permukaan paru) akan dibentuk dari mesoderm sekitarnya.
  • 6. 2 1.2. Rumusan Masalah Rumusan Masalah dari makalah ini adalah 1. Bagaimana proses perkembangan sistem pernafasan? 2. Bagaimana perkembangan laring? 3. Bagaiamana proses perkembangan trakea? 4. Bagaimana proses perkembangan bronkus dan paru? 5. Bagaimana proses pematangan paru? 6. Bagaimana dengan fetal birthing movement? 1.3. Tujuan Makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses perkembangan sistem pernafasan mulai dari perkembangan laring sampai dengan pematangan paru dan fetal birthing movement.
  • 7. 3 Gambar 2. 1. Hubungan Divertikulum Respiratorium (Tunas Paru) dengan Jantung, Lambung dan Hati BAB II PEMBAHASAN 2.1. Sistem Pernafasan Saat mudigah berusia sekitar 4 minggu, dinding ventral usus depan mengalami pertumbuhan keluar sehingga membentuk divertikulum respiratorium (tunas paru). Terbentuknya tunas paru ini bergantung pada peningkatan asam retinoat (RA) yang dihasilkan oleh bagian sekitar dari mesoderm. Peningkatan RA ini menyebabkan bertambahnya faktor transkripsi TBX4 yang diekspresikan di dalam endoderm tabung usus divertikulum respiratorium. TBX4 akan menginduksi pembentukan tunas paru serta pertumbuhan dan diferensiasi paru selanjutnya. Oleh sebab itu, epitel yang melapisi bagian dalam laring, trakea dan bronkus serta paru, seluruhnya berasal dari endoderm. Komponen kartilago, otot dan jaringan ikat trakea dan paru berasal dari mesoderm splanknik yang mengelilingi usus depan. Mulanya, tunas paru akan berhubungan langsung dengan usus depan. Namun, sewaktu divertikulum yang meluas ke kaudal akan terbentuk dua bubungan longitudinal yaaitu tracheoesophageal ridge yang memisahkannya dengan usus depan. Selanjutnya, saat bubungan-
  • 8. 4 Gambar 2. 2. Tahap Perkembangan Divertikulum Respiratorium bubungan ini menyatu untuk membentuk septum trakeoesofageale, usus depan terbagi menjadi bagian dorsal yaitu esophagus dan bagian ventral yaitu trakea dan tunas paru. Kemudian, terdapat primordium respiratorium yang mempertahankan hubungannya dengan faring melalui aditus laringis. 2.2. Perkembangan Laring Lapisan bagian dalam laring berasal dari endoderm, sedangkan kartilago dan otot-ototnya berasal dari mesenkim arkus faring keempat dan keenam. Sebagai hasil dari proliferasi cepat
  • 9. 5 Gambar 2. 3. Tahapan Perkembangan Aditus Laringis dan Penebalan Disekitarnya mesenkim ini, penampakan aditus laringis berubah dari celah sagital menjadi lubang berbentuk T. Selanjutnya, ketika mesenkim dari kedua arkus berubah menjadi kartilago tiroidea, krikoidea,dan aritenoidea, bentuk khas aditus laringis dewasa telah dapat dikenali. Pada saat kartilago terbentuk, epitel laring juga berproliferasi cepat sehingga menimbulkan penutupan lumen sementara. Selanjutnya, vakuolisasi dan rekanalisasi menghasilkan sepasang resesus (cekungan) lateral yaitu ventrikulus laringis. Resesus (cekungan) ini dibatasi lipatan- lipatan jaringan yang berdiferensiasi menjadi pita suara sejati dan palsu. Karena otot-otot laring berasal dari mesenkim arkus faring keempat dan keenam maka seluruh otot laring disarafi oleh cabang-cabang saraf kranial kesepuluh yaitu nervus vagus (nervus vagus merupakan nervus laringeus superior yang mensarafi turunan-turunan arkus dari faring keempat dan nervus laringeus rekurens mensarafi turunan-turunan arkus dari faring keenam).
  • 10. 6 2.3. Perkembangan Trakea Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung tulang rawan yang menghubungkan laring ke bronkus paru - paru yang memungkinkan jalannya udara. Trakea memanjang dari laring dan bercabang menjadi dua bronkus primer . Di bagian atas trakea, tulang rawan krikoid menempel pada laring. Trakea dibentuk oleh sejumlah cincin berbentuk tapal kuda yang disatukan secara vertikal oleh ligamen di atas substansinya dan oleh otot trakea di ujungnya. Epiglotis menutup bukan ke laring saat menelan. Pada usia 4 minggu kehamilan, mulai terbentuknya divertikulum respiratorium (lung bund) sebagi tonjolan dari dinding ventral foregut(usus depan) di perbatasan faring dan esofagus membentuk bubungan trakeoesofagus. Bubungan trakeoesofagus memanjang dan memisahkan diri dari usus depan yang kemudian tumbuh sebagai trakea yang terletak di ventral esofagus. Endoderm yang berasal dari usus depan akan membentuk epitel trakea, sedangkan tulang rawan, jaringan ikat dan otot berasal dari sekitar mesenkim. Sementara trakea memanjang, pada ujung dari trakea akan bercabang dua menggelembung menjadi tunas paru. Mesoderm akan menginduksi tunas paru untuk terus tumbuh dan membentuk percabangan bronkus dan bronkiolus.
  • 11. 7 Gambar 2. 4. Perkembangan Trakea 2.4. Perkembangan Bronkus Dan Paru Selama pemisahannya dari usus depan, tunas paru membentuk trakea dan dua kantong luar lateral (tunas bronkus). Di awal minggu kelima, setiap tunas ini membesar membentuk bronkus utama kanan dan kiri. Bronkus utama sebelah kanan lebih besar dari pada yang sebelah kiri dan lebih berorientasi pada trakea. Bronkus utama sebelah kiri, terletak lebih melintang daripada bronkus utama sebelah kanan. Bronkus utama akan mengisyaratkan adanya tiga lobus di paru bagian kanan dan dua lobus di bagian kiri. Bronkus utama sebelah kanan yang membentuk tiga lobus bronkus sekunder yaitu atas, tengah dan bawah . Ketiga lobus sekunder dari bronkus utama sebelah kanan akan mensuplai dari paru kanan. Sedangkan bronkus utama sebelah kiri membentuk dua lobus bronkus sekunder yaitu atas (superior) dan bawah (inferior) yang masing- masing memmasok dari paru-paru kiri. Seiring dengan pertumbuhan ke arah kaudal dan lateral,
  • 12. 8 Gambar 2. 6 Perluasan Tunas Paru ke Dalam Kanalis Perikardioperitonealis tunas paru akan meluas ke dalam rongga tubuh. Di dalam paru terdapat pula ruang yang berukuran sempit yaitu kanalis perikardioperitonealis. Ruang ini terletak di kedua sisi usus depan dan secara bertahap terisi oleh tunas paru yang terus meluas. Pada akhirnya, lipatan pleuroperitoneum dan pleuroperikardium, masing-masing memisahkan kanalis perikardioperitonealis dari rongga peritoneum dan rongga perikardium, dan ruang yang tersisa membentuk rongga pleura primitive. Mesoderm, yang melapisi bagian luar paru akan berkembang menjadi pleura viseralis. Lapisan mesoderm somatik, yang melapisi dinding tubuh dari dalam selanjutnya menjadi pleura parietalis. Ruang di antara pleura parietalis dan viseralis adalah rongga pleura. Gambar 2. 5 Perkembangan Bronkus Minggu 5
  • 13. 9 Pada minggu ke tujuh, bronkus sekunder membelah berulang-ulang secara dikotomi dan mulai terbentuk bronkus segmental (bronkus tersier). Pada setiap lobus bronkus terbagi menjadi sepuluh bronkus segmental untuk paru kanan dan delapan bronkus segmental untuk paru kiri. Setiap bronkus segmental dengan massa mesenkim di sekitarnya membentuk segmen bronkopulmonalis paru dewasa. Di akhir bulan keenam, telah terbentuk sekitar 17 generasi anak cabang (bronkial). Namun, sebelum percabangan bronkus mencapai bentuk akhirnya, terbentuk enam hingga tujuh cabang tambahan selama kehidupan pascanatal. Cabang dari setiap bronkus segmental akan membentuk bagian distal dari anak cabang (bronkial) yang terdiiri dari bronkiolus, saluran alveolar dan alveoli. Percabangan diatur oleh interaksi epitel mesenkim antara endoderm tunas paru dan mesoderm splanknik yang mengelilinginya. Pembentukan sinyal untuk membentuk cabang yang keluar dari mesoderm. Selagi semua anak cabang (bronkial) baru ini mulai terbentuk dan percabangan bronkus sedang berkembang, paru terletak semakin ke kaudal. 2.5. Pematangan Paru Hingga bulan ketujuh pranatal, bronkiolus membelah berulang-ulang menjadi saluran- saluran yang semakin banyak dan semakin kecil (fase kanalikular) dan suplai vaskular semakin bertambah banyak. Bronkiolus terminalis membelah membentuk bronkiolus respiratorius dan setiap bronkiolus ini membelah menjadi tiga hingga enam duktus alveolaris. Duktus berakhir di sakus terminalis (alveolus primitif) yang dikelilingi oleh sel-sel alveolus gepeng yang berkontak erat dengan kapiler di sekitarnya. Pada akhir bulan ketujuh, terdapat sakulus alveolaris matur dan kapiler dalam jumlah yang cukup untuk menjamin pertukaran gas yang adekuat, dan bayi yang dilahirkan prematur mampu bertahan hidup. Selama 2 bulan terakhir kehidupan pranatal dan selama beberapa tahun sesudahnya, jumlah sakus terminalis terus bertambah.
  • 14. 10 Selain itu, sel-sel yang melapisi sakus dikenal sebagai sel epitel alveolus tipe I yang menjadi lebih gepeng sehingga kapiler di sekitarnya menonjol ke dalam sakulus alveolaris. Kontak erat antara sel endotel dan epitel ini membentuk sawar darah-udara. Alveolus matur tidak terdapat sebelum lahir. Selain sel-sel endotel dan sel epitel alveolus gepeng, tipe sel lainnya berkembang di akhir bulan keenam. Sel-sel ini, sel epitel alveolus tipe II menghasilkan surfaktan yaitu suatu cairan kaya fosfolipid yang mampu menurunkan tegangan permukaan di pertemuan udara alveolus. Sebelum lahir, paru dipenuhi oleh cairan yang mengandung klorida berkonsentrasi tinggi, sedikit protein, sejumlah mukus dari kelenjar bronkus, dan surfaktan dari sel epitel alveolus (tipe II). Jumlah surfaktan di dalam cairan bertambah, terutama selama 2 minggu terakhir sebelum lahir. Seiring peningkatan konsentrasi surfaktan selama minggu ke-34 kehamilan, beberapa fosfolipid ini masuk ke cairan amnion dan bekerja pada makrofag di dalam rongga amnion. Saat "teraktivasi" bukti menunjukkan bahwa makrofag-makrofag ini bermi-grasi melewati korion ke dalam uterus tempat makrofag ini mulai memproduksi protein sistem imun, termasuk interleukin-1β (1L-1β). Peningkatan protein-protein ini menghasilkan peningkatan produksi prostaglanding yang menyebabkan kontraksi uterus. Oleh sebab itu, kemungkinan ter-dapat sinyaldari janin yang ikut berperan dalam menggerakan bernapas janin dimulai sebelum lahir dan menyebabkan aspirasi cairan amnion. Gerakan ini penting untuk merangsang perkembangan parudan mengondisikan otot-otot pernapasan. Sewaktu pernapasan dimulai saat lahir, sebagian besar cairan paru secara cepat diserap oleh kapiler darah dan limfe, dan sebagian kecil kemungkinan dikeluarkan melalui trakea dan bronkus selama persalinan. Ketika cairan diserap dari sakulus alveolaris, surfaktan tetap mengendap sebagai selubung fosfolipid tipis di membran sel alveolus. Seiring dengan udara
  • 15. 11 masuk ke dalam alveolus saat bernapas pertama kali, selubung surfaktan mencegah terbentuknya pertemuan udara air (darah) dengan tegangan permukaan yang tinggi. Tanpa lapisan surfaktan yang mengandung lemak ini, alveolus akan kolaps selama ekspirasi (atelektasis). Gerakan napas sesudah lahir membawa udara ke dalam paru, yang mengembangkan dan mengisi rongga pleura. Walaupun ukuran alveolus agak bertambah besar, pertumbuhan paru sesudah lahir disebabkan terutama oleh peningkatan jumlah bronkiolus respiratorius dan alveolus. Diperkirakan bahwa hanya seperenam dari jumlah alveolus pada orang dewasa yang terdapat pada saat lahir. Sisa alveolus terbentuk selama 10 tahun pertama kehidupan pascanatal melalui pembentukan alveolus primitif barn secara terus menerus. Gambar 2. 7 Perkembangan Histologik dan Fungsional Paru
  • 16. 12 Pematangan paru-paru dibagi menjadi empat tahap/periode, tahap pseudoglandular, tahap kanalikuli, tahap kantung terminal, dan tahap alveolar. 1. Tahap / periode pseudoglandular (5–16 minggu): Selama periode ini, penampilan secara histologis dari paru-paru menyerupai kelenjar eksokrin yang sedang berkembang. Pembagian bronkus dijangkau hingga terminal bronkiolus (yaitu, semua elemen utama paru-paru adalah terbentuk), tetapi elemen pernapasan (misalnya, pernapasan bronkiolus dan alveoli) yang terlibat dalam respirasi tidak terbentuk. Makanya janin lahir selama periode ini tidak dapat bertahan. 2. Tahap kanalikular (16-26 minggu): Selama ini tahap, lumens bronkiolus terminal melebar dan ada subdivisi lebih lanjut dari bronkiolus terminal menjadi bronkiolus pernapasan. Pernafasan bronkiolus membelah menjadi saluran alveolar. Beberapa kantung terminal (alveoli primitif) juga dapat terbentuk di ujung bronkiolus pernapasan. Janin lahir menjelang akhir periode ini dapat bertahan jika diberikan perawatan intensif. Hal utama yang terjadi pada tahap ini adalah bahwa jaringan paru-paru tervaskularisasi dengan baik. 3. Tahap kantung terminal (26 minggu sampai lahir): Selama periode ini, sejumlah besar kantung terminal (alveoli primitif) berkembang. Kapiler juga berkembang biak dan membentuk pleksus di sekitar kantung terminal. Dinding (epitel) kantung terminal menjadi sangat tipis dan kapiler membengkak ke dalam kantung-kantung ini. Itu kontak intim antara sel epitel dan endotel membentuk sawar darah-udara memungkinkan pertukaran gas yang memadai untuk kelangsungan hidup janin jika lahir prematur. Kantung terminal adalah terutama dilapisi oleh sel skuamosa endodermal yang disebut tipe I sel epitel alveolar (tipe I pneumosit) di
  • 17. 13 Gambar 2. 8 Tahap Maturasi Paru mana pertukaran gas terjadi. Tersebar di antara sel epitel skuamosa (pneumosit tipe I), beberapa sel epitel alveolar tipe II bulat (pneumosit tipe II) juga menyajikan. Pneumosit tipe II mengeluarkan surfaktan dan jumlahnya secara bertahap meningkat jangka penuh. Ada juga peningkatan jumlahnya kapiler limfatik. 4. Stadium alveolar (8 bulan sampai 8 tahun): Dalam hal ini tahap, kantung terminal dan bronkiolus pernapasan membagi dan membentuk saluran alveolar; pada akhir saluran alveolar, alveoli definitif (benar) adalah terbentuk. Pembentukan alveoli yang matang (benar) berlanjut bahkan setelah lahir sampai usia sekitar 8 tahun. Alveoli sejati yang terbentuk memiliki sangat banyak dinding tipis dan dilapisi oleh pneumosit tipe I dan tipe II. Pneumosit tipe II menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang cukup untuk bertahan hidup. Kapiler juga berkembang biak dan menyebabkan vaskularisasi pada alveoli yang baru terbentuk. Sejumlah alveoli mencapai tingkat dewasa pada tahun kedelapan .
  • 18. 14 2.6. Fetal Breathing Movement Ultrasonografi waktu nyata telah mengungkapkan janin itu gerakan pernapasan (FBM) dimulai sebelum lahir. Mereka terjadi sesekali dan mengerahkan kekuatan yang cukup untuk menyebabkannya aspirasi cairan ketuban di paru-paru. FBM adalah penting untuk perkembangan dan peningkatan paru-paru normal sebagai pendekatan waktu pengiriman. Saat lahir, paru-paru kira-kira setengah terisi cairan, yang berasal dari cairan ketuban dan kelenjar trakea. Aerasi paru- paru saat lahir dengan cepat menggantikan cairan intraalveolar oleh udara. Cairan dari paru-paru ini dibersihkan dengan mengikuti tiga rute: 1. Melalui mulut dan hidung dengan tekanan pada dinding toraks janin selama persalinan pervaginam 2. Melalui arteri pulmonalis, vena, dan kapiler 3. Melalui limfatik.
  • 19. 15 BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Sistem pernapasan adalah pertumbuhan keluar dari dinding ventral usus depan, dan epitel laring, trakea, bronkus dan alveolus berasal dari endoderm. Komponen kartilago, otot, dan jaringan ikat berasal dari mesoderm. Pada minggu keempat perkembangan, septum trakeoesofageale memisahkan trakea dari usus depan, membelah usus depan menjadi tunas paru di bagman anterior dan esofagus di bagian posterior. Kontak di antara keduanya dipertahankan melalui laring, yang dibentuk oleh jaringan dari arkus faring keempat dan keenam. Tunas paru berkembang menjadi dua bronkus utama: bronkus kanan membentuk tiga bronkus sekunder dan tiga lobus; bronkus kiri membentuk dua bronkus sekunder dan dua lobus. Sesudah fase pseudoglandular (minggu ke-5 hingga ke-16) dan kanalikular (minggu ke-16 hingga ke-26), sel-sel kuboid yang melapisi bronkiolus respiratorius berubah menjadi sel gepengyang tipis, sel epitel alveolus tipe I, yang berkontak erat dengan kapiler darah dan limfe. Pada bulan ketujuh, telah dapat terjadi pertukaran gas antara darah dan udara di dalam alveolus primitif. Sebelum lahir, paru terisi oleh cairan dengan sedikit protein, sejumlah mukus, dan surfaktan, yang dihasilkan oleh sel epitel alveolus tipe II dan yang membentuk selubung fosfolipid di membran alveolus. Di awal pernapasan, cairan paru diserap kecuali untuk selubung surfaktan, yang mencegah kolapsnya alveolus selama ekspirasi dengan menurunkan tegangan permukaan di pertemuan udara-kapiler darah. Tidak adanya atau tidak cukupnya surfaktan pada bayi prematur menyebabkan respiratory distress syndrome (RDS) akibat kolapsnya alveolus primitif (penyakit membran hialin). Pertumbuhan paru sesudah lahir terutama disebabkan oleh penambahan jumlah
  • 20. 16 bronkiolus respiratorius dan alveolus dan bukan karena penambahan ukuran alveolus. Alveolus yang baru akan terbentuk selama 10 tahun pertama kehidupan pascanatal.
  • 21. 17 DAFTAR PUSTAKA Sadler, T.W. 2012. Langman’s Medical Embriology. Ed.12. China: Lippincott Williams & Wilkins, a Wolters Kluwer Business. Singh, Vishram. 2012. Textbook of Clinical Embriology. New Delhi: Elsevier.