SlideShare a Scribd company logo
1 of 42
Disusun oleh :
Gilang Bahana Putra
18314009
Dosen Pembimbing :
Fera Lestari, S.T., M.T.,
NIK. 022 19 02 03
Dosen Penguji :
Galuh Pramita S.T., M.T.,
NIK. 022 19 09 09
PENDAHULUAN
BAB III
BAB II
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Transportasi adalah salah satu sektor penting dalam pembangunan suatu daerah karena memiliki peran
yang sangat penting dalam mendukung kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Pada perkembangannya sarana
transportasi jalan umum sering kali membentuk pertemuan dengan sarana transportasi jalan rel yang memungkinkan
terjadinya kecelakaan antara kendaraan pribadi dengan kereta api.
Salah satu contoh kecelakaan yang sering terjadi pada perlintasan sebidang di Jalan Negara Ratu
No.82, Merak Batin Kecamatan Natar, Berdasarkan laman lampungpro.co.id telah terjadi kecelakaan pada tanggal 7
Mei 2022 dan 13 Mei 2022 yang melibatkan kereta api dengan kendaraan umum. Oleh karena itu, diperlukan analisis
mendalam mengenai keamanan dan keselamatan transportasi di perlintasan sebidang antara jalan rel dengan jalan
umum yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keselamatan dan keamanan dengan cara mengevaluasi kondisi
perlintasan sebidang berupa kelengkapan infrastruktur, mengetahui jarak pandang aman pengendara, serta
mengamati perilaku pengendara yang berlalu lintas pada perlintasan sebidang tersebut.
BAB III
BAB II
BAB I
01
02
03
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana kelengkapan dan kondisi
perlintasan sebidang pada Jalan Negara Ratu
No.82, Merak Batin dengan standar teknis yang
ada di pedoman perlintasan sebidang jalan rel
dengan jalan umum?
Bagaimana perilaku berlalu lintas pengendara
yang mempengaruhi keamanan dan
keselamatan kereta api pada jalan sebidang rel
dengan jalan umum?
Bagaimana tingkat keselamatan dan
keamanan ditinjau dari jarak pandang
pengguna jalan dengan masinis?
BAB III
BAB II
BAB I
01
02
03
TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui dan mengevaluasi kelengkapan
perlintasan sebidang pada Jalan Negara Ratu No.82,
Merak Batin apakah sesuai standar teknis sesuai
dengan Peraturan Direktur Jendral Perhubungan
Darat tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang
Antara Jalan Dengan Jalur Kereta Api.
Mengetahui perilaku berlalu lintas di
perlintasan kereta api dengan pengguna jalan
umum.
Mengetahui tingkat keselamatan dan
keamanan ditinjau dari jarak pandang
pengemudi.
BAB 3
BAB 2
BAB 1
BATASAN MASALAH
MANFAAT TEORITIS MANFAAT PRAKTIS
01
Lokasi penelitian berada pada perlintasan
sebidang, diperlintasan kereta api Pada
Jalan Negara Ratu No.82, Merak Batin.
02
Menganalisis kelengkapan dan kondisi
geometrik jalan Pada Jalan Negara Ratu
No.82, Merak Batin.
03
Menghitung volume harian rata-rata dengan
menggunakan metode PKJI 2014.
05
Penelitian dilaksanakan selama 3 hari dalam kurun waktu
satu minggu pada hari Senin, Rabu, dan Sabtu, yang
dilaksanakan pada jam puncak yaitu untuk pagi pada jam
07.00-08.00 WIB, siang jam 11.00-12.00 WIB dan sore
jam 16.00-17.00 WIB.
06
Menghitung jarak henti yang aman bagi pengguna
jalan dengan masinis sesuai dengan Peraturan
Direktur Jendral Perhubungan Darat tentang
Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang Antara
Jalan Dengan Jalur Kereta Api.
07
Mengamati perilaku pengguna jalan yang
melintas pada lokasi tersebut.
BAB III
BAB II
BAB I
04
Kendaraan yang akan diamati pada penelitian ini
yaitu kendaraan ringan (KR), kendaraan berat
menengah (KBM), bus besar (BB), truk besar
(TB), sepeda motor (SM).
08
Melakukan uji validitas dan reabilitas pada
kuesioner keamanan dan keselamatan
perlintasan sebidang.
MANFAAT PENELITIAN
Menambah wawasan dan pengetahuan dalam
bidang transportasi.
Memberikan masukan kepada instansi
terkait terutama PT.KAI dalam menjaga
keselamatan dan keamanan.
BAB III
BAB II
BAB I
Meningkatkan kesadaran dan pemahaman
masyarakat tentang pentingnya keamanan
dan keselamatan transportasi di perlintasan
sebidang.
Menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya dalam
mengembangkan dan memperdalam analisis
keamanan dan keselamatan transportasi di
perlintasan sebidang, baik dari segi metodologi
maupun obyek penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
BAB II
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Fungsi Jalan Status Jalan Tipe Jalan
JALAN UMUM
Jalan umum adalah jalan yang dibangun dan ditujukan
untuk penggunaan umum tanpa batasan khusus. Jalan
umum ini biasanya dipelihara oleh pemerintah sebagai
bagian dari infrastruktur publik untuk memfasilitasi
pergerakan orang dan barang di daerah tersebut. Jalan
umum dapat berupa jalan raya, jalan raya, jalan daerah,
jalan desa dan jalan tol yang dapat digunakan oleh siapa
saja, baik itu pengguna kendaraan bermotor, sepeda,
pejalan kaki maupun angkutan umum. Jalan umum juga
dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum seperti rambu-
rambu jalan, lampu jalan, trotoar, dll untuk menjamin
keamanan dan kenyamanan pengguna jalan.
 Jalan Arteri
 Jalan Kolektor
 Jalan Lokal
 Jalan tipe 2/2TT
 Jalan Tipe 4/2TT
 Jalan Tipe 4/2T
 Jalan Tipe 6/2T
 Jalan Desa
 Jalan Kota
 Jalan Kabupaten
 Jalan Provinsi
 Jalan Nasional
BAB I BAB II BAB III
Jalan Menurut Muatan Sumbu
Terberat
 Jalan Kelas I
 Jalan Kelas II
 Jalan Kelas III
 Jalan Kelas Khusus
Menurut (Undang-Undang No 22 Tahun 2009)
pada Pasal 9 ayat 2 jalan dikelompokkan
dalam beberapa kelas berdasarkan muatan
sumbu terberat yang ditetapkan berdasarkan
fungsi dan intensitas lalulintas dan angkutan
jalan dan daya dukung untuk menerima
muatan sumbu terberat dan dimensi
kendaraan bermotor. Pengelompokan jalan
menurut kelas jalan terdiri dari atas:
BAB I BAB II BAB III
Perlintasan kereta api mencakup persimpangan antara jalur kereta api dengan
jalan, termasuk jalan raya dan jalan kecil, yang dapat ditemukan di daerah pedesaan
atau perkotaan. Terdapat dua jenis perlintasan, yaitu perlintasan sebidang dan
perlintasan tak sebidang. Perlintasan tak sebidang terjadi ketika jalur kereta api dan
jalan raya tidak berada pada satu bidang, seperti contohnya pada flyover atau
underpass (Purnomo, A, 2012).
Perlintasan sebidang merujuk pada titik di mana jalan raya dan jalur kereta api
saling berpotongan. Untuk mengatur lalu lintas di perlintasan sebidang, biasanya
digunakan marka jalan, rambu lalu lintas, pulau jalan, bundaran, dan lampu lalu lintas.
Namun, pengaturan lebih sulit dilakukan untuk perlintasan sebidang yang melibatkan
kendaraan bermotor pada satu sisi dan kereta api pada sisi lain (Aswad, 2013).
JALAN KERETA API
BAB III
BAB II
BAB I
01
02
03
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.770/KA.401/DRJD/2005
tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta Api.
Pelintasan sebidang yang dilengkapi
dengan pintu
Pelintasan sebidang yang tidak
dilengkapi dengan pintu otomatis
Pelintasan sebidang yang dilengkapi
dengan pintu tidak otomatis
Menurut Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Darat Nomor
SK.770/KA.401/DRJD/2005 tentang Pedoman
Teknis Perlintasan Sebidang antara Jalan
dengan Jalur Kereta Api, Perlintasan sebidang
jalan umum dengan jalur kereta api dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut:
BAB I BAB II BAB III
01
02
03
Jumlah kereta api yang melintas pada
lokasi tersebut sekurang-kurangnya 25
kereta/hari dan sebanyak-banyaknya 50
kereta /hari.
Volume lalu lintas harian rata-rata (LHR)
sebanyak 1.000 sampai dengan 1.500
kendaraan pada jalan dalam kota dan 300
sampai dengan 500 kendaraan pada jalan luar
kota.
Hasil perkalian antara volume lalu lintas
harian rata-rata (LHR) dengan frekuensi
kereta api antara 12.500 sampai dengan
35.000 smpk.
Pelintasan sebidang yang dilengkapi dengan
pintu otomatis harus memenuhi kriteria sebagai
berikut:
01
BAB I BAB II BAB III
01
02
03
Jumlah kereta api yang melintas pada lokasi
tersebut sebanyak-banyaknya 25 kereta /hari.
Hasil perkalian antara volume lalu lintas harian
rata-rata (LHR) dengan frekuensi kereta api
sebanyak-banyaknya 12.500 smpk.
Volume lalu lintas harian rata-rata (LHR)
sebanyak-banyaknya 1000 kendaraan pada
jalan dalam kota dan 300 kendaraan pada jalan
luar kota.
Pelintasan sebidang yang tidak dilengkapi
dengan pintu otomatis harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
02
BAB III
BAB II
BAB I
Pelintasan sebidang yang dilengkapi dengan pintu tidak otomatis harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
MANFAAT TEORITIS MANFAAT PRAKTIS
01 Genta/isyarat suara dengan kekuatan
115 db pada jarak 1 meter.
02
Daftar semboyan.
03
Petugas yang berwenang.
05 Gardu penjaga dan fasilitasnya.
06
Daftar perjalanan kereta api sesuai
Grafik Perjalanan Kereta Api
(GAPEKA).
07 Semboyan bendera berwarna merah
dan hijau serta lampu semboyan.
04
Daftar dinasan petugas.
08
Perlengkapan lainnya seperti senter,
kotak P3K, jam dinding.
03
BAB III
BAB II
BAB I
VOLUME ARUS LALU LINTAS
Volume arus lalu lintas (Q) adalah ukuran jumlah
kendaraan yang melintas pada suatu jalan atau ruas jalan
dalam jangka waktu tertentu, biasanya diukur dalam lalu
lintas harian rata-rata(LHR). Nilai arus lalu lintas (Q)
mencerminkan komposisi lalu lintas, dengan menyatakan
arus dalam skr.
Satuan kendaraan ringan ini biasanya digunakan
untuk menghitung atau memperkirakan kapasitas jalan
dan kebutuhan lajur jalan yang dibutuhkan untuk
mengakomodasi volume kendaraan. Semua nilai arus lalu
lintas (per arah dan total) dikonversikan menjadi skr
dengan menggunakan nilai ekr yang diturunkan secara
empiris.
Nilai ekivalen kendaraan ringan tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:
< 6m 6-8m > 8m
0 1,2 1,2 1,8 0,8 0,6 0,4
800 1,8 1,8 2,7 1,2 0,9 0,6
1350 1,5 1,6 2,5 0,9 0,7 0,5
≥1900 1,3 1,5 2,5 0,6 0,5 0,4
0 1,8 1,6 5,2 0,7 0,5 0,3
650 2,4 2,5 5,0 1,0 0,8 0,5
1100 2,0 2,0 4,0 0,8 0,6 0,4
≥ 1600 1,7 1,7 3,2 0,5 0,4 0,3
0 3,5 2,5 6,0 0,6 0,4 0,2
450 3,0 3,2 5,5 0,9 0,7 0,4
900 2,5 2,5 5,0 0,7 0,5 0,3
≥ 1350 1,9 2,2 4,0 0,5 0,4 0,3
Datar
Bukit
Gunung
Tipe alinemen Arus total(kend/jam) KBM Lebar jalur lalu lintas (m)
SM
BB TB
Tabel Nilai Ekivalen Kendaraan Ringan
(ekr) jalan 2/2TT
BAB III
BAB II
BAB I
01
02
Rambu Pada Perlintasan Sebidang
Rambu peringatan dipasang pada
perlintasan sebidang antara jalan dengan
kereta api
Rambu larangan dipasang pada
perlintasan sebidang antara jalan dengan
kereta api
Rambu perlintasan adalah rambu-rambu yang
dipasang di dekat perlintasan sebidang, yang
tujuannya untuk memberitahukan dan
memperingatkan pengguna jalan tentang
adanya perlintasan kereta api. Berdasarkan
Peraturan Direktur Jenderal Prasarana dan
Wilayah tentang PedomanTeknis Perlintasan
Sebidang Antara Jalan dengan Jalur Kereta Api
No. SK.770/KA.401/DRJD/2005, perlintasan
sebidang wajib dilengkapi rambu-rambu lalu
lintas peringatan dan larangan sebagai berikut:
BAB III
BAB II
BAB I
Rambu peringatan dipasang pada perlintasan sebidang antara jalan
dengan kereta api
HATI-HATI MENDEKATI
PERLINTASAN
KERETA API
Rambu
No.22a.
Rambu
No.22b.
Rambu
No.24a, 24b
dan 24c.
Rambu
No.25.
BAB III
BAB II
BAB I
BAB I
BAB I
Rambu larangan dipasang pada perlintasan sebidang antara jalan
dengan kereta api
Rambu
No.1a.
Rambu
No.1c.
Rambu
No.1d.
Rambu
No.25.
BERHENTI TENGOK KIRI
DAN KANANSEBELUM
MELINTASI REL
Rambu
No.5c.
BAB III
BAB II
Marka Jalan Pada Perlintasan Sebidang
Marka Melintang. Marka Membujur.
Marka melintang berupa tanda
garis melintang sebagai batas
wajib berhenti kendaraan
sebelum melintasi jalur kereta
api, dengan ukuran lebar 0,30
meter dan tinggi 0,03 meter.
Marka membujur berupa
garis utuh sebagai larangan
kendaraan untuk melintasi
garis tersebut dengan ukuran
lebar 0,12 meter dan tinggi
0,03 meter.
BAB III
BAB II
Marka Jalan Pada Perlintasan Sebidang
Marka Lambang.
Marka lambang berupa tanda
peringatan yang dilengkapi dengan
tulisan “KA” sebagai tanda
peringatan adanya perlintasan
dengan jalur kereta api, dengan
ukuran lebar secara keseluruhan
2,4 meter dan tinggi 6 meter serta
ukuran huruf yang bertuliskan “KA”
tinggi 1,5 meter dan lebar 0,60
meter.
Pita pengganduh.
Pita penggaduh (rumble strip)
sebelum memasuki persilangan
sebidang.
Median dengan lebar 1m pada
jalan 2 lajur 2 arah.
Median.
BAB III
BAB II
BAB I
BAB I
Persinyalan Pada Pelintasan Sebidang
Isyarat Lampu. Isyarat suara.
Isyarat lampu satu warna
berwarna merah yang
menyala berkedip atau dua
lampu berwarna merah yang
menyala bergantian.
Isyarat suara atau tanda
panah pada lampu yang
menunjukan arah datangnya
kereta api.
BAB III
BAB II
BAB I
Tatacara pemasangan perlengkapan jalan
Berikut ialah tatacara pemasangan perlengkapan jalan
berupa rambu, marka dan pita kejut pada perlintasan
sebidang yang dilengkapi pintu dan tidak dilengkapi pintu
serta desain pintu dapat dilihat pada gambar disamping
BAB III
BAB II
BAB I
JARAK PANDANG
Jarak pandang pada perlintasan kereta api atau perlintasan sebidang adalah jarak yang diperlukan
seorang pengemudi untuk melihat secara jelas kereta api yang datang di perlintasan kereta api tersebut
sebelum mencapai perlintasan kereta api tersebut. Hal ini sangat penting untuk menghindari kecelakaan
antara kendaraan dan kereta api di perlintasan tersebut.
Menurut (Silvia Sukirman) keamanan pengemudi kendaraan untuk dapat
melihat dengan jelas dan menyadari situasinya pada saat mengemudi tergantung dari jarak yang terlihat
dari letak posisinya saat berkendara dan masih terlihat jelas jika diukur dari titik tersebut.
Jarak pandang tersebut berfungsi untuk:
 Menghindari terjadinya kecelakaan yang dapat membahayakan kendaraan dan manusia yang melintasi
perlintasan tersebut.
 Memberikan kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain yang bergerak dengan kecepatan lebih
rendah dengan mempergunakan lajur disebelahnya.
 Menambah efisiensi jalan tersebut sehingga volume pelayanan dapat dicapai semaksimal mungkin.
 Sebagai pedoman bagi pengatur lalulintas dalam menempatkan rambu-rambu lalulintas yang diperlukan
pada setiap segmen jalan.
01
BAB III
BAB II
BAB I
Metode persamaan dasar hubungan antara jarak
pandang dengan kecepatan kendaraan dan
kecepatan kereta api dirumuskan seperti pada Pers
2.1 dan 2.2
JARAK PANDANG
2.1
2.2
Ilustrasi jarak pandang kendaraan untuk mengamati
posisi kereta api.
BAB III
BAB II
BAB I
Hubungan jarak pandang dengan kecepatan
01
Kecepata
nKereta
(km/jam)
Bergera
kdari
posisi
Kendaraan sedang bergerak
KET
Kecepatan kendaraan (km/jam)
0 10 20 30 40 50 60
Jarak Pandang terhadap jalan rel, dari perlintasan, dT (m)
10 45 38 24 20 16 13 18
20 91 77 48 40 37 37 38
30 13
6
115 72 60 56 56 58
40 18
1
153 96 80 75 75 77
50 22
7
192 120 100 94 93 96
60 27
2
230 144 120 112 112 115
70 31
7
268 168 140 132 133 135 Diusahaka
nuntuk
dihindari
80 36
3
307 192 160 151 152 154
90 40
8
345 216 180 170 172 174
100 45
4
384 240 200 189 191 193
110 49
9
422 264 220 209 210 212
120 54
4
460 288 240 228 230 232
Jarak Pandang terhadap jalan raya, dari perlintasan, dH (m)
16 26 38 52 71 93
BAB III
BAB II
BAB I
BAB I
VALIDITAS
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Sebuah instrumen atau
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada instrumen atau kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan nilai r
hitung dengan nilai r tabel. Di dalam menentukan layak dan tidaknya suatu item yang akan digunakan,
biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05 yang artinya suatu item
dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai
positif maka butir atau pertanyaan atau variabel tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya, jika r hitung lebih
kecil dari r tabel, maka butir atau pertanyaan atau variabel tersebut dinyatakan tidak valid.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk uji validitas :
01
BAB III
BAB II
BAB I
REABILITAS
Uji reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari
variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap
pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur
konsistensi hasil pengukuran dari kuesioner dalam penggunaan yang berulang. Jawaban responden
terhadap pertanyaan dikatakan reliabel jika masing-masing pertanyaan dijawab secara konsisten atau
jawaban tidak boleh acak. Dalam mencari reliabilitas dalam penelitian ini penulis menggunakan teknis
Cronbach Alpha untuk menguji reliabilitas, alat ukur yaitu kompleksitas tugas, tekanan ketaatan,
pengetahuan auditor serta audit judgment. Dengan kriteria pengambilan keputusan, yaitu jika koefisien
Cronbach Alpha > 0,60 maka pertanyaan dinyatakan andal atau suatu konstruk maupun variabel dinyatakan
reliabel. Sebaliknya, jika koefisien Cronbach Alpha < 0,60 maka pertanyaan dinyatakan tidak andal.
Perhitungan reliabilitas formulasi Cronbach Alpha ini dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS 25.
Berikut adalah rumus yang digunakan untuk uji validitas :
01
BAB III
BAB II
BAB I
PENELITIAN TERDAHULU
“Peningkatan Keselamatan Pada Perlintasan
Sebidang(Studi Kasus : Lintas Karanggadul-
Purwokerto)”.
Aisha Hanum Istiqomah, Yuniar
Citra Lestari, Septiana Widi Astuti
(2020)
“ Analisa Keamanan Dan Keselamatan
Transportasi Di Perlintasan Sebidang Rel
Dengan Jalan Raya”.
Riki Julius A.R, Ferry Desromi, Enda
Kartika Sari (2022)
“Kajian Peningkatan Keselamatan Perlintasan
Sebidang Kereta Api Grogol Di Kabupaten
Tegal”.
Anton Budiharjo, Isro Febrian Yunarto
(2019)
“Analisis Peningkatan Keselamatan Pada
Perlintasan Sebidang Kereta Api Tanggulangin-
Porong (Studi Kasus : JPL 75 KM 31 +368)”.
Ary Putra Iswanto, Mariana Diah
Puspitasari, Nanda Ahda Imron, Ayunda
Via Dwi Mayangsari (2022)
“ Analisis Peningkatan Keselamatan Pada
Perlintasan Sebidang Tidak Dijaga (Studi
Kasus:Jpl 165 Blitar)”.
Muhammad Kusuma, Atik Roro Siti
K, Ahmad Expendi (2021)
BAB III
BAB II
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
METODE PENELITIAN
BAB III
BAB II
BAB I
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan pada penelitian
ini adalah kuantitatif dan kualitatif, yang dilakukan
dengan melakukan survei awal ke lokasi penelitian
untuk mengidentifikasi masalah, kemudian
melakukan pengumpulan data primer berupa data
fasilitas perlintasan sebidang, data volume lalu
lintas, data jarak pandang, dan data kuesioner yang
nantinya data-data tersebut akan di analisis yang
bertujuan untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan.
Kemudian seluruh prosedur diatas akan disusun
dalam sebuah bagan alir (flow chart) yang bertujuan
untuk mempermudah memahami setiap proses
yang gunakan dilakukan dapat dilihat dalam,
gambar 3.2 bagan diagram alir penelitian.
BAB III
BAB II
BAB I
LOKASI PENELITIAN
BAB I BAB II BAB III
SISTEMATIS PENELITIAN
BAB I BAB II BAB III
01
02
03
TAHAPAN PENELITIAN
Survey Pendahuluan
Pengumpulan Data
Analisis Penelitian
BAB I BAB II BAB III
S1
S3
S2
SURVEY PENDAHULUAN
Identifikasi masalah yang terjadi pada
perlintasan sebidang jalan Negara Ratu
No.82, Merak Batin.
Identifikasi masalah untuk mendapatkan
metode yang akan digunakan pada
penelitian ini.
Melakukan studi literatur yang akan
digunakan pada penelitian ini.
01
BAB I BAB II BAB III
PENGUMPULAN DATA
Fasilitas
Perlintasan
Geometrik Jalan
Dan Jarak Pandang
Kuesioner Arus Lalu Lintas
02
BAB I BAB II BAB III
01
02
FASILITAS
PERLINTASAN
Fasilitas Gardu Perlintasan
Fasilitas Marka Dan Rambu Perlintasan
BAB I BAB II BAB III
MANFAAT TEORITIS MANFAAT PRAKTIS
01 Data lebar Jalan Negara Ratu No.82,
Merak Batin
02
Tipe jalan
03
Data lebar bahu Jalan Negara Ratu
No.82, Merak Batin
05 Jarak dari pengemudi terhadap bagian
depan kendaraan
06 Kecepatan kendaraan (km/jam)
07 Kecepatan kereta Api (km/jam)
04
Data jarak dari garis stop atau dari
bagian depan kendaraan terhadap rel
terdekat
08 Jarak antara rel ke rel terluar
09
Panjang kendaraan yang didapatkan dengan
menggunakan data maksimum panjang kendaraan
yang didapatkan dari data klasifikasi jalan menurut
muatan sumbu terberat.
GEOMETRIK JALAN DAN JARAK PANDANG
BAB I BAB II BAB III
BAB III
Google Form 50 Responden
KUESIONER
BAB I BAB II BAB III
3
Hari
2
Surveyor Manual
ARUS LALU LINTAS
 Jenis kendaraan yang diamati yaitu
kendaraan ringan (KR), kendaraan berat
menengah (KBM), bus besar (BB), truk
besar (TB), sepeda motor (SM).
 Survey dilakukan pada setiap 15 menit
selama 1 jam sesuai dengan ketentuan PKJI
2014.
 Alat yang digunakan antara lain kamera,
form survey, alat tulis, aplikasi trafic
counter, laptop.
BAB I BAB II BAB III
Analisis
Frekuensi
Lalu Lintas
Analisis
Jarak
Pandang
Analisis
Perilaku
Pengendara
Analisis
Fasilitas
Perlintasan
DONE
Peraturan Direktur
Jenderal
Perhubungan
Darat Nomor
SK.770/KA.401/DR
JD/2005
Keputusan Menteri
Perhubungan No 53
Tahun 2000 tentang
Perpotongan atau
Persinggungan Antara
Jalur Kereta Api
Dengan Bangunan
Lain pada pasal 4 ayat
2
Peraturan Direktur
Jenderal
Perhubungan
Darat Nomor
SK.770/KA.401/DR
JD/2005
Peraturan Direktur
Jenderal
Perhubungan
Darat Nomor
SK.770/KA.401/DR
JD/2005
ANALISIS PENELITIAN
BAB I BAB II BAB III
Sempro Powerpoint Template.pptx

More Related Content

Similar to Sempro Powerpoint Template.pptx

PPT tentang Jalan.pdf
PPT tentang Jalan.pdfPPT tentang Jalan.pdf
PPT tentang Jalan.pdfBankScrew
 
PM_94_TAHUN_2018 PENINGKATAN KESELAMATAN PERLINTASAN SEBIDANG.pdf
PM_94_TAHUN_2018 PENINGKATAN KESELAMATAN PERLINTASAN SEBIDANG.pdfPM_94_TAHUN_2018 PENINGKATAN KESELAMATAN PERLINTASAN SEBIDANG.pdf
PM_94_TAHUN_2018 PENINGKATAN KESELAMATAN PERLINTASAN SEBIDANG.pdfTedyBIA
 
Angkutan umum kinerja
Angkutan umum kinerjaAngkutan umum kinerja
Angkutan umum kinerjaParea Rangan
 
Ekspose masterplan transportasi tangsel dishub
Ekspose masterplan transportasi tangsel dishubEkspose masterplan transportasi tangsel dishub
Ekspose masterplan transportasi tangsel dishubdwianto23
 
Makalah senior
Makalah seniorMakalah senior
Makalah seniordedcay
 
Transportasi Modul 2.pdf
Transportasi Modul 2.pdfTransportasi Modul 2.pdf
Transportasi Modul 2.pdfDedeIskamto1
 
Simpang tiga tugu raya cimanggis depok
Simpang tiga tugu raya cimanggis depokSimpang tiga tugu raya cimanggis depok
Simpang tiga tugu raya cimanggis depokAyu Fatimah Zahra
 
Laporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docxLaporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docxkusmiraagustian1
 
Geometrik jalan raya
Geometrik jalan rayaGeometrik jalan raya
Geometrik jalan rayaFahmi Ula
 
Contoh proposal seminar judul
Contoh proposal seminar judul Contoh proposal seminar judul
Contoh proposal seminar judul andika dika
 
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANPERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANMira Pemayun
 
Dasar_Perencanaan_Geometrik_Jalan.pptx
Dasar_Perencanaan_Geometrik_Jalan.pptxDasar_Perencanaan_Geometrik_Jalan.pptx
Dasar_Perencanaan_Geometrik_Jalan.pptxelisabeth357711
 
Projek akhir pengangkutan bandar
Projek akhir pengangkutan bandarProjek akhir pengangkutan bandar
Projek akhir pengangkutan bandarNurfarahAnis5
 
Tugasan projek akhir pengangkutan bandar A168109
Tugasan  projek akhir pengangkutan bandar A168109Tugasan  projek akhir pengangkutan bandar A168109
Tugasan projek akhir pengangkutan bandar A168109TashaKoh4
 

Similar to Sempro Powerpoint Template.pptx (20)

PPT tentang Jalan.pdf
PPT tentang Jalan.pdfPPT tentang Jalan.pdf
PPT tentang Jalan.pdf
 
PM_94_TAHUN_2018 PENINGKATAN KESELAMATAN PERLINTASAN SEBIDANG.pdf
PM_94_TAHUN_2018 PENINGKATAN KESELAMATAN PERLINTASAN SEBIDANG.pdfPM_94_TAHUN_2018 PENINGKATAN KESELAMATAN PERLINTASAN SEBIDANG.pdf
PM_94_TAHUN_2018 PENINGKATAN KESELAMATAN PERLINTASAN SEBIDANG.pdf
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
Angkutan umum kinerja
Angkutan umum kinerjaAngkutan umum kinerja
Angkutan umum kinerja
 
Ekspose masterplan transportasi tangsel dishub
Ekspose masterplan transportasi tangsel dishubEkspose masterplan transportasi tangsel dishub
Ekspose masterplan transportasi tangsel dishub
 
Makalah senior
Makalah seniorMakalah senior
Makalah senior
 
Survey lalu lintas kelompok 6
Survey lalu lintas kelompok 6Survey lalu lintas kelompok 6
Survey lalu lintas kelompok 6
 
Transportasi Modul 2.pdf
Transportasi Modul 2.pdfTransportasi Modul 2.pdf
Transportasi Modul 2.pdf
 
Pengantar rs-smg-19apr12
Pengantar rs-smg-19apr12Pengantar rs-smg-19apr12
Pengantar rs-smg-19apr12
 
2003bda bab08
2003bda bab082003bda bab08
2003bda bab08
 
Simpang tiga tugu raya cimanggis depok
Simpang tiga tugu raya cimanggis depokSimpang tiga tugu raya cimanggis depok
Simpang tiga tugu raya cimanggis depok
 
Laporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docxLaporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docx
 
Geometrik jalan raya
Geometrik jalan rayaGeometrik jalan raya
Geometrik jalan raya
 
Bab ii mitha
Bab ii mithaBab ii mitha
Bab ii mitha
 
Contoh proposal seminar judul
Contoh proposal seminar judul Contoh proposal seminar judul
Contoh proposal seminar judul
 
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANPERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
 
Dasar_Perencanaan_Geometrik_Jalan.pptx
Dasar_Perencanaan_Geometrik_Jalan.pptxDasar_Perencanaan_Geometrik_Jalan.pptx
Dasar_Perencanaan_Geometrik_Jalan.pptx
 
Projek akhir pengangkutan bandar
Projek akhir pengangkutan bandarProjek akhir pengangkutan bandar
Projek akhir pengangkutan bandar
 
Tugasan projek akhir pengangkutan bandar A168109
Tugasan  projek akhir pengangkutan bandar A168109Tugasan  projek akhir pengangkutan bandar A168109
Tugasan projek akhir pengangkutan bandar A168109
 
A188572-LMCP 2502 PROJEK AKHIR.pptx
A188572-LMCP 2502 PROJEK AKHIR.pptxA188572-LMCP 2502 PROJEK AKHIR.pptx
A188572-LMCP 2502 PROJEK AKHIR.pptx
 

Sempro Powerpoint Template.pptx

  • 1. Disusun oleh : Gilang Bahana Putra 18314009 Dosen Pembimbing : Fera Lestari, S.T., M.T., NIK. 022 19 02 03 Dosen Penguji : Galuh Pramita S.T., M.T., NIK. 022 19 09 09
  • 3. LATAR BELAKANG Transportasi adalah salah satu sektor penting dalam pembangunan suatu daerah karena memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Pada perkembangannya sarana transportasi jalan umum sering kali membentuk pertemuan dengan sarana transportasi jalan rel yang memungkinkan terjadinya kecelakaan antara kendaraan pribadi dengan kereta api. Salah satu contoh kecelakaan yang sering terjadi pada perlintasan sebidang di Jalan Negara Ratu No.82, Merak Batin Kecamatan Natar, Berdasarkan laman lampungpro.co.id telah terjadi kecelakaan pada tanggal 7 Mei 2022 dan 13 Mei 2022 yang melibatkan kereta api dengan kendaraan umum. Oleh karena itu, diperlukan analisis mendalam mengenai keamanan dan keselamatan transportasi di perlintasan sebidang antara jalan rel dengan jalan umum yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keselamatan dan keamanan dengan cara mengevaluasi kondisi perlintasan sebidang berupa kelengkapan infrastruktur, mengetahui jarak pandang aman pengendara, serta mengamati perilaku pengendara yang berlalu lintas pada perlintasan sebidang tersebut. BAB III BAB II BAB I
  • 4. 01 02 03 RUMUSAN MASALAH Bagaimana kelengkapan dan kondisi perlintasan sebidang pada Jalan Negara Ratu No.82, Merak Batin dengan standar teknis yang ada di pedoman perlintasan sebidang jalan rel dengan jalan umum? Bagaimana perilaku berlalu lintas pengendara yang mempengaruhi keamanan dan keselamatan kereta api pada jalan sebidang rel dengan jalan umum? Bagaimana tingkat keselamatan dan keamanan ditinjau dari jarak pandang pengguna jalan dengan masinis? BAB III BAB II BAB I
  • 5. 01 02 03 TUJUAN PENELITIAN Mengetahui dan mengevaluasi kelengkapan perlintasan sebidang pada Jalan Negara Ratu No.82, Merak Batin apakah sesuai standar teknis sesuai dengan Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Darat tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang Antara Jalan Dengan Jalur Kereta Api. Mengetahui perilaku berlalu lintas di perlintasan kereta api dengan pengguna jalan umum. Mengetahui tingkat keselamatan dan keamanan ditinjau dari jarak pandang pengemudi. BAB 3 BAB 2 BAB 1
  • 6. BATASAN MASALAH MANFAAT TEORITIS MANFAAT PRAKTIS 01 Lokasi penelitian berada pada perlintasan sebidang, diperlintasan kereta api Pada Jalan Negara Ratu No.82, Merak Batin. 02 Menganalisis kelengkapan dan kondisi geometrik jalan Pada Jalan Negara Ratu No.82, Merak Batin. 03 Menghitung volume harian rata-rata dengan menggunakan metode PKJI 2014. 05 Penelitian dilaksanakan selama 3 hari dalam kurun waktu satu minggu pada hari Senin, Rabu, dan Sabtu, yang dilaksanakan pada jam puncak yaitu untuk pagi pada jam 07.00-08.00 WIB, siang jam 11.00-12.00 WIB dan sore jam 16.00-17.00 WIB. 06 Menghitung jarak henti yang aman bagi pengguna jalan dengan masinis sesuai dengan Peraturan Direktur Jendral Perhubungan Darat tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang Antara Jalan Dengan Jalur Kereta Api. 07 Mengamati perilaku pengguna jalan yang melintas pada lokasi tersebut. BAB III BAB II BAB I 04 Kendaraan yang akan diamati pada penelitian ini yaitu kendaraan ringan (KR), kendaraan berat menengah (KBM), bus besar (BB), truk besar (TB), sepeda motor (SM). 08 Melakukan uji validitas dan reabilitas pada kuesioner keamanan dan keselamatan perlintasan sebidang.
  • 7. MANFAAT PENELITIAN Menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang transportasi. Memberikan masukan kepada instansi terkait terutama PT.KAI dalam menjaga keselamatan dan keamanan. BAB III BAB II BAB I Meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya keamanan dan keselamatan transportasi di perlintasan sebidang. Menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan dan memperdalam analisis keamanan dan keselamatan transportasi di perlintasan sebidang, baik dari segi metodologi maupun obyek penelitian.
  • 8. TINJAUAN PUSTAKA BAB III BAB II BAB I TINJAUAN PUSTAKA
  • 9. Fungsi Jalan Status Jalan Tipe Jalan JALAN UMUM Jalan umum adalah jalan yang dibangun dan ditujukan untuk penggunaan umum tanpa batasan khusus. Jalan umum ini biasanya dipelihara oleh pemerintah sebagai bagian dari infrastruktur publik untuk memfasilitasi pergerakan orang dan barang di daerah tersebut. Jalan umum dapat berupa jalan raya, jalan raya, jalan daerah, jalan desa dan jalan tol yang dapat digunakan oleh siapa saja, baik itu pengguna kendaraan bermotor, sepeda, pejalan kaki maupun angkutan umum. Jalan umum juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas umum seperti rambu- rambu jalan, lampu jalan, trotoar, dll untuk menjamin keamanan dan kenyamanan pengguna jalan.  Jalan Arteri  Jalan Kolektor  Jalan Lokal  Jalan tipe 2/2TT  Jalan Tipe 4/2TT  Jalan Tipe 4/2T  Jalan Tipe 6/2T  Jalan Desa  Jalan Kota  Jalan Kabupaten  Jalan Provinsi  Jalan Nasional BAB I BAB II BAB III
  • 10. Jalan Menurut Muatan Sumbu Terberat  Jalan Kelas I  Jalan Kelas II  Jalan Kelas III  Jalan Kelas Khusus Menurut (Undang-Undang No 22 Tahun 2009) pada Pasal 9 ayat 2 jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan muatan sumbu terberat yang ditetapkan berdasarkan fungsi dan intensitas lalulintas dan angkutan jalan dan daya dukung untuk menerima muatan sumbu terberat dan dimensi kendaraan bermotor. Pengelompokan jalan menurut kelas jalan terdiri dari atas: BAB I BAB II BAB III
  • 11. Perlintasan kereta api mencakup persimpangan antara jalur kereta api dengan jalan, termasuk jalan raya dan jalan kecil, yang dapat ditemukan di daerah pedesaan atau perkotaan. Terdapat dua jenis perlintasan, yaitu perlintasan sebidang dan perlintasan tak sebidang. Perlintasan tak sebidang terjadi ketika jalur kereta api dan jalan raya tidak berada pada satu bidang, seperti contohnya pada flyover atau underpass (Purnomo, A, 2012). Perlintasan sebidang merujuk pada titik di mana jalan raya dan jalur kereta api saling berpotongan. Untuk mengatur lalu lintas di perlintasan sebidang, biasanya digunakan marka jalan, rambu lalu lintas, pulau jalan, bundaran, dan lampu lalu lintas. Namun, pengaturan lebih sulit dilakukan untuk perlintasan sebidang yang melibatkan kendaraan bermotor pada satu sisi dan kereta api pada sisi lain (Aswad, 2013). JALAN KERETA API BAB III BAB II BAB I
  • 12. 01 02 03 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.770/KA.401/DRJD/2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta Api. Pelintasan sebidang yang dilengkapi dengan pintu Pelintasan sebidang yang tidak dilengkapi dengan pintu otomatis Pelintasan sebidang yang dilengkapi dengan pintu tidak otomatis Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.770/KA.401/DRJD/2005 tentang Pedoman Teknis Perlintasan Sebidang antara Jalan dengan Jalur Kereta Api, Perlintasan sebidang jalan umum dengan jalur kereta api dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut: BAB I BAB II BAB III
  • 13. 01 02 03 Jumlah kereta api yang melintas pada lokasi tersebut sekurang-kurangnya 25 kereta/hari dan sebanyak-banyaknya 50 kereta /hari. Volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) sebanyak 1.000 sampai dengan 1.500 kendaraan pada jalan dalam kota dan 300 sampai dengan 500 kendaraan pada jalan luar kota. Hasil perkalian antara volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) dengan frekuensi kereta api antara 12.500 sampai dengan 35.000 smpk. Pelintasan sebidang yang dilengkapi dengan pintu otomatis harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 01 BAB I BAB II BAB III
  • 14. 01 02 03 Jumlah kereta api yang melintas pada lokasi tersebut sebanyak-banyaknya 25 kereta /hari. Hasil perkalian antara volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) dengan frekuensi kereta api sebanyak-banyaknya 12.500 smpk. Volume lalu lintas harian rata-rata (LHR) sebanyak-banyaknya 1000 kendaraan pada jalan dalam kota dan 300 kendaraan pada jalan luar kota. Pelintasan sebidang yang tidak dilengkapi dengan pintu otomatis harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 02 BAB III BAB II BAB I
  • 15. Pelintasan sebidang yang dilengkapi dengan pintu tidak otomatis harus memenuhi kriteria sebagai berikut: MANFAAT TEORITIS MANFAAT PRAKTIS 01 Genta/isyarat suara dengan kekuatan 115 db pada jarak 1 meter. 02 Daftar semboyan. 03 Petugas yang berwenang. 05 Gardu penjaga dan fasilitasnya. 06 Daftar perjalanan kereta api sesuai Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA). 07 Semboyan bendera berwarna merah dan hijau serta lampu semboyan. 04 Daftar dinasan petugas. 08 Perlengkapan lainnya seperti senter, kotak P3K, jam dinding. 03 BAB III BAB II BAB I
  • 16. VOLUME ARUS LALU LINTAS Volume arus lalu lintas (Q) adalah ukuran jumlah kendaraan yang melintas pada suatu jalan atau ruas jalan dalam jangka waktu tertentu, biasanya diukur dalam lalu lintas harian rata-rata(LHR). Nilai arus lalu lintas (Q) mencerminkan komposisi lalu lintas, dengan menyatakan arus dalam skr. Satuan kendaraan ringan ini biasanya digunakan untuk menghitung atau memperkirakan kapasitas jalan dan kebutuhan lajur jalan yang dibutuhkan untuk mengakomodasi volume kendaraan. Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) dikonversikan menjadi skr dengan menggunakan nilai ekr yang diturunkan secara empiris. Nilai ekivalen kendaraan ringan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: < 6m 6-8m > 8m 0 1,2 1,2 1,8 0,8 0,6 0,4 800 1,8 1,8 2,7 1,2 0,9 0,6 1350 1,5 1,6 2,5 0,9 0,7 0,5 ≥1900 1,3 1,5 2,5 0,6 0,5 0,4 0 1,8 1,6 5,2 0,7 0,5 0,3 650 2,4 2,5 5,0 1,0 0,8 0,5 1100 2,0 2,0 4,0 0,8 0,6 0,4 ≥ 1600 1,7 1,7 3,2 0,5 0,4 0,3 0 3,5 2,5 6,0 0,6 0,4 0,2 450 3,0 3,2 5,5 0,9 0,7 0,4 900 2,5 2,5 5,0 0,7 0,5 0,3 ≥ 1350 1,9 2,2 4,0 0,5 0,4 0,3 Datar Bukit Gunung Tipe alinemen Arus total(kend/jam) KBM Lebar jalur lalu lintas (m) SM BB TB Tabel Nilai Ekivalen Kendaraan Ringan (ekr) jalan 2/2TT BAB III BAB II BAB I
  • 17. 01 02 Rambu Pada Perlintasan Sebidang Rambu peringatan dipasang pada perlintasan sebidang antara jalan dengan kereta api Rambu larangan dipasang pada perlintasan sebidang antara jalan dengan kereta api Rambu perlintasan adalah rambu-rambu yang dipasang di dekat perlintasan sebidang, yang tujuannya untuk memberitahukan dan memperingatkan pengguna jalan tentang adanya perlintasan kereta api. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Prasarana dan Wilayah tentang PedomanTeknis Perlintasan Sebidang Antara Jalan dengan Jalur Kereta Api No. SK.770/KA.401/DRJD/2005, perlintasan sebidang wajib dilengkapi rambu-rambu lalu lintas peringatan dan larangan sebagai berikut: BAB III BAB II BAB I
  • 18. Rambu peringatan dipasang pada perlintasan sebidang antara jalan dengan kereta api HATI-HATI MENDEKATI PERLINTASAN KERETA API Rambu No.22a. Rambu No.22b. Rambu No.24a, 24b dan 24c. Rambu No.25. BAB III BAB II BAB I BAB I BAB I
  • 19. Rambu larangan dipasang pada perlintasan sebidang antara jalan dengan kereta api Rambu No.1a. Rambu No.1c. Rambu No.1d. Rambu No.25. BERHENTI TENGOK KIRI DAN KANANSEBELUM MELINTASI REL Rambu No.5c. BAB III BAB II
  • 20. Marka Jalan Pada Perlintasan Sebidang Marka Melintang. Marka Membujur. Marka melintang berupa tanda garis melintang sebagai batas wajib berhenti kendaraan sebelum melintasi jalur kereta api, dengan ukuran lebar 0,30 meter dan tinggi 0,03 meter. Marka membujur berupa garis utuh sebagai larangan kendaraan untuk melintasi garis tersebut dengan ukuran lebar 0,12 meter dan tinggi 0,03 meter. BAB III BAB II
  • 21. Marka Jalan Pada Perlintasan Sebidang Marka Lambang. Marka lambang berupa tanda peringatan yang dilengkapi dengan tulisan “KA” sebagai tanda peringatan adanya perlintasan dengan jalur kereta api, dengan ukuran lebar secara keseluruhan 2,4 meter dan tinggi 6 meter serta ukuran huruf yang bertuliskan “KA” tinggi 1,5 meter dan lebar 0,60 meter. Pita pengganduh. Pita penggaduh (rumble strip) sebelum memasuki persilangan sebidang. Median dengan lebar 1m pada jalan 2 lajur 2 arah. Median. BAB III BAB II BAB I BAB I
  • 22. Persinyalan Pada Pelintasan Sebidang Isyarat Lampu. Isyarat suara. Isyarat lampu satu warna berwarna merah yang menyala berkedip atau dua lampu berwarna merah yang menyala bergantian. Isyarat suara atau tanda panah pada lampu yang menunjukan arah datangnya kereta api. BAB III BAB II BAB I
  • 23. Tatacara pemasangan perlengkapan jalan Berikut ialah tatacara pemasangan perlengkapan jalan berupa rambu, marka dan pita kejut pada perlintasan sebidang yang dilengkapi pintu dan tidak dilengkapi pintu serta desain pintu dapat dilihat pada gambar disamping BAB III BAB II BAB I
  • 24. JARAK PANDANG Jarak pandang pada perlintasan kereta api atau perlintasan sebidang adalah jarak yang diperlukan seorang pengemudi untuk melihat secara jelas kereta api yang datang di perlintasan kereta api tersebut sebelum mencapai perlintasan kereta api tersebut. Hal ini sangat penting untuk menghindari kecelakaan antara kendaraan dan kereta api di perlintasan tersebut. Menurut (Silvia Sukirman) keamanan pengemudi kendaraan untuk dapat melihat dengan jelas dan menyadari situasinya pada saat mengemudi tergantung dari jarak yang terlihat dari letak posisinya saat berkendara dan masih terlihat jelas jika diukur dari titik tersebut. Jarak pandang tersebut berfungsi untuk:  Menghindari terjadinya kecelakaan yang dapat membahayakan kendaraan dan manusia yang melintasi perlintasan tersebut.  Memberikan kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain yang bergerak dengan kecepatan lebih rendah dengan mempergunakan lajur disebelahnya.  Menambah efisiensi jalan tersebut sehingga volume pelayanan dapat dicapai semaksimal mungkin.  Sebagai pedoman bagi pengatur lalulintas dalam menempatkan rambu-rambu lalulintas yang diperlukan pada setiap segmen jalan. 01 BAB III BAB II BAB I
  • 25. Metode persamaan dasar hubungan antara jarak pandang dengan kecepatan kendaraan dan kecepatan kereta api dirumuskan seperti pada Pers 2.1 dan 2.2 JARAK PANDANG 2.1 2.2 Ilustrasi jarak pandang kendaraan untuk mengamati posisi kereta api. BAB III BAB II BAB I
  • 26. Hubungan jarak pandang dengan kecepatan 01 Kecepata nKereta (km/jam) Bergera kdari posisi Kendaraan sedang bergerak KET Kecepatan kendaraan (km/jam) 0 10 20 30 40 50 60 Jarak Pandang terhadap jalan rel, dari perlintasan, dT (m) 10 45 38 24 20 16 13 18 20 91 77 48 40 37 37 38 30 13 6 115 72 60 56 56 58 40 18 1 153 96 80 75 75 77 50 22 7 192 120 100 94 93 96 60 27 2 230 144 120 112 112 115 70 31 7 268 168 140 132 133 135 Diusahaka nuntuk dihindari 80 36 3 307 192 160 151 152 154 90 40 8 345 216 180 170 172 174 100 45 4 384 240 200 189 191 193 110 49 9 422 264 220 209 210 212 120 54 4 460 288 240 228 230 232 Jarak Pandang terhadap jalan raya, dari perlintasan, dH (m) 16 26 38 52 71 93 BAB III BAB II BAB I BAB I
  • 27. VALIDITAS Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Sebuah instrumen atau kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada instrumen atau kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel. Di dalam menentukan layak dan tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05 yang artinya suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif maka butir atau pertanyaan atau variabel tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya, jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka butir atau pertanyaan atau variabel tersebut dinyatakan tidak valid. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk uji validitas : 01 BAB III BAB II BAB I
  • 28. REABILITAS Uji reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi hasil pengukuran dari kuesioner dalam penggunaan yang berulang. Jawaban responden terhadap pertanyaan dikatakan reliabel jika masing-masing pertanyaan dijawab secara konsisten atau jawaban tidak boleh acak. Dalam mencari reliabilitas dalam penelitian ini penulis menggunakan teknis Cronbach Alpha untuk menguji reliabilitas, alat ukur yaitu kompleksitas tugas, tekanan ketaatan, pengetahuan auditor serta audit judgment. Dengan kriteria pengambilan keputusan, yaitu jika koefisien Cronbach Alpha > 0,60 maka pertanyaan dinyatakan andal atau suatu konstruk maupun variabel dinyatakan reliabel. Sebaliknya, jika koefisien Cronbach Alpha < 0,60 maka pertanyaan dinyatakan tidak andal. Perhitungan reliabilitas formulasi Cronbach Alpha ini dilakukan dengan bantuan program IBM SPSS 25. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk uji validitas : 01 BAB III BAB II BAB I
  • 29. PENELITIAN TERDAHULU “Peningkatan Keselamatan Pada Perlintasan Sebidang(Studi Kasus : Lintas Karanggadul- Purwokerto)”. Aisha Hanum Istiqomah, Yuniar Citra Lestari, Septiana Widi Astuti (2020) “ Analisa Keamanan Dan Keselamatan Transportasi Di Perlintasan Sebidang Rel Dengan Jalan Raya”. Riki Julius A.R, Ferry Desromi, Enda Kartika Sari (2022) “Kajian Peningkatan Keselamatan Perlintasan Sebidang Kereta Api Grogol Di Kabupaten Tegal”. Anton Budiharjo, Isro Febrian Yunarto (2019) “Analisis Peningkatan Keselamatan Pada Perlintasan Sebidang Kereta Api Tanggulangin- Porong (Studi Kasus : JPL 75 KM 31 +368)”. Ary Putra Iswanto, Mariana Diah Puspitasari, Nanda Ahda Imron, Ayunda Via Dwi Mayangsari (2022) “ Analisis Peningkatan Keselamatan Pada Perlintasan Sebidang Tidak Dijaga (Studi Kasus:Jpl 165 Blitar)”. Muhammad Kusuma, Atik Roro Siti K, Ahmad Expendi (2021) BAB III BAB II BAB I
  • 31. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif, yang dilakukan dengan melakukan survei awal ke lokasi penelitian untuk mengidentifikasi masalah, kemudian melakukan pengumpulan data primer berupa data fasilitas perlintasan sebidang, data volume lalu lintas, data jarak pandang, dan data kuesioner yang nantinya data-data tersebut akan di analisis yang bertujuan untuk mendapatkan hasil dan kesimpulan. Kemudian seluruh prosedur diatas akan disusun dalam sebuah bagan alir (flow chart) yang bertujuan untuk mempermudah memahami setiap proses yang gunakan dilakukan dapat dilihat dalam, gambar 3.2 bagan diagram alir penelitian. BAB III BAB II BAB I
  • 32. LOKASI PENELITIAN BAB I BAB II BAB III
  • 33. SISTEMATIS PENELITIAN BAB I BAB II BAB III
  • 34. 01 02 03 TAHAPAN PENELITIAN Survey Pendahuluan Pengumpulan Data Analisis Penelitian BAB I BAB II BAB III
  • 35. S1 S3 S2 SURVEY PENDAHULUAN Identifikasi masalah yang terjadi pada perlintasan sebidang jalan Negara Ratu No.82, Merak Batin. Identifikasi masalah untuk mendapatkan metode yang akan digunakan pada penelitian ini. Melakukan studi literatur yang akan digunakan pada penelitian ini. 01 BAB I BAB II BAB III
  • 36. PENGUMPULAN DATA Fasilitas Perlintasan Geometrik Jalan Dan Jarak Pandang Kuesioner Arus Lalu Lintas 02 BAB I BAB II BAB III
  • 37. 01 02 FASILITAS PERLINTASAN Fasilitas Gardu Perlintasan Fasilitas Marka Dan Rambu Perlintasan BAB I BAB II BAB III
  • 38. MANFAAT TEORITIS MANFAAT PRAKTIS 01 Data lebar Jalan Negara Ratu No.82, Merak Batin 02 Tipe jalan 03 Data lebar bahu Jalan Negara Ratu No.82, Merak Batin 05 Jarak dari pengemudi terhadap bagian depan kendaraan 06 Kecepatan kendaraan (km/jam) 07 Kecepatan kereta Api (km/jam) 04 Data jarak dari garis stop atau dari bagian depan kendaraan terhadap rel terdekat 08 Jarak antara rel ke rel terluar 09 Panjang kendaraan yang didapatkan dengan menggunakan data maksimum panjang kendaraan yang didapatkan dari data klasifikasi jalan menurut muatan sumbu terberat. GEOMETRIK JALAN DAN JARAK PANDANG BAB I BAB II BAB III BAB III
  • 39. Google Form 50 Responden KUESIONER BAB I BAB II BAB III
  • 40. 3 Hari 2 Surveyor Manual ARUS LALU LINTAS  Jenis kendaraan yang diamati yaitu kendaraan ringan (KR), kendaraan berat menengah (KBM), bus besar (BB), truk besar (TB), sepeda motor (SM).  Survey dilakukan pada setiap 15 menit selama 1 jam sesuai dengan ketentuan PKJI 2014.  Alat yang digunakan antara lain kamera, form survey, alat tulis, aplikasi trafic counter, laptop. BAB I BAB II BAB III
  • 41. Analisis Frekuensi Lalu Lintas Analisis Jarak Pandang Analisis Perilaku Pengendara Analisis Fasilitas Perlintasan DONE Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.770/KA.401/DR JD/2005 Keputusan Menteri Perhubungan No 53 Tahun 2000 tentang Perpotongan atau Persinggungan Antara Jalur Kereta Api Dengan Bangunan Lain pada pasal 4 ayat 2 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.770/KA.401/DR JD/2005 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.770/KA.401/DR JD/2005 ANALISIS PENELITIAN BAB I BAB II BAB III