Cerita rakyat tentang Sang Kancil yang menggunakan akalnya untuk menipu Buaya agar dapat menyeberangi sungai dan menikmati buah-buahan di seberang, menyebabkan Buaya marah dan bersumpah dendam. Cerita ini mengajarkan bahwa kecerdasan lebih penting daripada ukuran fisik.
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kancil dan Buaya
1. Petikan Sang Kancil dan Buaya
Pada zaman dahulu Sang Kancil adalah merupakan binatang yang paling cerdik di
dalam hutan. Banyak binatang-binatang di dalam hutan datang kepadanya untuk
meminta pertolongan apabila mereka menghadapi masalah. Walaupun ia menjadi
tempat tumpuan binatang- binatang di dalam hutan, tetapi ia tidak menunjukkan sikap
yang sombong malah selalu bersedia membantu mereka yang memerlukan.
Suatu hari Sang Kancil berjalan-jalan di dalam hutan untuk mencari makanan. Oleh
karena makanan di sekitar kawasan kediaman telah berkurangan Sang Kancil pergi
mencari makanan di luar kawasan kediamannya. Cuaca pada hari tersebut sangat
panas, menyebabkan Sang Kancil merasa dahaga karana terlalu lama berjalan, lalu ia
berusaha mencari sungai yang terdekat. Setelah meredah hutan akhirnya kancil
sampai pada sebuah sungai yang sangat jernih airnya. Tanpa membuang waktu Sang
Kancil terus minum dengan sepuas-puasnya. Kesegaran dan kesejukan air sungai
tersebut telah menghilangkan rasa dahaga Sang Kancil.
Kancil terus berjalan-jalan menyusuri tebing sungai, ketika merasa penat dan
beristirahat sebentar di bawah pohon beringin yang sangat rindang di sekitar kawasan
tersebut. Kancil berkata didalam hatinya “Aku mesti bersabar jika ingin mendapat
makanan yang lezat-lezat”. Setelah rasa penat hilang, Sang Kancil menyusuri tebing
sungai tersebut sambil memakan dedaun kegemarannya yang terdapat disekitarnya.
Tiba-tiba Sang Kancil berada di satu wilayah yang agak lapang, Sang Kancil terpegun
melihat kebun buah-buahan yang sedang masak ranum di seberang sungai.”Alangkah
enaknya jika aku dapat menyeberangi sungai ini dan dapat menikmati buah-buahan
tersebut” fikir Sang Kancil.
Sang Kancil terus berfikir mencari akal bagaimana cara untuk menyeberangi sungai
yang sangat dalam lagi deras arusnya. Tiba-tiba Sang Kacil melihat Sang Buaya yang
sedang asyik berjemur di tebing sungai. Sudah menjadi kebiasaan buaya apabila hari
panas ia suka berjemur untuk mendapat cahaya matahari.Tanpa ragu-ragu Kancil terus
menghampiri buaya yang sedang berjemur lalu berkata ” Hai sabahatku Sang Buaya,
2. apa khabar kamu pada hari ini?” buaya yang sedang asyik menikmati cahaya matahari
terus membuka mata dan didapati sang kancil yang menegurnya tadi “Khabar baik
sahabatku Sang Kancil” sambung buaya lagi “Apakah yang menyebabkan kamu datang
ke mari?” jawab Sang Kancil “Aku membawa khabar gembira untuk kamu” mendengar
kata-kata Sang Kacil, Sang Buaya tidak sabar lagi ingin mendengar khabar yang
dibawa oleh Sang Kancil lalu berkata “Ceritakan kepadaku apakah yang engkau
hendak sampaikan”.
Kancil berkata “Aku diperintahkan oleh Penguasa Hutan supaya menghitung jumlah
buaya yang terdapat di dalam sungai ini karena Sang Penguasa ingin memberi hadiah
kepada kamu semua”. Mendengar saja nama Penguasa Hutan sudah takut karana
sang Penguasa Hutan sangat kuat dan tegas menjalankan roda pemerintahannya.
“Baiklah, kamu tunggu di sini, aku akan turun ke dasar sungai untuk memanggil semua
teman-temanku aku” kata Sang Buaya.
Sementara itu Sang Kancil sudah berangan-angan untuk menikmati buah-buahan.
Tidak lama kemudian semua buaya yang berada di dasar sungai berkumpul di tebing
sungai. Sang Kancil berkata “Hai buaya sekalian, aku telah diperintahkan oleh
Penguasa untuk menghitung jumlah kamu semua karana Penguasa akan memberi
hadiah yang istimewa pada hari ini”. Kata kancil lagi “Atas nama Yang Mulia Penguasa
yang kita hormati aku perintahkan kamu semua berbaris di sungai mulai dari tebing
sebelah sini sehingga ke tebing sebelah sana”.
Oleh kerana perintah tersebut datangnya daripada Penguasa yang sangat disegani
semua buaya segera berbaris tanpa membantah. Kata Buaya tadi “Sekarang hitunglah,
kami sudah siap” Dengan penuh wibawa Sang Kancil berjalan mendekati mereka,
Kancil mengambil sepotong kayu yang berada di situ lalu melompat ke atas buaya yang
pertama di tepi sungai dan ia mula menghitung dengan menyebut “Satu dua, tiga..dan
seterusnya, jantan betina aku ketuk” sambil mengetuk kepala buaya. Hingga kancil
berhasil menyeberangi sungai. Begitu sampai ditebing di seberang sana kancil terus
melompat ke atas tebing sungai sambil bersorak kegembiraan dan berkata” Hai buaya-
3. buaya sekalian, tahukah kamu bahwa aku telah menipu kamu semua dan tidak ada
hadiah yang akan diberikan oleh Penguasa”.
Mendengar kata-kata Sang Kancil semua buaya merasa marah dan malu kerana
mereka telah di tipu oleh kancil. Mereka bersumpah dan tidak akan melepaskan Sang
Kancil apabila bertemu pada masa akan datang. Dendam buaya tersebut terus
membara sehingga hari ini. Sementara itu Sang Kancil terus melompat kegembiraan
dan terus meniggalkan buaya-buaya tersebut dan terus menghilangkan diri di dalam
kebun buah-buahan untuk menikmati buah-buahan yang sedang masak ranum itu.
Moral Cerita:
Tubuh kecil tidak menghalangi orang untuk meraih yang diinginkan asal dia
menggunakan fikiran dan kecerdasannya, sebaliknya tubuh besar dan kuat tidak
menjamin keberhasilan bila tidak menggunakan akalnya, sehingga mudah
dimanfaatkan orang lain untuk mencapai tujuan mereka.
5. Kad Ayat Tunggal
Sang Kancil mencari makanan.
Buaya berasa sangat marah.
Cuaca hari ini sangat panas.
6. Banding beza cerita “Sang Kancil dan Buaya dengan “Arnab dan Kura-Kura.”
Sang Kancil dan Buaya Arnab dan Kura-Kura
Persamaan
1.
2.
Perbezaan
Nilai Murni
Pengajaran
7. Kad Teka-Teki
Saya mempunyai akal yang
cerdik. Saya juga suka mencari
helah untuk kebaikan saya.
Saya juga kuat lari. Kalau adik
orang yang cerdik, cuba teka
siapa saya?
Ada gigi yang sangat tajam.
Makanan kegemaran pula
hanya daging. Hidup di
dalam air dan mempunyai
kulit yang sangat keras.
Bertelur di darat. Siapakah
saya?