1. DESENSITASI
1. Hipersensitivitas dentin
Hipersensitivitas dentin secara klinis didefinisikan sebagai rasa sakit singkat dan tajam akibat
dari rangsangan termal, taktil, osmotik atau kimiawi berupa makanan asam, manis, udara panas,
dingin dan tekanan sehingga memberikan dampak pada kehidupan sehari-hari yaitu gangguan
pada saat berbicara, makan serta minum. Hipersensitivitas dentin dapat terjadi bagi semua gigi
tetapi kasus yang paling banyak terjadi pada gigi molar pertama dan daerah yang paling rentan
pada daerah bukal bagian servikal.
2. Etiologi Hipersensitivitas dentin
Penyebab terjadinya hipersensitivitas dentin adalah hilangnya enamel gigi pada mahkota atau
resesi gingiva yang menyebabkan paparan pada akar. Hipersensitivitas dentin karena hilangnya
struktur enamel dapat terjadi seperti preparasi pada gigi dan juga karena beberapa kondisi
termasuk abrasi, atrisi, abfraksi, erosi, karies, resesi gingiva dan amelogenesis imperfecta,
terjadi akibat tubulus dentin yang terbuka oleh beberapa faktor seperti abrasi, atrisi, abfraksi,
erosi, karies, resesi gingiva dan amelogenesis imperfecta. Resesi gingiva oleh karena
periodontitis kronis merupakan faktor 4 etiologi utama dari hipersensitivitas dentin.7 Pada
kasus periodontitis yang telah dilakukan terapi periodontal non-bedah sering mengakibatkan
paparan area kecil pada akar gigi yang dapat menunjukkan hipersensitivitas dentin
3. Cara desensitasi?
- Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan
- Pengaturan posisi pasien dan operator
- Memakaikan Polibib pada pasien
- Melakukan oral profilaksis
- Bilas dengan air menggunakan water syringe dan suction
- Memasang cheeck retractor pada pasien
- Mengeringkan permukaan gigi menggunakan udara dari air syringe secara perlahan hingga
seluruh permukaan gigi kering sepenuhnya
- Isolasi daerah kerja menggunakan cotton roll dan suction
- Aplikasi fluor (sodium fluoride 2% atau apf 1,23%) pada permukaan gigi menggunakan
mikrobrush
- Larutan fluor dibiarkan mengering selama 4 menit
4. Bahan- bahan desensitasi
Perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi di klinik (In-Office) Selain pasta gigi desensitiasi,
dokter gigi mungkin menggunakan berbagai obat untuk mengurangi hipersensitivitas dentin.
Berbagai produk telah digunakan untuk mengurangi hipersensitivitas dentin, termasuk bahan
berbasis resin, sodium fluoride varnish, oxalates dan hydroxyethylmethacrylate (HEMA).
Produk ini bekerja dengan cara menutup tubulus dentin. Arginin-CaCO3 juga digunakan
sebagai bahan aktif dalam pasta yang digunakan secara profesional untuk menangani dentin
hipersensitivitas selain itu
5. Kenapa menggunakan sodium fluoride,
kelbihan ?
Rasa dapat diterima
Tidak mengiritasi jaringan
Tidak mengiritasi gingiva dan tidak menimbulkan pewarnaan ekstrinsik
2. Kekurangan
Tidak tahan lama
Harus disimpan dalam botol warna gelap
6. Aplikasi desensitasi bisa in office dan at home.
7. Bahan yang bisa digunakan pada at home?
Pasta gigi. Banyak pasta gigi desensitisasi mengandung zinc chloride, potassium
monophosphate, Arginine, potassium salts, stronsium salts dan fluoride. Potassium salts seperti
potassium nitrate dan potassium citrate memberikan ion kalium untuk mengurangi rangsangan
saraf yang menyalurkan sensasi nyeri. Stronsium salts seperti strontium chloride dan strontium
acetate membentuk endapan termineralisasi di dalam tubulus dentin berpori dan pada
permukaan dentin yang terbuka
8. Kandungan bahan pasta gigi dan mouth wash untuk pasien yang ngilu apa aja.
Menurut Grossman (1935) agen desensitasi yang ideal harus tidak menimbulkan iritasi pada
pulpa, relatif tidak menimbulkan rasa sakit, mudah diaplikasikan, cepat bereaksi, efektif secara
permanen dan tidak mengubah warna struktur gigi. Bahan pasta gigi desensitisasi yang sering
digunakan adalah arginin, fluoride, potassium monophosphate, potassium salts, stronsium salts
dan zinc chloride. Telah dilakukan penelitian tentang arginin menurut Karol (2013) menyatakan
bahwa pasta gigi desensitisasi mengandung arginin secara signifikan menurunkan tingkat
sensitivitas gigi pada penderita hipersensitivitas dentin dibanding dengan pasta gigi
mengandung kalium
9. Berapa kali aplikasi bahan
Tergantung dari keberhasialn bahan, apabila bahan dipalikasiakan pada saat Tindakan dan pada
saat control pasien sudah tidak mengeluhkan giginya sensitive maka cukup 1 kali, jika pasien
masih ngilu pda saat control maka bisa diapliaksikan bahan nya lagi.
10. Cara mengetahui bahan sudah brehasil bagaimana.
Dengan menggunakan semprotan udara dan sonde, selain itu bisa menggunakan metode scala
1 -10 dengan bertanaya ke pada pasien saat dilakukan penyemrptan apakah masih tersa ngilu
yang pontan beupa nyut2an atau ada jeda.
11. Rasa ngilu yang seperti apa yang masih menandakan kalua gigi masih sensistive.
Rasa ngilu yang tajam rasa sakit yang berlangsung pendek yang terjadi secara tiba-tiba akibat
adanya rangsangan terhadap dentin.
12. Indikasi
- Gigi dengan resesi kelas 1 dan 2 miller
- Gigi tanpa abrasi, abfraksi, atrisi
- Gigi tanpa karies
- Gigi tanpa kerusakan tulang
Kontraindikasi
- Gigi dengan resesi miller kelas 3 dan 4
- Gigi dengan adanya karies, abrasi, abfraksi, atrisi
- Gigi dengan adanya kerusakan tulang
3. 13. Klasifikasi Resesi Gingiva Menurut Miller :
- Kelas I: Resesi jaringan marjinal, yang tidak meluas ke mucogingival
junction. Tidak ada kehilangan tulang atau jaringan lunak di daerah
interdental.
- Kelas II: Resesi jaringan marjinal, yang meluas ke atau melampaui
mucogingival junction. Tidak ada kehilangan tulang atau jaringan
lunak di daerah interdental.
- Kelas III: Resesi jaringan marginal, yang meluas ke atau melampaui
mucogingival junction. Kehilangan tulang atau jaringan lunak di
daerah interdental ada atau ada malposisi gigi.
- Kelas IV: Resesi jaringan marginal, yang meluas ke atau melampaui
mucogingival junction. Hilangnya tulang atau jaringan lunak di daerah
interdental dan / atau malposisi gigi sangat parah
14. Mekanisme hipersensitifitas dentin
Teori transduksi: Menurut teori ini, odontoblast memiliki fungsi sensorik khusus dan kompleks
fungsional dengan saraf yang berakhir di atau dekat lapisan odontoblastik bertindak sebagai
sinaps rangsang. Odontoblas dan prosesnya dianggap sebagai mekanisme transduser.
Teori modulasi: Menurut teori ini impuls saraf dalam pulpa dimodulasi melalui pembebasan
polipetida dari odontoblas, ketika terluka. Zat-zat ini secara selektif dapat
mengubah permeabilitas membran sel odontoblastik melalui hiperpolarisasi, sehingga
neuron pulpa lebih rentan terhadap rangsangan berikutnya.
Teori hidrodinamik Teori ini adalah teori yang paling banyak diterima. Teori ini pertama kali
dikemukakan oleh Gysi pada tahun 1900 dan kemudian dikembangkan oleh Brannstorm.
Stimulus yang diterapkan pada permukaan dentin luar menyebabkan perpindahan isi tubulus
dentin, yang menimbulkan stimulasi mekanis rasa sakit di perbatasan pulpodentinal.