Beberapa langkah diperlukan untuk mengevaluasi kelayakan bangunan yang rusak akibat gempa, termasuk pengamatan visual untuk memetakan jenis keretakan dan mengukur defleksi struktur. Analisis lebih lanjut dapat dilakukan oleh konsultan untuk merekomendasikan perbaikan. Kerusakan dinding dapat diganti jika retaknya besar, sementara kolom dan pondasi merupakan unsur penting yang perlu diperiksa.
1. Perbaikan bangunan pasca gempa
Dalam lima tahun terakhir, daerah pantai Barat Pulau
Sumatera telah beberapa kali mengalami goncangan gempa
dengan intensitas kuat. Dimulai dari gempa Aceh 26 Desember
2004 hingga gempa Pariaman 30 September 2009 lalu. Gempa
terakhir yang berkekuatan 7.9 skala Richter telah menewaskan
lebih dari 1.000 jiwa dan merusak 279.432 bangunan, dengan
50 persen di antaranya rusak berat.
Sebagian besar dari bangunan tersebut mengalami kerusakan
berat, namun tidak roboh. Untuk menangani bangunan yang
rusak berat tersebut, perobohan bangunan merupakan
alternatif yang paling sering diambil. Hal ini keliru. Tidak semua
bangunan yang rusak akibat gempa harus dirobohkan. Perlu
dilakukan analisis struktur terlebih dahulu sebelum bangunan
diputuskan untuk dirobohkan. Bahkan sebenarnya banyak dari
bangunan tersebut yang hanya perlu diperbaiki dan diperkuat
saja pada bagian-bagiannya yang rusak, tanpa harus
dirobohkan.
Banyak yang belum tahu, sebenarnya sudah ada ilmu untuk
mengevaluasi bangunan yang rusak akibat gempa. Ilmu ini
dapat mengidentifikasi bagian yang rusak serta faktor-faktor
penyebabnya, seperti akibat gaya tarik, gaya tekan, dan gaya
geser pada bagian-bagian bangunan yang mengalami
kerusakan. Selain itu, sudah tersedia perangkat lunak untuk
mendukung kegiatan itu, sehingga kerusakan dapat
diidentifikasi, baik itu pada bagian struktur bangunan, maupun
kerusakan pada dinding bangunan.
Alternatif lain yang lebih baik dibandingkan dengan melakukan
penghancuran adalah melakukan retrofit. Secara
umum, retrofit bisa dijelaskan sebagai penambahan teknologi
2. baru atua penggabungan antara teknologi baru pada sistem
yang lama (yang sudah ada). Dengan kata
lain, retrofit merupakan proses perkuatan bangunan lama
dengan tujuan menjadikan bangunan tersebut tahan terhadap
gempa. Penggunaan ilmu ini akan menghemat biaya dan lebih
efisien dalam penggunaan tenaga kerja.
Secara umum, kerusakan pada bangunan bertingkat terdiri dari
dua jenis. Apabila dibangun dengan pelaksanaan yang cukup
baik, namun kurang kuat, maka biasanya kerusakan terjadi
pada lantai dasar bangunan. Sedangkan apabila
pelaksanaannya yang kurang baik, maka kerusakan biasanya
terjadi pada lantai atas bangunan. Namun selain itu, terdapat
beberapa tipikal kerusakan lain yang biasa terjadi, seperti
genteng yang melorot, dinding berpisah pada pertemuan dua
dinding, kehancuran pada pojok-pojok dinding, dinding retak di
sudut-sudut bukaan, dinding retak diagonal, dinding roboh,
kegagalan sambungan antara balok dengan kolom, serta
robohnya bangunan itu sendiri.
Di antara kerusakan tipihal yang dijelaskan di atas, beberapa di
antaranya dapat diperbaiki dan diperkuat. Untuk perbaikan
dinding yang retak kecil (dengan lebar celah kurang dari 5
mm), bisa ditempuh dengan cara mengupas plesteran lama
sekitar 50 cm di sekitar dinding yang rusak, lalu mengisinya
dengan air semen atau bahan kimia (epoxy). Setelah celah
rapat, dinding diplester kembali dengan campuran 1 semen : 3
pasir.
Sedangkan untuk retak yang besar (retak yang mempunyai
lebar celah lebih besar dari 5 mm), plesteran lama di sekitar
retak dikupas (minimum 50 cm), lalu retak diisi dengan adukan
1 semen : 3 pasir atau bahan kimia. Setelah retak tertutup,
buat kepalaan pleseran setebal 1 cm, lebar + 2 cm yang
berfungsi sebagai tempat dudukan kawat anyam. Kemudian,
dipasang kawat anyam di kedua sisi dinding dengan cara diikat
3. satu dengan yang lainnya. Berikutnya, dinding diplester
kembali dengan campura spesi 1 semen : 3 pasir.
Untuk perbaikan kolom dan balok beton yang rusak juga
diklasifikasikan sesuai dengan jenis kerusakannya. Ada
beberapa jenis kerusakan pada kolom dan balok beton. Untuk
retak pada beton yang kurang dari 0.2 mm atau retak tidak
terlihat mengindikasikan kerusakan yang tidak berarti.
Umumnya retak pada komponen beton yang lebar sampai
dengan 2 mm tidak dianggap sebagai sesuai yang berbahaya
dan mengindikasikan kerusakan ringan. Retak apda komponen
beton dengan lebar sampai dengan 5 mm mengindikasikan
kerusakan yang sedang. Retak dalam komponen beton dengan
lebar lebih besar dari 5 mm mengndikasikan kerusakan yang
berat (dengan pengurangan kekuatan yang berarti).
Tertekuknya tulangan pada komponen beton mengindikasikan
terjadinya kerusakan yang berat, dengan tidak memperhatikan
lebar retak beton. Namun kerusakan parah yang biasa terjadi
adalah rusaknya kolom dan balok di bagian sambungan antara
kolom dengan balok itu.
Umumnya, teknik untuk memperkuat kolom/balok benton
adalah 1) Menambah jumlah tulangan dan sengkang di luar
kolom/balok beton, kemudian ditutup kembali dengan
campuran beton baru. 2) Menyelimuti kolom/balok beton
dengan tulangan yang sudah difabrikasi (welded wire fabric)
dan kemudian ditutup dengan mortar. 3) Menyelubungi kolom
beton dengan profil baja persegi atau pipa, dan
kemudian grouting celah-celah antara beton dan baja. 4)
Memasang bandage dari pelat baja yang dilas ke profil baja
siku yang dipasang di setiap sudut kolom, dan
kemudian grouting celah yang ada.
Hal yang dijelaskan di atas hanya sebagian kecil dari cara-cara
perbaikan/retrofit yang dapat diimplementasikan ke bangunan
bertingkat yang rusak. Informasi yang lebih lanjut, bisa
4. didapatkan di kantor Klinik Konstruksi Pusat Studi Bencana
Universitas Andalas, Jalan Ahmad Yani No. 12 Padang.
Penanganan pasca gempa di Sumbar memang mendapat
perhatian luas, termasuk dari pemerintah Australia. Malah
negara ini berkomitmen memberikan lebih dari A$ 15 juta
untuk membantu masyarakat Sumatera Barat pasca gempa
September 2009 lalu. (*)
sumber: http://www.rumahamangempa.net
————————————————————————————————
—————————————————-
1 Perbaikan Arsitektur (Repair)
Tujuannya adalah mengembalikan bentuk arsitektur bangunan
agar semua perlengkapan/peralatan dapat berfungsi kembali.
Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini. :
Menambal retak-retak pada tembok, plesteran, dan lain-lain.
Memperbaiki pintu-pintu, jendela-jendela, mengganti kaca,
dan lain-lain.
Memperbaiki kabel-kabel listrik.
Memperbaiki pipa-pipa air, pipa gas, saluran pembuangan.
Membangun kembali dinding pemisah, cerobong, pagar, dan
lain-lain.
Memplester kembali dinding
Mengatur kembali genteng-genteng.
Mengecat ulang
2 Restorasi (Restoration)
Tujuannya adalah melakukan perbaikan pada struktur penahan
beban.
5. Tindakan-tindakan yang termasuk jenis ini :
Menginjeksi air semen atau bahan-bahan epoxy (bila ada) ke
dalam retak-retak kecil terjadi pada dinding pemikul beban,
balok, maupun kolom. Retak kecil adalah retak yang
mempunyai lebar celah antara 0,075 cm dan 0,6 cm.
Penambahan jaringan tulangan pada dinding pemikul balok,
maupun kolom yang mengalami retak besar kemudian
diplester kembali. Retak besar adalah retak yang mempunyai
lebar celah lebih besar dari 0,6 cm.
Membongkar bagian-bagian dinding yang terbelah dan
menggantikannya dengan dinding baru dengan spesi yang
lebih kuat dan dijangkar pada portal.
Teknik Restorasi :
1. Pengisian bagian yang retak (tidak dalam) dengan adukan
semen.
2. Jaringan kawat ayam pada bagian yang retak (dalam)
Teknik Restorasi pada kolom
1. Untuk kolom yang mengalami retak sedang, bagian yang
rusak dibobok dan dibersihkan, setelah itu dicor kembali.
2. Untuk kolom yang rusak berat, yaitu kolom yang berkurang
kekuatannya berdasarkan pengamatan dan perhitungan,
bagian yang rusak dibobok dan setelah itu (kalau perlu) kolom
dibungkus dengan tambahan tulangan baru dan sengkang,
kemudian dicor kembali.
3 Perkuatan (Strengthening)
Tujuannya adalah peningkatan dari kekutan semula. Tindakan-
tindakan yang termasuk jenis ini :
1. Menambah daya tahan terhadap beban lateral . Dengan jalan
menambah dinding, menambah kolom, dan lain-lain.
6. 2. Menjadikan bangunan sebagai satu kesatuan dengan jalan
mengikat semua unsur-unsur penahan beban satu dengan
yang lainnya.
3. Menghilangkan sumber-sumber kelemahan atau yang bisa
menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan di bagian-
bagian tertentu . Di antaranya : Penyebaran letak kolom yang
tidak simetris, Penyebaran letak dinding yang tidak simetris,
Bukaan-bukaan yang berlebihan.
4. Menghindarkan terjadinya kehancuran getas dengan cara
memasang tulangan sesuai dengan detail-detail untuk
mencapai daktilitas yang cukup.
sumber : blog.beswandjarum.com
————————————————————————————————
—————————————————-
1. Untuk uji kelayakan itu perlu beberapa langkah om…dan yg
biasa dilakukan adalah..dengan pengamatan visual.. antara lain
pemetaan tipe keretakan dari sistem struktur..apakah
keretakan itu hanya arsitektural atau nonstruktural atau
malahan struktur utama retak2.. Yang kedua adalah defleksi
atau drift, atau displacement dari struktur..Hal ini perlu di
cek…untuk perhitungan apakah ada perubahan posisi dari
sistem struktur yg nantinya akan menjadi data tambahan
untuk untuk analisis bangunan..
2. Untuk indonesia masih dipegang oleh dinas tata ruang..tpi
tdk semua dilayani..hanya fasilitas penting sja…dan bayar
mahal..oleh karena itu..jika kerusakan tidak terlalu parah dan
harga bangunan lebih mahal maka sebaiknya menyewa pihak
konsultan untuk melakukan analisis..dari hasil analisis tersebut
konsultan dapat memberikan rekomendasi untuk perbaikan
dll…
3. Tergantung om…perlu adanya pengukuran lebar dan
kedalaman retaknya…
7. tpi untuk dinding, biasanya hal ini tidak dilakukan..karena
untuk dinding biaya jika dilakukan penggantian dengan yang
baru lebih murah…sehingga jika terlihat retakan yang cukup
besar.. biasanya langsung diganti..Perlu diingat, dinding
memberikan kekakuan arah in plane pada struktur sehingga
dapat berfungsi sebagai bracing…sehingga jika terjadi
keretakan akibat gempa artinya dinding sudah melewati batas
kemampuan memberikan kekakuan pada struktur. Sehingga
sebaiknya diperbaiki atau diganti.
4.Selimut beton pada dasarnya memang didesain untuk
mengalami keretakan.. dan rusak…ingat fungsi utama selimut
adalah mencegah korosi tulangan dan juga untuk efek
temperatur.. Nah untuk hal ini, perlu dicek apakah retak
selimut sudah sampai di level tulangan…karena jika sudah
sampai pada tulangan sebaiknya diperbaiki ( digrouting
)..karena akan merusak tulangan…
5. Yang paling penting adalah sambungan balok kolom,
kemiringan bangunan, dan pondasi…
sambungan balok kolom dicek karena disini lah t4 penyerapan
energi gempa..