SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
TEORI DIFUSI DAN
INOVASI DALAM
PERTANIAN
AULIA SEFTIARI - 1402618003
Difusi merupakan proses dimana inovasi tersebar kepada anggota system
social melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu (Rogers dalam
Hanafi,1981). Sedangkan menurut Effendi (1993) bahwa difusi adalah suatu
jenis komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan sebagai ide
baru atau inovasi. H Horton dan Hunt, (1987) meyatakan bahwa difusi dapat
berlangsung dalam masyarakat maupun antar masyarakat yang merupakan
proses dua arah. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa difusi
adalah proses tersebarnya inovasi melalui komunikasi dua arah kedalam
anggota system soaial dan jangka waktu tertentu. Ada empat komponen
difusi yaitu Innovasi, komunikasi, system social dan jangka waktu.
DIFUSI
Inovasi merupakan istilah yang telah dipakai secara luas dalam berbagai
bidang baik industri, pemasaran maupun jasa termasuk pertanian (Musyafak
dan Tatang Ibranhim, 2005). Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan
inovasi sebagai ide ide baru, praktek praktek baru atau objek objek yang
dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu sasaran
penyuluhan. Sedangkan LionBerger dan Gwin (1982) mengartikan inovasi
tidak sekedar sebagai sesuatu yang baru tetapi lebih luas lagi yaitu sesuatu
yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam
masyarakat atau lokalitas tertentu.
INOVASI
Definisi :
Dalam proses difusi, inovasi teknologi
merupakan produk yang akan disampaikan
kepengguna (petani). Agar pengguna
berminat menggunakan produk tersebut
maka inovasi harus merupakan teknologi
tepat guna.
Inovasi sangat erat kaitannya dengan
cepat atau lambatnya suatu inovasi
diadopsi oleh petani, hal tersebut sangat
ditentukan oleh sifat inovasi yang antara
lain adalah :
(1)sesuai kebutuhan petani;
(2)memberikan keuntungan;
(3)murah;
(4)Sesuai budaya setempat;
(5)dapat mengatasi faktor pembatas;
(6)Tidak rumit dan
(7)Mudah diamati.
Namun demikian inovasi tepat guna hanyalah
merupakan salah satu aspek yang dapat
mempercepat adopsi teknologi. Faktor lain yang
tidak kalah pentingnya adalah kondisi sasaran
(petani), pemilihan media komunikasi atau
metode diseminasi yang efektif sesuai dengan
kondisi sasaran dan pemberdayaan agen
penyuluh secara optimal serta kondisi lingkungan
perekonomian seperti jaminan pasar, harga input,
harga produksi, biaya transportasi dan lain-lain.
Adapun terdapat 4 (empat) komponen utama difusi inovasi, yaitu :
(1) Adanya inovasi,
(2) adanya saluran komunikasi,
(3) adanya suatu dimensi waktu tertentu, dan
(4) Keterlibatan anggota-anggota suatu sistem sosial tertentu.
Dalam hal inovasi, telah didefinisikan di atas
Bahwa inovasi adalah suatu pemikiran, cam, atau pun obyek yang
dianggap baru oleh seseorang atau suatu Unit adopsi tertentu.
Munculnya inovasi dapat melalui beberapa tahap:
(1) timbulnya suatu masalah yang Memerlukan adanya inovasi,
(2) dilakukannya penelitian-penelitian dasar maupun terapan yang
ditujukan Untuk menciptakan inovasi.
(3) Tahap pengembangan iinovasi
(4) tahap komersialisasi inovasi
(5) tahap Adopsi inovasi, dan
(6) munculnya dampak atau akibat dari adopsi inovasi.
Tampak bahwa suatu inovasi Memerlukan tahap-tahap
yang tidak selalu sederhana untuk dapat diketahui dampak atau
akibat Keberadaannya.
Untuk mengetahui sejauh mana kelebihan dan
kekurangan suatu inovasi, digunakan seperangkat
kriteria yang juga bermanfaat untuk mengidentifikasi
sejauh mana tingkat kecepatan adopsinya. Kriteria itu
adalah:
(1)kegunaan atau manfaat relatif inovasi (relative
advantage),
(2)kesesuaian inovasi (compatibility),
(3)Kompleksitas inovasi (complexity),
(4)kemudahan untuk dicoba (trialibility), serta
(5)Penampakan inovasi (observability).
Sektor pertanian tidak luput dari perkembangan dan kemajuan
teknologi yang mengacu pada upaya ditemukannya sistem
produksi maupun sistem distribusi produk-produk pertanian
yang lebih baik dari waktu ke waktu. Kemajuan- kemajuan
dalam teknologi breeding dan pemuliaan tanaman, budidaya
tanaman dan ternak, pengendalian hama dan penyakit secara
terpadu, penanganan pasca panen, serta pengolahan hasil-hasil
pertanian, merupakan bagian dari success stories yang
berkaitan dengan upaya perkembangan ilmu dan tekonologi
secara umum. Tentu saja perkembangan tersebut tidak dapat
dilepaskan dari adanya tuntutan terhadap sektor pertanian yang
masih menjadi salah satu sektor penting dalam kehidupan
ekonomi suatu negara, terutama bagi negara-negara sedang
berkembang.
Pembangunan pertanian di Indonesia dewasa ini menghadapi beberapa tantangan yang
berkaitan dengan proses globalisasi ekonomi, perubahan struktur perekonomian
nasional, perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi, serta tantangan-
tantangan intern sektor pertanian sendiri. Reorientasi kebijaksanaan pembangunan
pertanian yang antara lain menegaskan adanya pergeseran pendekatan
produksi ke pendekatan pendapatan dan kesejahteraan petani memerlukan langkah-
langkah penanganan tersendiri agar perubahan orientasi itu benar-benar dapat
diimplementasikan di lapangan. Pengembangan teknologi yang disertai dengan
penyempurnaan dalam mekanisme diseminasi teknologi tersebut merupakan salah satu
penentu utama dari keberhasilan upaya-upaya untuk menghadapi tantangan-tantangan
pembangunan pertanian tersebut di atas. Dalam konteks pemikiran inilah maka proses
difusi dan adopsi inovasi, di mana teknologi pertanian merupakan salah satu bentuk
utama inovasi tersebut, menjadi penting untuk mendapatkan perhatian secara
mendalam.
Dengan adanya perkembangan globalisasi yang
terjadi saat ini. analisis difusi inovasi pertanian
dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan
proses alih teknologi pertanian di masa mendatang.
Hal ini menjadi penting, mengingat tantangan
kompetisi dari produsen pertanian global cepat atau
lambat akan mempunyai dampak juga bagi petani
Indonesia. Hal penting yang perlu ditekankan
adalah bahwa proses difusi teknologi pertanian
harus dapat meningkatkan kemampuan petani
Indonesia dalam menghadapi kompetisi tersebut.
CONTOH DIFUSI INOVASI PERTANIAN
Proses mekanisasi pemanenan tomat di Kalifornia menunjukkan hal tersebut (Rogers, 1983). Tomat
merupakan produk pertanian penting dari Negara Bagian Kalifornia. Sebelum mesin pemetik tomat
digunakan secara luas pada tahun 1962, terdapat 4.000 petani tomat di sana. Pada tahun 1971 jumlah petani
menurun drastis menjadi 600 orang saja. Sementara itu, tenaga kerja yang digunakan untuk kegiatan panen
pada tahun 1962 berjumlah 50.000 orang, menurun juga menjadi hanya 18.000 orang ditambah dengan
penggunaan 1.152 mesin pemetik.
Terdapat beberapa dampak lain dari penggunaan secara meluas mesin pemetik tomat ini. Selain
berpindahnya daerah produsen tomat ke wilayah yang kondisi tanah dan iklimnya lebih sesuai untuk
budidaya tomat, juga terjadi perubahan pada karakteristik tomat yang dibudidayakan. Agar sesuai dengan
kondisi mesin pemetik, para pembuat genetika tomat berupaya keras untuk menghasilkan tomat yang lebih
'keras', sehingga tidak mudah memar selama proses pemetikan. Masalahnya adalah bahwa meskipun tidak
ada perbedaan rasa, pihak konsumen lebih menyukai tomat yang lebih lunak, selain kenyataan bahwa tomat
'keras' kandungan vitaminnya agak lebih kecil jenisnya. Di pihak lain, para ibu memperoleh kenyataan pula
bahwa tomat jenis baru ini lebih murah harganya. Tampak bahwa pengembangan/difusi mesin pemetik tomat
ini ternyata berdampak sangat luas, yang sama sekali tidak terpikirkan oleh para penemunya (Friedland dan
Barton, 1975). Para penemunya tidak dengan baik memikirkan dampak sosial dari adanya mesik pemetik
tomat ini (Hightower, 1972).
adopsi teknologi system tanam Legowo cenderung melambat pada beberapa daerah yang
disebabkan karena umumnya didaerah tersebut petani menggunakan tenaga kerja sewaan untuk
menanam dan mereka belum mempunyai keterampilan cara tanam sistem legowo sementara
yang diberi penyuluhan adalah petani pemilik/ penggarap bukan tenaga sewaan tersebut.
Demikian pula kasus pada beberapa daerah dimana beberapa petani yang telah mengadopsi
cara tanam tabela kembali keteknologi lama (tapin) dengan alasan bahwa mereka tidak
mempunyai waktu yang banyak untuk mengurus tanamannya karena penanaman padi dengan
cara tabela membutuhkan perawatan yang sangat intensif terutama pada awal tanam sementara
mereka mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pedagang di pasar. Ini berarti bahwa
teknologi yang diintroduksikan tidak sesuai dengan kondisi sosial petani tersebut.
Maka difusi inovasi pertanian perlu dimaksimalkan agar hasilnya pun turut maksimal dan dapat
dijalankan oleh petani maupun diterima oleh masyarakat.
ALASAN DIFUSI INOVASI PERTANIAN DIPERLUKAN DI
INDONESIA
Analisis mengenai sistem kelembagaan yang terkait dengan proses
difusi inovasi di sektor pertanian dinilai juga perlu untuk dapat
dilakukan secara sistematik di masa depan. Hal ini terutama
sehubungan dengan masih begitu dominannya peran pemerintah
dalam proses tersebut. Dengan keterbatasan yang ada pada
pemerintah dalam hal tenaga maupun anggaran belanja di satu sisi,
serta makin tingginya potensi pihak swasta maupun lembaga-
lembaga swadaya masyarakat untuk dapat terlibat (atau dilibatkan)
dalam proses difusi inovasi pertanian di sisi yang lain, membuka
peluang cukup besar untuk menata kembali sistem kelembagaan
dalam proses difusi inovasi pertanian ini. Pada saatnya nanti, diduga
bahwa peran pemerintah hanyalah akan berfungsi sebagai fasilitator
serta "pengaman" dan proses difusi inovasi pertanian, sementara
peran swasta dan lembaga swadaya masyarakat harus dapat
menggantikan peran dominan pemerintah. Program dan
kebijaksanaan yang mengarah kepada kondisi tersebut hams segera
disusun untuk dapat menunjang kondisi ideal masa depan tersebut.
Masyarakat petani sebagai sasaran utama dan proses difusi inovasi juga
mengalami dinamika dalam pemikiran maupun dalam praktek keseharian
usahataninya. Dinamika tersebut cenderung untuk mengarah pada makin kritisnya
cars berpikir petani, makin menonjolnya orientasi bisnis dalam penyelenggaraan
usahataninya, dan makin terbukanya aloes mereka terhadap sumber informasi
dengan berbagai kemajuan dalam teknologi komunikasi dan informasi. Pemikir dan
praktisi difusi inovasi maupun penyedia teknologi hams memasukkan hal ini dalam
pertimbangan dasar kegiatannya. Skala usaha maupun bekerjanya sistem
penunjang proses difusi inovasi dengan baik hams menjadi pertimbangan
tersendiri, agar proses difusi benar-benar berada dalam suatu sistem kegiatan yang
utuh, bukan merupakan suatu proses yang berdiri sendiri. Hal ini jelas merupakan
tantangan yang tidak sederhana, tetapi bukan juga merupakan hal yang tidak dapat
dilaksanakan dengan baik di masa-masa mendatang.
THANK YOU!
Sumber :
H.Taryoto, A. (Vol. 14 No.1, Juli 1996). Telaah Teoritik dan Empirik Difusi Inovasi Pertanian. FAE , 41-53.
Meydora, E. Y. (2019). Proses Difusi Inovasi E-Agribusiness : Regopantes Pada End-User Komoditas Pertanian di JABODETABEK. Jurnal Komunikasi dan
Media , 133-149.
https://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/buletin/53-buletin-nomor-6-tahun-2012/248-kriteria-pemilihan-inovasi-pertanian-untuk-
mempercepat-proses-adopsi-dan-difusinya-kepada-pengguna (diakses pada 3 Mei 2021)

More Related Content

What's hot

Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianHerry Mulyadie
 
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atauLembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atauSyarif Udin
 
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0Sugeng Budiharsono
 
Sistem pertanian di indonesia wahid
Sistem pertanian di indonesia wahidSistem pertanian di indonesia wahid
Sistem pertanian di indonesia wahidDi'Özil Sanjaya
 
Perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan
Perencanaan dan pelaksanaan penyuluhanPerencanaan dan pelaksanaan penyuluhan
Perencanaan dan pelaksanaan penyuluhanMuhammad Eko
 
Presentasi Agroteknologi
Presentasi AgroteknologiPresentasi Agroteknologi
Presentasi AgroteknologiHaris Setiawan
 
Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Penyuluhan Pertanian BerkelanjutanPenyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Penyuluhan Pertanian Berkelanjutantani57
 
Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan KeputusanPemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan KeputusanTri Widodo W. UTOMO
 
media dan budaya populer
media dan budaya populermedia dan budaya populer
media dan budaya populerandre rahman
 
BUDIDAYA TANAMAN HIDROPONIK.pptx
BUDIDAYA TANAMAN HIDROPONIK.pptxBUDIDAYA TANAMAN HIDROPONIK.pptx
BUDIDAYA TANAMAN HIDROPONIK.pptxzahara48
 
Penggerakan dalam manajemen
Penggerakan dalam manajemenPenggerakan dalam manajemen
Penggerakan dalam manajemenDiah Ayu
 
Ppt perubahan sosial
Ppt perubahan sosialPpt perubahan sosial
Ppt perubahan sosialAchmady1
 
5. sumberdaya-dalam-pertanian
5. sumberdaya-dalam-pertanian5. sumberdaya-dalam-pertanian
5. sumberdaya-dalam-pertanianMuhammad Sabrin
 
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHANPRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHANSri Wahyuni
 

What's hot (20)

Antropologi Sosial & Budaya
Antropologi Sosial & Budaya Antropologi Sosial & Budaya
Antropologi Sosial & Budaya
 
Materi penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanianMateri penyuluhan pertanian
Materi penyuluhan pertanian
 
13 irigasi curah
13   irigasi curah13   irigasi curah
13 irigasi curah
 
Review Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah PerkimReview Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah Perkim
 
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atauLembaga sosial dan kelembagaan  dalam masyarakat pertanian atau
Lembaga sosial dan kelembagaan dalam masyarakat pertanian atau
 
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
Pertanian berkelanjutan di era society 5.0
 
Paradigma Sosiologi
Paradigma SosiologiParadigma Sosiologi
Paradigma Sosiologi
 
Pertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutanPertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan
 
Sistem pertanian di indonesia wahid
Sistem pertanian di indonesia wahidSistem pertanian di indonesia wahid
Sistem pertanian di indonesia wahid
 
Perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan
Perencanaan dan pelaksanaan penyuluhanPerencanaan dan pelaksanaan penyuluhan
Perencanaan dan pelaksanaan penyuluhan
 
Inovasi dalam berorganisasi
Inovasi dalam berorganisasiInovasi dalam berorganisasi
Inovasi dalam berorganisasi
 
Presentasi Agroteknologi
Presentasi AgroteknologiPresentasi Agroteknologi
Presentasi Agroteknologi
 
Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Penyuluhan Pertanian BerkelanjutanPenyuluhan Pertanian Berkelanjutan
Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan
 
Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan KeputusanPemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
Pemecahan Masalah & Pengambilan Keputusan
 
media dan budaya populer
media dan budaya populermedia dan budaya populer
media dan budaya populer
 
BUDIDAYA TANAMAN HIDROPONIK.pptx
BUDIDAYA TANAMAN HIDROPONIK.pptxBUDIDAYA TANAMAN HIDROPONIK.pptx
BUDIDAYA TANAMAN HIDROPONIK.pptx
 
Penggerakan dalam manajemen
Penggerakan dalam manajemenPenggerakan dalam manajemen
Penggerakan dalam manajemen
 
Ppt perubahan sosial
Ppt perubahan sosialPpt perubahan sosial
Ppt perubahan sosial
 
5. sumberdaya-dalam-pertanian
5. sumberdaya-dalam-pertanian5. sumberdaya-dalam-pertanian
5. sumberdaya-dalam-pertanian
 
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHANPRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
PRINSIP-PRINSIP DAN ETIKA PENYULUHAN
 

Similar to TEORI DIFUSI INOVASI

Fenomena revolusi hijau
Fenomena revolusi hijauFenomena revolusi hijau
Fenomena revolusi hijauYuca Siahaan
 
Peranan inovasi dalam pembangunan pertanian
Peranan inovasi dalam pembangunan pertanianPeranan inovasi dalam pembangunan pertanian
Peranan inovasi dalam pembangunan pertanianJoel mabes
 
Kebijakan sistem inovasi_dalam_membangun
Kebijakan sistem inovasi_dalam_membangunKebijakan sistem inovasi_dalam_membangun
Kebijakan sistem inovasi_dalam_membangunlenovo110
 
Penyuluhan baru unand (yuti) - #1
Penyuluhan baru   unand (yuti) - #1Penyuluhan baru   unand (yuti) - #1
Penyuluhan baru unand (yuti) - #1Syahyuti Si-Buyuang
 
Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi Inovasi
Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi InovasiDampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi Inovasi
Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi InovasiAjat Learner
 
modernisasi, industrialisasi dan pembangunan
modernisasi, industrialisasi dan pembangunanmodernisasi, industrialisasi dan pembangunan
modernisasi, industrialisasi dan pembangunanSomewhere
 
Implementasi teknologi komunikasi
Implementasi teknologi komunikasiImplementasi teknologi komunikasi
Implementasi teknologi komunikasidinnianggra
 
penyuluhanbaru-unandyuti-1-211105062112 (1).ppt
penyuluhanbaru-unandyuti-1-211105062112 (1).pptpenyuluhanbaru-unandyuti-1-211105062112 (1).ppt
penyuluhanbaru-unandyuti-1-211105062112 (1).pptRosmalahUMK
 
Ttg dan-pemberdayaan-masyarakat1
Ttg dan-pemberdayaan-masyarakat1Ttg dan-pemberdayaan-masyarakat1
Ttg dan-pemberdayaan-masyarakat1Bebaskita Ginting
 
TtTG dan Pemberdayaan Masyarakat (IPDN)
TtTG dan Pemberdayaan Masyarakat (IPDN)TtTG dan Pemberdayaan Masyarakat (IPDN)
TtTG dan Pemberdayaan Masyarakat (IPDN)BWP_berbudi
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Sri Wahyuni
 
Diskusi Sistem Inovasi DRN
Diskusi Sistem Inovasi DRNDiskusi Sistem Inovasi DRN
Diskusi Sistem Inovasi DRNTatang Taufik
 
Peranan komunikasi dalam difusi teknologi
Peranan komunikasi dalam difusi teknologiPeranan komunikasi dalam difusi teknologi
Peranan komunikasi dalam difusi teknologiNur Aisyah
 
2845221 (1)
2845221 (1)2845221 (1)
2845221 (1)EtenkNet
 

Similar to TEORI DIFUSI INOVASI (20)

Fenomena revolusi hijau
Fenomena revolusi hijauFenomena revolusi hijau
Fenomena revolusi hijau
 
Usaha tani kelompok
Usaha tani kelompokUsaha tani kelompok
Usaha tani kelompok
 
Peranan inovasi dalam pembangunan pertanian
Peranan inovasi dalam pembangunan pertanianPeranan inovasi dalam pembangunan pertanian
Peranan inovasi dalam pembangunan pertanian
 
Kebijakan sistem inovasi_dalam_membangun
Kebijakan sistem inovasi_dalam_membangunKebijakan sistem inovasi_dalam_membangun
Kebijakan sistem inovasi_dalam_membangun
 
KOMUNIKASI PERTANIAN
KOMUNIKASI PERTANIANKOMUNIKASI PERTANIAN
KOMUNIKASI PERTANIAN
 
Penyuluhan baru unand (yuti) - #1
Penyuluhan baru   unand (yuti) - #1Penyuluhan baru   unand (yuti) - #1
Penyuluhan baru unand (yuti) - #1
 
Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi Inovasi
Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi InovasiDampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi Inovasi
Dampak SL-PTT Padi Sawah Terhadap Produksi dan Difusi Inovasi
 
modernisasi, industrialisasi dan pembangunan
modernisasi, industrialisasi dan pembangunanmodernisasi, industrialisasi dan pembangunan
modernisasi, industrialisasi dan pembangunan
 
Sejarah
SejarahSejarah
Sejarah
 
Implementasi teknologi komunikasi
Implementasi teknologi komunikasiImplementasi teknologi komunikasi
Implementasi teknologi komunikasi
 
Buku ekonomi pertanian
Buku ekonomi pertanianBuku ekonomi pertanian
Buku ekonomi pertanian
 
konsep dasar ekonomi pertanian
konsep dasar ekonomi pertanian konsep dasar ekonomi pertanian
konsep dasar ekonomi pertanian
 
penyuluhanbaru-unandyuti-1-211105062112 (1).ppt
penyuluhanbaru-unandyuti-1-211105062112 (1).pptpenyuluhanbaru-unandyuti-1-211105062112 (1).ppt
penyuluhanbaru-unandyuti-1-211105062112 (1).ppt
 
Ttg dan-pemberdayaan-masyarakat1
Ttg dan-pemberdayaan-masyarakat1Ttg dan-pemberdayaan-masyarakat1
Ttg dan-pemberdayaan-masyarakat1
 
TtTG dan Pemberdayaan Masyarakat (IPDN)
TtTG dan Pemberdayaan Masyarakat (IPDN)TtTG dan Pemberdayaan Masyarakat (IPDN)
TtTG dan Pemberdayaan Masyarakat (IPDN)
 
Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan Pertanian
Penyuluhan Pertanian
 
Diskusi Sistem Inovasi DRN
Diskusi Sistem Inovasi DRNDiskusi Sistem Inovasi DRN
Diskusi Sistem Inovasi DRN
 
TTP TEKNOLOGI TEPAT GUNA.pdf
TTP TEKNOLOGI TEPAT GUNA.pdfTTP TEKNOLOGI TEPAT GUNA.pdf
TTP TEKNOLOGI TEPAT GUNA.pdf
 
Peranan komunikasi dalam difusi teknologi
Peranan komunikasi dalam difusi teknologiPeranan komunikasi dalam difusi teknologi
Peranan komunikasi dalam difusi teknologi
 
2845221 (1)
2845221 (1)2845221 (1)
2845221 (1)
 

TEORI DIFUSI INOVASI

  • 1. TEORI DIFUSI DAN INOVASI DALAM PERTANIAN AULIA SEFTIARI - 1402618003
  • 2. Difusi merupakan proses dimana inovasi tersebar kepada anggota system social melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu (Rogers dalam Hanafi,1981). Sedangkan menurut Effendi (1993) bahwa difusi adalah suatu jenis komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan sebagai ide baru atau inovasi. H Horton dan Hunt, (1987) meyatakan bahwa difusi dapat berlangsung dalam masyarakat maupun antar masyarakat yang merupakan proses dua arah. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa difusi adalah proses tersebarnya inovasi melalui komunikasi dua arah kedalam anggota system soaial dan jangka waktu tertentu. Ada empat komponen difusi yaitu Innovasi, komunikasi, system social dan jangka waktu. DIFUSI Inovasi merupakan istilah yang telah dipakai secara luas dalam berbagai bidang baik industri, pemasaran maupun jasa termasuk pertanian (Musyafak dan Tatang Ibranhim, 2005). Rogers dan Shoemaker (1971) mengartikan inovasi sebagai ide ide baru, praktek praktek baru atau objek objek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh individu sasaran penyuluhan. Sedangkan LionBerger dan Gwin (1982) mengartikan inovasi tidak sekedar sebagai sesuatu yang baru tetapi lebih luas lagi yaitu sesuatu yang dinilai baru atau dapat mendorong terjadinya pembaharuan dalam masyarakat atau lokalitas tertentu. INOVASI Definisi :
  • 3. Dalam proses difusi, inovasi teknologi merupakan produk yang akan disampaikan kepengguna (petani). Agar pengguna berminat menggunakan produk tersebut maka inovasi harus merupakan teknologi tepat guna. Inovasi sangat erat kaitannya dengan cepat atau lambatnya suatu inovasi diadopsi oleh petani, hal tersebut sangat ditentukan oleh sifat inovasi yang antara lain adalah : (1)sesuai kebutuhan petani; (2)memberikan keuntungan; (3)murah; (4)Sesuai budaya setempat; (5)dapat mengatasi faktor pembatas; (6)Tidak rumit dan (7)Mudah diamati.
  • 4. Namun demikian inovasi tepat guna hanyalah merupakan salah satu aspek yang dapat mempercepat adopsi teknologi. Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi sasaran (petani), pemilihan media komunikasi atau metode diseminasi yang efektif sesuai dengan kondisi sasaran dan pemberdayaan agen penyuluh secara optimal serta kondisi lingkungan perekonomian seperti jaminan pasar, harga input, harga produksi, biaya transportasi dan lain-lain.
  • 5. Adapun terdapat 4 (empat) komponen utama difusi inovasi, yaitu : (1) Adanya inovasi, (2) adanya saluran komunikasi, (3) adanya suatu dimensi waktu tertentu, dan (4) Keterlibatan anggota-anggota suatu sistem sosial tertentu. Dalam hal inovasi, telah didefinisikan di atas Bahwa inovasi adalah suatu pemikiran, cam, atau pun obyek yang dianggap baru oleh seseorang atau suatu Unit adopsi tertentu. Munculnya inovasi dapat melalui beberapa tahap: (1) timbulnya suatu masalah yang Memerlukan adanya inovasi, (2) dilakukannya penelitian-penelitian dasar maupun terapan yang ditujukan Untuk menciptakan inovasi. (3) Tahap pengembangan iinovasi (4) tahap komersialisasi inovasi (5) tahap Adopsi inovasi, dan (6) munculnya dampak atau akibat dari adopsi inovasi. Tampak bahwa suatu inovasi Memerlukan tahap-tahap yang tidak selalu sederhana untuk dapat diketahui dampak atau akibat Keberadaannya.
  • 6. Untuk mengetahui sejauh mana kelebihan dan kekurangan suatu inovasi, digunakan seperangkat kriteria yang juga bermanfaat untuk mengidentifikasi sejauh mana tingkat kecepatan adopsinya. Kriteria itu adalah: (1)kegunaan atau manfaat relatif inovasi (relative advantage), (2)kesesuaian inovasi (compatibility), (3)Kompleksitas inovasi (complexity), (4)kemudahan untuk dicoba (trialibility), serta (5)Penampakan inovasi (observability).
  • 7. Sektor pertanian tidak luput dari perkembangan dan kemajuan teknologi yang mengacu pada upaya ditemukannya sistem produksi maupun sistem distribusi produk-produk pertanian yang lebih baik dari waktu ke waktu. Kemajuan- kemajuan dalam teknologi breeding dan pemuliaan tanaman, budidaya tanaman dan ternak, pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, penanganan pasca panen, serta pengolahan hasil-hasil pertanian, merupakan bagian dari success stories yang berkaitan dengan upaya perkembangan ilmu dan tekonologi secara umum. Tentu saja perkembangan tersebut tidak dapat dilepaskan dari adanya tuntutan terhadap sektor pertanian yang masih menjadi salah satu sektor penting dalam kehidupan ekonomi suatu negara, terutama bagi negara-negara sedang berkembang.
  • 8. Pembangunan pertanian di Indonesia dewasa ini menghadapi beberapa tantangan yang berkaitan dengan proses globalisasi ekonomi, perubahan struktur perekonomian nasional, perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi, serta tantangan- tantangan intern sektor pertanian sendiri. Reorientasi kebijaksanaan pembangunan pertanian yang antara lain menegaskan adanya pergeseran pendekatan produksi ke pendekatan pendapatan dan kesejahteraan petani memerlukan langkah- langkah penanganan tersendiri agar perubahan orientasi itu benar-benar dapat diimplementasikan di lapangan. Pengembangan teknologi yang disertai dengan penyempurnaan dalam mekanisme diseminasi teknologi tersebut merupakan salah satu penentu utama dari keberhasilan upaya-upaya untuk menghadapi tantangan-tantangan pembangunan pertanian tersebut di atas. Dalam konteks pemikiran inilah maka proses difusi dan adopsi inovasi, di mana teknologi pertanian merupakan salah satu bentuk utama inovasi tersebut, menjadi penting untuk mendapatkan perhatian secara mendalam.
  • 9. Dengan adanya perkembangan globalisasi yang terjadi saat ini. analisis difusi inovasi pertanian dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan proses alih teknologi pertanian di masa mendatang. Hal ini menjadi penting, mengingat tantangan kompetisi dari produsen pertanian global cepat atau lambat akan mempunyai dampak juga bagi petani Indonesia. Hal penting yang perlu ditekankan adalah bahwa proses difusi teknologi pertanian harus dapat meningkatkan kemampuan petani Indonesia dalam menghadapi kompetisi tersebut.
  • 10. CONTOH DIFUSI INOVASI PERTANIAN Proses mekanisasi pemanenan tomat di Kalifornia menunjukkan hal tersebut (Rogers, 1983). Tomat merupakan produk pertanian penting dari Negara Bagian Kalifornia. Sebelum mesin pemetik tomat digunakan secara luas pada tahun 1962, terdapat 4.000 petani tomat di sana. Pada tahun 1971 jumlah petani menurun drastis menjadi 600 orang saja. Sementara itu, tenaga kerja yang digunakan untuk kegiatan panen pada tahun 1962 berjumlah 50.000 orang, menurun juga menjadi hanya 18.000 orang ditambah dengan penggunaan 1.152 mesin pemetik. Terdapat beberapa dampak lain dari penggunaan secara meluas mesin pemetik tomat ini. Selain berpindahnya daerah produsen tomat ke wilayah yang kondisi tanah dan iklimnya lebih sesuai untuk budidaya tomat, juga terjadi perubahan pada karakteristik tomat yang dibudidayakan. Agar sesuai dengan kondisi mesin pemetik, para pembuat genetika tomat berupaya keras untuk menghasilkan tomat yang lebih 'keras', sehingga tidak mudah memar selama proses pemetikan. Masalahnya adalah bahwa meskipun tidak ada perbedaan rasa, pihak konsumen lebih menyukai tomat yang lebih lunak, selain kenyataan bahwa tomat 'keras' kandungan vitaminnya agak lebih kecil jenisnya. Di pihak lain, para ibu memperoleh kenyataan pula bahwa tomat jenis baru ini lebih murah harganya. Tampak bahwa pengembangan/difusi mesin pemetik tomat ini ternyata berdampak sangat luas, yang sama sekali tidak terpikirkan oleh para penemunya (Friedland dan Barton, 1975). Para penemunya tidak dengan baik memikirkan dampak sosial dari adanya mesik pemetik tomat ini (Hightower, 1972).
  • 11. adopsi teknologi system tanam Legowo cenderung melambat pada beberapa daerah yang disebabkan karena umumnya didaerah tersebut petani menggunakan tenaga kerja sewaan untuk menanam dan mereka belum mempunyai keterampilan cara tanam sistem legowo sementara yang diberi penyuluhan adalah petani pemilik/ penggarap bukan tenaga sewaan tersebut. Demikian pula kasus pada beberapa daerah dimana beberapa petani yang telah mengadopsi cara tanam tabela kembali keteknologi lama (tapin) dengan alasan bahwa mereka tidak mempunyai waktu yang banyak untuk mengurus tanamannya karena penanaman padi dengan cara tabela membutuhkan perawatan yang sangat intensif terutama pada awal tanam sementara mereka mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pedagang di pasar. Ini berarti bahwa teknologi yang diintroduksikan tidak sesuai dengan kondisi sosial petani tersebut. Maka difusi inovasi pertanian perlu dimaksimalkan agar hasilnya pun turut maksimal dan dapat dijalankan oleh petani maupun diterima oleh masyarakat. ALASAN DIFUSI INOVASI PERTANIAN DIPERLUKAN DI INDONESIA
  • 12. Analisis mengenai sistem kelembagaan yang terkait dengan proses difusi inovasi di sektor pertanian dinilai juga perlu untuk dapat dilakukan secara sistematik di masa depan. Hal ini terutama sehubungan dengan masih begitu dominannya peran pemerintah dalam proses tersebut. Dengan keterbatasan yang ada pada pemerintah dalam hal tenaga maupun anggaran belanja di satu sisi, serta makin tingginya potensi pihak swasta maupun lembaga- lembaga swadaya masyarakat untuk dapat terlibat (atau dilibatkan) dalam proses difusi inovasi pertanian di sisi yang lain, membuka peluang cukup besar untuk menata kembali sistem kelembagaan dalam proses difusi inovasi pertanian ini. Pada saatnya nanti, diduga bahwa peran pemerintah hanyalah akan berfungsi sebagai fasilitator serta "pengaman" dan proses difusi inovasi pertanian, sementara peran swasta dan lembaga swadaya masyarakat harus dapat menggantikan peran dominan pemerintah. Program dan kebijaksanaan yang mengarah kepada kondisi tersebut hams segera disusun untuk dapat menunjang kondisi ideal masa depan tersebut.
  • 13. Masyarakat petani sebagai sasaran utama dan proses difusi inovasi juga mengalami dinamika dalam pemikiran maupun dalam praktek keseharian usahataninya. Dinamika tersebut cenderung untuk mengarah pada makin kritisnya cars berpikir petani, makin menonjolnya orientasi bisnis dalam penyelenggaraan usahataninya, dan makin terbukanya aloes mereka terhadap sumber informasi dengan berbagai kemajuan dalam teknologi komunikasi dan informasi. Pemikir dan praktisi difusi inovasi maupun penyedia teknologi hams memasukkan hal ini dalam pertimbangan dasar kegiatannya. Skala usaha maupun bekerjanya sistem penunjang proses difusi inovasi dengan baik hams menjadi pertimbangan tersendiri, agar proses difusi benar-benar berada dalam suatu sistem kegiatan yang utuh, bukan merupakan suatu proses yang berdiri sendiri. Hal ini jelas merupakan tantangan yang tidak sederhana, tetapi bukan juga merupakan hal yang tidak dapat dilaksanakan dengan baik di masa-masa mendatang.
  • 14. THANK YOU! Sumber : H.Taryoto, A. (Vol. 14 No.1, Juli 1996). Telaah Teoritik dan Empirik Difusi Inovasi Pertanian. FAE , 41-53. Meydora, E. Y. (2019). Proses Difusi Inovasi E-Agribusiness : Regopantes Pada End-User Komoditas Pertanian di JABODETABEK. Jurnal Komunikasi dan Media , 133-149. https://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/buletin/53-buletin-nomor-6-tahun-2012/248-kriteria-pemilihan-inovasi-pertanian-untuk- mempercepat-proses-adopsi-dan-difusinya-kepada-pengguna (diakses pada 3 Mei 2021)