SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
SUATU PEMIKIRAN TENTANG PENANGGULANGAN
KORUPSI DI INDONESIA
Oleh : Darwin Kadarisman*)
 “Penanggulangan” dapat diartikan sebagai pencegahan dan pemberantasan. Di
Indonesia, kedua fungsi pencegahan dan pemberantasan sering rancu. Misalnya,
fungsi KPK disamping untuk “memberantas” juga diharapkan untuk “mencegah”.
Sesuai namanya, KPK lebih cocok memberantas dan inipun sudah sangat berat
karena banyaknya kasus, kurang petugas dan fasilitas. Kalau mau revisi undang-
unadang Tipikor, mestinya KPK tidak usah menangani pencegahan karena itu domain
eksekutif. Bolehlah kalau sekedar memberi umpan balik dan saran-saran perbaikan
peraturan dsb. Bahkan bisa dibudayakan rapat kerja satu kali dalam setahun khusus
membahas masukan (modus korupsi, kelemahan peraturan dll) dari aparat
pemberantas korupsi (KPK, Kejaksaan, Kepolisian) dengan BPK, Bappenas,
Kemenkeu, Kemenpan dsb untuk memperbaiki peraturan dan kebijakan tentang
pengelolaan proyek/dana. Instansi pemberantas sebenarnya banyak (termasuk
pegawainya) seperti kepolisian dan dan kejaksaan yang organisasinya ada sampai
ketingkat kabupaten/kota. Akan tetapi kurang efektif karena orang-orang salah pilih
dalam rekrutmen akibatnya memiliki tenaga yang kurang mampu dan bermental
korup. Disamping itu komitmen dan motivasi institusinya juga kurang kuat.
 Pencegahan korupsi semestinya dilakukan oleh eksekutif (Pemerintah dan Pemda).
Fungsi manajemen yang lebih tepat untuk pencegahan ini adalah pengendalian
(control). Pengendalian terdiri dari dua bentuk yaitu pengendalian pencegahan
(preventive control) dan pengendalian korektif (corrective control). Pengendalian
pencegahan : mekanisme yang dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan sehingga
dapat meminimalkan kebutuhan tindakan koreksi. Beberapa contoh perangkat yang
digunakan pada pengendalian pencegahan adalah peraturan, standar,
prosedur(SOP), rekrutmen dan seleksi pejabat/pegawai dan pelatihan.
Pengendalian korektif : mekanisme untuk mengurangi atau menghilangkan
perilaku atau hasil yang tidak diinginkan sehingga mencapai kesesuaian dengan
peraturan dan standar institusi. Contoh perangkat pengendalian korektif antara lain
mengukur/menguji proses selama pelaksanaan dan segera melakukan tindakan
koreksi tentang jika ada penyimpangan.
 Di Indonnesia saat ini institusi pencegahan disisi hulu adalah Kementerian
Aparatur Negara yang seharusnya menyusun berbagai ketentuan tentang sistem
rekrutmen pejabat, perilaku dan kompensasi. Badan Kepegawaian Negara yang
menyusun sistem rekrutmen pegawai negeri yang mengiliminer masuknya pegawai
yang berakhlak kurang baik (psikotest?). Perlu dianalisis jumlah PNS yang
diperlukan karena dinilai terlalu banyak, padahal pekerjaan telah dibantu komputer
dan Web. Jumlah yang lebih kecil (1/3 dari sekarang) memungkinkan
meningkatkan gaji secara bermakna. Apalagi diera otonomi daerah, kok jumlah
PNS pusat nambah terus? Berbagai undang-undang dan peraturan perlu direview
secara mendalam oleh Kemenhumkam untuk mendukung penanggulangan korupsi.
Bappenas, Kementerian Keuangan, Dirjen Cipta Karya harus memperbaiki
Kepres tentang Pengelolaan Proyek Pembangunan yang selama ini cenderung
diperbaiki secara “tambal sulam” dan masih mudah ditembus para koruptor. Standar
harga bangunan yang dususun Dirjen Cipta Karya setiap tahun cenderung terlalu
besar (25-30 %) sehingga merugikan keuangan negara.
 Institusi pemeriksa/audit proyek pembangunan juga tumpang tindih dan
mengeluarkan dana sangat besar (untuk gaji, fasilitas dan overhead), tapi kurang
efektif. BPKP cenderung “melindungi” Kepala Pemerintahan dan ITJEN cenderung
“melindungi” Menteri. Keduanya tidak ada dalam UUD 1945 karena hanya menyebut
BPK sebagai institusi pmeriksa keuangan. Pada era Habibi BPKP nyaris bubar tapi
entah kenapa bisa eksis lagi. Ketiga institusi ini memiliki standar pemeriksaan yang
berbeda. Sering terjadi suatu kasus dinilai benar oleh ITJEN tapi disalahkan BPKP
dan BPK. Begitu pula suatu ketika disalahkan BPK tetapi BPKP bilang benar. Ini
sangat menggangu dan membingungkan pengelola proyek. Disarankan ITJEN
sebaiknya berperan dalam pengendalian proyek baik preventive maupun correctiv
control. Pada sisi preventif control ITJEN dapat mengendalikan rekrutmen pejabat
(eselon II kebawah) dan Pejabat Pemegang Komitmen (PPK) pada sisi corecctive
control dapat mengawal proyek-proyek bernilai besar mulai dari tahap
perencanaan/perancangan, pelelangan dan pelaksanaan. Jumlah pegawai ITJEN
yang ratusan itu dapat didistribusikan keseluruh direktorat Kementerian. Apa yang
telah diterapkan di Kemenag perlu disempurnakan, distandarisasi dan disebarkan
keseluruh kementerian dan Pemda.
 Adapun BPKP, sebaiknya dilebur saja untuk memperkuat barisan BPK sehingga
memiliki persepsi dan cara kerja yang sama. Perlu dianalisis jumlah pegawai BPK
untuk efisiensi. Kalau ekskutif juga mau berperan, istilah “pengawasan melekat”
yang tidak jelas itu sebaiknya diintegrasikan kedalam rapat-rapat Monev yang
sampai saat masih belum efektif padahal dinilai sangat penting dalam menilai kinerja
institusi secara berjenjang (jenjang semakin tinggi mestinya lebih mengarah
memonev outcomes dan impacts proyek pembangunan). Indikator kinerja mestinya
telah ditentukan pada saat proses perencanaan. Saat ini sistem akuntabilitas kinerja
telah melaksana, tetapi perlu direvitalisasi dengan menekankan keterlibatan pejabat
struktural dari Menteri kebawah secara aktif sehingga tidak ada alasan seorang
menteri “tidak tahu” apa-apa dan bisa lepas tangan tentang pelaksanaan
kegiatan/proyek, apalagi yang nilainya besar. Mestinya dalam rapat evaluasi (3
bulanan) yang diselenggarakan secara teratur, semua kegiatan proyek/rutin dievaluasi
bersamaan karena berkaitan dengan pencapaian tujuan kementerian secara
menyeluruh.
___________________________________________________________________________
*) Dosen Universtas Brawijaya, Malang

More Related Content

Similar to Penanggulangan korupsi

Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?Kurniawan Saputra
 
Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015
Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015
Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015Khalid Mustafa
 
Implementasi Sistem Akuntansi Akrual Untuk Pemerintah
Implementasi Sistem Akuntansi Akrual Untuk PemerintahImplementasi Sistem Akuntansi Akrual Untuk Pemerintah
Implementasi Sistem Akuntansi Akrual Untuk PemerintahHarun1
 
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...Muh Agus Priyetno
 
PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI APARATUR TERHADAP KUALITAS INFORMASI AKUNTAN...
PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI APARATUR TERHADAP KUALITAS INFORMASI AKUNTAN...PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI APARATUR TERHADAP KUALITAS INFORMASI AKUNTAN...
PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI APARATUR TERHADAP KUALITAS INFORMASI AKUNTAN...Mercu Buana University
 
Implementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RI
Implementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RIImplementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RI
Implementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RIAzhyqaRereanticaMart
 
Penguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internalPenguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internalSujatmiko Wibowo
 
Buku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktikBuku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktikMohammad Subhan
 
Penataan Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-Government
Penataan  Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-GovernmentPenataan  Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-Government
Penataan Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-GovernmentDeddy Supriady Bratakusumah
 
Manajemen ASN 4 des.pdf
Manajemen ASN 4 des.pdfManajemen ASN 4 des.pdf
Manajemen ASN 4 des.pdfDediWahyudi41
 
Mcleod May092abhs
Mcleod May092abhsMcleod May092abhs
Mcleod May092abhsrossmcle
 
8. (analisa 4) pengujian penerapan e lakip
8. (analisa 4) pengujian penerapan e lakip8. (analisa 4) pengujian penerapan e lakip
8. (analisa 4) pengujian penerapan e lakipWitra Apdhi Almash
 
Bahan Materi Forum Skpd Badiklat Dan Kepegawaian
Bahan Materi Forum Skpd Badiklat Dan KepegawaianBahan Materi Forum Skpd Badiklat Dan Kepegawaian
Bahan Materi Forum Skpd Badiklat Dan KepegawaianHadiHartono Berkata
 

Similar to Penanggulangan korupsi (20)

Fix
FixFix
Fix
 
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
Reformasi Birokrasi Tidak Perlu Lagi?
 
Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015
Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015
Laporan dan Rekomendasi Temu Nasional Pengelola Pengadaan Tahun 2015
 
Implementasi Sistem Akuntansi Akrual Untuk Pemerintah
Implementasi Sistem Akuntansi Akrual Untuk PemerintahImplementasi Sistem Akuntansi Akrual Untuk Pemerintah
Implementasi Sistem Akuntansi Akrual Untuk Pemerintah
 
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...
Be & gg, muh agus priyetno, prof dr ir hapzi, corruption dan fraud, unive...
 
Paper tantangan AEC 2015
Paper tantangan AEC 2015Paper tantangan AEC 2015
Paper tantangan AEC 2015
 
PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI APARATUR TERHADAP KUALITAS INFORMASI AKUNTAN...
PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI APARATUR TERHADAP KUALITAS INFORMASI AKUNTAN...PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI APARATUR TERHADAP KUALITAS INFORMASI AKUNTAN...
PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI APARATUR TERHADAP KUALITAS INFORMASI AKUNTAN...
 
Implementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RI
Implementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RIImplementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RI
Implementasi Sistem Informasi pada Sekretariat Jenderal MPR RI
 
Kti tentang elakip
Kti tentang elakipKti tentang elakip
Kti tentang elakip
 
Langkah inspektorat jenderal kemenhub menjadi stratagic patner
Langkah inspektorat jenderal kemenhub menjadi stratagic patnerLangkah inspektorat jenderal kemenhub menjadi stratagic patner
Langkah inspektorat jenderal kemenhub menjadi stratagic patner
 
6715 457-13685-1-10-20180122
6715 457-13685-1-10-201801226715 457-13685-1-10-20180122
6715 457-13685-1-10-20180122
 
Penguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internalPenguatan pengawasan internal
Penguatan pengawasan internal
 
Buku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktikBuku reformasi dalam praktik
Buku reformasi dalam praktik
 
Reformasi birokrasi dalam praktik
Reformasi birokrasi dalam praktikReformasi birokrasi dalam praktik
Reformasi birokrasi dalam praktik
 
Penataan Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-Government
Penataan  Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-GovernmentPenataan  Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-Government
Penataan Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-Government
 
Manajemen ASN 4 des.pdf
Manajemen ASN 4 des.pdfManajemen ASN 4 des.pdf
Manajemen ASN 4 des.pdf
 
Manajemen ASN
Manajemen ASNManajemen ASN
Manajemen ASN
 
Mcleod May092abhs
Mcleod May092abhsMcleod May092abhs
Mcleod May092abhs
 
8. (analisa 4) pengujian penerapan e lakip
8. (analisa 4) pengujian penerapan e lakip8. (analisa 4) pengujian penerapan e lakip
8. (analisa 4) pengujian penerapan e lakip
 
Bahan Materi Forum Skpd Badiklat Dan Kepegawaian
Bahan Materi Forum Skpd Badiklat Dan KepegawaianBahan Materi Forum Skpd Badiklat Dan Kepegawaian
Bahan Materi Forum Skpd Badiklat Dan Kepegawaian
 

More from Darwin Kadarisman

Teknik pemanfatan peluang usaha
Teknik pemanfatan peluang usahaTeknik pemanfatan peluang usaha
Teknik pemanfatan peluang usahaDarwin Kadarisman
 
Perintisan dan model pengembangan usaha
Perintisan dan model pengembangan usahaPerintisan dan model pengembangan usaha
Perintisan dan model pengembangan usahaDarwin Kadarisman
 
Peranan kewirausahaan dalam pembangunann
Peranan kewirausahaan dalam pembangunannPeranan kewirausahaan dalam pembangunann
Peranan kewirausahaan dalam pembangunannDarwin Kadarisman
 
Penjelasan kuliah kewiraswastaan
Penjelasan kuliah kewiraswastaanPenjelasan kuliah kewiraswastaan
Penjelasan kuliah kewiraswastaanDarwin Kadarisman
 
Pedoman praktikum mk kewirausahaan agroindustri
Pedoman praktikum mk kewirausahaan agroindustriPedoman praktikum mk kewirausahaan agroindustri
Pedoman praktikum mk kewirausahaan agroindustriDarwin Kadarisman
 
Leadership versus management
Leadership versus managementLeadership versus management
Leadership versus managementDarwin Kadarisman
 
Karakter kepemimpinan jokowi
Karakter kepemimpinan jokowiKarakter kepemimpinan jokowi
Karakter kepemimpinan jokowiDarwin Kadarisman
 
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesiaBeberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesiaDarwin Kadarisman
 
Formulasi strategi untuk mencapai tujuan strategis (solo 22 november 2006)
Formulasi strategi untuk mencapai tujuan strategis (solo 22 november 2006)Formulasi strategi untuk mencapai tujuan strategis (solo 22 november 2006)
Formulasi strategi untuk mencapai tujuan strategis (solo 22 november 2006)Darwin Kadarisman
 
Tinjauan konsep pengendalian mutu
Tinjauan konsep pengendalian mutuTinjauan konsep pengendalian mutu
Tinjauan konsep pengendalian mutuDarwin Kadarisman
 

More from Darwin Kadarisman (17)

Pringkat akreditasi
Pringkat akreditasiPringkat akreditasi
Pringkat akreditasi
 
Studi kelayakan usaha
Studi kelayakan usahaStudi kelayakan usaha
Studi kelayakan usaha
 
Studi kelayakan usaha
Studi kelayakan usahaStudi kelayakan usaha
Studi kelayakan usaha
 
Teknik pemanfatan peluang usaha
Teknik pemanfatan peluang usahaTeknik pemanfatan peluang usaha
Teknik pemanfatan peluang usaha
 
Perintisan dan model pengembangan usaha
Perintisan dan model pengembangan usahaPerintisan dan model pengembangan usaha
Perintisan dan model pengembangan usaha
 
Sifat sifat wirausaha
Sifat sifat wirausahaSifat sifat wirausaha
Sifat sifat wirausaha
 
Peranan kewirausahaan dalam pembangunann
Peranan kewirausahaan dalam pembangunannPeranan kewirausahaan dalam pembangunann
Peranan kewirausahaan dalam pembangunann
 
Konsep kewirausahaan
Konsep  kewirausahaanKonsep  kewirausahaan
Konsep kewirausahaan
 
Penjelasan kuliah kewiraswastaan
Penjelasan kuliah kewiraswastaanPenjelasan kuliah kewiraswastaan
Penjelasan kuliah kewiraswastaan
 
Pedoman praktikum mk kewirausahaan agroindustri
Pedoman praktikum mk kewirausahaan agroindustriPedoman praktikum mk kewirausahaan agroindustri
Pedoman praktikum mk kewirausahaan agroindustri
 
Leadership versus management
Leadership versus managementLeadership versus management
Leadership versus management
 
Peranan audit kinerja dk
Peranan audit kinerja   dkPeranan audit kinerja   dk
Peranan audit kinerja dk
 
Karakter kepemimpinan jokowi
Karakter kepemimpinan jokowiKarakter kepemimpinan jokowi
Karakter kepemimpinan jokowi
 
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesiaBeberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
Beberapa isu strategis pengembangan ketahanan pangan indonesia
 
Formulasi strategi untuk mencapai tujuan strategis (solo 22 november 2006)
Formulasi strategi untuk mencapai tujuan strategis (solo 22 november 2006)Formulasi strategi untuk mencapai tujuan strategis (solo 22 november 2006)
Formulasi strategi untuk mencapai tujuan strategis (solo 22 november 2006)
 
Pengendalian
PengendalianPengendalian
Pengendalian
 
Tinjauan konsep pengendalian mutu
Tinjauan konsep pengendalian mutuTinjauan konsep pengendalian mutu
Tinjauan konsep pengendalian mutu
 

Penanggulangan korupsi

  • 1. SUATU PEMIKIRAN TENTANG PENANGGULANGAN KORUPSI DI INDONESIA Oleh : Darwin Kadarisman*)  “Penanggulangan” dapat diartikan sebagai pencegahan dan pemberantasan. Di Indonesia, kedua fungsi pencegahan dan pemberantasan sering rancu. Misalnya, fungsi KPK disamping untuk “memberantas” juga diharapkan untuk “mencegah”. Sesuai namanya, KPK lebih cocok memberantas dan inipun sudah sangat berat karena banyaknya kasus, kurang petugas dan fasilitas. Kalau mau revisi undang- unadang Tipikor, mestinya KPK tidak usah menangani pencegahan karena itu domain eksekutif. Bolehlah kalau sekedar memberi umpan balik dan saran-saran perbaikan peraturan dsb. Bahkan bisa dibudayakan rapat kerja satu kali dalam setahun khusus membahas masukan (modus korupsi, kelemahan peraturan dll) dari aparat pemberantas korupsi (KPK, Kejaksaan, Kepolisian) dengan BPK, Bappenas, Kemenkeu, Kemenpan dsb untuk memperbaiki peraturan dan kebijakan tentang pengelolaan proyek/dana. Instansi pemberantas sebenarnya banyak (termasuk pegawainya) seperti kepolisian dan dan kejaksaan yang organisasinya ada sampai ketingkat kabupaten/kota. Akan tetapi kurang efektif karena orang-orang salah pilih dalam rekrutmen akibatnya memiliki tenaga yang kurang mampu dan bermental korup. Disamping itu komitmen dan motivasi institusinya juga kurang kuat.  Pencegahan korupsi semestinya dilakukan oleh eksekutif (Pemerintah dan Pemda). Fungsi manajemen yang lebih tepat untuk pencegahan ini adalah pengendalian (control). Pengendalian terdiri dari dua bentuk yaitu pengendalian pencegahan (preventive control) dan pengendalian korektif (corrective control). Pengendalian pencegahan : mekanisme yang dimaksudkan untuk mengurangi kesalahan sehingga dapat meminimalkan kebutuhan tindakan koreksi. Beberapa contoh perangkat yang digunakan pada pengendalian pencegahan adalah peraturan, standar, prosedur(SOP), rekrutmen dan seleksi pejabat/pegawai dan pelatihan. Pengendalian korektif : mekanisme untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku atau hasil yang tidak diinginkan sehingga mencapai kesesuaian dengan peraturan dan standar institusi. Contoh perangkat pengendalian korektif antara lain mengukur/menguji proses selama pelaksanaan dan segera melakukan tindakan koreksi tentang jika ada penyimpangan.  Di Indonnesia saat ini institusi pencegahan disisi hulu adalah Kementerian Aparatur Negara yang seharusnya menyusun berbagai ketentuan tentang sistem rekrutmen pejabat, perilaku dan kompensasi. Badan Kepegawaian Negara yang menyusun sistem rekrutmen pegawai negeri yang mengiliminer masuknya pegawai yang berakhlak kurang baik (psikotest?). Perlu dianalisis jumlah PNS yang diperlukan karena dinilai terlalu banyak, padahal pekerjaan telah dibantu komputer dan Web. Jumlah yang lebih kecil (1/3 dari sekarang) memungkinkan meningkatkan gaji secara bermakna. Apalagi diera otonomi daerah, kok jumlah PNS pusat nambah terus? Berbagai undang-undang dan peraturan perlu direview secara mendalam oleh Kemenhumkam untuk mendukung penanggulangan korupsi. Bappenas, Kementerian Keuangan, Dirjen Cipta Karya harus memperbaiki Kepres tentang Pengelolaan Proyek Pembangunan yang selama ini cenderung
  • 2. diperbaiki secara “tambal sulam” dan masih mudah ditembus para koruptor. Standar harga bangunan yang dususun Dirjen Cipta Karya setiap tahun cenderung terlalu besar (25-30 %) sehingga merugikan keuangan negara.  Institusi pemeriksa/audit proyek pembangunan juga tumpang tindih dan mengeluarkan dana sangat besar (untuk gaji, fasilitas dan overhead), tapi kurang efektif. BPKP cenderung “melindungi” Kepala Pemerintahan dan ITJEN cenderung “melindungi” Menteri. Keduanya tidak ada dalam UUD 1945 karena hanya menyebut BPK sebagai institusi pmeriksa keuangan. Pada era Habibi BPKP nyaris bubar tapi entah kenapa bisa eksis lagi. Ketiga institusi ini memiliki standar pemeriksaan yang berbeda. Sering terjadi suatu kasus dinilai benar oleh ITJEN tapi disalahkan BPKP dan BPK. Begitu pula suatu ketika disalahkan BPK tetapi BPKP bilang benar. Ini sangat menggangu dan membingungkan pengelola proyek. Disarankan ITJEN sebaiknya berperan dalam pengendalian proyek baik preventive maupun correctiv control. Pada sisi preventif control ITJEN dapat mengendalikan rekrutmen pejabat (eselon II kebawah) dan Pejabat Pemegang Komitmen (PPK) pada sisi corecctive control dapat mengawal proyek-proyek bernilai besar mulai dari tahap perencanaan/perancangan, pelelangan dan pelaksanaan. Jumlah pegawai ITJEN yang ratusan itu dapat didistribusikan keseluruh direktorat Kementerian. Apa yang telah diterapkan di Kemenag perlu disempurnakan, distandarisasi dan disebarkan keseluruh kementerian dan Pemda.  Adapun BPKP, sebaiknya dilebur saja untuk memperkuat barisan BPK sehingga memiliki persepsi dan cara kerja yang sama. Perlu dianalisis jumlah pegawai BPK untuk efisiensi. Kalau ekskutif juga mau berperan, istilah “pengawasan melekat” yang tidak jelas itu sebaiknya diintegrasikan kedalam rapat-rapat Monev yang sampai saat masih belum efektif padahal dinilai sangat penting dalam menilai kinerja institusi secara berjenjang (jenjang semakin tinggi mestinya lebih mengarah memonev outcomes dan impacts proyek pembangunan). Indikator kinerja mestinya telah ditentukan pada saat proses perencanaan. Saat ini sistem akuntabilitas kinerja telah melaksana, tetapi perlu direvitalisasi dengan menekankan keterlibatan pejabat struktural dari Menteri kebawah secara aktif sehingga tidak ada alasan seorang menteri “tidak tahu” apa-apa dan bisa lepas tangan tentang pelaksanaan kegiatan/proyek, apalagi yang nilainya besar. Mestinya dalam rapat evaluasi (3 bulanan) yang diselenggarakan secara teratur, semua kegiatan proyek/rutin dievaluasi bersamaan karena berkaitan dengan pencapaian tujuan kementerian secara menyeluruh. ___________________________________________________________________________ *) Dosen Universtas Brawijaya, Malang