SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
Download to read offline
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. SEJARAH JALAN
1. Jejak
Pada saat pertama manusia mendiami bumi kita ini , usaha mereka
pertama-tama ialah mencari jalan untuk mencari kebutuhan hidup mereka
terutama makan dan minum.
Dalam mencari jalan, mereka dan juga binatang-binatang mencari
tempat-tempat yang paling sedikit rintangannya. Pada waktu itu mereka masih
merupakan pengembara-pengembara, maka yang didapat hanya jejak saja.
Manusia dan binatang mempunyai salah satu kepentingan yang sama, ialah
minum, maka jejak-jejak ini yang menuju ke danau-danau atau ke sungai-sungai
terlihat lebih nyata.
2. Jalan Setapak
Dengan bertambahnya jumlah manusia dan hidup berkelompok, maka
mereke membutuhkan tempet-tempet berdiam walaupun untuk sementara.
Umumnya mereka berpindah-pindah temept secara musiman atau bila tempat-
tempat disekitarnya sudah tidak ada atau kurang bahan makanan yang mereka
butuhkan, sehingga terciptalah jalan setapak atau yang dihutan disebut lorong-
lorong tikus. Jalan setapak ini merupakan jalan musiman untuk berburu pada
musim berburu dan untuk mencari ikan pada waktu mencari ikan.
3. Jalan Sebagai Prasarana Sosial dan Ekonomi
Pada 50 abad yang lalu manusia mulai hidup berkelompok di suatu
tempat membentuk suku-suku bangsa dan bangsa-bangsa. Pada saat ini
manusia mulai mempergunakan jalan yang tetep untuk mengadakan hubungan
dan tukar-menukar barang antara suku-suku bangsa dan bangsa-bangsa
tersebut. Pada saat inilah sejarah jalan yang sesungguhnya dimulai yang
berfungsi sebagai prasarana Sosial dan Ekonomi.
2
4. Jalan Sebagai Prasarana Sosial, Ekonomi, politik, Militer dan Kebudayaan
Bangsa Persia (6 abad S.M.) dan bangsa Romawi (4 abad S.M.) mulai
menaruh perhatian kepada pembuatan jalan-jalan untuk mempertahankan
peersatuanbangsanya dan untuk gerakan tentaranya dalam memperluas
jajahannya. Dengan demikian fungsi jalan bertambah dengan politik dan mil;iter.
Selama mereka menaklukkan bangsa-bangsa lain, juga membawa kebudayaan,
maka jalan juga mempunyai fungsi kebudayaan.
Bangsa Persia mulai abad ke 6 S.M. membuat jalan sepanjang 1.755
mil lewat Asia kecil, asia Barat Daya sampai ke teluk Persia.
Bangsa Romawi yang terkenal itu, selama abad ke 4 S.M. sampai abad
ke 4 M. Membuat jalan 50.000 mil di Italia, Perancis, Spanyol, Inggris, bagian
barat Asia Kecil dan bagian Utara Afrika, sehingga bangsa Romawi terkenal
sebagai pembuat jalan yang terbasar pada zaman itu.
B.SEJARAH PERKERASAN JALAN
1. Setelah Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkutan
Setelah meengenal hewan sebagai alat pengangkut, maka konstruksi
jalan menjadi maju, yaitu :
a. Bentuk jalan bertangga –tangga sudah dibuat lebih mendatar.
b. Batu-batu yang ditempatkan jarang-jarang di tempat yang jelek sudah dibuat
lebih kerap dan menutup rapat tempat-tempat yang jelek tersebut.
2. Setelah Mengenal Kendaraan Beroda
Bangsa Romawi mulai abad ke 4 SM sampai abad ke 4 M telah
membuat jalan dengan perkerasan dengan tebal lebih dari 1 meter dan lebar lebih
kurang 12 meter.
3. Pada Akhir Abad ke 18
Penemuan penting pada akhir abad 18 adalah perkerasan yang
diciptakan oleh Thomas Telford seorang ahli jembatan lengkung, dengan prinsip
3
seperti jembatan lengkung diciptakan perkerasan yang kemudian dinamakan
sistem Telford.
Kemudian ditemukan pula konstruksi perkerasan dengan prinsip
penyebaran beban dengan menyusun batu yang semakin ke atas semakin kecil ,
sehingga perkerasan jalan tersebut dinamakan perkerasan sistem Macadam.
4
BAB II
GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA
2.1. KLASIFIKASI JALAN
2.1.1. Fungsi Jalan
Berdasarkan fungsinya jalan dibagi menjadi :
- Jalan Arteri
- Jalan Kolektor
- Jalan Lokal
2.1.2. Kelas Jalan
Berdasarkan kelasnya jalan dapat dibagi menurut Peraturan Pemerintah no.
43/1993 :
Arteri terdiri dari :
- Kelas I beban as > 10 t
- Kelas II beban as < 10 t
- Kelas III A beban as < 8 t
Kolektor terdiri dari :
- Kelas III A beban as < 8 t
- Kelas III B beban as < 8 t
Lokal :
- Kelas III C beban as < 8 t
2.1.3. Medan Jalan
Medan jalan diukur relatip tegak lurus sumbu jalan , dapat dibagi menjadi 3 :
- Datar D < 3 %
- Perbukitan B 3 - 5 %
- Pegunungan G > 25 %
5
2.1.4. Wewenang Pemeliharaan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26/1985 wewenang pemeliharaannya
jalan dapat dibagi menjadi :
- Jalan Nasional
- Jalan Propinsi
- Jalan Kabupaten
- Jalan Desa
- Jalan Khusus
2.1.5. Satuan Mobil Penumpang ( SMP )
SMP adalah angka satuan kendaraan yang berhubungan dengan kapasitas jalan ,
dimana mobil penumpang ditetapkan memiliki 1 SMP
Tabel 2.1. Ekivalen Mobil Penumpang (emp)
No. Jenis Kendaraan Datar/ Perbukitan Pegunungan
1.
2.
3.
Sedan,Jeep,Station Wagon
Pick-Up, Bus Kecil, Truk Kecil
Bus dan Truk Besar
1,0
1,2-2,4
1,2-2,5
1,0
1,9-3,5
2,2-6,0
Didalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia ( MKJI ) dibedakan antara lalu lintas dan
hambatan samping.
Yang dimaksud dengan lalu lintas adalah :
- Kendaraan berat dan menengah ( bus kecil ) : MHV
- Bus besar : LB
- Truk Besar (truk kombinasi) : LT
- Kendaraan ringan : LV
- Kendaraan motor : UM
6
Sedangkan yang dimaksud dengan hambatan samping adalah kendaraan tak bermotor
dan pejalan kaki
Kendaraan rencana dapat dibedakan :
- Kendaraan kecil : mobil penumpang
- kendaraan sedang : truk 3 as tandem dan bus besar 2 as
- kendaraan besar : truk semi trailer
2.1.6. Volume Lalu Lintas Rencana
Volume Lalu Lintas Harian rencana (VLHR) adalah prakiraan volume lalu lintas harian
pada akhir tahun rencana lalu lintas dinyatakan dalam SMP/hari
Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun
rencana lalu lintas , dinyatakan dalam SMP/jam, dihitung dengan rumus :
VJR = VLHR x K/R
Dimana :
K : faktor lalu lintas jam sibuk
F : faktor variasi tingkat lalu lintas perseperempat jam dalam satu jam
Dari VJR nantinya dapat digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan.
Tabel 2.2. Penentuan faktor K dan faktor F berdasarkan Volume Lalu Lintas Harian
Rata-rata
VLHR K (%) F
>50.000
30.000-50.000
10.000-30.000
5.000-10.000
1.000-5.000
<1.000
4-6
6-8
6-8
8-10
10-12
12-16
0,9-1
0,8-1
0,8-1
0,6-0,8
0,6-0,8
<0,6
2.1.7. Kecepatan Rencana
7
Kecepatan rencana ( VR ) pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih
sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-
kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca cerah, lalu lintas
yang lengang dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.
Tabel 2.3. Kecepatan rencana VR sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan
Fungsi
Kecepatan Rencana (VR km/jam)
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70-120 60-80 40-70
Kolektor 60-90 50-60 30-50
Lokal 40-70 30-50 20-30
2.2. PENAMPANG MELINTANG JALAN
2.2.1. Bagian-bagian Jalan
Gambar 2.1. Gambar Penampang Jalan
Damija
Damaja
Selokan Lajur Lajur
Bahu Jalur Jalur Bahu
Daerah Pengawasan Jalan
8
Daerah Milik Jalan ( Damija) dibatasi oleh lebar yang sama dengan Daerah Manfaat
Jalan ( Damaja ) ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5 meter
dan kedalaman 1,5 meter.
2.2.2. Jalur Lalu Lintas
Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas
kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan . Batas jalur lalu lintas dapat
berupa :
1. Median
2. Bahu
3. Trotoar
4. Pulau jalan
5. Separator
Jalur lalu lintas dapat terdiri dari :
1. 1 jalur-2 lajur-2 arah
2. 1 jalur-2 lajur-1 arah
3. 2 jalur- 4 lajur- 2 arah
4. 2 jalur – n lajur – 2 arah
2.2.3. Lajur
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur
jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai
kendaraan rencana.
Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pada alinemen lurus :
1. 2-3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton
2. 4-5% untuk perkerasan kerikil
Tabel 2.4. Lebar lajur Ideal
Fungsi Kelas Lebar Lajur Ideal ( m )
Arteri I,
II,III A
3,75
3,50
Kolektor III A, III B 3,00
9
Lokal III C 3,00
Tabel 2.5. Kapasitas Lajur
Jalan 2 lajur Jalan 3 lajur Jalan banyak lajur
1 lajur 1 lajur semua semua 1 lajur 1 lajur
Kapasitas
Kap. rencana
2000
900
2000
1500
4000
1500
4000
2000
2000
1000
2000
1500
2.2.4. Median
Median adalah bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur
lalu lintas yang berlawanan arah. Fungsi median adalah :
1. memisahkan 2 aliran lalu lintas yang berlawanan arah
2. ruang lapak tunggu penyebarang jalan
3. penempatan fasilitas jalan
4. tempat prasarana kerja sementara
5. penghijauan
6. tempat berhenti darurat
7. cadangan lajur
8. mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan.
2.3. JARAK PANDANG
Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi
pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan
yang membahayakan , pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghindari
bahaya tersebut dengan aman.
Jarak pandang dapat dibedakan yaitu :
1. Jarak Pandang Henti (Jh)
2. Jarak Pandang Mendahului (Jd)
10
2.3.1. Jarak Pandang Henti
Jarak Pandang Henti adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap
pangemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya
halangan di depan. Jarak Pandangan Henti diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi
mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan
jalan. Jarak Pandangan Henti terdiri dari 2 elemen jarak :
1. Jarak Tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi
melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi
menginjak rem.
2. Jarak Pengereman (Jhr) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan
kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti.
Maka : Jh = 0,694 VR . 0,004 VR
2
/ f
Dengan :
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap , ditetapkan 2,5 detik
g = percepatan gravitasi , ditetapkan 9,8 m/det2
f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal , ditetapkan 0,35-
0,55
VR,km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20
Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16
2.3.2. Jarak Pandang Medahului
Jarak Pandang Mendahului adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan
mendahului kendaraan lain didepannya dengan aman sampai kendaraan tersebut
kembali ke lajur semula . Jarak tersebut diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata
pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan adalah105 cm.
11
Jd = d1 + d2 + d3 + d4
Dengan :
d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m)
d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur
semula (m)
d3 = jarak antara kendaraan mendahului dengan kendaraan yang datang dari
arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m)
d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan,
yang besarnya diambil sama dengan 2/3 d2 (m)
VR(km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jd (m) 800 670 550 350 250 200 150 100
2.4. ALINEMEN HORISONTAL
Alinemen horisontal atau trace jalan adalah garis sumbu jalan tegak lurus sumbu
peta.
2.4.1. Gaya Yang Terjadi Ditikungan :
a. tanpa kemiringan
fm .. G = m . V2
/ R
fm . G = G . V2
/ R
fm = V2
/ (127 R )
b. dengan kemiringan
fm . G cos a + G sin a = (m V2
/ R ) . cos a
fm . G + G tg a = G V2
/ (g R)
12
fm + e = V2
/ 127R
fm = koefisien gesek antara jalan dan ban
e = kemiringan jalan ke arah melintang
V = kecepatan kendaraan
R = jari-jari tikungan
2.4.2. Lengkung Peralihan
Untuk tikungan dengan jari-jari tertentu perlu adanya tikungan peralihan
Ls = 0,022 . V3
/ (R.c) – 2,727 V . e / c
Dengan :
Ls = panjang lengkung spiral (m)
V = kecepatan rencana ( km / jam )
R = jari-jari tikungan
c = perubahan percepatan (1,8-2,1 m/det3)
e = kemiringan jalan kearah melintang
2.4.2. Menghitung Panjang Tikungan
Tikungan circle
T = R tg D/2
E = T tg Δ / 2
L = (Δ / 180) p R
Tikungan spiral-spiral
s = (180 / 2p) . Ls / 2R
13
T s = ( R + p ) tgΔ / 2 + k
Es = ( R + p ) / cos Δ / 2 –R
Syarat Lc < 20 meter
Tikungan spiral –sircle – spiral
c = 57,29578 Ls / 2R
c = Δ – 2 s
Lc = ( c / 360) .2 pR
Lt = L c + 2 L s
Ts = (R + p) tg Δ /2 + k
Es = (R + p) / cosΔ/2 - R
2.5. ALINEMEN VERTIKAL
Alinyemen vertkal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal yang
melalui sumbu jalan dengan permukaan jalan bersangkutan.
Bila kita terpaksa melewati bukit dan jurang mengakibatkan adanya tanjakan dan
penurunan. Sepanjang mungkin kita usahakan mendapatkan panjang Lv dari tanjakan
itu sepanjang-panjangnya, supaya mendapatkan tanjakan yang ideal dan prosentase
grade dapat memenuhi standar yang diijinkan.
Panjang Lv dari tanjakan itu sangat memberi pada pandanganuntuk mendahului
satu kendaraan dengan kendaraan lainnya.
Lengkung vertikal dapat dibuat dengan 4 macam bentuk :
14
- Busur Lingkaran
- Parabola sederhana
- Parabola tingkat tiga
- Spiral (klothoida)
Gambar 2.3. Lengkung vertikal
Rumus-rumus
R = L/i x 100 (m)
i = i1 – i2 (%)
M = i x L/800 (m)
R = L/i x 100 (m)
c = i/ (200 x L )
Y = X2 .
C
Dengan :
15
R = jari-jari lengkung vertikal
i = kemiringan tanjakan
Landai maksimum yang diijinkan , panjang kritis dan panjang lengkung vertikal
dapat dilihat pada lampiran Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota.
2.6. KEBEBASAN SAMPING
S
m
A B
R
O
S<L
Gambar 2.2. Kebebasan samping ditikungan.
Untuk Jarak Pandang lebih kecil dari Panjang Lengkung
m = R vers 90. S/R
Untuk Jarak Pandang lebih besar dari Panjang Lengkung
m = R vers 90.L/R . 0,5(S-L) sin 90.L/R
dengan :
m : ordinat tengah sumbu jalur dalam ke penghalang
S : Jarak Pandang (m)
L : Panjang busur lingkaran (m)
R : jari-jari sumbu jalur dalam
2.7. PELEBARAN DITIKUNGAN
16
Dengan adanya tikungan jalan, ada kemiringan (superelevasi) dan pelebaran
jalan. Pelebaran jalan ini erat hubungannya dengan kemiringan jalan , yang besar
kecilnya pelebaran jalan ini tergantung pada besar kecil kecepatan dan jari-jari
tikungan.
B = n ( b’ + e ) + ( n – 1 ) Td + Z
Dengan
B = Jumlah lebar perkerasan pada tikungan (m)
n = jumlah jalur lau lintas
c = Kebebasan samping (0,80 m)
b’= Lebar lintasan kendaran truk pada tikungan
Td= Lebar melintang akibat tonjolan depan
Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi
17
BAB III
GEOMETRIK JALAN PERKOTAAN
3.1. SATUAN MOBIL PENUMPANG
Satuan volume kendaraan dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP),
nilai perbandingan untuk berbagai jenis kendaraan pada kondisi jalan pada daerah
datar adalah sebagai berikut:
- kendaraan penumpang/kendaraan bermotor roda tiga/sepeda motor 1,0
- truk kecil (berat<5ton)/bus mikro 2,5
- truk sedang (berat.5ton) 2,5
- bus 3,0
- truk berat (berat<10ton) 3,0
3.2. VOLUME RENCANA
Klasifikasi perencanaan jalan-jalan kota ditentukan terutama oleh volume lalu
lintas. Beberapa elemen perencanaan jalan tertentu sangat tergantung pada volume
lalu lintas jam puncak.
Untuk jalan-jalan 2 jalur:
DHV = DTV . (K/100)
Untuk jalan-jalan berjalur banyak :
DHV = DTV . (K/100) . (D/100)
Dengan :
DHV = Volume Per Jam Perencanaan untuk jalan 2 jalur
DTV = Volume Lalu lintas Rencana
18
K = Koefidien puncak (50
D = Koefisien arah
3.3. KLASIFIKASI PERENCANAAN
3.3.1. Jenis Perencanaan
Berdasarkan jenis hambatannya jalan-jalan perkotaan dibagi dalam dua tipe,
yaitu :
- Tipe I : Pengaturan jalan masuk secara penuh
- Tipe II : Sebagian atau tanpa pengaturan jalan masuk.
3.3.2. Kelas Perencanaan
Jalan-jalan tipe I terbagi dalam 2 kelas dan jalan tipe II terbagi dalam 4 kelas
sesuai dengan klasifikasi fungsional dan perencanaan volume lalu lintas.
Tabel 3.1. Jalan tipe I
Fungsi Kelas
Primer
Sekunder
Arteri 1
Kolektor 2
Arteri 2
Tabel 3.2. Jalan Tipe II
Fungsi DTV Kelas
Primer
Sekunder
Arteri - 1
Kolektor >10.000
<10.000
1
2
Arteri >20.000
<20.000
1
2
19
Kolektor >6.000
<8.000
2
3
Jalan lokal >500
<500
3
4
3.3.3. Dasar Klasifikasi Perencanaan
Tipe i, kelas I : Adalah jalan dengan standar tertinggi dalam melayani lalu lintas cepat
antar regional atau antar kota dengan pengaturan jalan masuk secara
penuh.
Tipe I,kelas II : Jalan dengan standar tertinggi dalam melayani lalu lintas cepat antar
Regional atau di dalam kota-kota metropolitan dengan sebagian atau
tanpa pengaturan jalan masuk.
TipeII,kelas I : Standar tertinggi bagi jalan-jalan dengan 4 lane atau lebih,
memberikan pelayanan angkutan cepat bagi angkutan antar kota,
atau dalam kota, dengan kontrol.
Tipe II, kelas II : Standar tertinggi bagi jalan-jalan dengan 2 atau 4 lane dalam
melayani angkutan cepat antar kota dan dalam kota, terutama untuk
persimpangan tanpa lampu LL.
Tipe II, kelas III : standar menengah bagi jalan dengan 2 jalur untuk melayani
angkutan dalam distrik dengan kecepatan sedang, untuk
persimpangan tanpa lampu LL.
Tipe II, kelas IV : Standar terendah bagi jalan satu arah yang melayani hubungan
dengan jalan-jalan lingkungan MHT.
3.4. KECEPATAN RENCANA
Batasan kecepatan bagi jalan-jalan perkotaan haruslah sesuai dengan tipe dan
kelas jalan yang bersangkutan.
20
Tabel 3.3. Kecepatan Rencana
Tipe Kelas Kecepatan
Rencana(km/jam)
Tipe I Kelas 1
Kelas 2
100, 80
80, 60
Tipe II Kelas 1
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
60
60, 50
40, 30
30, 20
21
BAB IV
DRAINASI
4.1. UMUM
4.1.1. Pengertian Drainasi
Drainasi secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang
mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebih an dalam suatu konteks
pemanfaatan tertentu.
Drainasi dapat dibedakan antara lain untuk daerah:
1. pemukiman
2. kawasan industri dan perdagangan
3. kampus dan sekolah
4. rumah sakit dan fasilitas umum
5. lapangan olah raga
6. lapangan parkir
7. instalasi militer,listrik, telekomunikasi
8. pelabuhan udara
4.1.2. Jenis Drainasi :
1. Menurut sejarah terbentuknya
a. Drainasi Alamiah : terbentuk secara alami, tidak ada unsur campur tangan
manusia
b. Drainasi buatan : dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainasi, untuk
menentukan debit akibat hujan, dan demensi saluran
2. Menurut Letak saluran
22
a. Drainasi Muka Tanah
c. Drainasi Bawah Muka Tanah
3. Menurut Fungsi Drainasi
a. Single Purpose : saluran berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan
saja
b. Multy purpose : Saluran berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan,
baik secara bercampur maupun bergantian
4. Menurut Konstruksi
a. Saluran terbuka : saluran untuk air hujan yang terletak di area yang cukup
luas. Juga untuk saluran air non hujan yang tidak mengganggu kesehatan
lingkungan.
b. Saluran tertutup : saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan
lingkungan . Juga untuk saluran dalam kota.
4.1.3. Pola Jaringan Drainasi
a. Siku
b. Paralel
23
c. Alamiah
d. Radial
e. Jaring-jaring
4.2. DRAINASI JALAN RAYA
Drainasi jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar perkotaan . umumnya di
perkotaan dan luar perkotaan , drainasi jalan raya selalu mempergunakan drainasi
muka tanah. Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau
trotoar . walaupun juga sebagaimana di luar perkotaan , ada juga saluran drainasi muka
24
tanah tidak ditutup , terbuka lebar, dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan ,
sehingga air dapat masuk saluran dengan bebas.
Drainasi jalan raya di perkotaan , elevasi sisi atas saluran selalu lebih tinggi dari
sisi atas muka jalan. Air masuk ke saluran melalui inlet . inlet yang ada dapat berupa
inlet tegak ataupun inlet horisontal.
4.3. TATA LETAK SALURAN
Untuk jalan raya yang lurus , kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi
kanan jalan,. Untuk jalan raya yang lebar di mana selain terdapat trotoar atau bahu
jalan , juga terdapat pembatas di tengah –tengah jalan sebagai pemisah juga antara
dua jalur jalan. Pembatas ini disebut sebagai median.
Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi , maka saluran akan terdapat pada
sisi tepi jalan atau pada bahu jalan , sedangkan jika kemiringan arah lebar ke arah
median jalan , maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut.
Jika jalan tidak lurus , menikung, maka kemiringan jalan satu arah . Kemiringan
satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan,
yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air dari saluran ini pada jarak tertentu,
direncanakan adanya pipa riol yang diposisikan di bawah badan jalan untuk
mengalirkan air dari saluran.
25
Gambar 4.1. Tampang melintang jalan raya lurus memanjang
26
Gambar 4.2. Potongan tegak inlet tegak drainasi jalan raya
Gambar 4.3. Potongan tegak inlet datar drainasi jalan raya
Pada umumnya untuk drainasi jalan raya di dalam kota , untuk mengalirkan air
dari jalan raya akibat hujan , ke dalam saluran dipergunakan inlet. Inlet tegak umumnya
berbentuk empat persegi panjang dan inlet datar berbentuk empat persegi panjang,
bujur sangkar atau lingkaran. Inlet hasil produksi pabrik umumnya mempunyai nilai
efisiensi. Pada pendemensian inlet, terlebih dahulu dianalisis luas lubang berdasarkan
debit inlet rencana. Dari luas lubang tersebut akan didapatkan luas inlet yang relatif
selalu lebih luas dari luas lubang. Luas lubang besar sama dengan jumlah luas lubang
kecil dari inlet , luas menjadi lebih besar dari luas lubang karena adanya tebal kisi-kisi
inlet, sehingga luas inlet yang ada merupakan luas lubang ditambah dengan luas tebal
kisi-kisi inlet. Jarak antar dari inlet biasanya direncanakan sekitar 10 meter sampai 30
meter.
27
DAFTAR PUSTAKA
Dalimin (1983). Pelaksanaan Pembangunan Jalan. Jakarta : Lestari.
Departemen Pekerjaan Umum (1988). Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan
Januari 1998. Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Departemen Pekerjaan Umum (1997). Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar
Kota Jakarta September 1997. Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Dalam Negeri (1998). Dasar-dasar
Desain Jalan. Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan Umum.
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (1970). Peraturan Perencanaan
Geometrik Jalan Raya Nomor 13 Tahun 1970. Jakarta : Badan Penerbit Peker-
jaan Umum.
Djoko Untung Sudarsono (1979). Konstruksi Jalan Raya. Jakarta : Badan Penerbit
Pekerjaan Umum.
Halim Hasmar (2002). Drainasi Perkotaan. Yogyakarta : UII Press.
Johan Kelanaputra Hainim (1984). Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi
(Edward K. Morlok. Terjemahan). Jakarta : Erlangga.
Pemerintah Republik Indonesia (1980). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 1980 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta : Penabur Ilmu.
28
Pemerintah Republik Indonesia (1985). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 26 Tahun 1985 Tentang Jalan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.
Pemerintah Republik Indonesia (1992). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan angkutan Jalan. Jakarta : Penabur Ilmu.
Pemerintah Republik Indonesia (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta.
Purwo Setianto (1988). Teknik Jalan Raya ( Clarkson H. Oglesby dan R. Gary Hicks.
Terjemahan). Jakarta : Erlangga.
Roeslan Diwiryo. Pengantar Teknik Jalan Raya . Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan
Umum.
Suripin (2004). Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi.
Sutanto (1992). Pedoman Drainase Jalan Raya ( AASHTO. Terjemahan ). Jakarta :
UI-Press.

More Related Content

What's hot

Pengantar geometrik-jalan ppt
Pengantar geometrik-jalan pptPengantar geometrik-jalan ppt
Pengantar geometrik-jalan pptIskandar Kyoto
 
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Djunaidi Syalat
 
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANMODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANPPGHybrid1
 
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANPERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANMira Pemayun
 
jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanE Sanjani
 
Perancangan Geometrik Jalan - Jalan
Perancangan Geometrik Jalan - JalanPerancangan Geometrik Jalan - Jalan
Perancangan Geometrik Jalan - JalanOkitanawa Everrobert
 
Analisis kinerja ruas jalan
Analisis kinerja ruas jalanAnalisis kinerja ruas jalan
Analisis kinerja ruas jalanEkha Poetra
 
Tugas perencanaan struktur geometri jalan
Tugas  perencanaan struktur geometri jalanTugas  perencanaan struktur geometri jalan
Tugas perencanaan struktur geometri jalanMuhammad Ali
 
Penanganan persimpangan
Penanganan persimpanganPenanganan persimpangan
Penanganan persimpanganReDy DeLano
 
Penampang melintang jalan
Penampang melintang jalanPenampang melintang jalan
Penampang melintang jalanPraboe Rienjany
 
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalanRekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalanAli Asnan
 
Panduan penempatan fasilitas perlengkapan jalan
Panduan penempatan fasilitas perlengkapan jalanPanduan penempatan fasilitas perlengkapan jalan
Panduan penempatan fasilitas perlengkapan jalanhilmalistyani
 
Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanModul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanPPGHybrid1
 
Volume lalu lintas rencana puslitbang jalan 1 maret 2017
Volume lalu lintas  rencana puslitbang jalan 1 maret 2017Volume lalu lintas  rencana puslitbang jalan 1 maret 2017
Volume lalu lintas rencana puslitbang jalan 1 maret 2017Aji Aulia
 

What's hot (20)

Pengantar geometrik-jalan ppt
Pengantar geometrik-jalan pptPengantar geometrik-jalan ppt
Pengantar geometrik-jalan ppt
 
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
 
Bab i jalan raya
Bab i jalan rayaBab i jalan raya
Bab i jalan raya
 
Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)
Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)
Bab 5 . topik 5.1 4 (alinyemen horizontal)
 
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATANMODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
MODUL TKP M5KB2 - GAMBAR BANGUNAN JALAN _ JEMBATAN
 
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANPERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
 
Bab 1,2,3,4,5
Bab 1,2,3,4,5Bab 1,2,3,4,5
Bab 1,2,3,4,5
 
jurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalanjurnal Konstruksi jalan
jurnal Konstruksi jalan
 
Perancangan Geometrik Jalan - Jalan
Perancangan Geometrik Jalan - JalanPerancangan Geometrik Jalan - Jalan
Perancangan Geometrik Jalan - Jalan
 
Bab ii mitha
Bab ii mithaBab ii mitha
Bab ii mitha
 
Jalan Angkut Tambang
Jalan Angkut TambangJalan Angkut Tambang
Jalan Angkut Tambang
 
ST
STST
ST
 
Analisis kinerja ruas jalan
Analisis kinerja ruas jalanAnalisis kinerja ruas jalan
Analisis kinerja ruas jalan
 
Tugas perencanaan struktur geometri jalan
Tugas  perencanaan struktur geometri jalanTugas  perencanaan struktur geometri jalan
Tugas perencanaan struktur geometri jalan
 
Penanganan persimpangan
Penanganan persimpanganPenanganan persimpangan
Penanganan persimpangan
 
Penampang melintang jalan
Penampang melintang jalanPenampang melintang jalan
Penampang melintang jalan
 
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalanRekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
Rekayasa lalu lintas dan persimpangan jalan
 
Panduan penempatan fasilitas perlengkapan jalan
Panduan penempatan fasilitas perlengkapan jalanPanduan penempatan fasilitas perlengkapan jalan
Panduan penempatan fasilitas perlengkapan jalan
 
Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan JembatanModul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
Modul TKP M4KB4 - Perancangan Jembatan
 
Volume lalu lintas rencana puslitbang jalan 1 maret 2017
Volume lalu lintas  rencana puslitbang jalan 1 maret 2017Volume lalu lintas  rencana puslitbang jalan 1 maret 2017
Volume lalu lintas rencana puslitbang jalan 1 maret 2017
 

Similar to Buku jalan raya

kelompok 1. Geometri Jalan.pptx
kelompok 1. Geometri Jalan.pptxkelompok 1. Geometri Jalan.pptx
kelompok 1. Geometri Jalan.pptxIlaFebriyani
 
klasifikasi jalan.pptx
klasifikasi jalan.pptxklasifikasi jalan.pptx
klasifikasi jalan.pptxdarmadi ir,mm
 
klasifikasi bjalanxx.pptx
klasifikasi bjalanxx.pptxklasifikasi bjalanxx.pptx
klasifikasi bjalanxx.pptxdarmadi ir,mm
 
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan JembatanModul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan JembatanPPGHybrid1
 
Analisis antrian kendaraan di jl.ap.pettarani makassar
Analisis antrian kendaraan di jl.ap.pettarani makassarAnalisis antrian kendaraan di jl.ap.pettarani makassar
Analisis antrian kendaraan di jl.ap.pettarani makassarGaluhRahmadyarto1
 
Bab iv sistem transportasi darat
Bab iv   sistem transportasi daratBab iv   sistem transportasi darat
Bab iv sistem transportasi daratDianIndaSari
 
02dasar2-geometrik-jalan.pptx
02dasar2-geometrik-jalan.pptx02dasar2-geometrik-jalan.pptx
02dasar2-geometrik-jalan.pptxIekORlando
 
Sempro Powerpoint Template.pptx
Sempro Powerpoint Template.pptxSempro Powerpoint Template.pptx
Sempro Powerpoint Template.pptxBunKer2
 
Simpang tiga tugu raya cimanggis depok
Simpang tiga tugu raya cimanggis depokSimpang tiga tugu raya cimanggis depok
Simpang tiga tugu raya cimanggis depokAyu Fatimah Zahra
 
PPT tentang Jalan.pdf
PPT tentang Jalan.pdfPPT tentang Jalan.pdf
PPT tentang Jalan.pdfBankScrew
 
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfK1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfHeriansyahPutra5
 
PERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptx
PERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptxPERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptx
PERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptxmeizajolanda3
 
Ii. karakteristik komponen lalu lintas
Ii. karakteristik komponen lalu lintasIi. karakteristik komponen lalu lintas
Ii. karakteristik komponen lalu lintasgusriantodanr2161
 
Keselamatan di Jalan Raya PJOK KELAS 9.pptx
Keselamatan di Jalan Raya PJOK KELAS 9.pptxKeselamatan di Jalan Raya PJOK KELAS 9.pptx
Keselamatan di Jalan Raya PJOK KELAS 9.pptxRayyanAlKautsar
 
Kapasitas jalan raya
Kapasitas jalan rayaKapasitas jalan raya
Kapasitas jalan rayanovirma_sari
 
PPT FIYA AUDREY ANDALUSIA_F11121006.pptx
PPT FIYA AUDREY ANDALUSIA_F11121006.pptxPPT FIYA AUDREY ANDALUSIA_F11121006.pptx
PPT FIYA AUDREY ANDALUSIA_F11121006.pptxFiyaAudreyAndalusia
 
IPS _ TRANSPORTASI DAN NEGARA MAJU
IPS _ TRANSPORTASI DAN NEGARA MAJUIPS _ TRANSPORTASI DAN NEGARA MAJU
IPS _ TRANSPORTASI DAN NEGARA MAJUShafa Fatin
 

Similar to Buku jalan raya (20)

kelompok 1. Geometri Jalan.pptx
kelompok 1. Geometri Jalan.pptxkelompok 1. Geometri Jalan.pptx
kelompok 1. Geometri Jalan.pptx
 
klasifikasi jalan.pptx
klasifikasi jalan.pptxklasifikasi jalan.pptx
klasifikasi jalan.pptx
 
KLASIFIKASI JALAN
KLASIFIKASI JALANKLASIFIKASI JALAN
KLASIFIKASI JALAN
 
klasifikasi bjalanxx.pptx
klasifikasi bjalanxx.pptxklasifikasi bjalanxx.pptx
klasifikasi bjalanxx.pptx
 
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan JembatanModul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
 
Analisis antrian kendaraan di jl.ap.pettarani makassar
Analisis antrian kendaraan di jl.ap.pettarani makassarAnalisis antrian kendaraan di jl.ap.pettarani makassar
Analisis antrian kendaraan di jl.ap.pettarani makassar
 
Bab iv sistem transportasi darat
Bab iv   sistem transportasi daratBab iv   sistem transportasi darat
Bab iv sistem transportasi darat
 
02dasar2-geometrik-jalan.pptx
02dasar2-geometrik-jalan.pptx02dasar2-geometrik-jalan.pptx
02dasar2-geometrik-jalan.pptx
 
Sempro Powerpoint Template.pptx
Sempro Powerpoint Template.pptxSempro Powerpoint Template.pptx
Sempro Powerpoint Template.pptx
 
Simpang tiga tugu raya cimanggis depok
Simpang tiga tugu raya cimanggis depokSimpang tiga tugu raya cimanggis depok
Simpang tiga tugu raya cimanggis depok
 
Outline ta mardi
Outline ta mardiOutline ta mardi
Outline ta mardi
 
PPT tentang Jalan.pdf
PPT tentang Jalan.pdfPPT tentang Jalan.pdf
PPT tentang Jalan.pdf
 
KJJ2.pptx
KJJ2.pptxKJJ2.pptx
KJJ2.pptx
 
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfK1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
 
PERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptx
PERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptxPERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptx
PERENCANAAN_GEOMETRIK_JALAN_1.pptx
 
Ii. karakteristik komponen lalu lintas
Ii. karakteristik komponen lalu lintasIi. karakteristik komponen lalu lintas
Ii. karakteristik komponen lalu lintas
 
Keselamatan di Jalan Raya PJOK KELAS 9.pptx
Keselamatan di Jalan Raya PJOK KELAS 9.pptxKeselamatan di Jalan Raya PJOK KELAS 9.pptx
Keselamatan di Jalan Raya PJOK KELAS 9.pptx
 
Kapasitas jalan raya
Kapasitas jalan rayaKapasitas jalan raya
Kapasitas jalan raya
 
PPT FIYA AUDREY ANDALUSIA_F11121006.pptx
PPT FIYA AUDREY ANDALUSIA_F11121006.pptxPPT FIYA AUDREY ANDALUSIA_F11121006.pptx
PPT FIYA AUDREY ANDALUSIA_F11121006.pptx
 
IPS _ TRANSPORTASI DAN NEGARA MAJU
IPS _ TRANSPORTASI DAN NEGARA MAJUIPS _ TRANSPORTASI DAN NEGARA MAJU
IPS _ TRANSPORTASI DAN NEGARA MAJU
 

Recently uploaded

Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptxilanarespatinovitari1
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxFahrizalTriPrasetyo
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptxEnginerMine
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Parthusien3
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptarifyudianto3
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxarifyudianto3
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptDellaEkaPutri2
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 

Recently uploaded (14)

Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE TriwulanpptxLaporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
Laporan Tinjauan Manajemen HSE/Laporan HSE Triwulanpptx
 
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptxSOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
SOAL UJIAN SKKhhhhhhjjjjjjjjjjjjjjjj.pptx
 
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
2024.02.26 - Pra-Rakor Tol IKN 3A-2 - R2 V2.pptx
 
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Partsample for Flow Chart Permintaan Spare Part
sample for Flow Chart Permintaan Spare Part
 
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.pptPresentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
Presentasi gedung jenjang 6 - Isman Kurniawan.ppt
 
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptxManajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
Manajer Lapangan Pelaksanaan Pekerjaan Gedung - Endy Aitya.pptx
 
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).pptBAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
BAB_3_Teorema superposisi_thevenin_norton (1).ppt
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get CytotecAbortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
Abortion Pills In Doha // QATAR (+966572737505 ) Get Cytotec
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 

Buku jalan raya

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. SEJARAH JALAN 1. Jejak Pada saat pertama manusia mendiami bumi kita ini , usaha mereka pertama-tama ialah mencari jalan untuk mencari kebutuhan hidup mereka terutama makan dan minum. Dalam mencari jalan, mereka dan juga binatang-binatang mencari tempat-tempat yang paling sedikit rintangannya. Pada waktu itu mereka masih merupakan pengembara-pengembara, maka yang didapat hanya jejak saja. Manusia dan binatang mempunyai salah satu kepentingan yang sama, ialah minum, maka jejak-jejak ini yang menuju ke danau-danau atau ke sungai-sungai terlihat lebih nyata. 2. Jalan Setapak Dengan bertambahnya jumlah manusia dan hidup berkelompok, maka mereke membutuhkan tempet-tempet berdiam walaupun untuk sementara. Umumnya mereka berpindah-pindah temept secara musiman atau bila tempat- tempat disekitarnya sudah tidak ada atau kurang bahan makanan yang mereka butuhkan, sehingga terciptalah jalan setapak atau yang dihutan disebut lorong- lorong tikus. Jalan setapak ini merupakan jalan musiman untuk berburu pada musim berburu dan untuk mencari ikan pada waktu mencari ikan. 3. Jalan Sebagai Prasarana Sosial dan Ekonomi Pada 50 abad yang lalu manusia mulai hidup berkelompok di suatu tempat membentuk suku-suku bangsa dan bangsa-bangsa. Pada saat ini manusia mulai mempergunakan jalan yang tetep untuk mengadakan hubungan dan tukar-menukar barang antara suku-suku bangsa dan bangsa-bangsa tersebut. Pada saat inilah sejarah jalan yang sesungguhnya dimulai yang berfungsi sebagai prasarana Sosial dan Ekonomi.
  • 2. 2 4. Jalan Sebagai Prasarana Sosial, Ekonomi, politik, Militer dan Kebudayaan Bangsa Persia (6 abad S.M.) dan bangsa Romawi (4 abad S.M.) mulai menaruh perhatian kepada pembuatan jalan-jalan untuk mempertahankan peersatuanbangsanya dan untuk gerakan tentaranya dalam memperluas jajahannya. Dengan demikian fungsi jalan bertambah dengan politik dan mil;iter. Selama mereka menaklukkan bangsa-bangsa lain, juga membawa kebudayaan, maka jalan juga mempunyai fungsi kebudayaan. Bangsa Persia mulai abad ke 6 S.M. membuat jalan sepanjang 1.755 mil lewat Asia kecil, asia Barat Daya sampai ke teluk Persia. Bangsa Romawi yang terkenal itu, selama abad ke 4 S.M. sampai abad ke 4 M. Membuat jalan 50.000 mil di Italia, Perancis, Spanyol, Inggris, bagian barat Asia Kecil dan bagian Utara Afrika, sehingga bangsa Romawi terkenal sebagai pembuat jalan yang terbasar pada zaman itu. B.SEJARAH PERKERASAN JALAN 1. Setelah Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkutan Setelah meengenal hewan sebagai alat pengangkut, maka konstruksi jalan menjadi maju, yaitu : a. Bentuk jalan bertangga –tangga sudah dibuat lebih mendatar. b. Batu-batu yang ditempatkan jarang-jarang di tempat yang jelek sudah dibuat lebih kerap dan menutup rapat tempat-tempat yang jelek tersebut. 2. Setelah Mengenal Kendaraan Beroda Bangsa Romawi mulai abad ke 4 SM sampai abad ke 4 M telah membuat jalan dengan perkerasan dengan tebal lebih dari 1 meter dan lebar lebih kurang 12 meter. 3. Pada Akhir Abad ke 18 Penemuan penting pada akhir abad 18 adalah perkerasan yang diciptakan oleh Thomas Telford seorang ahli jembatan lengkung, dengan prinsip
  • 3. 3 seperti jembatan lengkung diciptakan perkerasan yang kemudian dinamakan sistem Telford. Kemudian ditemukan pula konstruksi perkerasan dengan prinsip penyebaran beban dengan menyusun batu yang semakin ke atas semakin kecil , sehingga perkerasan jalan tersebut dinamakan perkerasan sistem Macadam.
  • 4. 4 BAB II GEOMETRIK JALAN ANTAR KOTA 2.1. KLASIFIKASI JALAN 2.1.1. Fungsi Jalan Berdasarkan fungsinya jalan dibagi menjadi : - Jalan Arteri - Jalan Kolektor - Jalan Lokal 2.1.2. Kelas Jalan Berdasarkan kelasnya jalan dapat dibagi menurut Peraturan Pemerintah no. 43/1993 : Arteri terdiri dari : - Kelas I beban as > 10 t - Kelas II beban as < 10 t - Kelas III A beban as < 8 t Kolektor terdiri dari : - Kelas III A beban as < 8 t - Kelas III B beban as < 8 t Lokal : - Kelas III C beban as < 8 t 2.1.3. Medan Jalan Medan jalan diukur relatip tegak lurus sumbu jalan , dapat dibagi menjadi 3 : - Datar D < 3 % - Perbukitan B 3 - 5 % - Pegunungan G > 25 %
  • 5. 5 2.1.4. Wewenang Pemeliharaan Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26/1985 wewenang pemeliharaannya jalan dapat dibagi menjadi : - Jalan Nasional - Jalan Propinsi - Jalan Kabupaten - Jalan Desa - Jalan Khusus 2.1.5. Satuan Mobil Penumpang ( SMP ) SMP adalah angka satuan kendaraan yang berhubungan dengan kapasitas jalan , dimana mobil penumpang ditetapkan memiliki 1 SMP Tabel 2.1. Ekivalen Mobil Penumpang (emp) No. Jenis Kendaraan Datar/ Perbukitan Pegunungan 1. 2. 3. Sedan,Jeep,Station Wagon Pick-Up, Bus Kecil, Truk Kecil Bus dan Truk Besar 1,0 1,2-2,4 1,2-2,5 1,0 1,9-3,5 2,2-6,0 Didalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia ( MKJI ) dibedakan antara lalu lintas dan hambatan samping. Yang dimaksud dengan lalu lintas adalah : - Kendaraan berat dan menengah ( bus kecil ) : MHV - Bus besar : LB - Truk Besar (truk kombinasi) : LT - Kendaraan ringan : LV - Kendaraan motor : UM
  • 6. 6 Sedangkan yang dimaksud dengan hambatan samping adalah kendaraan tak bermotor dan pejalan kaki Kendaraan rencana dapat dibedakan : - Kendaraan kecil : mobil penumpang - kendaraan sedang : truk 3 as tandem dan bus besar 2 as - kendaraan besar : truk semi trailer 2.1.6. Volume Lalu Lintas Rencana Volume Lalu Lintas Harian rencana (VLHR) adalah prakiraan volume lalu lintas harian pada akhir tahun rencana lalu lintas dinyatakan dalam SMP/hari Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas , dinyatakan dalam SMP/jam, dihitung dengan rumus : VJR = VLHR x K/R Dimana : K : faktor lalu lintas jam sibuk F : faktor variasi tingkat lalu lintas perseperempat jam dalam satu jam Dari VJR nantinya dapat digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan. Tabel 2.2. Penentuan faktor K dan faktor F berdasarkan Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata VLHR K (%) F >50.000 30.000-50.000 10.000-30.000 5.000-10.000 1.000-5.000 <1.000 4-6 6-8 6-8 8-10 10-12 12-16 0,9-1 0,8-1 0,8-1 0,6-0,8 0,6-0,8 <0,6 2.1.7. Kecepatan Rencana
  • 7. 7 Kecepatan rencana ( VR ) pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan- kendaraan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca cerah, lalu lintas yang lengang dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti. Tabel 2.3. Kecepatan rencana VR sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi medan jalan Fungsi Kecepatan Rencana (VR km/jam) Datar Bukit Pegunungan Arteri 70-120 60-80 40-70 Kolektor 60-90 50-60 30-50 Lokal 40-70 30-50 20-30 2.2. PENAMPANG MELINTANG JALAN 2.2.1. Bagian-bagian Jalan Gambar 2.1. Gambar Penampang Jalan Damija Damaja Selokan Lajur Lajur Bahu Jalur Jalur Bahu Daerah Pengawasan Jalan
  • 8. 8 Daerah Milik Jalan ( Damija) dibatasi oleh lebar yang sama dengan Daerah Manfaat Jalan ( Damaja ) ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5 meter dan kedalaman 1,5 meter. 2.2.2. Jalur Lalu Lintas Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan . Batas jalur lalu lintas dapat berupa : 1. Median 2. Bahu 3. Trotoar 4. Pulau jalan 5. Separator Jalur lalu lintas dapat terdiri dari : 1. 1 jalur-2 lajur-2 arah 2. 1 jalur-2 lajur-1 arah 3. 2 jalur- 4 lajur- 2 arah 4. 2 jalur – n lajur – 2 arah 2.2.3. Lajur Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai kendaraan rencana. Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pada alinemen lurus : 1. 2-3% untuk perkerasan aspal dan perkerasan beton 2. 4-5% untuk perkerasan kerikil Tabel 2.4. Lebar lajur Ideal Fungsi Kelas Lebar Lajur Ideal ( m ) Arteri I, II,III A 3,75 3,50 Kolektor III A, III B 3,00
  • 9. 9 Lokal III C 3,00 Tabel 2.5. Kapasitas Lajur Jalan 2 lajur Jalan 3 lajur Jalan banyak lajur 1 lajur 1 lajur semua semua 1 lajur 1 lajur Kapasitas Kap. rencana 2000 900 2000 1500 4000 1500 4000 2000 2000 1000 2000 1500 2.2.4. Median Median adalah bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua jalur lalu lintas yang berlawanan arah. Fungsi median adalah : 1. memisahkan 2 aliran lalu lintas yang berlawanan arah 2. ruang lapak tunggu penyebarang jalan 3. penempatan fasilitas jalan 4. tempat prasarana kerja sementara 5. penghijauan 6. tempat berhenti darurat 7. cadangan lajur 8. mengurangi silau dari sinar lampu kendaraan dari arah yang berlawanan. 2.3. JARAK PANDANG Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan , pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman. Jarak pandang dapat dibedakan yaitu : 1. Jarak Pandang Henti (Jh) 2. Jarak Pandang Mendahului (Jd)
  • 10. 10 2.3.1. Jarak Pandang Henti Jarak Pandang Henti adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pangemudi untuk menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di depan. Jarak Pandangan Henti diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan. Jarak Pandangan Henti terdiri dari 2 elemen jarak : 1. Jarak Tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai saat pengemudi menginjak rem. 2. Jarak Pengereman (Jhr) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti. Maka : Jh = 0,694 VR . 0,004 VR 2 / f Dengan : VR = kecepatan rencana (km/jam) T = waktu tanggap , ditetapkan 2,5 detik g = percepatan gravitasi , ditetapkan 9,8 m/det2 f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal , ditetapkan 0,35- 0,55 VR,km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20 Jh minimum (m) 250 175 120 75 55 40 27 16 2.3.2. Jarak Pandang Medahului Jarak Pandang Mendahului adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului kendaraan lain didepannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke lajur semula . Jarak tersebut diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan adalah105 cm.
  • 11. 11 Jd = d1 + d2 + d3 + d4 Dengan : d1 = jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m) d2 = jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur semula (m) d3 = jarak antara kendaraan mendahului dengan kendaraan yang datang dari arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m) d4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan, yang besarnya diambil sama dengan 2/3 d2 (m) VR(km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20 Jd (m) 800 670 550 350 250 200 150 100 2.4. ALINEMEN HORISONTAL Alinemen horisontal atau trace jalan adalah garis sumbu jalan tegak lurus sumbu peta. 2.4.1. Gaya Yang Terjadi Ditikungan : a. tanpa kemiringan fm .. G = m . V2 / R fm . G = G . V2 / R fm = V2 / (127 R ) b. dengan kemiringan fm . G cos a + G sin a = (m V2 / R ) . cos a fm . G + G tg a = G V2 / (g R)
  • 12. 12 fm + e = V2 / 127R fm = koefisien gesek antara jalan dan ban e = kemiringan jalan ke arah melintang V = kecepatan kendaraan R = jari-jari tikungan 2.4.2. Lengkung Peralihan Untuk tikungan dengan jari-jari tertentu perlu adanya tikungan peralihan Ls = 0,022 . V3 / (R.c) – 2,727 V . e / c Dengan : Ls = panjang lengkung spiral (m) V = kecepatan rencana ( km / jam ) R = jari-jari tikungan c = perubahan percepatan (1,8-2,1 m/det3) e = kemiringan jalan kearah melintang 2.4.2. Menghitung Panjang Tikungan Tikungan circle T = R tg D/2 E = T tg Δ / 2 L = (Δ / 180) p R Tikungan spiral-spiral s = (180 / 2p) . Ls / 2R
  • 13. 13 T s = ( R + p ) tgΔ / 2 + k Es = ( R + p ) / cos Δ / 2 –R Syarat Lc < 20 meter Tikungan spiral –sircle – spiral c = 57,29578 Ls / 2R c = Δ – 2 s Lc = ( c / 360) .2 pR Lt = L c + 2 L s Ts = (R + p) tg Δ /2 + k Es = (R + p) / cosΔ/2 - R 2.5. ALINEMEN VERTIKAL Alinyemen vertkal adalah garis potong yang dibentuk oleh bidang vertikal yang melalui sumbu jalan dengan permukaan jalan bersangkutan. Bila kita terpaksa melewati bukit dan jurang mengakibatkan adanya tanjakan dan penurunan. Sepanjang mungkin kita usahakan mendapatkan panjang Lv dari tanjakan itu sepanjang-panjangnya, supaya mendapatkan tanjakan yang ideal dan prosentase grade dapat memenuhi standar yang diijinkan. Panjang Lv dari tanjakan itu sangat memberi pada pandanganuntuk mendahului satu kendaraan dengan kendaraan lainnya. Lengkung vertikal dapat dibuat dengan 4 macam bentuk :
  • 14. 14 - Busur Lingkaran - Parabola sederhana - Parabola tingkat tiga - Spiral (klothoida) Gambar 2.3. Lengkung vertikal Rumus-rumus R = L/i x 100 (m) i = i1 – i2 (%) M = i x L/800 (m) R = L/i x 100 (m) c = i/ (200 x L ) Y = X2 . C Dengan :
  • 15. 15 R = jari-jari lengkung vertikal i = kemiringan tanjakan Landai maksimum yang diijinkan , panjang kritis dan panjang lengkung vertikal dapat dilihat pada lampiran Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. 2.6. KEBEBASAN SAMPING S m A B R O S<L Gambar 2.2. Kebebasan samping ditikungan. Untuk Jarak Pandang lebih kecil dari Panjang Lengkung m = R vers 90. S/R Untuk Jarak Pandang lebih besar dari Panjang Lengkung m = R vers 90.L/R . 0,5(S-L) sin 90.L/R dengan : m : ordinat tengah sumbu jalur dalam ke penghalang S : Jarak Pandang (m) L : Panjang busur lingkaran (m) R : jari-jari sumbu jalur dalam 2.7. PELEBARAN DITIKUNGAN
  • 16. 16 Dengan adanya tikungan jalan, ada kemiringan (superelevasi) dan pelebaran jalan. Pelebaran jalan ini erat hubungannya dengan kemiringan jalan , yang besar kecilnya pelebaran jalan ini tergantung pada besar kecil kecepatan dan jari-jari tikungan. B = n ( b’ + e ) + ( n – 1 ) Td + Z Dengan B = Jumlah lebar perkerasan pada tikungan (m) n = jumlah jalur lau lintas c = Kebebasan samping (0,80 m) b’= Lebar lintasan kendaran truk pada tikungan Td= Lebar melintang akibat tonjolan depan Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi
  • 17. 17 BAB III GEOMETRIK JALAN PERKOTAAN 3.1. SATUAN MOBIL PENUMPANG Satuan volume kendaraan dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP), nilai perbandingan untuk berbagai jenis kendaraan pada kondisi jalan pada daerah datar adalah sebagai berikut: - kendaraan penumpang/kendaraan bermotor roda tiga/sepeda motor 1,0 - truk kecil (berat<5ton)/bus mikro 2,5 - truk sedang (berat.5ton) 2,5 - bus 3,0 - truk berat (berat<10ton) 3,0 3.2. VOLUME RENCANA Klasifikasi perencanaan jalan-jalan kota ditentukan terutama oleh volume lalu lintas. Beberapa elemen perencanaan jalan tertentu sangat tergantung pada volume lalu lintas jam puncak. Untuk jalan-jalan 2 jalur: DHV = DTV . (K/100) Untuk jalan-jalan berjalur banyak : DHV = DTV . (K/100) . (D/100) Dengan : DHV = Volume Per Jam Perencanaan untuk jalan 2 jalur DTV = Volume Lalu lintas Rencana
  • 18. 18 K = Koefidien puncak (50 D = Koefisien arah 3.3. KLASIFIKASI PERENCANAAN 3.3.1. Jenis Perencanaan Berdasarkan jenis hambatannya jalan-jalan perkotaan dibagi dalam dua tipe, yaitu : - Tipe I : Pengaturan jalan masuk secara penuh - Tipe II : Sebagian atau tanpa pengaturan jalan masuk. 3.3.2. Kelas Perencanaan Jalan-jalan tipe I terbagi dalam 2 kelas dan jalan tipe II terbagi dalam 4 kelas sesuai dengan klasifikasi fungsional dan perencanaan volume lalu lintas. Tabel 3.1. Jalan tipe I Fungsi Kelas Primer Sekunder Arteri 1 Kolektor 2 Arteri 2 Tabel 3.2. Jalan Tipe II Fungsi DTV Kelas Primer Sekunder Arteri - 1 Kolektor >10.000 <10.000 1 2 Arteri >20.000 <20.000 1 2
  • 19. 19 Kolektor >6.000 <8.000 2 3 Jalan lokal >500 <500 3 4 3.3.3. Dasar Klasifikasi Perencanaan Tipe i, kelas I : Adalah jalan dengan standar tertinggi dalam melayani lalu lintas cepat antar regional atau antar kota dengan pengaturan jalan masuk secara penuh. Tipe I,kelas II : Jalan dengan standar tertinggi dalam melayani lalu lintas cepat antar Regional atau di dalam kota-kota metropolitan dengan sebagian atau tanpa pengaturan jalan masuk. TipeII,kelas I : Standar tertinggi bagi jalan-jalan dengan 4 lane atau lebih, memberikan pelayanan angkutan cepat bagi angkutan antar kota, atau dalam kota, dengan kontrol. Tipe II, kelas II : Standar tertinggi bagi jalan-jalan dengan 2 atau 4 lane dalam melayani angkutan cepat antar kota dan dalam kota, terutama untuk persimpangan tanpa lampu LL. Tipe II, kelas III : standar menengah bagi jalan dengan 2 jalur untuk melayani angkutan dalam distrik dengan kecepatan sedang, untuk persimpangan tanpa lampu LL. Tipe II, kelas IV : Standar terendah bagi jalan satu arah yang melayani hubungan dengan jalan-jalan lingkungan MHT. 3.4. KECEPATAN RENCANA Batasan kecepatan bagi jalan-jalan perkotaan haruslah sesuai dengan tipe dan kelas jalan yang bersangkutan.
  • 20. 20 Tabel 3.3. Kecepatan Rencana Tipe Kelas Kecepatan Rencana(km/jam) Tipe I Kelas 1 Kelas 2 100, 80 80, 60 Tipe II Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 60 60, 50 40, 30 30, 20
  • 21. 21 BAB IV DRAINASI 4.1. UMUM 4.1.1. Pengertian Drainasi Drainasi secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk mengalirkan air yang berlebih an dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu. Drainasi dapat dibedakan antara lain untuk daerah: 1. pemukiman 2. kawasan industri dan perdagangan 3. kampus dan sekolah 4. rumah sakit dan fasilitas umum 5. lapangan olah raga 6. lapangan parkir 7. instalasi militer,listrik, telekomunikasi 8. pelabuhan udara 4.1.2. Jenis Drainasi : 1. Menurut sejarah terbentuknya a. Drainasi Alamiah : terbentuk secara alami, tidak ada unsur campur tangan manusia b. Drainasi buatan : dibentuk berdasarkan analisis ilmu drainasi, untuk menentukan debit akibat hujan, dan demensi saluran 2. Menurut Letak saluran
  • 22. 22 a. Drainasi Muka Tanah c. Drainasi Bawah Muka Tanah 3. Menurut Fungsi Drainasi a. Single Purpose : saluran berfungsi mengalirkan satu jenis air buangan saja b. Multy purpose : Saluran berfungsi mengalirkan beberapa jenis buangan, baik secara bercampur maupun bergantian 4. Menurut Konstruksi a. Saluran terbuka : saluran untuk air hujan yang terletak di area yang cukup luas. Juga untuk saluran air non hujan yang tidak mengganggu kesehatan lingkungan. b. Saluran tertutup : saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan lingkungan . Juga untuk saluran dalam kota. 4.1.3. Pola Jaringan Drainasi a. Siku b. Paralel
  • 23. 23 c. Alamiah d. Radial e. Jaring-jaring 4.2. DRAINASI JALAN RAYA Drainasi jalan raya dibedakan untuk perkotaan dan luar perkotaan . umumnya di perkotaan dan luar perkotaan , drainasi jalan raya selalu mempergunakan drainasi muka tanah. Di perkotaan saluran muka tanah selalu ditutup sebagai bahu jalan atau trotoar . walaupun juga sebagaimana di luar perkotaan , ada juga saluran drainasi muka
  • 24. 24 tanah tidak ditutup , terbuka lebar, dengan sisi atas saluran rata dengan muka jalan , sehingga air dapat masuk saluran dengan bebas. Drainasi jalan raya di perkotaan , elevasi sisi atas saluran selalu lebih tinggi dari sisi atas muka jalan. Air masuk ke saluran melalui inlet . inlet yang ada dapat berupa inlet tegak ataupun inlet horisontal. 4.3. TATA LETAK SALURAN Untuk jalan raya yang lurus , kemungkinan letak saluran pada sisi kiri dan sisi kanan jalan,. Untuk jalan raya yang lebar di mana selain terdapat trotoar atau bahu jalan , juga terdapat pembatas di tengah –tengah jalan sebagai pemisah juga antara dua jalur jalan. Pembatas ini disebut sebagai median. Jika jalan ke arah lebar miring ke arah tepi , maka saluran akan terdapat pada sisi tepi jalan atau pada bahu jalan , sedangkan jika kemiringan arah lebar ke arah median jalan , maka saluran akan terdapat pada median jalan tersebut. Jika jalan tidak lurus , menikung, maka kemiringan jalan satu arah . Kemiringan satu arah pada jalan menikung ini menyebabkan saluran hanya pada satu sisi jalan, yaitu sisi yang rendah. Untuk menyalurkan air dari saluran ini pada jarak tertentu, direncanakan adanya pipa riol yang diposisikan di bawah badan jalan untuk mengalirkan air dari saluran.
  • 25. 25 Gambar 4.1. Tampang melintang jalan raya lurus memanjang
  • 26. 26 Gambar 4.2. Potongan tegak inlet tegak drainasi jalan raya Gambar 4.3. Potongan tegak inlet datar drainasi jalan raya Pada umumnya untuk drainasi jalan raya di dalam kota , untuk mengalirkan air dari jalan raya akibat hujan , ke dalam saluran dipergunakan inlet. Inlet tegak umumnya berbentuk empat persegi panjang dan inlet datar berbentuk empat persegi panjang, bujur sangkar atau lingkaran. Inlet hasil produksi pabrik umumnya mempunyai nilai efisiensi. Pada pendemensian inlet, terlebih dahulu dianalisis luas lubang berdasarkan debit inlet rencana. Dari luas lubang tersebut akan didapatkan luas inlet yang relatif selalu lebih luas dari luas lubang. Luas lubang besar sama dengan jumlah luas lubang kecil dari inlet , luas menjadi lebih besar dari luas lubang karena adanya tebal kisi-kisi inlet, sehingga luas inlet yang ada merupakan luas lubang ditambah dengan luas tebal kisi-kisi inlet. Jarak antar dari inlet biasanya direncanakan sekitar 10 meter sampai 30 meter.
  • 27. 27 DAFTAR PUSTAKA Dalimin (1983). Pelaksanaan Pembangunan Jalan. Jakarta : Lestari. Departemen Pekerjaan Umum (1988). Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan Januari 1998. Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Departemen Pekerjaan Umum (1997). Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Jakarta September 1997. Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Dalam Negeri (1998). Dasar-dasar Desain Jalan. Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (1970). Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya Nomor 13 Tahun 1970. Jakarta : Badan Penerbit Peker- jaan Umum. Djoko Untung Sudarsono (1979). Konstruksi Jalan Raya. Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Halim Hasmar (2002). Drainasi Perkotaan. Yogyakarta : UII Press. Johan Kelanaputra Hainim (1984). Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi (Edward K. Morlok. Terjemahan). Jakarta : Erlangga. Pemerintah Republik Indonesia (1980). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1980 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Jakarta : Penabur Ilmu.
  • 28. 28 Pemerintah Republik Indonesia (1985). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 1985 Tentang Jalan. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum. Pemerintah Republik Indonesia (1992). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Lalu Lintas dan angkutan Jalan. Jakarta : Penabur Ilmu. Pemerintah Republik Indonesia (1997). Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Jakarta. Purwo Setianto (1988). Teknik Jalan Raya ( Clarkson H. Oglesby dan R. Gary Hicks. Terjemahan). Jakarta : Erlangga. Roeslan Diwiryo. Pengantar Teknik Jalan Raya . Jakarta : Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Suripin (2004). Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta : Andi. Sutanto (1992). Pedoman Drainase Jalan Raya ( AASHTO. Terjemahan ). Jakarta : UI-Press.