SlideShare a Scribd company logo
Disampaikan oleh:
Direktur Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah
STRATEGI PENINGKATAN PAJAK
DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
1
1. Daerah hanya boleh memungut Jenis Pajak dan
Retribusi yang ditetapkan dalam UU No. 28/29.
2. Diskresi penetapan tarif oleh pemerintah
daerah sesuai dengan batasan yang diatur
dalam UU No. 28/29
3. Dsikresi penentuan pemungutan jenis PDRD
sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah.
4. PDRD dapat dipungut setelah adanya Perda
5. Khusus untuk Retribusi, sesuai dengan kriteria
yg diatur dalam Pasal 150 UU No.28/2009,
dimungkinkan adanya tambahan retribusi
setelah ditetapkan melalui Peraturan
Pemerintah (telah ada PP No. 97/2012 ttg
retribusi perpanjangan IMTA dan retribusi
terkait ERP).
6. Pajak Rokok dipungut sebagai pajak provinsi
mulai tahun 2014, BPHTB dipungut sebagai
pajak kab/kota mulai tahun 2011, dan PBB-P2
dipungut sebagai pajak kab/kota paling lambat
tahun 2014.
UU No. 28/2009 tentang PDRD
Provinsi:
1. Pajak Kend. Bermotor
2. Pajak BBNKB
3. Pajak BBKB
4. Pajak Air Permukaan
5. Pajak Rokok
Kabupaten/Kota:
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Mineral BL & B
7. Pajak Parkir
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Srg Burung Walet
10. PBB-P2
11. BPHTB
Retribusi Umum :
1. Ret. Pely. Kesehatan
2. Ret. Pely. Persampahan /kebersihan
3. Ret. Penggantian BC KTP & ACS
4. Ret. Pely Pemakaman & pengabuan
mayat
5. Ret. Pely Parkir di Tepi Jalan Umum
6. Ret. Pely Pasar
7. Ret. Pengujian Kendaraan Bermotor
8. Ret. Pemeriksaan Alat Pemadam
Kebakaran
9. Ret. Penggantian Biaya Cetak Peta
10. Ret. Penyediaan dan/atau
penyedotan kakus
11. Ret. Pengolahan limbah cair
12. Ret. Pely Tera/tera ulang
13. Ret. Pely pendidikan;
14. Ret. Pengendalian menara
telekomunikasi
15. Retribusi Pengendalian Lalu Lintas
(PP 97 tahun 2012)
Retribusi Jasa Usaha:
1. Ret. Pemakaian kekayaan daerah
2. Ret. Pasar grosir dan/atau pertokoan
3. Ret. Tempat pelelangan
4. Ret. Terminal
5. Ret tempat khusus parkir
6. Ret. Tempat penginapan
/pesanggrahan/villa
7. Ret. Rumah potong hewan
8. Ret. Pely Kepelabuhan
9. Ret. Tempat rekreasi dan OR
10. Ret. Penyebarangan di air
11. Ret. Penjualan produksi usaha
daerah
Retribusi Perizinan Tertentu:
1. Ret. IMB
2. Ret. Izin Tempat
Penjualan Minuman
Beralkohol
3. Ret. Izin Gangguan
4. Ret. Izin Trayek
5. Ret.Izin Usaha Perikanan
6. Retribusi Perpanjangan
IMTA (PP 97 Tahun 2012)
Ketentuan Pemungutan
Jenis Pajak dan Retribusi Daerah
2
Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015
Tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019
• Daerah Tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah
serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan
dengan daerah lain dalam skala nasional.
• Pemerintah menetapkan Daerah Tertinggal setiap 5 (lima)
tahun sekali secara nasional berdasarkan kriteria, indikator,
dan sub indikator ketertinggalan daerah
• Penetapan Daerah Tertinggal dilakukan berdasarkan usulan
Menteri dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait
dan pemerintah daerah.
• Jumlah daerah tertinggal sebanyak 122 kabupaten.
3
Suatu daerah ditetapkan sebagai Daerah Tertinggal
berdasarkan kriteria:
a. perekonomian masyarakat;
b. sumber daya manusia;
c. sarana dan prasarana;
d. kemampuan keuangan daerah;
e. aksesibiltas; dan
f. karakteristik daerah.
4
POTRET PDRD PROVINSI, KAB./KOTA,
DAN DAERAH TERTINGGAL
6
1
4
3
0 0
2
1
2
0 0 0 0
4
8
1 1 1
0
9
1
3
0
8
18
8
26
6
2
0
3
0
7
2
1
0
5
10
15
20
25
30
Aceh
Sumatera
Utara
Sumatera
Barat
Riau
Jambi
Sumatera
Selatan
Bengkulu
Lampung
DKI
Jakarta
Jawa
Barat
Jawa
Tengah
DIY
Jawa
Timur
Kalbar
Kalteng
Kalsel
Kaltim
Sultra
Sulteng
Sulsel
Sutenggara
Bali
NTB
NTT
Maluku
Papua
Maluku
Utara
Banten
Babel
Gorontalo
Kepulauan
Riau
Papua
Barat
Sulawesi
Barat
Kalimantan
Utara
Jumlah
Provinsi
DIstribusi Daerah Tertinggal Per Provinsi
(Peraturan Presiden No: 131 Tahun 2015)
7
Dlm Miliar Rp
Potret PDRD Daerah Tertinggal dan NonTertinggal Pada Tahun 2015
Daerah Pendapatan PDRD %PDRD Terhadap Pendapatan Daerah
Provinsi 242,782.27 109,581.95 45%
Kabupaten 421,352.13 25,177.16 6%
Kota 121,518.87 21,499.73 18%
Daerah Tertinggal 118,590.88 2,265.63 2%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
Provinsi Kabupaten Kota Daerah Tertinggal
% PDRD Terhadap Pendapatan Daerah
Provinsi Kabupaten Kota Daerah Tertinggal
8
0
20
40
60
80
100
120
Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak
Penerangan
Jalan
PBB-P2 BPHTB
7.29
12.12
26.40
17.82
27.07
31.65
41.31
63.50
106.19
87.88
Dlm
Miliar
Rp
Rata-rata Penerimaan 5 Jenis Pajak Daerah Terbesar Tahun 2015
Daerah Tertinggal
NonTertinggal
Penerimaan 5 Jenis Pajak Daerah Terbesar Pada Tahun 2015 Dalam Miliar RP
Jumlah % Jumlah %
Pajak Hotel 889.1 8.03% 12,217.0 9.58%
Pajak Restoran 1,479.1 13.37% 15,943.9 12.50%
Pajak Penerangan Jalan 3,220.4 29.10% 24,509.4 19.21%
PBB-P2 2,174.6 19.65% 40,989.8 32.13%
BPHTB 3,302.8 29.85% 33,922.6 26.59%
11,065.9 127,582.6
Jenis Pajak
Daerah Tertinggal Daerah Non Tertinggal
Kinerja Pemungutan Pajak Daerah
9
2015 2016
Rata-Rata Tax Ratio Daerah Tertinggal 0.46% 0.48%
Rata-rata Tax Ratio Nasional 1.90% 2.09%
Tahun
Keterangan
Kinerja Pemungutan Pajak Daerah
10
2011 2012 2013 2014 2015
Rata-Rata Pertumhuhan
PDRD Tahun 2011-2015
Daerah NonTertinggal Provinsi 172,419.99 204,731.88 244,638.98 299,851.50 405,015.68 24%
Kabupaten 28,672.31 37,962.50 54,340.79 61,657.21 82,085.11 31%
Kota 27,358.86 34,912.48 43,446.38 52,751.15 72,467.46 28%
Jumlah PDRD Daerah NonTertinggal 228,451.15 277,606.86 342,426.15 414,259.86 559,568.25 25%
Daerah Tertinggal Daerah Tertinggal 3,739.25 4,306.45 5,434.92 6,915.42 8,270.91 22%
Jumlah PDRD Nasional 232,190.40 281,913.31 347,861.07 421,175.28 567,839.16 25%
Status Daerah
• Perencanaan Penerimaan Pajak belum optimal;
• Database pajak daerah yang belum terintegrasi;
• Setting Tarif PDRD yang belum memadai ;
• Organisasi BPRD/Dinas Pendapatan belum
disusun by function;
• SDM Perpajakan yang belum menjawab
kebutuhan organisasi (tenaga penilaian,
pemeriksaan, penagihan); dan
• Kepatuhan WP masih rendah.
11
PERMASALAHAN PENGELOLAAN PDRD
KEMENTERIAN KEUANGAN
STRATEGI PENINGKATAN PDRD
Penyesuaian Dasar
Pengenaan Pajak
Melakukan penilaian ulang atas dasar pengenaan pajak
disesuaikan dengan kemampuan pembayar pajak
Peningkatan Basis Data
Perpajakan
• Mendata ulang WP & objek pajak
• Profiling WP
• Meningkatkan koordinasi internal pemda, antara lain
dengan bagian penerbitan izin
• Memanfaatkan data pihak ketiga (BPN utk PBB)
Penilaian, Penagihan, dan
Pemeriksaan
• Dibidang penilaian dan penagihan dapat
dikerjasamakan dengan DJP dan DJKN.
• Dibidang pemeriksaan dapat berkoordinasi
dengan Polri, Kejaksaan, BPK & BPKP
Modernisasi
• Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam pengelolaan
basis data (integrated database)
• Penggunaan Teknologi Informasi dalam pelayanan
perpajakan, misalnya e-SKPD dan e-payment.
• Membangun organisasi perpajakan daerah berdasarkan
fungsi: pengelola data, pelayanan, penagihan,
pemeriksaan, dan pengawasan.
• Menyusun SOP setiap pelayanan.
Peningkatan SDM
• Menambah jumlah diklat utk ahli penilaian,
penagihan, dan pemeriksaan.
• Menambah jumlah diklat terkait dengan praktik
pemungutan perpajakan yang baik.
• Kerjasama kemitraan dengan pemda lain yang
dinilai sukses dalam pemungutan perpajakan.
• Kepatuhan Wajib Pajak yang masih rendah
• Penghindaran Pajak
Solusi:
• Menggunakan Sistem Teknologi Informasi untuk
mendetect pemenuhan kewajiban pajak daerah
• Menegakkan law enforcement (memberikan
sanksi), contoh: penempelan Stiker belum
membayar pajak restoran pada Rumah Makan
13
PERMASALAHAN DAN SOLUSI (1)
Lemahnya sistem pendataan/pemutakhiran data, penggolongan, penetapan,
pengolahan basis data, sistem pembayaran/penagihan, dan pelayanan
lainnya kepada wajib pajak dan wajib retribusi (administration tax).
Solusi:
• Melakukan Reformasi Administrasi Perpajakan Daerah melalui:
– Penyusunan Profiling Wajib Pajak Daerah yang digunakan sebagai penentuan potensi
pajak daerah
– Pengaplikasian sistem teknologi informasi dalam pelayanan seperti penggunaan,
misalnya e-SKPD, e-payment dan sejenisnya.
– Membangun organisasi perpajakan daerah berdasarkan fungsi seperti fungsi pengelola
data, fungsi pelayanan, fungsi penagihan, fungsi pemeriksaan, dan fungsi pengawasan.
• Memperbaiki Basis Data Perpajakan, melalui:
• Melakukan pendataan ulang wajib pajak dan objek pajak
• Meningkatkan koordinasi internal pemda antara lain dengan bagian penerbitan izin
• Memanfaatkan data pihak ketiga (BPN utk PBB)
• Meningkatkan kerjasama pertukaran data dengan penyedia data lainnya misalnya BPS.
14
PERMASALAHAN DAN SOLUSI (2)
15
Profiling Wajib Pajak Daerah
• Profiling WP adalah penggalian informasi yang
berkenaan dengan wajib pajak yang dimaksudkan
untuk mengetahui potensi pajak dari wajib pajak
tersebut.
• Data Profiling WP meliputi Data Permanen ( Identitas
WP, Related Parties, Gambaran Usaha) dan Data
Akumulatif (Perkembangan Usaha, Data Lawan
Transaksi, Data Riwayat Pembayaran Pajak).
Persoalan Sumber Daya Manusia:
– jumlah pegawai yang belum sesuai dengan kebutuhan ideal,
– sistem manajemen SDM yang belum menjawab kebutuhan organisasi serta
– masih terdapat kasus-kasus seperti kolusi dan pelanggaran disiplin
Solusi:
– Pengalokasian SDM yang lebih tepat sesuai dengan potensi dan
kompetensi,
– Mengirimkan pegawai untuk mengikuti diklat ahli penilaian, penagihan, dan
pemeriksaan.
– Menambah jumlah diklat internal terkait dengan praktik pemungutan
perpajakan yang baik.
– Kerjasama kemitraan dengan pemda-pemda yang dinilai sukses dalam
pemungutan perpajakan, khususnya problem solving terkait pemungutan
perpajakan daerah.
– Pelaksanaan sistem reward and punishment perlu ditegakkan secara tegas
untuk meningkatkan kinerja pegawai dan menghindari kebocoran
penerimaan. 16
PERMASALAHAN DAN SOLUSI (3)
Solusi:
Penyesuaian Dasar Pengenaan Pajak, melakukan penilaian ulang atas dasar
pengenaan pajak, yaitu:
 (nilai jual objek pajak untuk PBB-P2, nilai jual pengambilan mineral bukan
logam dan batuan untuk Pajak MBLB,
 nilai perolehan air tanah untuk Pajak Air Tanah, dan
 nilai perolehan perolehan hak atas tanah dan bangunan untuk
BPHTB)disesuaikan dengan potensi dan kemampuan pembayar pajak
17
Belum signifikannya penerimaan pajak daerah
PERMASALAHAN DAN SOLUSI (4)
Solusi:
• Dibidang penilaian dan penagihan dapat dikerjasamakan
dengan Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara.
• Dibidang pemeriksaan dapat berkoordinasi dengan Polri,
Kejaksaan, Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan, dan Badan Pemeriksa Keuangan.
18
PERMASALAHAN DAN SOLUSI (5)
Masih belum memadainya tenaga dalam bidang Penilaian,
Penagihan, dan Pemeriksaan
Intensifikasi/Optimalisasi PDRD
•mutlak diperlukan karena sistem pemungutan pajak
cenderung tidak optimal
•Sisdur pemungutan masih konvensional dan berjalan secara
parsial, sehingga besar kemungkinan informasi yang
disampaikan tidak konsisten, versi data yang berbeda dan
data tidak up-to-date
Pemanfaatan
teknologi informasi
•mengidentifikasi pembayar pajak baru/potensial dan jumlah
pembayar pajak,
•memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian,
menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan
Memperluas basis
penerimaan
• Menyempurnakan Perda, mengubah tarif, dan
peningkatan SDM
Memperkuat
proses pemungutan
Machfud Sidik: 2002 19
Tarif Pajak optimal
 The Laffer Curve (hubungan tarif pajak
dengan penerimaan pajak).
 Penerimaan maksimum tercapai dititik
rate pajak tertentu dan bukan tarif
tertinggi.
 Pemda cenderung untuk menggunakan
tarif yang tinggi agar diperoleh total
penerimaan pajak daerah yang
maksimal.
 Pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi,
secara teoritis tidak selalu
menghasilkan total penerimaan
maksimum.
 Hal ini tergantung pada respons wajib
pajak, permintaan dan penawaran
barang yang dikenakan tarif pajak lebih
tinggi
20
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN
www.djpk.kemenkeu.go.id
21
KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH
(PP 55 TAHUN 2016)
22
JENIS PAJAK
OFFICIAL ASSESSMENT DAN SELF ASSESSMENT
OFFICIAL ASSESMENT
PROVINSI
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3. Pajak Air Permukaan
KABUPATEN/KOTA
1. Pajak Reklame
2. Pajak Air Tanah
3. PBB P2
SELF ASSESMENT
PROVINSI
1. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
2. Pajak Rokok
KABUPATEN/KOTA
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Penerangan Jalan
5. Pajak MBLB
6. Pajak Parkir
7. Pajak Sarang Burung Walet
8. BPHTB
Pasal 2 & 3
23
PENGATURAN PENETAPAN PAJAK DALAM PERATURAN DAERAH
ditetapkan
Ketentuan dalam Perda Pajak paling sedikit
mengatur tentang:
1. Nama, Objek Pajak, dan Subjek Pajak
2. Dasar Pengenaan, Tarif, dan cara Penghitungan
3. Wilayah Pemungutan
4. Masa Pajak
5. Penetapan
6. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan
7. Kadaluwarsa
8. Sanksi Administrasi
9. Tanggal mulai berlakunya
Perda Pajak dapat juga mengatur tentang
1. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan
dalam hal-hal tertentu atas pokok Pajak dan/atau
sanksinya;
2. tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan;
3. tata cara penghapusan piutang Pajak yang kedaluwarsa;
dan/atau
4. asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan,
keringanan, dan pembebasan Pajak kepada kedutaan,
konsulat, dan perwakilan negara asing sesuai dengan
kelaziman internasional.
Pasal 4
24
PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN MASA PAJAK
PENDAFTARAN WAJIB PAJAK
OFFICIAL ASSESMENT
SELF ASSESMENT
WAJIB MENDAFTARKAN
OBJEK PAJAK KEPADA KEPALA DAERAH
DOKUMEN
Surat Pendaftaran
Objek Pajak
SPOP
(PBB-P2)
Pasal 5
WAJIB MENDAFTARKAN
KEPADA KEPALA DAERAH
NPWPD
KECUALI
1. BPHTB
2. WP PBBKB DAN PEMUNGUT PBBKB  BUMN/BUMD
3. PENYEDIA TENAGA LISTRIK  BUMN/BUMD
YA
TIDAK
NPWPD
(ditetapkan secara
jabatan)
WP
WP
25
PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN MASA PAJAK
MASA PAJAK
Pasal 6
Masa Pajak
1. Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor
2. Pajak Rokok
PROVINSI
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Penerangan Jalan
5. Pajak MBLB
6. Pajak Parkir
7. Pajak Sarang Burung Walet
KABUPATEN/KOTA
26
PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK
PENETAPAN PAJAK
Pasal 7
Surat Ketetapan Pajak Daerah
Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
Diterbitkan dalam hal:
1. WP tidak menyampaikan
SPOP
2. Hasil Pemeriksaan
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor
3. Pajak Air Permukaan
PROVINSI
1. Pajak Reklame
2. Pajak Air Tanah
KABUPATEN/KOTA
PBB-P2
27
28
PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK
PENETAPAN PAJAK
Pasal 8
Besarnya Pajak terutang
Dasar Pengenaan Pajak (DPP):
a. nilai jual kendaraan bermotor
b. nilai perolehan air permukaan
c. nilai sewa reklame
d. nilai perolehan air tanah
e. NJOP
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor
3. Pajak Air Permukaan
PROVINSI
1. Pajak Reklame
2. Pajak Air Tanah
KABUPATEN/KOTA
PBB-P2
Tarif x DPP
Tarif x (DPP – NJOP
tidak kena pajak)
OFFICIAL ASSESMENT
29
PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK
PENETAPAN PAJAK
Pasal 9
Besarnya Pajak terutang
Dasar Pengenaan Pajak (DPP):
a. nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor
sebelum PPN
b. cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah terhadap
rokok
c. jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar
kepada hotel
d. jumlah pembayaran yang diterima atau yang
seharusnya diterima
e. jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya
diterima oleh penyelenggara hiburan
1. Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor
2. Pajak Rokok
PROVINSI
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Penerangan Jalan
5. Pajak MBLB
6. Pajak Parkir
7. Pajak Sarang Burung Walet
KABUPATEN/KOTA
BPHTB
Tarif x DPP
Tarif x (DPP – nilai
perolehan objek Pajak
tidak kena Pajak)
SELF ASSESMENT
f. nilai jual tenaga listrik
g. nilai jual hasil pengambilan mineral bukan
logam dan batuan
h. jumlah pembayaran atau yang seharusnya
dibayar kepada penyelenggara tempat parkir
i. nilai jual sarang burung walet
j. nilai perolehan objek Pajak
30
PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK
PEMBAYARAN PAJAK TERUTANG
Pasal 13
1. 1 (satu) bulan sejak tanggal
dikirimnya SKPD
2. 6 (enam) bulan sejak diterimanya
SPPT
OFFICIAL ASSESMENT
30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat
terutangnya pajak
SELF ASSESMENT
jangka
waktu
bayar/
setor menggunakan
SSPD
WP
31
PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK
PELAPORAN PAJAK
Pasal 14 & Pasal 15
untuk jenis Pajak yang
dibayar sendiri
(self assessment)
paling sedikit memuat omzet dan
jumlah Pajak terutang dalam satu
masa Pajak
mengisi
SPTPD
dilampiri
SSPD
disampaikan ke
WP Kepala
Daerah/Pejabat yg
ditunjuk
32
PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK
KETETAPAN PAJAK
Pasal 16 & Pasal 17
Paling lama 5
tahun sejak
terutangnya
pajak
- Berdasarkan hasil pemeriksaan
- SPTPD tidak disampaikan
- Tidak mengisi SPTPD
Jumlah Pajak terutang
=
jumlah kredit Pajak
Ditemukan hal baru yang
menyebabkan oenambahan
pajak terutang
Sanksi adm:
- bunga 2%/bln, maks. 24 bulan
- Tidak mengisi SPTPD: kenaikan 25% + bunga
2%/bln
Sanksi adm:
- Kenaikan 100%
dapat menerbitkan
SKPDKB
SKPDKBT
SKPDN
Kepala Daerah
33
PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK
KETETAPAN PAJAK
Pasal 18
Kepala Daerah
WP
mengajukan
Permohonan
pengembalian
keputusan
12
bln
Ya
>12 bln
SKPDLB diterbitkan
Permohonan dianggap
dikabulkan dan SKPDLB
diterbitkan maks. 1 bulan
34
PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
PENAGIHAN PAJAK
Pasal 19
Kepala Daerah
dapat
menerbitkan
STPD
Jumlah
tagihan:
+ bunga
2%/bulan
Pajak terutang dalam
SKPD/SPPT
tidak/kurang dibayar
Jumlah
tagihan:
+ bunga
2%/bulan
maks. 15 bulan
SK Pembetulan, SK
Keberatan, dan
Putusan Banding
tidak/kurang dibayar
WP dikenakan sanksi
administratif
dalam hal
untuk jenis Pajak yang
ditetapkan Kepala Daerah
(official assessment)
Pasal 21:
Pajak terutang yang tidak/kurang
dibayar ditagih dengan Surat Paksa
Jumlah
tagihan:
+ bunga
2%/bulan
maks. 15 bulan
35
Kepala Daerah
dapat
menerbitkan
STPD
Hasil penelitian
SPTPD
SKPDKB, SKPDKBT,
SK Pembetulan, SK
Keberatan, dan
Putusan Banding
tidak/kurang
dibayar
WP dikenakan sanksi
administratif
dalam hal
untuk jenis Pajak yang
dibayar sendiri
(self assessment)
PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
PENAGIHAN PAJAK
Pasal 20
Pasal 21:
Pajak terutang yang tidak/kurang
dibayar ditagih dengan Surat Paksa
36
PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
Pasal 22
Piutang
Pajak
Kadaluwarsa
tidak dapat
ditagih
dapat ditangguhkan jika
Terbit Surat
Teguran dan/atau
Surat Paksa
Adanya pengakuan
utang pajak dari WP
(langsung/tidak
langsung)
37
PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 23
Kepala Daerah
WP
mengajukan
Keberatan
SPPT
SKPD
SKPDKB
SKPDKBT
SKPDN
SKPDLB
Pemotongan/pemu
ngutan oleh pihak
ketiga
Waktu pelunasan jumlah
Pajak yang belum dibayar
pada saat pengajuan
keberatan tertangguh s.d.
1 bulan sejak tanggal SK
Keberatan
Paling lama 3
bulan
Minimal sudah
membayar jumlah
yg telah disetujui
38
PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 24
Kepala Daerah
memberikan
Keputusan
atas
keberatan
berupa
Menerima
Menerima sebagian
Menolak
Menambah besarnya jumlah
pajak terutang
Dapat
melakukan
Pemeriksaan
Maks. 12 bulan sejak
surat keberatan
diterima
Lebih dari 12 bulan
dianggap diterima
39
PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 25 dan Pasal 26
WP
dapat
mengajukan
Keberatan
Menangguhkan kewajiban
membayar pajak s.d. 1
bulan sejak tanggal
penerbitan Putusan Banding
maks. 3 bulan
sejak keputusan
diterima
Kelebihan pembayaran dikembalikan
dengan ditambah imbalan bunga
2%/bulan maks 24 bulan
Dikabulkan sebagian
atau seluruhnya
Sanksi administratif denda 50% dari
jumlah pajak berdasarkan keputusan
keberatan dikurangi pajak yang sudah
dibayar
Dikabulkan sebagian
atau ditolak
40
PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK
KEBERATAN DAN BANDING
Pasal 25 dan Pasal 26
WP
dapat
mengajukan
Banding
Sanksi administratif denda
50% tidak dikenakan
Jika menolak
Putusan Keberatan
Dikabulkan seluruhnya
Sanksi administratif denda 100% dari
jumlah pajak berdasarkan keputusan
keberatan dikurangi pajak yang sudah
dibayar
Dikabulkan sebagian
atau ditolak
41
PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN
Pasal 27 dan Pasal 28
WP
wajib
Pembukuan
atau
Pencatatan
melakukan
Pemeriksaan
Kepala Daerah/
Pejabat yang
berwenang
Usaha dengan
omzet >Rp300
juta
Paling sedikit memuat
data penjualan beserta
data pendukungnya
Untuk menguji
kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan
daerah dan tujuan lain
- Memperlihatkan dan/atau meminjamkan
buku/catatan, dokumen yang menjadi
dasar dan dokumen lain yang
berhubungan
- Memberikan kesempatan untuk
memasuki tempat/ruangan yang
dianggap perlu
- Memberikan keterangan yang diperlukan
42
PENELITIAN SURAT SETORAN PAJAK DAERAH BEA PEROLEHAN HAK
ATAS TANAH DAN BANGUNAN
Pasal 29
Penelitian
SSPD BPHTB
Kesesuaian nomor objek Pajak
Kesesuaian NJOP bumi/m2
Kesesuaian NJOP bangunan/m2
Kebenaran penghitungan BPHTB
Kebenaran penghitungan BPHTB yang disetor
Paling lama 1 hari
kerja sejak SSPD
BPHTB diterima
43
PENILAIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN
PERKOTAAN
Pasal 30
Kepala Daerah
menetapkan
NJOP
tidak diperoleh
rata-rata
Penghitungan dilakukan dengan
metode:
a. Perbandingan harga dengan
objek lain yang sejenis
b. Nilai perolehan baru
c. Nilai jual pengganti
Dilakukan setiap 3
tahun kecuali objek
pajak tertentu
Dihitung
berdasarkan rata-
rata harga jual-beli

More Related Content

Similar to Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptx

3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
AhmadGozali32
 
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
selametuntung
 
PRESENT KABID STAN V.1.pptx
PRESENT KABID STAN V.1.pptxPRESENT KABID STAN V.1.pptx
PRESENT KABID STAN V.1.pptx
robzstudio
 
PP 35 PAJAK NEW.pptx
PP 35 PAJAK NEW.pptxPP 35 PAJAK NEW.pptx
PP 35 PAJAK NEW.pptx
Universitas Islam Malang
 
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdfpp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
erikhighflier
 
Tax Flash KIB April 2022.pdf
Tax Flash KIB April 2022.pdfTax Flash KIB April 2022.pdf
Tax Flash KIB April 2022.pdf
kib-consulting
 
Pengaruh Local Taxing Power Terhadap Kinerja Anggaran Pemda
Pengaruh Local Taxing Power Terhadap Kinerja Anggaran PemdaPengaruh Local Taxing Power Terhadap Kinerja Anggaran Pemda
Pengaruh Local Taxing Power Terhadap Kinerja Anggaran Pemda
Septian Wildan Mujaddid
 
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUPDJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
adjhe17ks1
 
Bahan Pengantar Sosialisasi Billing Perbendaharaan updated 23 Des 2021_fix (1...
Bahan Pengantar Sosialisasi Billing Perbendaharaan updated 23 Des 2021_fix (1...Bahan Pengantar Sosialisasi Billing Perbendaharaan updated 23 Des 2021_fix (1...
Bahan Pengantar Sosialisasi Billing Perbendaharaan updated 23 Des 2021_fix (1...
PDMSBaubau
 
optimalisasi pajak.pptx
optimalisasi pajak.pptxoptimalisasi pajak.pptx
optimalisasi pajak.pptx
bandisyah3
 
Laporan kerja praktek
Laporan kerja praktekLaporan kerja praktek
Laporan kerja praktek
hayatun nufus
 
Ukin
UkinUkin
PAPARAN-BENDAHARA-BOS-DINDIKBUD-2019.pptx
PAPARAN-BENDAHARA-BOS-DINDIKBUD-2019.pptxPAPARAN-BENDAHARA-BOS-DINDIKBUD-2019.pptx
PAPARAN-BENDAHARA-BOS-DINDIKBUD-2019.pptx
novasaeptian
 
Amelia hasanah 12160137
Amelia hasanah 12160137Amelia hasanah 12160137
Amelia hasanah 12160137
Ameliahasanah02
 
Power_point_proposal_tesis.pptx
Power_point_proposal_tesis.pptxPower_point_proposal_tesis.pptx
Power_point_proposal_tesis.pptx
Putrajab
 
Makalah retribusi dan pajak
Makalah retribusi dan pajakMakalah retribusi dan pajak
Makalah retribusi dan pajak
Septian Muna Barakati
 

Similar to Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptx (20)

3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
 
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
 
PRESENT KABID STAN V.1.pptx
PRESENT KABID STAN V.1.pptxPRESENT KABID STAN V.1.pptx
PRESENT KABID STAN V.1.pptx
 
PP 35 PAJAK NEW.pptx
PP 35 PAJAK NEW.pptxPP 35 PAJAK NEW.pptx
PP 35 PAJAK NEW.pptx
 
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdfpp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
pp35pajaknew-230701075025-6d0c6a2e.pdf
 
Tax Flash KIB April 2022.pdf
Tax Flash KIB April 2022.pdfTax Flash KIB April 2022.pdf
Tax Flash KIB April 2022.pdf
 
Pengaruh Local Taxing Power Terhadap Kinerja Anggaran Pemda
Pengaruh Local Taxing Power Terhadap Kinerja Anggaran PemdaPengaruh Local Taxing Power Terhadap Kinerja Anggaran Pemda
Pengaruh Local Taxing Power Terhadap Kinerja Anggaran Pemda
 
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUPDJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
DJP - RUU KUP.pdf RUU Perubahan Kelima UU KUP
 
Bahan Pengantar Sosialisasi Billing Perbendaharaan updated 23 Des 2021_fix (1...
Bahan Pengantar Sosialisasi Billing Perbendaharaan updated 23 Des 2021_fix (1...Bahan Pengantar Sosialisasi Billing Perbendaharaan updated 23 Des 2021_fix (1...
Bahan Pengantar Sosialisasi Billing Perbendaharaan updated 23 Des 2021_fix (1...
 
optimalisasi pajak.pptx
optimalisasi pajak.pptxoptimalisasi pajak.pptx
optimalisasi pajak.pptx
 
Laporan kerja praktek
Laporan kerja praktekLaporan kerja praktek
Laporan kerja praktek
 
Ukin
UkinUkin
Ukin
 
PAPARAN-BENDAHARA-BOS-DINDIKBUD-2019.pptx
PAPARAN-BENDAHARA-BOS-DINDIKBUD-2019.pptxPAPARAN-BENDAHARA-BOS-DINDIKBUD-2019.pptx
PAPARAN-BENDAHARA-BOS-DINDIKBUD-2019.pptx
 
Amelia hasanah 12160137
Amelia hasanah 12160137Amelia hasanah 12160137
Amelia hasanah 12160137
 
Power_point_proposal_tesis.pptx
Power_point_proposal_tesis.pptxPower_point_proposal_tesis.pptx
Power_point_proposal_tesis.pptx
 
13 pj se09
13 pj se0913 pj se09
13 pj se09
 
Makalah retribusi dan pajak
Makalah retribusi dan pajakMakalah retribusi dan pajak
Makalah retribusi dan pajak
 
Makalah retribusi dan pajak
Makalah retribusi dan pajakMakalah retribusi dan pajak
Makalah retribusi dan pajak
 
Makalah retribusi dan pajak
Makalah retribusi dan pajakMakalah retribusi dan pajak
Makalah retribusi dan pajak
 
Makalah retribusi daerah
Makalah retribusi daerahMakalah retribusi daerah
Makalah retribusi daerah
 

Recently uploaded

Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdfPengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
fadilahsaleh427
 
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptxPPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
tikasianturi1410
 
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.pptPpt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
mariapasaribu13
 
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdfMATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
IGNATIUSOKIDEWABRATA
 
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptxMETODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptxMETODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptxPendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
LidyaManuelia1
 
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuanganMakalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
MohammadAthianManan
 
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
hoiriyono
 
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Anisa Rizki Rahmawati
 
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptxModul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
MarkusPiyusmanZebua
 
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.pptKonsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
AchmadHasanHafidzi
 
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptxSesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
bidakara2016
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
EnforceA Real Solution
 
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniahreksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
AhmadVikriKhoirulAna
 
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
JefryColter
 

Recently uploaded (16)

Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdfPengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
Pengertian Surplus Konsumen dan Produsen.pdf
 
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptxPPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
PPT METODE PENELITIAN YEFTIKA MUTIARA SIANTURI .pptx
 
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.pptPpt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
Ppt_perdagangan_luar_negeri_proteksi_dan.ppt
 
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdfMATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
MATERI-1-BIMTEK KURIKULUM 2024-PTV-LENGKAP - PESERTA-REVISI-MALANG-MEI 2024.pdf
 
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptxMETODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
METODE STEPPING STONE (BATU LONCATANA) REVISI.pptx
 
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptxMETODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
METODE MODI (MODIFIED DISTRIBUTION METHODE).pptx
 
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptxPendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
Pendapatan dan beban dalam Akuntansi.pptx
 
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuanganMakalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
Makalah Kelompok 2 mengenai materi manajemen keuangan
 
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
PPT SEMPRO PENGARUH JIWA KEWIRAUSAHAAN MOTIVASI DAN MODAL USAHA TERHADAP PERK...
 
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
Prosedur Ekspor : Studi Kasus Ekspor Briket ke Yaman dan Proses Produksi Brik...
 
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptxModul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
Modul Ajar Kurikulum Merdeka Tahun 2024.pptx
 
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.pptKonsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
Konsep Perbankan Syariah di Indonesia.ppt
 
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptxSesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
Sesi 4_Kelompok 3 Kode Etik Profesi Akuntan Publik.pptx
 
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
Dapat SP2DK, Harus Apa? Bagimana cara merespon surat cinta DJP?
 
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniahreksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
reksadana syariah lutfi nihayatul khusniah
 
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
460012937-Rpp-kelas-rangkap-model-221-docx.docx
 

Bahan Strategi Peningkatan PDRD_Daerah Tertinggal (1).pptx

  • 1. Disampaikan oleh: Direktur Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah STRATEGI PENINGKATAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan 1
  • 2. 1. Daerah hanya boleh memungut Jenis Pajak dan Retribusi yang ditetapkan dalam UU No. 28/29. 2. Diskresi penetapan tarif oleh pemerintah daerah sesuai dengan batasan yang diatur dalam UU No. 28/29 3. Dsikresi penentuan pemungutan jenis PDRD sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah. 4. PDRD dapat dipungut setelah adanya Perda 5. Khusus untuk Retribusi, sesuai dengan kriteria yg diatur dalam Pasal 150 UU No.28/2009, dimungkinkan adanya tambahan retribusi setelah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah (telah ada PP No. 97/2012 ttg retribusi perpanjangan IMTA dan retribusi terkait ERP). 6. Pajak Rokok dipungut sebagai pajak provinsi mulai tahun 2014, BPHTB dipungut sebagai pajak kab/kota mulai tahun 2011, dan PBB-P2 dipungut sebagai pajak kab/kota paling lambat tahun 2014. UU No. 28/2009 tentang PDRD Provinsi: 1. Pajak Kend. Bermotor 2. Pajak BBNKB 3. Pajak BBKB 4. Pajak Air Permukaan 5. Pajak Rokok Kabupaten/Kota: 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame 5. Pajak Penerangan Jalan 6. Pajak Mineral BL & B 7. Pajak Parkir 8. Pajak Air Tanah 9. Pajak Srg Burung Walet 10. PBB-P2 11. BPHTB Retribusi Umum : 1. Ret. Pely. Kesehatan 2. Ret. Pely. Persampahan /kebersihan 3. Ret. Penggantian BC KTP & ACS 4. Ret. Pely Pemakaman & pengabuan mayat 5. Ret. Pely Parkir di Tepi Jalan Umum 6. Ret. Pely Pasar 7. Ret. Pengujian Kendaraan Bermotor 8. Ret. Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran 9. Ret. Penggantian Biaya Cetak Peta 10. Ret. Penyediaan dan/atau penyedotan kakus 11. Ret. Pengolahan limbah cair 12. Ret. Pely Tera/tera ulang 13. Ret. Pely pendidikan; 14. Ret. Pengendalian menara telekomunikasi 15. Retribusi Pengendalian Lalu Lintas (PP 97 tahun 2012) Retribusi Jasa Usaha: 1. Ret. Pemakaian kekayaan daerah 2. Ret. Pasar grosir dan/atau pertokoan 3. Ret. Tempat pelelangan 4. Ret. Terminal 5. Ret tempat khusus parkir 6. Ret. Tempat penginapan /pesanggrahan/villa 7. Ret. Rumah potong hewan 8. Ret. Pely Kepelabuhan 9. Ret. Tempat rekreasi dan OR 10. Ret. Penyebarangan di air 11. Ret. Penjualan produksi usaha daerah Retribusi Perizinan Tertentu: 1. Ret. IMB 2. Ret. Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol 3. Ret. Izin Gangguan 4. Ret. Izin Trayek 5. Ret.Izin Usaha Perikanan 6. Retribusi Perpanjangan IMTA (PP 97 Tahun 2012) Ketentuan Pemungutan Jenis Pajak dan Retribusi Daerah 2
  • 3. Peraturan Presiden Nomor 131 Tahun 2015 Tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2015-2019 • Daerah Tertinggal adalah daerah kabupaten yang wilayah serta masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala nasional. • Pemerintah menetapkan Daerah Tertinggal setiap 5 (lima) tahun sekali secara nasional berdasarkan kriteria, indikator, dan sub indikator ketertinggalan daerah • Penetapan Daerah Tertinggal dilakukan berdasarkan usulan Menteri dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait dan pemerintah daerah. • Jumlah daerah tertinggal sebanyak 122 kabupaten. 3
  • 4. Suatu daerah ditetapkan sebagai Daerah Tertinggal berdasarkan kriteria: a. perekonomian masyarakat; b. sumber daya manusia; c. sarana dan prasarana; d. kemampuan keuangan daerah; e. aksesibiltas; dan f. karakteristik daerah. 4
  • 5. POTRET PDRD PROVINSI, KAB./KOTA, DAN DAERAH TERTINGGAL
  • 6. 6 1 4 3 0 0 2 1 2 0 0 0 0 4 8 1 1 1 0 9 1 3 0 8 18 8 26 6 2 0 3 0 7 2 1 0 5 10 15 20 25 30 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DIY Jawa Timur Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sultra Sulteng Sulsel Sutenggara Bali NTB NTT Maluku Papua Maluku Utara Banten Babel Gorontalo Kepulauan Riau Papua Barat Sulawesi Barat Kalimantan Utara Jumlah Provinsi DIstribusi Daerah Tertinggal Per Provinsi (Peraturan Presiden No: 131 Tahun 2015)
  • 7. 7 Dlm Miliar Rp Potret PDRD Daerah Tertinggal dan NonTertinggal Pada Tahun 2015 Daerah Pendapatan PDRD %PDRD Terhadap Pendapatan Daerah Provinsi 242,782.27 109,581.95 45% Kabupaten 421,352.13 25,177.16 6% Kota 121,518.87 21,499.73 18% Daerah Tertinggal 118,590.88 2,265.63 2% 0% 10% 20% 30% 40% 50% Provinsi Kabupaten Kota Daerah Tertinggal % PDRD Terhadap Pendapatan Daerah Provinsi Kabupaten Kota Daerah Tertinggal
  • 8. 8 0 20 40 60 80 100 120 Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Penerangan Jalan PBB-P2 BPHTB 7.29 12.12 26.40 17.82 27.07 31.65 41.31 63.50 106.19 87.88 Dlm Miliar Rp Rata-rata Penerimaan 5 Jenis Pajak Daerah Terbesar Tahun 2015 Daerah Tertinggal NonTertinggal Penerimaan 5 Jenis Pajak Daerah Terbesar Pada Tahun 2015 Dalam Miliar RP Jumlah % Jumlah % Pajak Hotel 889.1 8.03% 12,217.0 9.58% Pajak Restoran 1,479.1 13.37% 15,943.9 12.50% Pajak Penerangan Jalan 3,220.4 29.10% 24,509.4 19.21% PBB-P2 2,174.6 19.65% 40,989.8 32.13% BPHTB 3,302.8 29.85% 33,922.6 26.59% 11,065.9 127,582.6 Jenis Pajak Daerah Tertinggal Daerah Non Tertinggal
  • 9. Kinerja Pemungutan Pajak Daerah 9 2015 2016 Rata-Rata Tax Ratio Daerah Tertinggal 0.46% 0.48% Rata-rata Tax Ratio Nasional 1.90% 2.09% Tahun Keterangan
  • 10. Kinerja Pemungutan Pajak Daerah 10 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata Pertumhuhan PDRD Tahun 2011-2015 Daerah NonTertinggal Provinsi 172,419.99 204,731.88 244,638.98 299,851.50 405,015.68 24% Kabupaten 28,672.31 37,962.50 54,340.79 61,657.21 82,085.11 31% Kota 27,358.86 34,912.48 43,446.38 52,751.15 72,467.46 28% Jumlah PDRD Daerah NonTertinggal 228,451.15 277,606.86 342,426.15 414,259.86 559,568.25 25% Daerah Tertinggal Daerah Tertinggal 3,739.25 4,306.45 5,434.92 6,915.42 8,270.91 22% Jumlah PDRD Nasional 232,190.40 281,913.31 347,861.07 421,175.28 567,839.16 25% Status Daerah
  • 11. • Perencanaan Penerimaan Pajak belum optimal; • Database pajak daerah yang belum terintegrasi; • Setting Tarif PDRD yang belum memadai ; • Organisasi BPRD/Dinas Pendapatan belum disusun by function; • SDM Perpajakan yang belum menjawab kebutuhan organisasi (tenaga penilaian, pemeriksaan, penagihan); dan • Kepatuhan WP masih rendah. 11 PERMASALAHAN PENGELOLAAN PDRD
  • 12. KEMENTERIAN KEUANGAN STRATEGI PENINGKATAN PDRD Penyesuaian Dasar Pengenaan Pajak Melakukan penilaian ulang atas dasar pengenaan pajak disesuaikan dengan kemampuan pembayar pajak Peningkatan Basis Data Perpajakan • Mendata ulang WP & objek pajak • Profiling WP • Meningkatkan koordinasi internal pemda, antara lain dengan bagian penerbitan izin • Memanfaatkan data pihak ketiga (BPN utk PBB) Penilaian, Penagihan, dan Pemeriksaan • Dibidang penilaian dan penagihan dapat dikerjasamakan dengan DJP dan DJKN. • Dibidang pemeriksaan dapat berkoordinasi dengan Polri, Kejaksaan, BPK & BPKP Modernisasi • Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam pengelolaan basis data (integrated database) • Penggunaan Teknologi Informasi dalam pelayanan perpajakan, misalnya e-SKPD dan e-payment. • Membangun organisasi perpajakan daerah berdasarkan fungsi: pengelola data, pelayanan, penagihan, pemeriksaan, dan pengawasan. • Menyusun SOP setiap pelayanan. Peningkatan SDM • Menambah jumlah diklat utk ahli penilaian, penagihan, dan pemeriksaan. • Menambah jumlah diklat terkait dengan praktik pemungutan perpajakan yang baik. • Kerjasama kemitraan dengan pemda lain yang dinilai sukses dalam pemungutan perpajakan.
  • 13. • Kepatuhan Wajib Pajak yang masih rendah • Penghindaran Pajak Solusi: • Menggunakan Sistem Teknologi Informasi untuk mendetect pemenuhan kewajiban pajak daerah • Menegakkan law enforcement (memberikan sanksi), contoh: penempelan Stiker belum membayar pajak restoran pada Rumah Makan 13 PERMASALAHAN DAN SOLUSI (1)
  • 14. Lemahnya sistem pendataan/pemutakhiran data, penggolongan, penetapan, pengolahan basis data, sistem pembayaran/penagihan, dan pelayanan lainnya kepada wajib pajak dan wajib retribusi (administration tax). Solusi: • Melakukan Reformasi Administrasi Perpajakan Daerah melalui: – Penyusunan Profiling Wajib Pajak Daerah yang digunakan sebagai penentuan potensi pajak daerah – Pengaplikasian sistem teknologi informasi dalam pelayanan seperti penggunaan, misalnya e-SKPD, e-payment dan sejenisnya. – Membangun organisasi perpajakan daerah berdasarkan fungsi seperti fungsi pengelola data, fungsi pelayanan, fungsi penagihan, fungsi pemeriksaan, dan fungsi pengawasan. • Memperbaiki Basis Data Perpajakan, melalui: • Melakukan pendataan ulang wajib pajak dan objek pajak • Meningkatkan koordinasi internal pemda antara lain dengan bagian penerbitan izin • Memanfaatkan data pihak ketiga (BPN utk PBB) • Meningkatkan kerjasama pertukaran data dengan penyedia data lainnya misalnya BPS. 14 PERMASALAHAN DAN SOLUSI (2)
  • 15. 15 Profiling Wajib Pajak Daerah • Profiling WP adalah penggalian informasi yang berkenaan dengan wajib pajak yang dimaksudkan untuk mengetahui potensi pajak dari wajib pajak tersebut. • Data Profiling WP meliputi Data Permanen ( Identitas WP, Related Parties, Gambaran Usaha) dan Data Akumulatif (Perkembangan Usaha, Data Lawan Transaksi, Data Riwayat Pembayaran Pajak).
  • 16. Persoalan Sumber Daya Manusia: – jumlah pegawai yang belum sesuai dengan kebutuhan ideal, – sistem manajemen SDM yang belum menjawab kebutuhan organisasi serta – masih terdapat kasus-kasus seperti kolusi dan pelanggaran disiplin Solusi: – Pengalokasian SDM yang lebih tepat sesuai dengan potensi dan kompetensi, – Mengirimkan pegawai untuk mengikuti diklat ahli penilaian, penagihan, dan pemeriksaan. – Menambah jumlah diklat internal terkait dengan praktik pemungutan perpajakan yang baik. – Kerjasama kemitraan dengan pemda-pemda yang dinilai sukses dalam pemungutan perpajakan, khususnya problem solving terkait pemungutan perpajakan daerah. – Pelaksanaan sistem reward and punishment perlu ditegakkan secara tegas untuk meningkatkan kinerja pegawai dan menghindari kebocoran penerimaan. 16 PERMASALAHAN DAN SOLUSI (3)
  • 17. Solusi: Penyesuaian Dasar Pengenaan Pajak, melakukan penilaian ulang atas dasar pengenaan pajak, yaitu:  (nilai jual objek pajak untuk PBB-P2, nilai jual pengambilan mineral bukan logam dan batuan untuk Pajak MBLB,  nilai perolehan air tanah untuk Pajak Air Tanah, dan  nilai perolehan perolehan hak atas tanah dan bangunan untuk BPHTB)disesuaikan dengan potensi dan kemampuan pembayar pajak 17 Belum signifikannya penerimaan pajak daerah PERMASALAHAN DAN SOLUSI (4)
  • 18. Solusi: • Dibidang penilaian dan penagihan dapat dikerjasamakan dengan Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. • Dibidang pemeriksaan dapat berkoordinasi dengan Polri, Kejaksaan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, dan Badan Pemeriksa Keuangan. 18 PERMASALAHAN DAN SOLUSI (5) Masih belum memadainya tenaga dalam bidang Penilaian, Penagihan, dan Pemeriksaan
  • 19. Intensifikasi/Optimalisasi PDRD •mutlak diperlukan karena sistem pemungutan pajak cenderung tidak optimal •Sisdur pemungutan masih konvensional dan berjalan secara parsial, sehingga besar kemungkinan informasi yang disampaikan tidak konsisten, versi data yang berbeda dan data tidak up-to-date Pemanfaatan teknologi informasi •mengidentifikasi pembayar pajak baru/potensial dan jumlah pembayar pajak, •memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian, menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan Memperluas basis penerimaan • Menyempurnakan Perda, mengubah tarif, dan peningkatan SDM Memperkuat proses pemungutan Machfud Sidik: 2002 19
  • 20. Tarif Pajak optimal  The Laffer Curve (hubungan tarif pajak dengan penerimaan pajak).  Penerimaan maksimum tercapai dititik rate pajak tertentu dan bukan tarif tertinggi.  Pemda cenderung untuk menggunakan tarif yang tinggi agar diperoleh total penerimaan pajak daerah yang maksimal.  Pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi, secara teoritis tidak selalu menghasilkan total penerimaan maksimum.  Hal ini tergantung pada respons wajib pajak, permintaan dan penawaran barang yang dikenakan tarif pajak lebih tinggi 20
  • 21. TERIMA KASIH KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN www.djpk.kemenkeu.go.id 21
  • 22. KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH (PP 55 TAHUN 2016) 22
  • 23. JENIS PAJAK OFFICIAL ASSESSMENT DAN SELF ASSESSMENT OFFICIAL ASSESMENT PROVINSI 1. Pajak Kendaraan Bermotor 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Air Permukaan KABUPATEN/KOTA 1. Pajak Reklame 2. Pajak Air Tanah 3. PBB P2 SELF ASSESMENT PROVINSI 1. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 2. Pajak Rokok KABUPATEN/KOTA 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Penerangan Jalan 5. Pajak MBLB 6. Pajak Parkir 7. Pajak Sarang Burung Walet 8. BPHTB Pasal 2 & 3 23
  • 24. PENGATURAN PENETAPAN PAJAK DALAM PERATURAN DAERAH ditetapkan Ketentuan dalam Perda Pajak paling sedikit mengatur tentang: 1. Nama, Objek Pajak, dan Subjek Pajak 2. Dasar Pengenaan, Tarif, dan cara Penghitungan 3. Wilayah Pemungutan 4. Masa Pajak 5. Penetapan 6. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan 7. Kadaluwarsa 8. Sanksi Administrasi 9. Tanggal mulai berlakunya Perda Pajak dapat juga mengatur tentang 1. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok Pajak dan/atau sanksinya; 2. tata cara pengajuan dan penyelesaian keberatan; 3. tata cara penghapusan piutang Pajak yang kedaluwarsa; dan/atau 4. asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan Pajak kepada kedutaan, konsulat, dan perwakilan negara asing sesuai dengan kelaziman internasional. Pasal 4 24
  • 25. PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN MASA PAJAK PENDAFTARAN WAJIB PAJAK OFFICIAL ASSESMENT SELF ASSESMENT WAJIB MENDAFTARKAN OBJEK PAJAK KEPADA KEPALA DAERAH DOKUMEN Surat Pendaftaran Objek Pajak SPOP (PBB-P2) Pasal 5 WAJIB MENDAFTARKAN KEPADA KEPALA DAERAH NPWPD KECUALI 1. BPHTB 2. WP PBBKB DAN PEMUNGUT PBBKB  BUMN/BUMD 3. PENYEDIA TENAGA LISTRIK  BUMN/BUMD YA TIDAK NPWPD (ditetapkan secara jabatan) WP WP 25
  • 26. PENDAFTARAN WAJIB PAJAK DAN MASA PAJAK MASA PAJAK Pasal 6 Masa Pajak 1. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 2. Pajak Rokok PROVINSI 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Penerangan Jalan 5. Pajak MBLB 6. Pajak Parkir 7. Pajak Sarang Burung Walet KABUPATEN/KOTA 26
  • 27. PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK PENETAPAN PAJAK Pasal 7 Surat Ketetapan Pajak Daerah Surat Pemberitahuan Pajak Terutang Diterbitkan dalam hal: 1. WP tidak menyampaikan SPOP 2. Hasil Pemeriksaan 1. Pajak Kendaraan Bermotor 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Air Permukaan PROVINSI 1. Pajak Reklame 2. Pajak Air Tanah KABUPATEN/KOTA PBB-P2 27
  • 28. 28 PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK PENETAPAN PAJAK Pasal 8 Besarnya Pajak terutang Dasar Pengenaan Pajak (DPP): a. nilai jual kendaraan bermotor b. nilai perolehan air permukaan c. nilai sewa reklame d. nilai perolehan air tanah e. NJOP 1. Pajak Kendaraan Bermotor 2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 3. Pajak Air Permukaan PROVINSI 1. Pajak Reklame 2. Pajak Air Tanah KABUPATEN/KOTA PBB-P2 Tarif x DPP Tarif x (DPP – NJOP tidak kena pajak) OFFICIAL ASSESMENT
  • 29. 29 PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK PENETAPAN PAJAK Pasal 9 Besarnya Pajak terutang Dasar Pengenaan Pajak (DPP): a. nilai jual bahan bakar kendaraan bermotor sebelum PPN b. cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah terhadap rokok c. jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel d. jumlah pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima e. jumlah uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh penyelenggara hiburan 1. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 2. Pajak Rokok PROVINSI 1. Pajak Hotel 2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Penerangan Jalan 5. Pajak MBLB 6. Pajak Parkir 7. Pajak Sarang Burung Walet KABUPATEN/KOTA BPHTB Tarif x DPP Tarif x (DPP – nilai perolehan objek Pajak tidak kena Pajak) SELF ASSESMENT f. nilai jual tenaga listrik g. nilai jual hasil pengambilan mineral bukan logam dan batuan h. jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggara tempat parkir i. nilai jual sarang burung walet j. nilai perolehan objek Pajak
  • 30. 30 PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK PEMBAYARAN PAJAK TERUTANG Pasal 13 1. 1 (satu) bulan sejak tanggal dikirimnya SKPD 2. 6 (enam) bulan sejak diterimanya SPPT OFFICIAL ASSESMENT 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat terutangnya pajak SELF ASSESMENT jangka waktu bayar/ setor menggunakan SSPD WP
  • 31. 31 PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK PELAPORAN PAJAK Pasal 14 & Pasal 15 untuk jenis Pajak yang dibayar sendiri (self assessment) paling sedikit memuat omzet dan jumlah Pajak terutang dalam satu masa Pajak mengisi SPTPD dilampiri SSPD disampaikan ke WP Kepala Daerah/Pejabat yg ditunjuk
  • 32. 32 PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK KETETAPAN PAJAK Pasal 16 & Pasal 17 Paling lama 5 tahun sejak terutangnya pajak - Berdasarkan hasil pemeriksaan - SPTPD tidak disampaikan - Tidak mengisi SPTPD Jumlah Pajak terutang = jumlah kredit Pajak Ditemukan hal baru yang menyebabkan oenambahan pajak terutang Sanksi adm: - bunga 2%/bln, maks. 24 bulan - Tidak mengisi SPTPD: kenaikan 25% + bunga 2%/bln Sanksi adm: - Kenaikan 100% dapat menerbitkan SKPDKB SKPDKBT SKPDN Kepala Daerah
  • 33. 33 PENETAPAN, PEMBAYARAN, PELAPORAN, DAN KETETAPAN PAJAK KETETAPAN PAJAK Pasal 18 Kepala Daerah WP mengajukan Permohonan pengembalian keputusan 12 bln Ya >12 bln SKPDLB diterbitkan Permohonan dianggap dikabulkan dan SKPDLB diterbitkan maks. 1 bulan
  • 34. 34 PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK PENAGIHAN PAJAK Pasal 19 Kepala Daerah dapat menerbitkan STPD Jumlah tagihan: + bunga 2%/bulan Pajak terutang dalam SKPD/SPPT tidak/kurang dibayar Jumlah tagihan: + bunga 2%/bulan maks. 15 bulan SK Pembetulan, SK Keberatan, dan Putusan Banding tidak/kurang dibayar WP dikenakan sanksi administratif dalam hal untuk jenis Pajak yang ditetapkan Kepala Daerah (official assessment) Pasal 21: Pajak terutang yang tidak/kurang dibayar ditagih dengan Surat Paksa
  • 35. Jumlah tagihan: + bunga 2%/bulan maks. 15 bulan 35 Kepala Daerah dapat menerbitkan STPD Hasil penelitian SPTPD SKPDKB, SKPDKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, dan Putusan Banding tidak/kurang dibayar WP dikenakan sanksi administratif dalam hal untuk jenis Pajak yang dibayar sendiri (self assessment) PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK PENAGIHAN PAJAK Pasal 20 Pasal 21: Pajak terutang yang tidak/kurang dibayar ditagih dengan Surat Paksa
  • 36. 36 PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK Pasal 22 Piutang Pajak Kadaluwarsa tidak dapat ditagih dapat ditangguhkan jika Terbit Surat Teguran dan/atau Surat Paksa Adanya pengakuan utang pajak dari WP (langsung/tidak langsung)
  • 37. 37 PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK KEBERATAN DAN BANDING Pasal 23 Kepala Daerah WP mengajukan Keberatan SPPT SKPD SKPDKB SKPDKBT SKPDN SKPDLB Pemotongan/pemu ngutan oleh pihak ketiga Waktu pelunasan jumlah Pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan tertangguh s.d. 1 bulan sejak tanggal SK Keberatan Paling lama 3 bulan Minimal sudah membayar jumlah yg telah disetujui
  • 38. 38 PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK KEBERATAN DAN BANDING Pasal 24 Kepala Daerah memberikan Keputusan atas keberatan berupa Menerima Menerima sebagian Menolak Menambah besarnya jumlah pajak terutang Dapat melakukan Pemeriksaan Maks. 12 bulan sejak surat keberatan diterima Lebih dari 12 bulan dianggap diterima
  • 39. 39 PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK KEBERATAN DAN BANDING Pasal 25 dan Pasal 26 WP dapat mengajukan Keberatan Menangguhkan kewajiban membayar pajak s.d. 1 bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding maks. 3 bulan sejak keputusan diterima Kelebihan pembayaran dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga 2%/bulan maks 24 bulan Dikabulkan sebagian atau seluruhnya Sanksi administratif denda 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi pajak yang sudah dibayar Dikabulkan sebagian atau ditolak
  • 40. 40 PENAGIHAN DAN PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK KEBERATAN DAN BANDING Pasal 25 dan Pasal 26 WP dapat mengajukan Banding Sanksi administratif denda 50% tidak dikenakan Jika menolak Putusan Keberatan Dikabulkan seluruhnya Sanksi administratif denda 100% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi pajak yang sudah dibayar Dikabulkan sebagian atau ditolak
  • 41. 41 PEMBUKUAN DAN PEMERIKSAAN Pasal 27 dan Pasal 28 WP wajib Pembukuan atau Pencatatan melakukan Pemeriksaan Kepala Daerah/ Pejabat yang berwenang Usaha dengan omzet >Rp300 juta Paling sedikit memuat data penjualan beserta data pendukungnya Untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan tujuan lain - Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku/catatan, dokumen yang menjadi dasar dan dokumen lain yang berhubungan - Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat/ruangan yang dianggap perlu - Memberikan keterangan yang diperlukan
  • 42. 42 PENELITIAN SURAT SETORAN PAJAK DAERAH BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Pasal 29 Penelitian SSPD BPHTB Kesesuaian nomor objek Pajak Kesesuaian NJOP bumi/m2 Kesesuaian NJOP bangunan/m2 Kebenaran penghitungan BPHTB Kebenaran penghitungan BPHTB yang disetor Paling lama 1 hari kerja sejak SSPD BPHTB diterima
  • 43. 43 PENILAIAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN Pasal 30 Kepala Daerah menetapkan NJOP tidak diperoleh rata-rata Penghitungan dilakukan dengan metode: a. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis b. Nilai perolehan baru c. Nilai jual pengganti Dilakukan setiap 3 tahun kecuali objek pajak tertentu Dihitung berdasarkan rata- rata harga jual-beli