Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
PRINSIP-PRINSIP EVALUASI
1. BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip-prinsip Evaluasi Pembelajaran
Untuk mengetahui tingkat perubahan tingkah laku atau keberhasilan siswa yang lebih
baik, maka harus dilaksanakan kegiatan evaluasi dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip
umum sebagai berikut :
1. Kontinuitas (Terus Menerus)
Evaluasi tidak boleh dilakukan secara incidental karena pembelajaran itu sendiri
adalah suatu proses yang continue. Oleh sebab itu, evaluasi pun harus dilakukan secara
continue (Zaenal Arifin, 2011 : 31). Maksud evaluasi yang dilaksanakan secara terus menerus
ialah agar guru memperoleh kepastian atau kemantapan dalam mengevaluasi. Dan dapat
mengetahui tahap-tahap perkembangan yang dialami oleh siswa. Perkembangan belajar
peserta didik tidak dapat dilihat dari dimensi produk saja, tetapi juga dimensi proses bahkan
dari dimensi input.
2. Komprehensif (Menyeluruh)
Evaluasi yang menyeluruh ialah yang mampu memproyeksikan seluruh aspek pola
tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk dapat melaksanakan
evaluasi ini , maka setiap tujuan instruksional harus telah dijabarkan sejelas-jelasnya.
Sehingga dapat dijadikan pedoman untuk melakukan pengukuran. Instrument evaluasi harus
mencerminkan item-item yang representatif, yang dijabarkan dari tujuan-tujuan instruksional
yang telah disusun.
Misalnya, jika objek evaluasi itu adalah pesrta didik, maka seluruh aspek kepribadian
peserta didik itu harus dievaluasi, baik yang menyangkut kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Begitu juga dengan objek-objek evaluasi yang lain (Zaenal Arifin, 2011 : 31).
Untuk membantu guru dalam usaha memenuhi validitas alat pengukur, maka harus dibuat
tabel spesifikasi tujuan yang mencakup aspek-aspek yang mewakili perilaku yang
diharapkan.
3. Objektif dan Adil
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
2. Didalam proses evaluasi hanya menunjukan aspek yang dievaluasi dengan keadaan yang
sebenarnya. Jadi dalam mengevaluasi hasil pendidikan dan pengajaran guru tidak boleh
memasukan faktor-faktor subyektif dalam memberikan nilai kepada siswa.
Oleh sebab itu, sikap like and dislike, keinginan, perasaan, dan prasangka yang bersifat
negatif harus dijauhkan. Evaluasi harus didasarkan pada data dan fakta yang sesungguhnya,
dan apa adanya, bukan hasil rekayasa (Zainal Arifin, 2011 : 31).
3
4. Kooperatif (Bekerja Sama)
Dalam kegiatan ini guru hendaknya bekerja sama dengan semua pihak, seperti orang tua
peserta didik, sesame guru, kepala sekolah termasuk dengan pesrta didik itu sendiri. Hal ini
dimaksudkan agar semua pihak merasa puas dengan hasil evaluasi, dan pihak-pihak tersebut
merasa dihargai. Asas kooperatif berlandaskan pada teori belajar Vygotsky (1986) yang
menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung
perkembangan kognitif. Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih
mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan
interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif (Anwar Holil. 2008).
5. Praktis, Ekonomis dan Mendidik
Praktis mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang menyusun
alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat tersebut. Untuk itu harus
diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal (Zaenal Arifin, 2011 : 31).
Evaluasi pembelajaran yang baik harus mudah dilaksanakan, rendah biaya, waktu dan
tenaga, dan bisa mencapai tujuan secara optimal. Kegiatan evaluasi pembelajaran juga harus
bisa memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya (Wiyono
dan Tumardi 2003 : 9).
6. Evaluasi adalah alat, bukan tujuan
Evaluator menyadari sepenuhnya bahwa tiap-tiap teknik evaluasi digunakan sesuai
dengan tujuan evaluasi. Hasil evaluasi yang diperoleh tanpa tujuan tertentu akan membuang
waktu dan uang, bahkan merugikan anak didik. Maka dari itu yang perlu dirumuskan lebih
dahulu ialah tujuan evaluasi, baru dari tujuan ini dikembangkan teknik yang akan digunakan
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
3. dan selanjutnya disusun test sebagai alat evaluasi. Jangan sampai terbalik, sebab tanpa
diketahui tujuan evaluasi data-yang diperoleh akan sia-sia. Atas dasar pengertian tersebut di
atas maka kebijakan-kebijakan pendidikan yang akan diambil dirumuskan dulu dengan jelas
sebelumnya dipilih prosedur evaluasi yang digunakan dengan demikian (Wakhinuddin :
2010).
7. Mengacu pada Tujuan
Pelaksanaan evaluasi pembelajaran juga harus mengacu pada tujuan pembelajaran
yang ditetapkan. Tujuan merupakan kriteria utama yang menentukan arah kegiatan evaluasi.
Sasaran kegiatan evaluasi adalah untuk melihat tercapai tidaknya pelaksanaan kegiatan
pembelajaran. Untuk itu, tujuan pembelajaran merupakan landasan utama yang dijadikan
patokan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran (Wiyono dan Tumardi, 2003 : 10).
8. Kepastian dan kejelasan
Dalam proses evaluasi maka kepastian dan kejelasan yang akan dievaluasi menduduki
urutan pertama. Evaluasi akan dapat dilaksanakan apabila tujuan evaluasi tidak dirumuskan
dulu secara jelas dalam. definisi yang operational. Bila kita ingin mengevaluasi kemajuan
belajar siswa maka pertama-tama kita identifikasi dan kita definisikan tujuan-tujuan
instruksional pengajaran dan barulah kita kembangkan alat evaluasinya. Dengan demikian
efektifitas alat evaluasi tergantung pada deskripsi yang jelas apa yang akan kita evaluasi.
4
Pada umumnya alat evaluasi dalam pendidikan terutama pengajaran berupa test. Test
ini mencerminkan karakteristik aspek yang akan diukur. Kalau kita akan mengevaluasi
tingkat intelegensi siswa, maka komponen-komponen intelegensi itu harus dirumuskan
dengan jelas dan kemampuan belajar yang dicapai dirumuskan dengan tepat selanjutnya
dikembangkan test sebagai alat evaluasi. Dengan demikian keberhasilan evaluasi lebih
banyak ditentukan kepada kemampuan guru (evaluator) dalam merumuskan/mendefinisikan
dengan jelas aspek-aspek individual ke dalam proses pendidikan (Wakhinuddin : 2010).
B. Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran
1. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan
a. Evaluasi Diagnostik (Diagnostic Assessment)
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang ditujukan untuk menelaah kelemahan-
kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya. Penilaian diagnostik memerlukan
sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan kesulitan bagi peserta didik.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
4. Soal-soal tersebut bervariasi dan difokuskan pada kesulitan. Penilaian diagnostik biasanya
dilaksanakan sebelum suatu pelajaran dimulai. Tujuannya adalah untuk menjajaki
pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai oleh peserta didik. Dengan kata lain,
apakah peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan tertentu untuk dapat
mengikuti materi pelajaran lain (Zainal Arifin, 2011 : 37).
b. Evaluasi Selektif
Evaluasi selektif adalah evaluasi yang digunakan untuk memilih siswa yang paling
tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu. Penilaian ini dilaksanakan dalam
rangka menyeleksi atau menyaring. Memilih siswa untuk mewakili sekolah dalam lomba-
lomba tertentu termasuk jenis penilaian selektif. Untuk kepentingan yang lebih luas penilaian
selektif misalnya seleksi penerimaan mahasiswa baru atau seleksi yang dilakukan dalam
rekrutmen tenaga kerja (Nana Sudjana : 2011).
c. Evaluasi Penempatan (Placement Assessment)
Evaluasi penempatan adalah penilaian yang bertujuan untuk mengetahui keterampilan
prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang
diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program itu. Dengan kata lain
penilaian ini berorientasi pada kesiapan siswa untuk menghadapi program baru dan
kecocokan program belajar dengan kemampuan yang telah dimiliki siswa (Nana Sudjana :
2011).
Pada umumnya penilaian penempatan dibuat sebagai pretest. Tujuan utamanya adalah
untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk mengikuti suatu program pembelajaran dan sejauh mana mana peserta didik
telah mengetahui kompetensi dasar sebagaimana yang tercantum silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tujuan yang pertamamasalahnya berkaitan dengan
kesiapan peserta didik menghadapi program baru, sedangkan untuk tujuan yang kedua
berkaitan dengan kesesuaian program pembelajaran dengan kemampuan peserta didik
(Zaenal Arifin, 2011 : 37).
5
Luas bahan pretest lebih terbatas dan tingkat kesukaran soalnya relative rendah. Hal
ini berdasarkan kenyataan bahwa pretest digunakan untuk menentukan apakah peserta didik
telah memiliki kemampuan-kemampuan minimal untuk mempelajari suatu unit materi
pelajaran atau belum sama sekali. Prates ini disebut criterion-referanced assessment yang
fungsi utamanya adalah untuk mengidentifikasi ada tidaknya prerequisite skills. Prates dibuat
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
5. untuk menentukan sejauh mana peserta didik telah menguasai materi pelajaran atau
memperoleh pengalaman belajar seperti tercantum dalam program pembelajaran, dan
sebenarnya tidak berbeda dengan tes hasil belajar. Dalam hal seperti itu prates dibuat sebagai
norm-referenced assessment (Zaenal Arifin, 2011 : 36).
d. Evaluasi Formatif (Formative Assessment)
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan
meningkatan proses belajar dan mengajar. Tujuan utama penilaian formatif adalah untuk
memperbaiki proses pembelajaran, bukan untuk menentukan tingkat kemampuan peserta
didik. Penilaian formatif sesungguhnya merupakan penilaian acuan patokan. Apa yang
dimaksudkan dengan penilaian formatif seperti yang diberikan pada akhir satuan pelajaran
sesungguhnya bukan sebagai penilaian formatif lagi, sebab data-data yang diperoleh akhirnya
digunakan untuk menentukan tingkat hasil belajar peserta didik (Zaenal Arifin, 2011 : 35).
Maksud dari evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-tengah
atau pada saat berlangsungnya proses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada setiap kali
satuan pembelajaran atau subpokok bahasan dapat diselesaikan dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana peserta didik “telah terbentuk” sesuai dengan tujuan pengajaran
yang telah ditentukan. (Sudijono, 2007: 23) Untuk membahas evaluasi formatif ini, seperti
yang Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi katakan dalam bukunya “Pengelolaan Pengajaran”,
(Rohani dan Ahmadi, 1991: 173-174) perlu meninjau dari berbagai segi sehingga akan
mudah memahami bagaimana sebenarnya evaluasi ini. di antaranya adalah sebagai berikut:
Dalam evaluasi formatif ini, ada beberapa manfaat yang dingkap oleh Suharsimi
Arikunto yaitu manfaat bagi siswa, guru dan program sekolah yang penjabarannya sebagai
berikut:
Manfaat bagi siswa:
a) Digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah menguasai bahan program
secara menyeluruh atau belum.
b) Merupakan penguatan bagi siswa dan memperbesar motivasi siswa untuk belajar
giat.
c) Untuk perbaikan belajar siswa.
d) Sebagai diagnosa kekurangan dan kelebihan siswa
Manfaat bagi guru:
a) Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah dapat diterima oleh
siswa.
b) Mengetahui bagian-bagian mana dari bahan pelajaran yang belum dikuasai siswa.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
6. 6
Manfaat bagi program sekolah:
a) Apakah program yang telah diberikan merupakan program yang tepat atau tidak.
b) Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-pengetahuan prasyarat yang
belum diperhitungkan
c) Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk mempertinggi hasil yang
akan dicapai atau tidak.
d) Apakah metode, pendekatan dan alat evaluasi yang digunakan sudah tepat atau
tidak (Arikunto, 1996: 34)
e. Evaluasi Sumatif (Summative Assessment)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan program
pelajaran selesai diberikan. Dengan kata lain evaluasi yang dilaksanakan setelah seluruh unit
pelajaran selesai diajarkan. Adapun tujuan utama dari evaluasi sumatif ini adalah untuk
menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh
program pengajaran dalam jangka waktu tertentu. (Sudijono, 2007: 23).
Hasil penilaian sumatif juga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran
secara keseluruhan. Penilaian sumatif termasuk penilaian yang menggunakan pendekatan
acuan norma (norm-referenced assessment), kemampuan peserta didik dibandingkan dengan
sekelompoknya (Zainal Arifin, 2011 : 36). Adapun fungsi utama penilaian sumatif adalah
sebagai berikut :
a. Untuk menentukan nilai akhir peserta didik dalam periode tertentu. Dengan demikian,
guru akan mengetahui kedudukan seorang peserta didik dibandingkan dengan peserta
didik lain dalam hal prestasi belajarnya.
b. Untuk memberikan keterangan tentang kecakapan atau keterampilan peserta didik
dalam periode tertentu.
c. Untuk memprakirakan berhasil tidaknya peserta didik dalam pelajaran berikutnya
yang lebih tinggi.
Agar fungsi memprakirakan ini dapat berjalan dengan baik, maka guru perlu
memperhatikan hal-hal berikut. Pertama, pelajaran berikutnya harus mempunyai hubungan
dengan pelajaran yang sudah ditempuhnya. Kedua, pelajaran berikutnya masih berhubungan
dengan karakteristik peserta didik. Ketiga, dapat dipergunakan untuk menentukan bahan
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
7. pelajaran berikutnya. Keempat, sebagai bahan pertimbangan untuk menyempurnakan urutan
dan ruang lingkup materi pelajaran, termasuk metode, media, dan sumber belajar yang
dipergunakan dalam serangkaian kegiatan pembelajaran (Zainal Arifin, 2011 : 36).
Berikut ini merupakan beberapa manfaat yang didapat dari evaluasi sumatif (Amirul
Bakhri : 2007):
1) Untuk menentukan nilai.
2) Untuk menentukan seseorang anak dapat atau tidak mengikuti kelompok dalam
menerima program berikutnya.
3) Untuk mengisi catatan kemampuan siswa (Arikunto, 2005: 36)
7
2. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran
a. Evaluasi Konteks
Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional
tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam
perencanaan.
Evaluasi konteks (context evaluation) merupakan dasar dari evaluasi yang bertujuan
menyediakan alasan-alasan (rationale) dalam penentuan tujuan (Baline R. Worthern & James
R Sanders : 1979) Karenanya upaya yang dilakukan evaluator dalam evaluasi konteks ini
adalah memberikan gambaran dan rincian terhadap lingkungan, kebutuhan serta tujuan
(goal).
Evaluasi konteks mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan lingkungan
program atau kondisi obyektif yang akan dilaksanakan. Berisi tentang analisis kekuatan dan
kelemahan obyek tertentu. Dengan kata lain evaluasi konteks berhubungan dengan analisis
masalah kekuatan dan kelemahan dari obyek tertentu yang akan atau sedang berjalan.
Evaluasi konteks memberikan informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan suatu
program yang akan on going. Selain itu, konteks juga bermaksud bagaimana rasionalnya
suatu program. Analisis ini akan membantu dalam merencanakan keputusan, menentapkan
kebutuhan dan merumuskan tujuan program secara lebih terarah dan demokratis. Evaluasi
konteks juga mendiagnostik suatu kebutuhan yang selayaknya tersedia sehingga tidak
menimbulkan kerugian jangka panjang ( Isaac and Michael:1981)
b. Evaluasi Input
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
8. Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi
yang digunakan untuk mencapai tujuan. Evaluasi input (input evaluation) merupakan evaluasi
yang bertujuan menyediakan informasi untuk menentukan bagaimana menggunakan
sumberdaya yang tersedia dalam mencapai tujuan program. Evaluasi input meliputi analisis
personal yang berhubungan dengan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang tersedia,
alternatif-alternatif strategi yang harus dipertimbangkan untuk mencapai suatu program.
Mengidentifikasi dan menilai kapabilitas sistem, alternatif strategi program, desain prosedur
untuk strategi implementasi, pembiayaan dan penjadwalan. Evaluasi masukan bermanfaat
untuk membimbing pemilihan strategi program dalam menspesifikasikan rancangan
prosedural. Informasi dan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menentukan sumber
dan strategi dalam keterbatasan yang ada. Pertanyaan yang mendasar adalah bagaimana
rencana penggunaan sumber-sumber yang ada sebagai upaya memperoleh rencana program
yang efektif dan efisien.
b. Evaluasi Proses
Evaluasi yang ditujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai kalancaran
proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor hambatan yang muncul
dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
Evaluasi yang dirancang dan diaplikasikan dalam praktik implementasi kegiatan
disebut dengan evaluasi proses. Untuk melihat apakah pelaksanaan program sudah sesuai
dengan strategi yang telah dilaksanakan tersebut, maka perlu diadakannya evauasi. Evaluasi
proses termasuk mengidentifikasi permasalahan prosedur pada pelaksanaan kejadian dan
aktivitas.
8
Setiap perubahan-perubahan yang terjadi pada aktivitas dimonitor secara jujur dan
cermat. Pencatatan aktivitas harian penting dilakukan karena berguna pada pengambilan
keputusan untuk menentukan tindak lanjut penyempurnaan dan menentukan kekuatan dan
kelemahan program. Stufflebeam juga mengatakan bahwa sevaluasi proses merupakan
pengecekan yang berkelanjutan atas implementasi perencanaan (Stufflebeam & Shienfield,
1985:175 dalam Badrujaman, 2009:66).
Tujuan evaluasi proses yaitu untuk mengidentifikasikan atau memprediksi dalam
proses pelaksanaan, seperti cacat dalam implementasinya (Badrujaman, 2009). Selanjutnya
dijelaskan pula bahwa evaluasi proses juga bertujuan untuk menyediakan informasi sebagai
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
9. dasar memperbaiki program, serta untuk mencatat, dan menilai prosedur kegiatan dan
peristiwa. Selain itu, tujuan utama evaluasi proses dikemukakan oleh Worthen and Sanders
(1973) dalam Fuddin Van Batavia under Uncategorized (2008), yaitu:
1. Mengetahui kelemahan selama pelaksanaan termasuk hal-hal yang baik untuk
dipertahankan,
2. Memperoleh informasi mengenai keputusan yang ditetapkan, dan
3. Memelihara catatan-catatan lapangan mengenai hal-hal penting saat implementasi
dilaksanakan.
Memonitor kegiatan, berinteraksi terus menerus, serta dengan mengobservasi
kegiatan, merupakan hal-hal yang dilakukan dalam evaluasi proses. Dalam melakukannya,
dinyatakan dalam Badrujaman (2009:66) bahwa hal tersebut dapat melibatkan pengukuran
pre-test dan pos-test terhadap pengetahuan dan keterampilan, mengobservasi perilaku tertentu
pada siswa, self-report mengenai perbaikan tingkah laku, penilaian performance rutin
(tingkat, tes terstandard, portofolio), self-study yang terus menerus, studi kasus individual,
kehadiran dan data kedisiplinan, kesesuaian antara program dengan pelaksanan,
keterlaksanaan program, pengukuran sosiometri, serta hambatan-hambatan yang ditemui.
c. Evaluasi Hasil
Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar
untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau dihentikan.
Evaluasi hasil adalah evaluasi yang bertujuan untuk mengukur, menginterpretasikan dan
menilai pencapaian program (Stufflebeam & Shienfield, 1985:176). Evaluasi produk adalah
evaluasi mengukur keberhasilan pencapaian tujuan. Evaluasi dapat juga bertujuan
mengumpulkan deskripsi dan penilaian terhadap iuran (outcome) dan menghubungkan itu
semua dengan objektif, konteks, input, dan informasi.proses, serta untuk menginterpretasikan
kelayakan dan keberhargaan program.
Evaluasi hasil dapat dilakukan dengan membuat definisi operasional dan mengukur
kriteria pengukuran yang telah dicapai (objektif), melalui pengumpulan nilai dari stakeholder,
dengan unjuk rasa (performing) baik dengan menggunakan analisis secara kuantitatif,
maupun kualitatif (Trotter et al., 1998:136).
9
d. Evaluasi Outcomes atau Lulusan
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
10. Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yakni evaluasi
lulusan setelah terjun ke masyarakat. Sekolah senantiasa berupaya meningkatkan mutu
lulusan agar memiliki kompetensi yang handal sebagai professional di bidangnya masing-
masing. Kegiatan ini digunakan sebagai bahan evaluasi kinerja lulusan serta wujud nyata
untuk meningkatkan mutu lulusan untuk bisa diaktualisasikan dimasyarakat.
3. Jenis evaluasi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran
a. Evaluasi Program Pembelajaran
Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran,
strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.
b. Evaluasi Proses Pembelajaran
Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis
besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
c. Evaluasi Hasil Pembelajaran
Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan
pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif,
afektif, psikomotorik.
4. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi
a. Berdasarkan objek :
1) Evaluasi Input
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.
2) Evaluasi Transformasi
Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain materi,
media, metode dan lain-lain.
3) Evaluasi Output
Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.
b. Berdasarkan subjek :
1) Evaluasi Internal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya guru.
2) Evaluasi Eksternal
Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya
orangtua, masyarakat.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
11. 10
5. Jenis evaluasi berdasarkan suatu program
a. Evaluasi perencanaan dan pengembangan
Hasil evaluasi ini sangat diperlukan untuk mendesain program pembelajaran. Sasaran
utamanya adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan program pembelajaran.
Persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan dan kebutuhan. Hasil evaluasi ini
dapat diramalkan kemungkinan implementasi program dan tercapainya keberhasilan program
pembelajaran. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum program sebenaranya disusun dan
dikembangkan.
Menurut Dadang Solihin, syarat perencanaan harus memiliki, mengetahui dan
memperhitungkan : (1) Tujuan akhir yang dikehendaki. (2) Sasaran-sasaran dan prioritas
untuk mewujudkannya . (2) Jangka waktu mencapai sasaran-sasaran tersebut . (4) Masalah-
masalah yang dihadapi.
Syarat perencanaan diantaranya adalah faktual dan realistis, logis dan rasional,
fleksibel komitmen komprehensif atau menyeluruh. Dan fungsi Perencanaan Sebagai
penuntun arah Minimalisasi ketidakpastian.
Pada masa yang lalu, perencanaan atau rancangan untuk kegiatan instruksional dan
pengajaran didasarkan terutama pada isi dan seringkali didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan subyektif. Perhatian utama lebih ditujukan pada metode mengajar, daripada
kegiatan belajar siswa, berarti lebih kepada alat atau sarana daripada tujuan pendidikan
(Jerrold E. Kemp, 1977).
b. Evaluasi Monitoring
Evaluasi ini dimaksudkan untuk memeriksa apakah program pembelajaran mencapai
sasaran secara efektif dan apakahprogram pembelajaran terlaksana sebagaimana mestinya.
Hasil evaluasi ini sangat baik untuk mengetahui kemungkinan pemborosan sumber dan waktu
pelaksanaan belajar, sehingga dapat dihindarkan.
Menurut Harry Hikmat tujuan monitoring adalah (1) Mengkaji apakah kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana. (2) Mengidentifikasi masalah yang
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
12. timbul agar langsung dapat diatasi. (3) Melakukan penilaian apakah pola kerja dan
manajemen yang digunakan sudah tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran.
(4) Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan (5)
Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang dari tujuan.
c. Evaluasi dampak
Evaluasi dampak menurut Rossi dan freeman, 1985 adalah sebuah evaluasi yang
mengukur taraf atau tingkat ketercapaian sebuah program dalam menyebabkan perubahan
seseorang dalam kehidupan yang selanjutnya. Evaluasi dampak ini bisa juga dilihat dari
definisi yang berbeda, misalnya menurut US Environmental Protection Agency mengartikan
bahwa evaluasi dampak adalah sebuah bentuk evaluasi yang mengukur akibat dari sebuah
program dengan membandingkan outcome yang dihasilkan dengan taksiran awal apa yang
akan terjadi apabila tidak mengikuti program yang ada (Wikipedia, 2008).
11
Evaluasi ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak yang ditmbulkan oleh suatu
program pembelajaran. Dampak ini dapat diukur berdasarkan criteria keberhasilan sebagai
indicator ketercapaian tujuan program pembelajaran (Zainal Arifin, 2011 : 33).
Dengan adanya evaluasi ini secara umum diharapkan mampu memberi masukan
tentang program pembelajaran yang sudah ada baik dari sisi kelebihan maupun
kekurangannya ketika sudah berada dalam kehidupan masyarakat yang sebenarnya. Dengan
kata lain, dengan evaluasi ini diharapkan mampu meningkatkan akuntabilitas, sebagai
pembelajaran yang dinamis, memberi kesempatan kepada pembuat keputusan untuk
memperbaiki program pendidikan yang sedang berjalan dan pada akhirnya akan membantu
pengalokasian dana yang lebih baik.
d. Evaluasi Efisiensi-Ekonomis
Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai tingkat efisiensi pelaksanaan program pembelajaran.
Unutk itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga, dan waktu yang diperlukan
dalam suatu program pembelajaran dengan program lainnya yang memiliki tujuan yang sama.
e. Evaluasi Program Komprehensif
Evaluasi ini dimaksudkan untuk menilai program pembelajaran secara menyeluruh, seperti
perencanaan program, pelaksanaan program, monitoring pelaksanaan, dampak program,
tingkat keefektifan dan efisiensi. Dalam model evaluasi dikenal dengan educational system
evaluation model.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
13. Menurut Wakhinuddin Evaluasi yang komprehensif memerlukan tehnik bervariasi.
Tidak adalah teknik evaluasi tunggal yang mampu mengukur tingkat kemampuan siswa
dalam belajar, meskipun hanya dalam satu pertemuan jam pelajaran. Sebab dalam
kenyataannya tiap-tiap teknik evaluasi mempunyai keterbatasan-keterbatasan tersendiri. Test
obyektif misalnya akan memberikan bukti obyektif tentang tingkat kemampuan siswa. Tetapi
hanya memberikan informasi sedikit dari siswa tentang apakah ia benar-benar mengerti
tentang materi tersebut, dan apakah sudah dapat mengembangkan ketrampilan berfikirnya.
Atas dasar prinsip inilah maka seyogyanya dalam proses belajar-mengajar, untuk
mengukur kemampuan belajar siswa digunakan teknik evaluasi yang bervariasi. Bob Houston
seorang ahli evaluasi di Amerika Serikat (Texas) menyarankan untuk mendapatkan hasil
yang lebih I obyektif dalam evaluasi, maka variasi teknik tidak hanya dikembangkan dalam
bentuk pengukuran kuantitas saja. Evaluasi harus didasarkan pula data kualitatif siswa yang
diperoleh dari observasi guru, Kepala Sekolah, catatan catatan harian dan sebagainya.
12
C. Syarat-Syarat Umum Evaluasi Pembelajaran
Penilaian yang akan dilaksanakan harus memenuhi persyaratan atau kriteria sebagai
berikut :
1. Validitas
a. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa Validitas diartikan sebagai sifat
benar, menurut bukti yang ada, logika berfikir, atau kekuatan hokum. Menurut Diknas bahwa
validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur sasaran ukurnya. Sedangkan
menurut Wikipedia Indonesia diterjemahkan, kesahihan, kebenaran yang diperkuat oleh bukti
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
14. atau data. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes
dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki
validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan criteria, dalam arti memiliki kesejajaran
antara tes dan criteria (Arikunto, 2005 : 65).
Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat
ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus
memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut. Dengan demikian kata valid
sering diartikan dengan tepat, benar, sahih, absah, sehingga kata valid dapat diartikan
ketepatan, kebenaran, kesahihan, atau keabsahan. Menurut Anas Sujiono apabila kata valid
dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur maka tes dikatakan valid adalah apabila tes
tersebut dengan secara tepat, secara benar, secara sahih, atau secara absah dapat mengukur
apa yang seharusnya diukur, dengan kata lain tes dapat dikatakan telah memiliki Validitas
apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar, sahih atau absah telah dapat mengungkap atau
mengukur apa yang seharus diungkap atau diukur lewat tes tersebut. Suatu skala atau
instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila instrumen
tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan
maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sedangkan tes yang memiliki validitas rendah
akan menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran.
Dalam kaitannya dengan tes dan penilaian , Retno mengemukakan tiga pokok
pengertian yang bisa digunakan sebagai berikut :
1) Validitas berkenaan dengan hasil dari sutu alat tes atau alat evaluasi, dan tidak
menyangkut alat itu sendiri. Tes intelegensi sebagai alat untuk melakukan tes
kecerdasan hasilnya valid , tapi kalau digunakan untuk melakukan tes hasil belajar
tidak valid.
2) Validitas adalah persoalan yang menyangkut tingkat (derajat), sehingga istilah
yang digunakan adalah derajat validitas suatu tes maka suatu tes ada yangh
disebut validitasnya tinggi, sedang dan rendah.
13
3) Validitas selalu dibatasi pada pengkususannya dalam penggunaan dan tidak
pernah dalam arti kualitas yang umum. Suatu tes berhitung mungkin tinggi
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
15. validitasnya untuk mengukur keterampilan menjumlah angka, tetapi rendah
validitasnya untuk mengukur berfikir matematis dan sedang validitasnya untuk
meramal keberhasilan siswa dalam pelajaran matematik yang akan datang.
Validitas adalah kesahihan pengukuran atau penilaian dalam penelitian. Dalam
analisis isi, validitas dilakukan dengan berbagai cara atau metode sebagai berikut :
1) Pengukuran produktivitas (productivity), yaitu derajat di mana suatu studi
menunjukkan indikator yang tepat yang berhubungan dengan variabel.
2) Predictive validity, yaitu derajat kemampuan pengukuran dengan peristiwa yang
akan datang.
3) Construct validity, yaitu derajat kesesuaian teori dan konsep yang dipakai dengan
alat pengukuran yang dipakai dalam penelitian tersebut.
b. Macam-macam Validitas
Menurut Suharsimi ada dua jenis validitas yaitu validitas logis dan validitas empiris.
Sementara Retno validitas itu terbagi menjadi lima tipe yaitu validitas tampang (face
validity), validitas logis (logical validity), validitas vaktor (factorikal validity), Validitas isi
(conten validity), dan validitas empiris (empirical validity). Sedangkan menurut Anas teknik
pengujian validitas hasil belajar secara garis besar dapat dibagi dua, yaitu pengujian validitas
tes secara rasional dan pengujian validitas tes secara empirik.
Pada dasarnya para ahli pendidikan melihat pengujian validitas tes itu dapat dilihat dari:
1) Pengujian validitas tes secara rasional.
Istilah lain dari istilah validitas rasional adalah validitas logika, validitas ideal atau
validitas dassollen. Istilah validitas logika (logical validity) mengandung kata logis berasal
dari kata logika yang berarti penalaran. Dengan makna demikian bahwa validitas logis untuk
sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran, kondisi
valid tersebut dipandang terpenuhi karena instrumen bersangkutan sudah dirancang secara
baik mengikuti teori dan ketentuan yang ada. Dengan demikian validitas logis ini dikatakan
benar apabila tes yang dilakukan sesuai denga ketentuan, peraturan dan teori yang ada,
sehingga suatu tes itu dapat dikatakan valid dapat dilihat setelah instrumen soal tes tersebut
telah selesai dibuat.
2) Pengujian Validitas Tes secara Empiris
Istilah “Validitas empiris” memuat kata “empiris” yang artinya “pengalaman” sebuah
instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji dari pengalaman.
Yang dimaksud dengan validitas empiris adalah ketepatan mengukur yang didasarkan pada
hasil analisis yang bersifat empirik. Sedangkan menurut Ebel bahwa Empirical Validity
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
16. adalah validitas yang berkenaan dengan hubungan antara skor dengan suatu kriteria. Kriteria
tersebut adalah ukuran yang bebas dan langsung dengan apa yang ingin diramalkan oleh
pengukuran.
14
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Validitas
Menurut Retno ada beberapa hal yang mempengaruhi validitas alat pengukur sebagai
berikut :
1. Faktor di dalam tes itu sendiri
2. Faktor dalam respon siswa, ini terjadi jika : Siswa mengalami gangguan emosional
dalam menjawab tes, Siswa hanya cendrung menerka-nerka dalam menjawab tes,
3. Faktor dalam mengadministrasi tes dan pembijian.
2. Reliabilitas
Menurut Sugiono (2005) Pengertian Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat
ukur itu dilakukan secara berulang. Reabilitas tes adalah tingkat keajegan suatu tes, yakni
sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak
berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Menurut Sukadji (2000)
reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran
yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefisien.
Koefisien tinggi berarti reliabilitas tinggi. Menurut Nursalam (2003) Reliabilitas adalah
kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau
diamati berkali – kali dalam waktu yang berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati
sama – sama memegang peranan penting dalam waktu yang bersamaan.
Sementara itu Kerlinger (1986) mengemukakan “reliabilitas dapat diukur dari tiga
criteria, yaitu stability, dependability, dan predictability. Selanjutnya Gronlund (1986)
mengemukakan ada empat faktor yang dapat mempengaruhi reliabilitas, yaitu “length of test,
spread of scores, difficulty indeks, and objectivity”. (Zainal Arifin, 2011 : 258)
Konsep reliabilitas mendasari kesalahan pengukuran yang mungkin terjadi pada suatu
proses pengukuran atau pada nilai tunggal tertentu, sehingga menimbulkan perubahan pada
susunan kelompoknya. Misalnya guru mengetes peserta didik dengan instrument tertentu dan
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
17. mendapat nilai 70. Kemudian pada kesempatan yang berbeda dengan instrument yang sama,
guru melakukan tes kembali, ternyata peserta didik tersebut mendapat nilai 75. Artinya tes
tersebut tidak reliable, karena terjadi kesalahan pengukuran. Tes yang reliable adalah apabila
koefisien reliabilitasnya tinggi dan kesalahan baku pengukurannya rendah.
Ada tiga macam reliabilitas yaitu :
1. Reliabilitas stabil (stability reliability)
Mengacu pada waktu. Untuk menentukan stabilitas, tes dilakukan ulang terhadap variabel
yang sama di waktu yang berlainan. Hasil pengujian tersebut akan dibandingkaan dan
berkorelasi dengan pengujian awal untuk memberikan stabilitas.
2. Reliabilitas terwakili (representative reliability)
Mengacu pada keterandalan masing-masing grup. Menguji apakah penyampaian indikator
sama jawabannya saat diterapkan ke kelompok yang berbeda-beda. (W.Lawrence, 2006 :
188).
15
3. Reliabilitas seimbang (equivalence reliability)
Menerapkan banyak indikator yang dapat dioperasionalisasikan ke semua konsepsi
pengukuran (W. Lawrence, 2006 : 188). Kesetaraan keandalan akan menggunakan dua
instrumen untuk mengukur konsep yang sama pada tingkat kesulitan yang sama. Reliabilitas
atau tidaknya pengujian akan ditentukan dari hubungan dua skor instrumen, atau lebih
dikenal dengan hubungan antara variabel bebas (independen variable) dengan variabel terikat
(dependen variable).
3. Praktikabilitas
Kepraktisan evaluasi dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada pada
instrument evaluasi baik dalam mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi hasil,
maupun kemudahan dalam menyimpanya.
Dalam memilih tes dan instrumen evaluasi yang lain kepraktisan merupakan syarat
yang tidak dapat diabaikan. Kepraktisan evaluasi terutama dipertimbangkan saat memilih tes
atau instrumen evaluasi lain yang dipubliksikan oleh suatu lembaga. Kepraktisan evaluasi
dapat diartikan sebagai kemudahan-kemudahan yang ada pada instrumen evaluasi baik dalam
mempersiapkan, menggunakan, menginterpretasi, memperoleh hasil maupun kemudahan
dalam menyimpannya.
Sebuah intrumen evaluasi dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila
bersifat praktis mudah pengadministrasiannya dan memiliki ciri : Mudah dilaksanakan, tidak
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
18. menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada audience mengerjakan
yang dianggap mudah terlebih dahulu. Mudah pemeriksaannya artinya dilengkapi pedoman
skoring, kunci jawaban. Dilengkapi petunjuk yang jelas sehingga dapat di laksanakan oleh
orang lain.
Dimyati dan Mudjiono (1994) mengemukakan Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepraktisan instrumen evaluasi adalah sebagai berikut (Zainal Arifin, 2011 : 264) :
a. Kemudahan mengadministrasi
Jika instrument evaluasi diadministrasikan oleh guru atau orang lain dengan
kemampuan terbatas, kemudahan pengadministrasian adalah suatu kualitas penting yang
diminta dalam instrument evaluasi.
b. Waktu yang disediakan untuk melancarkan evaluasi
Kepraktisan dipengaruhi pula oleh factor waktu yang disediakan untuk melancarkan
evaluasi. Waktu antara 20 menit sampai 60 menit yang disediakan untuk melancarkan
evaluasi merupakan waktu yang cukup untuk memberikan kepraktisan.
c. Kemudahan menskor
Untuk memberikan kemudahan penskoran diperlukan upaya berupa perbaikan
petunjuk penskoran dan lebih memudahkan kunci peskoran, pemisahan lembar jawaban dari
lembar soal, dan penskoran menggunakan mesin.
d. Kemudahan interpretasi dan aplikasi
Keberhasilan atau kegagalan evaluasi ditentukan oleh penggunaan hasil evaluasi. Jika
hasil evaluasi ditafsirkan secara tepat dan diterapkan secara efektif, maka hasil evaluasi akan
mendukung terhadap keputusan-keputusan pembelajaran yang lebih tepat. Untuk
memudahkan interpretasi dan aplikasi hasil evaluasi diperlukan petunjuk yang jelas. Semakin
mudah interpretasi dan aplikasi hasil evaluasi, semakin meningkat kepraktisan evaluasi.
16
e. Tersedianya bentuk instrumen evaluasi yang ekuivalen
Untuk berbagai kegunaan pendidikan, bentuk-bentuk ekuivalen untuk les yang sama
sering kali diperlukan. Bentuk-bentuk ekuivalen dari sebuah tes mengukur aspek-aspek
perilaku melalui butir-butir tes yang memiliki kesamaan dalam isi, tingkat kesulitan, dan
karakteristik lainnya.
4. Objektivitas
Objektivitas adalah suatu alat evaluasi harus benar-benar mengukur apa yang diukur,
tanpa adanya interpretasi yang tidak ada hubungannya dengan alat evaluasi itu dalam kata
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
19. lain sesuai dengan kemampuan siswa. Guru harus menilai siswa dengan kriteria yang sama
bagi setiap pekerjaan tanpa membeda-bedakan si A atau si B dan seterusnya.
Instrumen evaluasi hendaknya terhindar dari pengaruh-pengaruh subyektifitas pribadi
dari si evaluator dalam menetapkan hasilnya. Dalam menekan pengaruh subyektifitas yang
tidak bisa dihindari hendaknya evaluasi dilakukan mengacu kepada pedoman tertama
menyangkut masalah kontinuitas dan komprehensif.
Evaluasi harus dilakukan secara kontinu (terus-menerus). Dengan evaluasi yang
berkali-kali dilakukan maka evaluator akan memperoleh gambaran yang lebih jelas
tentang keadaan Audience yang dinilai. Evaluasi yang diadakan secara on the spot dan hanya
satu atau dua kali, tidak akan dapat memberikan hasil yang obyektif tentang keadaan
audience yang di evaluasi. Faktor kebetulan akan sangat mengganggu hasilnya.
Selain dari itu, interpretasi siswa terhadap instruksi dalam alat evaluasi harus sama,
instruksinya harus jelas dan tegas, tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda.
Objektivitas dalam penilaian sering diperlukan dalam menggunakan : questioner, essay test,
observation, rating scale, check list dan alat-alat lainnya.
Sering terjadi suatu alat evaluasi yang dibuat oleh seorang guru menimbulkan berbagai
interpretasi, sehingga hasilnya sangat berbeda-beda, karena setiap siswa mempunyai
interpretasinya masing-masing terhadap alat tersebut. Perbedaan interpretasi itu mungkin
disebabkan adanya istilah-istilah yang sulit dipahami. Untuk menghindarkan kesalahpahaman ini,
perlu dilakukan percobaan terlebih dulu dan menetapkan kriteria untuk mengontrol hasilnya.
Objektivitas juga diperlukan pada waktu membuat skor hasil tes. Guru harus menggunakan
kriteria yang sama.
5. Efisiensi
Efisiensi adalah Suatu alat evaluasi sedapat mungkin dipergunakan tanpa membuang
waktu dan uang yang banyak, efisiensi juga bisa diartikan ekonomis. Ini tidak berarti, bahwa
evaluasi yang memakan waktu, usaha dan uang sedikit dianggap alat evaluasi yang baik. Hal ini
tergantung pada tujuan penggunaan alat evaluasi dan banyaknya siswa yang dinilai dan
sebagainya.
Suatu alat evaluasi diharapkan dapat digunakan dengan sedikit biaya dan usaha
yang sedikit, dalam waktu yang singkat, dan hasil yang memuaskan. Efisiensi dapat dicapai
dengan cara :
17
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)
20. a. Si penilai mampu memilih alat yang tepat untuk tujuan tertentu.
b. Si penilai dapat mempertimbangkan perlu tidaknya mempergunakan beberapa macam
alat penilai.
Si penilai hanya memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan tujuan yang sama
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)