1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam melakukan suatu kegiatan eksplorasi terkhususnya dalam hal
eksplorasi tambang, kita perlu mengenal dan memahami mengenai bidang
keilmuan tentang Geofisika. Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi
yang mempelajari bumi menggunakan kaidah atau prinsip-prinsip fisika. Di
dalamnya termasuk juga meteorologi, elektrisitas atmosferis dan fisika ionosfer.
Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi
melibatkan pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika
yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi.
Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan kondisi di
bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horizontal dan hal ini
sangat diperlukan dalam melakukan survey geofisika dalam penentuan zona
pertambangan. Jika diperhatikan. eksplorasi Sumber Daya Alam di bumi ini
semakin penting dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, para geofisikawan
berperan penting dalam teknis eksploitasi Sumber Daya Alam. Didukung oleh
peralatan sekarang yang menggunakan teknologi canggih untuk penerapan
kebumian, membuat peta bawah permukaan bumi untuk menentukan titik
pengeboran, dan lain-lain.
1.2 Maksud
Adapun maksud dari penulisan makalah survey geofisika ini antara lain:
• Mengetahui pengertian dan jenis-jenis survey geofisika berdasarkan metode-
metode yang digunakan.
• Mengetahui tujuan dan manfaat dari penggunaan metode geofisika dalam
eksplorasi tambang
• Mengetahui batas-batas dan cakupan dari pembelajaran geofisika dalam hal
survei eksplorasi tambang.
1
2. 1.3 Tujuan
Dari pemaparan maksud dari penulisan makalah ini, maka didapatkan
tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
• Mampu memahami pengertian dan jenis-jenis survey geofisika berdasarkan
metode-metode yang digunakan.
• Mampu memahami tujuan dan mengaplikasikan manfaat dari penggunaan
metode geofisika dalam eksplorasi tambang
• Untuk memahami batas-batas dan cakupan dari pembelajaran geofisika dalam
hal survey eksplorasi tambang.
2
3. BAB II
ISI BAHASAN
2.1 Metode CSAMT
2.1.1 Pendahuluan CSAMT
Controlled source audio-frequency mangnetotellurics (CSAMT)
merupakan salah satu metode geofisika hasil pengembangan dari metode
terdahulu yaitu magnetotellurics (MT).Metode CSAMT merupakan teknik
sounding elektromagnetik dengan reslousi tinggi. Metode ini
diperkenalkan oleh Goldstein (1971) dan Dtrangway (1975) tujuannya
adalah untuk menyelesaikan permasalahan audio-frequency
magnetotellurics (AMT), yaitu digunakannya sumber alami dan
ketidakstabilannya.
2.1.2 Prinsip Kerja CSAMT
CSAMT menggunakan pasangan elektroda yang tetap atau looping
horizontal dengan menggunakan sumber sinyal buatan. CSAMT memiliki
teknik sumber alami yang hampir sama dengan MT maupun AMT, namun
perbedaan utamanya pada CSAMT menggunakan sinyal buatan. CSAMT
biasanya terdiri dari pasangan elektroda dipole yang tetap, dimana jarak
keduanya antara 1-2 km, bahkan dapat mencapai 2-4 km jika diinginkan.
Pada CSAMT ini menggunakan prinsip Hukum Maxwell dimana medan
magnet diubah menjadi listrik. Prinsip dasar pengukuran CSAMT, yaitu
dengan menginjeksikan sinyal ke bumi yang akan dipancarkan ke seluruh
arah oleh dipol listrik yang responnya akan diterima oleh receiver dalam
bentuk medan listrik dan medan magnet. Respon yang diterima oleh
receiver ini yang akan digunakan untuk menghitung nilai struktur
resistivitas.
3
4. Gambar 2.1 Susunan CSAMT di lapangan (Zonge dan Hughes,1991)
2.1.3 Kegunaan Dalam Eksplorasi Mineral Logam
Dalam kegiatan eksporasi mineral terutama mineral logam, metode
ini lebih tepat digunakan dalam kondisi endapan mineral yang berasosiasi
dengan fluida seperti pada endapan epithermal. Pada endapan epithermal
mineral yang terbentuk diantaranya terdapat mineral sulfida sampai emas,
baik pada epitermal sulfidasi rendah sampai sulfidasi tinggi. Dalam
pencarian mineral logam sulfida meanfaatkan pembacaan nilai resistivitas
yang tinggi, sedangkan pada pencarian emas biasanya berasosiasi dengan
jenis mineral sulfida. Mineral logam sulfide yang dapat dideterminasi
dalam eksplorasi yaitu pirit, kalkopirit, kalkosit, sfalerit dan galena.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan CSAMT
a. Kelebihan
4
5. • Pada Metode CSAMT memiliki sinyal yang lebih kuat sehingga
dalam akuisisi data dapat mencapai kedalaman yang lebih serta
data yang diperoleh lebih berkualitas dibandingkan MT maupun
AMT
• Survei dengan menggunakan metode CSAMT lebih cepat dan lebih
ekonomis
• Lebih tepat digunakan dalam pencarian mineral logam sulfida
seperti pirit, kalkopirit, galena, kalkosit, dan sphalerite
b. Kekurangan
• Diperlukan pemancar dalam CSAMT
2.2 Metode Geolistrik
2.2.1 Pendahuluan Geolistrik
Geolistrik adalah salah satu metode dalam geofisika yang
mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi. Pendeteksian di atas
permukaan meliputi pengukuran medan potensial, arus, dan
elektromagnetik yang terjadi baik secara alamiah maupun akibat
penginjeksian arus ke dalam bumi. Prinsip kerja metode geolistrik
dilakukan dengan cara menginjeksikan arus listrik ke permukaan tanah
melalui sepasang elektroda dan mengukur beda potensial dengan sepasang
elektroda yang lain. Bila arus 1 listrik diinjeksikan ke dalam suatu medium
dan diukur beda potensialnya (tegangan), maka nilai hambatan dari
medium tersebut dapat diperkirakan. Berdasarkan pada tujuan penelitian
metode yang digunakan yaitu metode mapping. Metode resistivitas
mapping merupakan metode resistivitas yang bertujuan mempelajari
variasi resistivitas lapisan bawah permukaan secara horisontal.
2.2.2 Prinsip Kerja Geolistrik
5
6. Metoda geolistrik yang sering dipakai yaitu menggunakan 4 buah
elektroda yang terdapat dalam satu garis lurus dan simetris pada titik
tengah, yakni 2 buah elektroda arus (AB) dibagian luar serta 2 buah
elektroda tegangan (MN) dibagian dalam. Gabungan dari jarak AB/2,
jarak MN/2, besarnya arus listrik yang dialirkan dan tegangan listrik yang
berlangsung akan didapat satu harga tahanan tipe semu (‘Apparent
Resistivity’). Dimaksud tahanan tipe semu lantaran tahanan tipe yang
terhitung itu adalah paduan dari banyak susunan batuan dibawah
permukaan yang dilewati arus listrik. Apabila satu set hasil pengukuran
tahanan tipe semu dari jarak AB terpendek hingga yang terpanjang itu
digambarkan pada grafik logaritma ganda dengan jarak AB/2 juga sebagai
sumbu-X serta tahanan tipe semu juga sebagai sumbu Y, jadi akan
diperoleh satu bentuk kurva data geolistrik. Dari kurva data itu dapat
dihitung serta diinterpretasi karakter susunan batuan dibawah permukaan.
2.2.3 Kegunaan Dalam Eksplorasi Mineral Logam
Geolistrik ini dapat mendeteksi adanya susunan tambang yang
memiliki kontras resistivitas dengan susunan batuan di bagian atas serta
bawahnya. Alat yang digunakan adalah Naniura NRD 328 HF dan
berdasarkan studi kasus di Daerah Entrop, Kota Jayapura mineral yang
banyak dijumpai adalah nikel laterit. Selain itu dalam eksplorasi mineral
logam metode ini dapat mendeteksi endapan mineral tipe epitermal sulfida
rendah dan tipe epitermal sulfida tinggi.
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Geolistrik
a. Kelebihan
• Harga peralatan murah
• Biaya survei relatif murah
• Peralatan relatif kecil dan ringan
6
7. • Waktu yang dibutuhkan relatif cepat, bisa mendapatkan 4 titik
dalam sehari.
b. Kekurangan
• Tidak efektif untuk pemakaian di kawasan karst
•Untuk mendeteksi air tidak bisa diketahui berapa jumlah volume
pasti air tersebut,
• Tidak bisa membedakan air mengalir dan yang statis
• Serta tidak bisa menjangkau wilayah yang dalam karena
jangkauannya berkisar 1000-1500 kaki di bawah permukaan
bumi.
2.3 Metode Induksi Polarisasi
2.3.1 Pendahuluan Induksi Polarisasi
Metode induksi polarisasi merupakan salah satu bagian dari
geolistrik yang sering digunakan dalam eksplorasi mineral logam. Metode
ini dapat mendeteksi adanya polarisasi yang terjadi pada permukaan
mineral logam ketika arus listrik di injeksikan kedalam bumi. Metode
geolistrik induksi polarisasi adalah salah satu metode yang cukup banyak
digunakan dalam dunia eksplorasi khususnya eksplorasi mineral karena
induksi polarisasi dari batuan sangat sensitif terhadap kandungan meineral
logamnya dimana bumi dianggap sebagai sebuah resistor.
2.3.2 Prinsip Kerja Induksi Polarisasi
7
8. Metode ini menggunakan parameter Chargeability untuk
mendeteksi adanya kandungan mineral logam. Chargeability adalah
parameter yang menunjukan lamanya waktu yang dimiliki suatu benda
untuk menyimpan atau menahan arus listrik. Metode ini mengasumsikan
bahwa batuan dibawah permukaan bumi memiliki variasi nilai
Chargeability tergantung besarnya kandungan mineral logam yang
dimiliki batuan tersebut.
Metode induksi polarisasi atau disebut pula dengan polarisasi
terimbas dibagi menjadi dua yaitu polarisasi membran dan polarisasi
elektroda. Polarisasi membran disebut juga polarisasi elektrolitik atau
polarisasi bukan logam. Polarisasi ini digunakan untuk menidentifikasi
keberadaan mineral non logam seperti mineral lempung. Sedangkan
Polarisasi eletroda dinamakan juga polarisasi elektronik atau polarisasi
logam. Polarisasi ini terjadi karena adanya beda tegangan, antara ion
negatif dan ion positif. Aliran arus listrik pada batuan sangat di pengaruhi
ada tidaknya larutan elektrolit yang mengisi pori-pori batuan sebagai
media penghantar. Adanya partikel mineral logam di dalam tubuh batuan
yang bereaksi dengan larutan elektrolit akan menghasilkan beda potensial.
Beda potensial ini terjadi karena proses pengkutuban antara ion ion dalam
batuan yang sering disebut Potensial diri atau self potential. Mineral logam
bersifat konduktif sehingga pada tubuh mineral dapat mengalirkan arus
listrik dengan sangat baik.
Pada saat arus listrik dialirkan pada batuan yang memiliki partikel
mineral logam, kesetimbangan antar ion menjadi terganggu yang
mengakibatkan muatan positif dan negatif akan terakumulasi pada sisi sisi
bidang batas mineral membentuk sepasang elektroda. Akumulasi muatan
ini menyebabkan penumpukan muatan yang menghasilkan beda potensial
baru akibat penambahan muatan listrik dalam hal ini biasa disebut
Overvoltage.
8
9. Gambar 2.2 Distribusi ion yang membentuk potensial diri (a), polarisasi yang
terjadi saat injeksi arus (b). (dimodifikasi dari Reynold, 1997)
Dalam mekanisme ini potensial yang di hasilkan mempunyai nilai
yang lebih besar dari potensial yang terjadi pada reaksi elektrolit.
Penumpukan muatan ini membentuk semacam “kapasitor” dimana pada
saat arus listrik dimatikan muatan tersebut tertahan sesaat sebelum
akhirnya kembali pada posisi sebenarnya. Lamanya waktu yang
dibutuhkan muatan untuk kembali keposisi semula ini yang akan di deteksi
sebagai peluruhan potensial yang akan menjadi parameter dalam
pegukuran induksi polarisasi.
Pada pengukuran induksi polarisasi konfigurasi yang paling sering
digunakan adalah konfigurasi dipole-dipole. Konfigurasi ini telah lama
dan masih digunakan untuk survei resistivitas dan IP karena memiliki efek
kopling EM yang rendah antara potensial dan arusnya (Loke, 2004).
Gambar 2.3 Susunan Konfigurasi Dipole-dipole (Modifikasi dari Loke, 1994)
Pada konfigurasi Dipole-dipole jarak antar elektroda arus (a) sama
dengan jarak antar elektroda potensial dimana jarak antar elektroda arus
C1 dan P1 (na) merupakan faktor pengali yang berhubungan dengan faktor
kedalaman penetrasi. Jarak antar elektroda di pasang sama dengan faktor
9
10. pengali yang meningkat untuk menambah kedalaman investigasi.
Konfigurasi ini digunakan unutk investigasi bawah permukaan yang
bersifat lateral hal ini berkaitan dengan sensitifitas dari konfigurasi.
Sensitifitas konfigurasi dipole- dipole digambarkan oleh Loke (2004).
Hasil dari survei geofiksika dengan metode induksi polarisasi
konfigurasi dipol-dipol dilakukan akuisisi data yang meliputi pengukuran
nilai Potensial listrik (V), Kuat arus listrik (I), Resistivitas semu (Rho),
dan Chargeability (M). Kemudian untuk diketahui peta persebaran
anomali dengan menggunakan peta Res2Dinv.
Gambar 2.4 Penampang 2D Resistivity
2.3.3 Kegunaan Dalam Eksplorasi Mineral Logam
Kegunaan metode Induksi Polarisasi dalam eksplorasi mineral
logam secara umum ialah untuk mengidentifikasi penyebaran mineral
logam dengan parameter Chargeability.
2.3.4 Kelebihan dan Kekurangan Induksi Polarisasi
a. Kelebihan
• Dapat mendeteksi adanya mineral mineral sulfida yang letaknya
tersebar dan tak teratur (disseminated). Dengan demikian maka
metode ini cocok sekali digunakan untuk melokalisir dan
memperoleh cadangan mineral sulfida yang berasosiasi dengan bijih
besi, emas, dan bijih logam yang lainnya.
10
11. • Pengukuran dengan metode IP biasa digunakan untuk keperluan
pemetaan
b. Kekurangan
• Konfigurasi dipole dipole menyebabkan pengukuran medan listrik
menjadi sulit pada jarak pengukuran yang cukup jauh
2.4 Metode Magnetik
2.4.1 Pendahuluan Magnetik
Metode Magnetik merupakan salah satu dari bagian metode
geofisika yang diterapkan dalam kegiatan eksplorasi. Penggunaan metode
magnetik ini dilakukan berdasarkan atas adanya anomali medan magnet
bumi akibat sifat kemagnetan batuan yang berbeda.
2.4.2 Prinsip Kerja Magnetik
Dalam metode magnetik ini, bumi diyakini sebagai batang magnet
raksasa dimana medanmagnet utama bumi dihasilkan. Kerak bumi
menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil daripada medan utama
magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan
magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik
yang dipengaruhisuseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya.
Berdasarkan pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan
yang dipetakan baik secara lateral maupun vertikal. Eksplorasi
menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga
tahap:akuisisi data lapangan, processing, interpretasi. Setiap tahap terdiri
dari beberapa perlakuan ataukegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan
penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan satuatau dua alat.
Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi
padametode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi
topografi (terrain) dan koreksilainnya. Sedangkan untuk interpretasi dari
11
12. hasil pengolahan data dengan menggunakan software diperoleh peta
anomali magnetik.
Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu
batuan yangdiinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai
akibat adanya perbedaan sifatkemagnetan suatu material. Kemampuan
untuk termagnetisasi tergantung dari suseptibilitas magnetik masing-
masing batuan. Harga suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian
benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral atau
mineral logam. Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan
mineral magnetik pada batuan semakin banyak. Pengukuran magnetik
dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia dengan interval antar titik ukur
10 m dan jarak lintasan 40 m. Batuan dengan kandungan mineral-mineral
tertentudapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi geomagnet yang
dimunculkan sebagai anomali yang diperoleh merupakan hasil distorsi
pada medan magnetik yang diakibatkan oleh material magnetik kerak
bumi atau mungkin juga bagian atas mantel.
2.4.3 Kegunaan Dalam Eksplorasi Mineral Logam
Ada beberapa tipe bijih seperti magnetit, ilmenit, dan phirotit yang
dibawa oleh bijih sulfida menghasilkan distorsi dalam magnet kerak bumi,
dan dapat digunakan untuk melokalisir sebaran bijih. Disamping aplikasi
langsung tersebut, metoda magnetik dapat juga digunakan untuk survei
prospeksi untuk mendeteksi formasi-formasi pembawa bijih dan gejala-
gejala geologi lainnya (seperti sesar, kontak intrusi, dll).
Setiap jenis batuan mempunyai sifat dan karakteristik tertentu
dalam medan magnet yang dimanifestasikan dalam parameter kerentanan
magnetik batuan atau mineralnya (k). Dengan adanya perbedaan dan sifat
khusus dari tiap jenis batuan atau mineral inilah yang melandasi
digunakannya metoda magnetik untuk kegiatan eksplorasi maupun
kepentingan geodinamika.
12
13. Tabel 2.1 Kerentanan magnet beberapa batuan dan mineral
(Telford, 1990., dan Parasnis, 1973)
2.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Magnetik
a. Kelebihan
• Metode ini sensitif terhadap perubahan vertikal, umumnya
digunakan untuk mempelajari tubuh intrusi, batuan dasar, urat
hydrothermal yang kaya akan mineral ferromagnetic, struktur
geologi. Umumnya tubuh intrusi, urat hydrothermal kaya akan
mineral ferromagnetic (Fe3O4, Fe2O3) yang memberi kontras pada
batuan sekelilingnya.
• Mineral-mineral ferromagnetic akan kehilangan sifat
kemagnetannya bila dipanasi mendekati temperatur Curie oleh
karena itu efektif digunakan untuk mempelajari daerah yang
dicurigai mempunyai potansi Geothermal.
13
14. • Data acquitsition dan data proceding yang dilakukan tidak serumit
metoda geofisika yang lain. Penggunaan filter matematis umum
dilakukan untuk memisahkan anomali berdasarkan panjang
gelombang maupun kedalaman sumber anomali magnetic yang
ingin diselidiki.
b. Kekurangan
• Setiap jenis batuan di bumi walaupun dalam pengklasifikasian atau
penamaannya sama, dapat saja mempunyai sifat dan karakteristik
yang berbeda akibat peristiwa geologi yang dialaminya. Sehingga
data yang diperoleh dapat berbeda dengan kondisi aslidi bawah
permukaan.
2.5 Metode Ground Penetrating Radar (GPR)
2.5.1 Pendahuluan GPR
Metode ground penetrating radar atau georadar merupakan salah
satu metode geofisika yang mempelajari kondisi bawah permukaan
berdasarkan sifat elektromagnetik dengan menggunakan gelombang radio
dengan frekuensi antara 1-1000 MHz.
2.5.2 Prinsip Kerja GPR
Georadar menggunakan gelombang elektromagnet dan memanfaatkan sifat
radiasinya yang memperlihatkan refleksi seperti pada metode seismik
refleksi. Pengukuran dengan menggunakan GPR ini merupakan metode
yang tepat untuk mendeteksi benda benda kecil yang berada di dekat
permukaan bumi (0,1-3 meter) dengan resolusi yang tinggi yang artinya
konstanta dielektriknya menjadi rendah. Ada tiga jenis pengukuran yaitu
refleksi, velocity sounding, dan transiluminasi. Pengukuran refleksi biasa
disebut Continuous Reflection Profiling (CRP). Pengukuran velocity
Sounding disebut Common Mid Point (CMP) untuk mementukan
14
15. kecepatan versus kedalaman, dan transiluminasi disebut juga GPR
Tomografi.
2.5.3 Kegunaan Dalam Eksplorasi Mineral Logam
• Aplikasi GPR untuk Nikel Laterit
Teknologi radar memiliki kemampuan untuk menggambarkan
secara terus menerus rincian profil pelapukan. Karakteristik intrinsic
lingkungan laterit adalah variabilitas ekstrim lateral mereka di
kedalaman. Perubahan mendadak mereka pada dataran tinggi biasanya
tidak terdeteksi dengan pengeboran pada wilayah jaringan ekonomis
apapun. Menghadapi keterbatasan dalam eksplorasi laterit berbasis
pengeboran membutuhkan pendekatan statistik inferensial untuk
mengestimasikan sumber daya mineral. Dengan menggunakan
teknologi radar untuk memetakan secara akurat volume penyimpanan,
ditambah dengan sedikit jumlah lubang pengeboran dengan posisi
strategis untuk mengkonfirmasi identifikasi lapisan dan kelas, estimasi
sumber daya dengan menggunakan ukuran geoscientific akan
mempercepat proses dan lebih ekonomis.
GPR frekuensi rendah telah dirancang khusus untuk kebutuhan
pencitraan yang mendalam. Dibandingkan dengan instrumen GPR
komersial, GPR frekuensi rendah menawarkan penetrasi meningkat,
akurasi lebih, kemudahan penggunaan, kecepatan survei dan
kehandalan. Real-time teknologi sampling telah memungkinkan refleksi
pencitraan lebih dalam dari yang sebelumnya dengan sistem yang
tersedia secara komersial. Kedalaman hingga 75 m telah dicapai dalam
profil pelapukan laterit, sementara resolusi profil terjaga dengan sangat
baik. Dengan menghilangkan semua kabel dan kabel serat optik, serta
unit dan baterai kontrol yang rumit, GPR frekuensi rendah telah
direduksi menjadi sebuah tabung tunggal sepanjang 9 m. Unit ini benar-
15
16. benar tahan air dan dapat digunakan untuk melalui medan yang paling
menantang.
• Aplikasi GPR untuk Biji Besi
Endapan biji besi sering menunjukkan kemampuan yang sangat
rendah, berkisar antara 0.12 – 1 mS/m, dan umumnya sangat kering, hal
ini menjadikannya bijih besi merupakan bahan yang ideal untuk
penilaian sumber daya GPR frekuensi rendah . walaupun bentuk
rangkaian endapan besi hanya sering ditemukan di kedalaman ratusan
meter, tapi sistim GPR frekuensi rendah telah menyiapkan resolusi
yang tinggi untuk membedakan antara tanah gembur dan tanah tidak
gembur pada kedalaman 80 M pertama, perbedaan yang tidak dengan
mudah terpantau oleh mata bor.
• Aplikasi GPR untuk Bauksit
Dalam bauksit, perkiraan tonase tergantung pada perhitungan volume
yang dapat diandalkan. Bila ketebalannya lebih bervariasi daripada
kelasnya, keandalan estimasi sumber daya kemungkinan tergantung
terutama pada perkiraan ketebalan. Estimasi ketebalan tradisional
berasal dari jarak teratur pengeboran yang jarang mampu menjadi
model secara akurat horison bijih besi. GPR frekuensi rendah mampu
secara akurat mengidentifikasi bagian bawah bijih dengan lebih detail
disbanding pengeboran dan dengan biaya yang lebih kecil. Hasilnya
adalah perhitungan volume yang lebih akurat. Di sebagian besar bauksit
Laterit dan Karstik, pengeboran sering tidak memadai untuk
memastikan bentuk endapan sebenarnya. Model radar tiga dimensi
dibangun dengan memindai wilayah sepanjang profil yang liat.
Kedalaman menuju posisi bauksit serta ketebalan bauksit diperlihatkan
dalam waktu yang bersamaan selama penelitian, yang memungkinkan
penelitian disesuaikan untuk memastikan penentuan volume yang tepat.
16
17. 2.5.4 Kelebihan dan Kekurangan GPR
a. Kelebihan
• Biaya operasional lebih murah
• Resolusi yang sangat tinggi karena menggunakan frekuensi
tinggi (broadband atau wideband)
• Pengoperasian yang cukup mudah
• Merupakan metoda non destructive sehingga aman digunakan.
b. Kekurangan
• Tidak bisa melakukan penetrasi / deteksi sedalam gelombang
bunyi.
• Kemampuan radar hanya puluhan meter (kurang lebi 100 meter)
• Antena GPR umum hanya untuk durasi pulsa tertentu
17
18. BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan serta pemaparan berbagai macam metode-metode
geofisika tersebut, maka dapat diinterpretasikan bahwa metode geofisika
yang paling baik digunakan dalam hal eksplorasi tambang adalah metode
CSAMT (Controlled Source Audio-frequency Magnetotelluric) dan
sangat direkomendasikan dalam survei geologi, rekayasa, dan arkeologi
dalam segala variasi.
3.2 Saran
Sekiranya pembaca memberikan koreksi terhadap penulisan makalah,
agar makalah yang disusun dapat lebih valid dan memungkinkan
pembaca lebih paham mengenai metode-metode geofisika dalam
eksplorasi tambang.
18
19. DAFTAR PUSTAKA
Loke, M.H. 2000. Electrical Imaging Surveys for Environmental and Engineering
Studies: A Practical Guide to 2 -D and 3-D Surveys. http:// www.geometri
cs.com
Parasnis, D.S,. 1973. Mining Geophysics. Elsevier Scientifics Publishing
Company.New York
Roynolds. J.M., 1997. An Introduction to Applied and Environmental Geophysics.
John Wiley and sons Ltd. New York.
Sismanto. 2005. Geofisika Bagian dari Geosains dalamEksplorasi Sumber Daya
Alam. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXV HFI Jateng dan DIY. Yogyakarta
Virman, dkk. 2014. Penentuan Profil Nikel Laterit Menggunakan Metode
Geolistrik Tahanan Jenis Daerah Entrop Kota Jayapura. Universitas
Cendrawasih. Jayapura
1997. Buku Pegangan Kuliah Lapangan Geofisika. Prodi Teknik Geofisika.
Jurusan Teknik Geologi FTM-ITB. Bandung
19