Bab X membahas evaluasi ekonomi pabrik asam boraks dengan menggunakan beberapa metode seperti percent return of investment, pay out time, break even point, dan discounted cash flow. Evaluasi menunjukkan bahwa proyek layak dilaksanakan karena memenuhi kriteria untuk pabrik berisiko tinggi.
CASE REPORT ACUTE DECOMPENSATED HEART FAILURE 31 Desember 23.pptx
PRARANCANGAN PABRIK METIL METAKRILAT DARI METANOL DAN ASAM METAKRILAT KAPASITAS PRODUKSI 96.000 TON/TAHUN
1. 92
BAB X
EVALUASI EKONOMI
Evaluasi ekonomi dimaksudkan untuk mengetahui apakah pabrik yang
dirancang dapat menguntungkan atau tidak. Untuk itu prarancangan pabrik asam
boraks dibuat evaluasi atau penilaian investasi, yang ditinjau dengan metode :
1. Percent Return of Investmen (ROI)
2. Pay Out Time (POT)
3. Break Even Point (BEP)
4. Shut Down Point (SDP)
5. Discounted Cash Flow (DCF)
Untuk meninjau faktor-faktor di atas perlu dilakukan penafsiran terhadap
beberapa faktor, yaitu :
1. Penafsiran Modal Industri (Total Capital Investment), yang terdiri dari :
a. Modal Tetap (Fixed Capital Investment)
b. Modal Kerja (Working Capital)
2. Penentuan Biaya Produksi Total (production cost), yang terdiri dari :
a. Biaya Pengeluaran (Manufacturing Cost)
b. Biaya Pengeluaran Umum (General Expense)
3. Total Pendapatan (Sales Price), (Peter, 1990).
X.I Dasar Perhitungan
Evaluasi ekonomi dihitung berdasarkan biaya pendirian pabrik, biaya
produksi, dan hasil penjualan yang diharapkan. Cara penafsiran biaya dan biaya
2. 93
evaluasi ekonomi ini menggunakan metode indeks biaya. Harga-harga yang
diperoleh berdasarkan indeks dari Chemical Engineering Plant Cost Inside.
Tabel X.1. Indeks dari Chemical Engineering Plant Cost Inside
Tahun Y (indeks)
1954 100
1979 230
1982 315
1984 318
1986 333
1988 348
1990 364
1992 379
1994 394
1996 409
1998 424
2000 439
3. 94
Dari data di atas diperoleh persamaan y = 0,1322 x - 1942
Maka indeks untuk tahun 2020 diperkirakan = 591
Nilai tukar mata uang Amerika Serikat terhadap rupiah untuk tahun 2020 diambil
1 US$ = Rp 12.200,00
Penentuan harga alat menggunakan persamaan :
Ex = Ey
Ny
Nx
(Aries and Newton, 1954)
Dimana :
Ex = Harga alat pada tahun 2020
Ey = Harga alat pada tahun referensi (2011)
Nx = Indeks harga pada tahun 2020
Ny = Indeks harga pada tahun referensi (2011)
Jika suatu alat pada suatu kapasitas tidak terdapat dalam grafik pada
literatur, maka harga alat diperkirakan dengan persamaan sixth tenth factor (Aries
and Newton, 1954).
0
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
1940 1960 1980 2000 2020
Indeks
Tahun
Series1
Linear (Series1)
4. 95
Eb = Ea
6.0
A
B
C
C
Dimana :
Eb = Harga alat pada tahun 2020
Ea = Harga alat pada tahun referensi (2011)
CB = Kapasitas alat pada tahun 2020
CA = Kapasitas alat pada tahun referensi (2011)
Tabel X.2. Harga Alat
No Nama Alat Jumlah
Harga, dalam US$
2011 2020
1. Tangki Penyimpan - 01 1 264,800 286,867
2. Tangki Penyimpan - 02 1 726,800 787,367
3. Tangki Penyimpan - 03 1 30,900 33,475
4. Tangki Penyimpan - 04 1 52,300 56,658
5. Tangki Penyimpan - 05 1 490,000 530,833
6. Reaktor - 01 1 806,300 873,492
7. Reaktor - 02 1 806,300 873,492
8. Netraliser 1 272,400 295,100
9. Dekanter 1 13,800 14,950
10. Menara Distilasi - 01 1 15,660 28,437
11. Menara Distilasi - 02 1 4,900 8,898
12. Condenser - 01 1 75,100 81,358
6. 97
X.II Perhitungan Biaya
1. Capital Invesment
Tabel X.3. Fixed Capital Investment
No Type of Capital Investment Rp $
1 Delivered Equipment Cost 5.326.146.31
2 Installation cost 1.554.382.538,02 536.875,55
3 Piping 728.616.814,69 926.749,46
4 Instrumentation 145.723.362,94 517.701.42
5 Insulation 242.872.271,56 181.088,97
6 Electrical 434.061,95 194.051.226,32
7 Building 30.000.000.000,00 0
8 Land and its improvement 55.000.000.000,00 0
9 Utility 146.519.477,78 2.845.880,49
Physical Plant Cost (PPC) 88.158.931.760,02 10.769.055,73
10 Engineering and Construction 17.631.786.352,00 2.153.811,15
Direct Plant Cost (DPC) 105.790.718.112,03 12.922.866,88
11 Contractor’s fee 10.579.071.811,20 1.292.286,69
12 Contingency 15.868.607.716,80 1.938.430,03
Fixed Capital Investment 132.238.397.640,03 16.153.583,60
1.2.Working Capital
35. Pompa - 15 2 3,500 7,583
36. Pompa - 16 2 2,100 4,550
37. Pompa - 17 2 5,700 12,350
38. Pompa - 18 2 3,600 7,800
Total = 4.255.509,3500
7. 98
Tabel X.4. Working Capital
No Type of Working Capital Rp $
1 Raw matreial inventory 756.984.769,75 3.358.147,74
2 In process inventory 88.395.190,97 136.867,09
3 Product inventory 5.303.711.458,11 8.212.025,25
4 Extended Credit 0 5.537.190,12
5 Available Cash 2.651.855.729,06 4.106.012,62
Working Capital (WC) 8.043.962.378,14 21.350.242,82
2. Manufacturing Cost
Tabel X.5. Manufacturing Cost
No. Type of Cost Rp $
1 Raw material 16.653.664.934,40 73.879.250,30
2 Labor 5.181.000.000,00 0
3 Supervision 777.150.000,00 0
4 Maintenance 7.934.303.858,40 969.215,02
5 Plant supplies 1.190.145.578,76 145.382,25
6 Royalties & Patents 1.218.181,83
7 Utility 0 7.782.783.950,87
Direct Manufacturing Cost 39.519.048.322,43 76.212.029,39
8 Payroll overhead 103.620.000,00 0
9 Laboratory 259.050.000,00 0
10 Plant overhead 2.590.500.000,00 0
11 Packaging and shipping
12.181.818,27
Indirect ManufacturingCost 2.953.170.000,00 12.181.818,27
12 Depreciation 13.223.839.764,00 1.615.358,36
13 Property taxes 1.322.383.976,40 161.535,84
14 Insurances 1.322.383.976,40 161.535,84
8. 99
Fixed Manufacturing Cost 15.868.607.716,80 1.938.430,03
Total Manufacturing Cost 58.340.826.039,24 90.332.277,70
3. General Expenses
Tabel X.6. General Expenses
No. Type of General Expenses Rp $
1 Administration 0 2.436.363,65
2 Sales expenses 0 2.436.363,65
3 Research 0 2.436.363,65
4 Finance 17.075.202.073,52 5.140.966,45
General Expenses 17.075.202.073,52 12.450.057,42
3.1. Analisis Keuntungan
Sales Rp 1.486.181.829.436,00
Manufacturing Cost Rp 1.160.394.613.985,22
General Expense Rp 168.965.902.588,23
Total Cost Rp 1.329.360.516.573,46
Profit before tax Rp 156.821.312.862,47
Taxes 50 %
Profit after tax Rp 78.410.656.431,24
X.III Analisis kelayakan Pabrik
Dengan pertimbangan sifat bahan baku terutama H2SO4, maka
pabrik ini digolongkan sebagai pabrik beresiko tinggi.
9. 100
Percent Return of Investment
ROI sebelum pajak = %100
.
x
FC
raPb
= 47,62 %
ROI sesudah pajak = %100
.
x
FC
raPa
= 23,81 %
dengan :
Pb = keuntungan sebelum pajak per satuan produksi
Pa = keuntungan sesudah pajak per satuan produksi
ra = kapasitas produksi tahunan
FC = fixed capital
Batasan minimum ROI sebelum pajak (Aries and Newton, 1955) adalah
sebagai berikut :
Pabrik beresiko rendah, ROI = 11 %
Pabrik beresiko tinggi, ROI = 44 %
Pay Out Time (POT)
POT sebelum pajak =
)1,0( FCPb
FC
= 1,74 tahun
POT setelah pajak =
)1,0( FCPa
FC
= 2,96 tahun
Batasan maksimum POT sebelum pajak (Aries and Newton, 1955) adalah
sebagai berikut :
Pabrik beresiko rendah, POT = 5 tahun
Pabrik beresiko tinggi, POT = 2 tahun
10. 101
Break Event Point (BEP)
BEP merupakan titik perpotongan antara garis sales dengan total cost, yang
menunjukkan tingkat produksi dimana besarnya sales sama dengan total cost.
Bila pabrik beroperasi di bawah kapasitas tersebut akan mengakibatkan
kerugian dan bila beroperasi di atas kapasitas tersebut, maka pabrik akan
untung.
)7,0(
)3,0(
RaVaSa
RaFa
BEP
x 100 %
dengan :
Fa = annual fixed expense pada kapasitas maksimum
Ra = annual regulated expense pada kapasitas maksimum
Va = annual variable expense pada kapasitas maksimum
Sa = annual sales value pada kapasitas maksimum
Annual Fixed Expense
Depreciation Rp 32.931.211.752,00
Insurances Rp 3.293.121.175,00
Property Taxes Rp 3.293.121.175,00
Fa Rp 39.517.454.103,00
Annual Regulated Expense
Labor Rp 5.181.000.000,00
Plant overhead Rp 2.590.500.000,00
Supervisor Rp 777.150.000,00
Laboratory Rp 259.050.000,00
General expenses Rp 168.965.902.588,00
11. 102
Plant supply Rp 19.747.727.051,00
Maintenance Rp 19.747.727.051,00
Ra Rp 217.291.056.691,00
Annual Variable Expense
Raw material Rp 917.980.518.585,00
Packaging and shipping Rp 148.618.182.944,00
Utilities Rp 7.782.783.951,00
Royalties Rp 14.861.818.294,00
Va Rp 1.089.243.303.773,00
Dengan menggunakan persamaan dan data di atas diperoleh Break Event point
(BEP) sebesar 42,77 %
Shut Down Point (SDP)
SDP adalah batas tingkat produksi yang menentukan apakah pabrik masih
layak beroperasi atau tidak. Pengoperasian pabrik di bawah batas kapasitas
tersebut akan mengakibatkan kerugian pabrik lebih besar daripada ketika
pabrik ditutup, demikian sebaliknya.
Di atas SDP : rugi jalan < rugi tutup (sebaiknya pabrik tetap beroperasi)
Di bawah SDP : rugi jalan > rugi tutup (sebaiknya pabrik telah tutup)
)7,0(
3,0
RaVaSa
Ra
SDP
= 26,63 %
Discounted Cash Flow Rate of Return
12. 103
SVWC)i1(C)i1)(WCFCC(
n
1k
kn
k
n
å
Analisa kelayakan ekonomi dengan menggunakan DCF dibuat dengan
mempertimbangkan nilai uang yang berubah terhadap waktu dan didasarkan
atas investasi yang tidak kembali pada akhir tahun selama umur pabrik (10
tahun).
Rate of return based on discounted cash flow adalah laju bunga maksimum
dimana suatu pabrik (proyek) dapat membayar pinjaman beserta bunganya
kepada bank selama umur pabrik.
Asumsi :
1. Umur pabrik 10 tahun
2. Annual profit dan taxes konstan setiap tahun
3. Depresiasi sama setiap tahun
4. Salvage value sama dengan ongkos pembelian tanah dan perbaikan
Uang yang dikeluarkan pada tahun ke 0 adalah sebesar = FC + WC
FC = Rp 329.312.117.522,54
WC = Rp 268.516.924.795,82
FC+WC = Rp 597.829.042.318,36
n = 10 tahun
Annual Cash Flow (Ck) = Profit after tax + depresiasi + finance
= Rp 191.136.861.005,57
Salvage value = ongkos pembelian tanah dan perbaikan
Maka, salvage value = Rp 55,000,000,000.00
DCFRR didapat dengan trial and error dengan persamaan :
Dengan trial dan error didapat i sebesar = 0,3090
13. 104
DCFRR = 30,90% min : 11%
0.00E+00
2.00E+11
4.00E+11
6.00E+11
8.00E+11
1.00E+12
1.20E+12
1.40E+12
0% 20% 40% 60% 80% 100%
% Kapasitas
Rupiahpertahun
0,3 Ra
Fa
Va
Ra
Sa
SDP BEP