Makalah MK Embriologi Manusia Sistem Pernafasan.pdf
1. MAKALAH EMBRIOLOGI MANUSIA
“SISTEM PERNAFASAN”
Oleh :
Kelompok 4
1. Annisa Namirah Nasution (1920332006)
2. Eka Darmayantii Putri Siregar (1920332009)
3. Ryskina Fatimah Siregar (1920332008)
4. Salma Afriliza (1920332015)
Dosen : Dr. dr. Joserizal Serudji, SpOG(K)
PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN
PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2020
2. ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Sistem Pernafasan“ ini tepat pada waktu yang telah
ditentukan. Makalah ini diajukan untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Embriologi
Manusia.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari
semua pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini
baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh kata sempurna, baik dari segi kalimat,
isi maupun dalam penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen
mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Padang, November 2020
Penulis
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3. Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................... 3
2.1. Sistem Pernafasan ............................................................................................................... 3
2.2. Perkembangan Laring ......................................................................................................... 4
2.3. Perkembangan Trakea.......................................................................................................... 6
2.4. Perkembangan Bronkus Dan Paru........................................................................................ 7
2.5. Pematangan Paru.................................................................................................................. 9
2.6. Fetal Breathing Movement................................................................................................. 14
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 15
3.1. Kesimpulan......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 17
4. iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1. Hubungan Divertikulum Respiratorium (Tunas Paru) dengan Jantung, Lambung
dan Hati ................................................................................................................... 3
Gambar 2. 2. Tahap Perkembangan Divertikulum Respiratorium ................................................. 4
Gambar 2. 3. Tahapan Perkembangan Aditus Laringis dan Penebalan Disekitarnya ................... 5
Gambar 2. 4. Perkembangan Trakea............................................................................................... 7
Gambar 2. 5 Perkembangan Bronkus Minggu 5............................................................................. 8
Gambar 2. 6 Perluasan Tunas Paru ke Dalam Kanalis Perikardioperitonealis............................... 8
Gambar 2. 7 Perkembangan Histologik dan Fungsional Paru ...................................................... 11
Gambar 2. 8 Tahap Maturasi Paru ................................................................................................ 13
5. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem pernapasan adalah pertumbuhan keluar dari dinding ventral usus depan
dan epitel laring, trakea, bronkus dan alveolus yang berasal dari endoderm. Paru-paru
berkembang foregut sebelah depan yang terletak ventral terhadap esofagus. Mula-mula disebelah
kaudal foregut akan timbul sekat pemisah yang membagi dua usus sederhana tersebut. Sekat ini
disebut septum oesophagotracheale dan salurannya disebut divertikulum tracheobrochiole yang
akan menjadi tunas paru-paru. Dindidng kaudal dari lantai ventral akan mengeadakan evaginasi
memmbentuk saluran yang dengan faring yang akan menghubungkan dengan suatu celah yang
disebut dengan glotis.
Dibagian kaudal glotis, saluran pernafasan membentuk suatu rongga yang disebut
laring. Dibagian kaudal dari laring akan dibentuk trakea. Ujung trakea akan bercabang
membentuk bronkus. Tunas paru-paru akan kanan akan bercabang menjadi tiga bagian yang
menunjukkan bahwa paru kanan akan menjadi tiga lobus dengan tiga bronkus, sedanngkan tunas
paru kiri akan bercabang menjadi dua yang menunjukkan bahwa paru kiri akan menjadi dua
lobus dengan dua bronkus. Selanjutnya bronkus-bronkus itu akan bercabang-cabang secara
dikotom membentuk brochioles dan samai akhirnya membentuk alveolus. Pleura parientalis
(selaput yang melapisi paru sebelah luar) akan dibentuk dari mesoderm dari mesoderm
parientalis dan pleura vieralis (selaput yang melapisi permukaan paru) akan dibentuk dari
mesoderm sekitarnya.
6. 2
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dari makalah ini adalah
1. Bagaimana proses perkembangan sistem pernafasan?
2. Bagaimana perkembangan laring?
3. Bagaiamana proses perkembangan trakea?
4. Bagaimana proses perkembangan bronkus dan paru?
5. Bagaimana proses pematangan paru?
6. Bagaimana dengan fetal birthing movement?
1.3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses perkembangan sistem pernafasan
mulai dari perkembangan laring sampai dengan pematangan paru dan fetal birthing movement.
7. 3
Gambar 2. 1. Hubungan Divertikulum Respiratorium (Tunas Paru) dengan
Jantung, Lambung dan Hati
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Sistem Pernafasan
Saat mudigah berusia sekitar 4 minggu, dinding ventral usus depan mengalami
pertumbuhan keluar sehingga membentuk divertikulum respiratorium (tunas paru). Terbentuknya
tunas paru ini bergantung pada peningkatan asam retinoat (RA) yang dihasilkan oleh bagian
sekitar dari mesoderm. Peningkatan RA ini menyebabkan bertambahnya faktor transkripsi TBX4
yang diekspresikan di dalam endoderm tabung usus divertikulum respiratorium. TBX4 akan
menginduksi pembentukan tunas paru serta pertumbuhan dan diferensiasi paru selanjutnya. Oleh
sebab itu, epitel yang melapisi bagian dalam laring, trakea dan bronkus serta paru, seluruhnya
berasal dari endoderm. Komponen kartilago, otot dan jaringan ikat trakea dan paru berasal dari
mesoderm splanknik yang mengelilingi usus depan.
Mulanya, tunas paru akan berhubungan langsung dengan usus depan. Namun, sewaktu
divertikulum yang meluas ke kaudal akan terbentuk dua bubungan longitudinal yaaitu
tracheoesophageal ridge yang memisahkannya dengan usus depan. Selanjutnya, saat bubungan-
8. 4
Gambar 2. 2. Tahap Perkembangan Divertikulum Respiratorium
bubungan ini menyatu untuk membentuk septum trakeoesofageale, usus depan terbagi menjadi
bagian dorsal yaitu esophagus dan bagian ventral yaitu trakea dan tunas paru. Kemudian,
terdapat primordium respiratorium yang mempertahankan hubungannya dengan faring melalui
aditus laringis.
2.2. Perkembangan Laring
Lapisan bagian dalam laring berasal dari endoderm, sedangkan kartilago dan otot-ototnya
berasal dari mesenkim arkus faring keempat dan keenam. Sebagai hasil dari proliferasi cepat
9. 5
Gambar 2. 3. Tahapan Perkembangan Aditus Laringis dan Penebalan
Disekitarnya
mesenkim ini, penampakan aditus laringis berubah dari celah sagital menjadi lubang berbentuk
T. Selanjutnya, ketika mesenkim dari kedua arkus berubah menjadi kartilago tiroidea,
krikoidea,dan aritenoidea, bentuk khas aditus laringis dewasa telah dapat dikenali.
Pada saat kartilago terbentuk, epitel laring juga berproliferasi cepat sehingga menimbulkan
penutupan lumen sementara. Selanjutnya, vakuolisasi dan rekanalisasi menghasilkan sepasang
resesus (cekungan) lateral yaitu ventrikulus laringis. Resesus (cekungan) ini dibatasi lipatan-
lipatan jaringan yang berdiferensiasi menjadi pita suara sejati dan palsu. Karena otot-otot laring
berasal dari mesenkim arkus faring keempat dan keenam maka seluruh otot laring disarafi oleh
cabang-cabang saraf kranial kesepuluh yaitu nervus vagus (nervus vagus merupakan nervus
laringeus superior yang mensarafi turunan-turunan arkus dari faring keempat dan nervus
laringeus rekurens mensarafi turunan-turunan arkus dari faring keenam).
10. 6
2.3. Perkembangan Trakea
Trakea (batang tenggorokan) adalah tabung tulang rawan yang menghubungkan laring ke
bronkus paru - paru yang memungkinkan jalannya udara. Trakea memanjang dari laring dan
bercabang menjadi dua bronkus primer . Di bagian atas trakea, tulang rawan krikoid menempel
pada laring. Trakea dibentuk oleh sejumlah cincin berbentuk tapal kuda yang disatukan secara
vertikal oleh ligamen di atas substansinya dan oleh otot trakea di ujungnya. Epiglotis menutup
bukan ke laring saat menelan.
Pada usia 4 minggu kehamilan, mulai terbentuknya divertikulum respiratorium (lung bund)
sebagi tonjolan dari dinding ventral foregut(usus depan) di perbatasan faring dan esofagus
membentuk bubungan trakeoesofagus. Bubungan trakeoesofagus memanjang dan memisahkan
diri dari usus depan yang kemudian tumbuh sebagai trakea yang terletak di ventral esofagus.
Endoderm yang berasal dari usus depan akan membentuk epitel trakea, sedangkan tulang rawan,
jaringan ikat dan otot berasal dari sekitar mesenkim. Sementara trakea memanjang, pada ujung
dari trakea akan bercabang dua menggelembung menjadi tunas paru. Mesoderm akan
menginduksi tunas paru untuk terus tumbuh dan membentuk percabangan bronkus dan
bronkiolus.
11. 7
Gambar 2. 4. Perkembangan Trakea
2.4. Perkembangan Bronkus Dan Paru
Selama pemisahannya dari usus depan, tunas paru membentuk trakea dan dua kantong luar
lateral (tunas bronkus). Di awal minggu kelima, setiap tunas ini membesar membentuk bronkus
utama kanan dan kiri. Bronkus utama sebelah kanan lebih besar dari pada yang sebelah kiri dan
lebih berorientasi pada trakea. Bronkus utama sebelah kiri, terletak lebih melintang daripada
bronkus utama sebelah kanan. Bronkus utama akan mengisyaratkan adanya tiga lobus di paru
bagian kanan dan dua lobus di bagian kiri. Bronkus utama sebelah kanan yang membentuk tiga
lobus bronkus sekunder yaitu atas, tengah dan bawah . Ketiga lobus sekunder dari bronkus utama
sebelah kanan akan mensuplai dari paru kanan. Sedangkan bronkus utama sebelah kiri
membentuk dua lobus bronkus sekunder yaitu atas (superior) dan bawah (inferior) yang masing-
masing memmasok dari paru-paru kiri. Seiring dengan pertumbuhan ke arah kaudal dan lateral,
12. 8
Gambar 2. 6 Perluasan Tunas Paru ke Dalam Kanalis Perikardioperitonealis
tunas paru akan meluas ke dalam rongga tubuh.
Di dalam paru terdapat pula ruang yang berukuran sempit yaitu kanalis
perikardioperitonealis. Ruang ini terletak di kedua sisi usus depan dan secara bertahap terisi oleh
tunas paru yang terus meluas. Pada akhirnya, lipatan pleuroperitoneum dan pleuroperikardium,
masing-masing memisahkan kanalis perikardioperitonealis dari rongga peritoneum dan rongga
perikardium, dan ruang yang tersisa membentuk rongga pleura primitive. Mesoderm, yang
melapisi bagian luar paru akan berkembang menjadi pleura viseralis. Lapisan mesoderm
somatik, yang melapisi dinding tubuh dari dalam selanjutnya menjadi pleura parietalis. Ruang di
antara pleura parietalis dan viseralis adalah rongga pleura.
Gambar 2. 5 Perkembangan Bronkus
Minggu 5
13. 9
Pada minggu ke tujuh, bronkus sekunder membelah berulang-ulang secara
dikotomi dan mulai terbentuk bronkus segmental (bronkus tersier). Pada setiap lobus bronkus
terbagi menjadi sepuluh bronkus segmental untuk paru kanan dan delapan bronkus segmental
untuk paru kiri. Setiap bronkus segmental dengan massa mesenkim di sekitarnya membentuk
segmen bronkopulmonalis paru dewasa. Di akhir bulan keenam, telah terbentuk sekitar 17
generasi anak cabang (bronkial). Namun, sebelum percabangan bronkus mencapai bentuk
akhirnya, terbentuk enam hingga tujuh cabang tambahan selama kehidupan pascanatal. Cabang
dari setiap bronkus segmental akan membentuk bagian distal dari anak cabang (bronkial) yang
terdiiri dari bronkiolus, saluran alveolar dan alveoli. Percabangan diatur oleh interaksi epitel
mesenkim antara endoderm tunas paru dan mesoderm splanknik yang mengelilinginya.
Pembentukan sinyal untuk membentuk cabang yang keluar dari mesoderm. Selagi semua anak
cabang (bronkial) baru ini mulai terbentuk dan percabangan bronkus sedang berkembang, paru
terletak semakin ke kaudal.
2.5. Pematangan Paru
Hingga bulan ketujuh pranatal, bronkiolus membelah berulang-ulang menjadi saluran-
saluran yang semakin banyak dan semakin kecil (fase kanalikular) dan suplai vaskular semakin
bertambah banyak. Bronkiolus terminalis membelah membentuk bronkiolus respiratorius dan
setiap bronkiolus ini membelah menjadi tiga hingga enam duktus alveolaris. Duktus berakhir di
sakus terminalis (alveolus primitif) yang dikelilingi oleh sel-sel alveolus gepeng yang berkontak
erat dengan kapiler di sekitarnya. Pada akhir bulan ketujuh, terdapat sakulus alveolaris matur dan
kapiler dalam jumlah yang cukup untuk menjamin pertukaran gas yang adekuat, dan bayi yang
dilahirkan prematur mampu bertahan hidup. Selama 2 bulan terakhir kehidupan pranatal dan
selama beberapa tahun sesudahnya, jumlah sakus terminalis terus bertambah.
14. 10
Selain itu, sel-sel yang melapisi sakus dikenal sebagai sel epitel alveolus tipe I yang
menjadi lebih gepeng sehingga kapiler di sekitarnya menonjol ke dalam sakulus alveolaris.
Kontak erat antara sel endotel dan epitel ini membentuk sawar darah-udara. Alveolus matur tidak
terdapat sebelum lahir. Selain sel-sel endotel dan sel epitel alveolus gepeng, tipe sel lainnya
berkembang di akhir bulan keenam. Sel-sel ini, sel epitel alveolus tipe II menghasilkan surfaktan
yaitu suatu cairan kaya fosfolipid yang mampu menurunkan tegangan permukaan di pertemuan
udara alveolus. Sebelum lahir, paru dipenuhi oleh cairan yang mengandung klorida
berkonsentrasi tinggi, sedikit protein, sejumlah mukus dari kelenjar bronkus, dan surfaktan dari
sel epitel alveolus (tipe II). Jumlah surfaktan di dalam cairan bertambah, terutama selama 2
minggu terakhir sebelum lahir.
Seiring peningkatan konsentrasi surfaktan selama minggu ke-34 kehamilan, beberapa
fosfolipid ini masuk ke cairan amnion dan bekerja pada makrofag di dalam rongga amnion. Saat
"teraktivasi" bukti menunjukkan bahwa makrofag-makrofag ini bermi-grasi melewati korion ke
dalam uterus tempat makrofag ini mulai memproduksi protein sistem imun, termasuk
interleukin-1β (1L-1β). Peningkatan protein-protein ini menghasilkan peningkatan produksi
prostaglanding yang menyebabkan kontraksi uterus. Oleh sebab itu, kemungkinan ter-dapat
sinyaldari janin yang ikut berperan dalam menggerakan bernapas janin dimulai sebelum lahir dan
menyebabkan aspirasi cairan amnion. Gerakan ini penting untuk merangsang perkembangan
parudan mengondisikan otot-otot pernapasan.
Sewaktu pernapasan dimulai saat lahir, sebagian besar cairan paru secara cepat diserap
oleh kapiler darah dan limfe, dan sebagian kecil kemungkinan dikeluarkan melalui trakea dan
bronkus selama persalinan. Ketika cairan diserap dari sakulus alveolaris, surfaktan tetap
mengendap sebagai selubung fosfolipid tipis di membran sel alveolus. Seiring dengan udara
15. 11
masuk ke dalam alveolus saat bernapas pertama kali, selubung surfaktan mencegah terbentuknya
pertemuan udara air (darah) dengan tegangan permukaan yang tinggi. Tanpa lapisan surfaktan
yang mengandung lemak ini, alveolus akan kolaps selama ekspirasi (atelektasis). Gerakan napas
sesudah lahir membawa udara ke dalam paru, yang mengembangkan dan mengisi rongga pleura.
Walaupun ukuran alveolus agak bertambah besar, pertumbuhan paru sesudah lahir disebabkan
terutama oleh peningkatan jumlah bronkiolus respiratorius dan alveolus.
Diperkirakan bahwa hanya seperenam dari jumlah alveolus pada orang dewasa yang
terdapat pada saat lahir. Sisa alveolus terbentuk selama 10 tahun pertama kehidupan pascanatal
melalui pembentukan alveolus primitif barn secara terus menerus.
Gambar 2. 7 Perkembangan Histologik dan Fungsional Paru
16. 12
Pematangan paru-paru dibagi menjadi empat tahap/periode, tahap
pseudoglandular, tahap kanalikuli, tahap kantung terminal, dan tahap alveolar.
1. Tahap / periode pseudoglandular (5–16 minggu):
Selama periode ini, penampilan secara histologis dari paru-paru menyerupai kelenjar
eksokrin yang sedang berkembang. Pembagian bronkus dijangkau hingga terminal
bronkiolus (yaitu, semua elemen utama paru-paru adalah terbentuk), tetapi elemen
pernapasan (misalnya, pernapasan bronkiolus dan alveoli) yang terlibat dalam
respirasi tidak terbentuk. Makanya janin lahir selama periode ini tidak dapat bertahan.
2. Tahap kanalikular (16-26 minggu):
Selama ini tahap, lumens bronkiolus terminal melebar dan ada subdivisi lebih lanjut
dari bronkiolus terminal menjadi bronkiolus pernapasan. Pernafasan bronkiolus
membelah menjadi saluran alveolar. Beberapa kantung terminal (alveoli primitif) juga
dapat terbentuk di ujung bronkiolus pernapasan. Janin lahir menjelang akhir periode
ini dapat bertahan jika diberikan perawatan intensif. Hal utama yang terjadi pada
tahap ini adalah bahwa jaringan paru-paru tervaskularisasi dengan baik.
3. Tahap kantung terminal (26 minggu sampai lahir):
Selama periode ini, sejumlah besar kantung terminal (alveoli primitif) berkembang.
Kapiler juga berkembang biak dan membentuk pleksus di sekitar kantung terminal.
Dinding (epitel) kantung terminal menjadi sangat tipis dan kapiler membengkak ke
dalam kantung-kantung ini. Itu kontak intim antara sel epitel dan endotel membentuk
sawar darah-udara memungkinkan pertukaran gas yang memadai untuk kelangsungan
hidup janin jika lahir prematur. Kantung terminal adalah terutama dilapisi oleh sel
skuamosa endodermal yang disebut tipe I sel epitel alveolar (tipe I pneumosit) di
17. 13
Gambar 2. 8 Tahap Maturasi Paru
mana pertukaran gas terjadi. Tersebar di antara sel epitel skuamosa (pneumosit tipe I),
beberapa sel epitel alveolar tipe II bulat (pneumosit tipe II) juga menyajikan.
Pneumosit tipe II mengeluarkan surfaktan dan jumlahnya secara bertahap meningkat
jangka penuh. Ada juga peningkatan jumlahnya kapiler limfatik.
4. Stadium alveolar (8 bulan sampai 8 tahun):
Dalam hal ini tahap, kantung terminal dan bronkiolus pernapasan membagi dan
membentuk saluran alveolar; pada akhir saluran alveolar, alveoli definitif (benar) adalah
terbentuk. Pembentukan alveoli yang matang (benar) berlanjut bahkan setelah lahir sampai usia
sekitar 8 tahun. Alveoli sejati yang terbentuk memiliki sangat banyak dinding tipis dan dilapisi
oleh pneumosit tipe I dan tipe II. Pneumosit tipe II menghasilkan surfaktan dalam jumlah yang
cukup untuk bertahan hidup. Kapiler juga berkembang biak dan menyebabkan vaskularisasi pada
alveoli yang baru terbentuk. Sejumlah alveoli mencapai tingkat dewasa pada tahun kedelapan
.
18. 14
2.6. Fetal Breathing Movement
Ultrasonografi waktu nyata telah mengungkapkan janin itu gerakan pernapasan (FBM)
dimulai sebelum lahir. Mereka terjadi sesekali dan mengerahkan kekuatan yang cukup untuk
menyebabkannya aspirasi cairan ketuban di paru-paru. FBM adalah penting untuk perkembangan
dan peningkatan paru-paru normal sebagai pendekatan waktu pengiriman. Saat lahir, paru-paru
kira-kira setengah terisi cairan, yang berasal dari cairan ketuban dan kelenjar trakea. Aerasi paru-
paru saat lahir dengan cepat menggantikan cairan intraalveolar oleh udara. Cairan dari paru-paru
ini dibersihkan dengan mengikuti tiga rute:
1. Melalui mulut dan hidung dengan tekanan pada dinding toraks janin selama persalinan
pervaginam
2. Melalui arteri pulmonalis, vena, dan kapiler
3. Melalui limfatik.
19. 15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sistem pernapasan adalah pertumbuhan keluar dari dinding ventral usus depan, dan epitel
laring, trakea, bronkus dan alveolus berasal dari endoderm. Komponen kartilago, otot, dan
jaringan ikat berasal dari mesoderm. Pada minggu keempat perkembangan, septum
trakeoesofageale memisahkan trakea dari usus depan, membelah usus depan menjadi tunas paru
di bagman anterior dan esofagus di bagian posterior. Kontak di antara keduanya dipertahankan
melalui laring, yang dibentuk oleh jaringan dari arkus faring keempat dan keenam. Tunas paru
berkembang menjadi dua bronkus utama: bronkus kanan membentuk tiga bronkus sekunder dan
tiga lobus; bronkus kiri membentuk dua bronkus sekunder dan dua lobus.
Sesudah fase pseudoglandular (minggu ke-5 hingga ke-16) dan kanalikular (minggu ke-16
hingga ke-26), sel-sel kuboid yang melapisi bronkiolus respiratorius berubah menjadi sel
gepengyang tipis, sel epitel alveolus tipe I, yang berkontak erat dengan kapiler darah dan limfe.
Pada bulan ketujuh, telah dapat terjadi pertukaran gas antara darah dan udara di dalam alveolus
primitif. Sebelum lahir, paru terisi oleh cairan dengan sedikit protein, sejumlah mukus, dan
surfaktan, yang dihasilkan oleh sel epitel alveolus tipe II dan yang membentuk selubung
fosfolipid di membran alveolus.
Di awal pernapasan, cairan paru diserap kecuali untuk selubung surfaktan, yang mencegah
kolapsnya alveolus selama ekspirasi dengan menurunkan tegangan permukaan di pertemuan
udara-kapiler darah. Tidak adanya atau tidak cukupnya surfaktan pada bayi prematur
menyebabkan respiratory distress syndrome (RDS) akibat kolapsnya alveolus primitif (penyakit
membran hialin). Pertumbuhan paru sesudah lahir terutama disebabkan oleh penambahan jumlah
20. 16
bronkiolus respiratorius dan alveolus dan bukan karena penambahan ukuran alveolus. Alveolus
yang baru akan terbentuk selama 10 tahun pertama kehidupan pascanatal.
21. 17
DAFTAR PUSTAKA
Sadler, T.W. 2012. Langman’s Medical Embriology. Ed.12. China: Lippincott Williams &
Wilkins, a Wolters Kluwer Business.
Singh, Vishram. 2012. Textbook of Clinical Embriology. New Delhi: Elsevier.