Dokumen tersebut membahas upaya optimalisasi pendapatan asli daerah (PAD) dalam rangka penguatan desentralisasi fiskal. Beberapa poin kuncinya adalah penyederhanaan jenis pajak dan retribusi daerah, penambahan jenis pajak baru di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, serta pengaturan opsi pajak bagi daerah untuk meningkatkan penerimaan PAD secara nasional hingga 48,98%.
2. KONSEPSI DESENTRALISASI FISKAL
Pemerintah Pusat Pemerintahan Daerah
Otonomi Daerah dan Desentralisasi fiskal merupakan alat untuk mencapai tujuan bernegara, yaitu
pemerataan kesejahteraan di seluruh pelosok NKRI
DESENTRALISASI FISKAL
Penyerahan
Sebagian
Urusan
Pemerintahan
Konkuren
kepada Daerah
Fiscal Resources Allocation
Kemampuan Keuangan Yang Adil
Dan Selaras
Spending Quality
Belanja Daerah Yang Berkualitas
dan Sinergis
LINGKUP UU dan Peraturan
Pemerataan
Kesejahteraan
Di Seluruh
Pelosok NKRI
Mewujudkan
Alokasi
Sumber Daya
Nasional yang
Efektif &
Efisien
Penganggaran
Berkualitas
Dana Abadi
Daerah
Pengembangan Aparatur Harmonisasi
& Sinergi
Fiskal
Penguatan Pengawasan
Pengaturan lain tentang belanja daerah diatur UU
23/2014
2
3. CAPAIAN DESENTRALISASI FISKAL
Indeks Pemerataan Keuangan Antar-daerah Rasio PDRD terhadap PDRB
0.332
0.288 0.273
0.223 0.23
2016 2017 2018 2019 2020
1.35 1.42 1.42 1.42
1.2
2016 2017 2018 2019 2020
69.7
75.8
Persentase LKPD dengan Opini WTP
89.5
81.7
2016 2017 2018 2019
Kesenjangan kemampuan
keuangan antar daerah (theil
index)menunjukkan tren semakin
berkurang, menurun 0,10 dari
0,332 (2016) menjadi 0,230
(2020).
➢ Penerimaan pajak daerah
terhadap Produk domestik
regional bruto dari tahun 2016-
2019 mengalami peningkatan.
(tahun 2020 menurun
karena pandemi covid-19).
➢ Pengelolaan administrasi
keuangan daerah semakin baik
ditandai dengan opini WTP yang
terus naik.
➢ Pelaksanaan otonomi dan
desentralisasi fiskal telah
berkontribusi untuk perbaikan
berbagai capaian layanan publik
dasar dan kesejahteraan
Berbagaicapaian desentralisasifiskal selama20 tahunterakhirtelah menunjukkan berbagai kinerja positifdanikut
berkontribusi dalam pencapaiankinerja nasional.
3
4. OPTIMALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH
TANTANGAN DESENTRALISASI FISKAL
Pemanfaatan TKDD
yang belumoptimal
Strukturbelanja daerah
yang belummemuaskan
• Sebagian besar DAU
digunakan untuk
belanja pegawai
(30%-65%)
• Ketergantungan
daerah terhadap
DAKsebagai salah
satusumberbelanja
modal
• Program& kegiatan
belumfokus(29.623
program dan 263.135
kegiatan)
• Dominasibelanja
pegawai (32,4%)
• Belanja infrastruktur
sangatrendah (11,5% )
Localtaxratiomasih
cukuprendah
Pemanfaatan pembiayaan
yang masih terbatas
Meski penerimaan
PDRD mengalami
peningkatan namun
local tax ratio
tertekan di angka
1,2% pada tahun
2020 akibat
pandemi
• Pemanfaatan KPBU
masih terbatas
• Total pinjaman daerah
di Indonesia sangat
rendah (0.049% PDB)
dibandignkan rata-rata
pinjaman daerah di
negara berkembang
sebesar 5% PDB
(2000);
Sinergifiskal pusat-
daerahyang belum optimal
Masih terjadi mismatch
antara program pusat
dan daerah, misal KPBU
SPAM Umbulan
terkendala karena
pemda belum
membangun
sambungan ke
masyarakat.
Meskipuntelah menunjukkankinerja-kinerja positif, pelaksanaan desentralisasifiskal masihdihadapkan pada
berbagai tantangan.
4
13. UU HKPD didesain untuk memperkuat desentralisasi fiskal guna mewujudkan kesejahteraan
Akuntabilitas berorientasipada hasil, efisiensi,equality,certainty,universalitas
Pemerataan Kesejahteraan
Masyarakat di seluruh Pelosok NKRI
Alokasi sumber daya nasional yang efektif dan efisien melalui
HKPD yang transparan dan akuntabel
Sisteminformasidan evaluasi keuanganpusat
daerahyang terintegrasi Pengawasan,monitoringdan evaluasi
Sumberdaya manusiayangkompeten,
professional, dan berintegritas
HARMONISASIBELANJA
PUSA
TDANDAERAH
PENGUATAN LOCAL
TAXINGPOWER
KETIMPANGAN
VERTIKALDAN
HORISONTALYANG
MENURUN
PENINGKATAN
KUALITASBELANJA
DAERAH
13
14. Penguatan Local Taxing Power dengan
tetap menjaga perekonomian
14
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang
Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
15. PENGATURAN PAJAK DAERAH & RETRIBUSI DAERAH
RUU HKPD Meningkatkan Local Taxing Power Dengan Tetap Menjaga Kemudahan Berusaha di Daerah
15
MENURUNKAN ADMINISTRATION DAN COMPLIANCE COST
• Restrukturisasi Jenis Pajak Daerah, khususnya yang berbasis
konsumsi (Hotel, Restoran, Hiburan, Parkir, dan PPJ) menjadi
Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT)
• Rasionalisasi retribusi dari 32 jenis layanan menjadi 18 jenis layanan
MEMPERLUAS BASIS PAJAK
• Opsen Pajak Provinsi dan Kab/Kota sebagai penggantian
skema bagi hasil dan penyesuaian kewenangan (Opsen PKB,
BBNKB, MBLB) tanpa tambahan beban WP
• Perluasan objek melalui sinergitas Pajak Pusat dan Daerah
(valet parkir, objek rekreasi, dsb)
HARMONISASI DENGAN PERATURAN PERUNDANGAN LAIN
• Putusan MK Terkait Alat Berat/Alat Besar → Pajak Alat Berat
• Putusan MK Terkait PPJ → PBJT Tenaga Listrik
• UU 23/2014 dan UU 3/2020 terkait sinkronisasi kewenangan
• UU Cipta Kerja → Mendukung Kemudahan Berusaha
HKPD
UU HKPD memberikan
peningkatan penerimaan PDRD
Kab/Kota sampai dengan 48,98%
secara nasional
16. Highlight Pengaturan Pajak Daerah
16
Pengaturan Opsen dimaksudkan untuk tidak menambah beban WP melainkan percepatan penerimaan bagian PKB dan BBNKB
bagi kab/kota dan sinergi pemungutan pajak antara provinsi dan kab/kota
SINERGI PEMUNGUTAN
PROV-KAB/KOTA
MELALUI OPSEN
PAJAK BARANG
DAN JASA
TERTENTU (PBJT)
GREEN POLICY
PKB DAN BBNKB
DUKUNGAN PADA
USAHA MIKRO
DAN ULTRA MIKRO
PERUBAHAN KEBIJAKAN
JENIS, OBJEK, DPP, &
TARIF PAJAK
✓ Opsen tidak menambah
beban WP
✓ Opsen PKB dan BBNKB
menggantikan bagi hasil
PKB dan BBNKB,
sekaligus mempercepat
penerimaan kab/kota
✓ Opsen MBLB untuk
mendanai
kewenangan provinsi
dalam penerbitan dan
pengawasan izin
MBLB
✓ Menuntut sinergi yang
baik antara Provinsi
dan kab/kota
✓ PBJT mengintegrasikan
pajak-pajak daerah
berbasis konsumsi (Pajak
Hotel, Restoran, Hiburan,
PPJ, dan Parkir)
✓ Tujuannya untuk:
• mempermudah
administrasi pembayaran
dan pelaporan dari sisi
WP,
• meningkatkan efisiensi
layanan perpajakan
dan pengawasan dari
sisi Pemda
✓ Termasuk perluasan
objek (valet parkir,
rekreasi, dsb)
✓ Kendaraan bermotor
berbasis energi
terbarukan (nonfosil)
dikecualikan dari PKB
dan BBNKB
✓ Contoh: Kendaraan
Bermotor Tenaga
Listrik, Surya, dsb
✓ Mendukung program
percepatan Kendaraan
Bermotor Listrik
Berbasis Baterai
(KBLBB)
✓ NJKB lebih tinggi untuk
Kendaraan Bermotor
Fosil yang menghasilkan
emisi lebih besar
✓ Insentif fiskal dapat
diberikan kepada WP
pelaku usaha dengan
kriteria tertentu, termasuk
usaha mikro dan ultra
mikro
✓ Pemberian Insentif
Fiskal melalui
permohonan WP atau
secara jabatan oleh
Kepala Daerah
✓ Pemberian Insentif Fiskal
ditetapkan dalam
Peraturan Kepala Daerah
dan diberitahukan kepada
DPRD
✓ Memperkenalkan
Pajak Alat Berat
(PAB)
✓ Tarif maks PBB-P2
menjadi 0,5%, dengan
assessment ratio (NJKP
Kena Pajak 20%-100%)
✓ BBNKB hanya atas
Kendaraan Bermotor baru
✓ Earmarking sebagian
penerimaan PKB,
PBJKT Listrik, Pajak
Rokok, dan PAT, yang
detilnya diatur dalam
PP
✓ NPOPTKP paling rendah
Rp 80 juta
17. Highlight Pengaturan Retribusi Daerah
17
01
RASIONALISASI JENIS
RETRIBUSI
✓ Retribusi Cetak KTP dan Akta
Capil sesuai amanat UU 24/2013
tentang Adminduk
✓ Penyederhanaan Retribusi
Perizinan Tertentu melanjutkan
semangat UU Cipta Kerja
✓ Rasionalisasi jenis retribusi
lainnya didasari pertimbangan
bahwa layanan dimaksud wajib
disediakan Pemda tanpa
pungutan
03
PENERIMAAN PAD
TETAP TERJAGA
02
PENGATURAN
DETIL DALAM PP
✓ UU HKPD hanya
mengatur mengenai jenis
retribusi dan objek secara
umum
✓ Detil objek, tingkat
penggunaan jasa, prinsip
dan sasaran penetapan
tarif diatur dengan PP
✓ Rasionalisasi beberapa
jenis Retribusi daerah
dikompensasi dengan
kebijakan Pajak
Daerah yang berpotensi
meningkatkanpenerimaan
khususnya untuk kab/kota.
✓ Secara overall penerimaan
PAD tetap terjaga
04
PENAMBAHAN RETRIBUSI
BARU
✓ Penambahan jenis retribusi
baru dimungkinkan melalui PP
✓ PP tentang Retribusi baru
mengatur minimal: objek
retribusi, subjek dan wajib
retribusi, prinsip dan sasaran
penetapan tarif,dan tata cara
penghitungan retribusi
Dihapuskannya beberapa jenis retribusi bukan berarti Pemda tidak melakukan layanan dimaksud. Layanan publik tersebut tetap dilakukan
Pemda namun tanpa pungutan kepada maasyarakat.
Rasionalisasi Retribusi Daerah dilakukan dalam rangka efisiensi pelayanan publik di daerah, mendukung
iklim investasi dan kemudahan berusaha, namun dengan tetap menjaga penerimaan PAD daerah
18. Perbandingan Pajak Daerah Provinsi Menurut Undang-Undang PDRD
(Pajak Daerah dan Retribusi Daerah)
Undang-Undang HKPD
mengatur adanya tambahan
pajak daerah di level provinsi
yaitu Pajak Alat Berat (PAB)
dan Opsen Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan
(MBLB).
19. Perbandingan Pajak Daerah Kabupaten/Kota Menurut Undang-Undang
PDRD dan Undang-Undang HKPD
• level pemerintah kabupaten/kota,
Undang-Undang HKPD
menyederhanakan Pajak
Penerangan Jalan (PPJ), Pajak Parkir,
Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan
Pajak Hiburan menjadi Pajak Barang
Jasa Tertentu (PBJT) dan mengatur
pajak baru yaitu Opsen Pajak
Kendaraan Bermotor (PKB) dan
Opsen Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB).
• Undang-Undang HKPD juga
melakukan penyederhanaan
Retribusi melalui rasionalisasi
jumlah Retribusi. Retribusi tersebut
masih diklasifikasikan dalam 3 (tiga)
jenis, yaitu Retribusi Jasa Umum,
Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi
Perizinan Tertentu
20. Perbanding Retribusi Jasa Umum Menurut Undang-Undang PDRD dan
Undang-Undang HKPD
Retribusi jasa umum, Undang-
Undang HKPD
menyederhanakan 15 (lima
belas) jenis pelayanan yang
dipungut retribusi jasa umum
menjadi hanya 5 (lima)
retribusi
21. Perbanding Retribusi Jasa Usaha Menurut Undang-Undang PDRD dan
Undang-Undang HKPD
Retribusi jasa usaha, Undang-Undang HKPD hanya menghapus
retribusi terminal sehingga dari 11 retribusi menjadi 10 retribusi.
22. Perbanding Retribusi Jasa Perizinan Tertentu Menurut
Undang-Undang PDRD dan Undang-Undang HKPD
Retribusi jasa perizinan tertentu, Undang-Undang HKPD
menyederhanakan 5 (lima) jenis perizinan tertentu menjadi 2 (dua) jenis
ditambah perizinan pengelolaan pertambangan rakyat.
27. Faktor-faktor yang Positif dan Negatif dalam organisasi dan dalam kendali (control) Internal organlsasi
IDENTIFIKASI FAKTOR INTERNAL
28. Faktor-faktor yang dapat menjadi
tantangan/ancaman atau sebaliknya
pelua Berada di luar kontrol dan
kendali organisasi
IDENTIFIKASI FAKTOR EKSTERNAL
Opsen adalah pungutan tambahan pajak menurut persentase tertentu. Ada 3 jenis pajak daerah yang dikenai opsen yaitu opsen Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), opsen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), dan opsen Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB). Opsen secara umum tidak menambah beban administrasi perpajakan wajib pajak. Opsen PKB adalah Opsen yang dikenakan oleh kabupaten/kota atas pokok PKB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Opsen BBNKB adalah Opsen yang dikenakan oleh kabupaten/kota atas pokok BBNKB sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Opsen Pajak MBLB adalah Opsen yang dikenakan oleh provinsi atas pokok Pajak MBLB sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.