SlideShare a Scribd company logo
1 of 3
Republika 
Minggu, 15 April 2007 
Sungai yang Tenang 
Cerpen: Hudan Hidayat 
Aku memandang ke sungai yang tenang. Dari jendela kamar lantai dua rumahku, 
nampaklah sungai yang tenang itu. Kadang-kadang hinggap burung di atasnya. Burung 
yang kecil. Dari kamarku terlihat ringkih. Tapi, ia tak pernah jatuh ke sungai itu. Selalu bisa 
terbang. Ringkih, tapi bisa terbang. 
Apa yang ada dalam benak burung-burung itu? Kadang mereka berombongan datang ke 
sungai itu. Mungkin tak ada apa-apa dalam benak burung-burung itu. Pikiran mereka 
cuma terbang dan makan. Meneruskan kehidupan. Mereka menyambar makanan di atas 
sungai itu. Jadi sungai itu memberikan kehidupan pada burung-burung itu. 
Sungai itu, kehidupannya darimana? Pastilah sungai itu terbentang sejak lama. Sudah 
banyak pula riwayat di atasnya. Apakah salah satu riwayatnya? Setahun yang lalu sungai 
itu mengirimkan batang-batang. Waktu kutegaskan mataku ternyata bukan pokok-pokok 
kayu, seperti yang kukira. Tapi tubuh manusia. Hanyut di atas sungai itu. Mengalir tanpa 
daya. 
Siapa yang menghanyutkannya? Mungkin hanyut sendiri. Tubuh itu tersangkut, lalu 
tenggelam dan mati. Dibawa sungai itu dengan perlahan, mengalir tenang. Tapi, tubuh-tubuh 
itu begitu banyak. Kuhitung ada empat puluh lima, datang dan pergi. Kadang tubuh-tubuh 
itu mengalir dekat sekali. Rambutnya seolah bukan rambut lagi. Tubuhnya seolah 
bukan tubuh lagi. Beberapa tidak bertangan. Beberapa tidak berkaki. Ada juga tubuh saja, 
kepalanya sudah tak ada. 
Jadi, tubuh-tubuh itu tak mungkin manusia yang tersangkut, lalu tenggelam dan mati. Pasti 
ada perisitwa sampai tubuh-tubuh itu mengalir dan dibawa sungai itu. 
Apakah peristiwanya? Aku tak tahu. Itulah salah satu riwayat sungai itu. Aku hanya 
memandang dari balik jendela kamarku. Aku tidak pernah turun ke sungai itu. 
Persahabatan kami cuma dari jarak jauh, sejauh antara sungai itu dengan kamarku. Kira-kira 
tiga atau empat meter. 
Sering aku mendengar sungai itu mengeluarkan bunyi. Seolah manusia. Aku merasa 
bunyi itu untukku. Jadi sahabatku itu bicara padaku. Apa yang dikatakannya? 
Pesan apa yang hendak kau sampaikan, wahai sungai yang tenang? Aku tak punya pesan 
apa-apa. Tapi kadang aku merasa diriku sama seperti dirimu. Kadang kurasakan kau pun 
adalah sungai. Mengalir tenang di kamarmu. 
Mengapa kau tak pernah keluar kamarmu? Tentu saja: bukankah kau sungai seperti 
diriku, yang mengalir di alur kita masing-masing. Kau tahu, diriku hanya mengalir di 
sebentang jalan ini. Jalan sungai. Sudah ratusan tahun aku menjalani alur ini. Dan kau? 
Kau sudah 65 tahun mengalir di kamarmu. Itu kalau aku tidak salah hitung, saat melihat 
kau pertama kali menjenguk diriku dari kamarmu. 
Kau benar, sungai yang tenang. Aku sudah 45 tahun di kamar ini. Alurku berhenti di sini. 
Seperti alurmu, berhenti di sana. 
Tetapi mengapa? Ah, lagi-lagi aku bertanya. Bukankah kau sungai seperti diriku. Jadi tak 
perlu ditanya lagi. Kita memang berhenti di alur kita. Tapi, sebelum kau berhenti di alurmu, 
pasti ada peristiwa dalam dirimu sampai kau menetap di sana.
Benar, wahai sungai yang tenang. Tapi biarlah ia menjadi riwayatku sendiri. Seperti 
riwayatmu sendiri yang tak pernah kumengerti. 
Sungai itu mengalir lagi. 
Malam membuat dirinya menjadi hitam. Lampu di atas jembatan setapak meredup. Seekor 
tikus yang gemuk menyeberang. Seekor ular membuntutinya. Mereka berkejaran di sungai 
itu. Tikus ingin segera sampai, selamat dari patukan ular. Ular ingin segera mendapat 
makan malamnya. Lihat kawan, di atasmu kini ada pertandingan. 
Aku lihat. Aku merasa tubuhku geli, tikus dan ular itu berjalan gesit sekali. Gesekan itulah 
yang membuat tubuhku geli. 
Tubuhmu geli, tapi bagi si tikus, ini saat mendebarkan dalam hidupnya. Lihat dia berusaha 
sedemikian rupa. 
Bagi si ular pun, ini saat mendebarkan dalam malamnya. Lihat ia pun berusaha 
sedemikian rupa. 
Ah, ular itu.... 
Mengapa kawan? 
Aku tahu ular itu. Sarangnya tidak jauh dari diriku, di balik rimbun sana, dekat tebing. Dari 
kamarmu memang tidak kelihatan. Tapi, di situlah anaknya berada. Jadi, tikus itu bukan 
untuk dirinya, tapi untuk anaknya, yang kelaparan dan kini hampir mati. 
Oh, begitu rupanya. Maaf ya, ular yang baik hati. Aku tidak menyangka. Tapi, bagaimana 
pun aku tidak bisa melihat tikus itu. Wahai ular, mengapa kau tak mencari makanan lain 
saja? 
Wahai sungai, tak bisakah kau mengirim gelombang, agar ular itu berhenti mengejar. 
Hanyutkan dia ke arah sana. 
Bisa saja. Tapi sebagai sungai aku harus adil. Tidak memihak adalah sikapku selama ini. 
Biarkan saja hukum alam berlaku di sini. 
Tapi, aku tahu tikus itu, kawanku. Dia juga ditunggu anaknya di seberang sana. Tempat 
mereka di balik semak di belakang rumah Pak Tua. Aku sering melihat Pak Tua 
memberikan sisa-sisa makanan pada tikus-tikus itu. Percayalah, kawanku, aku tidak akan 
membohongi kamu. 
Tentu saja aku percaya padamu. Tapi, kalau itu kulakukan, aku akan berhenti sebagai 
sungai. Sedang aku tidak ingin berhenti sebagai sungai. Aku akan jadi sungai sampai 
kapanpun. Dan, seperti kataku tadi, sungai yang baik adalah sungai yang tidak memihak. 
Dia menerima segalanya. Mengalirkan segalanya mengikuti alurnya. Cerita dunia ini aneh 
ya? Bagaimana? 
Sepuluh tahun yang lalu aku menerima tubuh seorang lelaki, yang dihanyutkan anaknya 
malam hari. Air mata anak itu jatuh ke tubuhku. Aku diam saja. Anak itu terus saja 
berkata-kata. 
Sungai yang tenang, ayah saya sakit gula, dan saya orang yang tidak mampu. Namun, 
begitu saya tetap mencari uang itu. Saya meminjam kesana-kemari. Uang terkumpul 
secara bertahap dua belas juta. Saya serahkan uang itu kepada rumah sakit, untuk biaya 
berobat. Sebagai imbalannya, rumah sakit menyerahkan mayat ayah saya, karena saya
tidak mampu lagi membeli obatnya. Saya ingin marah. Saya ingin menangis. Tapi apalah 
guna marah dan tangis kepada benda mati. 
Benar, sungai yang tenang. Rumah sakit tak lebih dari kumpulan benda mati yang tak 
punya hati. Karena itu, simpanlah tangismu sendiri. Kini terimalah mayat ayah saya. 
Karena engkaulah yang berhak menerimanya. 
Mengertikah kamu, wahai sungai yang tenang? Terimalah mayat ayah saya sebagai tanda 
perkenalan kita. 
Kami berdiam diri menyimak cerita itu. Aku termenung memandang langit yang dilintasi 
burung. Sementara sungai itu bersiul. Aku ingin bertanya bagaimana nasib anak itu. Tapi, 
kawanku tak juga menjawab. Lalu, kudengar dia berkata: jadi aku mohon kamu mengerti, 
wahai lelaki yang baik hati, bahwa nasib manusia akan berhenti pada alurnya sendiri. 
Aku menyetujuinya. Tetapi, pikirkanlah sekali lagi, selagi ada waktu. Lihat ular itu sudah 
hampir mendekati tikus itu. Pikirkanlah kawanku, sebelum semuanya terlambat. 
Sungai itu tidak menjawab. Diam dan berjalan dengan tenang. Tubuhnya membentang. 
Mengirimkan airnya yang hitam. Membelah kota-kota hitam. Membelah nasib manusia dan 
takdir dunia, yang mengalir mengikuti jejaknya.*** 
Jakarta, 2006

More Related Content

Viewers also liked

Viewers also liked (13)

Ini anak aku, bukan anak kau (hang kafrawi)
Ini anak aku, bukan anak kau (hang kafrawi)Ini anak aku, bukan anak kau (hang kafrawi)
Ini anak aku, bukan anak kau (hang kafrawi)
 
Ilusi musim gugur (nugroho sukmanto)
Ilusi musim gugur (nugroho sukmanto)Ilusi musim gugur (nugroho sukmanto)
Ilusi musim gugur (nugroho sukmanto)
 
Mimpi berwarna kelabu (rama dira j)
Mimpi berwarna kelabu (rama dira j)Mimpi berwarna kelabu (rama dira j)
Mimpi berwarna kelabu (rama dira j)
 
Tukang urut di tepi danau (martin aleida)
Tukang urut di tepi danau (martin aleida)Tukang urut di tepi danau (martin aleida)
Tukang urut di tepi danau (martin aleida)
 
Tuan hillario dan taman magdalena (dwicipta)
Tuan hillario dan taman magdalena (dwicipta)Tuan hillario dan taman magdalena (dwicipta)
Tuan hillario dan taman magdalena (dwicipta)
 
Orang orang berpayung hitam (iyut fitra)
Orang orang berpayung hitam (iyut fitra)Orang orang berpayung hitam (iyut fitra)
Orang orang berpayung hitam (iyut fitra)
 
Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)
Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)
Hujan mulai deras, malam! (palti r. tamba)
 
Nana sarea (dina oktaviani)
Nana sarea (dina oktaviani)Nana sarea (dina oktaviani)
Nana sarea (dina oktaviani)
 
Gajah di pelupuk mata (sunaryono basuki ks)
Gajah di pelupuk mata (sunaryono basuki ks)Gajah di pelupuk mata (sunaryono basuki ks)
Gajah di pelupuk mata (sunaryono basuki ks)
 
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)
Bertahan di selatan (nugroho sukmanto)
 
Anak inkubator (yonathan rahardjo)
Anak inkubator (yonathan rahardjo)Anak inkubator (yonathan rahardjo)
Anak inkubator (yonathan rahardjo)
 
Rahasia kumari (agus dermawan t)
Rahasia kumari (agus dermawan t)Rahasia kumari (agus dermawan t)
Rahasia kumari (agus dermawan t)
 
Tanah merah (dwicipta)
Tanah merah (dwicipta)Tanah merah (dwicipta)
Tanah merah (dwicipta)
 

Similar to Sungai yang tenang (hudan hidayat)

Similar to Sungai yang tenang (hudan hidayat) (20)

Skrip (kisah dan teladan)
Skrip (kisah dan teladan)Skrip (kisah dan teladan)
Skrip (kisah dan teladan)
 
Skrip cerita
Skrip ceritaSkrip cerita
Skrip cerita
 
Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)
 
Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)
 
Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)Dermaga (lan fang)
Dermaga (lan fang)
 
Karangan cerpen sendiri
Karangan cerpen sendiriKarangan cerpen sendiri
Karangan cerpen sendiri
 
Aa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kamiAa navis-robohnya surau kami
Aa navis-robohnya surau kami
 
Sang kerbau
Sang kerbauSang kerbau
Sang kerbau
 
Chairil anwar
Chairil anwarChairil anwar
Chairil anwar
 
Ketika si kancil makan singa
Ketika si kancil makan singaKetika si kancil makan singa
Ketika si kancil makan singa
 
Sepasang mata yang menyimpan duka (noer mursidi)
Sepasang mata yang menyimpan duka (noer mursidi)Sepasang mata yang menyimpan duka (noer mursidi)
Sepasang mata yang menyimpan duka (noer mursidi)
 
Cerpe
CerpeCerpe
Cerpe
 
Tutorial dan isl sdp minggu 3
Tutorial  dan isl sdp minggu 3Tutorial  dan isl sdp minggu 3
Tutorial dan isl sdp minggu 3
 
Kirmen Uribe
Kirmen UribeKirmen Uribe
Kirmen Uribe
 
Guruji.docx
Guruji.docxGuruji.docx
Guruji.docx
 
Ng... (alex r)
Ng... (alex r)Ng... (alex r)
Ng... (alex r)
 
TARA MANGAN DANAU LIMBUNG.docx
TARA MANGAN DANAU  LIMBUNG.docxTARA MANGAN DANAU  LIMBUNG.docx
TARA MANGAN DANAU LIMBUNG.docx
 
TARA MANGAN DANAU LIMBUNG.docx
TARA MANGAN DANAU  LIMBUNG.docxTARA MANGAN DANAU  LIMBUNG.docx
TARA MANGAN DANAU LIMBUNG.docx
 
Cintadalamgelas
CintadalamgelasCintadalamgelas
Cintadalamgelas
 
Black angel
Black angelBlack angel
Black angel
 

More from Arvinoor Siregar SH MH (20)

Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212Unschooling your-child-212
Unschooling your-child-212
 
Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223Montessori homeschooling-223
Montessori homeschooling-223
 
Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501Homeschooling the-darker-side-501
Homeschooling the-darker-side-501
 
Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225Homeschooling the teenager-225
Homeschooling the teenager-225
 
Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572Homeschooling methods-572
Homeschooling methods-572
 
Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223Homeschooling and-college-223
Homeschooling and-college-223
 
Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184Homeschool field-trips-184
Homeschool field-trips-184
 
Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223Homeschool burnout-223
Homeschool burnout-223
 
Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433Financing homeschooling-433
Financing homeschooling-433
 
Thurgood marshall
Thurgood marshallThurgood marshall
Thurgood marshall
 
The rainbow coalition
The rainbow coalitionThe rainbow coalition
The rainbow coalition
 
The halls of power
The halls of powerThe halls of power
The halls of power
 
The dred scott decision
The dred scott decisionThe dred scott decision
The dred scott decision
 
Slavery
SlaverySlavery
Slavery
 
Rosa parks
Rosa parksRosa parks
Rosa parks
 
Martin luther king's dream
Martin luther king's dreamMartin luther king's dream
Martin luther king's dream
 
Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.Martin luther king, jr.
Martin luther king, jr.
 
Jordon and ali
Jordon and aliJordon and ali
Jordon and ali
 
Jackie robinson
Jackie robinsonJackie robinson
Jackie robinson
 
Harriet tubman
Harriet tubmanHarriet tubman
Harriet tubman
 

Recently uploaded

Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot
 
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99
 
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024ADYSULISTIYO2
 
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTIDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTNeta
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikssuser328cb5
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...Neta
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfachsofyan1
 

Recently uploaded (9)

Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang MaxwinBento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
Bento88slot : Situs Judi Slot Online Gacor Hari Ini Viral Gampang Maxwin
 
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang MaxwinSakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
Sakai99 : Daftar Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya Gampang Maxwin
 
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
Musik Tradisi FLS2N dan Seni Siswa Nasional 2024
 
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOTIDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
IDMPO : SITUS GAME SLOT GACOR & BONUS SLOT 100%, JACKPOT
 
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari IniSizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
Sizi99 : Situs Judi Slot Online Gacor Terpercaya & Slot Terbaik Hari Ini
 
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolikMAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
MAKALAH agama.11docx.docx. ppt agama katolik
 
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
IDMPO : SITUS TARUHAN BOLA ONLINE TERPERCAYA, KEMENANGAN DI BAYAR LUNAS Arnet...
 
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari IniJasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
Jasatoto99 : Daftar Situs Slot Gacor Maxwin & Situs Slot Terbaru Hari Ini
 
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdfPEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
PEDOMAN PENYELENGGARAAN BEASISWA LPPD JATIM - 2024.pdf
 

Sungai yang tenang (hudan hidayat)

  • 1. Republika Minggu, 15 April 2007 Sungai yang Tenang Cerpen: Hudan Hidayat Aku memandang ke sungai yang tenang. Dari jendela kamar lantai dua rumahku, nampaklah sungai yang tenang itu. Kadang-kadang hinggap burung di atasnya. Burung yang kecil. Dari kamarku terlihat ringkih. Tapi, ia tak pernah jatuh ke sungai itu. Selalu bisa terbang. Ringkih, tapi bisa terbang. Apa yang ada dalam benak burung-burung itu? Kadang mereka berombongan datang ke sungai itu. Mungkin tak ada apa-apa dalam benak burung-burung itu. Pikiran mereka cuma terbang dan makan. Meneruskan kehidupan. Mereka menyambar makanan di atas sungai itu. Jadi sungai itu memberikan kehidupan pada burung-burung itu. Sungai itu, kehidupannya darimana? Pastilah sungai itu terbentang sejak lama. Sudah banyak pula riwayat di atasnya. Apakah salah satu riwayatnya? Setahun yang lalu sungai itu mengirimkan batang-batang. Waktu kutegaskan mataku ternyata bukan pokok-pokok kayu, seperti yang kukira. Tapi tubuh manusia. Hanyut di atas sungai itu. Mengalir tanpa daya. Siapa yang menghanyutkannya? Mungkin hanyut sendiri. Tubuh itu tersangkut, lalu tenggelam dan mati. Dibawa sungai itu dengan perlahan, mengalir tenang. Tapi, tubuh-tubuh itu begitu banyak. Kuhitung ada empat puluh lima, datang dan pergi. Kadang tubuh-tubuh itu mengalir dekat sekali. Rambutnya seolah bukan rambut lagi. Tubuhnya seolah bukan tubuh lagi. Beberapa tidak bertangan. Beberapa tidak berkaki. Ada juga tubuh saja, kepalanya sudah tak ada. Jadi, tubuh-tubuh itu tak mungkin manusia yang tersangkut, lalu tenggelam dan mati. Pasti ada perisitwa sampai tubuh-tubuh itu mengalir dan dibawa sungai itu. Apakah peristiwanya? Aku tak tahu. Itulah salah satu riwayat sungai itu. Aku hanya memandang dari balik jendela kamarku. Aku tidak pernah turun ke sungai itu. Persahabatan kami cuma dari jarak jauh, sejauh antara sungai itu dengan kamarku. Kira-kira tiga atau empat meter. Sering aku mendengar sungai itu mengeluarkan bunyi. Seolah manusia. Aku merasa bunyi itu untukku. Jadi sahabatku itu bicara padaku. Apa yang dikatakannya? Pesan apa yang hendak kau sampaikan, wahai sungai yang tenang? Aku tak punya pesan apa-apa. Tapi kadang aku merasa diriku sama seperti dirimu. Kadang kurasakan kau pun adalah sungai. Mengalir tenang di kamarmu. Mengapa kau tak pernah keluar kamarmu? Tentu saja: bukankah kau sungai seperti diriku, yang mengalir di alur kita masing-masing. Kau tahu, diriku hanya mengalir di sebentang jalan ini. Jalan sungai. Sudah ratusan tahun aku menjalani alur ini. Dan kau? Kau sudah 65 tahun mengalir di kamarmu. Itu kalau aku tidak salah hitung, saat melihat kau pertama kali menjenguk diriku dari kamarmu. Kau benar, sungai yang tenang. Aku sudah 45 tahun di kamar ini. Alurku berhenti di sini. Seperti alurmu, berhenti di sana. Tetapi mengapa? Ah, lagi-lagi aku bertanya. Bukankah kau sungai seperti diriku. Jadi tak perlu ditanya lagi. Kita memang berhenti di alur kita. Tapi, sebelum kau berhenti di alurmu, pasti ada peristiwa dalam dirimu sampai kau menetap di sana.
  • 2. Benar, wahai sungai yang tenang. Tapi biarlah ia menjadi riwayatku sendiri. Seperti riwayatmu sendiri yang tak pernah kumengerti. Sungai itu mengalir lagi. Malam membuat dirinya menjadi hitam. Lampu di atas jembatan setapak meredup. Seekor tikus yang gemuk menyeberang. Seekor ular membuntutinya. Mereka berkejaran di sungai itu. Tikus ingin segera sampai, selamat dari patukan ular. Ular ingin segera mendapat makan malamnya. Lihat kawan, di atasmu kini ada pertandingan. Aku lihat. Aku merasa tubuhku geli, tikus dan ular itu berjalan gesit sekali. Gesekan itulah yang membuat tubuhku geli. Tubuhmu geli, tapi bagi si tikus, ini saat mendebarkan dalam hidupnya. Lihat dia berusaha sedemikian rupa. Bagi si ular pun, ini saat mendebarkan dalam malamnya. Lihat ia pun berusaha sedemikian rupa. Ah, ular itu.... Mengapa kawan? Aku tahu ular itu. Sarangnya tidak jauh dari diriku, di balik rimbun sana, dekat tebing. Dari kamarmu memang tidak kelihatan. Tapi, di situlah anaknya berada. Jadi, tikus itu bukan untuk dirinya, tapi untuk anaknya, yang kelaparan dan kini hampir mati. Oh, begitu rupanya. Maaf ya, ular yang baik hati. Aku tidak menyangka. Tapi, bagaimana pun aku tidak bisa melihat tikus itu. Wahai ular, mengapa kau tak mencari makanan lain saja? Wahai sungai, tak bisakah kau mengirim gelombang, agar ular itu berhenti mengejar. Hanyutkan dia ke arah sana. Bisa saja. Tapi sebagai sungai aku harus adil. Tidak memihak adalah sikapku selama ini. Biarkan saja hukum alam berlaku di sini. Tapi, aku tahu tikus itu, kawanku. Dia juga ditunggu anaknya di seberang sana. Tempat mereka di balik semak di belakang rumah Pak Tua. Aku sering melihat Pak Tua memberikan sisa-sisa makanan pada tikus-tikus itu. Percayalah, kawanku, aku tidak akan membohongi kamu. Tentu saja aku percaya padamu. Tapi, kalau itu kulakukan, aku akan berhenti sebagai sungai. Sedang aku tidak ingin berhenti sebagai sungai. Aku akan jadi sungai sampai kapanpun. Dan, seperti kataku tadi, sungai yang baik adalah sungai yang tidak memihak. Dia menerima segalanya. Mengalirkan segalanya mengikuti alurnya. Cerita dunia ini aneh ya? Bagaimana? Sepuluh tahun yang lalu aku menerima tubuh seorang lelaki, yang dihanyutkan anaknya malam hari. Air mata anak itu jatuh ke tubuhku. Aku diam saja. Anak itu terus saja berkata-kata. Sungai yang tenang, ayah saya sakit gula, dan saya orang yang tidak mampu. Namun, begitu saya tetap mencari uang itu. Saya meminjam kesana-kemari. Uang terkumpul secara bertahap dua belas juta. Saya serahkan uang itu kepada rumah sakit, untuk biaya berobat. Sebagai imbalannya, rumah sakit menyerahkan mayat ayah saya, karena saya
  • 3. tidak mampu lagi membeli obatnya. Saya ingin marah. Saya ingin menangis. Tapi apalah guna marah dan tangis kepada benda mati. Benar, sungai yang tenang. Rumah sakit tak lebih dari kumpulan benda mati yang tak punya hati. Karena itu, simpanlah tangismu sendiri. Kini terimalah mayat ayah saya. Karena engkaulah yang berhak menerimanya. Mengertikah kamu, wahai sungai yang tenang? Terimalah mayat ayah saya sebagai tanda perkenalan kita. Kami berdiam diri menyimak cerita itu. Aku termenung memandang langit yang dilintasi burung. Sementara sungai itu bersiul. Aku ingin bertanya bagaimana nasib anak itu. Tapi, kawanku tak juga menjawab. Lalu, kudengar dia berkata: jadi aku mohon kamu mengerti, wahai lelaki yang baik hati, bahwa nasib manusia akan berhenti pada alurnya sendiri. Aku menyetujuinya. Tetapi, pikirkanlah sekali lagi, selagi ada waktu. Lihat ular itu sudah hampir mendekati tikus itu. Pikirkanlah kawanku, sebelum semuanya terlambat. Sungai itu tidak menjawab. Diam dan berjalan dengan tenang. Tubuhnya membentang. Mengirimkan airnya yang hitam. Membelah kota-kota hitam. Membelah nasib manusia dan takdir dunia, yang mengalir mengikuti jejaknya.*** Jakarta, 2006